Portal:Pertanian/Berita terkini/November/2015
- 30 November 2015
- "Seorang profesor dari Charles Darwin University dapat mencegah rumahnya dilalap api dari kebakaran hutan yang melanda Australia Selatan berkat aplikasi yang menghubungkan telepon pintarnya dengan pengairan semprot (sprinkler) di halamannya. Segera setelah ia mendapatkan informasi tentang kebakaran tersebut dari tetangganya, ia mengaktifkan sprinkler tersebut dari jarak 3000 km. Ia juga memantau sprinklernya melalui CCTV." (Digital Trends) (En Gadget)
- 29 November 2015
- "Jepang mengumumkan akan memulai lagi 'ekspedisi ilmiahnya' terhadap ikan paus ke Antartika dan akan mengurangi paus yang dibunuhnya. Jepang merupakan negara yang dikecualikan dalam moratorium perburuan paus dengan alasan riset, namun berbagai bukti telah menunjukkan bahwa daging paus yang terbunuh masuk ke pasar ikan dan supermarket di Jepang." (Daily Mail) (Yahoonews)
- 28 November 2015
- "Mengurangi konsumsi daging dapat mencegah emisi gas rumah kaca lebih banyak. Tingginya selera masyarakat dan mudahnya pemrosesan daging sejak revolusi industri ikut berkontribusi pada pemanasan global. Mengurangi konsumsi daging selain menyehatkan bumi, juga menyehatkan manusia. WHO baru-baru ini telah menyertakan konsumsi daging olahan sebagai penyebab kanker level 1. Konsumsi daging masyarakat harus menjadi topik dalam konferensi perubahan iklim di Paris." (Tree Hugger) (Vice News)
- "BoyaLife, perusahaan bioteknologi China bekerja sama dengan perusahaan bioteknologi Korea Selatan, Sooam Biotech, untuk mengkloning sejuta sapi demi memenuhi kebutuhan rakyat China terhadap daging sapi. Di tengah isu perubahan iklim yang akan dibawa oleh setiap negara ke Paris, industri peternakan merupakan penyumbang gas rumah kaca yang signifikan, dan kloning bukan teknologi untuk mengurangi emisi tersebut." (Financial Times) (Independent.co.uk)
- "Hutan amazon akan menjadi sorotan bagi Brazil di konferensi perubahan iklim Paris. Hutan ini menjadi sasaran deforestasi untuk perluasan lahan pertanian. Negara bagian yang paling banyak menghasilkan serealia dan daging disorot sebagai negara bagian yang paling banyak menghilangkan area hutan. Data satelit menunjukkan bahwa 5831 kilometer persegi telah ditebang sejak awal tahun ini hingga Agustus, lebih tinggi 16% dibandingkan luasan yang ditebang pada sepanjang tahun 2014." (Daily Mail) (The Guardian)
- 27 November 2015
- "Pasca ditembakjatuhnya pesawat tempur Rusia di perbatasan Suriah-Turki, Rusia mulai memberlakukan sanksi ekonomi kepada Turki, salah satunya adalah memperketat impor makanan dan produk pertanian dari Turki. Nilai impor produk pertanian Rusia dari Turki senilai 1.7 miliar USD. Namun sebaliknya, ekspor produk pertanian Rusia ke Turki senilai 2.4 miliar USD. Disebutkan bahwa bukan aliran ekspor impor yang akan dikurangi, melainkan pengetatan dan pengubahan standar yang mungkin akan menyulitkan Turki." (International Business Times) (Reuters)
- 25 November 2015
- "Meski telah terbukti bahwa pertanian merupakan emitor gas rumah kaca yang signifikan, namun sektor tersebut tidak dimasukkan dalam skema perdagangan emisi (ETS) oleh pemerintah Selandia Baru. ETS awalnya mengikutsertakan pertanian ketika diusulkan pada tahun 2013, namun setelah partai penguasa pemerintahan berganti, pemabahasan ETS di sektor tersebut ditunda. Dan kini pertanian secara legal tidak masuk ke pembahasa ETS. Menurut Menteri Permasalahan Perubahan Iklim Selandia Baru, tidak tepat untuk memasang tarif pada emisi gas rumah kaca biologis, dan negara ini masih membangun teknologi penangkal perubahan iklim di bidang pertanian dan sampai teknologi tersebut dapat diterapkan, yang dapat diterapkan hanyalah memberikan beban pajak pada sektor tersebut, yang dapat memberatkan petani." (Radio New Zealand) (Stuff.co.nz)
- 24 November 2015
- "Sebuah studi yang dilakukan tim peneliti internasional telah berhasil melakukan pengurutan gen manusia prasejarah dan mendapatkan gambaran bagaimana pertanian mengevolusi manusia. Dalam pengurutan gen tersebut, setidaknya didapatkan 12 perubahan fisiologis yang signifikan, yang beberapa diantaranya sudah diperkirakan yaitu perubahan tinggi badan, kemampuan mencerna laktosa, metabolisme asam lemak, warna kulit, dan warna mata. Beberapa yang baru diketahui adalah peningkatan sistem kekebalan tubuh yang diperkirakan disebabkan oleh makin bervariasinya ancaman penyakit di zaman pertanian." (ScienceAlert) (Phys.org)
- 23 November 2015
- "Ilmuwan dari South Dakota State University tengah bereksperimen dengan budi daya salmon dan pakan nabati berbasis kedelai. Selama ini, budi daya ikan karnivora seperti salmon dan lele dilakukan dengan pakan yang memiliki kandungan hewani yang tinggi sehingga membuat biaya pakan mahal. Eksperimen mereka menghasilkan formulasi pakan dengan biaya produksi seperempat dari pakan konvensional namun memiliki efisiensi pakan mencapai 95 persen. Meski demikian, masih ada pihak yang meragukan hasil riset ini karena kedelai bukanlah makanan alami ikan karnivora." (Phys.org) (Tucson)
- 22 November 2015
- "Gen resistansi antibiotik yang membuat bakteri tahan terhadap antibiotik telah ditemukan oleh ilmuwan China, di saat yang bersamaan antibiotik terbaik para dokter di China, colistin, telah gagal melawan infeksi bakteri pada manusia. Kondisi ini disebabkan oleh penggunaan antibiotik pada hewan peternakan yang berlebihan. Gen resistan tersebut diketahui dapat dengan mudah menyebar melalui plasmid, potongan gen yang senantiasa dilepaskan bakteri. Meski saat ini baru ditemukan di China, gen ini dapat dengan mudah tersebar ke seluruh dunia, seperti yang pernah terjadi pada gen resistan antibiotik yang ditemukan di India pada tahun 2010." (CBC News) (National Geographic)
- 21 November 2015
- "Bertambah lagi riset yang membuktikan pengaruh negatif neonikotinoida. Tim dari berbagai perguruan tinggi di Inggris dan Kanada melakukan riset paparan pestisida ini terhadap lebah dan performanya pada pohon apel. Kesimpulan yang didapatkan diantaranya adalah neonikotinoida mengurangi laju penyerbukan yang dilakukan per individu lebah dan mengurangi polen yang dibawa oleh lebah. Ini adalah penelitian pertama yang mengkaitkan secara langsung dampak neonikotinoida pada penyerbukan, tidak hanya pada lebah dan populasinya. Neonikotinoida telah dilarang penggunaannya di Uni Eropa sejak dua tahun lalu, namun akan ditinjau ulang pada akhir 2015 ini." (The Globe and Mail) (Horticulture Week) (BBC)
- 20 November 2015
- "FDA telah meloloskan daging salmon hasil rekayasa genetika untuk dikonsumsi oleh manusia. Salmon yang diberi nama "Salmon AquAdvantage" ini diklaim dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan salmon biasa, serta membutuhkan lebih sedikit pakan. Seperti halnya kontroversi tanaman transgenik, berbagai aktivis lingkungan mengklaim hewan hasil rekayasa genetika dapat mencemari keanekaragaman genetika jika terlepas ke alam liar. Sedangkan perusahaan yang membuat salmon tersebut mengklaim bahwa budi daya salmon jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan penangkapan ikan salmon di alam liar." (CNBC) (VOX)
- "Setelah kegagalan panen kapas transgenik karena wabah hama, petani beralih ke tanaman konvensional. Hal ini menyebabkan petani menggunakan lebih banyak pestisida dari biasanya. Namun kondisi ini dimanfaatkan berbagai toko untuk mengoplos pestisida. Dengan menyebarnya pestisida palsu tersebut, yang juga didukung dengan banyaknya petani yang kurang berpendidikan, pertanian dan lingkungan India berpotensi terganggu. Sebelumnya di tahun 2013, pestisida telah membunuh 23 anak sekolah di India karena jeriken yang digunakan untuk menampung bahan makanan pernah digunakan untuk menampung pestisida." (NDTV) (ABC)
- "Pada Konferensi Perubahan Iklim PBB 2015 di Paris yang akan berlangsung pada 30 November nanti, diperkirakan pertanian tidak akan menjadi topik pembahasan, meski faktanya pertanian menyumbang emisi gas rumah kaca yang signifikan. Pada teks negosiasi setebal 54 halaman yang dikeluarkan UNFCCC, tidak tertera kata "agriculture" satupun, meski kata terkait seperti "food security" (ketahanan pangan) ada. Pertanian adalah penyebab sekaligus korban dari perubahan iklim dan sangat terkait dengan suplai pangan dunia, sehingga seharusnya tidak dikesampingkan." (Blue and Green Tomorrow) (Scoop)
- 19 November 2015
- "Perusahaan asal Jerman, Robert Bosch GmbH membuat purwarupa mesin robotik yang dapat mengidentifikasi gulma dalam lahan pertanian dan menghancurkannya. Bosch membuatnya bekerja sama dengan German food and agriculture department, Osnabrück University, dan Amazonen-Werke, sebuah perusahaan manufaktur mesin pertanian. Robot ini dibangun dengan mengembangkan BoniRob, robot pertanian serbaguna milik Amazonen-Werke. Robot ini memiliki lengan pemukul berdiameter 1 cm dan mampu memukul gulma dengan cepat. Jika menemukan gulma ukuran besar, pukulannya bisa dilakukan berkali-kali. Robot ini bersifat self learning, seiring waktu ia belajar membedakan tanaman dan gulma karena dilengkapi kecerdasan buatan." (Quartz) (iDigital Times)
- 18 November 2015
- "Meski telah dilegalkan, tidak serta merta menjadikan budi daya mariyuana tepat dilakukan. Beberapa lahan usaha tani justru menggunakan pestisida berbahaya atau menggunakannya melebihi dosis yang ditentukan, sehingga residunya tertinggal di hasilnya. Di Amerika Serikat, mariyuana belum dilegalkan secara nasional, sehingga implementasi kebijakan masih dilakukan di tingkat negara bagian. Hal ini menjadikan EPA tidak berperan langsung dalam regulasi terkait penggunaan pestisida pada budi daya mariyuana." (CBS News) (Yahoo News)
- 17 November 2015
- "Bernapas membuat rasa masakan lebih enak. Berbagai riset telah menyimpulkan hubungan indera penciuman dengan indera perasa, namun belum diketahui bagaimana aroma makanan dari dalam mulut tidak masuk ke dalam paru-paru, melainkan ke rongga hidung, meskipun makan sambil bernapas dan tidak ada katup apapun yang mengaturnya. Pencetakan 3D dari hidung manusia oleh insinyur di Pennsylvania State University dan Yale University memperlihatkan bagaimana aliran udara di dalam mulut dan rongga hidung ketika manusia makan. "Tirai udara" terbentuk di rongga hidung, membentuk saluran yang tetap membuat udara luar masuk ke paru-paru namun udara yang mengandung partikel makanan tidak. Partikel makanan yang masuk ke rongga hidung menciptakan aroma makanan yang memperkuat rasa dari makanan." (Daily Mail) (Food World News)
- "Penempatan daging olahan dalam daftar karsinogen WHO level 1 setara dengan asbes, rokok, dan minuman keras diterjemahkan oleh berbagai surat kabar bahwa daging olahan memiliki risiko yang sama dengan rokok dalam menyebabkan kanker. IARC meluruskan bahwa bukan itu yang dimaksud. Karsinogen yang ditempatkan pada level 1 memiliki arti sudah memiliki cukup bukti yang kuat berdasarkan riset ilmiah, namun bukan menggambarkan tingkat risiko yang sama." (Nature World Report) (Yahoo News)
- 16 November 2015
- "Manusia telah membudidayakan lebah madu sejak 9000 tahun yang lalu. Kesimpulan ini didapatkan dari ditemukannya gerabah berisi lilin lebah yang kemudian dianalisis berasal dari tahun 7000 sebelum masehi. Lipid dari berbagai produk lebah diketahui dapat bertahan seiring waktu, sehingga di berbagai situs arkeologi dapat ditemukan sisa produk lebah yang bertahan hingga ribuan tahun. Pemahaman terhadap hubungan antara manusia dan lebah, termasuk awal budi dayanya kemungkinan dapat menyelamatkan lebah dari keruntuhan populasinya." (ABC News) (Science Alert)
- "Rusia telah secara resmi melarang pembakaran lahan, meski dilakukan di lahan milik sendiri. Praktek pembakaran lahan dilakukan karena merupakan cara yang mudah dan murah dalam membersihkan lahan. Namun cara ini memiliki dampak lingkungan yang sangat besar. Pada awal tahun ini, hutan di sekitar danau Baikal terbakar, mengancam keberadaan satwa dan vegetasi unik di sekitar danau tersebut. Penyebabnya adalah pembakaran lahan pertanian di sekitar hutan konservasi tersebut." (NDTV) (Greenpeace)
- 15 November 2015
- "Teknologi sensor pencium bau hasil inovasi MIT akan dikomersialkan dan akan tersedia di berbagai lemari es rumah tangga. Teknologi ini menjadi "hidung" bagi komputer yang mendeteksi keberadaan gas tertentu untuk mengetahui status suatu makanan, terutama kesegarannya. Dengan ini, manajemen penyimpanan dapat lebih baik dan semakin sedikit makanan yang terbuang. Fokus dari sensor ini adalah gas etilen yang dihasilkan dari buah yang sedang mengalami proses pematangan selama penyimpanan. Semakin tinggi kadar gas etilen, umumnya buah akan segera atau sudah terlanjur busuk. Sensor gas etilen sebenarnya sudah ada sejak lama, namun penggunaannya tidak praktis dan harganya mahal. Inovasi MIT ini membalik semua itu." (Wired) (Science Alert)
- 14 November 2015
- "Sebuah proyek sederhana yang dibiayai secara urun dana memaparkan visi masa depan dengan memanfaatkan sampah makanan dan sampah dapur untuk mengembangbiakan Tenebrio molitor. Larva dari serangga ini dikenal secara luas dapat dimakan dan mudah sekali dihasilkan. Proyek ini bertujuan untuk mempertahankan suplai pangan rumah tangga di masa depan dengan memanfaatkan ruang di dapur dan sisa makanan keluarga. Entomofagi diyakini menjadi salah satu jalan untuk menambah suplai pangan manusia. Jika urun dana sukses, mereka menjanjikan produksi starter kit seharga 499 USD sehingga masyarakat dapat mengembangbiakan serangga ini sendiri di rumah." (Discovery News) (Digital Trends)
- 13 November 2015
- "Konflik wilayah di Laut China Selatan telah dan akan berimbas pada industri perikanan tangkap di garis pantai terkait, seperti Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Berbagai pihak menyatakan kekhawatirannya pada kehancuran terumbu karang di Kepulauan Spratly yang menjadi tempat berkembang biak berbagai jenis ikan yang menghidupi ribuan nelayan. Hongkong yang merupakan konsumen utama ikan yang ditangkap di Laut China Selatan pun tidak lepas dari kekhawatiran terhadap status ketahanan pangannya. Dalam hubungan langsung dengan masyarakat pesisir, peran ekonomi terumbu karang di Kepulauan Spratly diyakini bernilai 100 juta USD. Namun jika dihubungkan dengan rantai distribusi hingga ke konsumen, nilainya berlipat ganda dari itu." (The Diplomat) (South China Morning Post)
- 12 November 2015
- "Iklan yang sangat intensif di China telah menyebabkan peningkatan permintaan terhadap susu formula bayi, yang juga telah menyebabkan kelangkaan susu formula di Australia. China mengimpor banyak sekali susu dan produk susu dari Australia. Karena kasus susu bermelamin di China pada tahun 2008, konsumen kini lebih percaya susu impor dibandingkan susu lokal, dan mereka berani membayar hingga lima kali lipat dibandingkan harga yang dijual di Australia." (Farm Weekly) (News.com AU) (Sydney Morning Herald)
- 11 November 2015
- "Plastik mungkin tersaji di meja makan anda. Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari China menemukan bahwa partikel plastik telah menyatu pada garam laut yang tersaji di meja makan, terutama yang tidak melalui proses pemurnian. Partikel plastik tersebut sebagian besar berasal dari botol plastik dan plastik pembungkus makanan, yang telah terurai menjadi partikel halus selama perjalanannya di lautan. Jumlah rata-rata yang bisa ditemukan pada garam laut adalah 1200 partikel per pon garam." (Grist) (Food World News)
- "PBB telah menetapkan bahwa tahun 2016 adalah Tahun Kacang-Kacangan Internasional. Kacang-kacangan dapat diproduksi dengan mudah, dan merupakan makanan dengan kepadatan nutrisi yang tinggi, namun sering diabaikan sebagai solusi untuk penanganan wabah kelaparan. Kacang-kacangan juga merupakan sumber protein yang lebih murah dibandingkan daging." (UN News Centre) (Stock Journal)
- 10 November 2015
- "Dalam analisis yang dibuat oleh Australian Bureau of Agricultural and Resource Economics and Science, What Indonesia Wants: Analysis of Indonesia's food demand to 2050 memaparkan bahwa nilai kebutuhan Indonesia terhadap hasil pertanian Australia akan meningkat hingga 14 kali lipat di tahun 2050 dengan catatan bahwa perekonomian berkesinambungan, jumlah penduduk meningkat, dan urbanisasi terus terjadi. Peningkatan kebutuhan tertinggi ada pada daging, susu, buah, dan sayur. Australia adalah eksportir makanan terbesar kedua ke Indonesia setelah Amerika Serikat. Dan jika tidak ada perubahan kebijakan, diperkirakan impor makanan akan jadi sumber utama suplai makanan untuk rakyat Indonesia." (ABC) (Stock and Land)
- 9 November 2015
- "Petani di India berkreasi dengan memanfaatkan energi matahari dan mengubahnya menjadi energi akustik untuk mengusir hama berukuran besar seperti nilgai (Boselaphus tragocamelus). Selama ini petani mengusir Nilgai dengan menembaknya, namun di India, Nilgai merupakan hewan yang dilindungi sehingga penembakan mengundang kritik dari konservasionis. Pemerintah setempat melakukan riset tersebut dengan secara periodik menyalakan rekaman suara predator alami mereka, yaitu harimau dan macan tutul. Alat serupa pernah diujicobakan untuk mencegah hewan masuk ke area bandar udara." (Times of India) (Energy Matters)
- 8 November 2015
- "Guinness mengumumkan akan mengganti resep birnya, terutama yang selama ini menggunakan gelembung renang ikan. Namun yang menjadi perhatian masyarakat adalah kenyataan bahwa selama ini banyak yang tidak tahu bahwa bir dibuat dengan melibatkan komposisi hewani, termasuk kaum vegan yang telah lama meminum bir. Meski hanya digunakan sebagai penyaring dan hampir tidak meninggalkan jejak dalam produknya, hal ini cukup untuk mencegah bir Guinness mendapatkan label layak vegan. Dengan bertambahnya kaum vegan dan vegetarian di masyarakat, Guinness ingin merangkul konsumen kelas tersebut. Kemungkinan Guinness akan mengganti komposisi hewani tersebut dengan kolagen nabati atau penyaringan secara mekanis." (Gizmodo) (USA Today)
- 7 November 2015
- "Petani di India mulai menghindari kapas transgenik produksi Monsanto yang pada musim tanam lalu dituding menjadi penyebab runtuhnya produksi karena terbukti tidak ampuh dalam menangkal serangan hama lalat putih, serangga dari famili Aleyrodidae. Serangan hama terbesar di India tersebut dikabarkan menyerang 75% tanaman kapas nasional, yang menyebabkan petani mengalami kerugian besar, beberapa petani bahkan membunuh dirinya sendiri. Monsanto mengklaim benih kapas produksinya bukan untuk menangkal serangan hama lalat putih, melainkan hama ulat kapas dari genus Helicoverpa." (Digital Journal) (AgWeek)
- 6 November 2015
- "Nicotiana benthamiana, saudara dekat tembakau asal Australia, kemungkinan akan memainkan peranan penting dalam budi daya tanaman di luar angkasa. Tumbuhan ini dapat tumbuh dan bereproduksi dalam waktu cepat di daerah beriklim gurun di Australia selama lebih dari 750 ribu tahun sejak tumbuhan ini pertama kali berevolusi. Tumbuhan ini juga dapat dimodifikasi DNA-nya dengan mudah sehingga bagi para ilmuwan Australia dijuluki "tikus lab"-nya tumbuhan. Peneliti dari Queensland University of Technology mencabut gen yang terkait dengan mekanisme pertahanan tumbuhan melawan hama, sehingga dapat mencurahkan seluruh energinya untuk tumbuh dan berkembang biak. Dan terbukti tumbuhan ini dapat tumbuh dan berkembang biak dengan cepat. Hal ini memungkinkan tumbuhan untuk dibudidayakan di lingkungan yang steril dan bebas hama seperti lab maupun luar angkasa." (Science Alert) (International Business Times) (Gizmag)
- 5 November 2015
- "Peneliti dari University of Illinois at Urbana–Champaign telah mengurutkan gen yang memungkin nanas dapat tumbuh di tempat kering. Penemuan ini membuka jalan untuk dilakukannya rekayasa genetika pada tanaman pangan pokok yang sangat dibutuhkan warga dunia untuk menghadapi perubahan iklim. Seperti yang telah diketahui sejak lama, bahwa nanas mendayagunakan proses fotosintesis CAM yang memungkinkan daunnya menutup stomata di siang hari sehingga mengurangi evapotranspirasi, namun juga tidak menghisap karbon dioksida. Di malam hari, nanas membuka stomatanya, menghisap karbon dioksida, dan menyimpannya di daun untuk kemudian digunakan pada fotosintesis di siang hari. Adaptasi inilah yang menjadikan nanas dapat menghemat air dalam jumlah besar. Meski prosesnya telah diketahui sejak lama, namun gen yang menyebabkan hal tersebut baru ditemukan saat ini." (Yahoo News) (Headline and Global News)
- "Mustelidae asal Amerika Utara, Martes pennanti, menjadi korban budi daya mariyuana ilegal di California. Mariyuana hanya diizinkan untuk ditanam di negara bagian tersebut untuk tujuan medis dan riset, sehingga masih menjadi ilegal untuk ditanam dengan tujuan rekreasi. "Petani" mariyuana ilegal tersebut meletakkan sejumlah besar rodentisida untuk membunuh hama tikus yang biasa menyerang ladang mariyuana, namun Musteliade ikut menjadi korban. Mamalia yang keracunan tersebut ada yang langsung mati, ada juga yang menjadi lemah dan mudah menjadi sasaran predator. Martes pennanti termasuk salah satu mamalia yang dilindungi di California." (Washington Post) (Smithsonian Magazine)
- 4 November 2015
- "Chipotle secara sukarela menutup beberapa restorannya karena terkait dengan kasus keracunan bakteri Escherichia coli. 25 orang di negara bagian Oregon dan Washington menderita diare parah dengan 23 orang diantaranya mengaku pernah makan di restoran cepat saji tersebut. Selain melakukan investigasi pada restoran yang ditutup tersebut, Chipotle juga akan melakukan evaluasi terhadap pemasoknya dan melakukan pembersihan terhadap semua restoran tersebut secara menyeluruh." (Washington Department of Health) (USA Today)
- 1 November 2015
- "Megafauna yang pernah hidup di masa lalu, memiliki peran penting dalam menyuburkan tanah. Berbagai penelitian dan simulasi oleh tim peneliti dari berbagai penjuru dunia menemukan bahwa megafauna memiliki peran dalam penyebaran nutrien fosfor ke seluruh permukaan bumi dan menjadikan tanah sangat subur dan mudah dihinggapi vegetasi. Dengan menghilangnya megafauna daratan, saat ini siklus fosfor di muka bumi dilakukan oleh mikroba yang memiliki kontribusi hanya 8% dibandingkan apa yang bisa dilakukan megafauna. Paus, megafauna lautan terakhir, saat ini masih menjadi sumber fosfor bagi fitoplankton sebesar 82 ribu ton melalui kotorannya, menurun lebih dari 3/4-nya karena perburuan paus." (Proceedings of the National Academy of Sciences) (The Guardian) (ScienceDump)
Arsip: