Maṅgala Sutta

(Dialihkan dari Mangala Sutta)

Maṅgala Sutta (bahasa Burma: မင်္ဂလသုတ် Mingala thoke, bahasa Thai: มงคลสูตร, bahasa Khmer: មង្គលសូត្រ mongkhol sut, bahasa Sanskerta "mahāmaṅgalasūtra", "महामङ्गलसूत्र", bahasa Tibet "བཀྲ་ཤིས་ཆེན་པོའི་མདོ།" ) merupakan sebuah sutta dalam Kanon Pali yang berisi tentang ajaran sang Buddha mengenai "berkah utama" (merujuk pada kata maṅgala yang dapat diartikan pula sebagai "pertanda baik" atau "nasib baik").[1] Pada sutta ini, Sang Buddha menguraikan bahwa berkah utama adalah pencapaian menjadi pribadi yang sehat dan berguna, pribadi yang menjalankan hidup yang suci, pribadi yang menjauhi perbuatan buruk, dsb.

Sutta ini dapat dijumpai pada Kanon Pali dalam Khuddaka Nikāya, tepatnya berada di Khuddakapatha (Khp 5) dan Sutta Nipata (Sn 2.4).[2] Sutta ini pun termasuk dalam bagian paritta, dan termasuk dalam Kanon Tibet pada bagian Kangyur (བཀའ་འགྱུར།).

Latar belakang

sunting

Dalam Atthakatha,[3] diuraikan bahwa pada suatu ketika terjadi suatu diskusi yang sangat besar di wilayah Jambudwipa mengenai apa makna berkah yang sesungguhnya. Diskusi ini pun terdengar hingga ke alam para dewa yang menyebabkan para dewa turut memperdebatkan apa makna berkah yang sesungguhnya hingga perdebatan tersebut meluas dan terdengar sampai ke alam tertinggi yaitu alam Brahma. Oleh karena itu, dewa Sakka menyarankan para dewa untuk mengutus salah satu dewa kepada Sang Buddha untuk meminta petunjuk apa makna berkah yang sesungguhnya.

Sutta ini diajarkan oleh sang Buddha ketika beliau berada di Kuil Jetavana untuk menjawab pertanyaan seorang dewa mengenai hal apa yang sebenarnya menjadi berkah utama (maṅgalāni) di dunia ini. Sutta ini menjelaskan tentang 38 berkah utama yang ada dalam kehidupan dunia ini. Sutta ini pun biasanya selalu dibaca ketika pembacaan paritta dan diyakini bahwa menuliskan sutta ini pada sebuah buku merupakan suatu bentuk kebajikan.

Teks Sutta dalam Bahasa Pali

sunting

Evamme suttaṁ. Ekaṁ samayaṁ bhagavā, Sāvatthiyaṁ viharati, Jetavane anāthapiṇḍikassa ārāme.

Atha kho aññatarā devatā, Abhikkantāya rattiyā abhikkantavaṇna Kevalakappaṁ jetavanaṁ obhāsetvā. Yena bhagavā tenupasankami.

Upasaṅkamitvā bhagavantaṁ abhivādetvā, Ekamantaṁ atthāsi, Ekamantaṁ ṭhitā kho sā devatā, Bhagavantaṁ gāthāya ajjhabhāsi :

Bahū Devā manussā ca Maṅgalāni acintayuṁ, Ākaṅkhamānā sotthānaṁ Brūhi maṅgalamuttamaṁ

Asevanā ca bālānaṁ, Paṇḍitānañca sevanā, Pūjā ca pūjanīyānaṁ, Etam maṅgalamuttamaṁ.

Paṭirūpadesavāso ca, Pubbe ca katapuññatā, Attasammāpadihi ca, Etam maṅgalamuttamaṁ.

Bāhusaccañca sippañca, Vinayo ca susikkhito, Subhāsitā ca yā vācā, Etam maṅgalamuttamaṁ.

Mātāpitu-upaṭṭhānaṁ, Puttadārassa saṅgaho, Anākulā ca kammantā, Etam maṅgalamuttamaṁ.

Dānañca dhammacariyā ca, Ñātakānañca saṅgaho, Anavajjāni kammāni, Etam maṅgalamuttamaṁ.

Āratī viratī pāpā, Majjapānā ca saññamo, Appamādo ca dhammesu, Etam maṅgalamuttamaṁ.

Gāravo ca nivāto ca, Santuṭṭhi ca kataññutā, Kālena Dhammasavanaṁ, Etam maṅgalamuttamaṁ.

Khantī ca sovacassatā, Samaṇānañca dassanaṁ, Kālena Dhammasākacchā, Etam maṅgalamuttamaṁ.

Tapo ca Brahmacariyañca, Ariyasaccāna dassanaṁ, Nibbānasacchikiriyā ca, Etam maṅgalamuttamaṁ.

Phuṭṭhassa lokadhammehi, Cittaṁ yassa na kampati, Asokaṁ virajaṁ khemaṁ, Etam maṅgalamuttamaṁ.

Etādisāni katvāna, Sabbatthamaparājitā, Sabbattha sotthiṁ gacchanti, Tantesaṁ maṅgalamuttaman ti.[4]

Teks Sutta dalam Bahasa Indonesia

sunting

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika sang Bhagava menetap di dekat kota Savatthi, di wilayah Jetavana, di wihara Anathapindika.

Di saat itu, datanglah dewa, ketika hari menjelang pagi, dengan cahaya yang cemerlang menerangi seluruh wilayah Jetavana, mengunjungi sang Bhagava.

Dan menghormati beliau, lalu berdiri di satu sisi. Sambil berdiri di satu sisi, dewa itu berkata kepada sang Bhagava dalam syair ini:

Banyak dewa dan manusia berselisih paham tentang berkah, yang diharapkan membawa keselamatan, maka mohon terangkanlah, apa berkah utama itu?

Tak bergaul dengan orang-orang yang tak bijaksana, bergaul dengan mereka yang bijaksana, dan menghormati yang patut dihormati, Itulah Berkah Utama

Bertempat tinggal di tempat yang sesuai, memiliki timbunan kebajikan di masa lampau, dan membimbing diri ke arah yang benar, Itulah Berkah Utama

Berpengetahuan luas, berketerampilan, terlatih baik dalam tata susila, dan bertutur kata dengan baik, Itulah Berkah Utama

Membantu ayah dan ibu, Menyokong anak dan isteri, dan bekerja dengan sungguh-sungguh, Itulah Berkah Utama

Berdana, dan hidup sesuai dengan Dhamma, menolong sanak saudara dan kerabat, dan tidak melakukan pekerjaan tercela, Itulah Berkah Utama

Menjauhi, menghindari perbuatan buruk, menahan diri dari minuman keras, dan tak lengah melaksanakan Dhamma, Itulah Berkah Utama

Selalu memiliki rasa hormat, dan rendah hati, merasa puas dan bersyukur dengan yang dimiliki, dan mendengarkan Dhamma pada waktu yang sesuai, Itulah Berkah Utama

Sabar, rendah hati bila dinasihati, mengunjungi para petapa, dan membahas Dhamma pada waktu yang tepat, Itulah Berkah Utama

Bersemangat dalam mengikis kotoran batin, menjalankan hidup suci, menembus Empat Kebenaran Mulia, dan mencapai Nibbana, Itulah Berkah Utama

Meski digoda oleh hal-hal duniawi, namun batin tak tergoyahkan, tiada sedih, tanpa noda, dan penuh damai, Itulah Berkah Utama

Karena dengan melaksanakan hal-hal seperti itu, para dewa dan manusia tak akan terkalahkan di mana pun, serta mencapai kebahagiaan di mana pun berada, Inilah Berkah Utama bagi para dewa dan manusia.[5]

Referensi

sunting
  1. ^ For example, Rhys Davids & Stede (1921-25), p. 513, entry for "Mangala" (retrieved 08-28-2008 from "U. Chicago" at http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.2:1:3740.pali[pranala nonaktif permanen]) translates mangala as 'good omen, auspices, festivity.'
  2. ^ Sn, pp. 46f
  3. ^ KhpA.vii.; SnA.i.300
  4. ^ Mangala Sutta – Sutta mengenai keberkahan
  5. ^ Terjemahan bahasa Indonesia Mangala Sutta

Lihat pula

sunting