Stasiun Yogyakarta

stasiun kereta api di Indonesia
Revisi sejak 26 Mei 2021 07.41 oleh FarhanSyafiqF (bicara | kontrib) (perbaikan spasi)

Stasiun Yogyakarta (YK), terkadang ditulis Stasiun Jogjakarta[a], dan juga dikenal sebagai Stasiun Tugu, adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di kelurahan Sosromenduran, kêmantrèn Gedongtengen, Kota Yogyakarta pada ketinggian +113 meter. Stasiun ini merupakan stasiun utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi VI Yogyakarta, Kota Yogyakarta, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Stasiun ini beserta rel KA yang membujur dari barat ke timur berada di Kecamatan Gedongtengen. Stasiun ini melayani pemberangkatan dan kedatangan hampir semua kelas kereta api (KA), kecuali KA kelas ekonomi jarak jauh dan menengah bertarif subsidi. Stasiun besar lainnya di Kota Yogyakarta, yaitu Stasiun Lempuyangan, dikhususkan untuk melayani kelas ekonomi dan Commuter Line

Stasiun Yogyakarta
Templat:Penomoran stasiun komuter headerY01P01Templat:Penomoran stasiun komuter footer

Tampak depan Stasiun Tugu, 2020
Nama lainStasiun Tugu
Lokasi
Koordinat7°47′21.2946″S 110°21′48.4956″E / 7.789248500°S 110.363471000°E / -7.789248500; 110.363471000
Ketinggian+113 m
Operator
Letak
Jumlah peron7
  • Emplasemen utara: 3 (satu peron sisi yang agak tinggi dan dua peron pulau yang tinggi)
  • Emplasemen selatan: 4 (dua peron sisi dan dua peron pulau yang sama-sama tinggi)
Jumlah jalur9
  • Emplasemen utara: 6 (jalur 5: sepur lurus)
  • Emplasemen selatan: 3 (jalur 3: sepur lurus)
LayananArgo Wilis, Argo Lawu (reguler & fakultatif), Argo Dwipangga (reguler & fakultatif), Gajayana (reguler & tambahan), Bima, Turangga, Taksaka (reguler & tambahan), Ranggajati, Wijayakusuma, Malabar, Bangunkarta, Mutiara Selatan, Fajar/Senja Utama Solo, Mataram, Bogowonto, Gajahwong, Fajar/Senja Utama YK, Lodaya, Sancaka Utara, Kertanegara, Malioboro Ekspres, Sancaka, Mutiara Timur, Joglosemarkerto, KA Bandara YIA, Prambanan Ekspres (Prameks), dan KRL Commuter Line
Konstruksi
Jenis strukturArt deco
Akses difabelYa
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiBesar tipe A[2]
Sejarah
Dibuka20 Juli 1887[3]
Nama sebelumnyaStation Djocja Toegoe, Djocjakarta, Djokjakarta, Jogjakarta
Operasi layanan
Lua error in Modul:Adjacent_stations at line 237: Jalur tidak dikenal "KA Bandara YIA".
Fasilitas dan teknis
FasilitasParkir Jalur difabel Layanan pelanggan Cetak tiket mandiri Musala Toilet Area merokok Pos kesehatan VIP Galeri ATM Pertokoan/area komersial 
Tipe persinyalanElektrik tipe Siemens NX MIS-801[4]
Cagar budaya Indonesia
Stasiun Kereta Api Tugu Yogyakarta
PeringkatNasional
KategoriBangunan
No. RegnasRNCB.20151105.02.000095
Tanggal SK2007 dan 2015
PemilikPT Kereta Api Indonesia
PengelolaPT Kereta Api Indonesia
Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Sebagai stasiun utama di Yogyakarta, stasiun ini merupakan stasiun terminus bagi layanan KRL Yogyakarta–Solo, dan beberapa kereta api antarkota dan lokal.[5]

Sejarah

Stasiun Tugu pada masa kolonial 1890-an.
(Kredit: Kassian Cephas)

Stasiun Tugu yang mulai beroperasi pada 20 Juli 1887 ini merupakan salah satu stasiun yang cukup tua,[3] serta memiliki arsitektur yang unik karena gedung stasiun berada di tengah kedua sisi rel kereta api, sedangkan bangunan menghadap ke jalan poros Kota Yogyakarta. Arsitektur stasiun ini bergaya art deco yang sangat populer pada masa antara Perang Dunia I dan Perang Dunia II.

Stasiun ini pernah menjadi tujuan akhir perjalanan kereta luar biasa Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno, saat memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta.

Stasiun ini merupakan stasiun berperon pulau dengan dua kepemilikan: sisi selatan milik Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dengan lebar sepur 1.435 mm dan sisi utara milik Staatsspoorwegen (SS) dengan lebar sepur 1.067 mm. NIS dan SS saling berbagi tanah untuk mengoperasikan jalur kereta api Yogyakarta–Surakarta.[6]

Di barat stasiun ini dahulu terdapat dua percabangan jalur yang saat ini sudah dinonaktifkan semua, yaitu jalur menuju MagelangParakan dan menuju Palbapang, Bantul. Jalur menuju Magelang telah dinonaktifkan pada tahun 1972 hingga 1976 sehubungan dengan letusan Gunung Merapi, tetapi bekas jalur ini masih dapat terlihat di beberapa tempat di Jalan Tentara Pelajar, Yogyakarta.[7] Jalur tersebut juga bercabang di Secang menuju Museum Kereta Api Ambarawa melalui Tuntang hingga berakhir di Kedungjati yang kini juga dinonaktifkan. Selain itu, jalur menuju Palbapang dinonaktifkan pada 1973–1980-an, tetapi bekas jalur ini juga masih dapat terlihat di beberapa tempat, salah satunya di lapangan parkir di sisi barat laut Keraton Yogya.

Stasiun ini kini ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.[8]

Bangunan dan tata letak

 
Lokomotif D301 61 09 yang dipajang di pintu selatan stasiun

Stasiun Yogyakarta terbagi menjadi dua emplasemen, yaitu emplasemen utara dan selatan, dan juga memiliki dua pintu masuk dan keluar, yakni pintu utama yang menghadap ke Jalan Margo Utomo—Jalan Pangeran Mangkubumi, termasuk wilayah Kelurahan Gowongan, Kecamatan Jetis—dan pintu selatan yang menghadap ke arah Jalan Pasar Kembang—wilayah Kelurahan Sosromenduran, Kecamatan Gedongtengen. Stasiun ini memiliki bangunan khusus untuk loket di pintu selatan.

Pada tahun 1970-an, jumlah jalur Stasiun Tugu kemungkinan mencapai sebelas jalur—tidak termasuk jalur ke dalam pos langsiran di utara stasiun—yaitu emplasemen selatan memiliki lima jalur kereta api dengan jalur 5 merupakan sepur lurus dan emplasemen utara memiliki enam jalur kereta api dengan (kemungkinan) jalur 6 merupakan sepur lurus.[9] Namun pada tahun 1999, peron di jalur 2 dibangun untuk mengakomodasi tinggi pintu kereta eksekutif saat itu.[10]

Sebelum pembangunan jalur ganda dimulai sekitar tahun 2004, jalur 3 lama merupakan sepur lurus arah Solo, sedangkan jalur 4 merupakan sepur lurus arah Kutoarjo.[11] Pada saat pembangunan jalur ganda hingga pengoperasiannya di lintas Yogyakarta–Maguwo per 8 Januari 2007[12] dan Yogyakarta–Kutoarjo pada November 2007[13] dan diresmikan 22 Januari 2008,[14] tata letak stasiun mengalami perubahan: jalur langsir yang masih utuh—walaupun sudah dicabut—diubah menjadi jalur 1, jalur 1 lama diubah menjadi jalur 2, dan jalur 2 lama diubah menjadi jalur 3 sebagai sepur lurus dari dan ke arah Kutoarjo. Selain itu, peron tinggi ditambahkan pada jalur 3—menimbun jalur 3 lama—dan jalur 5. Saat ini, jalur 3 dijadikan sepur lurus arah Solo dan sepur belok dari arah Kutoarjo, jalur 4 dijadikan sepur lurus dari arah Kutoarjo, dan 5 dijadikan sepur lurus ke arah Kutoarjo.

 
Nama "Stasiun Yogyakarta" dalam aksara Jawa

Di kawasan stasiun terdapat depo lokomotif dan depo kereta maupun gerbong yang berturut-turut terletak di sebelah barat laut dan barat. Pemutar rel berada di barat depo lokomotif yang terletak di sebelah barat laut stasiun.

Ke arah timur stasiun, terdapat perlintasan sebidang yang berbentuk gerbang geser dengan nomor pos jaga lintasan (PJL) 3A dan 3B yang dikhususkan untuk sepeda, becak, andong, atau pejalan kaki yang melintas di sekitar kawasan Jalan Malioboro. Selain itu, terdapat jembatan yang membentang di atas Kali Code yang dikenal dengan sebutan Jembatan Kewek yang melintang di atas Jalan Abu Bakar Ali.[b]

Stasiun ini sering mengalami renovasi dan penataan ulang, antara lain dengan membangun peron tinggi serta penambahan atap kanopi.[15] Sistem parkir juga mengalami perubahan: pintu timur dan selatan kini hanya digunakan untuk tempat antar-jemput dan parkir becak, sedangkan tempat parkir terletak di sebelah barat daya kompleks stasiun.[16] Dalam rangka mewujudkan stasiun kereta api besar bertaraf internasional, stasiun ini sejak musim mudik lebaran 2016 telah dilakukan renovasi secara menyeluruh, antara lain merombak loket stasiun di pintu selatan, serta pemasangan lantai granit, pengecatan ulang, dan lain-lain.[17] Di selatan stasiun dahulu terdapat banyak kios yang saling berhimpitan, ekspedisi barang, dan kios penjualan tiket pesawat dan kereta api yang telah digusur sejak 5 Juli 2017 karena tidak memiliki izin dan dianggap kumuh oleh PT KAI.[18]

Stasiun ini memiliki ruang tunggu eksekutif yang diberi nama "Anggrek Executive Lounge" yang dioperasikan oleh KAI Wisata serta memanfaatkan bangunan pendopo belakang stasiun.[19]

Sehubungan dengan proyek modernisasi persinyalan elektrik kereta api, per April 2021 di stasiun ini dilakukan pemasangan sistem persinyalan elektrik baru produksi PT Len Industri yang akan menggantikan sistem persinyalan elektrik lama produksi Siemens.[20]

Ciri khas

 
Monumen uap Marshall Britannia yang kini sudah dipindahkan di sayap utara jalan masuk Stasiun Tugu

Stasiun Yogyakarta memiliki ciri khas, antara lain memiliki dua monumen lokomotif. Monumen yang terletak di pintu masuk keberangkatan sisi timur adalah mesin uap portabel (lokomobil) buatan Marshall Britannia, Britania Raya. Letaknya yang semula berada di tengah-tengah jalan masuk stasiun kini dipindahkan di sayap utara jalan tersebut. Sementara itu, monumen yang terletak di sisi selatan stasiun adalah lokomotif diesel hidraulis D301 22 yang dipajang sejak 12 Desember 2018. Pemajangan lokomotif ini dilakukan setelah seluruh bagian stasiun mengalami perombakan, antara lain menambahkan toilet dari mobil bekas dan dapat digunakan oleh masyarakat umum, tak hanya calon penumpang.[21][22] Selain monumen lokomotif, di pintu keberangkatan sisi timur dekat perlintasan sebidang terdapat tulisan "Stasiun Yogyakarta" dalam aksara Jawa (ꦱꦼꦠꦠ꧀ꦱꦶꦪꦸꦤ꧀ꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ) yang dibuat dengan ukuran besar menggunakan huruf timbul.

Stasiun ini memiliki lagu kedatangan kereta api berupa lagu keroncong instrumental berjudul "Sepasang Mata Bola" karya Ismail Marzuki sebagai bel kedatangan kereta api, mengisahkan perjuangan di atas kereta api dari Jakarta menuju Yogyakarta.[23]

Pada budaya populer

 
Papan nama Stasiun Tugu per Desember 2020

Layanan kereta api

Antarkota

Kelas eksekutif

Kelas campuran

Kereta bandara

KA Bandara YIA, dari dan tujuan Wojo-Kebumen

Komuter

P Prambanan Ekspres (Prameks), dari dan tujuan Kutoarjo

KRL Commuter Line

Y Yogyakarta Line, dari dan tujuan Solo Balapan

Insiden

Pada 14 November 2003, tiga kereta penumpang dengan dua kereta kelas bisnis dan satu kelas eksekutif anjlok di Depo Lokomotif Yogyakarta. Insiden ini bermula saat rangkaian kereta tersebut akan dicuci sebelum dikirim ke Jakarta. Namun, wesel bergerak sendiri saat rangkaian kereta dilangsir sehingga menyebabkan anjlok.[31]

Pada 23 April 2014, seorang pria tewas ditabrak kereta api semen dengan nomor perjalanan 8067 relasi LempuyanganPurwokerto. Korban diduga mengalami gangguan kejiwaan.[32]

Pada 4 Juli 2017, seorang siswi SMK menghilang setelah turun dari kereta api Senja Utama Yogya di Stasiun Tugu. Dua hari kemudian, pada pukul 15.00 sore, pihak keluarga ditelepon oleh pengantar bahwa siswi tesebut telah diantar pulang ke rumahnya.[33]

Antarmoda pendukung

Jenis angkutan umum Trayek Tujuan
Trans Jogja[34] 1A Margo Utomo–Jalan Malioboro–Kusumanegara–Kebun Binatang Gembira LokaJECBandara Adisutjipto–Terminal Prambanan–Bandara Adisutjipto–Janti–Plaza Ambarrukmo–Mandala Bhakti Wanitatama–Sudirman–Margo Utomo (naik/turun Halte Margo Utomo 2, depan Grand Zuri Hotel)
1B Tentara Pelajar–Cik Di Tiro–Colombo–De Britto–Plaza Ambarrukmo–Bandara–Janti–Babarsari–Gedongkuning–Kebun Binatang Gembira Loka–Kusumanegara–Senopati–Bhayangkara (naik/turun portable Stasiun Tugu selatan)
2A Margo Utomo–Jalan Malioboro–Jalan Brigjend Katamso–Jalan Kolonel Sugiyono–Diklat PU–Gedongkuning–Kebun Binatang Gembira Loka–SGM–Stadion Mandala Krida–Stadion Kridosono–UGM–UNY–Terminal Angkutan Umum Condongcatur–Terminal Jombor–A.M. Sangadji–Margo Utomo (naik/turun Halte Margo Utomo 2, depan Grand Zuri Hotel)
3A Stasiun Tugu Barat–Jalan Malioboro–Ngabean–Kol. Sugiyono–Lowanu–Terminal Giwangan–Tegalgendu (Kotagede)–Gedongkuning–Janti–Bandara–UPN Veteran–Terminal Angkutan Umum Condongcatur–UGMRSUP SardjitoKotabaru–Sudirman–Samsat–Stasiun Tugu Barat (naik/turun halte Jlagran)
3B Stasiun Tugu Barat–Tentara Pelajar–Tugu–UGM–RSUP Sardjito–Kentungan–Terminal Condongcatur–Amikom/UPN Veteran–Bandara–Janti–Gedongkuning–Tegalgendu–Terminal Giwangan–Lowanu–Kol. Sugiyono (Museum Perjuangan)–Taman Parkir Ngabean–Bhayangkara–Stasiun Tugu Barat (naik/turun portable Stasiun Tugu selatan)

Galeri

Catatan kaki

  1. ^ Nama stasiun berdasarkan ucapan selamat datang di pintu selatan stasiun
  2. ^ Jembatan Kewek pada masa Hindia Belanda disebut Kerkweg, karena jalan tersebut mengarah ke sebuah gereja

Referensi

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ a b Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken. 
  4. ^ Sugiana, A.; Lee, Key-Seo; Lee, Kang-Soo; Hwang, Kyeong-Hwan; Kwak, Won-Kyu (2015). "Study on Interlocking System in Indonesia" (PDF). Nyeondo Hangugcheoldohaghoe Chungyehagsuldaehoe Nonmunjib (Korean Society for Railway) (46). 
  5. ^ "Proyek KRL Solo-Jogja Terhambat Wabah Covid-19: Pekerja Minim, Material Susah Didapat". Solopos.com. 2020-04-19. Diakses tanggal 2020-05-07. 
  6. ^ Gauge di Indonesia
  7. ^ "Stasiun Medari Pernah Dibumihanguskan - Tribun Jogja". Tribun Jogja. 2014-02-05. Diakses tanggal 2018-10-18. 
  8. ^ "Stasiun Kereta Api Tugu Yogyakarta". Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya, Kemendikbud RI. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-12. Diakses tanggal 12 Agustus 2017. 
  9. ^ "Java". searail.malayanrailways.com. Diakses tanggal 2020-05-10. 
  10. ^ Sapei, Tulus Abadi; Subhansyah, Aan T.; Purwanta, Setia A.; Zaini, Apridon; Shaleh, Muhammad; Atmaja, Ida Bagus Yoga; Hasyim, Hur; Lukmanurdin, Ibang; Panjaitan, Efendi; Ikhsan, Edy (2002). Memecah ketakutan menjadi kekuatan: kisah-kisah advokasi di Indonesia. Sleman: Insist Press. 
  11. ^ Lampiran Surat Keputusan Direktur Jenderal Perkeretaapian No. SK.02/DJKA/K.2/01/06
  12. ^ "Uji Coba Rel Ganda Yogya-Solo Bikin Bikers Senewen". detiknews. Diakses tanggal 2020-05-10. 
  13. ^ "Proyek ODA - Proyek Rel Ganda Kereta Jalur Selatan, Jawa (2)". www.id.emb-japan.go.jp. Diakses tanggal 2020-05-10. 
  14. ^ Media, Kompas Cyber. "Besok Presiden Resmikan Rel Ganda di Kutoarjo". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2020-05-10. 
  15. ^ "Renovasi Stasiun Tugu Selesai H-3". Kompas.com. 30 Agustus 2010. Diakses tanggal 21 Oktober 2017. 
  16. ^ Vicka, Patricia (28 Mei 2015). "Mulai 7 Juli Pintu Timur Stasiun Tugu Hanya untuk Keberangkatan". MetroTVNews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-21. Diakses tanggal 21 Oktober 2017. 
  17. ^ Reza, Khairur (21 Juni 2016). "Renovasi Stasiun Tugu Yogyakarta Dijanjikan Selesai H-10 Lebaran". Tribunnews.com. Diakses tanggal 21 Oktober 2017. 
  18. ^ Syaifudin, Teuku Muhammad Guci (5 Juli 2016). "Dinilai Kumuh, Kios-kios di Selatan Stasiun Tugu Dibongkar". Kompas.com. Diakses tanggal 21 Oktober 2017. 
  19. ^ Detikcom: Stasiun Tugu Kini Punya Executive Lounge
  20. ^ "Investasi Elektrifikasi KRL Yogyakarta-Solo Capai Rp 1,2 T". Republika Online. 2021-01-20. Diakses tanggal 2021-04-24. Selanjutnya, pekerjaan modifikasi sinyal elektrik Yogyakarta – Lempuyangan... 
  21. ^ Raharjo, Paksi Suryo (2018-10-25). "Stasiun Tugu Berbenah Tampil Semakin Cantik". MerahPutih. Diakses tanggal 2019-03-31. 
  22. ^ "Stasiun Tugu Kini Miliki Monumen Lokomotif". krjogja.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-03-31. 
  23. ^ Mohamad, Gunawan (2013). Catatan pinggir (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: Grafiti Pers. ISBN 979-444-067-1. OCLC 8566985. 
  24. ^ "Kisah 'Sepasang Mata Bola', Lagu Pengobar Semangat BJ Habibie". tirto.id. Diakses tanggal 2020-06-14. 
  25. ^ "Kemendikbud Berhasil Merestorasi Film "Kereta Api Terakhir"". Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (dalam bahasa Inggris). 2019-12-19. Diakses tanggal 2020-06-14. 
  26. ^ Tempo, Koran (2018-12-05). "Sinema dan 'Tanaman Tua' di Festival Jogja - Seni - koran.tempo.co". Tempo. Diakses tanggal 2020-06-14. 
  27. ^ News, Tagar (2017-12-23). "Serangan Umum 1 Maret 1949, Soeharto Bukan Hero, Hanya Makan Soto". TAGAR. Diakses tanggal 2020-06-14. 
  28. ^ Sheila on 7 (14 Maret 2013) [2000]. Sheila On 7 - Tunggu Aku Dijakarta (Videotape). Sony Music Entertainment Indonesia. 
  29. ^ "Citra Scholastika Rindukan Yogyakarta". Tempo (dalam bahasa Inggris). 2012-02-29. Diakses tanggal 2020-06-14. 
  30. ^ "Dhimas Tedjo Jadi Mentor Bintang Pantura". Solopos.com. 2018-08-01. Diakses tanggal 2020-06-14. 
  31. ^ Liputan6.com (2003-11-15). "Tiga Gerbong KA Cadangan Anjlok di Stasiun Tugu". liputan6.com. Diakses tanggal 2020-05-26. 
  32. ^ "Tertabrak KA, Kepala dan Badan Pria Ini Terpisah". Solopos. 24 April 2014. Diakses tanggal 12 Agustus 2017. 
  33. ^ "Siswi SMK yang Hilang di Stasiun Tugu Kembali ke Rumahnya". Kompas. 7 Juli 2017. Diakses tanggal 12 Agustus 2017. 
  34. ^ "Trans Jogja Bus Stop (Halte)/Shelter". Yogya Backpacker. Diakses tanggal 22 Oktober 2017. 

Pranala luar

Stasiun sebelumnya   Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Patukan
menuju Kutoarjo
Kutoarjo–Purwosari–Solo Balapan Lempuyangan
Kutu
menuju Secang
Secang–Yogyakarta Terminus
Terminus Yogyakarta–Palbapang Ngabean
menuju Sewugalur