MetroTV

Jaringan televisi berita di Indonesia
Revisi sejak 27 November 2022 14.02 oleh Dani1603 (bicara | kontrib)

MetroTV adalah sebuah jaringan televisi swasta berita yang berkedudukan di Indonesia. MetroTV didirikan oleh PT Media Televisi Indonesia, resmi mengudara sejak 25 November 2000 di Jakarta. Pada awalnya didirikan sebagai perusahaan patungan antara Media Group dan Bimantara Citra, sejak Oktober 2003 MetroTV seluruhnya dimiliki oleh Media Group; yang juga memiliki harian Media Indonesia dan Lampung Post.

MetroTV
JenisJaringan televisi
SloganKnowledge to Elevate
NegaraIndonesia
BahasaBahasa Indonesia (utama)
Bahasa Inggris (sekunder)
Bahasa Mandarin (tersier)
PendiriSurya Paloh
Sumita Tobing[1]
Tanggal peluncuran25 November 2000
Kantor pusatGedung Media Group, Jalan Pilar Mas Raya Kav. A–D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Indonesia
PemilikMedia Group
Anggota jaringanlihat #Jaringan siaran
Tokoh kunciDon Bosco Selamun (Direktur Utama)
Mohammad Mirdal Akib (Direktur Pelaksana)
Format gambar1080i HDTV 16:9
(diturunkan menjadi 576i 16:9 untuk umpan SDTV)
Satelit
Kabel
IPTV
Televisi Internet
Situs webwww.metrotvnews.com
MetroTV
PT Media Televisi Indonesia
Gedung Media Group di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, yang juga menjadi kantor MetroTV
Jakarta Barat, DKI Jakarta
Indonesia
SaluranDigital: 31 UHF
Virtual: 22 (HD), 100 (SD)
SloganKnowledge to Elevate
Pemrograman
AfiliasiMetroTV (stasiun induk)
Kepemilikan
PemilikBimantara Citra (2001–2003)[2][3]
Media Group (2000–sekarang)
Magna Channel (2019–sekarang)
BN Channel (2019–sekarang)
Metro Globe Network (2021–sekarang)
Sebelumnya:
RCTI (2001–2003)
Global TV (2001–2003)
TVMP (2007–2009)
Celebes TV (2011–2013)
Riwayat
Siaran perdana
25 November 2000
Bekas nomor kanal
57 UHF (analog)
32 UHF (digital, DVB-T2)
46 UHF (digital, DVB-T)[4]
Kemungkinan berasal dari kata Metropolitan atau Media Elektronik
Informasi teknis
Otoritas perizinan
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
ERP10 kW (digital)
Koordinat transmiter-6.2187119,106.7298774
Pranala
Situs webwww.metrotvnews.com

Sejarah

PT Media Televisi Indonesia mendapat izin siaran No. 800/MP/PM/1999 pada 25 Oktober 1999,[5] setelah memenangkan seleksi pendirian televisi yang diumumkan Departemen Penerangan di tanggal 12 Oktober 1999 bersama 4 perusahaan televisi baru lainnya (DVN TV, PRTV, Trans TV dan GIB). Saat itu, namanya sempat disebutkan di berbagai media massa sebagai MTI TV (Media Televisi Indonesia) dengan cakupan hanya sebagai televisi lokal di Jakarta.[6][7] MetroTV awalnya dirintis oleh dua orang: Surya Paloh, pemilik Media Indonesia Group (kelompok usaha yang juga memiliki surat kabar Media Indonesia), dan Sumita Tobing (seorang eksekutif pertelevisian yang pernah bekerja di TVRI dan SCTV). Sumita-lah yang mendapatkan izin bagi mendirikan MetroTV, namun kemudian ia mengundurkan diri karena adanya niat Paloh untuk melakukan kerjasama dengan Bimantara Citra yang merupakan perusahaan Cendana.[8] Walaupun demikian, rencana Paloh untuk mendirikan televisi berita tetap berlanjut, dan setelah direncanakan pada April, Juni dan Desember 2000,[9] MetroTV resmi memulai siarannya pada 25 November 2000, awalnya mengudara di 7 kota di seluruh Indonesia selama 20 jam sehari.[10][11]

Paloh kemudian tetap melanjutkan rencana kerjasamanya dengan Bimantara, perusahaan yang dimiliki oleh Bambang Trihatmodjo. Paloh dan Bambang Tri memang dikenal sudah bersahabat sejak lama, dan mereka juga berasal dari partai yang sama, yaitu Golkar.[12] Kerjasama ini diwujudkan ketika beberapa saat setelah televisi ini mulai beroperasi pada 2001, Bimantara menyuntikkan dana senilai Rp 400 miliar ke MetroTV dan mendapat 25% sahamnya. Saham ini, menurut perjanjian keduanya, boleh dibeli lagi oleh Paloh sebelum jatuh tempo pada Desember 2003. Selain itu, Bimantara juga meminjamkan dana Rp 80 miliar dengan jaminan 12.000 saham tambahan milik Paloh di MetroTV dan memberikan dana sebanyak Rp 125 miliar. Dalam rencana awalnya, MetroTV direncanakan Bimantara sebagai pelengkap dari stasiun TV yang sudah mereka miliki, yaitu RCTI sehingga mereka akan bermain di ranah televisi berita maupun hiburan.

Pada awal bersiaran, MetroTV mengudara selama 12 jam, yang kemudian pada tanggal 1 April 2001, diperpanjang menjadi 24 jam, menjadikannya televisi berita pertama di Indonesia, sekaligus televisi yang pertama bersiaran 24 jam. Pada awalnya, MetroTV beroperasi dengan hanya mengandalkan 220 orang (180 reporter dan 40 kameramen).[11] Seiring perkembangan dan kebutuhan, MetroTV mempekerjakan lebih dari 900 orang, sebagian besar di ruang berita dan daerah produksi.

 
Logo pertama MetroTV dengan kepala Elang Bondol (25 November 2000-20 Mei 2010)

Seiring waktu, kepemilikan di Bimantara berubah dari sebelumnya dikuasai Bambang Tri menjadi oleh Hary Tanoesoedibjo. Pada Juni 2003, Bimantara kemudian memutuskan untuk menjual 25% sahamnya di MetroTV kepada PT Centralindo Pancasakti Cellular. Selain menjual sahamnya, piutang Rp 80 miliar Bimantara juga dijual ke MetroTV. Penjualan ini didasarkan oleh MetroTV yang tidak mendapatkan keuntungan dan terus merugi.[3][13] Walaupun memang tidak ada catatan bahwa Paloh memiliki saham di Centralindo, namun dalam konferensi pers, Paloh menyatakan ia berada di belakang PT Centralindo, sehingga kemungkinan ada semacam kesepakatan antara Paloh dan Centralindo (atau pemegang saham lama). Penjualan itu menyebabkan 100% saham MetroTV dipegang oleh Surya Paloh sampai sekarang. Pasca akuisisi itu, ditargetkan MetroTV mendapat titik impas-nya pada 2010. Pendapatannya pada Juli 2005 diperkirakan 70% dari acara berita, sedangkan sisanya dari acara bersponsor.[14]

Dibandingkan dengan jaringan televisi lain yang lebih berkonsep hiburan, MetroTV sudah mencanangkan untuk menjadi televisi berita 24 jam pertama di Indonesia. Konsepnya mencontoh televisi berita Amerika Serikat, CNN dengan titik berat program berita (hard dan soft news), gelar wicara, ulasan terkini, dan dokumenter, meskipun awalnya juga menargetkan program berita yang dikemas sebagai hiburan seperti infotainment.[15][16] Program berita yang ditayangkan, termasuk Headline News (program berita satu jam sekali, dicontoh dari CNN);[17] Metro Xin Wen (program berita berbahasa Mandarin pertama di Indonesia); dan Indonesia Now (siaran internasional berbahasa Inggris pertama di Indonesia yang dapat disaksikan dari seluruh dunia). Paloh disebutkan memiliki visi besar dalam pendirian MetroTV: menghadirkan citra berbeda di televisi, yang pada saat itu didominasi program sinetron dan kekerasan. Modal yang disiapkan dalam pendirian MetroTV adalah Rp 200 miliar, dan demi membantu siarannya, Paloh sudah merekrut beberapa wartawan dan jurnalis senior, seperti Desi Anwar, Andy F. Noya dan Zsa Zsa Yusharyahya.[10] Hingga saat ini, MetroTV masih dianggap sebagai salah satu jaringan televisi yang memiliki pembawa acara berita terbanyak di Indonesia. Namun, dalam perkembangannya, MetroTV kemudian juga memasukkan unsur hiburan dalam program-programnya, meski tetap dalam koridor berita. Salah satunya adalah e-Lifestyle, yakni program gelar wicara yang membahas teknologi informasi dan telekomunikasi.

Pada bulan Agustus 2019, TVRI bersama dua televisi swasta nasional (MetroTV dan Trans7) dan Kemenkominfo secara resmi meluncurkan siaran televisi digital untuk wilayah-wilayah perbatasan Indonesia di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Dengan tujuan agar masyarakat di seluruh wilayah Indonesia bisa menyaksikan acara terbaik dan berkualitas yang ditayangkan seluruh TV nasional dan lokal dengan gambar dan suara yang lebih tajam, bersih, dan jernih serta teknologi yang lebih canggih dari televisi analog, tanpa membutuhkan biaya seperti televisi berlangganan (hanya sekali bayar untuk membeli antena dan dekoder). Yang paling utama dan terpenting masyarakat sudah siap untuk melakukan migrasi (peralihan) TV analog ke digital dalam rangka menghadapi ASO (Analog Switch Off) yang akan diberlakukan pemerintah Republik Indonesia dalam waktu dekat ini.[18]

Identitas

Logo dan slogan baru

 
Lambang MetroTV (20 Mei 2010-sekarang), digunakan sebagai logo on-air sejak 25 November 2020.

Pada tanggal 20 Mei 2010, MetroTV memperkenalkan logo dan slogan barunya, yaitu Knowledge to Elevate. Logo baru tetap menggunakan lambang burung elang dan warna dasar biru dan kuning, tetapi dengan jenis huruf Handel Gothic kursif yang memberikan kesan modern, segar dan futuristik. Penempatan logo pun juga diubah dari posisi semula di pojok kanan atas menjadi di pojok kanan bawah, penempatan ini pun berbeda dari kebanyakan stasiun/jaringan televisi yang ada di Indonesia yang letaknya masih di pojok kanan/kiri atas. Sejak 17 Oktober 2016, logo tersebut kini ditempatkan di sebelah newsticker di pojok kanan paling bawah. Pada tahun 2019, warna pada logo on-air MetroTV berubah dari biru dengan latar belakang putih menjadi putih dengan latar belakang biru untuk siaran Prime Time setiap hari dari pukul 16.00-21.00 WIB. Dan sejak 25 November 2020, bertepatan dengan hari jadinya yang ke-20, MetroTV kembali memperbarui logo on-air-nya di pojok kanan bawah dengan menyisakan lambang elang yang sudah digunakan dari tahun 2010, tetapi dengan menambahkan tulisan "METRO TV" dibawahnya pada saat itu.

Perkembangan slogan

Slogan utama

  • Leading the Change (2007–2008)
  • Be Smart Be Informed (2008–2010)
  • Knowledge to Elevate (2010–sekarang)

Slogan spesial HUT

  • News Media Telecast Service (1 Tahun MetroTV)
  • All for the Best (2 Tahun MetroTV)
  • Triple Star, Triple Experience (3 Tahun MetroTV)
  • Excellent Four (4 Tahun MetroTV)
  • Moment of Hope (5 Tahun MetroTV)
  • Proud of Dedication (6 Tahun MetroTV)
  • Leading the Change (7 Tahun MetroTV)
  • Proud of our Nation (8 Tahun MetroTV)
  • Cinta Negeriku (9 Tahun MetroTV)
  • Ten Years for the Nation (10 Tahun MetroTV)
  • Menuju Indonesia Gemilang (11 Tahun MetroTV)
  • Bersama Menginspirasi Bangsa (12 Tahun MetroTV)
  • Tetap Terbaik (13 Tahun MetroTV)
  • Semakin Terpercaya (14 Tahun MetroTV)
  • Membangun Bangsa Berdaya (15 Tahun MetroTV)
  • Menggerakan Harapan Bangsa (16 Tahun MetroTV)
  • Adiwarna Bangsa (17 Tahun MetroTV)
  • Melangkah Bersama Untuk Indonesia (18 Tahun MetroTV)
  • Menebar Inspirasi (19 Tahun MetroTV)
  • Terima Kasih Indonesia (20 Tahun MetroTV)
  • Kebersamaan Memberi Arti (21 Tahun MetroTV)
  • Bangkit Bergerak Bersama (22 Tahun MetroTV)

Kontroversi

Peristiwa penyanderaan kru MetroTV

Pada 18 Februari 2005, Meutya Hafid dan rekannya, juru kamera, Budiyanto diculik dan disandera oleh sekelompok pria bersenjata ketika sedang bertugas di Irak. Kontak terakhir MetroTV dengan Meutya adalah pada 15 Februari, tiga hari sebelumnya. Mereka akhirnya dibebaskan pada 21 Februari 2005. Sebelum ke Irak, Meutya juga pernah meliput tragedi tsunami di Aceh. Pada tanggal 28 September 2007, Meutya melaunching buku yang ia tulis sendiri, yaitu 168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun turut menyumbangkan tulisan untuk bagian pengantar dari buku ini. Selain presiden, beberapa tokoh lainnya pun menyumbangkan tulisannya yakni Don Bosco Selamun (Pemimpin Redaksi MetroTV 2003-2005) dan Marty Natalegawa (Mantan Juru Bicara Departemen Luar Negeri).[19]

Berjilbab saat membawakan berita

MetroTV pernah dikecam karena melarang salah satu presenternya, Sandrina Malakiano, mengenakan jilbab pada saat siaran, meskipun Sandrina sudah memperjuangkannya selama berbulan-bulan dengan mengajak jajaran pimpinan level atas MetroTV untuk berdiskusi panjang.[20] Larangan inilah yang menyebabkan Sandrina keluar dari MetroTV pada Mei 2006.[21] Menurut pihak MetroTV, mereka hanya akan mengizinkan presenternya berjilbab di depan kamera ketika Ramadan atau hari-hari besar Islam.

Netralitas

Secara umum, netralitas MetroTV sering kali dipertanyakan, salah satunya oleh KPI karena dianggap memberikan porsi pemberitaan mengenai Partai Nasdem lebih banyak dibanding partai lain. Pada pemilihan umum Presiden 2014, MetroTV memperoleh kritikan tajam karena memberikan porsi berita lebih banyak kepada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla ketimbang pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.[22] Kritikan yang sama juga dilontarkan kepada 4 jaringan televisi lainnya.[23] KPI secara pribadi juga menyorot MetroTV dan tvOne karena dianggap tidak berimbang dalam pemberitaan seputar Pilpres 2014.[24]

Jaringan siaran

Terestrial

Hingga tahun 2020, MetroTV didukung oleh 52 stasiun pemancar,[25] seluruhnya dimiliki oleh MetroTV. Berikut ini adalah stasiun afiliasi dan pemancar MetroTV (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan dengan stasiun lokal). Data dikutip dari data Izin Penyelenggaraan Penyiaran Kominfo.[26]

Nama Perusahaan Nama Stasiun Daerah Frekuensi Analog (PAL) Frekuensi Digital (DVB-T2) [27] Nama Multipleksing Digital (DVB-T2)[28]
PT Media Televisi Indonesia MetroTV DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi off air (57 UHF) 31 UHF MetroTV Jakarta
PT Media Televisi Balikpapan MetroTV Balikpapan Balikpapan 54 UHF 29 UHF MetroTV Balikpapan
PT Media Televisi Padang MetroTV Bukittinggi Bukittinggi, Padang Panjang 52 UHF 42 UHF MetroTV Bukittinggi
PT Media Televisi Denpasar MetroTV Bali Kota Denpasar, Singaraja, Karangasem 37 UHF 36 UHF MetroTV Denpasar, Singaraja dan Karangasem
PT Dewata Citratama Televisi 26 UHF
PT Media Televisi Gorontalo MetroTV Gorontalo Gorontalo 42 UHF 31 UHF Trans TV Gorontalo, Boliyohuto, Kwandang dan Tilamuta
PT Media Televisi Bandung[27] MetroTV Jawa Barat Bandung, Cimahi, Padalarang, Cianjur 56 UHF 32 UHF MetroTV Bandung
Garut 56 UHF 28 UHF MetroTV Garut
Cirebon off air 32 UHF MetroTV Cirebon
Tasikmalaya, Ciamis 33 UHF MetroTV Tasikmalaya
Sukabumi 32 UHF MetroTV Sukabumi
Cianjur Selatan 27 UHF MetroTV Cianjur Selatan
Majalengka 34 UHF MetroTV Majalengka
PT Media Televisi Yogyakarta MetroTV Jateng & DIY[29] Yogyakarta, Wonosari, Solo, Sleman, Wates 42 UHF 27 UHF MetroTV Yogyakarta
PT Media Televisi Semarang[27] Semarang, Ungaran, Kendal, Demak, Jepara, Kudus, Pati, Rembang 43 UHF 36 UHF MetroTV Semarang
Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan off air 39 UHF MetroTV Tegal
Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, Cilacap off air 34 UHF MetroTV Banyumas
Blora, Cepu 34 UHF MetroTV Blora
PT Media Televisi Lestari Satu MetroTV Batam Batam off air 46 UHF Trans TV Batam
MetroTV Jawa Timur[30] Surabaya, Lamongan, Gresik, Mojokerto, Pasuruan, Bangkalan 54 UHF 25 UHF MetroTV Surabaya
PT Media Televisi Lestari Dua Jember off air 46 UHF MetroTV Jember
PT Media Televisi Lestari Empat Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo off air 34 UHF MetroTV Madiun
PT Media Televisi Lestari Lima Kediri, Pare, Kertosono, Jombang, Blitar, Tulungagung 54 UHF 47 UHF MetroTV Kediri
PT Media Televisi Lestari Enam Tuban, Bojonegoro 47 UHF MetroTV Bojonegoro
PT Malang Infrakomindo Televisi Malang 56 UHF 47 UHF MetroTV Malang
PT Media Televisi Indonesia Pacitan 39 UHF MetroTV Pacitan
Banyuwangi 34 UHF MetroTV Banyuwangi
Situbondo, Bondowoso 38 UHF MetroTV Situbondo
Pamekasan, Sumenep 54 UHF 39 UHF MetroTV Pamekasan
PT Media Televisi Pontianak MetroTV Kalimantan Barat Pontianak 29 UHF 47 UHF Indosiar Pontianak
PT Media Televisi Banjarmasin MetroTV Kalimantan Selatan Banjarmasin, Martapura, Marabahan 24 UHF 45 UHF MetroTV Banjarmasin
Amuntai 41 UHF MetroTV Amuntai
Tabalong 30 UHF MetroTV Tabalong
MetroTV Kalimantan Timur Samarinda 51 UHF 43 UHF MetroTV Samarinda
Sangatta 42 UHF MetroTV Sangatta
Tanjung Redeb, Berau 38 UHF MetroTV Tanjung Redeb
Sendawar 45 UHF MetroTV Sendawar
Tanah Grogot 40 UHF MetroTV Tanah Grogot
MetroTV Kalimantan Utara Tanjung Selor, Tarakan 45 UHF MetroTV Tarakan / MetroTV Tanjung Selor
Malinau 48 UHF MetroTV Malinau
Nunukan 42 UHF MetroTV Nunukan
PT Media Televisi Palangkaraya MetroTV Kalimantan Tengah Palangka Raya 43 UHF 36 UHF SCTV Palangkaraya
PT Media Televisi Ambon MetroTV Maluku Ambon 42 UHF 33 UHF TVRI Bukit Greser
PT Media Televisi Ternate MetroTV Ternate Ternate 42 UHF 40 UHF Trans TV Ternate
PT Media Televisi Mataram MetroTV NTB Mataram 28 UHF 35 UHF MetroTV Mataram / MetroTV Pujut
PT Media Televisi Kupang MetroTV NTT Kupang 42 UHF 41 UHF MetroTV Kupang
PT Media Televisi Jayapura MetroTV Papua Jayapura 28 UHF 34 UHF Trans7 Jayapura
PT Media Televisi Makassar MetroTV Sulawesi Selatan Makassar, Maros, Sungguminasa, Pangkajene 39 UHF 34 UHF MetroTV Makassar
PT Media Televisi Nusantara Lima MetroTV Sumatera Barat Padang, Pariaman 39 UHF 42 UHF MetroTV Padang
MetroTV Sumatera Selatan[31] Palembang 34 UHF 32 UHF Indosiar Palembang / Indosiar Lempuing
PT Media Televisi Jambi MetroTV Jambi[32] Jambi 37 UHF 29 UHF Indosiar Jambi
PT Media Televisi Bengkulu MetroTV Bengkulu Bengkulu 42 UHF 31 UHF Indosiar Bengkulu
PT Media Televisi Bangka Belitung MetroTV Babel Pangkal Pinang 35 UHF 39 UHF MetroTV Pangkalpinang
PT Media Televisi Lampung MetroTV Lampung[33] Bandar Lampung, Kota Metro, Kalianda, Kotabumi, Pringsewu 36 UHF 39 UHF MetroTV Bandar Lampung / MetroTV Pringsewu
PT Media Televisi Nusantara Enam MetroTV Riau Pekanbaru 42 UHF 33 UHF Trans TV Pekanbaru / Trans TV Kampar
PT Media Televisi Palu MetroTV Sulawesi Tengah Palu 49 UHF 38 UHF SCTV Palu
PT Media Televisi Kendari MetroTV Sulawesi Tenggara Kendari, Konawe 42 UHF 39 UHF MetroTV Kendari dan Konawe
PT Media Televisi Manado MetroTV Sulawesi Utara Manado 42 UHF 38 UHF MetroTV Manado
PT Media Televisi Medan MetroTV Sumatera Utara Medan 39 UHF 36 UHF MetroTV Medan
PT Media Televisi Banda Aceh Pematang Siantar, Kisaran 44 UHF MetroTV Pematangsiantar
Rantau Prapat 30 UHF MetroTV Rantau Prapat
Balige 48 UHF MetroTV Balige
Sidikalang 42 UHF MetroTV Sidikalang
Sibolga 42 UHF MetroTV Sibolga
Padang Sidempuan 41 UHF MetroTV Padangsidempuan
Panyabungan 48 UHF MetroTV Panyabungan
Gunung Sitoli 41 UHF MetroTV Gunung Sitoli
MetroTV Aceh Banda Aceh 32 UHF 41 UHF MetroTV Banda Aceh
Sabang 39 UHF MetroTV Sabang
Bireuen 40 UHF MetroTV Bireuen
Meulaboh 41 UHF MetroTV Meulaboh
Takengon 42 UHF MetroTV Takengon
Lhokseumawe 41 UHF MetroTV Lhokseumawe
Kutacane 41 UHF MetroTV Kutacane
Singkil 41 UHF MetroTV Singkil
Simeulue 39 UHF MetroTV Simeulue
Langsa 42 UHF MetroTV Langsa
PT Media Televisi Jaya Empat MetroTV Sumedang Sumedang 57 UHF 34 UHF MetroTV Sumedang
PT Media Televisi Jaya Lima MetroTV Kuningan Kuningan 35 UHF
PT Banten Infrakomindo Televisi MetroTV Banten Malingping, Lebak 33 UHF MetroTV Malingping
Banyuasin 36 UHF
Kandangan, Rantau 37 UHF 41 UHF MetroTV Kandangan
Bengkalis 37 UHF
Kolaka 35 UHF
Kotabaru 33 UHF 42 UHF MetroTV Kotabaru
Merauke 30 UHF
Pangkalan Bun 35 UHF
Serang 31 UHF 32 UHF MetroTV Serang
Bontang 40 UHF MetroTV Bontang
Sigli 40 UHF MetroTV Sigli
Sinabang 39 UHF MetroTV Sinabang

Satelit

Satelit-satelit yang digunakan oleh MetroTV:[34]

  • Telkom 4 (FTA)
  • ChinaSat 10 (Skynindo)
  • AsiaSat 9 (Kugosky)
  • SES 7 (MNC Vision)
  • SES 9 (Nex Parabola, Matrix Garuda)
  • Measat 3b (TransVision)

Ketersediaan di ponsel dan tablet PC

MetroTV News juga tersedia di iOS (App Store) dan Android (Google Play) yang dapat diunduh secara gratis.

Direksi

Daftar direktur utama

No Nama Awal jabatan Akhir jabatan
1 Surya Paloh 1999 2006
2 Wisnu Hadi 2006 2011
3 Adrianto Machribie 2011 2017
4 Suryopratomo 2017 2019
5 Don Bosco Selamun 2019 sekarang

Direksi saat ini

Struktur dewan direksi MetroTV saat ini adalah sebagai berikut:[35]

No Nama Jabatan
1 Don Bosco Selamun Direktur Utama
2 Mohammad Mirdal Akib Direktur Pelaksana
3 Arief Suditomo Direktur Pemberitaan
4 Agus Mulyadi Direktur Program dan Pengembangan
5 Meniek Andini Direktur Penjualan dan Pemasaran
6 Arif Nugroho Direktur Keuangan, Hubungan Masyarakat dan Dukungan Teknis
7 Budiyanto Pemimpin Redaksi

Acara

Penyiar

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Sumita Tobing". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-18. Diakses tanggal 2021-11-18. 
  2. ^ Artikel dari majalah Gatra: Bos, jangan bersaing
  3. ^ a b Ekonomi Politik Media Penyiaran
  4. ^ Sekedar berbagi info:...
  5. ^ Proses kerja staf produksi desk megasos – hukrim (megapolitan sosial budaya hukum kriminal) pada metro tv
  6. ^ Membuka Kejadian Menonjol Media Massa Indonesia Sejak Era Reformasi Sampai 2000
  7. ^ Jejak Bisnis Chairul Tanjung
  8. ^ Sebaran Kerajaan Cendana di Bisnis Pertelevisian
  9. ^ AsiaCom: Asia-Pacific TV, Cable, Satellite, and Telecommunications, Volume 5
  10. ^ a b Seabad pers kebangsaan, 1907-2007
  11. ^ a b Default HIBURAN: STASIUN TELEVISI BARU SEGERA MUNCUL
  12. ^ Televisi Jakarta di atas Indonesia: Kisah Kegagalan Sistem Televisi Berjaringan di Indonesia
  13. ^ Demokrasi dan globalisasi: meretas jalan menuju kejatidirian
  14. ^ Target BEP Metro TV 2010
  15. ^ Gamma, Volume 2,Masalah 33-40
  16. ^ Imagi-Nations and Borderless Television: Media, Culture and Politics Across Asia
  17. ^ Bekerja Sebagai News Presenter
  18. ^ "Kemenkominfo". 2019-09-02. Diakses tanggal 2019-09-07. 
  19. ^ "Tabloid Diplomasi: Meutya dibebaskan oleh penyandera karena berwarga negara Indonesia". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-08-26. Diakses tanggal 2015-01-28. 
  20. ^ "Salinan curhat Sandrina Malakiano di akun facebooknya". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-16. Diakses tanggal 2015-04-17. 
  21. ^ Sandrina Malakiano, dengan Islam Jadi Lebih Sabar dan Ikhlas di Republika Online
  22. ^ http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/32095-peringatan-tentang-pemberitaan-pasangan-calon-presiden-dan-wakil-presiden-tv-one
  23. ^ http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/32097-pernyataan-bersama-dewan-pers-dan-komisi-penyiaran-indonesia-tentang-independensi-media-penyiaran
  24. ^ http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/32130-kpi-imbau-pengelola-tv-jaga-independensi-pemberitaan
  25. ^ Dongoran, Hussein Abri (2020). "Modal Besar TVRI: Ratusan Pemancar, Aset Triliunan, dan APBN". Tempo.co. Diakses tanggal 3 Agustus 2020. 
  26. ^ DAFTAR IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN TELEVISI YANG SUDAH DITERBITKAN OLEH MENTERI KOMINFO SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2017
  27. ^ a b c Peta ISR TV Digital - SDPPI Maps
  28. ^ "Dashboard TV Digital". Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Diakses tanggal 23 Januari 2022. 
  29. ^ Kanal MetroTV Jateng & DIY di YouTube
  30. ^ metrotv jatim
  31. ^ METROTV Sumsel
  32. ^ Station ID metro TV jambi 2016 - 2017 (full version)
  33. ^ https://metrotvlampung.com/ Situs resmi Lampung
  34. ^ LyngSat
  35. ^ https://www.metrotvnews.com/about

Pranala luar