Pengguna:Fazoffic/bak pasir/Kematian Muhammad
- Versi Pengguna:Fazoffic,
- Bagian pembuka lebih pendek dan ringkas
- Hal-hal yang penting disimpan di subbagian-subbagian yang tersedia dan terkadang dibuatkan subbagian baru.
- Setiap bagian disesuaikan dengan isinya dan terkadang diterjemahkan dari artikel lain.
- Memiliki referensi berbentuk {{sfn}} yang terhubung langsung ke bibliografi.
Konten yang diperluas
| |||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Kematian Nabi dan Rasul Islam Muhammad (570–632) terjadi di usianya yang ke-63 tahun,[1][2] di rumah istrinya, Aisyah.[3] Muhammad meninggal dunia ketika kepalanya berada dalam posisi bersandar di antara dada dan leher Aisyah.[3] Peristiwa ini terjadi pada hari Senin, 8 Juni 632 M menurut tradisi Muslim.[4] Sejumlah pihak Muslim Sunni, mencatat bahwa sebelum kematiannya, Muhammad telah diracuni oleh seorang wanita Yahudi setelah kepulangannya dari Khaibar. Racun tersebut diletakkan pada makanan yang dihidangkan kepada Muhammad. Sementara itu, Muslim Syi'ah cenderung menuduh Aisyah dan Hafshah bekerja sama untuk meracuni Muhammad. Muhammad dimakamkan di rumah Aisyah, yang kini terletak di Kubah Hijau, Masjid Nabawi.[5] Kemudian, Khalifah Rasyidin pertama dan kedua, Abu Bakar dan Umar, dimakamkan di sebelah makam Muhammad atas wasiat mereka berdua. Kematian Muhammad menandai pembentukan sistem Khilafah dalam Islam, perselisihan Islam Sunni dan Syi'ah, serta pendirian negara kekhalifahan Islam pertama, Kekhalifahan Rasyidin. PenyebabPada Desember 629, setelah sebelumnya beremigrasi (hijrah) secara sembunyi-sembunyi dari Makkah menuju Madinah, kini Muhammad tampil sebagai panglima perang pada Penaklukan Makkah yang sukses besar.[6] Setelah kembali ke Madinah, Muhammad mengumumkan bahwa ia akan melakukan ibadah Haji pertama dan terakhirnya. Namun, ketika ia kembali dari Haji Wada' (Haji perpisahan), Muhammad jatuh sakit.[7] Sejumlah sejarawan berpendapat bahwa sakit yang diderita oleh Muhammad mungkin dikarenakan wabah yang berjangkit di Madinah saat itu. Sementara yang lain menulis bahwa Muhammad menderita sakit demam.[8]
Literatur Islam Sunni menyebutkan bahwa sebelum kematiannya, Muhammad diracuni oleh seorang wanita Yahudi Khaibar yang bernama Zainab binti al-Harits.[9] Racun tersebut diletakkan pada daging yang dihidangkannya kepada Muhammad.[10] Wanita tersebut mengaku berbuat demikian untuk membalaskan dendam rakyatnya, ayahnya, pamannya dan suaminya yang dibunuh oleh Pasukan Muhammad.[11][12] Dan jika Muhammad adalah benar seorang Nabi, perempuan tersebut yakin kalau apa yang dilakukannya tidak akan membahayakan Muhammad.[13] Berbeda dari Muslim Sunni, pihak Muslim Syi’ah menyangkal cerita mengenai racun yang dikonsumsi Muhammad adalah penyebab kematiannya.[14] Syi'ah justru menyebutkan dalam riwayat mereka bahwa kematian Muhammad terjadi karena racun yang disisipkan oleh Aisyah yang bekerjasama dengan Hafshah.[15] Tuduhan ini dengan keras ditolak oleh Sunni dengan menyebutnya sebagai provokasi.[15] Firasat
Pada tahun 632, pada akhir tahun kesepuluh setelah hijrah ke Madinah, Muhammad menyelesaikan ziarah Islam pertamanya yang benar, menetapkan prioritas untuk Ziarah Agung tahunan, yang dikenal sebagai haji.[16] Setelah menyelesaikan ziarah tersebut, Muhammad menyampaikan sebuah pidato terkenal, yang dikenal sebagai Khotbah Perpisahan (Khotbah Wada'), di Gunung Arafah di sebelah timur Mekkah. Dalam khotbah ini, Muhammad menasehati para pengikutnya untuk tidak mengikuti adat pra-Islam tertentu. Misalnya, dia bilang kulit putih tidak memiliki keunggulan dibanding warna hitam, atau hitam memiliki keunggulan dibanding kulit putih kecuali oleh kesalehan dan tindakan baik.[17] Dia menghapus perseteruan darah lama dan perselisihan berdasarkan sistem suku sebelumnya dan meminta janji lama untuk dikembalikan sebagai implikasi dari penciptaan komunitas Islam yang baru. Mengomentari kerentanan perempuan di masyarakatnya, Muhammad meminta pengikut laki-lakinya untuk menjadi baik bagi perempuan, karena mereka adalah tawanan yang tidak berdaya di rumah Anda. Anda membawa mereka ke dalam kepercayaan Allah, dan melegitimasi hubungan seksual Anda dengan Firman Tuhan, maka masuklah ke indra Anda orang-orang, dan dengarkan kata-kata saya ... Dia mengatakan kepada mereka bahwa mereka berhak mendisiplinkan istri mereka tapi harus melakukannya dengan baik. Dia berbicara tentang masalah warisan dengan melarang klaim palsu tentang ayah atau hubungan klien dengan almarhum, dan melarang pengikutnya untuk meninggalkan kekayaan mereka kepada pewarisnya. Dia juga menjunjung tinggi kesucian empat bulan lunar setiap tahun.[18][19] Menurut tafsir Sunni, ayat al-Qur'an yang disampaikan dalam acara ini adalah "Hari ini Aku telah menyempurnakan agamamu, dan melengkapi nikmat-Ku untukmu dan memilih Islam sebagai agama bagimu" (Quran 5:3).[16] Menurut tafsir Saba, ini menunjuk pada pengangkatan Ali bin Abi Thalib di kolam Khumm sebagai penerus Muhammad, ini terjadi beberapa hari kemudian ketika umat Islam kembali dari Makkah ke Madinah.[20][21]
Wikisumber memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:
Pidato (khotbah) terakhir disampaikan oleh Muhammad pada tanggal 9 Zulhijah, 10 Kalender Hijriyah (6 Maret 632).[22] di Uranah lembah Gunung Arafah, selama haji. Muhammad al-Bukhari mengacu khotbah dan mengutip bagian dari itu di 'nya' Sahih al-Bukhari , [23][24][25] Bagian dari itu juga hadir di Sahih Muslim[26] dan Sunan Abu Dawud.[27]
Di Ghadir Khum, Rabigh, Muhammad memanggil kafilah Muslim untuk berhenti menjelang shalat berjamaah.[34] Muhammad naik ke atas sebuah mimbar yang dinaungi oleh daun-daun palem.[35] Setelah shalat,[34] Muhammad menyampaikan khotbah kepada sejumlah besar Muslim di mana, sebagaimana diriwayatkan dalam Hadits dua hal berat, dia menekankan pentingnya dua hal: al-Qur'an, dan Ahlul Baitnya.[36][37][35][38] Hadits ini diriwayatkan secara luas oleh Sunni dan Syiah. Versi yang muncul dalam Musnad Ahmad, sebuah sumber sunni kanonik, adalah sebagai berikut:
Muhammad mungkin mengulangi pernyataan ini berkali-kali,[36][39] dan ada beberapa versi yang sedikit berbeda dari hadits ini dalam sumber-sumber Sunni.[36] Misalnya, versi yang muncul dalam Sunan an-Nasa'i, sumber Sunni kanonik lainnya, juga menyertakan peringatan, "Perhatikanlah bagaimana Anda memperlakukan dua hal [warisan] itu sepeninggal saya."[35] Kemudian, sambil memegang tangan Ali, Muhammad bertanya apakah dia lebih dicintai oleh orang-orang beriman daripada diri mereka sendiri, Ketika mereka mengiyakan, Muhammad menyatakan,[35]
Pernyataan Muhammad ini dikenal dengan Hadits Walayah dalam Syiah.[42] Muhammad mungkin mengulangi kalimat ini tiga atau empat kali lagi.[37][43] Seperti yang dilaporkan dalam Musnad Ahmad Ia kemudian melanjutkannya dengan doa, "Ya Allah, jadilah sahabat bersama para sahabat Ali dan jadilah musuh dari musuhnya",[44] berdasarkan sumber Sunni Syawahid al-tanzil dan Syi'ah Nahjul Haq. Ibnu Katsir dan juga Ahmad bin Hambal dalam musnadnya mengisahkan bahwa sahabat Muhammad, Umar memberi selamat kepada Ali setelah khotbah dan mengatakan kepadanya, "Kamu sekarang telah menjadi mawla dari setiap pria dan wanita yang beriman".[45][35][46]
Wikisumber memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:
Terdapat kekeliruan di banyak kalangan umat muslim Indonesia, menganggap bahwa ayat terakhir yang diturunkan Allah kepada Muhammad adalah ayat (QS Al-Maidah:3):
Berbagai riwayat Shahihain dari al-Bukhari dan Muslim bin Hajjaj melaporkan bahwa ayat terakhir yang diturunkan kepada Muhammad sesungguhnya adalah ayat mengenai Kalalah.[47] Dan surah lengkap yang terakhir diturunkan adalah Surah At-Taubah (Bara'at).[48] KematianBeberapa bulan setelah ziarah perpisahan, sakit yang dialami Muhammad semakin serius. Muhammad meminta agar dirawat di rumah istriya, Aisyah. Ia diantar oleh dua sahabatnya, yaitu Abbas dan Ali, dengan kakinya yang terseret-seret di atas tanah. Pada saat ini permusuhan antara Aisyah dan Ali semakin terlihat (yang kemudian berujung pada Perang Jamal) di mana Aisyah enggan menyebut nama Ali pada riwayat di atas, walaupun dia menyebutkan nama Abbas.[49] Aisyah melaporkan, pada sakitnya Muhammad yang berujung pada kematiannya, ia kerap mengadu kepadanya,
Ketika Muhammad sakit, Aisyah bersama beberapa orang lain, menuangkan obat ke mulutnya. Namun Muhammad menolak, dengan mengatakan, “Jangan tuangkan obat ke mulutku”. Mereka mengira sikap Muhammmad tersebut hanyalah bentuk ketidaksukaan yang biasa dialami orang sakit terhadap obat. Ketika Muhammad merasa lebih baik, ia mengatakan, “Bukankah aku sudah larang kalian untuk tidak menuangkan obat ke mulutku?” Mereka pun menjawab kalau mereka mengira itu hanya sikap yang umum orang alami ketika sakit untuk tidak menyukai obat. Muhammad menyuruh mereka yang hadir di rumah tersebut untuk juga meminum obat, kecuali Abbas, karena dia tidak hadir ketika mereka melakukannya.[50] Sakit yang dialami Muhammad semakin parah, dan pada hari terakhirnya, ia bersandar di dada Aisyah. Kemudian, Aisyah mendengar Muhammad mengucapkan:
Disebutkan bahwa Muhammad terus mengulang-ulang doa tersebut hingga nafas terakhirnya. Ia akhirnya meninggal dunia pada hari Senin, 8 Juni 632 M.[4][3] Muhammad dikuburkan di tempat dimana ia meninggal, yaitu di rumah Aisyah.[16][54][55] Pada masa pemerintahan khalifah Umayyah al-Walid I, Masjid Nabawi (Masjid Nabi) diperluas untuk mencapai makamnya.[56] Kubah Hijau di atas makam dibangun oleh Sultan Mamluk al-Mansur Qalawun pada abad ke-13, meskipun warna hijau ditambahkan pada abad ke-16, di bawah pemerintahan Sultan Utsmaniyah, Suleiman Agung.[57] Di tempat yang berdekatan dengan makam Muhammad terdapat dua makam milik sahabat terkemukanya yang juga merupakan dua khalifah pertama Muslim, Abu Bakar dan Umar. Selain itu, terdapat makam yang kosong yang diyakini umat Islam sebagai makam Isa ketika turun kembali ke Bumi.[55][58][59] Sewaktu Said bin Abdul-Aziz menguasai Madinah pada tahun 1805, makam Muhammad dilucuti dari ornamen-ornamen emasnya.[60] Hampir semua kubah-kubah makam yang terdapat di Madinah dihancurkan untuk mencegah pengkultusan,[60] dan Kubah pada makam Muhammad dilaporkan juga hampir ikut dihancurkan.[61] Penghancuran kubah-kubah makam dikatakan juga terjadi pada tahun 1925 ketika milisi Saudi berhasil mengambil alih (dan kali ini berhasil mempertahankan) kota tersebut.[62][63][64] Dalam penafsiran Wahhabi tentang Islam, penguburan harus dilakukan di makam yang tidak bertanda.[60] Banyak jamaah haji tetap melakukan ziarah ke makam-makam, walaupun praktek ini umumnya tidak disukai oleh orang-orang Saudi.[65][66] Makam dan jasad
Kuburan Muhammad terletak di dalam batas-batas rumah yang dulu adalah rumah istrinya, Aisyah. Yang setelah kematiannya disatukan dengan masjid Nabawi. Masjid tersebut diperluas pada masa pemerintahan Khalifah Al-Walid I untuk memasukkan makamnya.[56] Kuburan Muhammad adalah alasan penting bagi kesucian masjid Nabawi. Kubah Nabi menandai lokasi makam tersebut.[5] Jutaan orang mengunjunginya setiap tahun, karena ini adalah tradisi untuk mengunjungi masjid Nabawi setelah berziarah ke Makkah. Dua khalifah pertama, Abu Bakr dan Umar dimakamkan di samping Muhammad. Umar diberi tempat di samping Muhammad oleh Aisha, yang semula ditujukan untuknya. Tempat kosong di samping makam Muhammad diperuntukkan bagi Yesus.[67] Menurut komentator Quran Baidawi, Yesus akan kembali ke Tanah Suci untuk membunuh Antikristus dan memerintah selama 40 tahun, kemudian dimakamkan di samping Muhammad.[68] Kuburan Muhammad sendiri tidak dapat dilihat karena daerah itu ditutup oleh sebuah jala emas dan tirai hitam karena ajaran Wahhabi yang melarang memberi makna penting bagi kuburan (kunjungan kuburan dan almarhum diperbolehkan di hampir semua sekte utama Islam lainnya). Kuburan itu sendiri ditutupi oleh sarkofagus simbolis dan dihiasi dengan sutra hijau.[69]
Pada tahun 2014 lalu, ada isu penggalian makam Muhammad yang akan dilakukan oleh Pemerintahan Arab Saudi. Namun, isu tersebut sebenarnya tidaklah benar. Masjid Nabawi memang ingin diperluas, tetapi makam itu tidak akan dihancurkan. KH Amidan, pengurus Majelis Ulama Indonesia mengatakan bahwa isu itu adalah isu yang disebarkan untuk mengadu-domba kalangan Muslim. Menurutnya, kalau memang makam itu akan dibongkar, pastilah Arab Saudi akan diprotes oleh umat Islam di seluruh dunia, dan ia juga merasa bahwa Arab Saudi tidak akan berani melakukannya.[70] Berita ini kali pertama disebarkan oleh media di Iran, yakni Fars Media Agency dan diikuti pers Indonesia.[70] Selain dari itu, kabar kebohongan ini juga mengutip dari The Independent dan Daily Mail yang berkantor pusat di Inggris. Mereka menyebar berita pada September 2014. Kabar ini diambil dari sebuah dokumen setebal 61 halaman yakni jurnal ilmiah Presidensi Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang tidak diterjemahkan dengan baik.[71] Pimpinan redaksi koran Mekkah, Muwafaq an-Nuwasyar, menuding dua surat kabar ini secara serampangan mengambil berita dan salah terjemah, sehingga koran Independent jatuh dalam perangkap kesalahpahaman. Kaum Muslim Indonesia sempat terpancing dengan berita ini, sehingga telah ada pernyataan dari duta besar Indonesia kepada Saudi Arabia, Mustafa bin Ibrahim al-Mubarak –sebagaimana menurut Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin– bahwa Arab Saudi memang tidak ada rencana untuk memindahkan makam dan memiliki komitmen yang tinggi menjaga keberadaan makam tersebut. Selain itu Menteri Agama menghimbau semua organisasi masyarakat Islam Indonesia supaya tidak perlu menguras tenaga dan emosi hanya karena berita yang tak berdasar tidak jelas itu.[71]
Dibangun pada 1279 M atau 678 H pada masa pemerintahan Mamluk Sultan Al Mansur Qalawun,[72] struktur aslinya terbuat dari kayu dan tidak berwarna,[73] dilukis putih dan biru di restorasi selanjutnya. Setelah kebakaran serius melanda Masjid pada tahun 1481, masjid dan kubah tersebut telah dibakar dan sebuah proyek restorasi diprakarsai oleh Sultan Qaitbay yang memiliki sebagian besar basis kayu diganti dengan struktur bata untuk mencegah runtuhnya kubah di masa depan. Dan piring bekas timbal untuk menutupi kubah kayu baru. Bangunan tersebut, termasuk Makam Muhammad, diperbarui secara ekstensif melalui patronase Qaitbay.[74] Kubah saat ini ditambahkan pada tahun 1818 oleh Sultan Mahmud II Ottoman. Kubah itu pertama kali dicat hijau pada tahun 1837.[56] Ketika Saud bin Abdul Aziz membawa Madinah pada tahun 1905, para pengikutnya, kaum Wahhabi, menghancurkan hampir semua kubah makam di Madinah berdasarkan keyakinan mereka bahwa pemujaan terhadap makam dan tempat yang dianggap memiliki kekuatan supernatural adalah pelanggaran terhadap tawhid.[75] Makam Muhammad dilucuti dari ornamen emas dan perhiasannya, namun kubah tersebut dipelihara baik karena usaha yang gagal untuk menghancurkan strukturnya yang mengeras, atau karena beberapa waktu yang lalu. Abd al-Wahhab menulis bahwa dia tidak ingin melihat kubah tersebut hancur meski dia memiliki keengganan untuk orang-orang berdoa di makam.[76] Kejadian serupa terjadi pada tahun 1925 ketika milisi Saudi merebut kembali - dan kali ini berhasil mempertahankan - kota [62][63][64] Pada tahun 2007, menurut Independent, sebuah pamflet, yang diterbitkan oleh Kementerian Urusan Islam Saudi dan didukung oleh mufti besar Arab Saudi, menyatakan bahwa kubah hijau akan dibongkar dan tiga kuburan diratakan di Masjid Nabawi.[77]
Menurut riwayatnya, ada beberapa kali usaha pencurian yang tercatat di dalam sejarah:[69][78]
WasiatSeluruh ulama Muslim sepakat, bahwa Al-Qur'an adalah Wasiat utama yang diberikan Muhammad kepada umatnya, sebuah teks keagamaan yang paling utama dan sebagai sumber Hukum Islam. Muslim percaya bahwa kitab ini adalah ucapan Tuhan yang diwahyukan kepada Muhammad melalui Malaikat Jibril.[79][80] Wasiat lain yang disampaikan Muhammad adalah koleksi Hadis, tindakan perbuatan fisik dan ucapan yang berisi pengajaran dan tradisi dari Muhammad. Hadits dikumpulkan oleh generasi setelah kematian Muhammad termasuk Muhammad al-Bukhari, Muslim bin al-Hajjaj, Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Abdurrahman An-Nasa'i, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Malik bin Anas. Akibat
Setelah kematian Muhammad, komunitas Muslim tidak siap menghadapi kehilangan pemimpinnya dan banyak yang mengalami keterkejutan yang mendalam. Di antara para sahabat Muhammad, respon Umar adalah yang paling keras menentang kematian Muhammad, ath-Thabari melaporkan bahwa Umar berdiri dan mengatakan: "Beberapa orang munafik mengklaim bahwa Muhammad telah meninggal dunia, demi Allah, ia tidak meninggal dunia, tetapi pergi menemui Allah sebagaimana Musa bin Imran yang menghilang dari umatnya selama 40 hari. Musa kembali setelah dikatakan dia telah meninggal dunia. Demi Allah, Rasul akan kembali dan memotong tangan dan kaki orang-orang yang mengatakan bahwa ia telah meninggal dunia!."[81] Umar juga mengancam akan membunuh siapa saja yang mengatakan bahwa Muhammad telah meninggal dunia.[82] Abu Bakar berusaha menenangkan Umar dengan meyakinkannya bahwa Muhammad telah menerima kematiannya.[83] Abu Bakar kemudian berbicara kepada orang-orang yang berkumpul di masjid dan mengatakan,[84]
Abu Bakar kemudian membacakan surah Ali Imran ayat ke-144, yang langsung menyadarkan komunitas Muslim yang bersedih,[82]
Setelah pemakaman Muhammad, Aisyah melaporkan bahwa kertas yang digunakan untuk mencatat ayat rajam dan ayat menyusui orang dewasa sepuluh kali untuk menjadi mahram telah habis dimakan domba.[86] Yang mana menyebabkan ayat-ayat tersebut tidak ditemukan lagi di dalam al-Quran manapun pada saat ini. Walaupun di dalam berbagai riwayat shahih; Umar, Aisyah dan para sahabat terkemuka Muhammad telah memastikan bahwa ayat-ayat yang dimaksud benar-benar diturunkan Allah dan disampaikan oleh Muhammad kepada umatnya.[87][88][89][90][91] Para ulama Muslim mengatakan bahwa untuk apa yang terjadi pada ayat-ayat ini adalah salah satu bentuk nasakh (pembatalan) pada ayat-ayat Al-Quran di mana lafazh atau bacaannya dihapus namun hukumnya masih berlaku.[92][86]
Segera setelah kematian Muhammad, kaum Anshar melangsungkan pertemuan di Saqifah klan Bani Sa'idah.[93] Keyakinan umum pada saat itu adalah bahwa tujuan pertemuan adalah agar Anshar memutuskan pemimpin baru komunitas Muslim di antara mereka sendiri, dengan sengaja mengecualikan Muhajirin (pendatang dari Makkah), meskipun hal ini kemudian menjadi bahan perdebatan.[94] Namun demikian, Abu Bakar dan Umar, setelah mengetahui pertemuan tersebut, menjadi khawatir akan potensi kudeta dan bergegas ke pertemuan tersebut. Setelah tiba, Abu Bakar berbicara kepada orang-orang yang berkumpul dengan peringatan bahwa upaya untuk memilih seorang pemimpin di luar suku Muhammad sendiri, suku Quraisy, kemungkinan besar akan mengakibatkan pertikaian, karena hanya mereka yang dapat memperoleh rasa hormat yang diperlukan di antara masyarakat. Dia kemudian memegang tangan Umar dan Abu Ubaidah bin Jarrah, dan menawarkan mereka kepada Anshar sebagai pilihan potensial. Habab bin Mundzir, seorang veteran pertempuran Badar, membalas dengan pendapatnya sendiri bahwa suku Quraisy dan Ansar masing-masing memilih seorang pemimpin dari antara mereka sendiri, yang kemudian akan memerintah bersama. Kelompok tersebut menjadi panas setelah mendengar proposal ini dan mulai berdebat di antara mereka sendiri.[95] Umar buru-buru meraih tangan Abu Bakar dan bersumpah setia kepada yang terakhir, contoh yang diikuti oleh orang-orang yang berkumpul. Pertemuan itu bubar ketika terjadi pertikaian sengit antara Umar dan kepala Bani Sa'ida, Sa'ad bin Ubadah. Ini mungkin menunjukkan bahwa pilihan Abu Bakar mungkin tidak bulat, dengan emosi memuncak akibat ketidaksepakatan.[96] Abu Bakar hampir secara universal diterima sebagai kepala komunitas Muslim (dengan gelar Khalifah) sebagai hasil dari Saqifah, meskipun ia menghadapi perselisihan karena sifat acara yang terburu-buru. Beberapa sahabat, yang paling menonjol di antara mereka adalah Ali bin Abi Thalib, awalnya menolak untuk mengakui kekuasaannya.[93] Di kalangan Syiah, juga dikatakan bahwa Ali sebelumnya telah ditunjuk sebagai pewaris Muhammad secara sah.[93] Abu Bakar kemudian mengirim Umar untuk menghadapi Ali, mengakibatkan pertengkaran yang mungkin melibatkan kekerasan.[97] Namun, setelah enam bulan kelompok tersebut berdamai dengan Abu Bakar dan Ali menawarkan kesetiaannya.[98][99]
Setelah kematian Muhammad, terjadi Perang Sipil antar para Sahabat Muhammad pada Perang Saudara Islam I di tahun 656–661 M, di mana beberapa pertempuran yang terjadi pada saat itu adalah antara kubu Aisyah melawan kubu Ali bin Abi Tholib pada Perang Jamal; pertempuran pihak Muawiyah (sepupu Utsman) melawan kubunya Ali; Perang Karbala di mana cucu Muhammad yaitu Hussain tewas dipenggal oleh pasukan Yazid bin Muawiyah;[100][101] dll. Kemudian dilanjutkan dengan Perang Saudara Islam II yang terjadi di tahun 680–692 M. Beberapa dari dampak yang diakibatkan oleh perang ini adalah seperti hancurnya Ka'bah dua kali pada Pengepungan Makkah di tahun 683 dan 692, dan pecahnya batu Hajar Aswad menjadi tiga kepingan.[102][103][104] Yang mana lalu dilanjutkan dengan Perang Saudara Islam III pada tahun 744–747/750 M.
Setelah kematian Muhammad, Muslim terpecah menjadi dua, yaitu Sunni dan Syi'ah. Muslim Sunni percaya bahwa Muhammad tidak memilih siapa pun untuk menggantikannya, melainkan beralasan bahwa dia bermaksud agar komunitas memutuskan seorang pemimpin di antara mereka sendiri.[105] Namun, beberapa hadis khusus digunakan oleh Sunni untuk membenarkan bahwa Muhammad menginginkan Abu Bakar untuk berhasil, tetapi dia telah menunjukkan keputusan ini melalui tindakannya daripada melakukannya secara lisan.[105] Sunni menganggap bahwa pengganti Muhammad dipilih sendiri oleh umat secaa demokrasi.[106] Sementara itu, Muslim Syi'ah menganggap bahwa Muhammad telah mengumumkan Ali sebagai pewaris dan penggantinya yang sah pada pidatonya di Ghadir Khum.[107][108] Ali juga dikatakan telah mewarisi Muhammad dalam bentuk penafsiran al-Qur'an.[109] Syi'ah menganggap bahwa Imamah diwariskan kepada Ali dan keturunannya.[110] Khawarij muncul pada tahun-tahun terakhir kekhalifahan Ali dan pemberontakan mereka diakhiri oleh Ali pada saat yang sama.[111] Gerakan "moderat" dari Khawarij, Ibadiyah,[112] menerima secara sah kekhalifahan Abu Bakar dan Umar, namun menganggap bahwa Utsman telah melakukan dosa besar di akhir kekhalifahannya.[113] Mereka juga sependapat dengan Syi'ah dan meyakini bahwa Abu Bakar dan Umar telah melakukan kudeta politik terhadap Ali.[114] CatatanReferensi{{Reflist}} Bibliografi
|
- Versi Pengguna:NurIslam212
- Bagian pembuka lebih panjang.
- Bibliografi tidak dihubungkan dan tidak ada {{sfn}} maupun kutipan lain yang terhubung ke bibliografi.
- Informasi yang penting-penting telah disampaikan di bagian pembuka terlebih dahulu.
Konten yang diperluas
| |||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Kata-kata terakhir Muhammad
Kematian Nabi dan Rasul Islam Muhammad (570–632) terjadi di usianya yang ke-63 tahun,[118][119] di rumah istri favoritnya yakni Aisyah.[3] Pada saat sakitnya yang berujung pada kematiannya, Muhammad kerap mengadu kepada Aisyah bahwa dia masih merasakan sakit yang diakibatkan oleh racun yang terkonsumsi olehnya dari daging yang diberikan wanita yahudi bernama Zainab binti Al-Harits di Khaibar.[120] Dan Muhammad merasa pembuluh jantungnya seakan-akan sedang dipotong oleh racun itu.[121][122] Wanita yahudi tersebut mengaku berbuat demikian untuk membalaskan dendam rakyatnya, ayahnya, pamannya dan suaminya yang dibunuh pasukan Muhammad.[123] Dan jika Muhammad adalah benar seorang Nabi, perempuan tersebut yakin kalau apa yang dilakukannya tidak akan membahayakan Muhammad.[124] Muhammad meninggal dunia ketika kepalanya berada di antara dada dan leher Aisyah.[3] Ini terjadi pada hari Senin, 8 Juni 632 M.[4] Berbeda dari pihak Sunni, pihak Syi’ah menuding dalam riwayat mereka bahwa kematian Muhammad justru terjadi karena racun yang disisipkan oleh kedua istrinya, yakni Aisyah yang berkomplot dengan Hafshah.[15] Di antara para sahabat Muhammad, respon Umar bin Khattab adalah yang paling keras akan kematian Nabi Muhammad, Thabari melaporkan bahwa Umar berdiri dan mengatakan: "Beberapa orang munafik mengklaim bahwa Nabi Muhammad telah wafat, demi Allah, beliau tidaklah wafat, tapi melainkan beliau pergi ke tempat Allah sebagaimana Musa bin Imran dan menghilang dari umatnya selama 40 hari. Musa kembali setelah dikatakan dia telah wafat. Demi Allah, Rasulullah juga akan kembali dan memotong tangan dan kaki orang-orang yang mengklaim beliau telah wafat."[125] Pada ketika pemakaman Muhammad, Aisyah melaporkan bahwa telah habis dimakan domba kertas yang berisi catatan tentang ayat rajam dan ayat menyusui orang dewasa sepuluh kali untuk menjadi mahram.[86] Yang menyebabkan ayat-ayat tersebut tidak ditemukan lagi di dalam Al-Quran manapun pada saat ini. Walaupun di dalam berbagai riwayat shahih; Umar, Aisyah dan para sahabat Muhammad memastikan bahwa ayat-ayat yang dimaksud benar-benar diturunkan Allah dan disampaikan oleh Muhammad kepada ummatnya.[126][127][128][129][130] Para ulama Islam mengatakan bahwa untuk apa yang terjadi pada ayat-ayat ini adalah salah satu bentuk nasakh (pembatalan) pada ayat-ayat Al-Quran di mana lafazh atau bacaannya dibatalkan namun hukumnya masih berlaku.[131][86] Pasca meninggalnya Muhammad, terjadi beberapa peristiwa besar. Beberapanya seperti terpecahnya Islam menjadi Sunni dan Syiah; terjadinya Perang Sipil antar para sahabat Muhammad pada Perang Saudara Islam I di tahun 656–661 M, di mana beberapa pertempuran yang terjadi pada saat itu adalah antara kubu Aisyah melawan kubu Ali bin Abi Tholib pada Perang Jamal; pertempuran pihak Muawiyah (sepupu Utsman) melawan kubunya Ali; Perang Karbala di mana cucu Muhammad yaitu Hussain tewas dipenggal oleh pasukan Yazid bin Muawiyah;[100][101] dll. Kemudian dilanjutkan dengan Perang Saudara Islam II yang terjadi di tahun 680–692 M. Beberapa dari dampak yang diakibatkan oleh perang ini adalah seperti hancurnya Ka'bah dua kali pada Pengepungan Makkah di tahun 683 dan 692, dan pecahnya batu Hajar Aswad menjadi tiga kepingan.[102][103][104] Yang mana lalu dilanjutkan dengan Perang Saudara Islam III pada tahun 744–747/750 M. IkhtisariMuhammad lahir sekitar tahun 570 (Tahun Gajah) kota Arab Mekkah, Muhammad menjadi yatim piatu di usia mudanya; ia tumbuh di bawah pengasuhan Abu Talib. Secara berangsur-angsur, ia lebih banyak menyepi di sebuah gua bernama Hira selama beberapa malam untuk berdoa; kemudian, di usianya yang ke 40, dia dilaporkan dikunjungi Malaikat Jibril kedalam gua,[132][133][134][135] ketika ia menyatakan dirinya menerima wahyu pertama dari Allah. Tiga tahun kemudian, tahun 610[136] Muhammad memulai menyebarkan wahyu ke publik,[137] memproklamirkan bahwa "Tuhan itu Satu" yang memenuhi "berserah diri" (lit. islam) kepadanya dan mengikuti jalan yang benar (din),[138] Dia adalah seorang Nabi dan Rasul, seperti Nabi lain dalam Islam.[139][140][16] Muhammad bersama beberapa pengikut awal, menerima persekusi dari penduduk Mekkah. Untuk menghindari persekusi, Muhammad mengirim beberapa sahabat ke Habsyah sebelum dia dan pengikutnya pindah dari Mekkah ke Madinah (sebelumnya dikenal dengan Yatsrib) pada tahun 622. Peristiwa ini, Hijrah, menjadi tanda dimulainya kalender Islam, juga dikenal sebagai Kelender Hijriyah. Di Madinah, Muhammadmempersatukan beberapa kabilah di bawah Konstitusi Madinah. Di Desember 629, setelah delapan tahun mengalami konflik dengan kabilah di Mekkah, Muhammad mengumpulkan 10,000 pasukan muslim dan membebaskan Mekkah. Kekuatan tersebut cukup besar dan Muhammad menaklukan kota dengan sedikit pertumpahan darah. Di 632, beberapa bulan setelah kembali dari Haji Wada', ia jatuh sakit dan wafat. Sebelum kematiannya, kebanyakan Semenanjung Arabia menjadi menjadi beragama Islam.[141][142][143] Firasat
Pada tahun 632, pada akhir tahun kesepuluh setelah hijrah ke Madinah, Muhammad menyelesaikan ziarah Islam pertamanya yang benar, menetapkan prioritas untuk Ziarah Agung tahunan, yang dikenal sebagai haji.[16] Setelah menyelesaikan ziarah tersebut, Muhammad menyampaikan sebuah pidato terkenal, yang dikenal sebagai Khotbah Perpisahan (Khotbah Wada'), di Gunung Arafah di sebelah timur Mekkah. Dalam khotbah ini, Muhammad menasehati para pengikutnya untuk tidak mengikuti adat pra-Islam tertentu. Misalnya, dia bilang kulit putih tidak memiliki keunggulan dibanding warna hitam, atau hitam memiliki keunggulan dibanding kulit putih kecuali oleh kesalehan dan tindakan baik.[144] Dia menghapus perseteruan darah lama dan perselisihan berdasarkan sistem suku sebelumnya dan meminta janji lama untuk dikembalikan sebagai implikasi dari penciptaan komunitas Islam yang baru. Mengomentari kerentanan perempuan di masyarakatnya, Muhammad meminta pengikut laki-lakinya untuk menjadi baik bagi perempuan, karena mereka adalah tawanan yang tidak berdaya di rumah Anda. Anda membawa mereka ke dalam kepercayaan Allah, dan melegitimasi hubungan seksual Anda dengan Firman Tuhan, maka masuklah ke indra Anda orang-orang, dan dengarkan kata-kata saya ... Dia mengatakan kepada mereka bahwa mereka berhak mendisiplinkan istri mereka tapi harus melakukannya dengan baik. Dia berbicara tentang masalah warisan dengan melarang klaim palsu tentang ayah atau hubungan klien dengan almarhum, dan melarang pengikutnya untuk meninggalkan kekayaan mereka kepada pewarisnya. Dia juga menjunjung tinggi kesucian empat bulan lunar setiap tahun.[145][146] Menurut tafsir Sunni, ayat Alquran berikut disampaikan dalam acara ini: Hari ini Aku telah menyempurnakan agamamu, dan melengkapi nikmat-Ku untukmu dan memilih Islam sebagai agama bagimu (Quran 5: 3).[16] Menurut tafsir Saba, ini menunjuk pada pengangkatan Ali bin Abi Thalib di kolam Khumm sebagai penerus Muhammad, ini terjadi beberapa hari kemudian ketika umat Islam kembali dari Mekkah ke Madinah.[147][148]
Wikisumber memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:
Khotbah ini disampaikan oleh Nabi Muhammad pada tanggal 9 Zulhijah, 10 Kalender Hijriyah (6 Maret 632).[149] di Uranah lembah Gunung Arafah, selama haji. Muhammad al-Bukhari mengacu khotbah dan mengutip bagian dari itu di 'nya' Sahih al-Bukhari . [150][151][152] Bagian dari itu juga hadir di Sahih Muslim[153] dan Sunan Abu Dawud.[154] Kalimat berikut dikatakan oleh Nabi Muhammad pada akhir ibadah Haji.
Pada bulan April 623, Nabi Muhammad mengirim Ubaidah bin Harits dengan enam senar Muhajirun ke lembah Rabigh. Mereka mengharapkan untuk mencegat Quraisy yang kembali dari Suriah di bawah perlindungan Abu Sufyan bin Harb dan 200 pembalap bersenjata.[158][159][160][161][162] Partai Muslim melakukan perjalanan sejauh sumur di Thanyat al-Murra,[158][161] di mana Sa'ad bin Abi Waqqas menembakkan anak panah ke arah orang Quraisy. Ini dikenal sebagai panah pertama Islam.[158][160][163] Terlepas dari serangan mendadak ini, mereka tidak menghunuskan pedang atau pendekatan satu sama lain, dan orang-orang Muslim kembali dengan tangan hampa.[159][160][161]
Wikisumber memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:
Terdapat kekeliruan di banyak kalangan umat muslim Indonesia, menganggap bahwa ayat terakhir yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad adalah ayat (QS Al-Maidah:3):
Dengan menekankan pada bagian yang ditebalkan. Akan tetapi berbagai riwayat shahih melaporkan bahwa ayat terakhir yang diturunkan kepada Nabi sesungguhnya adalah ayat mengenai Kalalah.[164] Dan surah lengkap yang terakhir diturunkan adalah Surah At-Taubah (Bara'at).[165] KematianBeberapa bulan setelah ziarah perpisahan, sakit yang dialami Muhammad semakin serius. Dia pun meminta agar dirawat di rumah istrinya yakni Aisyah. Muhammad lalu diantar ke sana dengan dipandu oleh dua sahabatnya, yaitu Al-Abbas dan Ali bin Abi Tholib, dengan kaki Muhammad terseret-seret di tanah. Pada saat ini permusuhan antara Aisyah dan Ali semakin tampak (yang kemudian berujung pada Perang Jamal), di mana Aisyah enggan menyebut nama Ali pada riwayat di atas, walaupun dia menyebutkan nama Al-Abbas.[49] Aisyah melaporkan, pada sakitnya Muhammad yang berujung kematiannya, Muhammad kerap mengadu kepadanya, bahwa: Ketika Muhammad sakit, Aisyah bersama beberapa orang lain, menuangkan obat ke mulut Muhammad. Namun Muhammad menolak, dengan menunjuki mereka, Muhammad mengatakan, “Jangan tuangkan obat ke mulutku.” Tapi mereka mengira sikap Muhammad tersebut hanyalah bentuk ketidaksukaan yang biasa dialami orang sakit terhadap obat. Ketika merasa sedikit enakan, Muhammad berkata, “Bukankah aku sudah larang kalian untuk tidak menuangkan obat ke mulutku?” Mereka pun menjawab kalau mereka mengira itu hanya sikap yang umum orang alami ketika sakit untuk tidak menyukai obat. Maka Muhammad pun menyuruh mereka yang hadir di rumah tersebut untuk juga meminum obat, kecuali paman Muhammad, yakni Al-Abbas, karena dia tidak hadir ketika mereka melakukannya.[166] Sakit yang dialami Muhammad pun semakin parah, dan pada hari terakhirnya, Muhammad bersandar di dada Aisyah. Lalu terdengar oleh Aisyah bahwa Muhammad mengucapkan:
Muhammad pun wafat.[3] Ini terjadi pada hari Senin, 8 Juni 632 M.[4] Namun terdapat riwayat dari kalangan Syi'ah yang menuding bahwa kematian Muhammad sebenarnya disebabkan oleh racun yang disisipkan oleh Aisyah yang berkomplot dengan Hafshah.[15] Beliau dikuburkan di tempat beliau meninggal, yaitu di rumah Aisyah.[16][170][55] Pada masa pemerintahan khalifah Umayyah al-Walid I, al-Masjid an-Nabawi (Masjid Nabi) diperluas untuk mencakup makamnya beliau.[56] Kubah Hijau di atas makam beliau dibangun oleh Sultan Mamluk Al Mansur Qalawun pada abad ke-13, meskipun warna hijau ditambahkan pada abad ke-16, di bawah pemerintahan Sultan Utsmaniyah, Suleiman yang Luar Biasa.[171] Di tempat yang berdekatan dengan makam Nabi terdapat dua makam milik sahabat-sahabatnya yang juga merupakan dua khalifah pertama Muslim Abu Bakr dan Umar, dan juga terdapat makam yang kosong yang diyakini umat Islam sebagai makamnya Nabi Isa ketika dirinya turun kembali ke Bumi.[55][172][59] Sewaktu Said bin Abdul-Aziz menguasai Madinah pada tahun 1805, makam Nabi Muhammad dilucuti dari ornamen-ornamen emasnya.[60] Hampir semua kubah-kubah makam yang terdapat di Madinah dihancurkan untuk mencegah pengkultusan,[60] dan Kubah pada makamnya Nabi dilaporkan juga hampir ikut dihancurkan.[61] Penghancuran kubah-kubah makam dikatakan juga terjadi pada tahun 1925 ketika milisi Saudi berhasil mengambil alih—dan kali ini berhasil mempertahankan—kota tersebut.[62][63][64] Dalam penafsiran Wahabi tentang Islam, penguburan harus dilakukan di makam yang tidak bertanda.[60] Banyak jamaah haji tetap melakukan ziarah ke makam-makam, walaupun praktek ini umumnya tidak disukai oleh orang-orang Saudi.[65][66] Makam dan jasad
Kuburan Muhammad terletak di dalam batas-batas rumah yang dulu adalah rumah istrinya dan Aisha, Hujra. Selama hidupnya disatukan masjid. Masjid tersebut diperluas pada masa pemerintahan Khalifah Al-Walid I untuk memasukkan makamnya.[56] Kuburan Muhammad adalah alasan penting bagi kesucian masjid yang tinggi, karena Dome of the Prophet menandai lokasi makam tersebut.[173] Jutaan mengunjunginya setiap tahun, karena ini adalah tradisi untuk mengunjungi masjid setelah berziarah ke Mekah. Dua khalifah pertama, Abu Bakr dan Umar dimakamkan di samping Muhammad. Umar diberi tempat di samping Muhammad oleh Aisha, yang semula ditujukan untuknya. Tempat kosong di samping makam Muhammad diperuntukkan bagi Yesus.[67] Menurut komentator Quran Baidawi, Yesus akan kembali ke Tanah Suci untuk membunuh Antikristus dan memerintah selama 40 tahun, kemudian dimakamkan di samping Muhammad.[68] Kuburan Muhammad sendiri tidak dapat dilihat karena daerah itu ditutup oleh sebuah jala emas dan tirai hitam karena ajaran Wahhabi yang melarang memberi makna penting bagi kuburan (kunjungan kuburan dan almarhum diperbolehkan di hampir semua sekte utama Islam lainnya). Kuburan itu sendiri ditutupi oleh sarkofagus simbolis dan dihiasi dengan sutra hijau.[69]
Pada tahun 2014 lalu, ada isu penggalian makam Muhammad yang akan dilakukan oleh Pemerintahan Arab Saudi. Namun, isu tersebut sebenarnya tidaklah benar. Masjid Nabawi memang ingin diperluas, tetapi makam itu tidak akan dihancurkan. KH Amidan, pengurus Majelis Ulama Indonesia mengatakan bahwa isu itu adalah isu yang disebarkan untuk mengadu-domba kalangan Muslim. Menurutnya, kalau memang makam itu akan dibongkar, pastilah Arab Saudi akan didemo umat Islam seluruh dunia, dan ia juga merasa bahwa Arab Saudi tidak akan berani melakukannya.[70] Berita ini kali pertama disebarkan oleh media di Iran, yakni Fars Media Agency dan diikuti pers Indonesia.[70] Selain dari itu, kabar kebohongan ini juga mengutip dari The Independent dan Daily Mail yang berkantor pusat di Inggris. Mereka menyebar berita pada September 2014. Kabar ini diambil dari sebuah dokumen setebal 61 halaman yakni jurnal ilmiah Presidensi Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang tidak diterjemahkan dengan baik.[71] Pimpinan redaksi koran Mekkah, Muwafaq an-Nuwasyar, menuding dua surat kabar ini secara serampangan mengambil berita dan salah terjemah, sehingga koran Independent jatuh dalam perangkap kesalahpahaman. Kaum Muslim Indonesia sempat terpancing dengan berita ini, sehingga telah ada pernyataan dari duta besar Indonesia kepada Saudi Arabia, Mustafa bin Ibrahim al-Mubarak – sebagaimana menurut Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin – bahwa Arab Saudi memang tidak ada rencana untuk memindahkan makam dan memiliki komitmen yang tinggi menjaga keberadaan makam tersebut. Selain itu Menteri Agama menghimbau semua organisasi masyarakat Islam Indonesia supaya tidak perlu menguras tenaga dan emosi hanya karena berita yang tak berdasar tidak jelas itu.[71]
Dibangun pada 1279 M atau 678 H pada masa pemerintahan Mamluk Sultan Al Mansur Qalawun,[72] struktur aslinya terbuat dari kayu dan tidak berwarna,[73] dilukis putih dan biru di restorasi selanjutnya. Setelah kebakaran serius melanda Masjid pada tahun 1481, masjid dan kubah tersebut telah dibakar dan sebuah proyek restorasi diprakarsai oleh Sultan Qaitbay yang memiliki sebagian besar basis kayu diganti dengan struktur bata untuk mencegah runtuhnya kubah di masa depan. Dan piring bekas timbal untuk menutupi kubah kayu baru. Bangunan tersebut, termasuk Makam Nabi, diperbarui secara ekstensif melalui patronase Qaitbay.[174] Kubah saat ini ditambahkan pada tahun 1818 oleh Sultan Mahmud II Ottoman. Kubah itu pertama kali dicat hijau pada tahun 1837.[56] Ketika Saud bin Abdul Aziz membawa Medina pada tahun 1905, para pengikutnya, kaum Wahhabi, menghancurkan hampir semua kubah makam di Madinah berdasarkan keyakinan mereka bahwa pemujaan terhadap makam dan tempat yang dianggap memiliki kekuatan supernatural adalah pelanggaran terhadap tawhid.[175] Makam Muhammad dilucuti dari ornamen emas dan perhiasannya, namun kubah tersebut dipelihara baik karena usaha yang gagal untuk menghancurkan strukturnya yang mengeras, atau karena beberapa waktu yang lalu. Abd al-Wahhab menulis bahwa dia tidak ingin melihat kubah tersebut hancur meski dia memiliki keengganan untuk orang-orang berdoa di makam.[76] Kejadian serupa terjadi pada tahun 1925 ketika milisi Saudi merebut kembali - dan kali ini berhasil mempertahankan - kota [62][63][64] Pada tahun 2007, menurut Independent, sebuah pamflet, yang diterbitkan oleh Kementerian Urusan Islam Saudi dan didukung oleh mufti besar Arab Saudi, menyatakan bahwa kubah hijau akan dibongkar dan tiga kuburan diratakan di Masjid Nabawi.[77]
Menurut riwayatnya, ada beberapa kali usaha pencurian yang tercatat di dalam sejarah:[69][78]
WasiatAl-Qur'an adalah Wasiat utama yang diberikan Muhammad kepada umatnya, sebuah teks keagamaan yang paling utama dan sebagai sumber Hukum Islam. Muslim percaya bahwa kitab ini adalah ucapan Tuhan yang diwahyukan kepada Muhammad melalui Malaikat Jibril.[176][177] Wasiat lain yang disampaikan Muhammad adalah koleksi Hadits, tindakan perbuatan fisik dan ucapan yang berisi pengajaran dan tradisi dari Muhammad. Hadits dikumpulkan oleh generasi setelah kematian Muhammad termasuk Muhammad al-Bukhari, Muslim bin al-Hajjaj, Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Abdurrahman An-Nasa'i, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Malik bin Anas. PenerusMuhammad mempersatukan sebagian besar kabilah-kabilah di Jazirah Arab menjadi sebuah negara Arab Muslim yang bersatu dalam keagamaan selama akhir masa hidupnya. Dengan kematian Muhammad, ketidak setujuan pecah antara para pewarisnya.[178] Umar bin Khattab, seorang sahabat Muhammad yang setia, mengusulkan Abu Bakar, sahabat dan pengikut Muhammad. Dengan tambahan dukungan, Abu Bakar di daulat sebagai khalifah pertama. Pemilihan ini disangkal beberapa sahabat Muhammad, yang menyatakan bahwa Ali bin Abi Talib, sepupu dan menantunya, telah dipilih sebagai pewaris oleh Muhammad di Rabigh. Abu Bakar secara perlahan memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Bizantium (atau Kekaisaran Romawi Timur).[142][179][180][181] Timur Tegah pra-Islam di dominasi oleh Bizantium dan Sassaniyah. Pertempuran antara Romawi dan Persia meluluh lantakkan wilayah, membuat kekaisaran tidak disukai sebagian besar kabilah setempat. Selanjutnya, wilayah yang akan ditaklukkan oleh Muslim dari sekte Kekristenan (Nestoria, Monofisit, Yakubit dan Koptik) yang tidak puas dari Gereja Ortodoks Timur yang menganggap mereka sesat atau bid'ah. Dengan sebuah dekade Muslim menaklukkan Mesopotamia, Bizantium Suriah, Bizantium Mesir,[182] sebagian besar persia, dan didirikannya Kekhalifahan Rasyidin. Catatan
Referensi{{Reflist}} Bibliografi
|
- Referensi (gabungan)
Konten yang diperluas
|
---|
|