Sulawesi Utara

provinsi di Pulau Sulawesi, Indonesia
(Dialihkan dari Sulawesi utara)
Ini adalah versi stabil, terperiksa pada tanggal 24 November 2024.

Sulawesi Utara (disingkat Sulut) adalah salah satu provinsi yang terletak di ujung utara Pulau Sulawesi, Indonesia, dengan ibu kota terletak di kota Manado. Sulawesi Utara atau Sulut berbatasan dengan Laut Maluku dan Samudra Pasifik di sebelah timur, Laut Maluku dan Teluk Tomini di sebelah selatan, Laut Sulawesi dan Provinsi Gorontalo di sebelah barat, dan Provinsi Davao Occidental di sebelah utara. Penduduk Sulawesi Utara pada pertengahan tahun 2024 berjumlah 2.643.125 jiwa, dan luas wilayahnya adalah 13.892,47 km2.[2]

Sulawesi Utara
Dari atas, kiri ke kanan: Rumah adat Wale, Alat musik Arababu, Tari Maengket, Tari Kabasaran, Paniki, Pemandangan Taman Nasional Bunaken, Jembatan Soekarno Manado.
Bendera Sulawesi Utara
Motto: 
Si Tou Timou Tumou Tou
(Minahasa) Manusia hidup untuk menghidupi mendidik menjadi berkat orang lain
Peta
Peta
Negara Indonesia
Dasar hukum pendirianUU No. 5 Tahun 2022[1]
Hari jadi23 September 1964
Ibu kotaKota Manado
Kota besar lainnya
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 11
  • Kota: 4
  • Kecamatan: 171
  • Kelurahan: 332
  • Desa: 1.507
Pemerintahan
 • GubernurOlly Dondokambey
 • Wakil GubernurSteven Kandouw
 • Sekretaris DaerahSteve Hartke Andries Kepel
 • Ketua DPRDFransiscus Andi Silangen
Luas
 • Total13.892,47 km2 (5,363,91 sq mi)
Populasi
 (30 Juni 2024)[2][3]
 • Total2.643.125
 • Kepadatan190/km2 (490/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 32,03% Islam
  • 0,60% Hindu
  • 0,14% Buddha
  • 0,04% Kepercayaan
  • 0,01% Konghucu[2]
 • Bahasa
 • IPMKenaikan 75,68 (2024)
 tinggi [4]
Zona waktuUTC+08:00 (WITA)
Kode pos
95xxx
Kode area telepon
Daftar
  • 0430 - Amurang (Kabupaten Minahasa Selatan)
  • 0431 - Manado, Tomohon, Tondano
  • 0432 - Tahuna (Kabupaten Kepulauan Sangihe)
  • 0433 - Melonguane (Kabupaten Kepulauan Talaud)
  • 0434 - Kab. Bolaang Mongondow, Bolmong Utara, Bolmong Selatan, Bolmong Timur, Kota Kotamobagu
  • 0438 - Bitung
Kode ISO 3166ID-SA
Pelat kendaraan
Daftar
  • DB - (wilayah daratan)
  • DL - (wilayah kepulauan Sangihe/Talaud/Sitaro)
Kode Kemendagri71 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS71 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp 17.306.150.000.000,- (2024[5])
PADRp 3.004.780.000.000,- (2024)[5]
DAURp 1.430.601.814.000,- (2024)[6]
DAKRp 716.599.789.000,- (2024)[7]
Lagu daerah
  • "O Ina Ni Keke"
  • "Sayang Sayang Si Patoka'an"
  • "Tahanusangkara"
  • "Tano Tanobon"
Rumah adat
Senjata tradisional
  • Pedang Bara Sangihe
  • Peda
  • Perisai Sulawesi Utara
  • Keris Sulawesi Utara
Flora resmiLongusei
Fauna resmiTarsius
Situs websulutprov.go.id

Sulawesi Utara memiliki kepulauan dengan jumlah pulau sebanyak 287 pulau dengan 59 di antaranya berpenghuni. Wilayah administratif Sulawesi Utara terbagi menjadi 4 kota dan 11 kabupaten dengan 1.664 desa/kelurahan. Sulawesi Utara terbagi menjadi dua zona yaitu zona selatan yang berupa dataran rendah dan dataran tinggi serta zona utara yang meliputi kepulauan. Zona ekonomi eksklusif Sulawesi Utara mencapai 190.000 km2 dengan pesisir pantai sepanjang 2.395,99 km dan luas hutan mencapai 701. 885 hektare. Wilayah Sulawesi Utara juga memiliki banyak gunung berapi, dikarenakan letaknya yang berada di tepian Lempeng Sunda.[8]

Sejarah

sunting

Prasejarah

sunting

Benda Purbakala temuan Arkeologi Masa Prasejarah

sunting
 
Kuburan Waruga.

Temuan benda purbakala di Sulawesi Utara di antaranya gua-gua purba di Talaud, Minahasa, Bolaang Mongondow. Kubur batu Waruga yang bertebaran di Minahasa. Pada saat terjadi pengesekan (zaman glacial) di muka bumi pada masa Plestosin, pernah terjadi migrasi fauna dari daratan Asia ke Selatan melalui Filipina dan Sulawesi Utara.

Oleh sebab itu di Filipina dan di Sulawesi Utara terdapat peninggalan fosil-fosil binatang purba seperti gajah purba (stegodon) dan fosil hewan lainnya. Di Desa Pintareng di Tabukan Selatan di Pulau Sangihe, telah ditemukan adanya fosil-fosil gading dan geraham gajah purba tersebut. Menurut para ahli dari Museum Geologi Bandung dan dari Pusat penelitian Arkeologi Nasional Jakarta, fosil-fosil tersebut dinyatakan sebagai bagian dari fosil Stegodon yang pernah hidup di Kepulauan Nusantara pada masa Plestosin sekitar 2 juta tahun lalu.

Gajah purba ini selain di Pintareng telah ditemukan fosil-fosilnya di Sangiran, di Kabupaten Sragen Jawa Tengah, di Lembah Cabenge di Sulawesi Selatan dan di Lembah Besoa di Sulawesi Tengah. Stegodon di dunia diperkirakan pernah hidup sejaman dengan binatang purba lainnya. Di Indonesia stegodon hidup dengan binatang-binatang purba lainnya seperti Rinocheros (badak purba) serta kerbau purba dan lain sebagainya. Dengan temuan fosil gajah purba di Pintareng, Tabukan Selatan Sangihe tersebut, maka sebenarnya pada masa lalu gajah pernah hidup di Pulau Sulawesi dan terutama di Sulawesi Utara.

ditemukannya sisa-sisa budaya yang mengenal pemakaian alat-alat batu muda (neolitik) yang berupa beliung batu persegi di Liang Tuo Mane’e di Kabupaten Talaud dan di daerah lain di Sulawesi Utara. Disamping itu ditemukan pula sisa-sisa budaya masa logam tua (paleometalik) yang mengenal penggunaan tempayan kubur seperti yang ditemukan di Liang Buiduane di Talaud dan di Bukit Kerang Passo di Minahasa, serta peninggalan budaya megalitik (kebudayaan yang mengenal penggunaan batu-batu besar) tersebar di wilayah kepulauan Sulawesi dan kepulauan Maluku Utara (Bellwood, 1978).

Sehubungan dengan hal itu wilayah ini menurut para pakar diperkirakan menjadi daerah kunci yang dapat memberi jawaban atas permasalahan daerah asal (home land) dari suku bangsa yang berbahasa Austronesia yang pada masa kemudian mendiami daerah-daerah antara Madagaskar di bagian barat sampai dengan Easter Island di kepulauan Pasifik di bagian timur, serta Formosa Island di bagian Utara (Solheim, 1966; Shuttler, 1975, Bellwood, 2001).

Budaya yang dibawa oleh suku bangsa penutur bahasa Austronesia meninggalkan warisan-warisan budaya yang terdiri dari alat-alat batu neolitik beliung persegi, benda-benda yang terbuat dari batu-batu besar (megalitik) dan penguburan dengan menggunakan tempayan tanah liat. Warisan budaya semacam itu banyak ditemukan peninggalannya di Sulawesi Utara. Alat-alat batu neolitik telah ditemukan di gua-gua di daerah Talaud, di Guaan Bolaang Mongondow dan daerah Oluhuta yang sebelum pemekaran wilayah daerah itu termasuk ke dalam wilayah Sulawesi Utara.

Demikian juga benda-benda megalitik banyak ditemukan di Sulawesi Utara dalam bentuk kubur batu waruga, batu bergores Watu Pinawetengan, menhir ‘watu tumotowa’, kubur tebing batu Toraut dan lesung batu, yang umumnya ditemukan di Tanah Minahasa dan Bolaang Mongondow. Sedangkan kubur tempayan tanah liat ditemukan di beberapa daerah seperti di Bukit Kerang Passo di Kecamatan Kakas Minahasa, di Liang Buiduane Salibabu, di Tara-tara, Kombi, dan di beberapa daerah lainnya.[butuh rujukan]

Sejarah Peradaban di Sulawesi Utara

sunting

Sejarah peradaban manusia di daerah ini cukup panjang dan menarik. Daerah ini pada zaman es melanda dunia pada masa plestosin jutaan tahun yang lalu, merupakan bagian daratan yang menghubungkan Pulau Sulawesi dengan daratan Filipina bahkan daratan Asia. Setelah zaman es berakhir, Sulawesi Utara menjadi daratan yang membentuk jazirah Pulau Sulawesi dan kepulauan di bagian utaranya.[butuh rujukan]

Selain daratan yang sebagian besar merupakan dataran tinggi, Sulawesi Utara juga terdiri dari pulau-pulau yang jumlahnya cukup banyak, lebih dari 150 pulau. Daerah ini mempunyai karakter alam yang khas yaitu dataran tinggi lebih luas dari dataran rendahnya, memiliki banyak gunung berapi dan sebagian besar masih aktif termasuk gunung api bawah laut, memiliki banyak gugusan karang yang membentuk pulau-pulau, selain itu kerak bumi daerah ini berdekatan bahkan sebagian berada tepat di daerah terjadinya proses subduksi (perbenturan) lempeng-lempeng (plates) tektonik antara lempeng Pasifik-Filipina-Australia dengan lempeng Sangihe dan Halmahera. Bahkan terletak dekat dengan pertemuan lempeng-lempeng dunia seperti lempeng Pasifik, Eurasia, dan Australia.

Posisi di daerah subduksi inilah yang menyebabkan kemunculan gunung-gunung berapi dan sering terjadinya berbagai gempa bumi di daerah ini sejak zaman dahulu kala. Gunung-gunung berapi Sulawesi, Halmahera, dan Sangihe, adalah merupakan hasil zona subduksi lempengan Sangihe dan Halmahera.

Sebagian besar lempengan Maluku telah tertindih (tersubduksi) oleh zona subduksi Halmahera di bagian Timur dan oleh zona subduksi Sangihe di bagian Barat. Gunung-gunung berapi di Sulawesi, Sangihe, dan Halmahera diberi pasokan magma yang dibangkitkan di mantle asthenospherik yang termodifikasi oleh fluida yang dihasilkan dari lempengan Maluku yang tertindih. Dalam beberapa juta tahun semua lempengan Laut Maluku akan tersubduksi dan lempengan Sangihe serta Halmahera yang sudah saling menindih pada ujung-ujung lempengannya akan bertabrakan hebat (Salindeho, Winsulangi dan Pitres Sombowadile, 2008: hal. 12, 144-149).

Fenomena alam yang telah digambarkan tersebut, di satu sisi telah menyebabkan berbagai bencana seperti bencana gempa bumi atau letusan gunung api yang mendatangkan kesulitan bagi masyarakat. Akan tetapi di sisi lain telah memberi warisan yang berupa keindahan alam dan kekayaan alam yang menguntungkan bagi masyarakat. Warisan yang menguntungkan itu antara lain keindahan alam pegunungan maupun bahari termasuk keindahan terumbu karang bahkan juga hasil rempah-rempah yang sudah terkenal di dunia sejak ratusan tahun lalu, adalah merupakan warisan yang menguntungkan masyarakat. Demikian juga warisan alam yang berupa logam bernilai ekonomis tinggi seperti emas, perak, timbal, seng, dan tembaga. Semua itu telah terekam di dalam dokumen-dokumen sejarah alam daerah ini.

Dari uraian tersebut diperoleh gambaran bahwa Sulawesi Utara berdasarkan alamnya, terkenal ke seluruh dunia dengan kekhasan dan kekayaan alamnya yang indah dan subur, dengan adanya taman-taman laut seperti Bunaken maupun adanya tambang-tambang emas, serta tanaman cengkih-pala dan perkebunan kelapa yang sangat luas, demikian juga dengan fauna langkanya seperti Anoa, Maleo, Tarsius, dan lain sebagainya.

Berdasarkan penelitian arkeologi diketahui bahwa tanda-tanda kehidupan manusia di Sulawesi Utara sudah berlangsung sejak 30.000 tahun yang lalu seperti yang ditemukan buktinya di Gua Liang Sarru di Pulau Salibabu. Bukti yang lain menunjukkan adanya kehidupan sekitar 6.000 tahun lalu di Situs Bukit Kerang Passo di Kecamatan Kakas dan 4.000 tahun yang lalu sampai awal Masehi di Gua Liang Tuo Mane’e di Arangkaa di Pulau Karakelang. Kemudian muncul kebudayaan megalitik berupa kubur batu ‘waruga’, menhir ‘watutumotowa’, lumpang batu dan lain-lain sejak 2.400 tahun yang lalu sampai abad 20 Masehi di Bumi Minahasa.

Selain itu Sulawesi Utara pada masa lalu merupakan wilayah penghasil rempah-rempah, beras, dan emas yang potensial yang menjadi ajang pertarungan kepentingan hegemoni ekonomi antara bangsa Portugis, Spanyol, Belanda dan Kerajaan-kerajaan di sekitar daerah ini, yang akhirnya bermuara pada pertarungan politik dan militer (Meilink-Roelofsz, 1962: 93-100). Pada masa lalu daerah ini juga menjadi rute perdagangan antara barat dan timur serta penyebaran agama Kristen, Islam maupun kepercayaan atau agama yang dibawa oleh pedagang-pedagang Cina. Sulawesi Utara juga berperan dalam perjuangan-perjuangan kemerdekaan dengan munculnya pahlawan-pahlawan asli dari daerah ini.

Wilayah Indonesia Timur termasuk daratan Sulawesi Utara dan kepulauan Sangihe, Sitaro, dan Talaud, sejak dahulu adalah merupakan wilayah yang strategis di kawasan Pasifik, karena merupakan jembatan penghubung antara kawasan Asia dengan Kepulauan Pasifik (Bellwood, 1996; Veth 1996). Pada masa lalu wilayah ini menjadi bagian dari rute perjalanan migrasi fauna dan manusia beserta kebudayaannya. Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa di dalam migrasi fauna prasejarah pernah melewati dan singgah di wilayah ini adalah ditandai dengan adanya fosil gading gajah purba (stegodon) yang ditemukan di Pintareng, di Kabupaten Kepulauan Sangihe di Sulawesi Utara (Husni, 1996/1997, 1999), dan geraham binatang purba di lembah Napu di Kabupaten Poso Sulawesi Tengah, serta fosil-fosil binatang purba lainnya di Cabenge di Sulawesi Selatan (Santoso, 2001, 2002, 2003).[butuh rujukan]

Masa ditemukannya Tulisan

sunting

Daerah Sulawesi Utara masuk dalam sejarah catatan sejak tahun 1365 demikian menurut tulisan David DS Lumoindong, di dapat dari penemuan berita mengenai Talaud dan Minahasa. Tetapi kalau dilihat sejak adanya tulisan maka bukti penulisan di Watu Pinawetengan yang diperkirakan tahun 670 Masehi menurut Riedel. Sedangkan simbol-simbol gambar, sudah ditemukan pada Kuburan Batu Kamar dengan perkiraan usia 3.000-3.500 lalu.

Kolonialisme

sunting

Bangsa Portugis adalah bangsa barat yang pertama kali datang di Sulawesi Utara, kapal Portugis berlabuh di Pulau Manado di masa Kerajaan Manado tahun 1521. Kapal Spanyol berlabuh di Pulau Talaud dan Siau, terus ke Ternate. Portugis membangun benteng di Amurang. Spanyol membangun Benteng di Manado, sejak itu Minahasa mulai dikuasai Spanyol.

Perlawanan melawan penjajahan Spanyol memuncak tahun 1660-1664. Kapal Belanda mendarat di Kota Manado pada tahun 1660 dalam membantu perjuangan Konfederasi Minahasa melawan Spanyol. Perserikatan negara-negara republik anggota Konfederasi Minahasa mengadakan Perjanjian Dagang dengan VOC. Perjanjian kerja sama dagang ini kemudian menjadikan VOC memonopoli perdagangan, yang lama kelamaan mulai memaksakan kehendaknya, akhirnya menimbulkan perlawanan tahun 1700-an di Ratahan yang memuncak pada Perang Minahasa-Belanda tahun 1809-1811 di Tondano.

Benda Temuan Arkeologi Masa Sejarah

sunting

Di antaranya Benteng-benteng Portugis seperti di Amurang, Kema, Batu Waruga di Sawangan, Tomohon, Tondano, Tompaso kemudian tugu-tugu batu di semua desa disebut Batu Tumotowa.

Kemerdekaan

sunting

Setelah kemerdekaan Indonesia, Indonesia terbagi menjadi 8 Provinsi, dan Sulawesi termasuk salah satu provinsi tersebut. Gubernur pertama Sulawesi adalah Dr. Sam Ratulangi, yang juga dikenal sebagai pahlawan nasional.

Tahun 1948 di Sulawesi dibentuk Negara Indonesia Timur, yang kemudian menjadi salah satu negara bagian dalam Republik Indonesia Serikat. Negara Indonesia Timur dibubarkan, dan bergabung ke dalam Republik Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor UU 13 Tahun 1964, dibentuk Provinsi Sulawesi Utara. Tanggal 23 September 1964 ditetapkan sebagai hari jadi provinsi.

Geografi

sunting
 
Peta Administrasi Provinsi Sulawesi Utara
 
Peta Pemekaran Administrasi Sulawesi Utara dari 1960 hingga sekarang

Sulawesi Utara terletak di semenanjung paling utara di Pulau Sulawesi. Lokasinya berada di perbatasan bagian utara Indonesia.[9] Sulawesi Utara terletak pada titik koordinat 0°LU – 3°LU dan 123°BT – 126°BT serta merupakan salah satu daerah yang terletak di sebelah utara garis khatulistiwa.

Topografi

sunting

Sulawesi Utara terdapat 41 buah gunung dengan ketinggian berkisar antara 1.112–1.995 dpl. Kondisi geologi sebagian besar adalah wilayah vulkanik muda, sejumlah besar erupsi serta bentuk kerucut gunung berapi aktif yang padam menghiasi Minahasa bagian tengah, daerah Bolaang Mongondow, dan Kepulauan Sangihe. Material-material yang dihasilkan letusannya berbentuk padat serta lain-lain bahan vulkanik lepas. Semua vulkanik ini berbentuk pegunungan (otogenisa) menghasilkan morfologi yang berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan perbedaan relief topografik yang cukup besar.

Sulawesi Utara terdapat 5 wilayah yang di kelilingi oleh gunung api aktif yakni Gunung Ambang dengan ketinggian 1.689 dpl di Kabupaten Bolaang Mongondow, Gunung Soputan dengan ketinggian 1.783 dpl di Kabupaten Minahasa Tenggara, Gunung Lokon dengan ketinggian 1.579,6 dpl dan Gunung Mahawu dengan ketinggian 1.331,0 m yang merupakan hulu dari 12 sungai besar dengan 7 danau di Kota Tomohon, Gunung Tangkoko dengan ketinggian 1.149,0 dpl di Kota Bitung, dan Kepulauan Sangihe ada Karangetang dengan ketinggian 1.320,0 dpl.[butuh rujukan]

Relief

sunting
 
Pantai Pangalisang Bunaken, Sulawesi Utara

Secara fisiografis, wilayah Provinsi Sulawesi Utara dapat dikelompokkan dalam dua zona: zona selatan dan zona utara. Dataran rendah, dan dataran tinggi pada bagian selatan (dari Bolaang hingga Minahasa Utara) memiliki tanah yang cukup subur. Pada bagian utara (dari Pulau Miangas, Sangihe, hingga Pulau Siau) kepulauan.

Terbentang rangkaian pegunungan berapi: Di Minahasa Tenggara terdapat Gunung Soputan. Di Kota Tomohon terdapat Gunung Lokon, di Pulau Siau tedapat Gunung Karangetang. Sedangkan di Minahasa Utara terdapat gunung tertinggi yaitu Gunung Klabat di Airmadidi gunung tersebut sudah lama tidak aktif, di puncaknya terdapat danau.

Hidrografi

sunting

Tiga sungai terpenting di Sulawesi Utara adalah Sungai Tondano, Sungai Poigar, dan Sungai Ranoyapo. Sungai Tondano memiiki hulu di Danau Tondano di daerah Minahasa, dan mengalir melalui tengah Kota Manado. Sungai Ranoyapo memiiki hulu di Pegunungan Wulur Mahatus di daerah Minahasa Selatan, dan mengalir melalui sebagian daerah di Minahasa Selatan bermuara di Kota Amurang.[butuh rujukan]

Luas Wilayah

sunting

Luas wilayah Provinsi Sulawesi Utara adalah 15.069 km² dengan persentase 0,72% terhadap luas Indonesia yang terdiri dari 11 (sebelas) Kabupaten dan 4 (empat) Kota.

Iklim daerah Sulawesi Utara termasuk tropis yang dipengaruhi oleh angin monsun. Pada bulan-bulan November sampai dengan April bertiup angin barat yang membawa hujan di pantai utara, sedangkan dalam Bulan Mei sampai Oktober terjadi perubahan angin selatan yang kering.

Curah Hujan

sunting

Curah hujan tidak merata dengan angka tahunan berkisar antara 2.000-3.000 mm, dan jumlah hari hujan antara 90-139 hari. Daerah yang paling banyak menerima curah hujan adalah daerah Minahasa.

Suhu Udara

sunting

Suhu udara rata-rata 25 °C. Suhu udara maksimum rata-rata tercatat 30 °C dan suhu udara minimum rata-rata 20,4 °C. Suhu atau temperatur dipengaruhi oleh ketinggian suatu lokasi dengan perhitungan setiap kenaikan 100 meter dapat menurunkan suhu sekitar 0,6 °C.

Pemerintahan

sunting

Gubernur

sunting

Gubernur Sulawesi Utara saat ini dijabat oleh Olly Dondokambey, didampingi wakil gubernur Steven Kandouw. Olly dan Steven menjabat dua periode, yakni periode pertama tahun 2016-2021, dan sekarang masih menjabta untuk periode kedua tahun 2021-2024.

No. Gubernur Mulai Jabatan Akhir Jabatan Periode Wakil Gubernur
12   Olly Dondokambey 12 Februari 2016 12 Februari 2021 14   Steven Kandouw
15 Februari 2021 Petahana 15

Dewan Perwakilan

sunting

DPRD Sulawesi Utara beranggotakan 45 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Sulawesi Utara terdiri dari 1 Ketua dan 3 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Sulawesi Utara yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 9 September 2019 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Manado, Robinso Tarigan, di Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Utara.[10][11][12] Komposisi anggota DPRD Sulawesi Utara periode 2019-2024 terdiri dari 9 partai politik di mana PDI Perjuangan adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 18 kursi, kemudian disusul oleh Partai NasDem yang meraih 9 kursi dan Partai Golkar yang meraih 7 kursi.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2019–2024[13] 2024–2029[14]
PDI-P   18   19
NasDem   9   6
Golkar   7   6
Demokrat   4   6
Gerindra   2   4
PKB   1   1
PKS   1   1
PSI (baru) 1   1
Perindo (baru) 1
PAN   2
Jumlah Anggota   45   45
Jumlah Partai   9   9

Kabupaten dan Kota

sunting
No. Kabupaten/kota Ibu kota Bupati/wali kota Luas wilayah (km2)[15] Jumlah penduduk (2020)[15] Kecamatan Kelurahan/desa Lambang
 
Peta lokasi
1 Kabupaten Bolaang Mongondow Lolak Jusnan C. Mokoginta (Pj.) 5.397,69 248.751 15 2/200
 
 
2 Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Bolaang Uki Iskandar Kamaru 1.932,60 69.791 7 -/81
 
 
3 Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Tutuyan Sam Sachrul Mamonto 910,18 87.241 7 -/81
 
 
4 Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Boroko Darwin Muksin (Pj.) 1.856,86 83.112 6 1/106
 
 
5 Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahuna Albert Huppy Wounde (Pj.) 736,98 139.262 15 22/145
 
 
6 Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Ondong Siau Joi Eltiano Bernadin Oroh (Pj.) 275,96 72.135 10 10/83
 
 
7 Kabupaten Kepulauan Talaud Melonguane Elly Engelbert Lasut 1.251,02 113.521 19 11/142
 
 
8 Kabupaten Minahasa Tondano Noldy Tendean (Pj.) 1.025,85 348.670 25 43/227
 
 
9 Kabupaten Minahasa Selatan Amurang Franky Donny Wongkar 1.456,46 238.740 17 10/167
 
 
10 Kabupaten Minahasa Tenggara Ratahan Denny Mangala (Pj.) 730,63 117.079 12 9/135
 
 
11 Kabupaten Minahasa Utara Airmadidi Joune Ganda 1.059,24 224.993 10 6/126
 
 
12 Kota Bitung - Maurits Mantiri 313,51 225.134 8 69/-
 
 
13 Kota Kotamobagu - Abdullah Mokoginta (Pj.) 184,33 125.492 4 18/15
 
 
14 Kota Manado - Andrei Angouw 162,53 476.910 11 87/-
 
 
15 Kota Tomohon - Caroll Senduk 147,21 100.587 5 44/-
 
 


Demografi

sunting
 
Prangko Republik Indonesia (2010).

Pada tahun 2010, jumlah penduduk Sulawesi Utara sebanyak 2.270.596 jiwa. Jumlah tersebut diketahui melalui sensus penduduk.[16] Laju pertumbuhan penduduk Sulawesi Utara sebesar 1,28 persen/tahun. Hampir 45% penduduk tinggal di perkotaan, dan sisanya sebesar 55% tinggal di pedesaan. Angka partisipasi sekolah untuk tingkat sekolah dasar lumayan tinggi sebesar 96,10% sehingga penduduk yang tidak menikmati bangku sekolah dasar hanya kurang dari 5%.

Bahasa

sunting

Bahasa resmi instansi pemerintahan di Sulawesi Utara adalah bahasa Indonesia. Hingga 2019, Badan Bahasa mencatat ada 10 bahasa daerah, di Sulawesi Utara[17] walaupun sebenarnya ada lebih dari 10 bahasa yang dituturkan di Sulawesi Utara karena satu rumpun etnis di Sulawesi Utara ada berbagai sub-etnis dengan bahasanya masing-masing. Bahasa daerah yang ada di Sulawesi Utara antara lain: bahasa Melayu Manado, Mongondow, Gorontalo, Tontemboan, Tondano, Tombulu, Tonsea, Tonsawang, Ratahan, Ponosakan, Bantik, Sangihe, dan Talaud

Suku bangsa

sunting
 
Kabasaran, tarian Minahasa di Sulawesi Utara.

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, dari 2.263.463 jiwa penduduk yang terdaftar, mayoritas penduduk Sulawesi Utara adalah suku Minahasa yakni 1.019.314 jiwa (45,04%).[18] Selain Minahasa, penduduk asli Sulawesi Utara lainnya termasuk suku Bolaang Mongondow, Sangir, Talaud, Siau, Bajau dan Bantik, sebanyak 879.579 jiwa (38,86%).[18]

 
Tarian Maengket.

Suku Bajau mendiami beberapa desa pinggir pantai Sulawesi Utara di bagian utara Kabupaten Minahasa Utara. Suku Bantik, konon adalah keturunan pengungsian dari Talaud, tersebar di Bolaang, dan Minahasa bagian Barat. Suku Wawontehu tinggal di sebagian wilayah Bunaken, kota Manado. Namun demikian, etnisitas di Sulawesi Utara termasuk heterogen, ditambah suku lain daerah provinsi lainnya di Indonesia. Suku Minahasa dan Bolaang Mongondow menyebar hampir di seluruh wilayah Sulawesi Utara daratan. Suku Sangir, Suku Talaud, Suku Siau mendiami di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Kepulauan Talaud, dan Pulau Lembeh, terutama di daerah pesisir utara, timur dan barat daratan Sulawesi utara.

Selain penduduk asli, Sulawesi Utara juga merupakan tempat tinggal bagi para pendatang. Suku Gorontalo sebanyak 187.163 jiwa (8,27%) dan Jawa sebanyak 70.934 jiwa (3,13%), suku terbanyak diluar suku asli Sulawesi Utara. Suku asal Maluku 24.942 jiwa (1,10%), Bugis 22.021 jiwa (0,97%), Bali 14.347 jiwa (0,63%), Makassar 10.247 jiwa (0,45%), Tionghoa 8.532 jiwa (0,38%), Batak 4.502 jiwa (0,20%), asal Papua 2.546 jiwa (0,11%) dan suku lainnya 0,86%.[18] Orang Bali, Jawa, umumnya tinggal di daerah transmigrasi.

Berdasarkan data dari Sensus Penduduk Indonesia 2010, berikut ini jumlah penduduk Sulawesi Utara berdasarkan suku bangsa:[18]

Penduduk Sulawesi Utara Berdasarkan Suku Bangsa (Sensus 2010)
No Suku Jumlah 2010 %
1 Minahasa 1.019.314 45,04%
2 Asal Sulawesi lainnya* 879.579 38,86%
3 Gorontalo 187.163 8,27%
4 Jawa 70.934 3,13%
5 Asal Maluku 24.942 1,10%
6 Bugis 22.021 0,97%
7 Bali 14.347 0,64%
8 Makassar 10.247 0,45%
9 Tionghoa 8.532 0,38%
10 Batak 4.502 0,20%
11 Warga Asing 3.606 0,16%
12 Sunda 2.904 0,13%
13 Asal Papua 2.546 0,11%
14 Asal NTT 2.334 0,10%
15 Suku lainnya 10.492 0,46%
Sulawesi Utara 2.263.463 100%

Catatan: Dalam Sensus Penduduk Indonesia 2010, suku Sulawesi lainnya termasuk semua suku-suku yang berasal dari pulau Sulawesi, secara khusus yang ada di Sulawesi Utara selain dari suku Minahasa, seperti suku Bolaang Mongondow, Gorontalo, Sangir, Talaud, Siau, Bajau dan Bantik. Sementara, suku asal Kalimantan lainnya termasuk suku-suku yang berasal dari pulau Kalimantan selain dari Dayak, dan Banjar.[18]

 
Gereja Katedral Manado
 
Salah satu Vihara di Manado
 
Masjid Raya Ahmad Yani Manado

Provinsi Sulawesi Utara menjadi salah satu provinsi di Indonesia dan Sulawesi, mayoritas penduduknya menganut agama Kekristenan. Ada lima wilayah kabupaten dan kota di kawasan Bolaang Mongondow, mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Penduduk yang beragama Hindu sebagian besar bermukim di Kabupaten Bolaang Mongondow, dan penduduk beragama Buddha serta Konghucu umumnya berada di Kota Manado.[19]

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri pada akhir tahun 2023, penduduk Sulawesi Utara yang menganut agama Kekristenan sebanyak 67,33% dengan rincian Protestan sebanyak 62,86% dan Katolik sebanyak 4,47%. Kemudian, penduduk yang menganut agama Islam sebanyak 31,87%, Hindu sebanyak 0,59%, Buddha sebanyak 0,14%, Konghucu sebanyak 0,02% dan kepercayaan atau penghayat kepercayaan sebanyak 0,02%.[2]

Berikut adalah banyaknya penduduk Sulawesi Utara pada tahun 2010 dan 2023:

Agama 2010[19] 2024[2]
Jumlah % Jumlah %
Protestan 1.444.141 63,60% 1.657.643 62,72%
Islam 701.699 30,90% 846.751 32,03%
Katolik 99.980 4,40% 117.784 4,46%
Hindu 13.133 0,58% 15.764 0,60%
Buddha 3.076 0,14% 3.695 0,14%
Konghucu 511 0,02% 410 0,01%
Lainnya* 8.056 0,35% 1.078 0,04%
Total 2.270.569 100% 2.643.125 100%

Pendidikan

sunting
 
Rektorat Universitas Sam Ratulangi Manado

Sulawesi Utara juga memiliki sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta. Perguruan tinggi negeri diantaranya Universitas Negeri Manado, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Terbuka (UPBJJ Manado), Politeknik Negeri Manado, dan Politeknik Negeri Nusa Utara. Sementara perguruan tinggi swasta yakni Universitas Katolik De La Salle, Universitas Kristen Indonesia Tomohon, Universitas Klabat, Universitas Sariputra Indonesia Tomohon, Universitas Nusantara Manado, Institut Agama Islam (IAIK) Kotamobagu dan Universitas Teknologi Sulawesi Utara.

Ada juga beberapa perguruan tinggi ikatan dinas yakni Institut Pemerintahan Dalam NegeriKementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, Sekolah Calon Bintara Secaba–Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, dan Sekolah Polisi Negara Karombasan–Kepolisian Negara Republik Indonesia. Sementara non ikatan dinas yakni Institut Agama Kristen Negeri Manado Kementerian Agama Republik Indonesia, Politeknik Kesehatan Manado Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Politeknik Pelayaran Sulawesi UtaraKementerian Perhubungan Republik Indonesia, dan Institut Agama Islam Negeri Manado Kementerian Agama Republik Indonesia.

Perekonomian

sunting

Perbankan

sunting
 
Logo Bank BSG

Sulawesi Utara terdapat kantor Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Utara yang berkedudukan di Manado. Tugas Bank Indonesia yang terdiri dari bidang moneter, sistem pembayaran, dan perbankan. Di daerah-daerah tugas Bank Indonesia lebih dominan di bidang sistem pembayaran dan perbankan.

Di bidang sistem pembayaran menyelenggarakan sistem kliring dan BI-RTGS dan di bidang perbankan mengawasi dan membina bank-bank agar beroperasi dengan sehat dan menguntungkan.

Selain itu Sulawesi Utara memiliki Bank Pembangunan nya sendiri yaitu Bank BSG yang awalnya dikenal dengan nama Bank SulutGo (Bank Sulawesi Utara dan Gorontalo) yang mana Bank ini milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan Pemerintah Provinsi Gorontalo dan tercatat sebagai BUMD masing masing daerah.[butuh rujukan]

Industri

sunting

Sulawesi Utara memiliki sejumlah industri besar di antaranya

Pertambangan

sunting
  • Emas di Tatelu Minahasa Utara, Tompaso Baru Minahasa Selatan dan Belang Minahasa Tenggara; Lapango Mas di Sangihe
  • Emas di Likupang Toka tindung proyek mining Minahasa utara

Pariwisata

sunting
 
Waruga di Minahasa
 
Gua Jepang di Kawangkoan

Seni dan Budaya

sunting
 
Wale, rumah adat Minahasa

Sulawesi Utara merupakan kawasan yang sangat kaya dengan seni budaya Indonesia lainnya. Sulawesi Utara mempunyai aneka seni budaya yang khas seperti tari-tarian, dan budaya lainnya seperti:

Senjata tradisional

sunting

Sabel adalah senjata tradisional suku Minahasa, bentuknya menyerupai huruf Daun Kelapa. Sabel termasuk dalam kategori Pedang. Selain Peda, bangsa Sulawesi Utara juga memiliki beberapa senjata khas lainnya, seperti Perisai, Pedang bara Sangihe.

Rumah Tradisional

sunting

Rumah tradisional suku Sulawesi Utara dinamakan Wale. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Sulawesi Utara yaitu serambi depan, serambi tengah dan serambi belakang. Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumah dapur.

Tarian

sunting
 
Tari Maengket dari Minahasa

Provinsi Sulawesi Utara yang memiliki setidaknya 14 suku bangsa, memiliki kekayaan tari-tarian yang sangat banyak dan juga sangat mengagumkan. Beberapa tarian yang terkenal di tingkat nasional dan bahkan dunia merupakan tarian yang berasal dari Sulawesi Utara, seperti Tari Poco-poco .

Beberapa tarian yang ada di Sulawesi Utara yakni tarian dari Sangihe yakni Tari Poco-poco, dan Tari Gunde. Kemudian tarian orang Minahasa yakni Tari Maengket, dan Cakalele.

Makanan Khas

sunting

Sulawesi Utara mempunyai aneka jenis makanan yang khas. Antara lain Tinutuan atau Midal (bubur Manado), Nasi jaha, Pangi yang lezat, Gulai Ikan Fufu dan Dodol serta Dodol Salak yang langka. Di samping itu Dodol Amurang asal kabupaten Minahasa Selatan yang terkenal, yang dibuat dengan aneka rasa. Di daerah Minahasa terdapat makanan khas yang jarang ditemui di daerah lainnya di Indonesia, seperti rintek wuuk (biasa disebut RW) atau daging anjing, daging ular, daging babi dan paniki (daging kelelawar). Makanan khas lainnya seperti woku blanga. Sementara kuliner khas Sulawesi Utara yang juga sangat terkenal bahkan hingga ke mancanegara adalah Bagea.

Pahlawan Nasional

sunting
 
Maria Walanda Maramis

Bangsa Sulawesi Utara merupakan bangsa yang gigih dalam mempertahankan kemerdekaannya. Kegigihan perang Sulawesi Utara, dapat dilihat dan dibuktikan oleh sejumlah pahlawan (baik pria maupun wanita), serta bukti-bukti lainnya (perwira Belanda tewas dalam perang Sulawesi utara, serta kuburan Belanda dan Kubur Borgo Portugis/Spanyol yang mencatat sebagai kuburan Belanda, Portugis, Spanyol di luar Negeri Belanda, Portugis dan Spanyol).

Pahlawan Perempuan

sunting

Pahlawan Pria

sunting

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-04-05. Diakses tanggal 2022-04-05. 
  2. ^ a b c d e "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 26 Maret 2024. 
  3. ^ "Provinsi Sulawesi Utara Dalam Angka 2021" (pdf). www.sulut.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-10. Diakses tanggal 31 Mei 2021. 
  4. ^ "Indeks Pembangunan Manusia (Umur Harapan Hidup Hasil Long Form SP2020), 2023-2024". www.bps.go.id. Badan Pusat Statistik. Diakses tanggal 17 November 2024. 
  5. ^ a b "Postur APBD Se Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2024". djpk.kemenkeu.go.id. (2024). Diakses tanggal 17 November 2024. 
  6. ^ "Rincian Dana Transfer Umum T.A 2024 Menurut Provinsi/Kabupaten/Kota" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2024). Diakses tanggal 17 November 2024. 
  7. ^ "Buku Alokasi dan Rangkuman Kebijakan Transfer Ke Daerah T.A 2024 Provinsi Sulawesi Utara". djpk.kemenkeu.go.id. (2024). hlm. 21. Diakses tanggal 17 November 2024. 
  8. ^ Sosilawati, dkk. (2017). Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018-2020: Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR Pulau Sulawesi (PDF). Jakarta Selatan: Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. hlm. 14. ISBN 978-602-61190-3-2. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2021-05-11. Diakses tanggal 2021-02-10. 
  9. ^ Tinungki, I., dkk. (2021). Saelangi, S., dkk., ed. Mengapa Harus Memilih?: Partisipasi Masyarakat Sulut Saat Pilkada di Tengah Pandemi (PDF). Manado: KPU Provinsi Sulawesi Utara. hlm. 34. ISBN 978-623-6183-16-8. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-05-26. Diakses tanggal 2023-05-26. 
  10. ^ "45 Anggota DPRD Sulut Resmi Dilantik, Ini Nama-namanya". regional.kompas.com. 09-09-2019. Diakses tanggal 19-10-2019. 
  11. ^ "45 Anggota DPRD Sulut Periode 2019-2024 Resmi Dilantik. Berikut Nama dan Perolehan Suara Mereka!". kroniktotabuan.com. 09-09-2019. Diakses tanggal 19-10-2019. 
  12. ^ "45 Anggota DPRD Sulut Periode 2019-2024 Resmi Dilantik". manadonews.co.id. 09-09-2019. Diakses tanggal 19-10-2019. 
  13. ^ "Berita Acara Nomor 183/PL.01.9-BA/Prov/VII/2019 tentang Penetapan Calon Terpilih Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara dalam Pemilu 2019" (PDF). Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Utara. 22 Juli 2019. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 21 September 2020. Diakses tanggal 19 Oktober 2019. 
  14. ^ "Berikut 45 Nama Anggota DPRD Sulut Periode 2024 – 2029". Gempar News. 11 Maret 2024. Diakses tanggal 27 Juli 2024. 
  15. ^ a b "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-12. 
  16. ^ Penduduk Provinsi Sulawesi Utara 2010: Struktur Umum dan Jenis Kelamin. Manado: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara. Maret 2011. hlm. 2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-30. Diakses tanggal 2023-05-26. 
  17. ^ "Penyebaran Bahasa di Indonesia". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-26. Diakses tanggal 25 Mei 2020. 
  18. ^ a b c d e "Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010" (PDF). demografi.bps.go.id. Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 23, 36–41. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-07-12. Diakses tanggal 2 November 2021. 
  19. ^ a b "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama Yang Dianut di Provinsi Sulawesi Utara". www.sp2010.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-10. Diakses tanggal 31 Mei 2021. 

Pranala luar

sunting

1°15′N 124°31′E / 1.250°N 124.517°E / 1.250; 124.517