Benetton Formula
Benetton Formula Limited,[2] biasa disebut Benetton saja, adalah sebuah tim dan konstruktor mobil balap Formula Satu (F1) yang pernah berpartisipasi dalam ajang tersebut dari musim 1986 sampai dengan musim 2001. Tim ini dimiliki oleh keluarga Benetton yang juga menjalankan jaringan bisnis pakaian dengan nama yang sama. Grup Benetton pada awalnya memasuki ajang F1 dengan menjadi sponsor untuk tim Tyrrell pada musim 1983, sebelum kemudian pindah ke tim Alfa Romeo untuk musim 1984 dan 1985, serta tim Toleman sejak pertengahan musim 1985. Kesulitan keuangan yang tim Toleman alami membuat Grup Benetton memilih mengakuisisi tim tersebut, dan mengganti namanya menjadi Benetton Formula mulai musim 1986. Pada musim perdananya tersebut, tim Benetton sukses memenangi lomba Grand Prix Meksiko 1986 melalui Gerhard Berger.
Nama resmi | Benetton Formula |
---|---|
Kantor pusat |
|
Pendiri | Luciano Benetton |
Staf terkenal | |
Pembalap terkenal | |
Nama sebelumnya | Toleman Motorsport |
Nama selanjutnya | Renault F1 Team |
Sejarah dalam ajang Formula Satu | |
Mesin | BMW, Ford, Renault, Playlife |
Gelar Konstruktor | 1 (1995) |
Gelar Pembalap | 2 (1994, 1995) |
Jumlah lomba | 260 |
Menang | 27 |
Podium | 102 |
Poin | 851.5 (861.5)[a] |
Posisi pole | 15 |
Putaran tercepat | 36 |
Lomba pertama | Grand Prix Brasil 1986 |
Lomba terakhir | Grand Prix Jepang 2001 |
Di bawah kendali Grup Benetton, tim melakukan perombakan besar-besaran, termasuk di antaranya kontrak mesin dengan spesifikasi pabrikan dari perusahaan Ford-Cosworth mulai musim 1987. Awal dekade 1990-an menjadi masa keemasan tim saat dipimpin oleh Flavio Briatore, bersama Michael Schumacher sebagai pembalap dan para insinyur seperti Ross Brawn, Rory Byrne, dan Pat Symonds. Puncaknya pada musim 1994, Schumacher berhasil meraih gelar juara dunia pembalap bersama tim ini. Pada musim 1995, tim Benetton berganti pasokan mesin menjadi Renault. Schumacher pun berhasil mempertahankan gelar juara dunianya dan tim Benetton berhasil meraih gelar juara dunia konstruktor.
Setelah ditinggalkan oleh Schumacher, Brawn, dan Byrne yang hengkang ke tim Ferrari, dan disusul kemudian oleh Briatore yang mengundurkan diri, tim menunjukan grafik penurunan performa. Antara musim 1996 sampai dengan musim 1999, mereka hanya mampu meraih satu kemenangan saja, yaitu pada Grand Prix Jerman 1997 melalui Gerhard Berger. Pada awal musim 2000, keluarga Benetton memutuskan untuk menjual tim ini kepada Renault, yang ditandai dengan kembalinya Briatore ke bagian manajemen tim. Nama Benetton tetap dipertahankan sampai dengan akhir musim 2001, sebelum kemudian diubah menjadi Renault F1 Team mulai musim 2002.
Awal mula
Pada awal dekade 1980-an, keluarga Benetton, sebuah keluarga yang berasal dari Treviso, Italia, yang berkecimpung dalam bisnis pakaian, telah memutuskan untuk mempromosikan merek dagang mereka secara lebih luas lagi. Langkah yang mereka pilih adalah dengan menjadi sponsor untuk beberapa klub olahraga.[3] Pada saat itu, mereka menjadi sponsor untuk Pallacanestro Treviso (bola basket) dan Volley Treviso (bola voli), serta menjadi pemilik klub Benetton Rugby. Ketiga klub tersebut merupakan klub olahraga tingkat nasional di negara Italia.[4][5] Menyadari bahwa mempromosikan merek di tingkat nasional saja tidaklah cukup, mereka mencoba mencari cabang olahraga lain yang bertingkat internasional. Mereka memilih ajang balap mobil Formula Satu (F1), karena ajang tersebut dianggap mencerminkan nilai-nilai muda yang dinamis, merepresentasikan kerja tim, serta tidak tergantung pada satu sosok individu saja.[3]
Pada musim 1983, merek Benetton muncul untuk pertama kalinya dalam ajang F1 dengan menjadi sponsor utama untuk tim Tyrrell.[3] Hasil yang diraih bersama dengan tim ini pun cukup baik dengan pembalap asal Italia, yaitu Michele Alboreto, yang berhasil membawa tim meraih kemenangan pada Grand Prix Detroit 1983.[6] Kerja sama dengan tim Tyrrell ini hanya berlangsung selama satu musim saja. Sebelum musim 1984 dimulai, pemimpin Grup Benetton, yaitu Luciano Benetton, memutuskan untuk memindahkan dana sponsornya ke tim Alfa Romeo.[3] Namun, prestasi tim ini ternyata jauh dari harapan, karena mereka hanya mampu meraih satu kali finis podium melalui Riccardo Patrese pada Grand Prix Italia 1984.[7] Luciano pun merasa kecewa dengan catatan prestasi tim ini, dan memilih untuk memutuskan kontrak sponsornya pada saat musim 1985 masih berjalan.[8]
Selepas dari tim Alfa Romeo, Luciano melirik tim lainnya untuk negosiasi kerja sama kontrak sponsor.[9] Ia kemudian mengadakan kesepakatan dengan tim Toleman yang pada saat itu penampilannya menjadi sorotan berkat prestasi yang diraih oleh pembalap Ayrton Senna dan insinyur Rory Byrne pada musim 1984. Keadaan tim yang tengah mengalami kesulitan keuangan membuat Luciano memutuskan untuk mengakuisisi aset tim Toleman pada akhir musim 1985 dan mengubah namanya menjadi Benetton Formula untuk musim 1986.[10]
Sejarah dalam ajang Formula Satu
1986–1987: Musim-musim awal
Benetton secara resmi memulai debutnya sebagai sebuah tim dan konstruktor F1 pada musim 1986, yang diawali dari lomba pembuka musim di Brasil.[11] Pada musim perdananya ini, Luciano Benetton mempercayakan posisi kepala operasional tim kepada Davide Paolini, serta posisi direktur olahraga kepada Peter Collins.[9][12] Untuk posisi pembalap, mereka mempertahankan Teo Fabi yang diduetkan dengan pembalap Austria Gerhard Berger.[13] Sebelum diambil alih oleh Grup Benetton, tim Toleman sudah mengembangkan sasis yang dinamakan TG186 yang kemudian berganti nama menjadi Benetton B186.[14] Sasis tersebut ditenagai oleh mesin BMW yang menggantikan mesin Hart.[10]
Mobil B186 menunjukkan kecepatan yang mengesankan sepanjang musim berjalan. Berger berhasil mempersembahkan podium pertama untuk tim saat finis ketiga di San Marino, yang dilanjutkan dengan keberhasilannya meraih posisi start di barisan depan pada Grand Prix Belgia. Sementara itu, Fabi berhasil meraih dua kali posisi pole secara berturut-turut yaitu di Austria dan Italia.[10] Mendekati akhir musim, Berger berhasil meraih kemenangan pertama untuk tim ini di Meksiko. Dalam lomba tersebut ia tampil dominan saat finis dengan keunggulan hampir setengah menit dari lawan-lawannya.[15] Terlepas dari kecepatan dasar yang mengesankan, mobil B186 juga mengalami masalah ketahanan yang cukup parah. Dari total keseluruhan 32 kali start yang dilakukan oleh kedua mobil, 19 di antaranya berakhir dengan gagal finis.[16] Pada akhir musim, tim Benetton berada di posisi keenam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan 19 poin.[17]
Berger memilih hengkang ke tim Ferrari pada akhir tahun 1986. Posisinya di tim Benetton digantikan oleh pembalap Belgia Thierry Boutsen.[18] Perusahaan mesin BMW, yang telah memasok tiga tim pada musim 1986, memilih untuk mengurangi operasionalnya dengan hanya memasok untuk tim Brabham saja pada musim 1987.[19] Dengan pembubaran tim Haas Lola pada akhir tahun 1986, tim Benetton mengambil alih kontrak mesin spesifikasi pabrikan dari perusahaan Ford-Cosworth untuk musim selanjutnya. Mobil B187 sempat mengalami masalah mesin pada awal musim, tetapi menjadi lebih konsisten saat memasuki pertengahan musim setelah pihak Cosworth melakukan pengaturan ulang pada bagian turbocharger.[20] Selanjutnya, tim lebih sering meraih posisi finis keempat dan kelima, serta dua kali finis ketiga masing-masing di Austria dan Australia.[21] Meskipun gagal meraih satu kemenangan pun selama musim berjalan, tim Benetton mengakhiri musim ini di posisi kelima klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan 28 poin.[22]
1988–1990: Kesuksesan awal
Tim melakukan perombakan manajemen sebelum musim 1988 dimulai. Alessandro Benetton naik menjadi presiden tim menggantikan posisi ayahnya, yaitu Luciano.[23] Sementara itu, kontrak Fabi sebagai pembalap tidak diperpanjang untuk musim ini. Posisinya digantikan oleh pembalap Italia lainnya, yaitu Alessandro Nannini.[24] Mobil B188 merupakan pengembangan dari mobil tahun sebelumnya dan menjadi mobil bermesin aspirasi normal yang pertama untuk tim ini. Pada saat itu, perusahaan mesin Ford memutuskan untuk fokus memusatkan pengembangan mesin aspirasi normal dikarenakan perubahan regulasi untuk musim 1989 yang melarang pemakaian mesin turbo.[19] Duet Boutsen dan Nannini berhasil meraih total tujuh kali podium di musim ini, meskipun semuanya adalah raihan finis di posisi ketiga.[25] Boutsen juga sebetulnya finis ketiga di Belgia, tetapi pihak otoritas F1 kemudian menganulir hasil yang tim Benetton raih pada lomba tersebut setelah ditemukan bukti-bukti pelanggaran teknis mengenai sistem bahan bakar mobil.[26][27] Tim Benetton mengakhiri musim ini dengan raihan total 39 poin, yang menempatkan mereka di posisi ketiga klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor.[28]
Pada musim 1989, Boutsen memilih untuk bergabung bersama dengan tim Williams dan posisinya di tim Benetton digantikan oleh pembalap pendatang baru (rookie), yaitu Johnny Herbert.[29] Mesin baru yang dikembangkan oleh Ford untuk mobil B189 belum siap pakai pada saat musim dimulai, sementara mesin lama buatan tahun sebelumnya tidak bisa dipasang di sasis yang baru karena ukurannya yang berbeda.[30] Tim akhirnya memilih tetap menggunakan mobil B188 yang dinilai masih kompetitif. Nannini berhasil meraih podium di San Marino dengan mobil tersebut.[31] Sebelum melakukan debutnya di dalam ajang F1, Herbert mengalami kecelakaan serius pada saat membalap di ajang Formula 3000 yang membuat kedua kakinya patah. Meskipun Herbert bisa meraih beberapa hasil yang mengesankan, termasuk saat finis keempat di Brasil, ia secara mendadak diberhentikan oleh tim setelah gagal lolos kualifikasi untuk Grand Prix Kanada. Alasan yang diambil tim saat itu adalah bahwa cedera kaki yang dialami oleh Herbert belum pulih sepenuhnya.[32] Posisi Herbert digantikan oleh pembalap rookie lainnya yang pada saat itu menjadi pembalap penguji tim McLaren, yaitu Emanuele Pirro.[33][34] Pada Grand Prix Prancis, tim Benetton membawa mobil baru B189 untuk dipergunakan oleh Nannini. Pirro sendiri baru mendapatkan mobil baru tersebut saat lomba di Jerman.[35] Nannini berhasil meraih kemenangan dengan mobil tersebut di Jepang, setelah Ayrton Senna yang sebelumnya masuk finis di urutan pertama mendapatkan hukuman diskualifikasi karena bertabrakan dengan Alain Prost.[36] Sementara itu, Pirro hanya mampu meraih dua poin saja dari sepuluh lomba yang ia ikuti dengan hasil terbaiknya saat finis kelima di Australia.[34] Tim Benetton meraih posisi keempat dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan 39 poin.[37]
Sebelum musim 1990 dimulai, tim merekrut Flavio Briatore untuk mengisi posisi kepala operasional menggantikan Davide Paolini.[38] Kontrak Pirro tidak diperpanjang dan posisinya digantikan oleh mantan juara dunia Nelson Piquet yang hengkang dari tim Lotus.[39] Tim Benetton menurunkan mobil baru B190 di Grand Prix San Marino. Mobil ini berhasil memenangi dua lomba berturut-turut di Jepang dan Australia melalui Nelson Piquet.[40] Namun, nasib nahas menimpa Nannini yang mengalami kecelakaan helikopter seminggu setelah lomba di Spanyol yang menyebabkan lengan kanannya sempat terputus.[41] Meskipun lengannya berhasil dihubungkan kembali melalui serangkaian proses operasi yang intensif, musibah ini menjadi penanda akhir karier F1 untuk Nannini.[42] Sebagai pengganti, tim merekrut Roberto Moreno setelah tim Moreno sebelumnya, yaitu tim EuroBrun, berhenti beroperasi.[43] Setelah Ayrton Senna dan Alain Prost bertabrakan selepas start di lomba Grand Prix Jepang, duet Piquet dan Moreno berhasil meraih hasil finis 1-2 dalam lomba tersebut. Podium yang diraih Moreno sekaligus menjadi podium F1 pertama dan satu-satunya bagi dirinya sepanjang berkarier di ajang F1.[44] Pada akhir musim, tim berhasil finis di urutan ketiga klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan 71 poin.[45]
1991–1993: Awal era Michael Schumacher
Memasuki musim 1991, tim berhasil mendapatkan kesepakatan dengan merek rokok asal Amerika Serikat, yaitu Camel, untuk menjadi sponsor judul.[46] Pada awal musim, tim memilih menggunakan mobil B190 yang sudah dimodifikasi dan baru menurunkan mobil B191 di Grand Prix San Marino. Piquet berhasil meraih kemenangan kejutan di Kanada usai mobil Williams yang dikendarai Nigel Mansell tiba-tiba mengalami kegagalan teknis di putaran terakhir lomba saat sedang memimpin.[47] Hasil ini melengkapi dua raihan podium lainnya yang Piquet sebelumnya raih pada lomba pembuka musim di Amerika Serikat dan di Belgia pada paruh kedua musim.[48] Pada pertengahan musim, direktur teknik John Barnard hengkang karena perbedaan pandangan dengan manajemen tim. Posisinya digantikan oleh Ross Brawn yang kemudian berduet dengan tim aero yang dipimpin oleh Rory Byrne, untuk mengembangkan dan menyempurnakan desain mobil B191 peninggalan Barnard.[49] Untuk persiapan musim 1992, pihak manajemen tim mencoba untuk mencari sosok pembalap muda. Mereka meyakini bahwa baik Piquet maupun Moreno yang mulai menua sudah kurang cocok untuk diandalkan sebagai masa depan tim.[50] Setelah Michael Schumacher tampil mengesankan dalam debutnya untuk tim Jordan di Grand Prix Belgia, Flavio Briatore langsung merekrutnya untuk menggantikan posisi Moreno untuk lomba di Italia.[48] Eddie Jordan sempat melayangkan tuntutan hukum kepada Briatore dan tim Benetton ke Pengadilan Tinggi Inggris. Namun, kasus ini akhirnya terselesaikan oleh Bernie Ecclestone, yang juga terlibat dalam proses perpindahan Schumacher ke tim Benetton, yang menawarkan 'jalan damai' berupa kontrak pasokan mesin gratis dari Yamaha untuk tim Jordan di musim 1992.[51] Tim mengakhiri musim ini dengan berada di peringkat keempat klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan raihan 38,5 poin.[52]
Pada musim 1992, Tom Walkinshaw Racing memperoleh bagian kepemilikan saham di tim Benetton, dengan Tom Walkinshaw dan Brawn yang bergerak sebagai kepala teknik tim.[48] Tim juga memindahkan kantor operasional dan pabriknya dari Witney, Oxfordshire, ke Enstone.[53] Piquet memutuskan untuk pensiun dari ajang F1 dan posisinya digantikan oleh pembalap Inggris Martin Brundle.[54] Seperti di musim sebelumnya, tim memilih menggunakan mobil musim sebelumnya (B191) yang dimodifikasi untuk tiga perlombaan pertama musim 1992. Schumacher berhasil meraih dua podium dengan menggunakan mobil lama tersebut.[55] Pada saat mobil B192 resmi dipergunakan, hasil tim pun semakin meningkat dengan meraih 11 kali podium, termasuk kemenangan lomba pertama bagi Schumacher di Grand Prix Belgia.[56] Tim Benetton mengakhiri musim ini di urutan ketiga klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan 91 poin.[57]
Memasuki musim 1993, Brundle secara mendadak diputus kontraknya oleh tim dan digantikan oleh pembalap senior Riccardo Patrese yang meninggalkan tim Williams.[58] Mobil B193 memiliki daya saing yang serupa dengan mobil pendahulunya. Schumacher berhasil membawa mobil tersebut menang di Grand Prix Portugal, yang ironisnya menjadi kemenangan satu-satunya tim sepanjang musim berjalan.[59] Pada akhir musim, tim menempati posisi ketiga dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan 91 poin.[60] Terlepas dari hasil yang mengesankan dan peningkatan kinerja pada musim 1992 dan 1993, tim Benetton masih belum dapat memberikan Schumacher mobil yang baik untuk menjadi penantang gelar juara dunia. Mereka masih berada dibawah tim Williams dan McLaren yang tampil dominan pada saat itu.[61]
1994–1995: Musim juara dunia
1994: Gelar pertama dengan kontroversi
Tim Benetton mendapatkan sponsor judul yang baru untuk musim 1994, yaitu Mild Seven, yang sekaligus mengubah warna mobil dari yang tadinya kuning-hijau menjadi biru-putih khas merek rokok asal Jepang tersebut.[62] Insinyur Rory Byrne mampu memaksimalkan perubahan regulasi teknis pada saat itu, dengan mengembangkan sasis B194 yang efisien secara aerodinamika.[63] Selain itu, perusahaan mesin Ford-Cosworth juga membuat mesin berkonfigurasi V8 baru yang dinamakan Ford Zetec-R.[63] Meskipun dari segi tenaga mesin ini masih kalah jika dibandingkan dengan Renault yang memakai konfigurasi V10, atau Ferrari dengan konfigurasi V12-nya. Alasan Ford memilih tetap memakai konfigurasi V8 adalah karena bobotnya lebih ringan jika dibandingkan V10 atau V12.[64] Michael Schumacher masih tetap bertahan bersama dengan tim meski sempat dirayu untuk pindah oleh tim McLaren.[58] Tim Williams kembali menjadi unggulan untuk musim 1994, meskipun ditinggalkan oleh juara dunia bertahan Alain Prost yang memilih pensiun. Sebagai pengganti Prost, tim Williams merekrut pembalap Brasil Ayrton Senna.[65]
Keputusan tim Benetton untuk membangun mobil berdasarkan gaya membalap Schumacher membuahkan hasil. Pembalap asal Jerman tersebut berhasil meraih delapan kemenangan selama musim berjalan.[63] Ia juga sedikit terbantu oleh permasalahan yang menimpa tim Williams, khususnya setelah Senna meninggal dunia secara tragis di San Marino.[66] Mereka baru bisa bangkit di paruh kedua musim melalui Damon Hill, yang secara tidak terduga bisa menjadi pesaing utama Schumacher dalam perebutan gelar juara dunia sampai lomba penutup musim di Australia.[67] Namun, untuk gelar juara dunia konstruktor sendiri, tim Benetton harus mengakui keunggulan tim Williams.[68] Pergantian pembalap di tengah musim yang dilakukan tim Benetton sedikit banyak berpengaruh pada raihan poin mereka di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor. Terlebih pembalap-pembalap tersebut, yaitu Jos Verstappen, JJ Lehto, dan Johnny Herbert, tidak bisa menampilkan performa yang mendekati Schumacher.[69] Pada pertengahan musim, Schumacher sempat kehilangan beberapa kesempatan meraih poin. Karena gaya membalapnya yang agresif, ia terkena hukuman diskualifikasi di Inggris dan Belgia, dan kemudian hukuman larangan tampil di Italia dan Portugal.[70][71] Dampak dari hukuman-hukuman tersebut, keunggulan poinnya di klasemen sementara Kejuaraan Dunia Pembalap berhasil terkejar oleh Hill yang berhasil meraih kemenangan di Italia dan Portugal.[72]
Tim Benetton juga menjadi subjek kontroversi, khususnya mengenai perbedaan mencolok antara mobil yang dikendarai oleh Schumacher jika dibandingkan dengan mobil milik rekan setimnya. Muncul dugaan tim telah mengakali celah peraturan sistem komputer di mobil terkait pelarangan kontrol traksi yang diterapkan mulai musim 1994, yang membuat mobil B194 bisa tampil lebih maksimal daripada lawan-lawannya.[73] Selain itu, kecurigaan lain muncul mengenai sistem pit stop milik tim yang diduga telah di modifikasi sehingga mobil bisa lebih cepat pada saat melakukan pit stop pengisian bensin. Sebuah hal yang kemudian mencapai klimaksnya di Grand Prix Jerman, pada saat mobil yang dikendarai oleh Verstappen terbakar hebat pada saat tengah melakukan pit stop.[74] Meskipun demikian, tidak ada satu pun dari dua dugaan tersebut yang dinilai tidak wajar oleh Federasi Automobil Internasional (FIA) selaku badan otoritas F1.[75] Hasil investigasi FIA tidak menemukan adanya penggunaan perangkat lunak ilegal oleh tim. Sementara dalam kasus insiden pit stop di Jerman, tim memberikan kesaksian dan bukti yang ada, yang kemudian berhasil mereka pertahankan sehingga akhirnya lolos dari ancaman hukuman.[76]
Meskipun demikian, objek kritik lainnya yang dilayangkan oleh para pesaing di musim 1994 adalah gaya membalap Schumacher yang dinilai kasar dan curang, terutama dalam lomba penentuan gelar juara dunia di Australia.[77] Dalam lomba tersebut, Schumacher bertabrakan secara kontroversial dengan Hill yang membuat keduanya tersingkir dari lintasan. Insiden ini secara tidak langsung turut membantu mengantarkan Schumacher meraih gelar juara dunia. Namun, sekali lagi hasil investigasi yang dilakukan oleh FIA tidak menemukan hal apapun, dan mereka mengkonfirmasikan Schumacher sebagai juara dunia musim 1994.[78][79]
1995: Gelar kedua dengan memakai mesin Renault
Pada bulan April 1994, Flavio Briatore mengakuisisi mayoritas saham tim Ligier, yang pada saat itu sedang mengalami masalah keuangan setelah pemilik sebelumnya, yaitu Cyril Bourlon de Rouvre, terlibat dalam sebuah kasus penipuan.[80] Akuisisi tersebut dinilai beraroma politis karena berhubungan juga dengan upayanya membawa tim Benetton ke tingkat yang setara dengan tim Williams, yaitu sama-sama memakai mesin dari perusahaan Renault.[81] Sambil menunggu kepastian kesepakatan kontrak mesin Renault untuk musim 1995, Michael Schumacher menjalani sebuah pengujian khusus dengan mobil Ligier JS39 di Sirkuit Estoril, Portugal, pada bulan Desember 1994.[82] Segera setelah akuisisi tim Ligier oleh Briatore terselesaikan, ia langsung menegosiasikan penjualan tim Tom Walkinshaw yang pernah menjadi pemegang saham di tim Benetton.[83]
Pada musim 1995, tim Benetton menurunkan mobil B195 yang merupakan pengembangan dari mobil tahun sebelumnya. Pembalap Inggris Johnny Herbert kembali ke tim untuk menjadi rekan setim Schumacher.[84] Mobil B195 tampil dominan sepanjang musim dengan meraih 11 kemenangan dari 17 perlombaan.[85] Dengan mesin yang setara dengan yang dipakai oleh tim Williams, Schumacher dengan mudah mengalahkan Damon Hill untuk meraih gelar juara dunianya yang kedua.[86] Herbert juga tampil impresif sepanjang musim dengan mengantongi dua kemenangan, yaitu di Inggris dan Italia.[85] Sebuah upaya yang kemudian turut membantu tim Benetton meraih gelar juara dunia konstruktor untuk yang pertama kalinya dalam sejarah.[87] Sesaat setelah kontraknya tidak diperpanjang di akhir musim, Herbert menyatakan bahwa pengembangan mobil Benetton di musim 1995 terlalu difokuskan kepada Schumacher, sehingga membuatnya tidak bisa tampil maksimal sepanjang musim berjalan.[88]
1996–1999: Musim kemunduran
1996: Duet pembalap baru
Pada musim 1996, tim Benetton menggunakan identitas negara Italia setelah sebelumnya turun dengan memakai identitas negara Britania Raya.[89] Hal ini tidak berdampak pada logistik tim karena mereka masih berkantor di Enstone, Inggris.[89] Mobil B196 merupakan pengembangan dari mobil tahun sebelumnya yang disesuaikan dengan regulasi teknis baru di musim tersebut.[90] Pada musim ini, Michael Schumacher memilih hengkang ke tim Ferrari, meskipun sebetulnya ia masih memiliki sisa kontrak di tim Benetton.[91] Sementara itu, Herbert pindah ke tim Sauber.[92] Dengan ketiadaan pesaing yang berarti, Damon Hill dan tim Williams berhasil menyapu bersih gelar juara dunia pembalap dan gelar juara dunia konstruktor di musim tersebut.[93]
Tim Benetton memasang duet pembalap baru, yaitu Jean Alesi dan Gerhard Berger. Bagi Berger, ini adalah kali kedua ia bergabung bersama dengan tim setelah sebelumnya ia pernah bergabung pada musim 1986.[90] Tim memasang harapan tinggi di awal musim sebelum kemudian berubah menjadi kekecewaan besar. Untuk kali pertama sejak musim 1988, mereka gagal memenangkan satu perlombaan pun selama musim berjalan.[19] Namun, konsistensi yang diperlihatkan oleh Alesi dan Berger dengan berhasil masuk finis dalam 14 dari 16 lomba di musim tersebut turut membantu tim Benetton untuk tetap berada di posisi ketiga pada klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan 68 poin.[94][95] Pada akhir tahun 1996, duet insinyur Ross Brawn dan Rory Byrne memutuskan untuk hengkang dari tim dan memilih mengikuti jejak Schumacher dengan bergabung ke tim Ferrari. Hengkangnya Brawn dan Byrne sekaligus juga menandai akhir dari era keemasan tim ini.[96]
1997: Kemenangan lomba terakhir
Pada musim 1997, tim Benetton memperkenalkan mobil B197 rancangan Nick Wirth yang masih mempertahankan sisa-sisa peninggalan desain yang diwariskan oleh Byrne.[97] Duet pembalap Alesi dan Berger dipertahankan untuk musim ini, dengan Berger yang mengumumkan bahwa ia akan mengundurkan diri dari ajang F1 pada akhir musim.[98] Tim menjalani awal musim dengan pasang surut. Karena kesalahan komunikasi tim, Alesi melewatkan panggilan pit stop dan terpaksa harus tersingkir dari lomba pembuka musim yang digelar di Australia karena mobilnya kehabisan bensin.[99] Berger mampu menyelamatkan muka tim saat ia finis kedua pada Grand Prix Brasil.[100] Memasuki pertengahan musim, Berger mengambil cuti untuk melakukan operasi sinusitis. Posisinya digantikan sementara oleh pembalap penguji Alexander Wurz untuk lomba di Kanada, Prancis, dan Inggris.[101] Pada lomba di Inggris, duet Alesi dan Wurz berhasil finis berurutan masing-masing di posisi kedua dan ketiga di belakang Jacques Villeneuve, yang mempersembahkan kemenangan Grand Prix ke-100 untuk tim Williams.[102] Pada lomba Grand Prix Jerman, Berger kembali aktif membalap dan dirinya berhasil meraih kemenangan dalam lomba tersebut, yang kemudian menjadi kemenangan terakhir tim Benetton di dalam ajang F1.[103] Bagi Berger, hasil tersebut menjadi sebuah catatan rekor pribadi tersendiri karena ia juga adalah pembalap pertama yang mempersembahkan kemenangan pertama untuk tim Benetton, tepatnya di Grand Prix Meksiko 1986.[104]
Pada akhir musim, tim Benetton kembali finis di peringkat ketiga klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan 67 poin.[105] Kepala eksekutif Flavio Briatore memilih untuk hengkang setelah dirumorkan berselisih paham dengan pemilik tim. Posisinya digantikan oleh pemilik Prodrive, yaitu David Richards dengan dibantu oleh Rocco Benetton, yang merupakan putra keempat dari Luciano Benetton, sebagai direktur komersial tim.[106][107]
1998–1999: Penampilan sporadis
Pada musim 1998, tim Benetton melakukan banyak perubahan di bawah pimpinan David Richards. Berger pensiun dan Alesi memilih untuk hengkang ke tim Sauber.[98][108] Alexander Wurz dipromosikan ke kursi penuh waktu, berpasangan dengan pembalap Italia Giancarlo Fisichella.[109] Setelah perusahaan mesin Renault mengundurkan diri dari F1 di akhir musim 1997, tim Benetton dan tim Williams mau tidak mau harus bersedia menggunakan mesin Mecachrome untuk musim 1998. Mesin ini sendiri merupakan pengembangan dari mesin Renault yang dipakai di musim 1997.[110] Tim Benetton sendiri memilih melabeli ulang mesin Mecachrome tersebut sebagai Playlife, yang merupakan sebuah merek pakaian olahraga milik keluarga Benetton.[111] Fisichella berhasil meraih dua kali finis di posisi kedua secara beruntun, yaitu di Monako dan Kanada, serta posisi pole di Austria.[112] Namun, penampilan tim Benetton mendadak menjadi tidak kompetitif menjelang akhir musim. Mereka hanya mampu meraih satu poin saja dalam tujuh lomba tersisa.[113] Tim kemudian menyalahkan perusahaan ban Bridgestone yang terlalu mengutamakan tim McLaren sebagai tim yang lebih sukses di musim tersebut.[109] Pada klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, tim Benetton berada di posisi kelima dengan raihan 33 poin.[114]
Memasuki musim 1999, kepala eksekutif David Richards memilih untuk hengkang setelah berselisih paham dengan keluarga Benetton terkait dengan strategi masa depan tim. Posisinya digantikan oleh Rocco Benetton yang merangkap sebagai direktur komersial tim.[115] Pada musim ini, tim menggunakan mesin buatan Supertec yang masih memakai blok mesin yang sama dengan mesin Renault lawas yang dipakai di musim 1997. Untuk alasan komersial, tim tetap menamai mesin tersebut sebagai Playlife.[110][116] Mobil B199 terbilang mengecewakan jika dibandingkan dengan mobil B198 yang digunakan di musim sebelumnya.[117] Hasil terbaik yang diraih tim hanyalah raihan finis posisi kedua yang diraih oleh Fisichella di Kanada, tetapi itu pun karena mobil-mobil dari tim lain banyak yang tersingkir sepanjang lomba tersebut berjalan.[118] Dalam sisa sepuluh perlombaan lainnya sampai dengan akhir musim, tim hanya bisa meraih dua poin saja melalui finis di posisi kelima yang diraih oleh Wurz di Austria.[119] Tim Benetton sendiri menutup musim ini dengan menempati posisi keenam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan raihan 16 poin.[120]
2000–2001: Penjualan tim kepada Renault
Pada musim 2000, tim melakukan pergantian untuk posisi direktur teknis dengan masuknya Mike Gascoyne.[121] Hasil tim di musim ini sedikit ada perkembangan dengan menempati posisi keempat di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan 20 poin, terlepas dari start bagus tim di awal musim melalui Fisichella yang finis kedua di Brasil setelah David Coulthard terkena hukuman diskualifikasi. Fisichella juga meraih dua kali hasil finis podium lainnya secara beruntun, yaitu saat finis ketiga di Monako dan Kanada.[122] Kebangkitan tim di musim ini juga sedikit terbantu dengan menurunnya penampilan tim Jordan yang pada musim sebelumnya berhasil menduduki peringkat ketiga klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor.[123] Sebelumnya pada bulan Maret, sebuah keputusan besar telah diambil oleh keluarga Benetton yang memutuskan untuk menjual tim ini kepada perusahaan mobil asal Prancis, yaitu Renault.[124] Penjualan ini secara tidak langsung membawa kembali Flavio Briatore masuk ke dalam manajemen tim, meskipun dalam kesehariannya ia lebih banyak berperan sebagai perwakilan dari Renault dengan posisi sebagai direktur olahraga.[116]
Musim 2001 menjadi musim terakhir bagi tim Benetton di ajang F1. Tim sudah dimiliki oleh Renault sepenuhnya, tetapi penggantian nama baru akan dilakukan di musim 2002.[116] Briatore menggunakan musim 2001 ini sebagai masa transisi untuk menghubungkan divisi sasis di Enstone, Inggris, dengan divisi mesin di Viry-Châtillon, Prancis.[116] Selain itu, di musim terakhirnya ini, tim Benetton juga banyak melakukan percobaan inovasi, salah satunya adalah riset mesin V10 yang memiliki sudut lebar 111 derajat. Mereka juga melakukan perpindahan pasokan ban serta bahan bakar ke Michelin dan Elf, yang memiliki sejarah kemitraan panjang dengan Renault.[125][126] Oleh sebab itu, penampilan tim di paruh pertama musim 2001 sangat kedodoran. Mereka baru bisa bangkit di paruh musim kedua melalui raihan finis di posisi ketiga yang diraih oleh Fisichella di Belgia.[127] Sebagai bagian dari rencana masa depan tim, Jenson Button masuk untuk menggantikan posisi Alexander Wurz.[128] Button sendiri tampil kesulitan sepanjang musim, dengan hasil terbaiknya saat finis kelima di Grand Prix Jerman.[129] Pada akhir musim, tim Benetton mengakhiri perjalanannya di F1 dengan meraih posisi ketujuh klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dan hanya meraih 10 poin, yang sekaligus juga menjadi posisi klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor paling buruk yang pernah mereka raih selama berkiprah di ajang ini.[130]
Warisan
Pada akhir bulan Januari 2002, Renault secara resmi memperkenalkan Renault F1 Team sebagai nama tim yang baru menggantikan Benetton Formula.[131] Tim ini mulai turun di musim 2002 melalui duet pembalap Jenson Button dan Jarno Trulli.[132] Pada musim 2003, tim Renault berhasil memenangkan lomba Grand Prix Hungaria melalui pembalap asal Spanyol, yaitu Fernando Alonso.[133] Alonso kemudian meraih kesuksesan lebih lanjut bersama dengan tim ini pada saat berhasil meraih gelar juara dunia musim 2005 dan 2006.[134][135] Renault kemudian menjual timnya kepada Genii Capital pada tahun 2011, yang membuat nama tim berubah menjadi Lotus F1 Team untuk musim 2012, seiring dengan kerja sama teknis antara Genii dan Group Lotus.[136][137] Pada akhir tahun 2015, Renault membeli kembali tim Lotus dan mengganti namanya menjadi Renault Sport Formula One Team untuk musim 2016.[138] Pada musim 2021, Renault memutuskan mengubah nama tim menjadi Alpine F1 Team, terkait dengan upaya pengenalan kembali merek mobil Alpine kepada masyarakat sebagai salah satu anak perusahaan Renault.[139] Karena seringnya berganti-ganti nama, beberapa pihak, terutama media massa, memberikan julukan Team Enstone kepada tim Renault/Alpine. Alasannya karena operasional kantor dan pabriknya masih menggunakan fasilitas yang terletak di Enstone sejak pertama berdiri pada tahun 1992.[140]
Tim Benetton saat ini dikenang sebagai tim yang berhasil mengantarkan Michael Schumacher menjadi juara dunia dua kali.[141] Schumacher sendiri berhasil meraih 19 dari total 27 kemenangan yang diraih oleh tim Benetton sepanjang sejarahnya.[142]
Identitas
Tim Benetton pada awalnya menggunakan identitas negara Britania Raya dari musim 1986 sampai 1995. Sejak musim 1996 sampai penutupannya di musim 2001, mereka menggunakan identitas negara Italia.[143] Dengan demikian, mereka menjadi konstruktor kedua yang mengubah identitas asal negaranya setelah Shadow Racing Cars pada musim 1976.[144][145] Keluarga Benetton menginginkan perubahan ini dengan alasan nasionalisme. Mereka ingin melihat tim mengibarkan bendera negara Italia pada saat meraih kesuksesan.[146][147]
Untuk operasional sendiri, pada awalnya tim Benetton menggunakan fasilitas kantor dan pabrik bekas tim Toleman yang berada di Witney, Oxfordshire, sebelum pindah ke lokasi baru yang lebih modern dan lebih besar di Enstone pada tahun 1992.[148] Fasilitas di Enstone selanjutnya digunakan oleh tim-tim penerus Benetton, seperti tim Renault, Lotus, dan Alpine.[140]
Hasil Grand Prix Formula Satu
(kunci)
Musim | Sasis | Mesin | Ban | Pembalap | Lomba | Poin | Klasemen | ||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | |||||||
1986 | B186 | BMW M12/13 L4 t | P | BRA | ESP | SMR | MON | BEL | CAN | DET | FRA | GBR | GER | HUN | AUT | ITA | POR | MEX | AUS | 19 | Posisi 6 | ||
Teo Fabi | 10 | 5 | Ret | Ret | 7 | Ret | Ret | Ret | Ret | Ret | Ret | RetP | RetPF | 8 | Ret | 10 | |||||||
Gerhard Berger | 6 | 6 | 3 | Ret | 10 | Ret | Ret | Ret | Ret | 10F | Ret | 7F | 5 | Ret | 1 | Ret | |||||||
1987 | B187 | Ford Cosworth GBA 1.5 V6 t | G | BRA | SMR | BEL | MON | DET | FRA | GBR | GER | HUN | AUT | ITA | POR | ESP | MEX | JPN | AUS | 28 | Posisi 5 | ||
Teo Fabi | Ret | RetF | Ret | 8 | Ret | 5 | 6 | Ret | Ret | 3 | 7 | 4 | Ret | 5 | Ret | Ret | |||||||
Thierry Boutsen | 5 | Ret | Ret | Ret | Ret | Ret | 7 | Ret | 4 | 4 | 5 | 14 | Ret | Ret | 5 | 3 | |||||||
1988 | B188 | Ford Cosworth DFR 3.5 V8 | G | BRA | SMR | MON | MEX | CAN | DET | FRA | GBR | GER | HUN | BEL | ITA | POR | ESP | JPN | AUS | 39 | Posisi 3 | ||
Alessandro Nannini | Ret | 6 | Ret | 7 | Ret | Ret | 6 | 3 | 18F | Ret | DSQ | 9 | Ret | 3 | 5 | Ret | |||||||
Thierry Boutsen | 7 | 4 | 8 | 8 | 3 | 3 | Ret | Ret | 6 | 3 | DSQ | 6 | 3 | 9 | 3 | 5 | |||||||
1989 | B188 B189 |
Ford Cosworth DFR 3.5 V8 Ford HBA1 3.5 V8 Ford HBA4 3.5 V8 |
G | BRA | SMR | MON | MEX | USA | CAN | FRA | GBR | GER | HUN | BEL | ITA | POR | ESP | JPN | AUS | 39 | Posisi 4 | ||
Alessandro Nannini | 6 | 3 | 8 | 4 | Ret | DSQ | Ret | 3 | Ret | Ret | 5 | Ret | 4 | Ret | 1 | 2 | |||||||
Johnny Herbert | 4 | 11 | 14 | 15 | 5 | DNQ | |||||||||||||||||
Emanuele Pirro | 9 | 11 | Ret | 8 | 10 | Ret | Ret | Ret | Ret | 5 | |||||||||||||
1990 | B189B B190 |
Ford HBA4 3.5 V8 | G | USA | BRA | SMR | MON | CAN | MEX | FRA | GBR | GER | HUN | BEL | ITA | POR | ESP | JPN | AUS | 71 | Posisi 3 | ||
Alessandro Nannini | 11 | 10 | 3F | Ret | Ret | 4 | 16 | Ret | 2 | Ret | 4 | 8 | 6 | 3 | |||||||||
Roberto Moreno | 2 | 7 | |||||||||||||||||||||
Nelson Piquet | 4 | 6 | 5 | DSQ | 2 | 6 | 4 | 5 | Ret | 3 | 5 | 7 | 5 | Ret | 1 | 1 | |||||||
1991 | B190B B191 |
Ford HBA4 3.5 V8 Ford HBA5 3.5 V8 |
P | USA | BRA | SMR | MON | CAN | MEX | FRA | GBR | GER | HUN | BEL | ITA | POR | ESP | JPN | AUS | 38.5 | Posisi 4 | ||
Roberto Moreno | Ret | 7 | 13 | 4 | Ret | 5 | Ret | Ret | 8 | 8 | 4F | ||||||||||||
Michael Schumacher | 5 | 6 | 6 | Ret | Ret | ||||||||||||||||||
Nelson Piquet | 3 | 5 | Ret | Ret | 1 | Ret | 8 | 5 | Ret | Ret | 3 | 6 | 5 | 11 | 7 | 4‡ | |||||||
1992 | B191B B192 |
Ford HBA5 3.5 V8 Ford HBA7 3.5 V8 |
G | RSA | MEX | BRA | ESP | SMR | MON | CAN | FRA | GBR | GER | HUN | BEL | ITA | POR | JPN | AUS | 91 | Posisi 3 | ||
Michael Schumacher | 4 | 3 | 3 | 2 | Ret | 4 | 2 | Ret | 4 | 3 | Ret | 1F | 3 | 7 | Ret | 2F | |||||||
Martin Brundle | Ret | Ret | Ret | Ret | 4 | 5 | Ret | 3 | 3 | 4 | 5 | 4 | 2 | 4 | 3 | 3 | |||||||
1993 | B193 B193B |
Ford HBA7 3.5 V8 Ford HBA8 3.5 V8 |
G | RSA | BRA | EUR | SMR | ESP | MON | CAN | FRA | GBR | GER | HUN | BEL | ITA | POR | JPN | AUS | 72 | Posisi 3 | ||
Michael Schumacher | Ret | 3F | Ret | 2 | 3F | Ret | 2F | 3F | 2 | 2F | Ret | 2 | Ret | 1 | Ret | Ret | |||||||
Riccardo Patrese | Ret | Ret | 5 | Ret | 4 | Ret | Ret | 10 | 3 | 5 | 2 | 6 | 5 | 16 | Ret | 8 | |||||||
1994 | B194 | Ford ECA Zetec-R 3.5 V8 | G | BRA | PAC | SMR | MON | ESP | CAN | FRA | GBR | GER | HUN | BEL | ITA | POR | EUR | JPN | AUS | 103 | Posisi 2 | ||
Michael Schumacher | 1F | 1F | 1 | 1PF | 2PF | 1PF | 1 | DSQ | Ret | 1PF | DSQ | 1PF | 2P | RetF | |||||||||
Jos Verstappen | Ret | Ret | Ret | 8 | Ret | 3 | 3 | Ret | 5 | Ret | |||||||||||||
JJ Lehto | Ret | 7 | Ret | 6 | 9 | Ret | |||||||||||||||||
Johnny Herbert | Ret | Ret | |||||||||||||||||||||
1995 | B195 | Renault RS7 3.0 V10 | G | BRA | ARG | SMR | ESP | MON | CAN | FRA | GBR | GER | HUN | BEL | ITA | POR | EUR | EUR | JPN | AUS | 137 | Juara | |
Michael Schumacher | 1F | 3F | RetP | 1P | 1 | 5PF | 1F | Ret | 1F | 11 | 1 | Ret | 2 | 1F | 1F | 1PF | Ret | ||||||
Johnny Herbert | Ret | 4 | 7 | 2 | 4 | Ret | Ret | 1 | 4 | 4 | 7 | 1 | 7 | 5 | 6 | 3 | Ret | ||||||
1996 | B196 | Renault RS8 3.0 V10 | G | AUS | BRA | ARG | EUR | SMR | MON | ESP | CAN | FRA | GBR | GER | HUN | BEL | ITA | POR | JPN | 68 | Posisi 3 | ||
Jean Alesi | Ret | 2 | 3F | Ret | 6 | RetF | 2 | 3 | 3 | Ret | 2 | 3 | 4 | 2 | 4 | Ret | |||||||
Gerhard Berger | 4 | Ret | Ret | 9 | 3 | Ret | Ret | Ret | 4 | 2 | 13 | Ret | 6F | Ret | 6 | 4 | |||||||
1997 | B197 | Renault RS9 3.0 V10 | G | AUS | BRA | ARG | SMR | MON | ESP | CAN | FRA | GBR | GER | HUN | BEL | ITA | AUT | LUX | JPN | EUR | 67 | Posisi 3 | |
Jean Alesi | Ret | 6 | 7 | 5 | Ret | 3 | 2 | 5 | 2 | 6 | 11 | 8 | 2P | Ret | 2 | 5 | 13 | ||||||
Gerhard Berger | 4 | 2 | 6F | Ret | 9 | 10 | 1PF | 8 | 6 | 7 | 10 | 4 | 8 | 4 | |||||||||
Alexander Wurz | Ret | Ret | 3 | ||||||||||||||||||||
1998 | B198 | Playlife GC37-01 3.0 V10 | B | AUS | BRA | ARG | SMR | ESP | MON | CAN | FRA | GBR | AUT | GER | HUN | BEL | ITA | LUX | JPN | 33 | Posisi 5 | ||
Giancarlo Fisichella | Ret | 6 | 7 | Ret | Ret | 2 | 2 | 9 | 5 | RetP | 7 | 8 | Ret | 8 | 6 | 8 | |||||||
Alexander Wurz | 7 | 4 | 4F | Ret | 4 | Ret | 4 | 5 | 4 | 9 | 11 | 16† | Ret | Ret | 7 | 9 | |||||||
1999 | B199 | Playlife FB01 3.0 V10 | B | AUS | BRA | SMR | MON | ESP | CAN | FRA | GBR | AUT | GER | HUN | BEL | ITA | EUR | MAL | JPN | 16 | Posisi 6 | ||
Giancarlo Fisichella | 4 | Ret | 5 | 5 | 9 | 2 | Ret | 7 | 12† | Ret | Ret | 11 | Ret | Ret | 11 | 14† | |||||||
Alexander Wurz | Ret | 7 | Ret | 6 | 10 | Ret | Ret | 10 | 5 | 7 | 7 | 14 | Ret | Ret | 8 | 10 | |||||||
2000 | B200 | Playlife FB02 3.0 V10 | B | AUS | BRA | SMR | GBR | ESP | EUR | MON | CAN | FRA | AUT | GER | HUN | BEL | ITA | USA | JPN | MAL | 20 | Posisi 4 | |
Giancarlo Fisichella | 5 | 2 | 11 | 7 | 9 | 5 | 3 | 3 | 9 | Ret | Ret | Ret | Ret | 11 | Ret | 14 | 9 | ||||||
Alexander Wurz | 7 | Ret | 9 | 9 | 10 | 12† | Ret | 9 | Ret | 10 | Ret | 11 | 13 | 5 | 10 | Ret | 7 | ||||||
2001 | B201 | Renault RS21 3.0 V10 | M | AUS | MAL | BRA | SMR | ESP | AUT | MON | CAN | EUR | FRA | GBR | GER | HUN | BEL | ITA | USA | JPN | 10 | Posisi 7 | |
Giancarlo Fisichella | 13 | Ret | 6 | Ret | 14 | Ret | Ret | Ret | 11 | 11 | 13 | 4 | Ret | 3 | 10 | 8 | 17† | ||||||
Jenson Button | 14† | 11 | 10 | 12 | 15 | Ret | 7 | Ret | 13 | 16† | 15 | 5 | Ret | Ret | Ret | 9 | 7 | ||||||
Sumber:[149][150] |
Catatan kaki
- ^ Tambahan 10 poin adalah poin yang diraih oleh Michael Schumacher pada Grand Prix Brasil 1995 yang kemudian dibatalkan dikarenakan tim Benetton terbukti melakukan pemakaian bahan bakar ilegal.[1]
Referensi
Situs web dan publikasi sejenis
- ^ "International Court of Appeal (I.C.A.) for 1995 Brazilian Grand Prix results" (PDF). Fédération Internationale de l'Automobile. 13 April 1995. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 21 Februari 2023. Diakses tanggal 2 Maret 2023.
- ^ "Benetton Formula Limited - Incorporation" (PDF). Companies House United Kingdom. 29 Januari 1986. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 September 2021. Diakses tanggal 20 April 2023.
- ^ a b c d Mantle 1999, hlm. 116-118.
- ^ Fattorini, Marco (26 April 2012). "La famiglia Benetton si rifà il look. Addio a basket e volley" (dalam bahasa Italia). Linkiesta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 September 2022. Diakses tanggal 26 Maret 2023.
- ^ Gherardini, Maurizio (21 Januari 2004). "The Benetton Club Organization". Federasi Bola Basket Internasional. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Maret 2023. Diakses tanggal 16 April 2023.
- ^ Jenkinson, Denis (5 Juni 1983). "1983 Detroit Grand Prix race report". Motorsport Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Februari 2023. Diakses tanggal 14 Februari 2023.
- ^ "1984 Italian Grand Prix race report". Motorsport Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Februari 2023. Diakses tanggal 14 Februari 2023.
- ^ Tremayne & Hughes 2002, hlm. 245.
- ^ a b "Ora la Toleman si chiamna Benetton" (dalam bahasa Italia). La Repubblica. 14 Februari 1986. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Juli 2012. Diakses tanggal 14 Februari 2023.
- ^ a b c Mantle 1999, hlm. 138-140.
- ^ Sacchi, Valeria (5 Maret 1986). "Sponsor, ecco il nuovo re che condiziona lo sport" (dalam bahasa Italia). La Stampa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Februari 2023. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ Sharaf, Dominik. "Autobomben, Trickbetrug, Flucht vor der Justiz: So kam Briatore in die Formel 1" (dalam bahasa Jerman). Motorsport Total. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Januari 2019. Diakses tanggal 16 April 2023.
- ^ Collantine, Keith. "Teo Fabi Biography". Race Fans. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Oktober 2022. Diakses tanggal 26 Maret 2023.
- ^ Tremayne & Hughes 2002, hlm. 200.
- ^ Collantine, Keith (12 Oktober 2011). "Berger's breakthrough win sets up three-way title showdown". Race Fans. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Desember 2022. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "How Much Horsepower Does An F1 Car Have?". F1 Chronicle. 10 April 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Desember 2022. Diakses tanggal 16 April 2023.
- ^ "1986 F1 Season". Stats F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 Oktober 2022. Diakses tanggal 11 Februari 2023.
- ^ "Brazilian GP, 1987". GrandPrix.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 September 2022. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ a b c Collantine, Keith (12 Januari 2023). "Benetton, 40 years on: How a fashion label conquered Formula 1". Race Fans. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Februari 2023. Diakses tanggal 14 Februari 2023.
- ^ Hsu, Eric. "1987 Cosworth F1 GBA 1200 bhp 1.5L V-6 Engine". motoiq.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 November 2021. Diakses tanggal 28 Maret 2023.
- ^ "Benetton Ford 187". Motor Museum in Miniature. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Agustus 2021. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "1987 F1 Season". Stats F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 Oktober 2022. Diakses tanggal 11 Februari 2023.
- ^ "Benetton, si cambia manovratore". La Gazzetta dello Sport. 25 September 1997. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Desember 2021. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "Alessandro Nannini Profile". Motorsport Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Februari 2023. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ Naranjo, Mané (2 November 2016). "Maravillas de la Ingeniería: Benetton B188 Ford" (dalam bahasa Spanyol). The Best F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Februari 2023. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "Belgian GP, 1988". GrandPrix.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Desember 2022. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "1988 Grand Prix of Belgium". Silhouet. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Januari 2022. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "1988 F1 Season". Stats F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 Oktober 2022. Diakses tanggal 11 Februari 2023.
- ^ Bradley, Charles (28 Maret 2020). "How heroic Herbert beat the F1 pain barrier in Rio debut". Motorsport Network. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 Mei 2021. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "Around and about". Motorsport Magazine. Mei 1989. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 Februari 2023. Diakses tanggal 20 April 2023.
- ^ "1989 San Marino Grand Prix". Ayrton Senna Official Website. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Mei 2022. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ Tremayne & Hughes 2002, hlm. 61.
- ^ Mantle 1999, hlm. 175.
- ^ a b Lathamq, Stephen; Hopper, Peter (2019). "Emanuele Pirro Career". Forgotten F1 Drivers. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 November 2022. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ Rencken, Dieter (6 Maret 2021). "My F1 Cars: Pirro on his behind-the-scenes role refining Senna's dominant McLarens". Race Fans. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-05. Diakses tanggal 25 Maret 2023.
- ^ "1989: Senna and Prost collide at Suzuka". Autosport. 5 Oktober 1989. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-07. Diakses tanggal 25 April 2023.
- ^ "1989 F1 Season". Stats F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Oktober 2022. Diakses tanggal 11 Februari 2023.
- ^ "Paolini il manager gastronauta «Dedichiamogli il Palaverde»". ilgazzettino.it (dalam bahasa Italia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Oktober 2021. Diakses tanggal 16 April 2023.
- ^ Bradley, Charles (31 Maret 2021). "Nelson Piquet – one of F1's most formidable champions". Motorsport Network. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 Februari 2023. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "Benetton B190". racingcars.de. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Maret 2012. Diakses tanggal 14 April 2012.
- ^ Tremayne & Hughes 2002, hlm. 64.
- ^ Hallbery, Andy (2 April 2013). "Exclusive: Alessandro Nannini on what Kubica faces". Motorsport Retro. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Desember 2022. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ Collantine, Keith. "Roberto Moreno". Race Fans. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Oktober 2022. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ Collantine, Keith (21 Oktober 2010). "Senna clinches second world championship by taking Prost out". Race Fans. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 September 2022. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "1990 F1 Season". Stats F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Oktober 2022. Diakses tanggal 11 Februari 2023.
- ^ Peluso, Simone (28 Mei 2020). "Benetton 'multicolor' 1986-90" (dalam bahasa Italia). Formula Passion. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Januari 2023. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "The Benetton B191 Driven by Nelson Piquet and Michael Schumacher". The Gentleman Racer. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 April 2023. Diakses tanggal 20 April 2023.
- ^ a b c Mantle 1999, hlm. 189-190.
- ^ Mowbray, Jennie (26 November 2015). "#F1 History: 1991 Benetton B191 – The Designer, the Chief, the Champion and the Rookie". The Judge 13. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Oktober 2022. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ Ferrari, Luca (22 Agustus 2018). "Benetton: da semplice sponsor a team di successo" (dalam bahasa Italia). Formula Passion. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Februari 2023. Diakses tanggal 14 Februari 2023.
- ^ "How Schumacher was snatched from Jordan after his F1 debut". The Race. 19 September 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 September 2022. Diakses tanggal 11 Februari 2023.
Jordan believed that as part of Ecclestone’s scheme to get Schumacher into a better car as quickly as possible, he made Schumacher’s management aware of the Yamaha engine deal Ecclestone had set up for Jordan.
- ^ "1991 F1 Season". Stats F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Oktober 2022. Diakses tanggal 11 Februari 2023.
- ^ Mantle 1999, hlm. 207.
- ^ Taylor, Simon (7 Juli 2014). "Lunch with Martin Brundle". Motorsport Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "Benetton B191 Ford". Ultimate Car Page. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 April 2023. Diakses tanggal 20 April 2023.
- ^ "Benetton B192 Cosworth". Ultimate Car Page. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Januari 2022. Diakses tanggal 20 April 2023.
- ^ "1992 F1 Season". Stats F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 September 2022. Diakses tanggal 11 Februari 2023.
- ^ a b Allsop, Derick (3 September 1992). "Motor Racing: Brundle is unseated by Patrese". The Independent. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Juli 2015. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "Portuguese GP, 1993". GrandPrix.com. 26 September 1993. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 Juli 2022. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "1993 F1 Season". Stats F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 September 2022. Diakses tanggal 11 Februari 2023.
- ^ "1993 Formula One World Championship review". Motorsport Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Februari 2023. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "Japan Tobacco (Mild Seven)". GrandPrix.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Februari 2002. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ a b c "The Benetton B194: Michael Schumacher's First Championship Car". F1 Chronicle. 23 Februari 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2021. Diakses tanggal 16 April 2023.
- ^ Tremayne & Hughes 2002, hlm. 231.
- ^ Lopes, Rafael; Murgel, Leonardo; Grünwald, Alexander (1 Mei 2009). "Ayrton Senna: o período na Williams" (dalam bahasa Portugis). Globo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Juni 2022. Diakses tanggal 26 April 2023.
- ^ Calkin, Jessamy (20 Mei 2011). "Senna: the driver who lit up Formula One". London: The Telegraph. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 Desember 2022. Diakses tanggal 26 April 2023.
- ^ "Damon Hill on Michael Schumacher: My Greatest Rival". Motorsport Magazine. Juli 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-27. Diakses tanggal 25 April 2023.
- ^ "1994 F1 Season". Stats F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 Oktober 2022. Diakses tanggal 11 Februari 2023.
- ^ S., Alexander (17 Desember 2016). "1994 F1 Benetton B194 - The Beast Only Schumacher Was Able to Tame". Snap Lap. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 April 2023. Diakses tanggal 16 April 2023.
- ^ "Do you remember… when Schumacher and Hill collided at Silverstone". Formula One Management. 30 Juni 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Juli 2016. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ Collantine, Keith (28 Agustus 2014). "Hill handed win as Schumacher is thrown out". Race Fans. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 November 2022. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ Collantine, Keith (25 September 2014). "Hill cuts Schumacher's lead to one point in Portugal". Race Fans. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Oktober 2022. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ Ferrari, Luca (4 November 2015). "La regola del sospetto: le armi in più della Benetton B194" (dalam bahasa Italia). Formula Passion. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Februari 2023. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ Mantle 1999, hlm. 228.
- ^ "L'incondannabile Ross Brawn (I)" (dalam bahasa Italia). Formula Passion. 25 Juni 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Februari 2023. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ Mantle 1999, hlm. 230-232.
- ^ Tremayne & Hughes 2002, hlm. 194.
- ^ Mantle 1999, hlm. 234.
- ^ Ferrari, Luca (13 November 2021). "F1 / Adelaide '94: il primo mondiale di Schumacher" (dalam bahasa Italia). Formula Passion. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Februari 2023. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "Cyril Bourlon de Rouvre". GrandPrix.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 September 2022. Diakses tanggal 16 April 2023.
- ^ "Who is? Flavio Briatore?". Motorsport Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Februari 2023. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ Ollanu, Stefano (2 Mei 2020). "1994: il test di Schumacher con la Ligier" (dalam bahasa Italia). Formula Passion. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Februari 2023. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "Walkinshaw's plans for Ligier". GrandPrix.com. 14 Agustus 1995. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Agustus 2022. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "The Herbert Conspiracy". Motorsport Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Februari 2023. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ a b "Benetton B195: la prima e unica a vincere titolo piloti e costruttori" (dalam bahasa Italia). Formula Passion. 2 Februari 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Februari 2023. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ Williams, Richard (19 Maret 1995). "The other man of Benetton". The Independent. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 Maret 2019. Diakses tanggal 10 Oktober 2022.
- ^ "1995 F1 Season". Stats F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 Oktober 2022. Diakses tanggal 11 Februari 2023.
- ^ "Herbert berates Benetton". The Independent. 8 September 1995. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 April 2023. Diakses tanggal 4 Februari 2020.
- ^ a b Nestore, Morosini (6 Februari 1996). "La Benetton vince il G. P. di Taormina Mara madrina, Alesi punge la Ferrari" (dalam bahasa Italia). Corriere Della Sera. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 Juni 2015. Diakses tanggal 26 April 2023.
- ^ a b "Benetton unveil the B196". Motorsport Network. 8 Mei 1996. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Juli 2022. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "Schumacher signs for Ferrari". Motorsport Network. 8 Mei 1995. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 Februari 2019. Diakses tanggal 6 Oktober 2022.
- ^ "Herbert signs for Sauber". The Independent. 19 Desember 1995. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 Juli 2022. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ Newbold, James. "The Williams that put Hill in an exclusive F1 club". motorsport.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 September 2022. Diakses tanggal 11 Maret 2022.
- ^ Galvin, Max (1996). "Atlas Team F1 Review of 1996". Atlas F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 Oktober 2015. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "1996 F1 Season". Stats F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Oktober 2022. Diakses tanggal 11 Februari 2023.
- ^ Balfour, Andrew (1 Mei 2021). "Team Enstone: tracing the roots of the Alpine F1 team". The F1 Experiences. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Februari 2023. Diakses tanggal 15 Februari 2023.
- ^ "Technical analysis: Benetton-Renault B197". GrandPrix.com. 3 Februari 1997. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Juni 2022. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ a b "Gerhard Berger retires". GrandPrix.com. 20 Oktober 1997. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2023. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ "Magic Melbourne Moments: Coulthard ends winless streak in 1997". Grand Prix Australia. 21 Maret 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Januari 2023. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ Collantine, Keith (30 Maret 2017). "Villeneuve avenges Australia defeat as Panis takes shock podium". Race Fans. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 April 2022. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ "Berger to miss another GP". Atlas F1. 8 Juli 1997. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 September 2016. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ Collantine, Keith (13 Juli 2017). "Villeneuve lucks out then lucks in for second Silverstone win". Race Fans. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 September 2022. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ Petric, Darjan (27 Juli 2021). "1997 German GP – Tenth and last F1 victory for Berger". Max F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Maret 2023. Diakses tanggal 27 Maret 2023.
- ^ Collantine, Keith (27 Juli 2017). "Berger takes final win in 'a race I shouldn't have done'". Race Fans. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Juli 2022. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ "1997 F1 Season". Stats F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 Februari 2023. Diakses tanggal 11 Februari 2023.
- ^ "Richards confirmed at Benetton". GrandPrix.com. 29 September 1997. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 November 2022. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ "Farewell Flavio". Crash Media Group. 3 Oktober 1997. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2023. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ "Alesi to Sauber". Motorsport Network. 8 Mei 1997. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2023. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ a b "Benetton B198 Playlife". F1 Technical. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Mei 2022. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ a b "Mecachrome - Playlife - Supertec". GrandPrix.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Oktober 2022. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ Bellwood, Owen (12 Juli 2022). "The Many Names of Alpine's Formula 1 Team Over its 41 Years of Racing". Jalopnik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2023. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ Collantine, Keith. "Giancarlo Fisichella Driver Biography". Race Fans. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Oktober 2022. Diakses tanggal 16 April 2023.
- ^ Horton, Roger (1998). "The 1998 End of the Year Report". Atlas F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2023. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ "1998 F1 Season". Stats F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 Februari 2023. Diakses tanggal 11 Februari 2023.
- ^ "Benetton boss steps down". BBC News. 30 Oktober 1998. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2023. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ a b c d "Q&A: Flavio Briatore". Autosport. 20 April 2000. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2023. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ Tytler, Ewan (10 November 1999). "The 1999 Teams Review". Atlas F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2023. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ Lupini, Michele (1999). "Grand Prix of Canada Review". Atlas F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Juli 2012. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ Lupini, Michele (1999). "Grand Prix of Austria Review". Atlas F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2023. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ "1999 F1 Season". Stats F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Oktober 2022. Diakses tanggal 11 Februari 2023.
- ^ "Gascoyne receives Benetton welcome". Autosport. 16 Mei 2000. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2023. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ "2000 F1 Season". Stats F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Februari 2023. Diakses tanggal 11 Februari 2023.
- ^ "Formula One 2000 season in review". Motorsport Network. 28 November 2000. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2023. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ McLeod, Maurice (16 Maret 2000). "Benetton F1 team sold to Renault £75 m". The Independent. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2023. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ Carpentiers, Nicolas (20 Februari 2016). "The delicate balance between F1 engine and chassis". F1i. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2023. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ "Tyre favouritism?". Pit Pass. 3 September 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2023. Diakses tanggal 16 Februari 2023.
- ^ Elizalde, Pablo (2001). "The 2001 Belgian GP Review". Atlas F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Februari 2023. Diakses tanggal 17 Februari 2023.
- ^ "Button's Deal with Benetton Now Official". Autosport. 17 Agustus 2000. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Februari 2023. Diakses tanggal 17 Februari 2023.
- ^ Elizalde, Pablo (2001). "The 2001 German GP Review". Atlas F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2021. Diakses tanggal 17 Februari 2023.
- ^ "2001 F1 Season". Stats F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Februari 2023. Diakses tanggal 11 Februari 2023.
- ^ "Mild Seven Renault launches 2002 campaign". Crash Media Group. 27 Januari 2002. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Juni 2022. Diakses tanggal 2 Maret 2023.
- ^ Wilkins, Robert (24 Februari 2002). "Button and Trulli put through their paces". Crash Media Group. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Maret 2023. Diakses tanggal 2 Maret 2023.
- ^ "Hungarian GP 2003 - Alonso sweeps the field". Crash Media Group. 24 Agustus 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 Desember 2022. Diakses tanggal 2 Maret 2023.
- ^ Collantine, Keith (25 September 2005). "Alonso claims title with third behind McLarens". Race Fans. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 November 2022. Diakses tanggal 2 Maret 2023.
- ^ Collantine, Keith (22 Oktober 2006). "Massa win, Alonso clinches title after final duel with Schumacher". Race Fans. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 September 2022. Diakses tanggal 2 Maret 2023.
- ^ Panzariu, Ovidiu (8 Desember 2010). "Lotus Returns to F1, Confirms Deal with Genii Capital". Auto Evolution. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2016. Diakses tanggal 2 Maret 2023.
- ^ Benson, Andrew (9 November 2011). "Team Lotus brand to disappear from Formula 1 next season". BBC Sport. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Oktober 2022. Diakses tanggal 21 April 2023.
- ^ "Renault reveals team name, interim livery, confirms Magnussen at launch". NBC Sports. 3 Februari 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 Desember 2022. Diakses tanggal 21 April 2023.
- ^ "Renault "rebranding" sebagai tim Alpine F1 di musim 2021". LKBN Antara. 6 September 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 Februari 2023. Diakses tanggal 2 Maret 2023.
- ^ a b Balfour, Andrew (1 Mei 2021). "Team Enstone: tracing the roots of the Alpine F1 team". F1 Experiences. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Februari 2023. Diakses tanggal 2 Maret 2023.
- ^ Ebhardt, Tommaso (6 April 2016). "Benetton Heir Alessandro Goes It Alone With Private Equity Firm". Bloomberg.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 Oktober 2022. Diakses tanggal 26 April 2023.
- ^ "Benetton Wins". Racing Statistics. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Maret 2023. Diakses tanggal 2 Maret 2023.
- ^ "Formula 1 Team Histories – Part 2 – Benetton Formula". The Parc Ferme. 2 September 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-15. Diakses tanggal 25 April 2023.
- ^ Harrington, Jennifer (15 September 2017). "Racing in the Shadows: The Story of the Shadow Racing Team". The Gearhead Girl. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Februari 2023. Diakses tanggal 16 April 2023.
- ^ "New Benetton launched today". GrandPrix.com. 5 Februari 1996. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 September 2022. Diakses tanggal 26 April 2023.
- ^ "Will Benetton's nationalism cause problems?". GrandPrix.com. 1 Januari 1996. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 September 2022. Diakses tanggal 26 April 2023.
- ^ "Benetton to race under Italian colours". New Straits Times. 29 November 1995. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 Februari 2021. Diakses tanggal 26 April 2023.
- ^ Smith, Damien (1 Maret 2023). "'Back to old Benetton' — can Alpine avoid mediocre history repeating?". Motorsport Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Maret 2023. Diakses tanggal 2 Maret 2023.
- ^ "Benetton – Grands Prix started". StatsF1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2023. Diakses tanggal 24 Januari 2020.
- ^ "Benetton F1 stats". GP Racing Stats. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Desember 2022. Diakses tanggal 2 Maret 2023.
Daftar pustaka
- Mantle, Jonathan (1999). Benetton: The Family, the Business, and the Brand (dalam bahasa Inggris). Little, Brown & Co. ISBN 978-1-422-35084-3.
- Tremayne, David; Hughes, Mark (2002). The Concise Encyclopedia of Formula 1 (dalam bahasa Inggris). Parragon Publishing. ISBN 1-40541-645-9.
Pranala luar
- Situs resmi (Diarsipkan)
- United Colors of Benetton
Jabatan olahraga | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Williams |
Juara Dunia Konstruktor Formula Satu 1995 |
Diteruskan oleh: Williams |