Kitab 1 Samuel (disingkat 1 Samuel; akronim 1Sam.; bahasa Ibrani: סֵפֶר שְׁמוּאֵל א׳, translit. Sefer SyemuʾelI) merupakan salah satu kitab yang termasuk dalam kitab-kitab sejarah pada Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Dalam Tanakh atau Alkitab Ibrani, kitab ini menjadi bagian dari kitab kolektif yang bernama "Kitab Samuel", yang merupakan bagian dari narasi sejarah Israel kuno yang termasuk dalam kelompok Nevi'im, atau yang lebih tepatnya kelompok nabi-nabi awal.

Nama kitab ini merujuk pada tokoh Samuel bin Elkana, hakim Israel terakhir dan nabi yang mengurapi Raja Saul dan Raja Daud. Nama "Samuel" sendiri pada pangkalnya merupakan serapan dari bahasa Ibrani: שְׁמוּאֵל‎ (Syemuʾel), yang merupakan gabungan dari "kata tak diketahui" dan kata Ibrani אֵל‎ (el, har. "Allah/Tuhan"). Sebagian pakar percaya bahwa "kata tak diketahui" adalah kata שָׁמַע‎ (syama', har. "mendengar"), sehingga memberikan arti harfiah "mendengarnya dari Allah". Sedangkan yang lain berpendapat kata itu adalah kata שֵׁם (syem, har. "nama"), sehingga memberi arti harfiah "nama-Nya ialah Allah".[1]

Isi

Kitab 1 Samuel berisi sejarah Israel dalam masa peralihan dari zaman Hakim-Hakim kepada zaman Raja-Raja. Perubahan dalam kehidupan nasional di Israel itu khususnya berkisar pada tiga orang: Nabi Samuel, Raja Saul, dan Raja Daud. Pengalaman-pengalaman Daud pada masa mudanya sebelum ia menjabat raja, terjalin erat dengan kisah Samuel dan Saul. Kitab ini dimulai dengan kelahiran nabi Samuel[2] dan panggilan Allah kepadanya ketika masih kecil. Kisah Tabut Perjanjian kemudian memuat sejarah penindasan orang Israel oleh orang Filistin, yang menyebabkan Samuel mengurapi Saul sebagai raja pertama Kerajaan Israel. Namun, Saul terbukti tidak layak sebagai raja dan Allah beralih memilih Daud, yang mengalahkan musuh-musuh Israel, serta akhirnya membawa Tabut Perjanjian ke Yerusalem dalam Kitab 2 Samuel, di mana Allah kemudian menjanjikan Daud dan penerusnya suatu dinasti yang tidak berkesudahan.[3]

Amanat kitab 1 Samuel, sama seperti kisah-kisah lainnya dalam Perjanjian Lama, ialah bahwa orang akan berhasil kalau setia kepada Allah, dan celaka kalau mendurhaka. Hal itu dinyatakan dengan jelas dalam 1 Samuel 2:30 ketika Tuhan berkata kepada Imam Eli, "Yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi yang menghina Aku akan Kuhina."

Dalam kitab ini terlihat beberapa nuansa yang berbeda mengenai pembentukan kerajaan Israel. TUHAN Israel telah dipandang sebagai Raja bagi orang Israel, tetapi untuk menanggapi permohonan rakyat, Ia memilih seorang raja bagi mereka. Hal yang penting ialah bahwa baik raja maupun rakyat Israel hidup di bawah kedaulatan Allah, Hakim mereka (1 Samuel 2:7–10). Di bawah hukum-hukum Allah, haruslah dijamin hak seluruh rakyat, kaya maupun miskin.

Ayat-ayat terkenal

  • 1 Samuel 3:10: Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: "Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar."
  • 1 Samuel 16:7: Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."
  • 1 Samuel 17:45–47: Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu (Goliat): "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; ...supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami."

Ringkasan

 
Daud dan Saul, karya Ernst Josephson, 1878.

Hana yang mandul mengucapkan janji kepada Allah semesta alam bahwa jika ia dikarunia seorang anak laki-laki, anak itu akan diserahkannya sebagai pelayan Allah. Janji itu disampaikan di depan Tabut Perjanjian yang saat itu berada di Silo. Eli, imam di tempat itu, memberkati Hana dan ketika putra Hana, Samuel sudah lahir dan disapih, anak itu dipercayakan kepada Eli sebagai seorang "Nazir Allah" – satu dari dua orang Nazir Allah, selain Simson, yang dinyatakan dalam Alkitab. Kedua putra Eli, Hofni dan Pinehas, ternyata tidak layak menjadi imam dan kemudian terbunuh dalam Pertempuran Afek, tetapi Samuel kecil tumbuh besar "di hadapan Tuhan."

Orang Filistin merebut Tabut Perjanjian dalam pertempuran di Afek dan membawanya ke kuil Dagon, dewa mereka, yang kemudian harus mengakui kebesaran Yahweh (Tuhan). Tuhan menimpahkan tulah kepada orang Filistin, yang menyebabkan mereka mengembalikan Tabut itu ke wilayah Israel, tetapi tabut itu tidak dituntun oleh Tuhan kembali ke Silo, melainkan ke wilayah Yehuda-Benyamin. Ketika orang Filistin menyerang orang Israel yang berkumpul di Mizpa di daerah Benyamin, Samuel meminta pertolongan Yahweh, sehingga orang Filistin dikalahkan telak di Eben-Haezer, dan orang Israel mendapatkan wilayah mereka kembali.

Ketika Samuel berusia tua, ia mengangkat putra-putranya, Yoel dan Abia sebagai hakim-hakim, tetapi mereka tidak becus, sehingga umat meminta seorang raja atas mereka. Allah mengarahkan Samuel untuk memenuhi permintaan umat meskipun umat diberitahu hal-hal buruk yang akan menyertai pemilihan tersebut, dan mengurapi Saul dari suku Benyamin menjadi raja. Saul mengalahkan musuh-musuh Israel, tetapi berbuat dosa terhadap Yahweh.

Yahweh menyuruh Samuel untuk mengurapi Daud dari suku Yehuda di Bethlehem sebagai raja pengganti, dan Daud masuk ke dalam istana Saul sebagai pembawa senjata dan pemain kecapi. Putra, sekaligus ahli waris, Saul, Yonatan bersahabat erat dengan Daud dan mengakuinya sebagai raja yang sah. Saul berniat membunuh Daud, tetapi Daud melarikan diri ke padang gurun, di mana ia menjadi pahlawan orang Ibrani, sampai saat Saul dan Yonatan dibunuh dalam Pertempuran di Gunung Gilboa.

Naskah sumber

 
Kitab Samuel lengkap pada Kodeks Leningrad, salinan Naskah Masorah yang dibuat tahun 1008.

Kepengarangan

Menurut perikop 14b dan 15a dalam traktat Bava Basra dari Talmud, kitab ini ditulis oleh Samuel sampai dengan 1 Samuel 25, yang mencatat kematian Samuel, dan sisanya ditulis oleh nabi Gad dan Natan.[5] Para sarjana kritis dari abad ke-19 mendebatkan ide ini. Martin Noth pada tahun 1943 mengemukakan teori bahwa Kitab Samuel disusun oleh seorang pengarang sebagai bagian dari catatan sejarah Israel, yaitu kelompok "Sejarah Deuteronomistis" yang terdiri dari Kitab Ulangan, Yosua, Hakim-hakim, Kitab Samuel dan Raja-raja),[6] yang merupakan susunan sejarah teologis bangsa Israel dan dimaksudkan untuk menjelaskan hukum Allah untuk Israel di bawah bimbingan para nabi.[7] Meskipun ide Noth bahwa seluruh catatan sejarah ditulis oleh satu orang telah banyak ditinggalkan, garis besar teorinya diterima oleh banyak sarjana.[8]

Pemikiran modern dewasa ini berpendapat bahwa seluruh Sejarah Deuteronomistis ditulis dengan menggabungkan sejumlah teks-teks terpisah yang berasal dari berbagai zaman.[9][10] Pandangan paling populer sekarang adalah bahwa Sejarah Deuteronomis ini awalnya ditulis pada zaman raja Hizkia (abad ke-8 SM); sebagian besar edisi awal berasal dari zaman cucunya, Yosia pada akhir abad ke-7 SM, dan bagian-bagian selanjutnya ditambahkan selama periode Pembuangan ke Babilonia (abad ke-6) dan karya ini kemudian diselesaikan pada sekitar tahun 550 SM.[11] Diduga masih ada penyuntingan setelahnya, misalnya "seperempat syikal perak" yang ditawarkan oleh hamba Saul kepada Samuel pada 1 Samuel 9 dianggap merujuk kepada zaman Persia atau Helenistik (abad ke-4 SM).[12]

Para pengarang dan penyunting pada abad ke-6 diduga mengambil bahan-bahan dari sumber-sumber yang lebih kuno, termasuk (tapi tidak terbatas pada) "naratif Tabut Perjanjian" (1 Samuel 4:1–7:1 dan mungkin sebagian 2 Samuel 6), "riwayat Saul" (bagian-bagian 1 Samuel 9–11 dan 13–14), "riwayat naiknya Daud" (1 Samuel 16:14-2 Samuel 5:10), dan "kisah penggantian tahta" (2 Samuel 9–20 dan 1 Raja-raja 1–2).[13] Kisah yang paling tua, mengenai Tabut Perjanjian, malah lebih tua dari zaman Daud.[14]

Sumber

Sumber-sumber yang digunakan oleh para penulis dalam menyusun Kitab 1 Samuel diduga meliputi:[15]

  • Pemanggilan Samuel atau Masa muda Samuel (1 Samuel 1–7): Dari kelahiran Samuel sampai kariernya sebagai Hakim dan nabi atas seluruh Israel. Sumber ini mencakup naratif Eli dan bagian naratif Tabut Perjanjian.[16]
  • Naratif Tabut Perjanjian (1 Samuel 4:1b–7:1 dan 2 Samuel 6:1–20): tabut direbut oleh orang Filistin pada zaman Eli – ada perbedaan pendapat apakah bagian ini sesungguhnya terpisah dengan narasi pemindahan tabut ke Yerusalem oleh Daud pada Kitab 2 Samuel.[17]
  • Sumber Republik: sumber dengan bias anti-monarki. Sumber ini pertama menggambarkan Samuel dengan tegas memimpin orang Israel mengalahkan orang Filistin, dengan enggan mengurapi seorang raja pilihan Allah bagi umat, yaitu Saul. Daud digambarkan sebagai seorang pemain kecapi yang capak, dan kemudian dipanggil ke istana Saul untuk menenangkan emosinya. Putra Saul, Yonatan, menjadi sahabat karib Daud, malah melindungi Daud ketika hendak dibunuh oleh Saul. Pada bagian berikutnya, ketika ditinggalkan oleh Allah sebelum berperang, Saul menemui seorang pemanggil roh di Endor, tapi ditegur oleh "roh Samuel" dan diramalkan mati beserta putra-putranya dalam perang itu.
  • Sumber Monarki: sumber dengan bias pro-monarki dan meliput banyak detail yang sama dengan sumber republik. Sumber ini memulai dengan kisah kelahiran Samuel yang dituntun secara ilahi. Kemudian menggambarkan Saul memimpin peperangan melawan orang Amon, dipilih oleh umat sebagai raja, dan memimpin tentara melawan orang Filistin. Daud digambarkan sebagai seorang gembala muda yang datang ke medan perang mengunjungi abang-abangnya dan kedengaran oleh Saul bahwa ia berniat menantang Goliat dan kemudian mengalahkan orang Filistin. Kepahlawanan Daud menyebabkan banyak wanita jatuh cinta kepadanya, termasuk Mikhal, putri Saul, yang kemudian melindungi Daud untuk melarikan diri dari ancaman pembunuhan Saul. Daud kemudian menikahi dua istri lain dalam pelariannya dan Mikhal dinikahkan dengan suami lain. Selanjutnya, Daud mencari perlindungan di antara orang Filistin, menghadapi orang Israel sebagai musuhnya. Daud marah kalau ada orang berniat membunuh Saul, sekalipun karena belas kasihan, karena Saul telah diurapi oleh Samuel, dan kemudian menyuruh menghukum mati orang Amalek yang mengaku menolong Saul membunuh diri.
  • Redaksi: tambahan oleh penyunting atau redaktor untuk menyelaraskan berbagai sumber; banyak perikop yang tidak jelas berasal dari suntingan ini.
  • Beragam: beberaa sumber pendek, tanpa kaitan satu sama lain, dan terpisah dari teks lainnya. Kebanyakan adalah puisi atau daftar.

Perikop

Judul perikop dalam Kitab 1 Samuel menurut Alkitab Terjemahan Baru oleh LAI adalah sebagai berikut.

Riwayat masa muda Samuel
  • Lahirnya Samuel (1:1–28)
  • Puji-pujian Hana (2:1–10)
  • Kejahatan anak-anak Eli (2:11–26)
  • Nubuat tentang Eli dan kaum keluarganya (2:27–36)
  • Samuel terpanggil (3:1 – 4:1a)
Perebutan Tabut TUHAN oleh bangsa Filistin
Masa kejayaan pemerintahan Saul
  • Orang Israel menghendaki seorang raja (8:1–22)
  • Saul diurapi menjadi raja (9:1 – 10:16)
  • Saul menjadi raja dengan undian (10:17–27)
  • Saul menyelamatkan Yabesh (11:1–15)
  • Samuel minta diri dari bangsa itu (12:1–25)
  • Ketidaktaatan Saul waktu orang Filistin datang menyerang (13:1–22)
  • Kepahlawanan Yonatan (13:23 – 14:23)
  • Yonatan dibebaskan dari kutuk (14:24–46)
  • Catatan tentang musuh-musuh dan keluarga Saul (14:47–52)
  • Saul ditolak sebagai raja (15:1–35)
Kepahlawanan Daud
  • Daud diurapi menjadi raja (16:1–13)
  • Daud di istana Saul (16:14–23)
  • Goliat menantang tentara Israel (17:1–11)
  • Daud tiba di medan pertempuran (17:12–39)
  • Perkelahian Daud dengan Goliat (17:40–58)
  • Daud dan Yonatan (18:1–5)
  • Saul benci kepada Daud (18:6–30)
Pelarian Daud
  • Daud melarikan diri karena Saul menyerang dia kembali (19:1–24)
  • Perjanjian antara Daud dan Yonatan (20:1–43)
  • Daud di Nob (21:1–9)
  • Daud di Gat (21:10–15)
  • Daud di gua Adulam (22:1–5)
  • Para imam di Nob dibunuh (22:6–23)
  • Daud di Kehila (23:1–13)
  • Daud di padang gurun Zif (23:14–28)
  • Daud membiarkan Saul hidup (24:1–23)
  • Kematian Samuel (25:1)
  • Daud, Nabal, dan Abigail (25:2–44)
  • Untuk kedua kalinya Daud membiarkan Saul hidup (26:1–25)
  • Daud di antara orang Filistin (27:1–12)
  • Saul di En-Dor (28:1–25)
  • Daud dikirim pulang oleh orang-orang Filistin (29:1–11)
  • Ziklag terbakar — Pembalasan Daud kepada orang Amalek (30:1–25)
  • Daud mengirim pemberian kepada para tua-tua di Yehuda (30:26–31)
  • Saul mati (31:1–13)

Tema tokoh

 
Hana mempersembahkan Samuel kepada Eli, karya Jan Victors, 1645.

Kitab Samuel merupakan evalusi teologis terhadap jabatan raja secara umum dan keturunan raja, terutama Daud, secara khusus.[18] Tema utama kitab ini diperkenalkan dalam puisi pembukaan ("Nyanyian Hana"): (1), kekuasaan mutlak Yahweh, Allah Israel; (2), pergantian keberuntungan manusia; dan (3), jabatan raja.[19] Tema-tema ini dinyatakan dalam riwayat tiga tokoh utama: Samuel, Saul dan Daud.

Samuel

Samuel memenuhi pemerian "nabi seperti Moses" yang dinubuatkan dalam Ulangan 18:15–22: seperti Musa, ia mempunyai kontak langsung dengan Yahweh, bertindak selaku Hakim, dan seorang pemimpin ideal yang tidak pernah berbuat kesalahan.[20] Pembelaan Samuel bagi bangsa Israel terhadap musuh-musuh mereka menunjukkan bahwa mereka tidak membutuhkan raja (yang akan menyebabkan ketimpangan sosial), tetapi bagaimanapun juga umat menuntut seorang raja. Samuel menekankan bahwa raja mereka adalah pemberian Yahweh dan menjelaskan bahwa adanya raja dapat menjadi berkat bukan kutuk jika umat tetap setia kepada Allah mereka. Sebaliknya, kehancuran total kerajaan dan umat akan terjadi jika mereka berpaling kepada kejahatan.[6]

Saul

Saul adalah orang pilihan, tinggi, tampan dan "tampak baik",[21] seorang raja yang ditunjuk oleh Yahweh, dan diurapi oleh Samuel, nabi Yahweh, tetapi akhirnya ia ditolak sebagai raja.[22] Saul berbuat dua kesalahan yang membuatnya tidak layak menjadi raja: ia menjalankan persembahan korban menggantikan posisi Samuel (1 Samuel 13:8–14), dan ia gagal melaksanakan pembasmian total orang Amalek sebagaimana diperintahkan oleh Allah (1 Samuel 15).[23]

Daud

Salah satu unit utama dalam Kitab Samuel adalah "Riwayat naiknya Daud", dengan tujuan menunjukkan bahwa Daud adalah pengganti Saul yang sah.[24] Naratifnya menekankan bahwa Daud naik tahta secara sah, selalu menghormati "orang yang diurapi Tuhan" (yaitu Saul) dan tidak pernah melaksanakan perebutan tahta dengan kekerasan sekalipun mempunyai beberapa kesempatan.[25]

Penyusunan kitab

Dalam edisi-edisi Alkitab kuno sebelum tahun abad ke-16, terutama Alkitab versi Vulgata lama yang meniru Septuaginta, nama-nama untuk kedua Kitab Samuel dan kedua Kitab Raja-raja menggunakan nama yang berbeda. Kitab yang sekarang dikenal sebagai Kitab 1 Samuel dan Kitab 2 Samuel dahulu disebut sebagai Kitab 1 Raja-raja dan Kitab 2 Raja-raja,[26] sedangkan yang sekarang dikenal sebagai Kitab 1 Raja-raja and Kitab 2 Raja-raja dahulu disebut sebagai Kitab 3 Raja-raja dan 4 Raja-raja.[27] Baru pada abad ke-16 (setelah peristiwa Reformasi Protestan), Alkitab Luther dan versi-versi Alkitab Protestan yang menirunya menggunakan pembagian modern yang kemudian dikenal luas dan bahkan akhirnya diterima juga oleh versi Kitab Suci Katolik (yang ditandai dengan perubahan nama kitab pada Nova Vulgata) hingga sekarang. Sejumlah Alkitab masih memelihara pembagian lama, misalnya, Alkitab Douay Rheims.[28]

Lebih lanjut, Kitab 1 dan 2 Samuel pada mulanya (dan hingga saat ini, pada sejumlah versi Alkitab Ibrani) merupakan kitab tunggal yang bernama "Kitab Samuel", tetapi terjemahan bahasa Yunani pertama, yang diproduksi sekitar abad ke-2 SM membaginya menjadi dua. Pembagian ini diteruskan oleh Vulgata, dan kemudian oleh versi-versi Alkitab yang digunakan oleh gereja-gereja Kristen hingga sekarang, dan kemudian dipakai oleh beberapa edisi bahasa Ibrani sekitar awal abad ke-16.[29] Teks Ibrani modern, yang disebut Naskah Masorah, memiliki perbedaan dengan versi bahasa Yunani, dan pemecahannya masih dipelajari sampai sekarang.[30]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Gesenius, Friedrich Wilhelm (1846). Gesenius' Hebrew-Chaldee Lexicon. Baker Book House; 7th edition, 1979. hlm. 833. ISBN 0801037360. 
  2. ^ 1 Samuel 1:1–20
  3. ^ Spieckerman 2001, hlm. 348.
  4. ^ Transkrip Naskah Laut Mati
  5. ^ 1 Tawarikh 29:29
  6. ^ a b Klein 2003, hlm. 316.
  7. ^ Gordon 1986, hlm. 18.
  8. ^ Tsumura 2007, hlm. 15–19.
  9. ^ Knight 1995, hlm. 62.
  10. ^ Jones 2001, hlm. 197.
  11. ^ Walton 2009, hlm. 41–42.
  12. ^ Auld 2003, hlm. 219.
  13. ^ Knight 1991, hlm. 853.
  14. ^ Tsumura 2007, hlm. 11.
  15. ^ Jones, pp. 197–99
  16. ^ Soggin 1987, hlm. 210–11.
  17. ^ Eynikel 2000, hlm. 88.
  18. ^ Klein 2003, hlm. 312.
  19. ^ Tsumura 2007, hlm. 68.
  20. ^ Beytenbrach 2000, hlm. 53–55.
  21. ^ 1 Samuel 9:2; "goodly" dalam versi Raja James
  22. ^ Hertzberg 1964, hlm. 19.
  23. ^ Klein 2003, hlm. 319.
  24. ^ Dick 2004, hlm. 3–4.
  25. ^ Jones 2001, hlm. 198.
  26. ^ Catholic Encyclopedia (1913)/First and Second Books of Kings
  27. ^ Catholic Encyclopedia (1913)/Third and Fourth Books of Kings
  28. ^ Douay Rheims bible
  29. ^ Gordon 1986, hlm. 19–20.
  30. ^ Bergen 1996, hlm. 25–27.

Pustaka

Terjemahan bahasa Inggris 1 dan 2 Samuel

Komentari mengenai Kitab Samuel

Umum

Pranala luar

Naskah Masorah
Terjemahan Yahudi
Terjemahan Kristen
Artikel terkait