Kopi

minuman dari biji tanaman kopi
Revisi sejak 28 Desember 2018 17.09 oleh 114.124.202.6 (bicara)
Kopi
Biji kopi yang telah dimasak
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Ordo:
Famili:
Subfamili:
Tribus:
Genus:
Coffea
Spesies tipe
Coffea arabica[1]

Kopi adalah minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan dihaluskan menjadi bubuk.[2] Kopi merupakan salah satu komoditas di dunia yang dibudidayakan lebih dari 50 negara. Dua varietas pohon kopi yang dikenal secara umum yaitu Kopi Robusta (Coffea canephora) dan Kopi Arabika (Coffea arabica).

Pemrosesan kopi sebelum dapat diminum melalui proses panjang yaitu dari pemanenan biji kopi yang telah matang baik dengan cara mesin maupun dengan tangan [3] kemudian dilakukan pemrosesan biji kopi dan pengeringan sebelum menjadi kopi gelondong. Proses selanjutnya yaitu penyangraian dengan tingkat derajat yang bervariasi. Setelah penyangraian biji kopi digiling atau dihaluskan menjadi bubuk kopi sebelum kopi dapat diminum.[4]

Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu.[5] Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.[butuh rujukan] Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya.[6] Disamping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler).[7][8]

Etimologi

Kata kopi sendiri awalnya berasal dari bahasa Arab: قهوة‎ qahwah yang berarti minuman fermentasi, lengkapnya qahwah al-bunn yang berarti minumam fermentasi dari kacang-kacangan. Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa Belanda.[butuh rujukan] Penggunaan kata koffie segera diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal saat ini.[9]

Sejarah

Bermula di Afrika

Era penemuan biji kopi dimulai sekitar tahun 800 SM,[10] pendapat lain mengatakan 850 M.[11] Pada saat itu, banyak orang di Benua Afrika, terutama bangsa Etiopia, mengonsumsi biji kopi yang dicampurkan dengan lemak hewan dan anggur untuk memenuhi kebutuhan protein dan energi tubuh.[12] Penemuan kopi sendiri terjadi secara tidak sengaja, ketika penggembala bernama Khalid—seorang Abyssinia—mengamati kawanan kambing gembalaannya yang tetap terjaga bahkan setelah matahari terbenam, setelah memakan sejenis buah beri.[11] Ia pun mencoba memasak dan memakannya.[10] Kebiasaan ini kemudian terus berkembang dan menyebar ke berbagai negara di Afrika, namun metode penyajiannya masih menggunakan metode konvensional.[butuh rujukan] Barulah beberapa ratus tahun kemudian, biji kopi ini dibawa melewati Laut Merah dan tiba di Arab dengan metode penyajian yang lebih maju.[12]

Penyebaran kopi di Arab

Bangsa Arab yang memiliki peradaban yang lebih maju daripada bangsa Afrika saat itu, tidak hanya memasak biji kopi, tetapi juga direbus untuk diambil sarinya.[12] Pada abad ke-13, umat Muslim banyak mengonsumsi kopi sebagai minuman penambah energi saat beribadah di malam hari.[13]. Kepopuleran kopi pun turut meningkat seiring dengan penyebaran agama Islam pada saat itu hingga mencapai daerah Afrika Utara, Mediterania, dan India.[12]

Pada masa ini, belum ada budidaya tanaman kopi di luar daerah Arab karena bangsa Arab selalu mengekspor biji kopi yang infertil (tidak subur) dengan cara memasak dan mengeringkannya terlebih dahulu.[10] Hal ini menyebabkan budidaya tanaman kopi tidak memungkinkan.[butuh rujukan] Barulah pada tahun 1600-an, seorang peziarah India bernama Baba Budan berhasil membawa biji kopi fertil keluar dari Mekah dan menumbuhkannya di berbagai daerah di luar Arab.[10]

 
Venesia, kota perdagangan kopi di era awal masuknya kopi di Eropa.

Kopi mencapai pasar Eropa

Biji kopi dibawa masuk pertama kali ke Eropa secara resmi pada tahun 1615 oleh seorang saudagar Venesia.[12] Ia mendapatkan pasokan biji kopi dari orang Turki, namun jumlah ini tidaklah mencukupi kebutuhan pasar.[butuh rujukan] Oleh kerena itu, bangsa Eropa mulai membudidayakannya.[12] Bangsa Belanda adalah salah satu negara Eropa pertama yang berhasil membudidayakannya pada tahun 1616.[butuh rujukan] Kemudian pada tahun 1690, biji kopi dibawa ke Pulau Jawa untuk dikultivasi secara besar-besaran.[butuh rujukan] Pada saat itu, Indonesia masih merupakan negara jajahan Kolonial Belanda.[12]

Mencapai ke Martinik, Perancis

Pada sekitar tahun 1714-an, Raja Perancis Louis XIV menerima sumbangan pohon kopi dari bangsa Belanda sebagai pelengkap koleksinya di Kebun Botani Royal Paris, Jardin des Plantes.[12] Pada saat yang sama, serorang angkatan laut bernama Gabriel Mathieu di Clieu ingin membawa sebagian dari pohon tersebut untuk dibawa ke Martinique.[butuh rujukan] Akan tetapi, hal tersebut ditolak oleh Louis XIV dan sebagai balasannya, ia memimpin sejumlah pasukan untuk menyelinap masuk ke dalam Jardin des Plantes untuk mencuri tanaman kopi.[14]

Keberhasilan Gabriel Mathieu di Clieu membawa tanaman kopi ke Martinik merupakan suatu pencapaian yang sangat besar.[14] Hal ini dikarenakan budidaya tanaman kopi di sana cukup baik.[butuh rujukan] Hanya dalam kurun waktu 50 tahun, telah terdapat kurang lebih 18 juta pohon kopi dengan varietas yang beragam.[butuh rujukan] Progeni inilah yang menjadi salah satu sumber dari kekayaan jenis kopi di dunia.[14]

Bunga kopi untuk Brasil

Pada tahun 1727, pemerintah Brasil berinisiatif untuk menurunkan harga pasaran kopi di daerahnya, karena pada saat itu kopi masih dijual dengan harga tinggi dan hanya bisa dinikmati oleh kalangan elit.[12] Oleh karena itu, pemerintah Brasil mengirimkan agen khusus, Letnan Kolonel Francisco de Melo Palheta, untuk menyelinap masuk ke Perancis dan membawa pulang beberapa bibit kopi.[butuh rujukan] Perkebunan kopi di Perancis memiliki penjagaan yang sangat ketat sehingga hal tersebut tidak memungkinkan.[12] Palheta pun mencari jalan lain dengan cara mendekati istri gubernur.[butuh rujukan] Sebagai hasil kerja kerasnya, ia membawa pulang sebuah buket berisi banyak biji kopi yang diberikan oleh istri gubernur seusai jamuan makan malam.[butuh rujukan] Dari pucuk-pucuk inilah bangsa Brasil berhasil membudidayakan kopi dalam skala yang sangat besar sehingga bisa dikonsumsi oleh semua orang.[12]

Garis Waktu

Sejarah penemuan kopi telah dimulai ribuan tahun lalu. Berikut sejarahnya secara singkat:[15]

 
Kafe Royal, salah satu kedai kopi pertama di London.
 
Nescafe, dikomersialkan pertama kali pada tahun 1938 di Swiss.

Biji kopi

Dari sekian banyak jenis biji kopi yang dijual di pasaran, hanya terdapat 2 jenis varietas utama, yaitu kopi arabika (Coffea arabica) dan robusta (Coffea robusta).[16] Masing-masing jenis kopi ini memiliki keunikannya masing-masing dan pasarnya sendiri.[butuh rujukan]

Biji kopi arabika

 
Biji kopi arabika, jenis kopi dengan cita rasa terbaik.

Kopi arabika merupakan tipe kopi tradisional dengan cita rasa terbaik.[16] Sebagian besar kopi yang ada dibuat dengan menggunakan biji kopi jenis ini.[butuh rujukan] Kopi ini berasal dari Etiopia dan sekarang telah dibudidayakan di berbagai belahan dunia, mulai dari Amerika Latin, Afrika Tengah, Afrika Timur, India, dan Indonesia.[17] Secara umum, kopi ini tumbuh di negara-negara beriklim tropis atau subtropis.[17] Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 600–2000 m di atas permukaan laut.[butuh rujukan] Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 meter bila kondisi lingkungannya baik.[butuh rujukan] Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-26oC. Biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap.[17]

Biji kopi robusta

 
Biji kopi robusta, jenis kopi kelas 2.

Kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada tahun 1898.[17] Kopi robusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas 2, karena rasanya yang lebih pahit, sedikit asam, dan mengandung kafeina dalam kadar yang jauh lebih banyak.[butuh rujukan] Selain itu, cakupan daerah tumbuh kopi robusta lebih luas daripada kopi arabika yang harus ditumbuhkan pada ketinggian tertentu.[16] Kopi robusta dapat ditumbuhkan dengan ketinggian 800 m di atas permuakaan laut.[butuh rujukan] Selain itu, kopi jenis ini lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit.[butuh rujukan] Hal ini menjadikan kopi robusta lebih murah.[butuh rujukan] Kopi robusta banyak ditumbuhkan di Afrika Barat, Afrika Tengah, Asia Tenggara, dan Amerika Selatan.[17]

Kopi luwak

 
Biji kopi luwak hasil fermentasi alami di perut hewan luwak.

Jenis kopi yang lain merupakan turunan atau subvarietas dari kopi arabika dan robusta.[butuh rujukan] Biasanya disetiap daerah penghasil kopi memiliki keunikannya masing-masing dan menjadikannya sebagai suatu subvarietas.[butuh rujukan] Salah satu jenis kopi lain yang terkenal adalah kopi luwak asli Indonesia.[18]

Kopi luwak merupakan kopi dengan harga jual tertinggi di dunia.[17] Proses terbentuknya dan rasanya yang sangat unik menjadi alasan utama tingginya harga jual kopi jenis ini.[butuh rujukan] Pada dasarnya, kopi ini merupakan kopi jenis arabika.[butuh rujukan] Biji kopi ini kemudian dimakan oleh luwak atau sejenis musang.[16] Akan tetapi, tidak semua bagian biji kopi ini dapat dicerna oleh hewan ini.[18] Bagian dalam biji ini kemudian akan keluar bersama kotorannya.[butuh rujukan] Karena telah bertahan lama di dalam saluran pencernaan luwak, biji kopi ini telah mengalami fermentasi singkat oleh bakteri alami di dalam perutnya yang memberikan cita rasa tambahan yang unik.[18]

Jenis-jenis minuman kopi

Minuman kopi yang ada saat ini sangatlah beragam jenisnya.[19] Masing-masing jenis kopi yang ada memiliki proses penyajian dan pengolahan yang unik.[butuh rujukan] Berikut ini adalah beberapa contoh minuman kopi yang umum dijumpai:[20]

 
Cappuccino.
 
Kopi tubruk.
 
Irish coffee.

Pembuatan minuman kopi

Kopi akan menjalani serangkaian proses pengolahan yang panjang dari biji kopi untuk menjadi minuman kopi.[20] Berbagai metode pengolahan biji kopi telah dicoba untuk menghasilkan minuman kopi terbaik.[butuh rujukan] Dalam hal ini, proses penanaman juga turut berperan dalam menciptakan cita rasa kopi yang baik.[20]

 
Biji kopi siap panen dan bungan putihnya.

Pemanenan dan pemisahan cangkang

 
Pengeringan tradisional biji kopi di Kalibaru, Banyuwangi.

Tanaman kopi selalu berdaun hijau sepanjang tahun dan berbunga putih.[9] Bunga ini kemudian akan menghasilkan buah yang mirip dengan ceri terbungkus dengan cangkang yang keras.[9] Hasil dari pembuahan di bunga inilah yang disebut dengan biji kopi.[butuh rujukan] Pemanenan biji kopi biasanya dilakukan secara manual dengan tangan.[butuh rujukan] Pada tahap selanjutnya, biji kopi yang telah dipanen ini akan dipisahkan cangkangnya.[20] Terdapat dua metode yang umum dipakai, yaitu dengan pengeringan dan penggilingan dengan mesin.[butuh rujukan] Pada kondisi daerah yang kering biasanya digunakan metode pengeringan langsung di bawah sinar matahari.[20] Setelah kering maka cangkang biji kopi akan lebih mudah untuk dilepaskan.[butuh rujukan] Di Indonesia, biji kopi dikeringkan hingga kadar air tersisa hanya 30-35% [21] Metode lainnya adalah dengan menggunkan mesin.[butuh rujukan] Sebelum digiling, biji kopi biasanya dicuci terlebih dahulu.[butuh rujukan] Saat digiling dalam mesin, biji kopi juga mengalami fermentasi singkat.[20] Metode penggilingan ini cenderung memberikan hasil yang lebih baik daripada metode pengeringan langsung.[20]

Pemanggangan

Setelah dipisahkan dari cangkangnya, biji kopi telah siap untuk masuk ke dalam proses pemanggangan.[20] Proses ini secara langsung dapat meningatkan cita rasa dan warna dari biji kopi. Secara fisik, perubahan biji kopi terlihat dari pengeringan biji dan penurunan bobot secara keseluruhan.[20] Pori-pori di sekeliling permukaan biji pun akan terlihat lebih jelas.[butuh rujukan] Warna cokelat dari biji kopi juga akan terlihat memekat.[20]

Penggilingan

Pada tahap selanjutnya, biji kopi yang telah kering digiling untuk memperbesar luas permukaan biji kopi[20]. Dengan bertambah luasnya permukaan maka ekstraksi akan menjadi lebih efisien dan cepat.[butuh rujukan] Penggilingan yang baik akan menghasilkan rasa, aroma, dan penampilan yang baik.[9] Hasil penggilingan ini harus segera dimasukkan dalam wadah kedap udara agar tidak terjadi perubahan cita rasa kopi.[9]

 
Pot vakum, salah satu alat yang dapat digunakan untuk merebus biji kopi.

Seni perebusan

Perebusan merupakan langkah akhir dari pengolahan biji kopi hingga siap dikonsumsi.[butuh rujukan] Untuk menciptakan minuman kopi yang bercita rasa tinggi, perebusan biji kopi harus dilakukan dengan baik dan sempurna.[9] Terdapat banyak variabel dalam perebusan biji kopi, antara lain komposisi biji kopi dan air, ukuran partikel, suhu air yang dipakai, metode, dan waktu perebusan.[9] Kesalahan kecil dalam perebusan kopi dapat menyebabkan penurunan cita rasa.[butuh rujukan] Sebagai contoh, perebusan yang terlalu lama biasanya akan menimbulkan rasa kopi yang terlalu pahit.[9] Oleh karena itu, bukanlah hal yang mudah untuk menyajikan kopi yang baik.[9]

Dekafeinasi

Dekafeinasi atau penghilangan kafeina termasuk ke dalam metode tambahan dari keseluruhan proses pengolahan kopi.[20] Dekafeinasi banyak digunakan untuk mengurangi kadar kafeina di dalam kopi agar rasanya tidak terlalu pahit.[butuh rujukan] Selain itu, dekafeinasi juga digunakan untuk menekan efek samping dari aktivitas kafeina di dalam tubuh.[22] Kopi terdekafeinasi sering dikonsumsi oleh pecandu kopi agar tidak terjadi akumulasi kafeina yang berlebihan di dalam tubuh[22]. Proses dekafeinasi dapat dilakukan dengan melarutkan kafeina dalam senyawa metilen klorida dan etil asetat.[20]

Penjualan dan distribusi

 
Karung kopi Brasil

Konsumsi kopi rata-rata adalah sekitar sepertiga dari air keran di Amerika Utara dan Eropa. Di seluruh dunia, 6,7 juta metrik ton kopi diproduksi setiap tahun pada tahun 1998-2000, dan prediksinya adalah kenaikan menjadi tujuh juta metrik ton per tahun pada tahun 2010.[23]

Brasil tetap menjadi negara pengekspor kopi yang terbesar, namun Vietnam meningkatkan tiga kali lipat ekspornya antara tahun 1995 dan 1999 dan menjadi produsen utama biji robusta.[24] Indonesia adalah pengekspor kopi ketiga terbesar secara keseluruhan dan produsen terbesar kopi arabika yang telah dicuci. Kopi Honduras organik adalah komoditas yang berkembang pesat karena iklim dan tanah Honduras yang subur.

Pada tahun 2013, The Seattle Times melaporkan bahwa harga kopi global turun lebih dari 50 persen dari tahun ke tahun.[25] Di Thailand, biji kopi gading hitam diberikan ke gajah untuk dimakan yang enzim pencernaannya mengurangi rasa pahit dari biji yang dikumpulkan dari kotoran.[26] Biji-biji kopi ini dijual sampai $1100 per kilogram, menjadi kopi termahal di dunia[26] sekitar tiga kali lebih mahal dari biji yang dipanen dari kotoran musang kelapa Asia.[27][28]

Di Indonesia, menurut Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) pada 2014 kebutuhan kopi di Indonesia diperkirakan mencapai 260.000 kilogram. Naik menjadi 280.000 kilogram pada 2015, dan pada tahun 2016 diperkirakan kebutuhan kopi dalam negeri mencapai 300.000 kilogram. Begitu pula konsumsi kopi per kapita. Pada 2014 angkanya adalah 1,03 kilogram per kapita per tahun, kemudian naik menjadi 1,09 kilogram pada 2015. Menurut lembaga riset pasar Euromonitor, kedai kopi specialty dan kafe waralaba di Indonesia bertumbuh cepat sejak lima tahun terakhir. Kini jumlahnya di Indonesia sekitar 1.083 kedai. Sebagian besar ada di Jakarta. Lebih lanjut menurut Euromonitor, pertumbuhan penjualan kopi untuk konsumsi pribadi mencapai pertumbuhan 7 persen setahun. Nilai perdagangannya diperkirakan bisa mencapai Rp11,9 triliun pada 2020.[29]

Pasar komoditas

Kopi dibeli dan dijual sebagai biji kopi hijau oleh roaster, investor, dan spekulan harga sebagai komoditas yang diperdagangkan di pasar komoditas dan exchange-traded fund. Kopi berjangka kontrak untuk arabika yang dicuci Kelas 3 yang diperdagangkan di New York Mercantile Exchange di bawah simbol ticker KC, dengan pengiriman kontrak terjadi setiap tahun pada bulan Maret, Mei, Juli, September, dan Desember.[30] Kopi adalah contoh dari produk yang rentan terhadap variasi harga komoditas berjangka yang signifikan.[31][32] Kelas kopi arabika yang lebih tinggi dan lebih rendah dijual melalui jalur lain. Kontrak berjangka kopi robusta diperdagangkan di London International Financial Futures and Options Exchange dan, sejak tahun 2007, di New York Intercontinental Exchange.

Sejak tahun 1970-an, kopi telah salah digambarkan oleh banyak orang, termasuk sejarawan Mark Pendergrast, sebagai "komoditas kedua yang paling diperdagangkan secara legal" di dunia.[33][34] Sebaliknya, "kopi adalah komoditas kedua yang paling berharga yang diekspor oleh negara-negara berkembang," dari tahun 1970 sampai sekitar tahun 2000.[35] Fakta ini berasal dari Buku Tahunan Komoditas dari Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan yang menunjukkan ekspor komoditas "Dunia Ketiga" menurut nilai pada periode 1970-1998 sebagai minyak mentah di tempat pertama, kopi di kedua, diikuti oleh gula, kapas, dan lain-lain. Kopi tetap menjadi komoditas ekspor penting bagi negara-negara berkembang, tetapi angka yang lebih baru tidak tersedia karena pergeseran dan alam yang dipolitisasi dari kategori "negara berkembang".[33]

Hari Kopi Internasional, yang diklaim berasal di Jepang pada tahun 1983 dengan sebuah acara yang diselenggarakan oleh All Japan Coffee Association, berlangsung pada tanggal 29 September di beberapa negara.[36][37][38]

Kafeina

Kopi terkenal akan kandungan kafeinanya yang tinggi.[39] Kafeina sendiri merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memiliki rasa yang pahit.[40] Berbagai efek kesehatan dari kopi pada umumnya terkait dengan aktivitas kafeina di dalam tubuh.[butuh rujukan] Peranan utama kafeina ini di dalam tubuh adalah meningkatan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi.[41] Efeknya ini biasanya baru akan terlihat beberapa jam kemudian setelah mengonsumsi kopi.[40] Kafeina tidak hanya dapat ditemukan pada tanaman kopi, tetapi juga terdapat pada daun teh dan biji cokelat.[22][40]

 
Struktur molekul kafeina.
 
Teh, minuman dengan kadar kafeina sedang.
Kandungan kafeina dalam berbagai sumber minuman
Sumber Kandungan Kafeina
Secangkir kopi 85 mg
Secangkir teh 35 mg
Minuman berkarbonasi 35 mg
Minuman berenergi 50 mg
Jenis Kopi Kadar
Kopi instan 2,8 - 5,0%
Kopi moka 1,00%
Kopi robusta 1,48%
Kopi arabika 1.10 %

Batas aman konsumsi kafeina yang masuk ke dalam tubuh perharinya adalah 100–150 mg.[39] Dengan jumlah ini, tubuh sudah mengalami peningkatan aktivitas yang cukup untuk membuatnya tetap terjaga.[39]

Selama proses pembutan kopi, banyak kafeina yang hilang karena rusak ataupun larut dalam air perebusan.[39] Di samping itu, pada beberapa kasus pengurangan kadar kafeina justru dilakukan untuk disesuaikan dengan tingkat kesukaan konsumen terhadap rasa pahit dari kopi.[butuh rujukan] Metode yang umum dipakai untuk hal ini adalah Swiss Water Process.[42] Prinsip kerjanya adalah dengan menggunakan uap air panas dan uap untuk mengekstraksi kafeina dari dalam biji kopi.[42] Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada era ini juga telah memungkinkan implementasi bioteknologi dalam proses pengurangan kadar kafeina.[butuh rujukan] Cara ini dilakukan dengan menggunakan senyawa theophylline yang dilekatkan pada bakteri untuk menghancurkan struktur kafeina.[39]

Peranan dalam tubuh

Kandungan kafeina dalam kopi memiliki efek yang beragam pada setiap manusia.[butuh rujukan] Beberapa orang akan mengalami efeknya secara langsung, sedangkan orang lain tidak merasakannya sama sekali.[butuh rujukan] Hal ini terkait dengan sifat genetika yang dimiliki masing-masing individu terkait dengan kemampuan metabolisme tubuh dalam mencerna kafeina.[43] Metabolisme kafeina terjadi dengan bantuan enzim sitokrom P450 1A2 (CYP1A2).[butuh rujukan] Terdapat 2 tipe enzim, yaitu CYP1A2-1 dan CYP1A2-2.[44] Orang yang memiliki enzim CYP1A2-1 mampu mematabolisme kafeina dengan cepat dan efisien sehingga efek dari kafeina dapat dirasakan secara nyata.[butuh rujukan] Enzim CYP1A2-2 memiliki laju metabolisme kafeina yang lambat sehingga kebanyakan orang dengan tipe ini tidak merasakan efek kesehatan dari kafeina dan bahkan cenderung menimbulkan efek yang negatif.[43][44][45]

 
Kopi banyak dikonsumsi oleh para atlet sebelum bertanding.

Banyak isu yang berkembang mengenai efek negatif meminum kopi bagi tubuh, seperti meningkatnya risiko terkena kanker, diabetes melitus tipe 2, insomnia, penyakit jantung, dan kehilangan konsentrasi.[46] Beberapa penelitian justru menyingkapkan hal sebaliknya. Kandungan kafeina yang terdapat di dalam kopi ternyata mampu menekan pertumbuhan sel kanker secara bertahap.[46] Selain itu, kafeina mampu menurunkan risiko terkena diabetes melitus tipe 2 dengan cara menjaga sensitivitas tubuh terhadap insulin.[41] Kafeina dalam kopi juga telah terbukti mampu mencegah penyakit serangan jantung.[46][47] Pada beberapa kasus, konsumsi kopi juga dapat membuat tubuh tetap terjaga dan meningkatkan konsentrasi walau tidak signifikan.[47][48] Di bidang olahraga, kopi banyak dikonsumsi oleh para atlet sebelum bertanding karena senyawa aktif di dalam kopi mampu meningkatkan metabolisme energi, terutama untuk memecahkan glikogen (gula cadangan dalam tubuh).[49]

Selain kafeina, kopi juga mengandung senyawa antioksidan dalam jumlah yang cukup banyak.[50] Adanya antioksidan dapat membantu tubuh dalam menangkal efek pengrusakan oleh senyawa radikal bebas, seperti kanker, diabetes, dan penurunan respon imun.[47] Beberapa contoh senyawa antioksidan yang terdapat di dalam kopi adalah polifenol, flavonoid, proantosianidin, kumarin, asam klorogenat, dan tokoferol.[51] Dengan perebusan, aktivitas antioksidan ini dapat ditingkatkan.[50]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Genus Coffea". Taxonomy. UniProt. Diakses tanggal 2010-05-13. 
  2. ^ (Inggris) Webster M. 2010. Coffee Definition. Diakses pada 5 Mei 2010.
  3. ^ "Methods of Coffee Harvesting: Selective and Strip". Diakses tanggal 2015-09-12. 
  4. ^ "From the Seed to the Cup". Diakses tanggal 2015-09-12. 
  5. ^ (Inggris) Jason. 2008. The History of Coffee. Diakses pada 5 Mei 2010.
  6. ^ US National Coffee Association, USNCA. Top Ten Coffee-Producing Countries. 1999.
  7. ^ Agardh EE, Carlsson S, Ahlbom A, Efendic S, Grill V, Hammar N, Hilding A, Ostenson CGO. 2004. Coffee consumption, type 2 diabetes and impaired glucose tolerance in Swedish men and women. J Internal Med 255(6):645-652.
  8. ^ Ranheim T, Halvorsen B. 2005. Coffee consumption and human health - beneficial or detrimental? - Mechanisms for effects of coffee consumption on different risk factors for cardiovascular disease and type 2 diabetes mellitus. Mol Nutr Food Research 49(3):274-284.
  9. ^ a b c d e f g h i Kopi, Secangkir Minuman yang Nikmat. 2009. Diakses pada 5 Mei 2010 Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "kop1" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  10. ^ a b c d e Bean Scoop. 2006. Coffee History . Diakses pada 13 Mei 2010.
  11. ^ a b http://www.decentcoffee.com/CoffeeHistory.html Coffee History Part One di Decentcoffee.com
  12. ^ a b c d e f g h i j k National Geographic. 2009. Coffee, Beyond The Buzz. Diakses pada 13 Mei 2010.
  13. ^ How Islamic inventors changed the world. Maret 2006. Independent.co.uk
  14. ^ a b c Taubert RT. 2009. The Story of Coffee. Diakses pada 13 Mei 2010.
  15. ^ a b Muddy Waters oleh Mark Schapiro. 1994. UTNE Reader. http://www.2basnob.com/coffee-history.html. Diakses pada 12 Mei 2010.
  16. ^ a b c d Coffee Beans – Varieties Of Coffee: Arabica and Robusta. 2010. http://www.talkaboutcoffee.com/coffee_beans.html. Diakses pada 13 Mei 2010.
  17. ^ a b c d e f Coffee Plants. 2009. Diakses pada 13 Mei 2010.
  18. ^ a b c Coffee Plants. 2009. Diakses pada 13 Mei 2010.
  19. ^ a b c d e f g h i Types Of Coffee – Coffee Varieties I & II. 2010. Diakses pada 14 Mei 2010.
  20. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Brown A. 2008. Understanding Food: Principles and Preparation. Thomson Learning: AS. Halaman: 518-521.
  21. ^ Marsh T. 2006. "Review of the Aceh Coffee Industry". UNDP ERTR Livelihood Component. Halaman 9.
  22. ^ a b c Duff RL. 2006. American Dietetic Association Complete Food and Nutrition Guide. John Wiley & Sons, Inc: Kanada. Halaman: 167-169.
  23. ^ FAO (2003). "Coffee". Medium-term prospects for agricultural commodities. Projections to the year 2010. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Diakses tanggal January 11, 2010. Global output is expected to reach 7.0 million metric tons (117 million bags) by 2010 compared with 6.7 million metric tons (111 million bags) in 1998–2000 
  24. ^ Scofield, Alex. "Vietnam: Silent Global Coffee Power". INeedCoffee. Diakses tanggal January 13, 2010. 
  25. ^ Allison, Melissa (April 12, 2013). "Starbucks lowers prices on bagged coffee at grocers | Business & Technology". The Seattle Times. Diakses tanggal May 3, 2013. 
  26. ^ a b Topper, Rachel (October 15, 2012). "Elephant Dung Coffee: World's Most Expensive Brew Is Made With Pooped-Out Beans". The Huffington Post. Diakses tanggal December 10, 2012. 
  27. ^ Said, Sammy (July 17, 2013). "Top 10 Most Expensive Coffee in the World". The Richest, Valnet Property. Diakses tanggal November 25, 2015. 
  28. ^ Thuot, Buon Me (January 15, 2012). "Coffee in Vietnam: it's the shit". The Economist. Diakses tanggal November 25, 2015. 
  29. ^ "Kota yang Hidup Dari Kopi". tirto.id. Diakses tanggal 2017-09-21. 
  30. ^ NYMEX Coffee Futures Contract Overview via Wikinvest
  31. ^ Ellis, Blake (September 10, 2010). "Coffee prices on the rise". CNN Money. Diakses tanggal April 3, 2012. 
  32. ^ Galatola, Thomas (February 14, 2012). "Coffee Futures Fall to Lowest in 14 Months: Commodities at Close". Bloomberg News. Diakses tanggal April 3, 2012. 
  33. ^ a b Pendergrast, Mark (April 2009). "Coffee: Second to Oil?". Tea & Coffee Trade Journal: 38–41. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 1, 2009. Diakses tanggal May 27, 2014. 
  34. ^ Pendergrast 2001
  35. ^ Talbot, John M. (2004). Grounds for Agreement: The Political Economy of the Coffee Commodity Chain. Rowman & Littlefield. hlm. 50. So many people who have written about coffee have gotten it wrong. Coffee is not the second most valuable primary commodity in world trade, as is often stated. [...] It is not the second most traded commodity, a nebulous formulation that occurs repeatedly in the media. Coffee is the second most valuable commodity exported by developing countries. 
  36. ^ Ismail, Izwan (September 29, 2014). "Let's drink to coffee!". New Straits Times Online. 
  37. ^ "Breakfast buffet: National coffee day – Eatocracy – CNN.com Blogs". Eatocracy.cnn.com. September 29, 2011. Diakses tanggal October 26, 2011. 
  38. ^ "Ten things you didn't know about coffee". Global Saskatoon. September 29, 2011. Retrieved November 4, 2013.
  39. ^ a b c d e Hermanto S. 2007. Kafeina, Senyawa Bermanfaat atau Beracunkah?. Diakses pada 14 Mei 2010.
  40. ^ a b c Siswono. 2007. Kafeina. Diakses pada 14 Mei 2010.
  41. ^ a b Wildman REC.2007. Handboomk of Nutraceuticals and Funtional Foods. Ed ke-2. CRC Press: AS. Halaman: 453-462. Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "book3" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  42. ^ a b Taciuk T. 1991. Swiss Water decaffeinated coffee unlocking the Black Box. Tea Coffee Trade J:1-2.
  43. ^ a b Cornelis MC, El-Sohemy A, Kabagambe EK, and Campos H. 2006. Coffee, CYP1A2 genotype, and risk of myocardial infarction. JAMA 295:1135-41.
  44. ^ a b Bach C. 2008. Caffeine Metabolism DNA Testing: CaffeineGEN™. Diakses pada 15 Mei 2010.
  45. ^ Sata F, Yamada H, Suzuki K, Saijo Y, Kato EH, Morikawa M, Minakami H, Kishi R. 2005. Caffeine intake, CYP1A2 polymorphism and the risk of recurrent pregnancy loss. Mol Human Repro 11(5):357-60.
  46. ^ a b c Yuhardin. 2009. Delapan Khasiat Minum Kopi. Diakses pada 15 Mei 2010.
  47. ^ a b c Smith A, Whitney H, Thomas M, Brockman P. 1999. Effects of caffeine and noise on mood, performance and cardiovascular functioning. Hum Psychopharmacol Clin Experimental 12(1):27-33.
  48. ^ Frewer LJ, Lader M. 2004. The effects of caffeine on two computerized tests of attention and vigilance. Hum Psychopharmacol Clin Experimental 6(2):119-128.
  49. ^ McClaran, Wetter. 2007. Sports nutrition. J Int Soc 4:11.
  50. ^ a b Yanagimoto K, Ochi H, Lee KG, Shibamoto T. 2004. Antioxidative activities of fractions obtained from brewed coffee. J Agric Food Chem 52(3):592-6.
  51. ^ Antioxidants in Coffee. 2009. Diakses pada 15 Mei 2010.

Bacaan lebih lanjut

Pranala luar