Sastra Indonesia
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Sastra Indonesia
Sastra adalah karya seni dengan menggunakan tutur bahasa dengan susunan kata yang menarik sehingga menggugah rasa keindahan, rasa kemanusiaan dan budi pekerti.
Secara metode penyampaian maka Sastra Indonesia terbagi atas 2 bagian besar yaitu :
Secara urutan waktu maka Sastra Indonesia terbagi atas beberapa Angkatan :
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad 20. Pada masa ini karya satra di Indonesia di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat
Karya Sastra Pujangga Lama
- Hikayat Abdullah - Hikayat Andaken Penurat - Hikayat Bayan Budiman - Hikayat Djahidin - Hikayat Hang Tuah - Hikayat Kadirun - Hikayat Kalila dan Damina - Hikayat Masydulhak - Hikayat Pandja Tanderan - Hikayat Putri Djohar Manikam - Hikayat Tjendera Hasan - - Tsahibul Hikayat
- dan berbagai Sejarah, Hikayat, dan Syair lainnya
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Padang dan daerah sumatera lainnya", Cina dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.
- Robinson Crusoe (terjemahan)
- Lawan-lawan Merah
- Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
- Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
- Kapten Flamberger (terjemahan)
- Rocambole (terjemahan)
- Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
- Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
- Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
- Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
- Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
- Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
- Cerita Nyi Paina
- Cerita Nyai Sarikem
- Cerita Nyonya Kong Hong Nio
- Nona Leonie
- Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
- Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
- Cerita Rossina
- Nyai Isah oleh F. Wiggers
- Drama Raden Bei Surioretno
- Syair Java Bank Dirampok
- Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
- Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
- Tambahsia
- Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
- Nyai Permana
- Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo)
- dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya
Karya sastra di Indonesia sejak tahun 1920 - 1950, yang dipelopori oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak dan bahasa Madura.
Pengarang dan karya sastra Angkatan Balai Pustaka
- Nur Sutan Iskandar
- Apa Dayaku Karena Aku Seorang Perempuan
- Hulubalang Raja (1961)
- Karena Mentua (1978)
- Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
- Abdul Muis
- Pertemuan Djodoh (1964)
- Salah Asuhan
- Surapati (1950)
- Suman Hs.
- Kasih Ta' Terlarai (1961)
- Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
- Pertjobaan Setia (1940)
- Hamka
- Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938)
- Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1957)
- Tuan Direktur (1950)
- Didalam Lembah Kehidoepan (1940)
- Anak Agung Pandji Tisna
- Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1975)
- Sukreni Gadis Bali (1965)
- I Swasta Setahun di Bedahulu (1966)
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai Raja Pengarang Balai Pustaka oleh sebab banyaknya karya tulisnya pada masa tersebut.
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi "bapak" sastra modern Indonesia.
Pada masa itu, terbit pula majalah "Poedjangga Baroe" yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu 1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah dan; 2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Penulis dan karya sastra Pujangga Baru
- Sutan Takdir Alisjahbana
- Layar Terkembang (1948)
- Tebaran Mega (1963)
- Armijn Pane
- Belenggu (1954)
- Jiwa Berjiwa
- Gamelan Djiwa - kumpulan sajak (1960)
- Djinak-djinak Merpati - sandiwara (1950)
- Kisah Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953)
- Tengku Amir Hamzah
- Nyanyi Sunyi (1954)
- Buah Rindu (1950)
- Setanggi Timur (1939)
- Sanusi Pane
- Pancaran Cinta (1926)
- Puspa Mega (1971)
- Madah Kelana (1931/1978)
- Sandhyakala ning Majapahit (1971)
- Kertadjaja (1971)
- Selasih
- Kalau Ta' Oentoeng (1933)
- Pengaruh Keadaan (1957)
- J.E.Tatengkeng
- Rindoe Dendam (1934)
Angkatan '45
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik - idealistik.
Penulis dan karya sastra Angkatan '45
- Chairil Anwar
- Kerikil Tadjam (1949)
- Deru Tjampur Debu (1949)
- Asrul Sani, Rivai Apin Chairil Anwar
- Tiga Menguak Takdir (1950)
- Pramoedya Ananta Toer
- Bukan Pasar Malam (1951)
- Ditepi Kali Bekasi (1951)
- Gadis Pantai
- Keluarga Gerilja (1951)
- Mereka jang Dilumpuhkan (1951)
- Perburuan (1950)
- Tjerita dari Blora (1963)
- Mochtar Lubis
- Tidak Ada Esok (1982)
- Djalan Tak Ada Udjung (1958)
- Si Djamal (1964)
- Achdiat K. Mihardja
- Atheis - 1958
- Trisno Sumardjo
- Katahati dan Perbuatan (1952)
- Terjemahan karya W. Shakespeare: Hamlet, Impian di tengah Musim, Macbeth, Raja Lear, Romeo dan Julia, Saudagar Venezia, dll.
- M.Balfas
- Lingkaran-lingkaran Retak, kumpulan cerpen (1978)
- Utuy Tatang Sontani
- Suling (1948)
- Tambera (1952)
- Awal dan Mira - drama satu babak (1962)
Angkatan 50-an
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B.Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lekra (Lembaga Kebudajaan Rakjat) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan satrawan di Indonesia pada awal tahun 60; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G-30-S di Indonesia.
Penulis dan karya sastra Angkatan 50-60-an
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada akhir dekade 80-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, dimana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
- Nugroho Notosusanto
- Hujan Kepagian (1958)
- Rasa Sajangé (1961)
- Tiga Kota (1959)
- Ajip Rosidi
- Cari Muatan
- Ditengah Keluarga (1956)
- Pertemuan Kembali (1960
- Sebuah Rumah Buat Hari Tua
- Tahun-tahun Kematian (1955)
- Subagio Sastrowardojo
- Simphoni (1957)
- Trisnojuwono
- Angin Laut (1958)
- Dimedan Perang (1962)
- Laki-laki dan Mesiu (1951)
- Ali Akbar Navis
- Bianglala: kumpulan tjerita pendek (1963)
- Hudjan Panas (1963)
- Robohnja Surau Kami: 8 tjerita pendek pilihan (1950)
- Nh. Dini
- Dua Dunia (1950)
- Hati jang Damai (1960)
- Toto Sudarto Bachtiar
- [Suara : kumpulan sadjak 1950-1955]] (1962)
- Etsa, sadjaksadjak (1958)
- Bokor Hutasuhut
- Datang Malam (1963)
- Sitor Situmorang
- Dalam Sadjak (1950)
- Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
- Pertempuran dan Saldju di Paris (1956)
- Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
- Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)
- dan banyak lagi karya sastra lainnya
Angkatan 66-70-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra, munculnya karya sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dll pada masa angkatan ini di Indonesia. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya karya sastra pada masa angkatan ini. Sastrawan pada akhir angkatan yang lalu termasuk juga dalam kelompok ini seperti Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Seorang sastrawan pada angkatan 50-60-an yang mendapat tempat pada angkatan ini adalah Iwan Simatupang. Pada masanya, karya sastranya berupa novel, cerpen dan drama kurang mendapat perhatian bahkan sering menimbulkan kesalah-pahaman; ia lahir mendahului jamannya.
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Akhudiat, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail dan banyak lagi yang lainnya.
Karya Sastra Angkatan '66
- Abdul Hadi WM
- Laut Belum Pasang – (kumpulan puisi)
- Meditasi – (kumpulan puisi)
- Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur – (kumpulan puisi)
- Tergantung Pada Angin – (kumpulan puisi)
- Anak Laut Anak Angin – (kumpulan puisi)
- Sapardi Djoko Damono
- Dukamu Abadi – (kumpulan puisi)
- Mata Pisau dan Akuarium – (kumpulan puisi)
- Perahu Kertas – (kumpulan puisi)
- Sihir Hujan – (kumpulan puisi)
- Hujan Bulan Juni – (kumpulan puisi)
- Arloji – (kumpulan puisi)
- Ayat-ayat Api – (kumpulan puisi)
- Umar Kayam
- Seribu Kunang-kunang di Manhattan
- Sri Sumarah dan Bawuk – (kumpulan cerita pendek)
- Lebaran di Karet, di Karet - (kumpulan cerita pendek)
- Pada Suatu Saat di Bandar Sangging -
- Kelir Tanpa Batas
- Para Priyayi
- Arifin C. Noer
- Tengul – (drama)
- Sumur Tanpa Dasar – (drama)
- Kapai Kapai – (drama)
- Djamil Suherman
- Sarip Tambak-Oso
- Umi Kulsum – (kumpulan cerita pendek)
- Perjalanan keachirat
- Sakerah
dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dasawarsa 80-an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Majalah Horison tidak ada lagi, karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili Angkatan dekade 80-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Kurniawan Junaidi.
Karya Sastra Angkatan Dasawarsa 80-an
Antara lain adalah:
- Badai Pasti Berlalu - Cintaku di Kampus Biru - Sajak Sikat Gigi - Arjuna Mencari Cinta - Manusia Kamar - Karmila
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad 19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 80-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 80-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop (tetapi tetap sah disebut sastra, jika sastra dianggap sebagai salah satu alat komunikasi), yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman dengan Serial Lupus-nya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih "berat".
Budaya barat dan konflik-konfliknya sebagai tema utama cerita terus mempengaruhi sastra Indonesia sampai tahun 2000.
Sastrawan Angkatan Reformasi
Sastrawan angkatan Reformasi mulai merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 90-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatar belakangi kisah novel fiksi.
Sastrawan Angkatan 2000-an
Setelah wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki 'juru bicara', Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya Angkatan 2000. Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya pun diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta, tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
Ahmadun Yosi Herfanda adalah salah seorang penyair terpenting Indonesia yang dimasukkan oleh Korrie Layun Rampan ke dalam Angkatan 2000, tapi ia sebenarnya telah banyak menulis sajak sejak awal 1980-an. Ini dapat dilihat dari buku-bukunya yang telah terbit sejak dasawarsa 1980-an, antara lain:
- Ladang Hijau (Eska Publishing, 1980),
- Syair Istirah (bersama Emha Ainun Nadjib dan Suminto A. Sayuti, Masyarakat Poetika Indonesia, 1986),
- Sajak Penari (kumpulan puisi, Masyarakat Poetika Indonesia, 1990),
- Sebelum Tertawa Dilarang (kumpulan cerpen, Balai Pustaka, 1997),
- Fragmen-fragmen Kekalahan (kumpulan sajak, Forum Sastra Bandung, 1997),
- Sembahyang Rumputan (kumpulan puisi, Bentang Budaya, 1997),
- Ciuman Pertama untuk Tuhan (kumpulan puisi, Logung Pustaka, 2004),
- Sebutir Kepala dan Seekor Kucing (kumpulan cerpen, Bening Publishing, 2004),
- Badai Laut Biru (kumpulan cerpen, Senayan Abadi Publishing, 2004),
- The Warshipping Grass (kumpulan puisi bilingual, Bening Publishing, 2005).
Ahmadun dikenal sebagai 'penyair sufistik', namun banyak juga menulis sajak-sajak sosial-religius. Sedangkan cerpen-cerpennya bergaya karikatural dengan tema-tema kritik sosial. Ahamdun juga banyak menulis esei sastra.
Biografi lengkap Ahmadun Yosi Herfanda adalah sbb: Lahir di Kaliwungu, Kendal, 17 Januari 1958. Alumnus FPBS IKIP Yogyakarta ini menyelesaikan S-2 jurusan Magister Teknologi Informasi pada Universitas Paramadina Mulia, Jakarta, 2005. Ia pernah menjadi Ketua III Himpunan Sarjana Kesastraan Indonesia (HISKI, 1993-1995), dan ketua Presidium Komunitas Sastra Indonesia (KSI, 1999-2002). Tahun 2003, bersama cerpenis Hudan Hidayat dan Maman S Mahayana, ia mendirikan Creative Writing Institute (CWI). Selain itu, sempat menjadi anggota Dewan Penasihat dan (kini) anggota Mejelis Penulis Forum Lingkar Pena (FLP). Sehari-hari kini ia redaktur sastra Harian Umum Republika. Selain puisi, ia juga menulis cerpen dan esei. Karya-karyanya dipublikasikan di berbagai media sastra dan antologi puisi yang terbit di dalam dan luar negeri. Antara lain, Horison, Ulumul Qur’an, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana (Brunei), antaologi puisi Secreets Need Words (Harry Aveling, ed, Ohio University, USA, 2001), Waves of Wonder (Heather Leah Huddleston, ed, The International Library of Poetry, Maryland, USA, 2002), jurnal Indonesia and The Malay World (London, Ingris, November 1998), The Poets’ Chant (The Literary Section, Committee of The Istiqlal Festival II, Jakarta, 1995). Beberapa kali sajak-sajaknya dibahas dalam Sajak-Sajak Bulan Ini Radio Suara Jerman (Deutsche Welle). Cerpennya, Sebutir Kepala dan Seekor Kucing memenangkan salah satu penghargaan dalam Sayembara Cerpen Kincir Emas 1988 Radio Nederland (Belanda) dan dibukukan dalam Paradoks Kilas Balik (Radio Nederland, 1989). Tahun 1997 ia meraih penghargaan tertinggi dalam Peraduan Puisi Islam MABIMS (forum informal Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura). Tahun 1998 ia diundang untuk membacakan sajak-sajaknya dalam Festival Kesenian Perak di Ipoh, Malaysia. Tahun 1997 ia menjadi pembicara dalam Pertemuan Sastrawan Nusantara (PSN) IX Padang. Tahun 1999 ia mengikuti PSN X di Johor Baharu, Malaysia, dan menjadi pembicara pada Pertemuan Sastrawan Muda Nusantara Pra-PSN di Malaka. Tahun 2002 ia menjadi pembicara dan membacakan sajak-sajaknya dalam festival kesenian Islam di Universitas Al Azhar, Cairo, Mesir. Agustus 2003 ia diundang untuk membacakan sajak-sajaknya dalam simposium penyair The International Society of Poets di New York, AS. September 2004 menjadi pembicara dalam PSN XIII di Surabaya. Ia juga sering diundang untuk menjadi pembicara dalam berbagai diskusi dan seminar sastra nasional maupun internasional. Buku-bukunya yang telah terbit adalah Sang Matahari (puisi, Nusa Indah, Ende, 1984), Sajak Penari (puisi, Masyarakat Poetika Indonesia, Yogyakarta, 1991), Fragmen-Fragmen Kekalahan (puisi, Penerbit Angkasa, Bandung, 1996), Sembahyang Rumputan (puisi, Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta, 1996), Sebelum Tertawa Dilarang (cerpen, Balai Pustaka, Jakarta, 1997), Ciuman Pertama Untuk Tuhan (puisi dwi-bahasa, Logung Pustaka, 2004), Sebutir Kepala dan Seekor Kucing (cerpen, Being Publishing, 2004), Badai Laut Biru (cerpen, Senayan Abadi Publishing, Jakarta, 2004), dan The Worshipping Grass (puisi dwi bahasa, Bening Publishing, Jakarta, 2005). Buku-buku barunya yang sedang dalam proses terbit, antara lain Resonansi Indonesia (kumpulan puisi), dan Koridor yang Terbelah (kumpulan esei). Sajak-sajak dan tentang dirinya juga dapat ditemukan di www.poetry.com, www.yahoo.com, www.google.com, dan www.cybersastra.net. Kini tinggal di Vila Pamulang Mas Blok L-3 No. 9, Phone/Fax (62-21)-7444765, Pamulang, Ciputat 15415, Indonesia. Email: ahmadun21@yahoo.com. Mobile: 081315382096.*
Ahmad Nurullah
Ahmad Syubanuddin Alwy
Ayu Utami dengan karyanya Saman, sebuah fragmen dari cerita Laila Tak Mampir di New York. Karya ini menandai awal bangkitnya kembali sastra Indonesia setelah hampir 20 tahun. Gaya penulisan Ayu Utami yang terbuka, bahkan vulgar, itulah yang membuatnya menonjol dari pengarang-pengarang yang lain. Novel lain yang ditulisnya adalah Larung, lanjutan dari cerita Saman.
Cybersastra
Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (internet)baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit maupun situs pribadi. Ada beberapa situs Sastra Indonesia di dunia maya.