MetroTV
MetroTV adalah sebuah jaringan televisi swasta berita yang berkedudukan di Indonesia. MetroTV didirikan oleh PT Media Televisi Indonesia, resmi mengudara sejak 25 November 2000 di Jakarta. Pada awalnya didirikan sebagai perusahaan patungan antara Media Group dan Bimantara Citra, sejak Oktober 2003 MetroTV seluruhnya dimiliki oleh Media Group; yang juga memiliki harian Media Indonesia dan Lampung Post.
MetroTV | |
---|---|
Jenis | Jaringan televisi |
Slogan | Knowledge to Elevate |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Bahasa Indonesia (utama) Bahasa Inggris (sekunder) Bahasa Mandarin (tersier) |
Pendiri | Surya Paloh Sumita Tobing[1] |
Tanggal peluncuran | 25 November 2000 |
Kantor pusat | Gedung Media Group, Jalan Pilar Mas Raya Kav. A–D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Indonesia |
Pemilik | Media Group |
Anggota jaringan | lihat #Jaringan siaran |
Tokoh kunci | Don Bosco Selamun (Direktur Utama) Mohammad Mirdal Akib (Direktur Pelaksana) |
Format gambar | 1080i HDTV 16:9 (diturunkan menjadi 576i 16:9 untuk umpan SDTV) |
Satelit |
|
Kabel |
|
IPTV |
|
Televisi Internet |
|
Situs web | www |
PT Media Televisi Indonesia | |
---|---|
Jakarta Barat, DKI Jakarta Indonesia | |
Saluran | Analog: 57 UHF Digital: 32 UHF Virtual: 22 (HD), 88 (SD) |
Slogan | Knowledge to Elevate |
Pemrograman | |
Afiliasi | MetroTV (stasiun induk) |
Kepemilikan | |
Pemilik | Bimantara Citra (2001–2003)[2][3] Media Group (2000–sekarang) |
Magna Channel (2019–sekarang) BNTV (2019–sekarang) Metro Globe Network (2021–sekarang) Sebelumnya: RCTI (2001–2003) Global TV (2002–2003) TVMP (2007–2009) Celebes TV (2011–2013) | |
Riwayat | |
Siaran perdana | 25 November 2000 |
Makna tanda panggil | Kemungkinan berasal dari kata Metropolitan atau Media elektronik |
Informasi teknis | |
Otoritas perizinan | Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia |
Koordinat transmiter | -6.2187119,106.7298774 |
Pranala | |
Situs web | www |
Sejarah
PT Media Televisi Indonesia sendiri mendapat izin siaran No. 800/MP/PM/1999 pada 25 Oktober 1999,[4] setelah memenangkan seleksi pendirian televisi yang diumumkan Departemen Penerangan di tanggal 12 Oktober 1999 bersama 4 perusahaan televisi baru lainnya (DVN TV, PRTV, Trans TV dan GIB). Awalnya, stasiun televisi ini disebut di berbagai media massa dengan nama MTI TV (Media Televisi Indonesia) dan cakupannya sempat direncanakan hanya bersifat lokal di Jakarta.[5][6] Stasiun televisi ini awalnya dirintis oleh dua orang: Surya Paloh, pemilik Media Indonesia Group (kelompok usaha yang juga memiliki surat kabar Media Indonesia), dan Sumita Tobing (seorang eksekutif pertelevisian yang pernah bekerja di TVRI dan SCTV). Sumita-lah yang mendapatkan izin bagi mendirikan MetroTV, namun kemudian ia mengundurkan diri karena adanya niat Paloh untuk melakukan kerjasama dengan Bimantara Citra yang merupakan perusahaan Cendana.[7] Walaupun demikian, rencana Paloh untuk mendirikan stasiun televisi berita tetap berlanjut, dan MetroTV memulai siarannya dan diresmikan pada 25 November 2000, awalnya mengudara di 7 kota di seluruh Indonesia selama 20 jam sehari.[8][9]
Paloh kemudian tetap melanjutkan rencana kerjasamanya dengan Bimantara, perusahaan yang dimiliki oleh Bambang Trihatmodjo. Paloh dan Bambang Tri memang dikenal sudah bersahabat sejak lama, dan mereka juga berasal dari partai yang sama, yaitu Golkar.[10] Kerjasama ini diwujudkan ketika beberapa saat setelah stasiun televisi ini mulai beroperasi pada 2001, Bimantara menyuntikkan dana senilai Rp 400 miliar ke Metro TV dan mendapat 25% sahamnya. Saham ini, menurut perjanjian keduanya, boleh dibeli lagi oleh Paloh sebelum jatuh tempo pada Desember 2003. Selain itu, Bimantara juga meminjamkan dana Rp 80 miliar dengan jaminan 12.000 saham tambahan milik Paloh di Metro TV dan memberikan dana sebanyak Rp 125 miliar. Dalam rencana awalnya, Metro TV direncanakan Bimantara sebagai pelengkap dari stasiun TV yang sudah mereka miliki, yaitu RCTI sehingga mereka akan bermain di TV berita maupun hiburan. Pada tanggal 1 April 2001, MetroTV mulai mengudara selama 24 jam, menjadikannya stasiun televisi berita pertama di Indonesia, sekaligus yang pertama bersiaran 24 jam. Pada awalnya, stasiun ini beroperasi dengan hanya mengandalkan 220 orang (180 reporter dan 40 kameramen).[9] Seiring perkembangan dan kebutuhan, MetroTV mempekerjakan lebih dari 900 orang, sebagian besar di ruang berita dan daerah produksi.
Seiring waktu, kepemilikan di Bimantara berubah dari sebelumnya oleh Bambang Tri kemudian menjadi dikuasai oleh Hary Tanoesoedibjo. Pada Juni 2003, Bimantara kemudian memutuskan untuk menjual 25% sahamnya di Metro TV kepada PT Centralindo Pancasakti Cellular. Selain menjual sahamnya, piutang Rp 80 miliar Bimantara juga dijual ke Metro TV. Penjualan ini didasarkan oleh Metro TV yang tidak mendapatkan keuntungan dan terus merugi.[11][3] Walaupun memang tidak ada catatan bahwa Paloh memiliki saham di Centralindo, namun dalam konferensi pers, Paloh menyatakan ia berada di belakang PT Centralindo, sehingga kemungkinan ada semacam kesepakatan antara Paloh dan Centralindo (atau pemegang saham lama). Penjualan itu menyebabkan 100% saham Metro TV dipegang oleh Surya Paloh sampai sekarang. Pasca akuisisi itu, ditargetkan Metro TV mendapat titik impas-nya pada 2010. Pendapatannya pada Juli 2005 diperkirakan 70% dari acara berita, sedangkan sisanya dari acara bersponsor.[12]
Dibandingkan dengan stasiun televisi lain yang lebih berkonsep hiburan, MetroTV sendiri sudah mencanangkan untuk menjadi stasiun televisi berita 24 jam pertama di Indonesia. Konsepnya mencontoh stasiun televisi berita Amerika Serikat, CNN dengan titik berat program berita (hard dan soft news), gelar wicara, ulasan terkini, dan dokumenter, maupun awalnya juga menargetkan program berita yang dikemas sebagai hiburan seperti infotainment.[13][14] Program berita yang ditayangkan, termasuk Headline News (program berita satu jam sekali, dicontoh dari CNN);[15] Metro Xin Wen (program berita berbahasa Mandarin pertama di Indonesia); dan Indonesia Now (siaran internasional berbahasa Inggris pertama di Indonesia yang dapat disaksikan dari seluruh dunia). Paloh sendiri disebutkan memiliki visi besar dalam pendirian MetroTV: menghadirkan citra berbeda di televisi, yang pada saat itu didominasi program sinetron dan kekerasan. Modal yang disiapkan dalam pendirian stasiun televisi ini adalah Rp 200 miliar, dan demi membantu siarannya, Paloh sudah merekrut beberapa wartawan dan jurnalis senior, seperti Desi Anwar, Andy F. Noya dan Zsa Zsa Yusharyahya.[8] Hingga saat ini sendiri, MetroTV masih dianggap sebagai salah satu stasiun televisi yang memiliki pembawa acara berita terbanyak di Indonesia. Namun, dalam perkembangannya, stasiun ini kemudian juga memasukkan unsur hiburan dalam program-programnya, meski tetap dalam koridor berita. Salah satunya adalah e-Lifestyle, yakni program gelar wicara yang membahas teknologi informasi dan telekomunikasi.
Pada bulan Agustus 2019, TVRI bersama dua televisi swasta nasional (MetroTV dan Trans7) dan Kemenkominfo secara resmi meluncurkan siaran televisi digital untuk wilayah-wilayah perbatasan Indonesia di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Dengan tujuan agar masyarakat di seluruh wilayah Indonesia bisa menyaksikan acara terbaik dan berkualitas yang ditayangkan seluruh TV nasional dan lokal dengan gambar dan suara yang lebih tajam, bersih, dan jernih serta teknologi yang lebih canggih dari televisi analog, tanpa membutuhkan biaya seperti televisi berlangganan (hanya sekali bayar untuk membeli antena dan dekoder). Yang paling utama dan terpenting masyarakat sudah siap untuk melakukan migrasi (peralihan) TV analog ke digital dalam rangka menghadapi ASO (Analog Switch Off) yang akan diberlakukan pemerintah Republik Indonesia dalam waktu dekat ini.[16]
Identitas
Logo dan slogan baru
Pada tanggal 20 Mei 2010, MetroTV memperkenalkan logo dan slogan barunya, yaitu Knowledge to Elevate. Logo baru tetap menggunakan lambang burung elang dan warna dasar biru dan kuning, tetapi dengan jenis huruf Handel Gothic kursif yang memberikan kesan modern, segar dan futuristik. Penempatan logo pun juga diubah dari posisi semula di pojok kanan atas menjadi di pojok kanan bawah, penempatan ini pun berbeda dari stasiun-stasiun televisi yang ada di Indonesia yang letaknya masih di pojok kanan/kiri atas. Sejak 17 Oktober 2016, logo tersebut kini ditempatkan di sebelah newsticker di pojok kanan paling bawah. Pada tahun 2019, warna pada logo on-air MetroTV berubah dari biru dengan latar belakang putih menjadi putih dengan latar belakang biru untuk siaran Prime Time setiap hari dari pukul 16.00-21.00 WIB. Dan sejak 25 November 2020, bertepatan dengan hari jadinya yang ke-20, MetroTV kembali memperbarui logo on-air-nya di pojok kanan bawah dengan menyisakan lambang elang yang sudah digunakan dari tahun 2010.
Perkembangan slogan
Slogan utama
- Leading the Change (2007–2008)
- Be Smart Be Informed (2008–2010)
- Knowledge to Elevate (2010–sekarang)
Slogan spesial HUT
- News Media Telecast Service (1 Tahun MetroTV)
- All for the Best (2 Tahun MetroTV)
- Triple Star, Triple Experience (3 Tahun MetroTV)
- Excellent Four (4 Tahun MetroTV)
- Moment of Hope (5 Tahun MetroTV)
- Proud of Dedication (6 Tahun MetroTV)
- Leading the Change (7 Tahun MetroTV)
- Proud of our Nation (8 Tahun MetroTV)
- Cinta Negeriku (9 Tahun MetroTV)
- Ten Years for the Nation (10 Tahun MetroTV)
- Menuju Indonesia Gemilang (11 Tahun MetroTV)
- Bersama Menginspirasi Bangsa (12 Tahun MetroTV)
- Tetap Terbaik (13 Tahun MetroTV)
- Semakin Terpercaya (14 Tahun MetroTV)
- Membangun Bangsa Berdaya (15 Tahun MetroTV)
- Menggerakan Harapan Bangsa (16 Tahun MetroTV)
- Adiwarna Bangsa (17 Tahun MetroTV)
- Melangkah Bersama Untuk Indonesia (18 Tahun MetroTV)
- Menebar Inspirasi (19 Tahun MetroTV)
- Terima Kasih Indonesia (20 Tahun MetroTV)
- Kebersamaan Memberi Arti (21 Tahun MetroTV)
Kontroversi
Peristiwa penyanderaan kru MetroTV
Pada 18 Februari 2005, Meutya Hafid dan rekannya, juru kamera, Budiyanto diculik dan disandera oleh sekelompok pria bersenjata ketika sedang bertugas di Irak. Kontak terakhir MetroTV dengan Meutya adalah pada 15 Februari, tiga hari sebelumnya. Mereka akhirnya dibebaskan pada 21 Februari 2005. Sebelum ke Irak, Meutya juga pernah meliput tragedi tsunami di Aceh. Pada tanggal 28 September 2007, Meutya melaunching buku yang ia tulis sendiri, yaitu 168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun turut menyumbangkan tulisan untuk bagian pengantar dari buku ini. Selain presiden, beberapa tokoh lainnya pun menyumbangkan tulisannya yakni Don Bosco Selamun (Pemimpin Redaksi MetroTV 2003-2005) dan Marty Natalegawa (Mantan Juru Bicara Departemen Luar Negeri).[17]
Berjilbab saat membawakan berita
MetroTV pernah dikecam karena melarang salah satu presenternya, Sandrina Malakiano, mengenakan jilbab pada saat siaran, meskipun Sandrina sudah memperjuangkannya selama berbulan-bulan dengan mengajak jajaran pimpinan level atas MetroTV untuk berdiskusi panjang.[18] Larangan inilah yang menyebabkan Sandrina keluar dari MetroTV pada Mei 2006.[19] Menurut pihak MetroTV, mereka hanya akan mengizinkan presenternya berjilbab di depan kamera ketika Ramadan atau hari-hari besar Islam.
Netralitas
Secara umum, netralitas Metro TV seringkali dipertanyakan, salah satunya oleh KPI karena dianggap memberikan porsi pemberitaan mengenai Partai Nasdem lebih banyak dibanding partai lain. Pada pemilihan umum Presiden 2014, Metro TV memperoleh kritikan tajam karena memberikan porsi berita lebih banyak kepada pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla ketimbang pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa.[20] Kritikan yang sama juga dilontarkan kepada 4 stasiun televisi lainnya.[21] KPI secara pribadi juga menyorot Metro TV dan tvOne karena dianggap tidak berimbang dalam pemberitaan seputar Pilpres 2014.[22]
Jaringan siaran
Terestrial
Berikut ini adalah transmisi Metro TV dan stasiun afiliasinya (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan dengan stasiun lokal). Data dikutip dari data Izin Penyelenggaraan Penyiaran Kominfo.[23]
Nama Perusahaan | Nama Stasiun | Daerah | Frekuensi Analog (PAL) | Frekuensi Digital (DVB-T2) [24] |
---|---|---|---|---|
PT Media Televisi Indonesia | MetroTV | DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi | 57 UHF | 32 UHF |
PT Media Televisi Balikpapan | MetroTV Balikpapan | Balikpapan | 54 UHF | 29 UHF |
PT Media Televisi Padang | MetroTV Bukittinggi | Bukittinggi, Padang Panjang | 52 UHF | 42 UHF |
PT Media Televisi Denpasar | MetroTV Bali | Kota Denpasar, Singaraja, Karangasem | 37 UHF | 36 UHF |
PT Dewata Citratama Televisi | 26 UHF | |||
PT Media Televisi Gorontalo | MetroTV Gorontalo | Gorontalo | 42 UHF | |
PT Media Televisi Bandung | MetroTV Jawa Barat | Bandung, Cimahi, Padalarang, Cianjur | 56 UHF | 32 UHF |
PT Media Televisi Semarang | MetroTV Jateng & DIY[25] | Semarang, Ungaran, Kendal, Demak, Jepara, Kudus, Pati, Rembang | 43 UHF | 36 UHF |
PT Media Televisi Yogyakarta | Yogyakarta, Wonosari, Solo, Sleman, Wates | 42 UHF | 27 UHF | |
Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan | off air | 38 UHF | ||
Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, Cilacap | off air | 34 UHF | ||
PT Media Televisi Lestari Satu | MetroTV Batam | Batam | off air | 46 UHF |
MetroTV Jawa Timur | Surabaya, Lamongan, Gresik, Mojokerto, Pasuruan, Bangkalan | 54 UHF | 25 UHF | |
PT Media Televisi Lestari Dua | Jember | off air | 46 UHF | |
PT Media Televisi Lestari Empat | Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo | off air | 34 UHF | |
PT Media Televisi Lestari Lima | Kediri, Pare, Kertosono, Jombang, Blitar, Tulungagung | 54 UHF | 47 UHF | |
PT Media Televisi Lestari Enam | Tuban, Bojonegoro | 47 UHF | ||
PT Malang Infrakomindo Televisi | Malang | 56 UHF | 47 UHF | |
Pacitan | 39 UHF | |||
Banyuwangi | 34 UHF | |||
Situbondo, Bondowoso | 38 UHF | |||
Pamekasan, Sumenep | 54 UHF | 39 UHF | ||
PT Media Televisi Pontianak | MetroTV Kalimantan Barat | Pontianak | 29 UHF | |
PT Media Televisi Banjarmasin | MetroTV Kalimantan Selatan | Banjarmasin, Martapura, Marabahan | 24 UHF | 45 UHF |
MetroTV Kalimantan Timur | Samarinda | 51 UHF | 40 UHF | |
PT Media Televisi Palangkaraya | MetroTV Kalimantan Tengah | Palangka Raya | 43 UHF | |
PT Media Televisi Ambon | MetroTV Maluku | Ambon | 42 UHF | |
PT Media Televisi Ternate | MetroTV Ternate | Ternate | 42 UHF | |
PT Media Televisi Mataram | MetroTV NTB | Mataram | 28 UHF | 35 UHF |
PT Media Televisi Kupang | Metro TV NTT | Kupang | 42 UHF | 41 UHF |
PT Media Televisi Jayapura | MetroTV Papua | Jayapura | 28 UHF | |
PT Media Televisi Makassar | MetroTV Sulawesi Selatan | Makassar, Maros, Sungguminasa, Pangkajene | 39 UHF | 34 UHF |
PT Media Televisi Nusantara Lima | MetroTV Sumatera Barat | Padang, Pariaman | 39 UHF | 42 UHF |
MetroTV Sumatera Selatan[26] | Palembang | 34 UHF | ||
PT Media Televisi Jambi | MetroTV Jambi[27] | Jambi | 37 UHF | |
PT Media Televisi Bengkulu | MetroTV Bengkulu | Bengkulu | 42 UHF | |
PT Media Televisi Bangka Belitung | MetroTV Babel | Pangkal Pinang | 35 UHF | 39 UHF |
PT Media Televisi Lampung | MetroTV Lampung[28] | Bandar Lampung, Kota Metro, Kalianda, Kotabumi, Pringsewu | 36 UHF | 41 UHF |
PT Media Televisi Nusantara Enam | MetroTV Riau | Pekanbaru | 42 UHF | |
PT Media Televisi Palu | MetroTV Sulawesi Tengah | Palu | 49 UHF | |
PT Media Televisi Kendari | MetroTV Sulawesi Tenggara | Kendari | 42 UHF | 39 UHF |
PT Media Televisi Manado | MetroTV Sulawesi Utara | Manado | 42 UHF | 38 UHF |
PT Media Televisi Banda Aceh | MetroTV Aceh | Banda Aceh | 32 UHF | 41 UHF |
PT Media Televisi Medan | MetroTV Sumatera Utara | Medan | 39 UHF | 36 UHF |
PT Media Televisi Jaya Empat | MetroTV Sumedang | Sumedang | 57 UHF | 32 UHF |
PT Media Televisi Jaya Lima | MetroTV Kuningan | Kuningan | 35 UHF | |
PT Banten Infrakomindo Televisi | MetroTV Banten | Malingping, Lebak | 33 UHF | |
Garut | 56 UHF | 23 UHF | ||
Tasikmalaya, Ciamis | 33 UHF | |||
Sukabumi | 33 UHF | |||
Banyuasin | 36 UHF | |||
Tanjung Selor, Tarakan | 45 UHF | |||
Malinau | 48 UHF | |||
Nunukan | 42 UHF | |||
Bontang | 40 UHF | |||
Berau | 38 UHF | |||
Sangatta | 42 UHF | |||
Sendawar | 45 UHF | |||
Tanjung Redeb | 38 UHF | |||
Tanah Grogot | 40 UHF | |||
Lhokseumawe | 41 UHF | |||
Kutacane | 41 UHF | |||
Bireuen | 40 UHF | |||
Sigli | 40 UHF | |||
Sabang | 39 UHF | |||
Sinabang | 39 UHF | |||
Takengon | 42 UHF | |||
Sidikalang | 42 UHF | |||
Sibolga | 42 UHF | |||
Pematangsiantar, Kisaran | 44 UHF | |||
Panyabungan | 48 UHF | |||
Padangsidempuan | 41 UHF | |||
Gunungsitoli | 41 UHF | |||
Balige | 48 UHF | |||
Rantau Prapat | 30 UHF | |||
Kandangan, Rantau | 37 UHF | 41 UHF | ||
Amuntai, Barabai | 41 UHF | |||
Tabalong | 30 UHF | |||
Cirebon | off air | 32 UHF | ||
Bengkalis | 37 UHF | |||
Kolaka | 35 UHF | |||
Kotabaru | 33 UHF | 42 UHF | ||
Merauke | 30 UHF | |||
Pangkalan Bun | 35 UHF | |||
Serang | 31 UHF | 32 UHF | ||
Mamuju | 52 UHF |
Satelit
Satelit-satelit yang digunakan oleh MetroTV:[29]
- Telkom 4 (FTA)
- ChinaSat 10 (Skynindo)
- AsiaSat 9 (Ninmedia)
- SES 7 (MNC Vision)
- SES 9 (Nex Parabola, Matrix Garuda)
- Measat 3b (TransVision)
Ketersediaan di ponsel dan tablet PC
MetroTV News juga tersedia di iOS (App Store) dan Android (Google Play) yang dapat diunduh secara gratis.
Direksi
Daftar direktur utama
No | Nama | Awal jabatan | Akhir jabatan |
---|---|---|---|
1 | Surya Paloh | 1999 | 2006 |
2 | Wisnu Hadi | 2006 | 2011 |
3 | Adrianto Machribie | 2011 | 2017 |
4 | Suryopratomo | 2017 | 2019 |
5 | Don Bosco Selamun | 2019 | sekarang |
Direksi saat ini
Struktur dewan direksi MetroTV saat ini adalah sebagai berikut:[30]
No | Nama | Jabatan |
---|---|---|
1 | Don Bosco Selamun | Direktur Utama |
2 | Mohammad Mirdal Akib | Direktur Pelaksana |
3 | Arief Suditomo | Direktur Pemberitaan |
4 | Agus Mulyadi | Direktur Program dan Pengembangan |
5 | Meniek Andini | Direktur Penjualan dan Pemasaran |
6 | Arif Nugroho | Direktur Keuangan, Hubungan Masyarakat dan Dukungan Teknis |
Acara
Penyiar
Lihat pula
Referensi
- ^ Sumita Tobing
- ^ Artikel dari majalah Gatra: Bos, jangan bersaing
- ^ a b Ekonomi Politik Media Penyiaran
- ^ Proses kerja staf produksi desk megasos – hukrim (megapolitan sosial budaya hukum kriminal) pada metro tv
- ^ Membuka Kejadian Menonjol Media Massa Indonesia Sejak Era Reformasi Sampai 2000
- ^ Jejak Bisnis Chairul Tanjung
- ^ Sebaran Kerajaan Cendana di Bisnis Pertelevisian
- ^ a b Seabad pers kebangsaan, 1907-2007
- ^ a b Default HIBURAN: STASIUN TELEVISI BARU SEGERA MUNCUL
- ^ Televisi Jakarta di atas Indonesia: Kisah Kegagalan Sistem Televisi Berjaringan di Indonesia
- ^ Demokrasi dan globalisasi: meretas jalan menuju kejatidirian
- ^ Target BEP Metro TV 2010
- ^ Gamma, Volume 2,Masalah 33-40
- ^ Imagi-Nations and Borderless Television: Media, Culture and Politics Across Asia
- ^ Bekerja Sebagai News Presenter
- ^ "Kemenkominfo". 2019-09-02. Diakses tanggal 2019-09-07.
- ^ "Tabloid Diplomasi: Meutya dibebaskan oleh penyandera karena berwarga negara Indonesia". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-08-26. Diakses tanggal 2015-01-28.
- ^ "Salinan curhat Sandrina Malakiano di akun facebooknya". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-16. Diakses tanggal 2015-04-17.
- ^ Sandrina Malakiano, dengan Islam Jadi Lebih Sabar dan Ikhlas di Republika Online
- ^ http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/32095-peringatan-tentang-pemberitaan-pasangan-calon-presiden-dan-wakil-presiden-tv-one
- ^ http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/32097-pernyataan-bersama-dewan-pers-dan-komisi-penyiaran-indonesia-tentang-independensi-media-penyiaran
- ^ http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/32130-kpi-imbau-pengelola-tv-jaga-independensi-pemberitaan
- ^ DAFTAR IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN TELEVISI YANG SUDAH DITERBITKAN OLEH MENTERI KOMINFO SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2017
- ^ Peta ISR TV Digital - SDPPI Maps
- ^ Kanal Metro TV Jateng & DIY di YouTube
- ^ METROTV Sumsel
- ^ Station ID metro TV jambi 2016 - 2017 (full version)
- ^ https://metrotvlampung.com/ Situs resmi Lampung
- ^ LyngSat
- ^ https://www.metrotvnews.com/about
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi
- MetroTV di Facebook
- MetroTV di X