Kalimantan Tengah

provinsi di Pulau Kalimantan, Indonesia

Kalimantan Tengah (disingkat Kalteng) adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Kota Palangka Raya. Berdasarkan sensus tahun 2010, provinsi ini memiliki populasi 2.202.599 jiwa, yang terdiri atas 1.147.878 laki-laki dan 1.054.721 perempuan. Data BPS Kalimantan Tengah tahun 2023 menunjukkan penduduk provinsi ini tahun 2023 bertambah menjadi 2.741.100 (Laki-laki 1.420.900 jiwa dan perempuan 1.320.200 jiwa).[2] Kalimantan Tengah mempunyai 13 kabupaten dan 1 kota.[2][3]

Kalimantan Tengah
Dari kiri ke kanan, atas ke bawah: Rumah Betang, Tugu Ikan Jelawat Sampit, Bundaran Besar Kapuas, Lawang sakepeng, Kota Palangka Raya, Gereja GKE Hampatung, Masjid Raya Darussalam Palangka Raya.
Bendera Kalimantan Tengah
Julukan: 
Bumi Pancasila, Bumi Tambun Bungai
Motto: 
Isen mulang
(Dayak Ngaju/Sangen) Pantang mundur
Peta
Peta
Negara Indonesia
Dasar hukum pendirianUU Darurat RI No.10 Tahun 1957[1]
Hari jadi23 Mei 1957; 67 tahun lalu (1957-05-23)
Ibu kotaKota Palangka Raya
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 13
  • Kota: 1
  • Kecamatan: 136
  • Kelurahan: 139
  • Desa: 1.432
Pemerintahan
 • GubernurSugianto Sabran
 • Wakil GubernurEdy Pratowo
 • Sekretaris DaerahNuryakin
 • Ketua DPRDWiyatno
Luas
 • Total153.564,50 km2 (59,291,58 sq mi)
Populasi
 (2022)[2]
 • Total2.741.100
 • Kepadatan17/km2 (40/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam 74,30%
Kristen 20,00%
- Protestan 16,66%
- Katolik 3,34%
Hindu/Kaharingan 5,55%
Buddha 0,11%
Konghucu 0,01%
Lainnya 0,03%[2][3]
 • BahasaIndonesia (resmi)
Dayak (dominan)
Dayak Ngaju
Dayak Bakumpai, Banjar, Bugis, Jawa, Madura, Melayu
Melayu Kotawaringin
 • IPMKenaikan 71,63 (2022)
tinggi[4]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
73xxx-74xxx
Kode area telepon
Daftar
  • 0513 - Muara Teweh
  • 0522 - Ampah (Dusun Tengah, Barito Timur)
  • 0525 - Buntok
  • 0526 - Tamiang Layang
  • 0528 - Purukcahu
  • 0531 - Sampit
  • 0532 - Pangkalan Bun, Kumai
  • 0536 - Palangkaraya, Kasongan
  • 0537 - Kuala Kurun
  • 0538 - Kuala Pembuang
  • 0539 - Kuala Kuayan (Mentaya Hulu, Kotawaringin Timur)
Kode ISO 3166ID-KT
Pelat kendaraanKH
Kode Kemendagri62 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS62 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp 4.412.108.656.900,- (2018)
PADRp 1.400.710.256.900,- (2018)
DAURp 1.614.203.045.000,- (2020)[5]
Lagu daerah
  • "Isen Mulang"
  • "Mamangun Mahaga Lewu"
  • "Kalayar"
  • "Naluya"
  • "Palu Cempang Pupoi"
  • "Saluang Kitik-kitik"
  • "Manasai"
  • "Tumpi Wayu"
Rumah adatHuma Betang (Rumah Betang / Rumah Lewu)
Senjata tradisionalMandau
Flora resmiKapulasan
Fauna resmiKuau-kerdil kalimantan
Situs webkalteng.go.id
Peta Administrasi Provinsi Kalimantan Tengah

Sejarah

Sejarah awal

Menurut legenda suku Dayak yang berasal dari Panaturan Tetek Tatum yang ditulis oleh Tjilik Riwut mengisahkan orang pertama yang menempati bumi atau menginjakan kakinya di Kalimantan adalah Raja Bunu. Pada abad ke-14 Maharaja Supayaryanata, gubernur Majapahit memerintah di Kerajaan Negara Dipa (Amuntai) yang berpusat di Candi Agung dengan wilayah mandalanya dari Tanjung Silat sampai Tanjung Puting dengan daerah-daerah yang disebut Sakai, yaitu daerah batang sungai Barito, Tabalong, Balangan, Pitap, Alai, Amandit, Labuan Amas, Biaju Kecil (Kapuas-Murung), Biaju Besar (Kahayan), Sebangau, Mendawai, Katingan, Sampit dan Pembuang dengan kepala-kepala daerahnya masing-masing yang disebut Mantri Sakai (Kepala Distrik), sedangkan wilayah Kotawaringin pada masa itu merupakan kerajaan tersendiri.[6] Kerajaan Negara Dipa dilanjutkan oleh Kerajaan Negara Daha dengan raja pertamanya Miharaja Sari Babunangan Unro miharaja= maharaja. Raja tersebut telah mengantar salah seorang puteranya yang bernama Raden Sira Panji Kesuma alias Uria Gadung (Uria= Aria) untuk memegang kekuasaan wilayah Tanah Dusun [atau Barito Raya] yang berkedudukan di JAAR – SANGGARWASI.

Sebelum abad XIV, daerah Kalimantan Tengah termasuk daerah yang masih murni, belum ada pendatang dari daerah lain. Saat itu satu-satunya alat transportasi adalah perahu. Tahun 1350 Kerajaan Hindu mulai memasuki daerah Kotawaringin. Tahun 1365, Kerajaan Hindu dapat dikuasai oleh Kerajaan Majapahit. Beberapa kepala suku diangkat menjadi Menteri Kerajaan.

Tahun 1520, pada waktu pantai di Kalimantan bagian selatan dikuasai oleh Kesultanan Demak, agama Islam mulai berkembang di Kotawaringin. Tahun 1615 Kesultanan Banjar mendirikan Kerajaan Kotawaringin, yang meliputi daerah pantai Kalimantan Tengah. Daerah-daerah tersebut ialah: Sampit, Mendawai, dan Pembuang. Sedangkan daerah-daerah lain tetap bebas secara otonom menjalankan hukum adat Dayak-Kaharingan, dipimpin langsung oleh para kepala suku, bahkan banyak dari antara mereka yang menarik diri masuk ke pedalaman. Di daerah Pematang Sawang Pulau Kupang, dekat Kapuas, Kota Bataguh pernah terjadi perang besar. Perempuan Dayak bernama Nyai Undang memegang peranan dalam peperangan itu. Nyai Undang didampingi oleh para kesatria gagah perkasa, di antaranya Tambun, Bungai, Andin Sindai, dan Tawala Rawa Raca. Di kemudian hari nama pahlawan gagah perkasa Tambun Bungai, menjadi nama Kodam XI Tambun Bungai, Kalimantan Tengah.

Wilayah Kesultanan

Pada abad ke-16, Kalimantan Tengah masih termasuk dalam wilayah mandala Kesultanan Banjar, penerus Negara Daha yang telah memindahkan ibu kota ke hilir sungai Barito tepatnya di Banjarmasin, dengan wilayah mandalanya yang semakin meluas meliputi daerah-daerah dari Tanjung Sambar sampai Tanjung Aru. Pada abad ke-16, berkuasalah Raja Maruhum Panambahan yang beristrikan Nyai Siti Biang Lawai, seorang putri Dayak anak Patih Rumbih dari Biaju. Tentara Biaju kerapkali dilibatkan dalam revolusi di istana Banjar, bahkan dengan aksi pemotongan kepala (ngayau) misalnya saudara muda Nyai Biang Lawai bernama Panglima Sorang yang diberi gelar Nanang Sarang membantu Raja Maruhum menumpas pemberontakan anak-anak Kiai Di Podok. Selain itu orang Biaju (sebutan Dayak pada zaman dahulu) juga pernah membantu Pangeran Dipati Anom (ke-2) untuk merebut takhta dari Sultan Ri'ayatullah.

Raja Maruhum menugaskan Dipati Ngganding untuk memerintah di negeri Kotawaringin. Dipati Ngganding digantikan oleh menantunya, yaitu Pangeran Dipati Anta-Kasuma putra Raja Maruhum sebagai raja Kotawaringin yang pertama dengan gelar Ratu Kota Waringin. Pangeran Dipati Anta-Kasuma adalah suami dari Andin Juluk binti Dipati Ngganding dan Nyai Tapu binti Mantri Kahayan. Di Kotawaringin Pangeran Dipati Anta-Kasuma menikahi wanita setempat dan memperoleh anak, yaitu Pangeran Amas dan Putri Lanting.[6] Pangeran Amas yang bergelar Ratu Amas inilah yang menjadi raja Kotawaringin, penggantinya berlanjut hingga Raja Kotawaringin sekarang, yaitu Pangeran Ratu Alidin Sukma Alamsyah. Kontrak pertama Kotawaringin dengan VOC-Belanda terjadi pada tahun 1637.[7] Menurut laporan Radermacher, pada tahun 1780 telah terdapat pemerintahan pribumi seperti Kyai Ingebai Suradi Raya kepala daerah Mendawai, Kyai Ingebai Sudi Ratu kepala daerah Sampit, Raden Jaya kepala daerah Pembuang dan kerajaan Kotawaringin dengan rajanya yang bergelar Ratu Kota Ringin[8]

Pendudukan Portugis dan Misionaris Kristen

Orang-orang Portugis dari Makau sudah berdagang ketika VOC-Belanda tiba di Banjarmasin pada tahun 1679 dengan maksud mengamankan perdagangan itu dan mengusir pedagang negara Makao dari pasar itu. Ambisi para pedagang negara Portugis yang terlibat dalam pasar ini lebih besar daripada yang dibayangkan oleh VOC-Belanda. Kompeni mengetahui bahwa karena perebutan kekuasaan internal, Sultan Dipati Anom (Raden Kasuma Lelana) ditantang oleh kedua keponakannya, dua putra Sultan Ratu Anom (Raden Kasuma Alam gelar Sultan Saidullah 1), yakni Suria Angsa dan Suria Negara, dan bantuan Portugis tersebut telah didaftar sebagai pemberontak melawan Sultan Dipati Anom (Raden Kasuma Lelana gelar Pangeran Suria Nata 2). Portugis dari Macao memulai upaya pertama mereka untuk memonopoli produksi lada Banjarmasin. Kebijakan intervensi Portugis dan mendukung penggulingan Sultan Dipati Anom akhirnya berhasil dengan Suria Angsa menjadi Sultan dan Portugis memperoleh hak-hak komersial. Hak-hak komersial ini tidak sama dengan monopoli tetapi cukup mengecewakan VOC-Belanda, yang sudah tidak senang dengan kerusuhan politik Banjarmasin yang tak berkesudahan, bahwa Perusahaan (Kompeni) berhenti berdagang di Banjarmasin pada tahun 1681; VOC-Belanda yakin bahwa dapat mengamankan stok lada tambahan dari peningkatan produksi lada di Palembang dan Banten.[9] Pada masa kekuasaan Sultan Saidillah sekitar tahun 1685, Portugis mengirim seorang pastor bernama Ventigmilia.[10]

Jenderal Macau seperti Andrea Coelo Viera, Aloysius Francesco Cottigno, maupun Kapten Kapal Emmanuelle Araugio Graces, sama-sama ingin menjadi sponsor perjalanan pastor Antonio Ventimiglia ke tanah Borneo. Penjelajahannya dimulai per tanggal 16 Januari 1688 dari Macau. Pada tanggal 2 Februari 1688, Antonio Ventimiglia tiba di Banjarmasin dengan kapal Potugis (sekutu Sultan Suria Angsa dari Banjar), untuk mengembangkan agama Katolik di udik negeri Banjar di sepanjang sungai Barito dan akhirnya ia meninggal di udik pada tahun 1691.[11][12] Cay Deponattee (Kiai Dipanata), seorang pria dengan karakter kejujuran terbesar di antara mereka, mengatakan kepada Daniel Beeckman, bahwa beberapa tahun yang lalu datang ke bagian-bagian itu seorang pendeta Portugis, atau biarawan, yang dengan perilakunya yang sopan dan cara-caranya yang menawan telah memperoleh banyak manfaat bagi agama Kristen, tetapi tidak puas untuk berkhotbah di antara mereka, dia harus pergi ke pedesaan di antara orang-orang pedalaman yang kasar, yang disebut Byajos, yang oleh mereka dia dibunuh dengan kejam.[13][14]

Perusahaan Hindia Timur Belanda

Penyerahan Sunan Batu

Berdasarkan traktat 13 Agustus 1787, Sunan Nata Alam (sunan batu) dari Banjarmasin menyerahkan daerah-daerah di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan (termasuk Banjarmasin) kepada VOC, sedangkan Kesultanan Banjar sendiri dengan wilayahnya yang tersisa sepanjang daerah Kuin Utara, Martapura, Hulu Sungai sampai Distrik Pattai, Distrik Sihoeng dan Mengkatip menjadi daerah protektorat VOC, Belanda. Sesuai traktat 1 Januari 1817, Sultan Sulaiman dari Banjar menyerahkan Kalimantan Timur, Kalimatan Tengah, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan (termasuk Banjarmasin) kepada Hindia Belanda. CONTRACT MET DEN SULTAN VAN BANDJERMASIN 4 Mei 1826. / B 29 September 1826 No. 10, Sultan Adam al-Watsiq Billah dari Banjar menegaskan kembali penyerahan wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda.[15][16]

de facto

Semenjak Perjanjian Tumbang Anoi pada tahun 1894, secara de facto wilayah pedalaman Kalimantan Tengah tunduk kepada Hindia Belanda. Selanjutnya kepala-kepala daerah di Kalimantan Tengah berada di bawah Hindia Belanda.[17] Sekitar tahun 1850, daerah Tanah Dusun (Barito Raya) terbagi dalam beberapa daerah pemerintahan yaitu: Kiaij Martipatie, Moeroeng Sikamat, Dermawijaija, Kiaij Dermapatie, Ihanjah dan Mankatip.[18][19]

Sejak tahun 1845, Hindia Belanda membuat susunan pemerintahan untuk daerah zuid-ooster-afdeeling van Borneo [meliputi daerah sungai Kahayan, sungai Kapuas Murung, sungai Barito, sungai Negara serta Tanah Laut] selain Residen terdapat juga Rijksbestierder alias Kepala Pemerintahan Pangeran Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana. Di dalam hierarki pemerintahan tersebut terdapat nama kepala suku Dayak seperti Tumenggung Surapati dan Toemenggoeng Nicodemus Djaija Negara.[20][21]

Berdasarkan Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, daerah-daerah di wilayah ini termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling menurut Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8.[22] Daerah-daerah di Kalteng tergolong sebagai negara dependen dan distrik dalam Kesultanan Banjar.[23]

Tahun 1787, dengan adanya perjanjian antara Sultan Banjar dengan VOC, berakibat daerah Kalimantan Tengah, bahkan nyaris seluruh daerah, dikuasai VOC. Sekitar tahun 1835 misionaris Kristen mulai beraktivitas secara leluasa di selatan Kalimantan. Pada 26 Juni 1835, Barnstein, penginjil pertama Kalimantan tiba dan mulai menyebarkan agama Kristen di Banjarmasin. Pemerintah lokal Hindia Belanda malahan merintangi upaya-upaya misionaris[24] Pada tanggal 1 Mei 1859 pemerintah Hindia Belanda membuka pelabuhan di Sampit.[25]

Pemerintahan dan Organisasi Sosial

Tahun 1917, Pemerintah Hindia Belanda mulai menerapkan sistem pemerintahan Inlands Bestuur, dimana orang-orang Belanda mengangkat masyarakat pribumi untuk dijadikan petugas-petugas pemerintahannya, dengan pengawasan langsung oleh para penjajah sendiri. Sejak abad XIX, penjajah mulai mengadakan ekspedisi masuk pedalaman Kalimantan dengan maksud untuk memperkuat kedudukan mereka. Namun penduduk pribumi, tidak begitu saja mudah dipengaruhi dan dikuasai. Perlawanan kepada para penjajah mereka lakukan hingga abad XX. Perlawanan secara frontal, berakhir tahun 1905, setelah Sultan Mohamad Seman gugur sebagai kusuma bangsa di Sungai Menawing dan dimakamkan di Puruk Cahu.

Pada masa penjajahan, suku Dayak di daerah Kalimantan Tengah, sekalipun telah bersosialisasi dengan pendatang, namun tetap berada dalam lingkungannya sendiri. Tahun 1919, generasi muda Dayak yang telah mengenyam pendidikan formal, mengusahakan kemajuan bagi masyarakat sukunya dengan mendirikan Serikat Dayak dan Koperasi Dayak, yang dipelopori oleh Hausman Babu, M. Lampe, Philips Sinar, Haji Abdulgani, Sian, Lui Kamis, Tamanggung Tundan, dan masih banyak lainnya. Serikat Dayak dan Koperasi Dayak, bergerak aktif hingga tahun 1926. Sejak saat itu, Suku Dayak menjadi lebih mengenal keadaan zaman dan mulai bergerak.

Tahun 1928, kedua organisasi tersebut dilebur menjadi Pakat Dayak, yang bergerak dalam bidang sosial, ekonomi dan politik. Mereka yang terlibat aktif dalam kegiatan tersebut ialah Hausman Babu, Anton Samat, Loei Kamis. Kemudian dilanjutkan oleh Mahir Mahar, C. Luran, H. Nyangkal, Oto Ibrahim, Philips Sinar, E.S. Handuran, Amir Hasan, Christian Nyunting, Tjilik Riwut, dan masih banyak lainnya. Pakat Dayak meneruskan perjuangan, hingga bubarnya pemerintahan Belanda di Indonesia.

Tahun 1945, Persatuan Dayak yang berpusat di Pontianak, kemudian mempunyai cabang di seluruh Kalimantan, dipelopori oleh Johanes Chrisostomus Oevaang Oeray, F.C. Palaunsuka, A. Djaelani, T. Brahim, F.D. Leiden. Pada tahun 1959, Persatuan Dayak bubar, kemudian bergabung dengan PNI dan Partindo. Akhirnya Partindo Kalimantan Barat meleburkan diri menjadi IPKI. Di daerah Kalimantan Timur berdiri Persukai atau Persatuan Suku Kalimantan Indonesia di bawah pimpinan Kamuk Tupak, W. Bungai, Muchtar, R. Magat, dan masih banyak lainnya.

Tahun 1942, Kalimantan Tengah disebut Afdeeling Kapoeas-Barito yang terbagi 6 divisi.[26]

Pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah

 
Provinsi Kalimantan saat masa awal kemerdekaan, tahun 1945.

Sejak terbentuknya Provinsi Administratif Kalimantan tahun 1950, aspirasi yang menghendaki Kalimantan dibentuk lebih dari satu provinsi secara terbuka muncul dari kalangan Rakyat Dayak dalam tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Barito, Kabupaten Kapuas, dan Kabupaten Kotawaringin yang menginginkan dibentuknya Provinsi Kalimantan Tengah.[27][28]

Mulai tahun 1952, keinginan masyarakat dari tiga kabupaten agar dibentuk Provinsi Kalimantan Tengah terus disampaikan berupa pernyataan mosi, resolusi, dan lain-lain baik dari partai politik maupun organisasi sosial kemasyarakatan yang mendukung dan mendesak terbentuknya Provinsi Otonom Kalimantan Tengah.[27] Hal yang sama dilakukan oleh Ikatan Keluarga Dayak (IKAD) Banjarmasin yang memprakarsai pembentukan Panitia Penyalur Hasrat Rakyat Kalimantan Tengah (PPHRKT) di Banjarmasin yang mengeluarkan resolusi berisi tuntutan agar pemerintah pusat segera membentuk provinsi keempat yakni Provinsi Otonom Kalimantan Tengah.[27][28]

Namun, tuntutan itu belum dapat direalisasikan karena pemerintah pusat pada saat itu menyetujui dan mengesahkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 yaitu tentang Pembentukan Tiga Daerah Swatantra Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur yang berlaku terhitung tanggal 1 Januari 1957. Sementara itu, Kalimantan Tengah akan dibentuk menjadi Provinsi Otonom selambat-lambatnya dalam jangka waktu tiga tahun setelah UU tersebut berlaku.[27][28]

Masyarakat tiga kabupaten yakni Kabupaten Barito, Kapuas, dan Kotawaringin tidak puas dengan UU No. 25 Tahun 1956 dan memandangnya sebagai undang-undang yang tidak akomodatif dan tidak menjawab tuntutan mereka. Hal tersebut menyebabkan keamanan dan ketentraman di tiga kabupaten menjadi terganggu sehingga terjadi bentrokan bersenjata dan kesalahpahaman antara aparat keamanan dengan organisasi GMTPS (Gerakan Mandau Talawang Pantja Sila).[27]

Upaya memperjuangkan Provinsi Kalimantan Tengah menjadi provinsi otonom terus dilakukan. Hingga pada puncaknya, Kongres Rakyat Kalimantan Tengah dilangsungkan di Banjarmasin pada tanggal 2-5 Desember 1956 yang dipimpin oleh Ketua Presidium M. Mahar M. dan dihadiri oleh para tokoh masyarakat Kalimantan Tengah lainnya serta oleh 600 orang utusan yang mewakili segenap rakyat dari seluruh Kalimantan Tengah. Kongres ini berhasil melahirkan resolusi dan mencetuskan ikrar bersama dengan diktum resolusi:[27][28]

"Mendesak kepada Pemerintah Republik Indonesia agar dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, dengan pengertian sebelum terlaksananya Pemilihan Umum untuk Dewan Perwakilan Rakyat, Kalimantan Tengah sudah dijadikan suatu Provinsi Otonom".

Selain itu, Kongres tersebut pun membentuk Dewan Rakyat Kalimantan Tengah yang kemudian bersama Gubernur Provinsi Kalimantan saat itu R.T.A Milono menghadap pemerintahan pusat untuk menyampaikan keputusan Kongres Rakyat Kalimantan Tengah serta memberikan penjelasan guna memperoleh pengertian dan kesesuaian pendapat dengan pihak pemerintah pusat.[27][28] Akhirnya, Menteri Dalam Negeri RI mengeluarkan keputusan pada tanggal 28 Desember 1956 yang menetapkan bahwa terhitung mulai 1 Januari 1957 Kantor Persiapan Pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah dibentuk dan berkedudukan langsung di bawah Kementerian Dalam Negeri dan sementara ditempatkan di Banjarmasin.

Gubernur R.T.A Milono selanjutnya ditugaskan Kementerian Dalam Negeri sebagai Gubernur Pembentuk Provinsi Kalimantan Tengah. Sementara itu, Tjilik Riwut sebagai Bupati Kepala Daerah Kotawaringin dinaikkan pangkatnya menjadi Residen di Kementerian Dalam Negeri dan mengemban tugas sebagai pembantu Gubernur Pembentuk Provinsi Kalimantan Tengah. Sedangkan George Obos sebagai Bupati Kepala Daerah Kapuas kemudian ditempatkan di Kantor Gubernur Kalimantan di Banjarmasin dan diangkat sebagai pembantu Gubernur Pembentuk Provinsi Kalimantan Tengah di Banjarmasin serta sebagai Sekretaris Kantor Persiapan Pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah yang ditunjuk oleh Drs. F.A.D. Patianom.[27][28]

Dengan terbentuknya Kantor Persiapan Pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah, diskusi mengenai wacana tempat kedudukan pemerintah paerah atau ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah pun dimulai. Warga dari tiga kabupaten masing-masing menginginkan agar ibu kota Kalimantan Tengah ditempatkan di daerah mereka masing-masing disertai argumentasi yang diikuti dengan silang pendapat. Dengan kondisi itu, Gubernur Pembentuk Provinsi Kalimantan Tengah R.T.A Milono membentuk suatu Panitia untuk merumuskan dan mencari tempat yang tepat, pantas, dan layak untuk dijadikan ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah. Panitia tersebut diketuai oleh M. Mahar yang didampingi oleh enam orang anggota yang dua di antaranya merupakan Tjilik Riwut dan G. Obos.[27][28]

Sesudah Panitia mengadakan beberapa kali rapat dan berdiskusi dengan tokoh-tokoh se-Kalimantan Tengah, para Pejabat TNI–POLRI, pejabat sipil tingkat Kalimantan di Banjarmasin, serta restu dari Kolonel Koesno Utomo Panglima Tentara dan Teritorium VI Tanjungpura, diperoleh kesimpulan bahwa wilayah sekitar desa Pahandut di kampung Bukit Jekan dan sekitar wilayah Bukit Tangkiling ditetapkan sebagai wilayah calon ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah.[27][28]

Pada akhir Januari 1957, Panitia berangkat menuju wilayah calon ibu kota tersebut. Keberangkatan ini dipimpin oleh Ketua Panitia M. Mahar seraya mengadakan penelitian, pengamatan, pembicaraan, dan rapat dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat yang pada akhirnya mendapat persetujuan sepenuhnya baik oleh Gubernur RTA Milono maupun pemerintah pusat bahwa daerah tersebut menjadi calon ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah. Sementara itu, penamaan wilayah ibu kota Kalimantan Tengah belum menjumpai nama yang sesuai dengan maksud dan tujuan dari pembangunan kota tersebut. Namun untuk sementara, wilayah calon ibu kota Kalimantan Tengah dinamai sebagai Pahandut.[27][28]

Empat bulan kemudian pada saat upacara adat GMTPS (Gerakan Mandau Talawang Pantja Sila) di lapangan Bukit Ngalangkang Pahandut tanggal 18 Mei 1957, Gubernur R.T.A Milono dalam pidatonya menyatakan pihaknya mempunyai cita-cita untuk menamai ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah disesuaikan dengan jiwa pembangunan dan tujuan suci sehingga nama yang dipilih adalah Palangka Raya.[27]

Palangka Raya artinya tempat yang suci, mulia, dan besar. Gubernur RTA Milono berpesan "...sesuaikanlah nama ini dengan cita-cita dilahirkannya Kalimantan Tengah...”. Selain itu, Gubernur RTA Milono pun berkata "...Kalimantan Tengah yang dilahirkan dalam suasana suci Hari Raya Idul Fitri, dan Hari Paskah agar tetap memlihara kesucian dan kemuliaan(nya)...". Dengan demikian, Kota Palangka Raya secara resmi dipilih menjadi ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah.[27][28]

Selanjutnya, pengesahan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957 ditetapkan dan diundangkan pada 23 Mei 1957, maka berakhirlah tugas R.T.A Milono sebagai Gubernur Pembentuk Provinsi Kalimantan Tengah. Selanjutnya, pemerintah pusat menunjuk dan mengangkat kembali R.T.A Milono menjadi Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah definitif. Provinsi Kalimantan Tengah pada saat baru terbentuk hanya memiliki tiga Kabupaten Daerah Tingkat II, yaitu Kabupaten Barito, Kabupaten Kapuas, dan Kabupaten Kotawaringin yang selanjutnya dimekarkan berdasarkan UU nomor 27 tahun 1959 menjadi:[28]

  1. Kabupaten Barito dimekarkan menjadi dua kabupaten, yakni:
  2. Kabupaten Kapuas tetap, tidak mengalami perubahan.
  3. Kabupaten Kotawaringin dimekarkan menjadi dua Kabupaten, yakni:

Sesudah sarana dan prasarana untuk kantor dan perumahan di Palangka Raya telah terbangun, Kemendagri pada tanggal 22 Desember 1959 mengeluarkan surat keputusan mengenai pemindahan kedudukan Pemerintah Daerah Kalimanatan Tengah yang sebelumnya berada di Banjarmasin, kemudian dipindahkan ke wilayah hukumnya sendiri yaitu Kota Palangka Raya terhitung sejak tanggal 1 Januari 1960.[27]

Kondisi geografis dan sumber daya alam

Kondisi geografis

Provinsi Kalimantan Tengah memiliki luas wilayah sebesar 153.564,5 km² yang menjadikannya sebagai provinsi terluas di Indonesia setelah Provinsi Papua sebelum dimekarkan menjadi beberapa provinsi baru pada tahun 2022.[29] Secara astronomis, Kalimantan Tengah terletak di antara 0°46' lintang utara hingga 3°33' lintang selatan dan 110°51' hingga 115°50' bujur timur. Bagian utara provinsi Kalimantan Tengah terdiri dari Pegunungan Muller Schwaner yang terdiri atas 52 bukit dengan ketinggian bervariasi, yaitu dari ketinggian 343 mdpl seperti Bukit Ancah sampai 2278 mdpl seperti Bukit Raya. Bukit Batu Tatau dengan ketinggian 1652 mdpl berada di paling ujung timur berbatasan dengan Kalimantan Timur. Titik tertinggi wilayah Kalimantan Tengah terdapat di Gunung Batu Sambang dengan ketinggian 1660 mdpl. Sementara itu, bagian selatan Kalimantan Tengah terdiri atas dataran rendah, rawa, dan paya-paya. Provinsi Kalimantan Tengah memiliki sebelas sungai besar dan tidak kurang dari 33 sungai kecil atau anak sungai. Keberadaan dari sungai-sungai tersebut menjadi salah satu ciri khas Provinsi Kalimantan Tengah. Sungai Barito dengan panjang mencapai 900 km dan berkedalaman mencapai delapan meter tersebut merupakan sungai terpanjang di Kalimantan Tengah sehingga dapat dilayari hingga sejauh 700 km.[30] Secara administratif, Kalimantan Tengah berbatasan dengan beberapa wilayah Indonesia lainnya, yaitu

Utara Kalimantan Barat & Kalimantan Timur
Timur Kalimantan Timur & Kalimantan Selatan
Selatan Laut Jawa
Barat Kalimantan Barat

Iklim dan cuaca

Palangka Raya, Kalimantan Tengah
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
327
 
30
23
 
 
291
 
30
23
 
 
330
 
30
23
 
 
315
 
30
24
 
 
251
 
31
24
 
 
194
 
31
23
 
 
139
 
31
23
 
 
111
 
32
23
 
 
136
 
33
24
 
 
218
 
32
24
 
 
324
 
31
23
 
 
332
 
30
23
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: [31][32]

Oleh karena wilayahnya yang dilalui oleh garis khatulistiwa, Kalimantan Tengah beriklim tropis dengan tipe iklim tropis ekuatorial (Af) yang curah hujannya cenderung tinggi hampir sepanjang tahun dengan rerata curah hujannya >2.400 mm per tahun dan suhu udaranya cenderung konstan antara 23 °C hingga 33 °C.

Keanekaragaman hayati

Banyak yang belum diketahui, dengan ragam wilayah pantai, gunung/bukit, dataran rendah dan paya, segala macam vegetasi tropis mendominasi alam daerah ini. Orang utan merupakan hewan endemik yang masih banyak di Kalimantan Tengah, khususnya di wilayah Taman Nasional Tanjung Puting yang memiliki areal mencapai 300.000 ha di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Seruyan. Terdapat beruang, landak, owa-owa, beruk, kera, bekantan, tenggiling, buaya, kungkang, paus air tawar (tampahas), arwana, manjuhan, biota laut, penyu, bulus, burung rangkong, betet/beo dan hewan lain yang bervariasi tinggi.

Sumber daya alam

Hutan mendominasi wilayah 80%. Hutan primer tersisa sekitar 25% dari luas wilayah. Lahan yang luas saat ini mulai didominasi kebun Kelapa Sawit yang mencapai 700.000 ha (2007). Perkebunan karet dan rotan rakyat masih tersebar hampir diseluruh daerah, terutama di Kabupaten Kapuas, Katingan, Pulang Pisau, Gunung Mas dan Kotawaringin Timur.

Kalimantan Tengah memiliki beragam potensi sumber daya alam.[butuh rujukan] Di Indonesia, wilayah Kalimantan Selatan menjadi provinsi dengan produksi bijih besih yang terbesar bersama dengan wilayah Kalimantan Selatan.[33] Sumber daya alam lain yang dihasilkan di wilayah Kalimantan Selatan melalui pertambangan meliputi batubara, emas, zirkon, tembaga, kaolin, dan batu permata.

Demografi

Suku Bangsa

 
Sebuah acara pengukuhan dalam adat Dayak Maanyan.
 
Balai Basarah Induk Intan Kaharingan, rumah ibadah Hindu Kaharingan di Muara Teweh.

Data Sensus Penduduk Indonesia 2010, dari 2.207.367 jiwa yang didata, tiga etnis dominan di Kalimantan Tengah yaitu Jawa sebanyak 21,68%, Banjar sebanyak 21,03% dan Dayak 20,42%. Sementara suku asal Kalimantan lainnya di luar Dayak sebanyak 26,67%.[34][35] Kawasan utama etnis Dayak yaitu daerah hulu dan pedalaman, Kawasan utama etnis Jawa yaitu daerah transmigrasi dan Kawasan utama etnis Banjar yaitu daerah pesisir, perbatasan Kalimantan Selatan dan perkotaan.

Suku Dayak adalah suku terbesar di Kalteng. Beberapa subetnis Dayak yang terdapat di Kalteng yaitu Ngaju (mendiami daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan, Rungan Manuhing, Barito dan Katingan. ), Bakumpai (mendiami tepian daerah aliran sungai Barito ), Maanyan (mendiami bagian timur Kalteng seperti Barito Timur dan Barito Selatan), Ot Danum (mendiami daerah utara Kalteng), Siang Murung (mendiami Timur Laut Kalteng/Kabupaten Murung Raya), Taboyan (mendiami sepanjangan tepian aliran Sungai Teweh), Lawangan (mendiami bagian timur Kalteng/Barito Timur), Dusun (mendiami wilayah aliran sungai Barito dari Barito Selatan sampai Murung Raya), dan subetnis lainnya. Orang Dayak di Kalteng umumnya berprofesi sebagai petani dan pegawai pemerintahan.

Suku Jawa merupakan suku terbesar kedua di Kalteng . Di beberapa kabupaten, seperti Kotawaringin Barat, Seruyan dan Pulang Pisau, etnis Jawa adalah penduduk mayoritas. Orang Jawa di Kalteng umumnya berprofesi sebagai petani, pegawai, TNI/Polri, pedagang makanan dan pekerja tambang/sawit. Kesenian Jawa seperti kuda lumping, reog, wayang kulit dan bahasa Jawa masih bertahan di kantong-kantong transmigrasi di Kalteng. Besarnya proporsi orang Jawa di Kalteng karena banyaknya transmigrasi asal Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur yang masuk ke Kalteng.

Suku Banjar merupakan suku terbesar ketiga di Kalteng. Di Kalteng, orang Banjar banyak berada di wilayah perkotaan seperti Palangka Raya, Kotawaringin Timur, Kabupaten Barito Timur dan Kapuas yang berbatasan langsung dengan Kalimantan Selatan. Orang Banjar di Kalteng umumnya bekerja sebagai pedagang dan wiraswasta, sehingga kuliner, masakan dan bahasa Banjar cukup dominan di Kalteng. Berbagai upacara adat Banjar, seperti pada upacara pernikahan, kelahiran (tasmiyah), batamat Al Qur'an, baayun mulud dan sebagian kesenian Banjar, seperti sinoman hadrah dan maulid habsyi masih sering ditampilkan di Kalteng.

Suku Melayu merupakan suku terbesar keempat di Kalteng yang menempati pesisir Sukamara dan Kotawaringin Barat, perbatasan Kalimantan Barat juga sebagian wilayah di Kabupaten Lamandau. Melayu di Kalteng biasa disebut Melayu Kotawaringin atau Teringin yang adat budayanya tidak jauh berbeda dengan orang Melayu di Kalbar & Suku Banjar di Kalimantan Selatan.

Suku Madura merupakan suku terbesar kelima di Kalteng. Di Kalteng, orang Madura yang juga banyak berprofesi sebagai pedagang di pasar tradisional banyak mendiami daerah Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Timur. Setelah konflik etnis tahun 2001, sebagian warga Madura sudah berangsur-angsur kembali ke Kalteng.

 
Rumah Betang, rumah adat Dayak di Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur.

Komposisi Suku Bangsa di Kalimantan Tengah selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :[34]

Nomor Suku bangsa Jumlah (2010)[34] Persentase (2010)
1 Asal Kalimantan (di luar Dayak) 588.650 26,67%
2 Jawa 478.434 21,68%
3 Banjar 464.260 21,03%
4 Dayak 450.682 20,42%
5 Melayu 86.322 3,91%
6 Madura 42.668 1,93%
7 Sunda 28.565 1,29%
8 Asal NTT 15.370 0,70%
9 Batak 12.324 0,56%
10 Bugis 8.040 0,36%
11 Bali 7.362 0,33%
12 Tionghoa 5.130 0,23%
13 Suku-suku lainnya 19.560 0,89%
Total 2.207.367 100,00%

Pada dasarnya bahasa yang digunakan secara luas di Kalimantan Tengah adalah Bahasa Dayak dan Bahasa Indonesia. Persebaran Bahasa Banjar ke Kalimantan Tengah karena besarnya jumlah perantauan Suku Banjar asal Kalimantan Selatan sehingga Bahasa Banjar digunakan sebagai bahasa perdagangan dan bahasa sehari-hari.[36] Masyarakat Suku Jawa di lokasi transmigrasi umumnya menuturkan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari.

Bahasa Dayak yang dominan digunakan oleh Suku Dayak di Kalimantan Tengah, di antaranya Bahasa Ngaju yang digunakan di daerah sungai Kahayan dan Kapuas.[37] Bahasa Bakumpai dan Bahasa Maanyan dituturkan oleh penduduk di sepanjang daerah aliran sungai Barito dan sekitarnya dan Bahasa Ot Danum yang digunakan oleh suku Dayak Ot Danum di hulu sungai Kahayan dan sungai Kapuas.

Agama

Agama yang dipeluk masyarakat Kalimantan Tengah berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah 2010 dan 2020, yaitu:[38][39]

Nomor Agama Jumlah (2010) Konsentrasi (2010) Jumlah (2020) Konsentrasi (2020) Keterangan
1 Islam 1.643.715 74,31% 1.951.786 74,11% dipeluk oleh Suku Banjar, Jawa, Melayu, Madura, Sunda, serta sebagian Kecil Suku Dayak dan Batak.
2 Kristen Protestan 353.353 15,97% 439.018 16,67% dipeluk oleh sebagian besar Suku Dayak, Batak, Minahasa, Flores, Papua, dan sebagian kecil Jawa.
3 Kristen Katolik 58.279 2,63% 85.044 3,23% dipeluk oleh sebagian besar Suku Dayak, Batak, Minahasa, Flores, Papua, dan sebagian kecil Jawa.
4 Hindu/Kaharingan 11.149 0,50% 153.846 5,84% Kaharingan adalah kepercayaan suku Dayak Kalimantan Tengah yang pada Sensus 2010 digabungkan dalam kelompok Lainnya. Penganut Agama Kaharingan tersebar di daerah Kalimantan Tengah dan banyak terdapat di bagian hulu sungai, antara lain hulu sungai Kahayan, sungai Katingan dan hulu sungai lainnya.[40] Dan Kaharingan sudah masuk kedalam agama Hindu yang umumnya dianut oleh orang Bali
5 Buddha 2.301 0,10% 2.795 0,11% dipeluk oleh orang Tionghoa
6 Konghucu 414 0,02% 179 0,01% dipeluk oleh orang Tionghoa
7 Lainnya 142.878 6,45% 890 0,03% Pada sensus tahun 2010, Kaharingan sebagai kepercayaan asli suku Dayak dimasukkan pada kategori lainnya. Namun, sensus 2020 memasukkan Kaharingan dalam kategori agama Hindu yang umumnya dianut oleh masyarakat Bali.
Total 2.212.089 100% 2.633.558 100%

Pendidikan

 
Aula Palangka Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah

Geliat dunia pendidikan di Kalimantan Tengah sekarang sedang berkembang dengan pesat. Hal tersebut ditandai dengan bermunculannya berbagai lembaga pendidikan serta keberadaan beberapa Universitas dan Sekolah Tinggi.

Universitas Negeri Palangka Raya dan Untama merupakan Universitas-universitas Negeri yang ada di Kalimantan Tengah, selain itu terdapat Universitas Muhammadiyah serta beberapa perguruan tinggi lainnya yang ikut memberikan sumbangan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Kalimantan Tengah, seperti Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Tambun Bungai serta Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Palangka Raya. Tak lupa pula berbagai Universitas maupun Sekolah Tinggi rintisan yang terdapat di Kabupaten yang ada di Kalimantan Tengah.

Pemerintahan

Gubernur

Saat ini, gubernur yang menjabat di provinsi Kalimantan Tengah ialah Sugianto Sabran, didampingi wakil gubernur Edy Pratowo.

No. Foto Gubernur Mulai jabatan Akhir jabatan Masa Ket. Wakil Gubernur
10   Sugianto Sabran 25 Mei 2016 25 Mei 2021 11
(2016)
Said Ismail
25 Mei 2021
Petahana
12
(2020)
Edy Pratowo

Dewan Perwakilan

 
Gedung DPRD Kalimantan Tengah di Kota Palangka Raya.

DPRD Kalimantan Tengah beranggotakan 45 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Kalimantan Tengah terdiri dari 1 Ketua dan 3 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Kalimantan Tengah yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 28 Agustus 2019 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Palangkaraya, Mohammad Hatta, di Gedung DPRD Provinsi Kalimantan Tengah.[41][42][43] Komposisi anggota DPRD Kalimantan Tengah periode 2019-2024 terdiri dari 11 partai politik dimana PDI Perjuangan adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 12 kursi. Pada Pemilu 2014, DPRD Kalimantan Tengah menempatkan 45 orang wakilnya yang tersebar ke dalam beberapa fraksi, dengan perolehan suara mayoritas diraih oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.[44][45][46] Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kalimantan Tengah pada awal reformasi hingga sekarang.[47][48][49]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
1999-2004 2004-2009 2009-2014 2014-2019 2019-2024 2024-2029
ABRI 5
Persatuan 1
Krisna 1   0
PDI 1   0   0
PPNU 1   0   0
PKNU (baru) 1
PDK (baru) 1   0
PDS (baru) 1   0
PBR (baru) 1   0
PKB 3   2   1   3   4   4
PDI-P 14   10   12   11   12   10
Golkar 11   14   6   5   7   8
PKS 0   1   2   0   1   1
PPP 5   5   4   3   1   0
PAN 2   4   5   5   2   4
PBB 1   1   2   0   0   0
PKPI 0   0   0   1   0
Demokrat (baru) 5   6   5   6   6
Hanura (baru) 2   1   1   0
Gerindra (baru) 4   6   5   6
NasDem (baru) 5   5   5
Perindo (baru) 1   1
Jumlah Anggota 45   45   45   45   45   45
Jumlah Partai 11   11   11   10   11   9


Daftar kabupaten dan kota

No. Kabupaten/kota Ibu kota Bupati/wali kota Luas wilayah (km2)[50] Jumlah penduduk (2024)[51] Kecamatan Kelurahan/desa Lambang
 
Peta lokasi
1 Kabupaten Barito Selatan Buntok Deddy Winarwan (Pj.) 8.830 136.856 6 7/86
 
 
2 Kabupaten Barito Timur Tamiang Layang Indra Gunawan (Pj.) 3.834 118.021 10 3/100
 
 
3 Kabupaten Barito Utara Muara Teweh Muhlis (Pj.) 8.300 158.514 9 10/93
 
 
4 Kabupaten Gunung Mas Kuala Kurun Herson B. Aden (Pj.) 10.805 132.675 12 13/114
 
 
5 Kabupaten Kapuas Kuala Kapuas Darliansjah (Pj.) 14.999,00 416.300 17 17/214
 
 
6 Kabupaten Katingan Kasongan Sutoyo (Pj.) 17.500 179.950 13 7/154
 
 
7 Kabupaten Kotawaringin Barat Pangkalan Bun Budi Santosa (Pj.) 10.759,00 288.850 6 13/81
 
 
8 Kabupaten Kotawaringin Timur Sampit Halikinnor 16.796,00 443.033 17 17/168
 
 
9 Kabupaten Lamandau Nanga Bulik Said Salim (Pj.) 6.414 112.441 8 3/85
 
 
10 Kabupaten Murung Raya Puruk Cahu Hermon (Pj.) 23.700 120.824 10 9/116
 
 
11 Kabupaten Pulang Pisau Pulang Pisau Nunu Andriani (Pj.) 8.997 142.925 8 4/95
 
 
12 Kabupaten Seruyan Kuala Pembuang Djainuddin Noor (Pj.) 16.404 158.282 10 3/97
 
 
13 Kabupaten Sukamara Sukamara Rendy Lesmana (Pj.) 3.827 66.118 5 3/29
 
 
14 Kota Palangkaraya Palangkaraya Hera Nugrahayu (Pj.) 2.399,50 310.182 5 30/-
 
 


Daftar kecamatan, desa, dan kelurahan

Provinsi Kalimantan Tengah terdiri dari 13 kabupaten, 1 kota, 136 kecamatan, 139 kelurahan dan 1.432 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya diperkirakan mencapai 2.502.630 jiwa dengan total luas wilayah 153.564,50 km².[52][53]

No. Kode
Kemendagri
Kabupaten/Kota Ibukota Luas Wilayah
(km2)
Penduduk
(jiwa)
2017
Kecamatan Kelurahan Desa
1 62.04 Kab. Barito Selatan Buntok 8.830,00 123.396 6 7 86
2 62.13 Kab. Barito Timur Tamiang Layang 3.834,00 109.949 10 3 100
3 62.05 Kab. Barito Utara Muara Teweh 8.300,00 152.308 9 10 93
4 62.10 Kab. Gunung Mas Kuala Kurun 10.805,00 137.662 12 13 114
5 62.03 Kab. Kapuas Kuala Kapuas 14.999,00 409.862 17 17 214
6 62.06 Kab. Katingan Kasongan 17.500,00 147.939 13 7 154
7 62.01 Kab. Kotawaringin Barat Pangkalan Bun 10.759,00 244.292 6 13 81
8 62.02 Kab. Kotawaringin Timur Sampit 16.796,00 408.029 17 17 168
9 62.09 Kab. Lamandau Nanga Bulik 6.414,00 77.251 8 3 85
10 62.12 Kab. Murung Raya Puruk Cahu 23.700,00 105.454 10 9 116
11 62.11 Kab. Pulang Pisau Pulang Pisau 8.997,00 126.381 8 4 95
12 62.07 Kab. Seruyan Kuala Pembuang 16.404,00 143.414 10 3 97
13 62.08 Kab. Sukamara Sukamara 3.827,00 58.143 5 3 29
14 62.71 Kota Palangka Raya - 2.399,50 258.550 5 30 -
TOTAL 153.564,50 2.502.630 136 139 1432

Kesehatan

Rumah sakit

No. Kode RS Nama Rumah Sakit Jenis RS Kelas RS Pemilik Total Ranjang
1 6271028 RS Ibu dan Anak Yasmin Palangka Raya RSIA C Swasta 22
2 6271029 RS Permata Hati Palangkaraya RSU C Swasta 42
3 6271027 RS Awal Bros Betang Pambelum RSU C Perusahaan 53
4 6202025 RS Kelas D Pratama Parenggean RSU D PRATAMA Pemkab 0
5 6201013 RS Citra Husada Pangkalan Bun RSU D Perusahaan 45
6 6271026 RS Umum Kelas D Kota Palangka Raya RSU D Pemkot 51
7 6271025 RS Bhayangkara Palangka Raya RSU C POLRI 55
8 6271024 RS Islam PKU Muhammadiyah Palangkaraya RSU D Organisasi Islam 66
9 6271068 RS Jiwa Kalawa Atei RSK Jiwa C Pemkab 46
10 6208013 RS Umum Daerah Hanau RSU D Pemkab 28
11 6271030 RS Siloam Palangka Raya RSU C Perusahaan 29
12 6271023 RS Tk.IV Palangkaraya RSU D TNI AD 19
13 6271012 RS Umum Daerah Dr Doris Sylvanus Palangka Raya RSU B Pemprop 336
14 6210015 RS Umum Daerah Pulang Pisau RSU C Pemkab 103
15 6208014 RS Umum Daerah Kuala Pembuang RSU C Pemkab 93
16 6207012 RS Umum Daerah Kabupaten Lamandau RSU C Pemkab 90
17 6207033 RS Umum Daerah Sukamara RSU C Pemkab 81
18 6213022 RS Umum Daerah Puruk Cahu RSU C Pemkab 81
19 6205011 RS Umum Daerah Muara Teweh RSU C Pemkab 109
20 6212020 RS Umum Daerah Tamiang Layang RSU C Pemkab 84
21 6204016 RS Umum Daerah Jaraga Sasameh RSU C Pemkab 113
22 6211026 RS Umum Daerah Kuala Kurun RSU C Pemkab 46
23 6203015 RS Umum Daerah Dr H Soemarno S RSU C Pemkab 121
24 6209024 RS Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan RSU C Pemkab 84
25 6202013 RS Umum Daerah Dr Murjani Sampit RSU B Pemkab 244
26 6201012 RS Umum Daerah Sultan Imanuddin RSU B Pemkab 213


Pertahanan dan Keamanan

Kalimantan Tengah merupakan wilayah KOREM 102/PJG, KODAM XII/Tanjungpura yang bermarkas di Palangka Raya. Kawasan TNI-AU terdapat di Lanud Iskandar (Pangkalan Bun).

Polda Kalimantan Tengah membawahi 14 Kepolisian Resort (Polres).

Perekonomian

Tenaga kerja

Penduduk Usia 15 Tahun Lebih Menurut Kegiatan[54]

Kegiatan utama Februari 2006 Agustus 2006 Februari 2007 Februari 2008
Penduduk Usia 15 Tahun Lebih 1.387.244 1.398.307 1.411.568 1.438.271
Angkatan Kerja 991.764 944.266 1.100.430 1.077.831
Bekerja 991.764 944.266 1.045.186 1.026.211

Potensi perikanan

Potensi perikanan di Kalimantan Tengah sangat besar, khususnya perikanan air tawar. Hal itu dikarenakan luasnya wilayah perairan tawar seperti sungai, danau dan rawa di Kalimantan Tengah. Potensi laut Kalimantan Tengah 94.500 km2 dengan panjang garis pantai ± 750 km memiliki berbagai jenis ikan pelagis, udang, rajungan, dan lainnya. Pantai laut di selatan Kalimantan Tengah merangkai 7 (tujuh) kabupaten; yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten Pulang Pisau, dengan panjang garis pantai ± 750 km. Sedangkan perairan umum dengan luas ± 2.29 juta Ha dengan potensi sumberdaya ikannya yang cukup besar perlu pengelolaan dan pemanfaatan secara baik. Produksi perikanan tangkap tahun 2013 sebesar 101.891,8 ton meningkat sebesar 7,31 % dibandingkan produksi perikanan tangkap tahun 2012 sebesar 94.954,1 ton. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Tangkap adalah sebanyak 21.770 RTP yang terdiri dari 5.340 RTP Perikanan Laut dan 16.430 RTP Perikanan Darat. Jumlah produksi perikanan budi daya pada tahun 2013 sebesar 53.519,43 ton mengalami peningkatan sebesar 20,70 % dari produksi tahun 2012 sebesar 42.441,28 ton dengan luas lahan budi daya seluas 6.960,8 Ha. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Budi daya pada tahun 2013 sebanyak 20.312 RTP. Pengembangan usaha pengolahan perikanan skala kecil dilakukan melalui peningkatan sarana dan prasarana pengolahan kepada Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR). Pada tahun 2013, jumlah produksi olahan hasil perikanan sebesar 6.149,9 ton meningkat sebesar 0,73 % dari total produksi tahun 2012 sebesar 6.104,8 ton. Tingkat Konsumsi Ikan di Kalimantan Tengah cukup tinggi yaitu 46,03 kg/kapita/tahun, lebih besar daripada Tingkat Konsumsi Ikan Nasional sebesar 35,62 kg/kapita/tahun. Jumlah Unit Pengolahan di Kalimantan Tengah sebanyak 2.837 UPI sedangkan Unit Pemasaran sebanyak 7.994 UPI.

Pertambangan

Sebagian besar penduduk di wilayah Katingan, Khususnya Kecamatan Katingan Tengah bermata pencaharian sebagai petani dan penambang. Hasil tambang utama yang diperoleh adalah emas dan puya (pasir zirkon) yang berwarna merah. Masyarakat dalam melakukan penambangan masih bersifat tradisional sehingga hasil yang diperoleh tidak optimal.

Transportasi

Bandar udara Tjilik Riwut Palangka Raya melayani penerbangan dari dan ke Surabaya dan Jakarta direct, menggunakan pesawat jet jenis Boeing 737-200, 737-300 dan 737-400. Penerbangan ini dilayani oleh 4 maskapai, yaitu: Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, Batik Air, dan Wings Air. Bandar udara kesayangan masyarakat Palangka Raya ini memiliki pcn 29 fczu, bisa dilintasi dengan mobil maupun taksi.

Jarak Palangka Raya dengan ibu kota kabupaten

Berikut adalah beberapa jarak antar kota di kabupaten Kalimantan Tengah;[55]

ibu kota kabupaten Darat (km) Keterangan
Batas Kalteng-Kalsel (Anjir Serapat)
KLK 142 km
TML 276 km 418 km (via Kalsel)
BNT 183 km 511 km (via Kalsel)
MTW 326 km 605 km (via Kalsel)
PRC 411 km 702 km (via Kalsel)
KKN 180 km
KSN 88 km
SPT 227 km
KLP 457 km
PBU 449 km
SKR 686 km
Batas Kalteng-Kalbar (Kudangan)

Seni dan budaya

Seni musik

 
Arsitektur Rumah Betang (Huma Betang) di Tumbang Anoi merupakan rumah panjang hunian komunal masyarakat suku Dayak Ot Danum di perhuluan sungai Kahayan.
 
Arsitektur Rumah Baanjung tipe Rumah Balai Bini di Kumai, yang merupakan hunian keluarga inti dalam rumah sendiri-sendiri pada masyarakat pesisir Kalimantan Tengah.
 
Perpaduan Rumah Betang dengan Rumah Baanjung menghasilkan Rumah Betang Ba'anjung (Huma Gantung) di Desa Buntoi.

Seni musik yang dikenal di daerah ini antara lain:

Chordophone
  • Kacapi
  • Rebab
  • Dambus
  • Sampe
Idiophone
  • Berbagai jenis Gong
  • Kangkanung
Membranophone
  • Berbagai jenis Kendang (Gandang)
  • Katambung

Seni vokal

Seni vokal yang populer di wilayah ini adalah:

  • Pantun Seloka
  • Karungut
  • Kandan
  • Mansana
  • Kalalai Lalai
  • Ngendau
  • Barayah
  • Natum
  • Dodoi
  • Marung

Tarian

Jenis-jenis tarian yang terdapat di daerah ini antara lain:

  • Tari Hugo dan Huda
  • Tari Putri Malawen
  • Tari Tuntung Tulus dari Barito Timur
  • Tari Giring-giring
  • Tari Manasai
  • Tari Balian Bawo
  • Tari Balian Dadas
  • Manganjan
  • Tari Kanjan Halu
  • Tari Deder
  • Tari Mandau
  • Tari Kinyah
  • Tari Jepen Kotawaringin dan Sukamara

Seni Kriya

Seni kriya yang berkembang di wilayah ini adalah:

  • Seni pahat patung Sapundu (dalam ritual Tiwah agama Kaharingan)
  • Seni lukis
  • Rajah
  • Anyaman
  • Seni dari bahan Getah Nyatu
  • Topeng Sababuka (dalam ritual kematian agama Kaharingan)

Upacara Adat & Keagamaan

  • Wadian
  • Tampung Tawar (upacara menolak bala bagi penganut agama Kaharingan)
  • Marumpak Kutamara (upacara menggiring pengantin lelaki menuju kediaman pengantin wanita)
  • Upacara Tiwah (upacara memindahkan tulang belulang keluarga yang telah meninggal bagi penganut agama Kaharingan)
  • Wara (upacara pemindahan tulang belulang keluarga yang telah meninggal bagi penganut agama Kaharingan)
  • Balian (upacara pengobatan bagi penganut agama Kaharingan)
  • Lawang Sekepeng (hampir serupa dengan Marumpak Kutamara)
  • Potong Pantan (upacara peresmian atau penyambutan tamu kehormatan)
  • Mamapas Lewu (upacara membuang sial atau membersihkan diri dari malapetaka bagi penganut agama Kaharingan)
  • Ijambe (upacara pemindahan tulang belulang keluarga yang telah meninggal bagi penganut agama Kaharingan)

Pakaian pengantin

  • Busana Pengantin Dayak

Busana pengantin pria Dayak Kalimantan Tengah memakai celana panjang sampai lutut, selempit perak atau tali pinggang dan tutup kepala. Perhiasan yang dipakai adalah inuk atau kalung panjang, cekoang atau kalung pendek dan kalung yang terbuat dari gigi binatang. Pengantin wanita memakai kain berupa rok pendek, rompi, ikat kepala dengan hiasan bulu enggang gading, kalung dan subang.

  • Busana Pengantin Kotawaringin
 
Rumah Betang muara bagok

Dalam motif pakaian, Busana pengantin Kotawaringin tampak memiliki kemiripan dengan Busana Pengantin Banjar.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-24. Diakses tanggal 2020-07-04. 
  2. ^ a b c d "Provinsi Kalimantan Tengah Dalam Angka 2023" (pdf). www.kalteng.bps.go.id. hlm. 7, 114, 348–349. Diakses tanggal 21 Maret 2023. 
  3. ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2022". www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-05. Diakses tanggal 21 Maret 2023. 
  4. ^ "Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi 2020-2022". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-15. Diakses tanggal 21 Maret 2023. 
  5. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 16 April 2021. 
  6. ^ a b (Melayu)Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405. ISBN 983-62-1240-X
  7. ^ "(Belanda) L. C. van Dijk, Ne©erland's vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Camobdja, Siam en Cochin-China, Scheltema, 1862". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2011-03-25. 
  8. ^ (Inggris) The New American Encyclopaedia (1865). "The New American Encyclopaedia: a popular dictionary of general knowledge". 2. D. Appleton. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2011-04-28. 
  9. ^ George Bryan Souza (2004). The Survival of Empire: Portuguese Trade and Society in China and the South China Sea 1630-1754 (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 126. ISBN 0-521-53135-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2019-11-18.  ISBN 9780521531351
  10. ^ (Indonesia)J. U. Lontaan (1985). Menjelajah Kalimantan. Penerbit Baru. hlm. 91. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2019-02-01. 
  11. ^ (Indonesia)Kiai Bondan, Amir Hasan (1953). Suluh Sedjarah Kalimantan. Bandjarmasin: Fadjar. 
  12. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-01. Diakses tanggal 2019-02-01. 
  13. ^ Pinkerton, John (1812). A general collection of the best and most interesting voyages and travels in all parts of the world: many of which are now first translated into English : digested on a new plan. 11. Longman. hlm. 134. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2021-09-15. 
  14. ^ Beeckman, Daniel (1718). A Voyage to and from the Island of Borneo. hlm. 1346. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2021-11-06. 
  15. ^ Hindia-Belanda (1965). Bandjermasin (Sultanate), Surat-surat perdjandjian antara Kesultanan Bandjarmasin dengan pemerintahan2 V.O.C.: Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia-Belanda 1635-1860 (PDF). Arsip Nasional Republik Indonesia, Kompartimen Perhubungan dengan Rakjat. hlm. 228. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2021-08-31. Diakses tanggal 2018-08-23. 
  16. ^ Perkara 4. Sri Paduka Sultan Adam salinkan kepada radja dari Nederland segala negeri jang tersebut dibawah ini: Pulau Tatas dan Kuin sampai di subarang kiri Antasan Ketjil dan pulau Burung mulai dari kuala Bandjar subarang kanan sampai di Pantuil dan di Pantuil subarang pulau Tatas lantas ke timur Rantau Kuliling dengan segala sungai2nja Kelajan Ketjil Kelajan Besar dan kampung jang di subarang pulau Tatas sampai di sungai Messa di ulu kampung Tjina lantas ke darat sampai di sungai Baru sampai di sungai Lumbah dan pulau Bakumpai mulai dari kuala Bandjar subarang kiri mudik sampai di kuala Andjaman di kiri milir sampai kuala Lopak dan segala tanah Dusun semuanja desa2 kiri kanan mudik ka ulu mulai Mengkatip sampai terus negeri Siang dan di ilir sampai di kuala Marabahan dan tanah Dajak Besar Ketjil dengan semuanja desa2nja kiri kanan mulai di kuala Dajak mudik ka ulu sampai terus ke ilir sungai Dajak dengan segala tanah di daratan jang takluk padanja dan tanah Mendawai Sampit Pembuang semuanja desa2nja dengan segala tanah jang takluk padanja dan tanah Kutaringin Sintang Lawey Djelei semuanja desa2nja dengan segala tanah jang takluk padanja. Dan Taboniou dan segala tanah Laut sampai di Tandjung Silatan dan ke timur sampai watas dengan Pagatan dan ka oetara sampai di kuala Maluka mudik sungai Maluka Selingsing Lijang Anggang Banju Irang lantas ke timur sampai di gunung Pamaton sampai watas dengan tanah Pagatan dan negeri jang di pasisir timur Pagatan Pulau Laut Batu Litjin Pasir Kutai Barau semuanja dengan tanah2 jang takluk padanja.
  17. ^ (Inggris) Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië (1861). "Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië". 23 (1-2). Nederlandsch-Indië: 205. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2011-04-28. 
  18. ^ "Borneo in 1850". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-06-30. Diakses tanggal 2012-03-21. 
  19. ^ "Borneo 1800-1857". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-05. Diakses tanggal 2012-03-21. 
  20. ^ (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 21. Lands Drukkery. hlm. 80. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2020-07-04. 
  21. ^ (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1849). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 22. Lands Drukkery. hlm. 83. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2014-04-28. 
  22. ^ Nederlandisch Indië (1849). "Staatsblad van Nederlandisch Indië, voor het jaar 1849" (dalam bahasa Belanda). Batavia: Ter Lands-drukkerij. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2020-07-21. 
  23. ^ (Inggris) Royal Geographical Society (Great Britain) (1856). "A Gazetteer of the world: or, Dictionary of geographical knowledge, compiled from the most recent authorities, and forming a complete body of modern geography -- physical, political, statistical, historical, and ethnographical". 5. A. Fullarton. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2011-04-11. 
  24. ^ (Indonesia) Ukur, Fridolin (2000). Tuaiannya sungguh banyak: sejarah Gereja Kalimantan Evanggelis sejak tahun 1835. BPK Gunung Mulia. hlm. 42. ISBN 9789799290588. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2011-08-15.  ISBN 979-9290-58-9 Diarsipkan 2023-02-08 di Wayback Machine.
  25. ^ (Inggris) Zuhdi, Susanto (2002). Cilacap (1830-1942): bangkit dan runtuhnya suatu pelabuhan di Jawa. Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 9789799023698. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2011-04-08. ISBN 979-9023-69-6 Diarsipkan 2023-02-08 di Wayback Machine.
  26. ^ "Borneo in 1942". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-03. Diakses tanggal 2011-07-05. 
  27. ^ a b c d e f g h i j k l m n "Sejarah Pemprov Kalteng". Pemprov Kalteng. Diakses tanggal 15 Mei 2023. 
  28. ^ a b c d e f g h i j k "Sejarah Kota Palangka Raya" (PDF). Pemkot Palangka Raya. 2003. hlm. 1–14. Diakses tanggal 15 Mei 2023. 
  29. ^ Noor, M. (21 Februari 2023). "Kalteng Menjadi Provinsi Terluas di Indonesia". Katambungnews. Diakses tanggal 23 Mei 2023. 
  30. ^ "Letak, Batas, dan Luas Wilayah". Dinas Perhutanan Kalimantan Tengah. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-10. Diakses tanggal 20 Agustus 2022. 
  31. ^ "Climate of Palangka Raya, Central Kalimantan". Climate Data.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-22. Diakses tanggal Juli 2022. 
  32. ^ "Buku Prakiraan Musim Hujan 2022/2023 di Indonesia – Normal Curah Hujan Kota Palangka Raya Zona Musim 371 periode 1991-2020". BMKG. hlm. 95. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-20. Diakses tanggal 10 September 2022. 
  33. ^ Supriadi, A., dkk. (Desember 2015). Dampak Pembatasan Ekspor Bijih Besi Terhadap Penerimaan Sektor ESDM dan Perekonomian Nasional (PDF). Jakarta: Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral. hlm. 43. ISBN 978-602-0836-19-5. 
  34. ^ a b c "Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia" (pdf). Badan Pusat Statistik. 23 Mei 2012. hlm. 36–41. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-08. Diakses tanggal 9 September 2021. 
  35. ^ Aris Ananta, Evi Nurvidya Arifin, M. Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, dan Agus Pramono (2015). Demography of Indonesia’s Ethnicity. Institute of Southeast Asian Studies dan BPS – Statistics Indonesia. 
  36. ^ Soto Mengalir sampai Jauh... Diarsipkan 2014-03-06 di Wayback Machine. - KOMPAS.com. Diakses 28 Januari 2014.
  37. ^ http://multitree.org/codes/daya
  38. ^ "Sensus Penduduk 2010 - Penduduk Menurut Wilayah dan Agama Yang Dianut - Provinsi Kalimantan Tengah". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-10. Diakses tanggal 2014-01-28. 
  39. ^ "Provinsi Kalimantan Tengah dalam Angka 2021". BPS Kalteng. Februari 2021. hlm. 357. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-16. Diakses tanggal 20 Oktober 2021. 
  40. ^ (Prancis)Sevin, Olivier (1983). Les Dayak du centre Kalimantan: étude géographique du Pays ngaju, de la Seruyan à la Kahayan. IRD Editions. ISBN 9782709907002.  Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan)ISBN 2-7099-0700-3 Diarsipkan 2023-02-08 di Wayback Machine.
  41. ^ "45 Anggota DPRD Kalteng Dilantik, Ketua Umum PKS Kalteng : Kembalikan Kepercayaan Lembaga Dewan". Banjarmasin Post. Diakses tanggal 2019-09-25. 
  42. ^ "Anggota DPRD Kalteng Periode 2019 - 2024 Resmi Dilantik". www.borneonews.co.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-09-25. 
  43. ^ "45 Anggota DPRD Kalteng Terpilih 2019 Resmi Dilantik". rri.co.id (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2019-09-25. 
  44. ^ Borneo Kini:Ini komposisi anggota DPRD Kalteng 2014-2019[pranala nonaktif permanen], diakses 28 Juli 2015
  45. ^ Kalteng Pos: Anggota DPRD Kalteng Ramai-ramai Dukung Kotara[pranala nonaktif permanen], diakses 28 Juli 2015
  46. ^ Kalteng Antara: KPU Kalteng Tetapkan Anggota DPRD Periode 2014-2019, diakses 28 Juli 2015
  47. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :0
  48. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :1
  49. ^ admin. "PDIP dan Golkar Kuasai Kursi DPRD Kalteng, Ini Daftar Caleg Terpilih | Kalteng Ekspres". Diakses tanggal 2019-09-25. 
  50. ^ "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-11. 
  51. ^ "Hasil Sensus Penduduk 2020 Provinsi Kalimantan Tengah". Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah. Januari 2021. Diakses tanggal 2 Februari 2021. 
  52. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  53. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  54. ^ Sumber: Badan Pusat Statisktik, Provinsi Kalimantan Tengah
  55. ^ PROFIL DAERAH KALIMANTAN TENGAH STRUKTUR, LUAS, DAN JARAK KE Ibu kota PROVINSI Diarsipkan 2013-06-05 di Wayback Machine.Jarak Antar Ibu kota Kabupaten/Kota se Kalimantan Tengah (km) Diarsipkan 2021-03-04 di Wayback Machine.

Pranala luar

1°23′S 113°17′E / 1.383°S 113.283°E / -1.383; 113.283