Nelson Mandela
Halaman ini sedang dipersiapkan dan dikembangkan sehingga mungkin terjadi perubahan besar. Anda dapat membantu dalam penyuntingan halaman ini. Halaman ini terakhir disunting oleh Farras (Kontrib • Log) 4188 hari 284 menit lalu. Jika Anda melihat halaman ini tidak disunting dalam beberapa hari, mohon hapus templat ini. |
Nelson Rolihlahla Mandela (pengucapan Xhosa: [xoˈliːɬaɬa manˈdeːla]; lahir 18 Juli 1918) adalah seorang revolusioner anti-apartheid dan politisi Afrika Selatan yang menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan sejak 1994 sampai 1999. Ia adalah orang Afrika Selatan berkulit hitam pertama yang memegang jabatan tersebut dan presiden pertama yang terpilih melalui pemilu multiras dan lengkap. Pemerintahannya berfokus pada penghapusan pengaruh apartheid dengan memberantas rasisme, kemiskinan dan kesenjangan, dan mendorong rekonsiliasi rasial. Selaku nasionalis Afrika dan sosialis demokratik, ia menjabat sebagai Presiden Kongres Nasional Afrika (ANC) pada 1991 sampai 1997. Selain itu, Mandela pernah menjadi Sekretaris Jenderal Gerakan Non-Blok pada 1998 sampai 1999.
Terlahir dari keluarga kerajaan Thembu dan bersuku Xhosa, Mandela belajar hukum di Fort Hare University dan University of Witwatersrand. Ketika menetap di Johannesburg, ia terlibat dalam politik anti-kolonial, bergabung dengan ANC, dan menjadi anggota pendiri Liga Pemuda ANC. Setelah kaum nasionalis Afrikaner dari Partai Nasional berkuasa tahun 1948 dan menerapkan kebijakan apartheid, popularitas Mandela melejit di Defiance Campaign ANC tahun 1952, terpilih menjadi Presiden ANC Transvaal, dan menghadiri Congress of the People tahun 1955. Sebagai pengacara, ia berulang kali ditahan karena melakukan aktivitas menghasut dan, sebagai ketua ANC, diadili di Pengadilan Pengkhianatan pada 1956 sampai 1961, namun akhirnya divonis tidak bersalah. Meski awalnya berunjuk rasa tanpa kekerasan, ia dan Partai Komunis Afrika Selatan mendirikan militan Umkhonto we Sizwe (MK) tahun 1961 dan memimpin kampanye pengeboman terhadap target-target pemerintahan. Pada 1962, ia ditahan dan dituduh melakukan sabotase dan bersekongkol menggulingkan pemerintahan, dan dihukum penjara seumur hidup di Pengadilan Rivonia.
Mandela menjalani masa kurungan 27 tahun, pertama di Pulau Robben, kemudian di Penjara Pollsmoor dan Penjara Victor Verster. Kampanye internasional yang menuntut pembebasannya membuat Mandela dibebaskan tahun 1990. Setelah menjadi Presiden ANC, Mandela menerbitkan otobiografi dan bernegosiasi dengan Presiden F.W. de Klerk untuk menghapuskan apartheid dan melaksanakan pemilu multiras tahun 1994 yang kelak dimenangkan ANC. Ia terpilih sebagai Presiden dan membentuk Pemerintahan Persatuan Nasional. Selaku Presiden, ia menyusun konstitusi baru dan membentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk menyelidiki pelanggaran-pelanggaran HAM sebelumnya. Ia juga memperkenalkan kebijakan reformasi lahan, pemberantasan kemiskinan, dan perluasan cakupan layanan kesehatan. Di luar negeri, ia bertindak sebagai mediator antara Libya dan Britania Raya dalam pengadilan pengeboman Pan Am Penerbangan 103 dan mengawasi intervensi militer di Lesotho. Ia menolak mencalonkan diri untuk kedua kalinya dan digantikan oleh wakilnya, Thabo Mbeki. Ia kemudian menjadi negarawan ulung yang berfokus pada aktivitas amal demi memberantas kemiskinan dan HIV/AIDS melalui Nelson Mandela Foundation.
Kontroversial nyaris sepanjang hayatnya, para kritikus sayap kanan menyebut Mandela teroris dan simpatisan komunis. Meski begitu, ia memperoleh pengakuan internasional atas sikap anti-kolonial dan anti-apartheidnya, menerima lebih dari 250 penghargaan, termasuk Hadiah Perdamaian Nobel 1993, Medali Kebebasan Presiden Amerika Serikat, dan Order of Lenin dari Uni Soviet. Ia sangat dihormati di Afrika Selatan dan lebih dikenal dengan nama klan Xhosa-nya, Madiba atau tata. Nelson Mandela sering dijuluki "bapak bangsa".
Kehidupan awal
Masa kecil: 1918–1936
Mandela lahir tanggal 18 Juli 1918 di desa Mvezo di Umtatu, waktu itu terletak di Provinsi Cape, Afrika Selatan.[1] Dengan nama depan Rolihlahla, istilah Xhoa yang berarti "pembuat masalah",[1] ia nantinya justru lebih dikenal dengan nama klannya, Madiba.[2] Kakek buyut dari ayahnya, Ngubengcuka, adalah penguasa suku Thembu di Teritori Transkei yang saat ini menjadi provinsi Eastern Cape di Afrika Selatan.[3] Salah satu putranya, Mandela, menjadi kakek Nelson dan sumber nama belakangnya.[4] Karena Mandela adalah satu-satunya putra raja yang ibunya berasal dari klan Ixhiba, "Dinasti Tangan Kiri", keturunan cabang kadet keluarga kerajaannya bersifat morganatik, artinya tidak berhak mewarisi takhta tetapi diakui sebagai anggota dewan kerajaan yang jabatannya turun temurun.[4] Karena itu, ayahnya, Gadla Henry Mphakanyiswa, merupakan kepala suku setempat dan anggota dewan kerajaan; ia dilantik tahun 1915 setelah pendahulunya dituduh korupsi oleh hakim kulit putih yang berkuasa waktu itu.[5] Pada tahun 1926, Gadla juga dituduh melakukan korupsi dan Nelson kelak diberitahu bahwa ayahnya dipecat karena bersikukuh menolak permintaan hakim yang tidak masuk akal.[6] Sebagai penyembah dewa Qamata,[7] Gadla adalah seorang poligamis yang memiliki empat istri, empat putra, dan sembilan putri, yang tinggal di beberapa desa. Ibu Nelson, Nosekeni Fanny, adalah istri ketiga Gadla yang merupakan putri Nkedama dari Dinasti Tangan Kanan dan anggota klan amaMpemvu.[8]
"Tak satupun di keluargaku yang pernah bersekolah [...] Pada hari pertama sekolah, guruku, Miss Mdingane, memberikan nama Inggris kepada setiap murid. Ini adalah kebiasaan orang Afrika waktu itu dan tentunya dikarenakan pengaruh Britania pada pendidikan kami. Hari itu, Miss Mdingane memberitahuku bahwa nama baruku adalah Nelson. Aku tidak tahu mengapa ia memilih nama itu."
— Mandela, 1994.[9]
Sempat menyebut kehidupan awalnya didominasi "adat, ritual, dan tabu",[10] Mandela tumbuh bersama dua saudarinya di kraal ibunya di desa Qunu, tempat Mandela bekerja sebagai gembala sapi dan menghabiskan waktunya bersama anak-anak lain.[11] Kedua orang tuanya buta huruf, namun merupakan penganut Kristen yang taat. Ibunya mengirimkan Mandela ke sekolah Methodis setempat ketika menginjak usia 7 tahun. Dibaptis sebagai Methodis, Mandela diberi nama depan Inggris "Nelson" oleh gurunya.[12] Saat Mandela kira-kira berusia 9 tahun, ayahnya menetap di Qunu dan meninggal akibat penyakit yang tidak diketahui yang diyakini Mandela sebagai penyakit paru-paru.[13] Merasa "terabaikan", ia kelak mengaku mewarisi "sifat pemberontak bangga" dan "rasa keadilan yang keras" dari ayahnya.[14]
Ibunya membawa Mandela ke istana "Great Place" di Mqhekezweni, lalu dipercayakan untuk asuhan bupati Thembu, Kepala Suku Jongintaba Dalindyebo. Meski ia tidak akan melihat ibunya lagi selama sekian tahun, Mandela merasa bahwa Jongintaba dan istrinya Noengland memperlakukannya seperti anak sendiri, membesarkannya bersama putra-putri mereka, Justice dan Nomafu.[15] Karena Mandela sering menghadiri misa setiap Minggu bersama orang tua asuhnya, Kristen menjadi bagian utama hidupnya.[16] Ia mengenyam pendidikan di sekolah misi Methodis dekat istana tersebut. Di sana ia belajar bahasa Inggris, Xhosa, sejarah, dan geografi.[17] Ia mulai tertarik dengan sejarah Afrika, mendengarkan cerita-cerita yang diujarkan para pengunjung istana yang tua, dan terpengaruh retorika anti-imperialis Kepala Suku Joyi.[18] Waktu itu, ia tetap saja menganggap kolonialis Eropa sebagai penolong, bukan penindas.[19] Pada usia 16 tahun, ia, Justice, dan teman-temannya berangkat ke Tyhalarha untuk menjalani ritual sunat yang secara simbolis menandakan mereka sudah dewasa. Seusai ritual, Mandela diberi nama "Dalibunga".[20]
Clarkebury, Healdtown, dan Fort Hare: 1936–1940
Untuk mendapatkan keterampilan supaya bisa menjadi anggota dewan penasihat untuk keluarga raja Thembu, Mandela mengenyam pendidikan menengah di Clarkebury Boarding Institute di Engcobo, institusi bergaya Barat yang merupakan sekolah Afrika berkulit hitam terbesar di Thembuland.[21] Dirancang supaya murid-muridnya saling bersosialisasi setiap hari, ia mengklaim kehilangan sikap "tertutupnya" dan berteman baik dengan wanita untuk pertama kalinya; ia mulai berolahraga dan merintis kecintaannya dalam berkebun.[22] Setelah menyelesaikan Junior Certificate selama dua tahun,[23] pada tahun 1937 ia pindah ke Healdtown, perguruan Methodis di Fort Beaufort yang juga dihadiri sebagian besar anggota keluarga raja Thembu, termasuk Justice.[24] Kepala sekolah menekankan superioritas budaya dan pemerintahan Inggris, namun Mandela semakin tertarik dengan budaya Afrika pribumi dan berteman untuk pertama kalinya dengan orang non-Xhosa, seorang penutur bahasa Sotho, dan dipengaruhi salah satu guru favoritnya, seorang Xhosa yang mematahkan tabu dengan menikahi orang Sotho.[25] Selain menghabiskan waktu luangnya dengan berlari dan tinju, pada tahun keduanya Mandela memutuskan menjadi prefek.[26]
Dengan bantuan Jongintaba, Mandela mengambil gelar Bachelor of Arts (BA) di University of Fort Hare, institusi kulit hitam elit di Alice, Eastern Cape dengan kurang lebih 150 mahasiswa. Di sana ia belajar bahasa Inggris, antropologi, politik, pemerintahan pribumi, dan hukum Belanda Romawi pada tahun pertamanya, dan ingin menjadi penerjemah atau juru tulis di Departemen Urusan Pribumi.[27] Mandela menetap di asrama Wesley House, berteman dengan Oliver Tambo dan sesama anggota sukunya, K.D. Matanzima.[28] Melanjutkan ketertarikannya di bidang olahraga, Mandela mengambil kelas tari ballroom,[29] dan terlibat dalam pementasan drama tentang Abraham Lincoln.[30] Sebagai anggota Students Christian Association, ia memimpin kelas Injil untuk masyarakat setempat[31] dan menjadi pendukung Britania Raya ketika Perang Dunia Kedua pecah.[32] Meski teman-temannya memiliki hubungan dengan Kongres Nasional Afrika (ANC) dan gerakan anti-impterialis, Mandela tidak mau terlibat.[33] Setelah membantu mendirikan House Committee untuk mahasiswa tahun pertama yang melawan dominasi mahasiswa tahun kedua,[34] di akhir tahun pertamanya ia terlibat aksi boikot Students' Representative Council (SRC) terhadap kualitas makanan, sehingga ia diskors sementara dari universitas; ia meninggalkan kuliahnya tanpa gelar.[35]
Tiba di Johannesburg: 1941–1943
Sepulangnya ke Mqhekezweni bulan Desember 1940, Mandela mengetahui bahwa Jongintaba telah mengatur dua pernikahan untuk Mandela dan Justice; karena tidak senang, mereka pergi ke Johannesburg melalui Queenstown dan tiba bulan April 1941.[36] Mandela bekerja sebagai pengawas malam di Crown Mines, "pemandangan kapitalisme Afrika Selatan pertama[nya]", tetapi dipecat setelah induna (mandor) mengetahui ia kabur dari rumah.[37] Setelah menetap di rumah sepupunya di George Goch Township, Mandela diperkenalkan pada pemasar rumah dan aktivis ANC Walter Sisulu, yang memberinya pekerjaan sebagai articled clerk di firma hukum Witkin, Sidelsky and Edelman. Perusahaan ini dioperasikan oleh seorang Yahudi liberal, Lazar Sidelsky, yang simpati terhadap perjuangan ANC.[38] Di firma tersebut, Mandela berteman dengan Gaur Redebe, anggota ANC dan Partai Komunis bersuku Xhosa, dan Nat Bregman, komunis Yahudi yang menjadi teman kulit putih pertamanya.[39] Dengan menghadiri pertemuan-pertemuan komunis, Mandela terpesona melihat orang Eropa, Afrika, India dan Kleurlinge berbaur begitu saja. Akan tetapi, ia kemudian mengaku tidak bergabung dengan Partai tersebut karena sifat ateismenya bertentangan dengan keyakinan Kristen Mandela, dan karena ia memandang perjuangan Afrika Selatan lebih berbasis ras alih-alih kesejahteraan kelas.[40] Semakin terpolitisasi, bulan Agustus 1943 Mandela mendukung boikot bus demi menggagalkan kenaikan tarif.[41] Untuk melanjutkan pendidikan tingginya, Mandela mengikuti kursus korespondensi di University of South Africa dan mengerjakan tugas akhirnya pada malam hari.[42]
Dengan upah kecil, Mandela menyewa kamar di rumah keluarga Xhoma di Alexandra Township; meski penuh kemiskinan, kejahatan, dan polusi, Alexandra selalu menjadi "tempat berharga" baginya.[43] Walaupun malu dengan kemiskinan yang dialaminya, ia sempat merayu seorang wanita Swazi sebelum gagal merayu putri tuan tanahnya.[44] Setelah menemukan kamar sewa yang lebih murah, Mandela pindah ke markas Witwatersrand Native Labour Association, tinggal bersama para penambang dari berbagai suku dan bertemu Ratu Basutoland.[45] Pada akhir 1941, Jongintaba mengunjungi Mandela dan memaafkan kelakuannya. Sepulangnya ke Thembuland, sang bupati meninggal dunia pada musim dingin 1942, Mandela dan Justice terlambat sehari untuk menghadiri pemakamannya.[46] Pasca wisuda awal 1943, Mandela kembali ke Johannesburg untuk menjadi pengacara alih-alih anggota dewan penasihat di Thembuland.[47] Ia kelak berkata bahwa saat itu ia tidak sadar, tapi "mengetahui diriku sedang melakukannya dan tidak bisa melawan."[48]
Aktivitas revolusi
Studi hukum dan ANC Youth League: 1943–1949
Saat belajar hukum di University of Witwatersrand, Mandela adalah satu-satunya orang pribumi Afrika di fakultas tersebut, dan meski menghadapi rasisme ia berteman dengan sejumlah mahasiswa Eropa, Yahudi, dan India liberal dan komunis, termasuk Joe Slovo, Harry Schwarz, dan Ruth First.[49] Setelah bergabung dengan ANC, Mandela semakin dipengaruhi Sisulu dan menghabiskan waktunya bersama aktivis lain di rumah Sisulu di Orlando, termasuk teman lamanya Oliver Tambo.[50] Tahun 1943, Mandela bertemu Anton Lembede, seorang nasionalis Afrika yang sangat menentang front ras bersatu terhadap kolonialisme dan imperialisme atau aliansi dengan kaum komunis.[51] Meski berteman dengan orang non-kulit hitam dan komunis, Mandela mendukung pandangan Lembede, percaya bahwa orang Afrika kulit hitam harus terbebas sepenuhnya dalam perjuangan mendapatkan penentuan nasib sendiri secara politik.[52] Merasa perlunya sayap pemuda untuk memobilisasi penduduk Afrika secara besar-besaran dalam penentangan penindasan mereka, Mandela ikut dalam delegasi yang memberitahu Presiden ANC Alfred Bitini Xuma soal rencana tersebut dirumahnya di Sophiatown; African National Congress Youth League (ANCYL) didirikan pada Minggu Paskah 1944 di Bantu Men's Social Centre di Eloff Street; Lembede menjadi Presiden dan Mandela menjadi anggota komite eksekutif.[53]
Di rumah Sisulu, Mandela bertemu Evelyn Mase, seorang aktivis ANC dan perawat dari Engcobo, Transkei. Menikah tanggal 5 Oktober 1944, setelah awalnya tinggal bersama kerabat Evelyn, mereka menyewa Rumah no. 8115 di Orlando pada awal 1946.[54] Anak pertama mereka, Madiba "Thembi" Thembekile, lahir bulan Februari 1946, sementara seorang putri bernama Makaziwe lahir tahun 1947 namun meninggal 9 bulan kemudian akibat meningitis.[55] Mandela menikmati kehidupan rumah tangga, mengajak ibu dan saudarinya Leabie untuk tinggal bersamanya.[56] Pada awal 1947, masa kerjanya di Witkin, Sidelsky and Edelman selama tiga tahun berakhir dan ia memutuskan menjadi mahasiswa purnawaktu, bergantung pada pinjaman dari Bantu Welfare Trust.[57]
Bulan Juli 1947, Mandela melarikan Lembede ke rumah sakit, tempat ia meninggal dunia; Lembede digantikan sebagai presiden ANCYL oleh Peter Mda yang lebih moderat dan sepakat bekerja sama dengan kaum komunis dan non-kulit hitam. Mda menunjuk Mandela sebagai sekretaris ANCYL.[58] Pada Desember 1947, Mandela tidak sependapat dengan pendekatan Mda untuk mendukung upaya pengusiran kaum komunis dari ANCYL, karena ideologi mereka dianggap tidak Afrikawi; upaya ini terbukti gagal.[59] Tahun 1947, Mandela terpilih masuk komite eksekutif ANC Transvaal di bawah presiden regional C.S. Ramohanoe. Ketika Ramohanoe bertindak melawan keinginan Komite Eksekutif Transvaal dengan bekerja sama dengan orang India dan komunis, Mandela termasuk salah satu yang memaksanya mengundurkan diri.[60]
Pada pemilihan umum Afrika Selatan 1948 yang hanya boleh diikuti penduduk kulit putih, Partai Herenigde Nasionale yang didominasi Afrikaner pimpinan Daniel François Malan menang dan bergabung dengan Partai Afrikaner menjadi Partai Nasional. Karena rasialis secara terbuka, partai ini meresmikan dan memperluas segregasi ras melalui undang-undang apartheid yang baru.[61] Semakin meningkat pengaruhnya di ANC, Mandela dan kader-kadernya mulai menyerukan aksi langsung terhadap apartheid, seperti boikot dan mogok, yang dipengaruhi oleh taktik masyarakat India Afrika Selatan. Xuma tidak mendukung aksi ini dan didepak dari kursi presiden melalui pemungutan suara tidak percaya dan digantikan oleh James Moroka dan kabinet yang lebih militan yang terdiri dari Sisulu, Mda, Tambo, dan Godfrey Pitje; Mandela kelak berkata bahwa "Kami sekarang telah memandu ANC ke jalur yang lebih radikal dan revolusioner."[62] Karena meluangkan waktunya untuk politik, Mandela gagal di tahun terakhirnya sebanyak tiga kali di Witwatersrand; gelarnya akhirnya ditahan permanen pada Desember 1949.[63]
Defiance Campaign dan Presiden ANC Transvaal: 1950–1954
Mandela menggantikan Xuma sebagai Eksekutif Nasional ANC pada bulan Maret 1950.[64] Bulan itu, Defend Free Speech Convention diadakan di Johannesburg dan meminta para aktivis Afrik,a India, dan komunis melakukan mogok massal anti-apartheid. Mandela menentang mogok tersebut karena tidak dipimpin ANC, tetapi mayoritas pekerja berkulit hitam terlibat, sehingga kepolisian terpaksa meningkatkan aksi kekerasan dan memperkenalkan Undang-Undang Pemberantasan Komunisme 1950 yang memengaruhi aksi semua kelompok pengunjuk rasa.[65] Pada tahun 1950, Mandela terpilih sebagai presiden nasional ANCYL; di konferensi nasional ANC Desember 1951, ia terus menentang front ras bersatu, sayangnya ia kalah jumlah suara.[66] Sejak itu, ia mengubah seluruh sudut pandangnya dan beralih ke pandangan tadi; dipengaruhi teman-temannya seperti Moses Kotane dan dukungan Uni Soviet terhadap perang pembebasan nasional. Ketidakpercayaan Mandela terhadap komunisme juga patah. Ia terpengaruh tulisan-tulisan Karl Marx, Friedrich Engels, Vladimir Lenin, Joseph Stalin, dan Mao Zedong, dan menganut materialisme dialektik.[67] Pada April 1952, Mandela mulai bekerja di firma hukum H.M. Basner,[68] meski komitmen kerja dan aktivismenya yang meningkat berarti ia menghabiskan lebih sedikit waktunya untuk keluarga.[69]
Tahun 1952, ANC memulai persiapan Defiance Campaign gabungan terhadap apartheid dengan kelompok India dan komunis dan mendirikan National Voluntary Board untuk merekrut voluntir. Tentang jalur pemberontakan non-kekerasan yang dipengaruhi Mohandas Gandhi, beberapa pihak menganggapnya pilihan yang etis, tetapi Mandela menganggapnya pragmatis.[70] Di rapat umum Durban tanggal 22 Juni, Mandela menyampaikan pidato di hadapan 10.000 orang, memulai protes kampanye, yang karena itu ia ditangkap dan ditahan sementara di penjara Marshall Square.[71] Seiring berlanjutnya protes, keanggotaan ANC meledak dari 20.000 menjadi 100.000; pemerintah menanggapi dengan penangkapan massal dan memperkenalkan Undang-Undang Keselamatan Umum 1953 supaya bisa menerapkan darurat militer.[72] Bulan Mei, pihak berwenang melarang Presiden ANU Transvaal J. B. Marks tampil di hadapan publik; karena gagal mempertahankan posisinya, ia menyarankan agar Mandela menggantikannya. Meski kelompok ultra-Afrikanis Bafabegiya menentang pencalonannya, Mandela terpilih sebagai presiden regional pada bulan Oktober October.[73]
Tanggal 30 Juli 1952, Mandela ditangkap di bawah UU Pemberantasan Komunisme dan diadili sebagai bagian dari 21 orang terdakwa—termasuk Moroka, Sisulu, dan Dadoo—di Johannesburg. Dinyatakan bersalah karena "komunisme menurut undang-undang", hukuman kerja paksa mereka selama sembilan bulan diperpanjang menjadi dua tahun.[74] Bulan Desember, Mandela dijatuhkan larangan menghadiri pertemuan atau berbicara kepada lebih dari satu orang dalam satu waktu selama enam bulan, sehingga kepresidenan ANU Transvaal-nya menjadi tidak praktis. Defiance Campaign berangsur-angsur selesai.[75] Bulan September 1953, Andrew Kunene membacakan pidato "No Easy Walk to Freedom" Mandela di sebuah pertemuan ANC Transvaal; judulnya diambil dari kutipan pemimpin kemerdekaan India Jawaharlal Nehru, kelak memengaruhi pemikiran Mandela. Pidato ini menetapkan rencana cadangan seandainya ANC dibubarkan. Rencana Mandela (Mandela Plan) atau M-Plan ini terdiri dari pembelahan organisasi menjadi struktur sel dengan kepemimpinan yang lebih tersentralisasi.[76]
Mandela mendapatkan pekerjaan sebagai pengacara untuk firma Terblanche and Briggish sebelum pindah ke Helman and Michel yang liberal dan lulus tes kualifikasi untuk menjadi pengacara penuh.[77] Pada Agustus 1953, Mandela dan Oliver Tambo membuka firma hukumnya sendiri, Mandela and Tambo, yang beroperasi di pusat kota Johannesburg. Sebagai satu-satunya firma hukum milik orang Afrika di negara itu, firma ini populer di kalangan orang kulit hitam yang merasa dirugikan dan sering menangani kasus kebrutalan polisi. Karena tidak disukai pihak berwenang, firma ini dipaksa pindah ke lokasi terpencil setelah izin pendiriannya dicabut sesuai Group Areas Act; akibatnya, pengguna jasa mereka menyusut.[78] Walau putri kedua, Makaziwe Phumia, lahir pada Mei 1954, hubungan Mandela dengan Evelyn merenggang dan Evelyn menuduhnya selingkuh. Bukti-bukti muncul bahwa ia selingkuh dengan anggota ANC Lillian Ngoyi dan sekretaris Ruth Mompati; klaim kuat namun tanpa bukti menandakan Mompati memiliki anak dengan Mandela. Karena jijik akan kelakuan putranya, Nosekeni pulang ke Transkei, sedangkan Evelyn memeluk Saksi-Saksi Yehuwa dan menentang obsesi politik Mandela.[79]
Kongres Rakyat dan Pengadilan Pengkhianatan: 1955–1961
"Kami, rakyat Afrika Selatan, menyatakan kepada seluruh negeri dan dunia:
Bahwa Afrika Selatan adalah milik semua orang yang tinggal di dalamnya, hitam dan putih, dan tak satu pemerintahan pun yang dapat mengklaim kekuasaan kecuali berdasarkan keinginan rakyat."
— Kalimat pembuka Piagam Kebebasan[80]
Mandela berpendapat bahwa ANC "tidak punya alternatif terhadap pemberontakan bersenjata dan keras" setelah terlibat dalam unjuk rasa yang gagal mencegah penggusuran kota pinggiran berpenduduk kulit hitam Sophiatown, Johannesburg, pada Februari 1955.[81] Ia menyarankan Sisulu agar meminta persenjataan dari Republik Rakyat Cina, tetapi meski mendukung perjuangan anti-apartheid, pemerintah Cina percaya gerakan ini tidak cukup siap untuk perang gerilya.[82] Dengan keterlibatan South African Indian Congress, Coloured People's Congress, South African Congress of Trade Unions dan Congress of Democrats, ANC berencana mengadakan Kongres Rakyat, meminta semua warga Afrika Selatan mengirimkan proposal untuk zaman pasca-apartheid. Berdasarkan tanggapan-tanggapan ini, Piagam Kebebasan dirancang oleh Rusty Bernstein yang isinya meminta pembentukan negara demokratis non-rasialis disertai nasionalisasi industri besar. Saat piagam ini diadopsi pada konferensi Juni 1955 di Kliptown yang dihadiri 3000 delegasi, polisi membubarkan acara, namun ini tetap menjadi bagian utama ideologi Mandela.[83]
Setelah akhir pelarangan kecua bulan September 1955, Mandela cuti kerja ke Transkei untuk membahas dampak Undang-Undang Otoritas Bantu 1951 bersama ketua-ketua suku setempat. Ia juga menjenguk ibunya dan Noengland sebelum melanjutkan perjalanan ke Cape Town.[84] Pada Maret 1956, ia dijatuhkan larangan tampil di hadapan publik untuk ketiga kalinya, melarangnya masuk Johannesburg selama lima tahun, tetapi sering ia langgar.[85] Pernikahannya berakhir setelah Evelyn meninggalkan Mandela, membawa anak-anak mereka ke rumah saudaranya. Saat memulai sidang cerai bulan Mei 1956, ia mengklaim Mandela menyiksanya secara fisik; ia menolak tuduhan-tuduhan tersebut dan berjuang mendapatkan hak asuh anak-anaknya. Evelyn menarik petisi perceraiannya pada November, namun Mandela meminta cerai pada Januari 1958; perceraian ini akhirnya diputuskan bulan Maret yang hasilnya anak-anak berada di bawah asuhan Evelyn.[86] Selama sidang cerai, Mandela mulai merayu dan melakukan politisasi terhadap seorang pekerja sosial, Winnie Madikizela, yang ia nikahi di Bizana tanggal 14 Juni 1958. Madikizela kelak terlibat dalam aktivitas ANC dan sempat dipenjara selama beberapa minggu.[87]
Pada tanggal 5 Desember 1956, Mandeal ditahan bersama sebagian besar eksekutif ANC karena "pengkhianatan tinggi" terhadap negara. Pada sidang di Penjara Johannesburg yang dipenuhi unjuk rasa massal, mereka menjalani pemeriksaan sementara di Drill Hall tanggal 19 Desember sebelum dibebaskan dengan jaminan.[88] Sidang sanggahan terdakwa dimulai tanggal 9 Januari 1957, melibatkan pengacara terdakwa Vernon Berrangé, dan berlanjut sampai ditangguhkan pada bulan September. Pada Januari 1958, hakim Oswald Pirow ditunjuk untuk menangani kasus ini, dan pada Februari ia memutuskan bahwa ada "bukti yang cukup" supaya para terdakwa diadili di Mahkamah Agung Transvaal.[89] Pengadilan Pengkhianatan resmi dimulai di Pretoria bulan Agustus 1958 dan para terdakwa berhasil meminta ketiga hakim—semuanya terlibat dengan Partai Nasional yang berkuasa—diganti. Pada Agustus, satu tuduhan dicabut, dan pada Oktober jaksa menarik dakwaannya dan mengirim rancangan baru pada November yang berpendapat bahwa pemimpin ANC melakukan pengkhianatan tinggi dengan menyerukan revolusi kekerasan, tuduhan yang ditolak mentah-mentah oleh terdakwa.[90]
Pada April 1959, para militan Afrikanis yang tidak puas dengan pendekatan front bersatu ANC mendirikan Pan-African Congress (PAC); teman Mandela Robert Sobukwe terpilih menjadi presiden, meski Mandela menganggap kelompok ini "tidak dewasa".[91] Kedua partai menyerukan kampanye anti-pas pada bulan Mei 1960, yaitu pembakaran pas yang wajib dibawa ke mana-mana oleh penduduk Afrika. Salah satu demonstrasi PAc dibubarkan polisi dan menewaskan 69 pengunjuk rasa dalam pembantaian Sharpeville. Sebagai bentuk solidaritas, Mandela membakar pasnya ketika kerusuhan pecah di seluruh Afrika Selatan, sehingga pemerintah memberlakukan darurat militer.[92] Di bawah kondisi Keadaan Darurat, Mandela dan sejumlah aktivis lain ditangkap pada tanggal 30 Maret, dipenjara tanpa tuduhan di penjara lokal Pretoria yang kotor, sementara ANC dan PAC dibubarkan pada bulan April.[93] Hal ini membuat para pengacaranya sulit menghubungi mereka dan disepakati bahwa tim terdakwa untuk Pengadilan Pengkhianatan harus mengundurkan diri sebagai bentuk protes. Mewakili mereka di pengadilan, para terdakwa dibebaskan dari penjara ketika keadaan darurat dicabut pada akhir Agustus.[94] Mandela memanfaatkan waktu luangnya untuk mengadakan All-In African Conference dekat Pietermaritzburg, Natal, pada bulan Maret yang dihadiri 1.400 delegasi anti-apartheid dan menyepakati protes mogok kerja untuk memperingati 31 Mei, hari ketika Afrika Selatan menjadi negara republik.[95] Tanggal 29 Maret 1961, setelah pengadilan berlangsung selama enam tahun, para hakim menjatuhkan vonis tidak bersalah yang lantas mempermalukan pemerintah.[96]
Umkhonto we Sizwe dan tur Afrika: 1961–1962
Menyamar sebagai sopir, Mandela berkeliling Afrika Selatan secara rahasia dan menyusun struktur sel baru ANC dan mogok kerja massal pada 29 Mei. Dijuluki "Black Pimpernel" di media—mengutip novel Emma Orczy tahun 1905 The Scarlet Pimpernel—polisi mengeluarkan surat perintah penangkapannya.[97] Mandela mengadakan beberapa rapat rahasia dengan wartawan, dan setelah pemerintah gagal mencegah mogok tersebut, ia memperingatkan mereka bahwa banyak aktivis anti-apartheid yang beralih ke aksi kekerasan melalui kelompok-kelompok seperti Poqo PAC.[98] Ia yakin bahwa ANC harus membentuk kelompok bersenjata untuk menyalurkan aksi-aksi kekerasannya dan meyakinkan ketua ANC Albert Luthuli—yang secara moral menentang kekerasan—dan kelompok aktivis sekutu tentang perlunya hal tersebut.[99]
Terinspirasi oleh Gerakan 26 Juli Fidel Castro dalam Revolusi Kuba, pada tahun 1961 Mandela ikut mendirikan Umkhonto we Sizwe ("Tombak Bangsa", disingkat MK) bersama Sisulu dan komunis Joe Slovo. Ketika menjabat sebagai ketua grup militan ini, ia mendapatkan sejumlah ide dari literatur ilegal tentang perang gerilya karya Mao dan Che Guevara. Setelah terpisah secara resmi dari ANC, pada tahun-tahun berikutnya MK menjadi sayap bersenjata dari grup tersebut.[100] Kebanyakan anggota awal MK adalah komunis berkulit putih; setelah bersembunyi di flat Wolfie Kodesh di Berea, Mandela pindah ke Liliesleaf Farm milik komunis di Rivonia dan bergabung dengan Raymond Mhlaba, Slovo, dan Bernstein, yang sama-sama menyusun konstitusi MK.[101] Beroperasi dengan struktur sel, MK sepakat melakukan sabotase demi memberi tekanan besar terhadap pemerintah dengan korban kecil, mengebom instalasi militer, pembangkit listrik, kabel telepon, dan jalur transportasi pada malam hari ketika tidak ada warga sipil. Mandela mencatat bahwa jika taktik-taktik tersebut gagal, MK akan beralih ke "peperangan gerilya dan terorisme."[102] Sesaat setelah pemimpin ANC Luthuli mendapatkan Hadiah Perdamaian Nobel, MK mengumumkan keberadaan mereka ke publik dan rencana 57 pengeboman pada Hari Dingane (16 Desember) 1961, diikuti serangan-serangan lain pada Malam Tahun Baru.[103]
ANC setuju mengirim Mandela sebagai perwakilan mereka di pertemuan Pan-African Freedom Movement for East, Central and Southern Africa (PAFMECSA) Addis Ababa, Ethiopia, Februari 1962.[104] Bepergian secara rahasia, Mandela bertemu Kaisar Haile Selassie I dan berpidato setelah pidato Selassie di konferensi tersebut.[105] Pasca konferensi, ia mengunjungi Kairo, Mesir, menyukai reformasi politik Presiden Gamal Abdel Nasser, dan pergi ke Tunis, Tunisia, tempat Presiden Habib Bourguiba memberinya dana £5000 untuk persenjataan. Ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Maroko, Mali, Guinea, Sierra Leone, Liberia, dan Senegal, sambil menerima bantuan dana dari Presiden Liberia William Tubman dan Presiden Guinea Ahmed Sékou Touré.[106] Di London, Inggris, ia bertemu para aktivis anti-apartheid, wartawan, dan politikus kiri ternama.[107] Di Ethiopia, ia mengikuti kursus perang gerilya selama enam bulan, namun hanya sempat menyelesaikan dua bulan saja sebelum dipanggil pulang ke Afrika Selatan.[108]
Penahanan
Penangkapan dan pengadilan Rivonia: 1962–1964
Pada 5 Agustus 1962, polisi menangkap Mandela dan Cecil Williams dekat Howick.[109] Ditahan di penjara Marshall Square, Johannesburg, ia dituduh menghasut mogok buruh dan ke luar negeri tanpa izin. Mewakili dirinya sendiri ditemani Slovo sebagai penasihat hukum, Mandela hendak memanfaatkan pengadilan ini untuk menunjukkan "penentangan moral ANC terhadap rasisme" sementara para pendukungnya berdemo di luar pengadilan.[110] Setelah dipindahkan ke Pretoria, tempat yang bisa dijangkau Winnie, Mandela mulai mengambil studi korespondensi untuk mendapatkan gelar Bachelor of Laws (LLB) dari University of London dari dalam selnya.[111] Sidang dengar pendapatnya dimulai tanggal 15 Oktober, tetapi ia mengganggu jalannya sidang dengan mengenakan kaross tradisional, menolak memanggil saksi mata, dan mengganti permohonan keringanannya menjadi pidato politik. Dinyatakan bersalah, Mandela dihukum penjara lima tahun; ketika ia keluar dari ruang sidang, para pendukungnya menyanyikan Nkosi Sikelel iAfrika.[112]
"Dengan cara yang belum pernah kupahami sebelumnya, aku menyadari peran yang kumainkan di pengadilan dan kemungkinan di hadapanku selaku terdakwa. Aku adalah simbol keadilan di pengadilan para penindas, perwakilan ide-ide agung kebebasan, keadilan, demokrasi di dalam masyarakat yang memandang rendah nilai-nilai tersebut. Aku kemudian sadar dan di sanalah aku dapat melanjutkan perjuangan meski berada di benteng musuh."
— Mandela, 1994[113]
Tanggal 11 Juli 1963, polisi menggeledah Lilielsleaf Farm, menahan semua orang di sana, dan menyita berkas-berkas aktivitas MK, beberapa di antaranya menyebut nama Mandela. Pengadilan Rivonia langsung diselenggarakan di Mahkamah Agung Pretoria pada tanggal 9 Oktober. Mandela dan rekan-rekannya dituduh empat kali melakukan sabotase dan konspirasi untuk menggulingkan pemerintah. Kepala jaksa penuntut Percy Yutar menuntut mereka dihukum mati.[114] Hakim Quartus de Wet menutup kasus jaksa dengan alasan bukti tidak cukup, tetapi Yutar menyusun ulang tuntutannya dan mengajukan kasus baru sejak Desember sampai Februari 1964 dengan melibatkan 173 saksi mata dan ribuan dokumen dan foto.[115]
Kecuali James Kantor, yang dinyatakan tidak bersalah atas semua tuduhan, Mandela dan terdakwa lainnya mengaku melakukan sabotase namun menolak pernah sepakat melancarkan perang gerilya terhadap pemerintah. Mereka menegaskan tujuan politik mereka di pengadilan ini; salah satu pidato Mandela—terinspirasi pidato "History Will Absolve Me" oleh Castro—diliput besar-besaran oleh pers meski ada sensor dari pemerintah.[116] Pengadilan ini mendapat perhatian internasional; banyak pihak di seluruh dunia meminta pembebasan para terdakwa, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan World Peace Council. University of London Union menyerukan agar Mandela menjadi presiden dan misa malam untuknya diadakan di St. Paul's Cathedral, London.[117] Apa daya, karena dianggap penyerobot komunis, pemerintah Afrika Selatan mengabaikan tuntutan-tuntutan tersebut, dan pada 12 Juni 1964 de Wet menetapkan empat tuduhan kepada Mandela dan dua terdakwa dan menjatuhkan vonis penjara seumur hidup, bukan hukuman mati.[118]
Pulau Robben: 1962–1982
Mandela dan terdakwa lainnya dipindahkan dari Pretoria ke penjara di Pulau Robben dan dikurung di sana sampai 18 tahun selanjutnya.[119] Terisolasi dari tahanan-tahanan non-politik di Section B, Mandela ditahan di sel beton lembap berukuran 8 kaki (2,4 m) kali 7 kaki (2,1 m) yang dilengkapi tikar jerami untuk tidur.[120] Selain sering ditindas secara verbal dan fisik oleh penjaga berkulit putih, para tahanan Pengadilan Rivonia menghabiskan waktu dengan memecah batu sampai akhirnya dipindahtugaskan ke tambang batu kapur pada Januari 1965. Mandela awalnya dilarang memakai kaca mata, sehingga sinar batu kapur tersebut merusak penglihatannya secara permanen.[121] Malamnya, ia belajar demi mendapatkan gelar LLB tetapi dilarang membaca surat kabar. Ia sempat beberapa kali ditahan di kurungan soliter akibat menyelundupkan kliping berita.[122] Dengan level tahanan terendah, Kelas D, Mandela hanya boleh dijenguk sekali dan mengirim sepucuk surat saja setiap enam bulan, walaupun semua surat yang keluar masuk disensor besar-besaran.[123]
Para tahanan politik bekerja dan mogok makan–cara terakhir dianggap tidak efektif oleh Mandela—demi memperbaiki kondisi penjara dan melihatnya sebagai dunia perjuangan anti-apartheid berukuran kecil.[124] Para tahanan ANC mengangkat Mandela sebagai anggota "High Organ" bersama Sisulu, Govan Mbeki, dan Raymond Mhlaba. Mandela juga terlibat dalam sebuah grup yang mewakili semua tahanan politik di pulau itu, Ulundi; dari situ ia membina hubungan dengan anggota PAC dan Yu Chi Chan Club.[125] Setelah merintis "University of Robben Island," tempat para tahanan berceramah tentang bidang yang dikuasainya, ia memperdebatkan topik-topik seperti homoseksualitas dan politik dengan teman-temannya sampai terlibat perdebatan panas soal politik dengan penganut Marxis seperti Mbeki dan Harry Gwala.[126] Meski rajin menghadiri misa Minggu, Mandela juga mempelajari Islam.[127] Ia juga belajar bahasa Afrikaans dengan harapan mampu membuat penjaga penjara mengerti dan mendukung perjuangannya.[128] Sejumlah pejabat menjenguk Mandela, termasuk perwakilan parlemen liberal Helen Suzman dari Partai Progresif yang melanjutkan perjuangan Mandela di luar penjara.[129] Pada September 1970, Mandela dijenguk AP Partai Buruh Britania Raya Dennis Healey.[130] Menteri Kehakiman Afrika Selatan Jimmy Kruger berkunjung bulan Desember 1974, namun Healey dan Mandela gagal menemuinya.[131] Ibu Mandela berkunjung tahun 1968 dan meninggal tidak lama kemudian. Putra pertama Mandela, Thembi, meninggal dunia akibat kecelakaan mobil setahun berikutnya; Mandela dilarang menghadiri pemakaman ibu maupun putranya.[132] Istrinya jarang menjenguk karena sering dipenjara akibat aktivitas politiknya, sementara putri-putrinya pertama menjenguk Mandela bulan Desember 1975; Winnie keluar penjara tahun 1977 namun dipaksa menetap di Brandfort, sehingga tidak bisa menjenguk ayahnya.[133]
Sejak 1967, kondisi penjara membaik, tahanan berkulit hitam diberikan celana panjang (sebelumnya celana pendek), permainan boleh diselenggarakan, dan kualitas makanan meningkat.[134] Pada 1969, rencana kabur untuk Mandela disusun oleh Gordon Bruce, namun dibatalkan setelah diketahui agen South African Bureau of State Security (BOSS) yang ingin melihat Mandela ditembak saat kabur.[135] Tahun 1970, Komandan Piet Badenhost menjadi mengambil alih kendali. Merasa penyiksaan fisik dan mental terhadap tahanan meningkat, Mandela menyampaikan keluhannya ke hakim-hakim yang berkunjung; Badenost akhirnya dipindahtugaskan.[136] Ia digantikan oleh Komandan Willie Willemse yang membina hubungan baik dengan Mandela dan mau memperbaiki standar penjara.[137] Pada 1975, Mandela menjadi tahanan Kelas A,[138] sehingga ia berhak mendapat jatah kunjungan dan surat yang lebih besar; ia menghubungi para aktivis anti-apartheid seperti Mangosuthu Buthelezi dan Desmond Tutu.[139] Tahun itu pula, ia mulai menulis otobiografi yang kemudian diselundupkan ke London, namun tidak diterbitkan; otoritas penjara menemukan beberapa lembar halaman dan hak belajar Mandela dihentikan selama empat tahun.[140] Ia lantas menghabiskan waktunya dengan berkebun dan membaca sampai melanjutkan studi LLB-nya tahun 1980.[141]
Pada akhir 1960-an, ketenaran Mandela dikalahkan oleh Steve Biko dan Black Consciousness Movement (BCM). Menganggap ANC tidak efektif, BCM menyerukan aksi militan, tetapi setelah pemberontakan Soweto tahun 1976 banyak aktivis BCM yang dipenjara di Pulau Robben.[142] Mandela mencoba membangun hubungan dengan radikal-radikal muda ini, meski kritis terhadap rasialisme dan ketidaksukaan mereka terhadap aktivis anti-apartheid berkulit putih.[143] Ketertarikan dunia internasional terhadap perjuangannya bermula bulan Juli 1978, bertepatan dengan ulang tahun Mandela ke-60.[144] Ia mendapatkan gelar doktoral kehormatan di Lesotho, Nehru Prize for International Understanding di India tahun 1970, dan Freedom of the City di Glasgow, Skotlandia, tahun 1980.[145] Pada Maret 1980, slogan "Free Mandela!" dicetuskan oleh jurnalis Percy Qoboza dan mengawali kampanye internasional yang memaksa Dewan Keamanan PBB menuntut pembebasannya.[146] Walaupun tekanan luar negeri sangat besar, pemerintah menolak dan bergantung pada sekutu Perang Dingin yang kuat seperti Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan dan Perdana Menteri Britania Raya Margaret Thatcher; Thatcher menganggap Mandela teroris komunis dan mendukung penekanan terhadap ANC.[147]
Penjara Pollsmoor: 1982–1988
Bulan April 1982, Mandela ditransfer ke Penjara Pollsmoor di Tokai, Cape Town bersama sejumlah pemimpin senior ANC Walter Sisulu, Andrew Mlangeni, Ahmed Kathrada, dan Raymond Mhlaba; mereka yakin sedang diisolasi demi menghapus pengaruh mereka terhadap aktivis-aktivis muda.[148] Kondisi di Pollsmoor lebih baik ketimbang Pulau Robben, tetapi Mandela merasa rindu camaraderie dan pemandangan pulau tersebut.[149] Berteman dengan kepala sipir Pollsmoor, Brigadir Munro, Mandela diizinkan membuat kebun atap,[150] serta membaca besar-besar dan mendapat jatah 52 surat setahun.[151] Ia ditunjuk sebagai pelindung gerakan multiras Front Demokratik Bersatu (UDF) yang didirikan untuk melawan reformasi pemerintahan Presiden Afrika Selatan P.W. Botha. Pemerintah Partai Nasional pimpinan Botha mengizinkan warga Kleurlinge dan India memilih perwakilannya sendiri yang kelak mengatur pendidikan, kesehatan, dan perumahan, namun orang Afrika kulit hitam dikecualikan dari sistem ini; layaknya Mandela, UDF memandang hal ini sebagai upaya memecah gerakan anti-apartheid di sektor ras.[152]
Kekerasan di seluruh negeri meningkat. Banyak orang mengkhawatirkan pecah perang saudara. Di bawah tekanan lobi internasional, bank-bank multinasional berhenti berinvestasi di Afrika Selatan, mengakibatkan stagnasi ekonomi. Beberapa bank dan Thatcher menuntut Botha membebaskan Mandela—pada puncak ketenaran internasionalnya—untuk meredam situasi yang tidak stabil ini.[153] Walaupun menganggap Mandela "Marxis besar" yang berbahaya,[154] pada Februari 1985 Botha menawarkan pembebasannya dari penjara dengan syarat ia "menolak kekerasan tanpa syarat sebagai senjata politik". Mandela menolaknya dan merilis pernyataan melalui putrinya, Zindzi, bahwa "Kebebasan apa yang sedang ditawarkan kepadaku jika organisasi rakyat [ANC] tetap dilarang? Hanya orang bebas yang dapat bernegosiasi. Seorang tahanan tidak boleh terlibat kesepakatan."[155]
Pada tahun 1985, Mandela menjalani operasi terhadap pembesaran kelenjar prostat sebelum ditempatkan di sel soliter baru di lantai bawah.[156] Ia bertemu "tujuh orang penting", yaitu delegasi internasional yang dikirimkan untuk menegosiasikan penyelesaian kasus, tetapi pemerintah Botha menolak kerja sama. Bulan Juni tahun itu, pemerintah menyatakan keadaan darurat dan mengizinkan polisi meredam kerusuhan tersebut. Pemberontak anti-apartheid melawan; ANC melakukan 231 serangan tahun 1836 dan 235 serangan tahun 1987. Dengan pasukan darat dan paramiliter sayap kanan untuk melawan pemberontak, pemerintah diam-diam mendanai gerakan nasionalis Zulu, Inkatha, untuk menyerang anggota-anggota ANC yang lantas memperparah tindak kekerasan.[157] Mandela meminta diskusi dengan Botha tapi ditolak, malah bertemu secara rahasia dengan Menteri Kehakiman Kobie Coetsee pada 1987, lalu bertemu lagi sebanyak 11 kali selama 3 tahun. Coetsee mengatur negosiasi antara Mandel dengan satu tim beranggotakan empat pejabat pemerintah sejak Mei 1988; tim sepakat membebaskan tahanan politik dan mengesahkan ANC dengan syarat mereka tidak boleh lagi melancarkan aksi kekerasan, memutus hubungan dengan Partai Komunis, dan tidak memaksakan kekuasaan mayoritas. Mandela menolak semuanya dan menegaskan bahwa ANC hanya akan mengakhiri pemberontakan bersenjata jika pemerintah menghentikan kekerasan.[158]
Ulang tahun Mandela ke-70 bulan Januari 1988 menarik perhatian internasional. BBC mengadakan konser musik Nelson Mandela 70th Birthday Tribute di Wembley Stadium, London.[159] Meskipun dijadikan tokoh heroik di seluruh dunia, ia menghadapi masalah pribadi ketika para pemimpin ANC memberitahunya bahwa Winnie menjadi ketua geng penjahat, "Mandela United Football Club", yang bertanggung jawab atas penyiksaan dan pembunuhan lawan—termasuk anak-anak—di Soweto. Walau banyak orang memaksa Mandela menceraikannya, ia tetap setia sampai Winnie dinyatakan bersalah oleh pengadilan.[160]
Penjara Victor Verster dan pembebasan: 1988–1990
Sepulihnya dari tuberkulosis yang disebabkan kondisi sel yang lembap,[161] pada Desember 1988 Mandela dipindahkan ke Penjara Victor Verster dekat Paarl. Di sini, ia tinggal di rumah sipir yang lebih nyaman dengan koki pribadi; Mandela memanfaatkannya untuk menyelesaikan studi LLB-nya.[162] Diizinkan banyak pengunjung, Mandela melakukan komunikasi rahasia dengan pemimpin ANC yang terasingkan, Oliver Tambo.[163] Tahun 1989, Botha menderita stroke, tetap menjadi presiden tetapi mundur sebagai ketua Partai Nasional dan digantikan oleh F. W. de Klerk yang konservatif.[164] Tanpa diduga, Botha mengundang Mandela minum teh pada Juli 1989; Mandela menyebutnya undangan yang hangat.[165] Botha digantikan sebagai presiden oleh de Klerk enam minggu kemudian; presiden baru ini percaya bahwa apartheid tidak berkelanjutan dan membebaskan semua tahanan ANC tanpa syarat kecuali Mandela.[166] Setelah runtuhnya Tembok Berlin bulan November 1989, de Klerk memanggil kabinetnya untuk membicarakan legalisasi ANC dan pembebasan Mandela. Meski beberapa anggota kabinet sangat menentang renccananya, de Klerk bertemu Mandela pada Desember untuk mendiskusikan situasi ini, sebuah pertemuan yang dianggap bersahabat oleh kedua orang tersebut, sebelum membebaskan Mandela tanpa syarat dan mengesahkan semua partai politik yang sebelumnya dibubarkan pada 2 Februari 1990.[167]
Setelah keluar dari Victor Verster pada 11 Februari, Mandela menggandeng tangan Winnie di hadapan kerumunan dan pers; acara ini disiarkan langsung di seluruh dunia.[168] Di Balai Kota Cape Town, ia menyampaikan pidato yang menyatakan komitmennya terhadap perdamaian dan rekonsiliasi dengan kaum minoritas kulit putih, tetapi menegaskan bahwa pemberontakan bersenjata ANC belum berakhir dan akan terus berlanjut sebagai "aksi defensif murni terhadap kekejaman apartheid". Ia berharap pemerintah akan menyepakati negosiasi sehingga "pemberontakan bersenjata tidak diperlukan lagi" dan memaksa bahwa fokus utamanya adalah membawa perdamaian ke kalangan mayoritas kulit hitam dan memberi mereka hak suara di pemilu nasional dan lokal.[169] Ketika tinggal di rumah Desmond Tutu beberapa hari selanjutnya, Mandela bertemu teman-teman, aktivis, dan pers, dan berpidato di hadapan 100.000 orang di Soccer City, Johannesburg.[170]
Kehidupan
Dilahirkan di Mvezo, Transkei pada 18 Juli 1918, Rolihlahla Mendela kemudian pindah ke Qunu sampai berumur 9 tahun. Ia merupakan yang pertama dari keluarganya yang mengikuti sekolah. Ia juga mendapat nama Nelson dari gurunya yang seorang Metodis. Pada umur 16 tahun, ia masuk Clarkebury Boarding Institute mempelajari kebudayaan barat.
Pada 1934, ia memulai program B.A. di Fort Hare University, dimana ia bertemu Oliver Tambo yang menjadi teman dan koleganya yang setia. Setelah menentang kebijakan universitas dan diminta keluar. Ia pindah ke Johannesburg dan melanjutkan kuliahnya di University of South Africa setelah mengambil hukum di University of the Witswatersrand.
Politik
Sebagai Aktivis
Nelson Mandela mengikuti African National Congress (ANC) dari tahun 1942.
Karena kegiatannya yang antiapartheid, ia menjalani berbagai masa hukuman. Pada 5 Agustus 1962, Mandela ditangkap dan dipenjarakan di Johannesburg Fort kemudian pada 25 Oktober 1962, ia dijatuhi hukuman 5 tahun penjara dan pada 12 Juni 1964, ia dan sekelompok aktivis lainnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Setelah menolak pembebasan bersyarat dengan menghentikan perjuangan bersenjata pada Februari 1985, Mandela tinggal di penjara sampai dibebaskan pada 11 Februari 1990 atas perintah Presiden Frederik Willem de Klerk setelah ditekan oleh seluruh dunia.
Mandela dan de Klerk mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian pada 1993
Presiden
Nelson Mandela menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan dalam masa sekitar 5 tahun (Mei 1994 - Juni 1999) setelah memenangkan Pemilu dan menjadi presiden kulit hitam pertama dengan de Klerk sebagai Deputi presiden.
Masalah AIDS menjadi sumber kekecewaan orang-orang dan penyesalan Mandela karena dalam masa pemerintahannya, ia kurang memperhatikan masalah ini. Anaknya, Makgatho Mandela, meninggal karena AIDS pada 6 Januari 2005.
Referensi
Catatan kaki
- ^ a b Mandela 1994, hlm. 3; Sampson 2011, hlm. 3; Smith 2010, hlm. 17.
- ^ Mandela 1994, hlm. 4; Smith 2010, hlm. 16.
- ^ Guiloineau 2002, hlm. 23; Mafela 2008.
- ^ a b Guiloineau 2002, hlm. 26; Mafela 2008.
- ^ Smith 2010, hlm. 19.
- ^ Mandela 1994, hlm. 8–9; Sampson 2011, hlm. 4; Smith 2010, hlm. 21–22.
- ^ Mandela 1994, hlm. 17.
- ^ Mandela 1994, hlm. 7–8; Sampson 2011, hlm. 4; Smith 2010, hlm. 16, 23–24.
- ^ Mandela 1994, hlm. 19.
- ^ Mandela 1994, hlm. 15.
- ^ Mandela 1994, hlm. 12; Smith 2010, hlm. 23–24.
- ^ Mandela 1994, hlm. 18–19; Sampson 2011, hlm. 5,7; Smith 2010, hlm. 24.
- ^ Mandela 1994, hlm. 20; Sampson 2011, hlm. 7; Smith 2010, hlm. 25.
- ^ Mandela 1994, hlm. 8, 20.
- ^ Mandela 1994, hlm. 22–25; Sampson 2011, hlm. 7–9; Smith 2010, hlm. 26–27.
- ^ Mandela 1994, hlm. 27–29.
- ^ Mandela 1994, hlm. 25; Smith 2010, hlm. 27.
- ^ Mandela 1994, hlm. 31–34; Smith 2010, hlm. 18.
- ^ Mandela 1994, hlm. 43.
- ^ Mandela 1994, hlm. 36–42; Sampson 2011, hlm. 14; Smith 2010, hlm. 29–31.
- ^ Mandela 1994, hlm. 45–47; Sampson 2011, hlm. 15; Smith 2010, hlm. 31.
- ^ Mandela 1994, hlm. 48–50.
- ^ Sampson 2011, hlm. 17.
- ^ Mandela 1994, hlm. 52; Sampson 2011, hlm. 17–18; Smith 2010, hlm. 31–32.
- ^ Mandela 1994, hlm. 53–54; Sampson 2011, hlm. 18–21; Smith 2010, hlm. 32.
- ^ Mandela 1994, hlm. 56; Smith 2010, hlm. 32.
- ^ Mandela 1994, hlm. 62–65; Sampson 2011, hlm. 21, 25; Smith 2010, hlm. 33–34.
- ^ Mandela 1994, hlm. 62–63; Sampson 2011, hlm. 24–25; Smith 2010, hlm. 33–34.
- ^ Mandela 1994, hlm. 67–69; Sampson 2011, hlm. 25; Smith 2010, hlm. 34.
- ^ Mandela 1994, hlm. 68; Sampson 2011, hlm. 25; Smith 2010, hlm. 35.
- ^ Mandela 1994, hlm. 68
- ^ Mandela 1994, hlm. 70–71; Sampson 2011, hlm. 26.
- ^ Sampson 2011, hlm. 25.
- ^ Mandela 1994, hlm. 66; Smith 2010, hlm. 34.
- ^ Mandela 1994, hlm. 78–86; Sampson 2011, hlm. 26–27; Smith 2010, hlm. 34–35.
- ^ Mandela 1994, hlm. 73–76; Sampson 2011, hlm. 27–28; Smith 2010, hlm. 36–39.
- ^ Mandela 1994, hlm. 89–94; Sampson 2011, hlm. 29–30; Smith 2010, hlm. 40.
- ^ Mandela 1994, hlm. 96–101; Sampson 2011, hlm. 30–31; Smith 2010, hlm. 41.
- ^ Mandela 1994, hlm. 104–105; Sampson 2011, hlm. 32–33; Smith 2010, hlm. 43, 48.
- ^ Mandela 1994, hlm. 106; Smith 2010, hlm. 48–49.
- ^ Mandela 1994, hlm. 122–123; Sampson 2011, hlm. 37; Smith 2010, hlm. 48.
- ^ Mandela 1994, hlm. 100; Sampson 2011, hlm. 34; Smith 2010, hlm. 44.
- ^ Mandela 1994, hlm. 99, 108–110; Sampson 2011, hlm. 33; Smith 2010, hlm. 44–45.
- ^ Mandela 1994, hlm. 113–116; Sampson 2011, hlm. 33; Smith 2010, hlm. 45–46.
- ^ Mandela 1994, hlm. 118–119; Sampson 2011, hlm. 34.
- ^ Mandela 1994, hlm. 116–117, 119–120; Sampson 2011, hlm. 33; Smith 2010, hlm. 47.
- ^ Mandela 1994, hlm. 122, 126–27; Sampson 2011, hlm. 34; Smith 2010, hlm. 49.
- ^ Mandela 1994, hlm. 135.
- ^ Mandela 1994, hlm. 127–131; Sampson 2011, hlm. 34–35; Smith 2010, hlm. 64–65.
- ^ Mandela 1994, hlm. 136; Smith 2010, hlm. 53.
- ^ Mandela 1994, hlm. 137–139; Sampson 2011, hlm. 38–39; Smith 2010, hlm. 53.
- ^ Mandela 1994, hlm. 142–143; Smith 2010, hlm. 54.
- ^ Mandela 1994, hlm. 139–143; Sampson 2011, hlm. 39–41; Smith 2010, hlm. 52–56.
- ^ Mandela 1994, hlm. 144, 148–149; Sampson 2011, hlm. 36; Smith 2010, hlm. 59–62.
- ^ Mandela 1994, hlm. 149, 152; Sampson 2011, hlm. 36; Smith 2010, hlm. 60–64.
- ^ Mandela 1994, hlm. 150, 210; Sampson 2011, hlm. 36; Smith 2010, hlm. 67.
- ^ Mandela 1994, hlm. 151; Smith 2010, hlm. 64.
- ^ Mandela 1994, hlm. 153–154; Sampson 2011, hlm. 48; Smith 2010, hlm. 66.
- ^ Mandela 1994, hlm. 154; Sampson 2011, hlm. 42.
- ^ Mandela 1994, hlm. 154–157; Sampson 2011, hlm. 49; Smith 2010, hlm. 66.
- ^ Mandela 1994, hlm. 159–162; Sampson 2011, hlm. 51–52; Smith 2010, hlm. 70–72.
- ^ Mandela 1994, hlm. 162–165; Sampson 2011, hlm. 53–55; Smith 2010, hlm. 72–73.
- ^ Sampson 2011, hlm. 35; Smith 2010, hlm. 68–70.
- ^ Mandela 1994, hlm. 168; Sampson 2011, hlm. 55–56.
- ^ Mandela 1994, hlm. 165–167; Sampson 2011, hlm. 61–62; Smith 2010, hlm. 74–75.
- ^ Mandela 1994, hlm. 176; Sampson 2011, hlm. 63–64; Smith 2010, hlm. 78.
- ^ Mandela 1994, hlm. 177–172; Sampson 2011, hlm. 64–65; Smith 2010, hlm. 75–76.
- ^ Mandela 1994, hlm. 165; Smith 2010, hlm. 77.
- ^ Mandela 1994, hlm. 170; Smith 2010, hlm. 94.
- ^ Mandela 1994, hlm. 182–183; Sampson 2011, hlm. 66–67; Smith 2010, hlm. 77, 80.
- ^ Mandela 1994, hlm. 183–188; Sampson 2011, hlm. 69; Smith 2010, hlm. 81–83.
- ^ Mandela 1994, hlm. 188–192; Sampson 2011, hlm. 68.
- ^ Mandela 1994, hlm. 194–195; Sampson 2011, hlm. 72–73; Smith 2010, hlm. 85.
- ^ Mandela 1994, hlm. 195–198; Sampson 2011, hlm. 71–72; Smith 2010, hlm. 83–84.
- ^ Mandela 1994, hlm. 199–200, 204; Sampson 2011, hlm. 73; Smith 2010, hlm. 86.
- ^ Mandela 1994, hlm. 205–207, 231; Sampson 2011, hlm. 81–82, 84–85; Smith 2010, hlm. 116–117.
- ^ Mandela 1994, hlm. 209–210; Sampson 2011, hlm. 7; Smith 2010, hlm. 87.
- ^ Mandela 1994, hlm. 210–216; Sampson 2011, hlm. 77–80; Smith 2010, hlm. 87–93.
- ^ Mandela 1994, hlm. 293–294; Sampson 2011, hlm. 76–77; Smith 2010, hlm. 95–99, 105–106.
- ^ Sampson 2011, hlm. 92.
- ^ Mandela 1994, hlm. 218–233, 234–236; Sampson 2011, hlm. 82–84; Smith 2010, hlm. 120–123.
- ^ Mandela 1994, hlm. 226–227; Sampson 2011, hlm. 84; Smith 2010, hlm. 118.
- ^ Mandela 1994, hlm. 243–249; Sampson 2011, hlm. 87–95; Smith 2010, hlm. 118–120, 125–128.
- ^ Mandela 1994, hlm. 253–274; Sampson 2011, hlm. 96–99; Smith 2010, hlm. 130–132.
- ^ Mandela 1994, hlm. 275; Sampson 2011, hlm. 101–102.
- ^ Mandela 1994, hlm. 296; Sampson 2011, hlm. 110; Smith 2010, hlm. 99–104.
- ^ Mandela 1994, hlm. 306–311; Sampson 2011, hlm. 110–113; Smith 2010, hlm. 104, 132–145.
- ^ Mandela 1994, hlm. 283–292; Sampson 2011, hlm. 103–106; Smith 2010, hlm. 163–164.
- ^ Mandela 1994, hlm. 299–305; Sampson 2011, hlm. 116–117; Smith 2010, hlm. 167–168.
- ^ Mandela 1994, hlm. 331–334; Sampson 2011, hlm. 122–123; Smith 2010, hlm. 167.
- ^ Mandela 1994, hlm. 327–330; Sampson 2011, hlm. 117–122; Smith 2010, hlm. 171–173.
- ^ Mandela 1994, hlm. 342–346; Sampson 2011, hlm. 130–131; Smith 2010, hlm. 173–175.
- ^ Mandela 1994, hlm. 347–357; Sampson 2011, hlm. 132–133; Smith 2010, hlm. 175.
- ^ Mandela 1994, hlm. 357–364; Sampson 2011, hlm. 134–135; Smith 2010, hlm. 177.
- ^ Mandela 1994, hlm. 373–374; Sampson 2011, hlm. 140–143; Smith 2010, hlm. 183–185.
- ^ Mandela 1994, hlm. 377–380; Sampson 2011, hlm. 143; Smith 2010, hlm. 178.
- ^ Mandela 1994, hlm. 283–287; Sampson 2011, hlm. 144–146, 154; Smith 2010, hlm. 186–188, 193.
- ^ Mandela 1994, hlm. 289–291; Sampson 2011, hlm. 147–149; Smith 2010, hlm. 188–189.
- ^ Mandela 1994, hlm. 393–396; Sampson 2011, hlm. 150–151; Smith 2010, hlm. 206–210.
- ^ Mandela 1994, hlm. 397–398; Sampson 2011, hlm. 151–154; Smith 2010, hlm. 209–214.
- ^ Mandela 1994, hlm. 397–409; Sampson 2011, hlm. 154–156; Smith 2010, hlm. 191, 222–229.
- ^ Mandela 1994, hlm. 411–412.
- ^ Mandela 1994, hlm. 413–415; Sampson 2011, hlm. 158–159; Smith 2010, hlm. 239–246.
- ^ Mandela 1994, hlm. 418–425; Sampson 2011, hlm. 160–162; Smith 2010, hlm. 251–254.
- ^ Mandela 1994, hlm. 427–432; Sampson 2011, hlm. 163–165; Smith 2010, hlm. 255–256.
- ^ Mandela 1994, hlm. 432–440; Sampson 2011, hlm. 165–167; Smith 2010, hlm. 256–259.
- ^ Mandela 1994, hlm. 441–443; Sampson 2011, hlm. 167–169; Smith 2010, hlm. 259–261.
- ^ Mandela 1994, hlm. 443–445; Sampson 2011, hlm. 169–170; Smith 2010, hlm. 261–262.
- ^ Mandela 1994, hlm. 435–435; Sampson 2011, hlm. 170–172; Smith 2010, hlm. 275–276.
- ^ Mandela 1994, hlm. 456–459; Sampson 2011, hlm. 172–173.
- ^ Mandela 1994, hlm. 463–465; Sampson 2011, hlm. 173–174; Smith 2010, hlm. 292–293.
- ^ Mandela 1994, hlm. 468–482; Sampson 2011, hlm. 174–176.
- ^ Mandela 1994, hlm. 458.
- ^ Mandela 2004, hlm. 27–32; Sampson 2011, hlm. 183–186; Smith 2010, hlm. 292–295.
- ^ Mandela 2004, hlm. 33–42; Sampson 2011, hlm. 186–190.
- ^ Mandela 2004, hlm. 42–57; Sampson 2011, hlm. 190–194; Smith 2010, hlm. 300–302.
- ^ Mandela 2004, hlm. 62; Sampson 2011, hlm. 194–195; Smith 2010, hlm. 303.
- ^ Mandela 2004, hlm. 63–68; Sampson 2011, hlm. 196–197; Smith 2010, hlm. 306.
- ^ Mandela 2004, hlm. 75–78; Sampson 2011, hlm. 204; Smith 2010, hlm. 307–308.
- ^ Mandela 2004, hlm. 79–80; Sampson 2011, hlm. 205; Meredith 2010, hlm. 279.
- ^ Mandela 2004, hlm. 82–84, 108–116; Sampson 2011, hlm. 206–207; Meredith 2010, hlm. 281–283, 290–291
- ^ Mandela 2004, hlm. 126; Sampson 2011, hlm. 205, 258; Meredith 2010, hlm. 299.
- ^ Mandela 2004, hlm. 102–108; Sampson 2011, hlm. 205; Meredith 2010, hlm. 283.
- ^ Mandela 2004, hlm. 83, 90, 136–138; Meredith 2010, hlm. 284, 296–298.
- ^ Sampson 2011, hlm. 210–214; Meredith 2010, hlm. 298–299.
- ^ Sampson 2011, hlm. 236–241, 288–294; Meredith 2010, hlm. 292–295.
- ^ Sampson 2011, hlm. 232; Meredith 2010, hlm. 301, 313.
- ^ Sampson 2011, hlm. 229; Meredith 2010, hlm. 295, 299–301.
- ^ Sampson 2011, hlm. 221; Meredith 2010, hlm. 301–302.
- ^ Sampson 2011, hlm. 222; Meredith 2010, hlm. 337.
- ^ Sampson 2011, hlm. 241; Meredith 2010, hlm. 334.
- ^ Sampson 2011, hlm. 246–247; Meredith 2010, hlm. 303–304.
- ^ Sampson 2011, hlm. 248–254, 302; Meredith 2010, hlm. 287–288, 304–310
- ^ Sampson 2011, hlm. 222, 235; Meredith 2010, hlm. 301.
- ^ Sampson 2011, hlm. 231.
- ^ Sampson 2011, hlm. 223–225; Meredith 2010, hlm. 308–310.
- ^ Sampson 2011, hlm. 226–227.
- ^ Sampson 2011, hlm. 228.
- ^ Sampson 2011, hlm. 314–315.
- ^ Sampson 2011, hlm. 242–243; Meredith 2010, hlm. 317.
- ^ Sampson 2011, hlm. 285–286.
- ^ Sampson 2011, hlm. 259–276; Meredith 2010, hlm. 324–327.
- ^ Sampson 2011, hlm. 277–283; Meredith 2010, hlm. 327–328.
- ^ Sampson 2011, hlm. 296.
- ^ Sampson 2011, hlm. 315–316.
- ^ Sampson 2011, hlm. 319–320; Meredith 2010, hlm. 338–339.
- ^ Sampson 2011, hlm. 321.
- ^ Sampson 2011, hlm. 324–325; Meredith 2010, hlm. 340.
- ^ Sampson 2011, hlm. 324–325; Meredith 2010, hlm. 346–347.
- ^ Sampson 2011, hlm. 326; Meredith 2010, hlm. 347.
- ^ Sampson 2011, hlm. 329.
- ^ Sampson 2011, hlm. 335–336; Meredith 2010, hlm. 341–346.
- ^ Sampson 2011, hlm. 338–342; Meredith 2010, hlm. 249–256.
- ^ Meredith 2010, hlm. 340.
- ^ Sampson 2011, hlm. 330–332; Meredith 2010, hlm. 351–352; "Mandela's response to being offered freedom". ANC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 June 2008. Diakses tanggal 28 October 2008.
- ^ Sampson 2011, hlm. 343–345; Meredith 2010, hlm. 358.
- ^ Sampson 2011, hlm. 347–355; Meredith 2010, hlm. 359–360.
- ^ Sampson 2011, hlm. 363–378; Meredith 2010, hlm. 362–368.
- ^ Sampson 2011, hlm. 368; Ketchum, Mike. "The Mandela Concert, Wembley 1988". African National Congress. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 July 2008. Diakses tanggal 23 December 2008.
- ^ Sampson 2011, hlm. 373–380; Meredith 2010, hlm. 371–383.
- ^ Sampson 2011, hlm. 369–370; Meredith 2010, hlm. 369.
- ^ Sampson 2011, hlm. 381; Meredith 2010, hlm. 369–370.
- ^ Sampson 2011, hlm. 384–385, 392–393; Christopher S. Wren (8 December 1988). "Mandela Moved to House at Prison Farm". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 February 2013. Diakses tanggal 13 February 2013.
- ^ Sampson 2011, hlm. 386; Meredith 2010, hlm. 388.
- ^ Sampson 2011, hlm. 390–392; Meredith 2010, hlm. 387–388.
- ^ Sampson 2011, hlm. 392–397.
- ^ Sampson 2011, hlm. 399–402; Meredith 2010, hlm. 369–397; "1990: Freedom for Nelson Mandela". BBC. 11 February 1990. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 February 2013. Diakses tanggal 28 October 2008.
- ^ Sampson 2011, hlm. 407; Meredith 2010, hlm. 399–402; Ormond, Roger (12 February 1990). "Mandela free after 27 years". The Guardian. London. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 February 2013. Diakses tanggal 28 October 2008.
- ^ Sampson 2011, hlm. 408–409; Meredith 2010, hlm. 400–402; Teks pidato Mandela dapat dibaca di "Nelson Mandela's address to Rally in Cape Town on his Release from Prison". ANC. 11 February 1990. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 July 2008. Diakses tanggal 28 October 2008.
- ^ Sampson 2011, hlm. 409–410; Meredith 2010, hlm. 403–405.
Daftar pustaka
- Battersby, John (2011). "Afterword: Living Legend, Living Statue". Dalam Anthony Sampson. Mandela: The Authorised Biography. London: HarperCollins. hlm. 587–610. ISBN 978-0007437979.
- Guiloineau, Jean; Rowe, Joseph (2002). Nelson Mandela: The Early Life of Rolihlahla Mandiba. Berkeley: North Atlantic Books. hlm. 9–26. ISBN 1-55643-417-0.
- Herbst, Jeffrey (2003). "The Nature of South African Democracy: Political Dominance and Economic Inequality". Dalam Theodore K. Rabb, Ezra N. Suleiman. The Making and Unmaking of Democracy: Lessons from History and World Politics. London: Routledge. hlm. 206–224. ISBN 978-0415933810.
- Mafela, Munzhedzi James (2008). "The Revelation of African Culture in "Long Walk to Freedom"". Dalam Anna Haebich, Frances Peters-Little, Peter Read. Indigenous Biography and Autobiography. Sydney: Humanities Research Centre, Australian National University.
- Houston, Gregory; Muthien, Yvonne (2000). "Democracy and Governance in Transition". Dalam Yvonne Muthien, Meshack Khosa and Bernard Magubane. Democracy and Governance Review: Mandela's Legacy 1994–1999. Pretoria: Human Sciences Research Council Press. hlm. 37–68. ISBN 978-0796919700.
- Kalumba, Kibujjo M. (1995). "The Political Philosophy of Nelson Mandela: A Primer". Journal of Social Philosophy. 26 (3): 161–171.
- Mandela, Nelson (1994). Long Walk to Freedom Volume I: 1918–1962. Little, Brown and Company. ISBN 978-0754087236.
- Mandela, Nelson (2004) [1994]. Long Walk to Freedom Volume II: 1962–1994 (large print edition). London: BBC AudioBooks and Time Warner Books Ltd. ISBN 978-0754087243.
- Muthien, Yvonne; Khosa, Meshack; Magubane, Bernard (2000). "Democracy and Governance in Transition". Dalam Yvonne Muthien, Meshack Khosa and Bernard Magubane. Democracy and Governance Review: Mandela's Legacy 1994–1999. Pretoria: Human Sciences Research Council Press. hlm. 361–374. ISBN 978-0796919700.
- Meredith, Martin (2010). Mandela: A Biography. New York: PublicAffairs. ISBN 978-1586488321.
- Sampson, Anthony (2011) [1999]. Mandela: The Authorised Biography. London: HarperCollins. ISBN 978-0007437979.
- Smith, David James (2010). Young Mandela. London: Weidenfeld & Nicolson. ISBN 978-0297855248.
Pranala luar
Cari tahu mengenai Nelson Mandela pada proyek-proyek Wikimedia lainnya: | |
Gambar dan media dari Commons | |
Berita dari Wikinews | |
Kutipan dari Wikiquote | |
Teks sumber dari Wikisource |
- Nelson Mandela Centre of Memory
- Nelson Mandela Children's Fund
- Mandela: An Audio History
- The Elders
- CBC Digital Archives – Nelson Mandela: Prisoner, president, peacemaker
- Nelson Mandela Day – official site
- Nelson Mandela di IMDb (dalam bahasa Inggris)
- Nelson Mandela (Character) di IMDb (dalam bahasa Inggris)
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: F. W. de Klerk |
Presiden Afrika Selatan 1994–1999 |
Diteruskan oleh: Thabo Mbeki |
Jabatan partai politik | ||
Didahului oleh: Oliver Tambo |
Presiden Kongres Nasional Afrika 1991–1997 |
Diteruskan oleh: Thabo Mbeki |
Jabatan diplomatik | ||
Didahului oleh: Andrés Pastrana Arango |
Sekretaris Jenderal Gerakan Non-Blok 1998–1999 |
Diteruskan oleh: Thabo Mbeki |
Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link GA Templat:Link GA Templat:Link FA