Mahathir Mohamad
Tun Dr. Mahathir bin Mohamad (IPA: [maˈhaðɪr bɪn moˈhamad], Jawi: محاضير بن محمد; lahir 10 Juli 1925) adalah seorang dokter dan politikus senior berkebangsaan Malaysia yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia dari tahun 1981 sampai 2003 dan kembali terpilih untuk kedua kalinya dari tahun 2018 hingga 2020, menggantikan Najib Razak sekaligus mengakhiri kekuasaan Barisan Nasional selama 60 tahun terakhir di Malaysia.[2] Dalam buku "A Doctor in the House: Memoirs of Tun Dr. Mahathir Mohamad" (bahasa Indonesia: Dokter Umum: Tun Dr. Mahathir Mohamad dalam Kenangan), Mahathir menuliskan sebuah pengakuan bahwa tanggal kelahiran sebenarnya adalah 10 Juli 1925, tetapi ayahnya mengubah tanggal kelahirannya pada akta kelahiran sebagai 20 Desember 1925 untuk memudahkan urusan pendaftaran sekolah. Menggunakan kata "Che Det" sebagai nama pena, ia menulis artikel pertama yang diterbitkan oleh surat kabar The Straits Times di Singapura pada 20 Juli 1947 yang berjudul "Malay Women Make Their Own Freedom" (bahasa Indonesia: Perempuan Melayu Membuat Kebebasan Mereka Sendiri).
Sebagai perdana menteri, Mahathir telah menjabat selama 22 tahun sejak penobatannya untuk menggantikan Hussein Onn hingga menyatakan pensiun dari politik pada tahun 2003. Meski telah berjanji tidak akan terlibat kembali dalam politik, ia sebenarnya tidak benar-benar meninggalkan panggung politik dan terus mengungkapkan pendapat yang kuat melalui blognya, termasuk mengkritik Abdullah Ahmad Badawi dan Najib Razak selama mereka memimpin pemerintahan.[3] Pada 2016, ia mendirikan Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) bersama Mukhriz Mahathir dan Muhyiddin Yassin, serta menjabat sebagai ketua umumnya, sampai pada akhirnya ia kembali memimpin Malaysia sebagai perdana menteri pada tahun 2018. Mahathir pada tanggal 24 Februari 2020 harus merelakan jabatannya setelah kehilangan dukungan dari partai yang telah dibentuknya hingga berujung pada pemberhentian sebagai anggota partai. Ia tetap bersikukuh membangun kembali partai politik berlandaskan etnis Melayu dengan nama Partai Pejuang Tanah Air (Pejuang).[4]
Kiprahnya di pemerintahan dimulai ketika Mahathir ditunjuk oleh Perdana Menteri Abdul Razak Hussein untuk menduduki jabatan Menteri Pendidikan Malaysia pada tanggal 5 September 1974, hingga digantikan oleh Musa Hitam pada 31 Desember 1977. Di masa pemerintahan Hussein Onn, ia duduk mendampingi Hussein sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia merangkap sebagai menteri pendidikan dari 1976 sampai 1981. Berbagai kursi di kementerian telah ia emban, seperti Menteri Perdagangan dan Industri, Menteri Pertahanan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Keuangan. Pada 2 Januari 2020, Maszlee Malik yang saat itu menjabat menteri pendidikan mengumumkan pengunduran dirinya,[5] sehingga Mahathir menunjuk dirinya sendiri untuk menjabat sebagai Menteri Pendidikan sementara hingga dirinya bersama anggota kabinetnya mundur pada 24 Februari 2020 menyusul krisis politik yang melanda Malaysia.
Masa muda
Mahathir lahir di No. 18, Lorong Kilang Ais, Seberang Perak, Alor Setar, Kedah yang merupakan ibukota kesultanan Melayu Kedah ketika protektorat Inggris pada tanggal 10 Juli 1925 dengan status anak bungsu dari 10 bersaudara dalam keluarga. Ia terlahir dari kalangan keluarga yang sederhana dari pasangan Mohammad bin Iskandar dan Wan Tempawan binti Wan Hanapi. Dalam akta kelahiran, ayahnya mengubah tanggal kelahiran seluruh saudara kandungnya, termasuk Mahathir menjadi bulan Desember untuk memudahkan urusan pendaftaran sekolah. Secara aspek terkait kelahiran Mahathir yang membuat dirinya berbeda dari enam mantan perdana menteri Malaysia lainnya, yaitu ia tidak dilahirkan dalam aristokrasi, keluarga yang agamis, dan juga tokoh politik terkemuka.[6][note 1] Saat ini, rumah kelahirannya diubah menjadi kompleks rumah kelahiran Mahathir Mohamad dan dibuka untuk umum.[9]
Ayah Mahathir, Mohammad Iskandar memiliki etnis Melayu Pulau Pinang berketurunan Melayu dan India. Kakek dari pihak ayah Mahathir berasal dari Rangunia, Kepresidenan Benggala, Kemaharajaan Britania (sekarang Divisi Chittagong, Bangladesh) dan menikah dengan seorang perempuan etnis Melayu.[10] Sedangkan ibunya, Wan Tempawan Wan Hanapi merupakan seorang perempuan berketurunan Melayu dari Kedah. Mohamad adalah seorang kepala sekolah dasar berstatus sosio-ekonomi yang berarti putrinya tidak dapat mendaftar di sekolah menengah; sedangkan Wan Tempawan hanya memiliki hubungan jauh dengan anggota keluarga kerajaan Kedah. Keduanya telah menikah sebelumnya; Mahathir lahir dengan enam saudara tiri dan dua saudara kandung.[7]
Ketika sekolah, Mahathir adalah siswa yang memiliki sifat pekerja keras. Disiplin yang dituntut oleh ayahnya memotivasi dia untuk belajar, sehingga ia menunjukkan sedikit minat dalam olahraga. Ia mengenyam pendidikan awal di Sekolah Melayu Seberang Perak, Alor Setar, Kedah. Setelah lulus, ia kemudian melanjutkan studinya di Government English School (bahasa Indonesia: Sekolah Bahasa Inggris Pemerintah) (GES) (sekarang Perguruan Tinggi Sultan Abdul Hamid), Alor Setar pada tahun 1932. Ketika sekolah-sekolah ditutup pada masa Pendudukan Jepang di Malaya, ia memulai usaha kecil dengan menjual kopi, pisang goreng, dan makanan ringan lainnya.[11] Setelah peperangan berakhir, ia lulus dari sekolah menengah dengan nilai tinggi dan mendaftar untuk menempuh pendidikan tinggi pada jurusan kedokteran di Sekolah Tinggi Ilmu Kedokteran Raja Edward VII di Singapura.[12] Mahathir mulai mengenal Siti Hasmah Mohamad Ali yang juga sesama mahasiswa di fakultas kedokteran. Setelah lulus dan meraih gelar Ijazah Sarjana Muda Kedokteran dan Pembedahan (MBBS), Mahathir bekerja sebagai dokter magang di dinas pemerintahan sebelum menikah dengan Siti Hasmah pada tahun 1956, setelah itu kembali ke Alor Setar pada tahun berikutnya untuk membuka praktik sendiri. Ia merupakan dokter Melayu pertama di kota itu yang berhasil meraih kesuksesan dengan membangun sebuah rumah besar miliknya sendiri, berinvestasi dalam berbagai bisnis, dan mempekerjakan seorang pria beretnis Tionghoa sebagai pengemudinya dengan mobil antik milik Mahathir, yakni Pontiac Catalina.[13][14]
Kiprah politik awal
Mahathir memulai karier politiknya pada akhir masa pendudukan Jepang ketika ia tergabung dalam aksi demonstrasi untuk menentang pemberian hak kewarganegaraan kepada penduduk non-Melayu di Uni Malaya.[15] Kemudian, ia menuntut aksi afirmatif bagi kaum Melayu yang melaksanakan studinya di Fakultas Kedokteran. Saat menjadi mahasiswa, ia turut aktif berkontribusi sebagai penulis di The Straits Times dengan nama samaran "C.H.E. Det" dan menuliskan sebuah jurnal mahasiswa, di mana ia kerap memperkenalkan hak-hak pribumi, khususnya Melayu melalui tulisannya, seperti mengusulkan Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi Malaya.[16] Ketika berpraktik sebagai dokter di Alor Setar, Mahathir telah aktif di Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu atau UMNO dan termasuk salah satu orang pertama yang mendaftarkan diri sebagai kader partai tersebut. Pada saat pemilihan umum pertama pasca kemerdekaan Malaya, ia ditunjuk untuk memimpin UMNO di Kedah.[17]
Perdana Menteri Malaysia (1981–2003)
Dalam negeri
Mahathir dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia pada tanggal 16 Juli 1981 pada usia 56 tahun.[18] Salah satu keputusan pertamanya adalah membebaskan 21 orang yang dijerat Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri, termasuk wartawan Samad Ismail dan mantan wakil menteri kabinet Hussein, Abdullah Ahmad, yang diduga anggota gerakan komunis bawah tanah.[19] Ia mengangkat sekutu dekatnya, Musa Hitam, sebagai Wakil Perdana Menteri.[20]
Tahun-tahun pertama (1981–1987)
Mahathir berhati-hati selama dua tahun pertama memerintah. Ia mengonsolidasikan kekuasaannya sebagai ketua UMNO, lalu perdana menteri setelah memenangi pemilu 1982.[21][22] Pada tahun 1983, Mahathir memulai perseteruan pertama dalam serangkaian perselisihan yang kelak terjadi antara pemerintah dan kerajaan Malaysia. Posisi Yang di-Pertuan Agong, kepala negara Malaysia, akan diserahkan ke Idris Shah II dari Perak atau Iskandar dari Johor yang cukup kontroversial. Mahathir sangat keberatan dengan kedua sultan tersebut. Keduanya adalah pemimpin aktivis, dan Iskandar sendiri beberapa tahun sebelumnya dijerat pasal pembunuhan.[23][24] Mahathir mencoba lebih dulu membatasi kekuasaan pewaris takhta baru atas pemerintahannya. Ia mengusulkan amendemen Konstitusi Malaysia ke parlemen supaya Raja dianggap menyetujui RUU apapun yang belum disetujui oleh Parlemen dalam kurun 15 hari. Amendemen tersebut juga menyerahkan kekuasaan menyatakan keadaan darurat dari Raja ke Perdana Menteri. Raja saat itu, Ahmad Shah dari Pahang, menyetujui usulan tersebut, tetapi menolak setelah ia tahu bahwa usulan tersebut akan menganggap para sultan menyetujui RUU yang disahkan parlemen negara bagian. Atas dukungan para sultan, Raja menolak menyetujui amendemen konstitusi yang sudah disahkan parlemen.[25][26] Ketika publik menyadari kebuntuan ini dan para sultan menolak bersepakat dengan pemerintah, Mahathir memimpin demonstrasi di jalanan. Pers berpihak dengan pemerintah, meski sebagian masyarakat Melayu, termasuk politikus UMNO konservatif, dan bahkan sebagian besar masyarakat Tionghoa mendukung sultan. Krisis mereda setelah lima bulan karena Mahathir dan para sultan saling bersepakat. Hak Raja untuk menyatakan keadaan darurat akan dipertahankan, tetapi apabila ia menolak menyetujui RUU, RUU tersebut akan dikembalikan ke Parlemen sehingga veto Raja tidak berlaku.[27]
Di bidang ekonomi, Mahathir mewarisi Dasar Ekonomi Baru dari pendahulunya yang dirancang untuk memperbaiki posisi ekonomi bumiputera (suku Melayu dan pribumi Malaysia) melalui tindakan afirmatif di berbagai sektor seperti kepemilikan perusahaan dan penerimaaan mahasiswa baru.[28] Mahathir juga secara aktif mendorong privatisasi BUMN sejak awal 1980-an. Alasannya, pemimpin negara lainnya seperti Margaret Thatcher menerapkan ekonomi liberal dan ia merasa perpaduan ekonomi liberal dan tindakan afirmatif bagi bumiputera dapat menciptakan kesempatan ekonomi bagi usaha-usaha bumiputera.[29] Pemerintahannya memprivatisasi maskapai penerbangan, sarana umum, dan telekomunikasi. Sekitar 50 BUMN diprivatisasi setiap tahun pada pertengahan 1990-an.[30] Meski privatisasi secara umum memperbaiki kondisi kerja karyawan Malaysia di berbagai sektor industri dan menaikkan pemasukan pemerintah, banyak privatisasi yang terjadi tanpa proses tender terbuka dan menguntungkan orang-orang Melayu pendukung UMNO. Salah satu proyek infrastruktur terkenal waktu itu adalah pembangunan Lebuhraya Utara–Selatan, jalan tol yang membentang dari perbatasan Thailand ke SIngapura; kontrak pembangunan jalan tol ini diberikan kepada sayap bisnis UMNO.[31] Mahathir memimpin pendirian produsen mobil Proton, hasil usaha patungan antara pemerintah Malaysia dan Mitsubishi. Pada akhir 1980-an, dengan bantuan tarif protektif, Proton menjelma dari perusahaan merugi menjadi produsen mobil terbesar di Asia Tenggara.[32]
Mahathir mengalahkan PAS pada pemilu 1986 dengan memenangi 83 dari 84 kursi; PAS hanya diwakili oleh satu anggota parlemen.[33]
Pelaksanaan kekuasaan (1987–1990)
Bayangan dominasi politik Mahathir usai pemilu 1986 tidak berlangsung lama. Pada tahun 1987, Tengku Razaleigh Hamzah menantang Mahathir dalam perebutan kursi presiden UMNO dan perdana menteri. Karier Razaleigh semakin memburuk pada era Mahathir. Ia diturunkan dari Menteri Keuangan menjadi Menteri Perdagangan dan Industri. Razaleigh didukung oleh Musa yang setahun sebelumnya mundur dari jabatan wakil perdana menteri. Meski Musa dan Mahathir awalnya sekutu dekat, keduanya berselisih pada masa pemerintahan Mahathir. Musa mengklaim bahwa Mahathir tidak lagi memercayainya. Razaleigh dan Musa bertarung merebut jabatan presiden dan wakil presiden UMNO melawan Mahathir dan wakilnya yang baru, Ghafar Baba. Kedua pasangan ini masing-masing dikenal dengan sebutan Tim B dan Tim A. Tim A Mahathir didukung pers, sebagian besar pejabat tinggi partai, dan bahkan Iskandar, kini Raja Malaysia. Dalam pemilu tanggal 24 April 1987, Tim A menang. Mahathir terpilih lagi dengan selisih kecil. Ia mendapat 761 suara delegasi partai, sedangkan Razaleigh mendapat 718. Ghafar Baba mengalahkan Musa dengan selisih yang agak besar. Mahathir kemudian memecat tujuh pendukung Tim B dari kementeriannya, sedangkan Tim B menolak mengakui kekalahan dan mengajukan gugatan hukum. Pada Februari 1988, Pengadilan Tinggi memutuskan bahwa UMNO adalah organisasi ilegal karena sebagian cabangnya tidak terdaftar secara resmi.[34][35] Setiap faksi berlomba mendaftarkan partai baru dengan nama UMNO. Kubu Mahathir berhasil mendaftarkan nama "UMNO Baru", sedangkan permohonan pendaftaran "UMNO Malaysia" oleh Tim B ditolak. UMNO Malaysia, di bawah kepemimpinan Tengku Razaleigh Hamzah dan didukung mantan PM Abdul Rahman dan Hussein, memutuskan mendirikan partai Semangat 46.[36]
Setelah selamat dari krisis politik, setidaknya sementara, Mahathir mulai menantang cabang yudisial. Ia khawatir putusan pendaftaran UMNO Baru akan dibatalkan oleh banding Tim B. Ia merumuskan amendemen konstitusi lewat parlemen yang menghapus kekuasaan Pengadilan Tinggi untuk melakukan peninjauan hukum. Kini, Pengadilan Tinggi hanya bisa memproses peninjauan hukum sesuai undang-undang khusus yang mengatur kekuasaan tersebut.Presiden Mahkamah Agung, Salleh Abas, menanggapinya dengan mengirim nota protes ke Raja. Mahathir kemudian membebastugaskan Salleh atas "penyalahgunaan kekuasaan parah" karena surat tersebut merupakan pelanggaran protokol. Pengadilan yang dibentuk Mahathir menyatakan Salleh bersalah dan menyarankan kepada Raja agar Salleh dipecat. Lima hakim lain mendukung Salleh dan juga dibebastugaskan oleh Mahathir. Pengadilan baru menolak banding Tim B sehingga faksi Mahathir bisa mempertahankan nama UMNO.[37]
Mahathir mengalami serangan jantung pada awal 1989,[38] tetapi segera pulih dan memimpin Barisan Nasional menuju kemenangan pada pemilu 1990. Semangat 46 gagal merebut kursi di luar negara bagian Kelantan, kampung Razaleigh. Sejak itu, Musa bergabung lagi dengan UMNO.[39]
Pembangunan ekonomi dan krisis keuangan (1990–1998)
Berakhirnya Dasar Ekonomi Baru (DEB) tahun 1990 membuka kesempatan bagi Mahathir untuk menetapkan visi ekonomi Malaysia. Pada tahun 1991, ia meresmikan Wawasan 2020 yang menggariskan rencana Malaysia menjadi negara maju dalam kurun 30 tahun.[40] Pencapaian sasaran ini memerlukan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar tujuh persen produk domestik bruto per tahun.[41] Salah satu rencana Wawasan 2020 adalah melenyapkan batas kesukuan secara bertahap. Wawasan 2020 dilengkapi oleh pengganti DEB, Dasar Pembangunan Nasional (DPN). Menurut DPN, program-program pemerintah yang sebelumnya dirancang untuk mengutamakan bumiputera akan dibuka bagi suku-suku lain.[42] DPN berhasil mencapai salah satu sasaran utamanya, yaitu pengentasan kemiskinan. Tahun 1995, kurang dari sembilan persen penduduk Malaysia hidup miskin dan kesenjangan upah semakin menyusut.[43] Pemerintahan Mahathir memangkas pajak perusahaan dan membebaskan aturan keuangan demi menarik investasi asing. Ekonomi tumbuh lebih dari sembilan persen per tahun sampai 1997. Negara berkembang lainnya pun mencoba meniru kebijakan Mahathir.[44] Sebagian besar pertumbuhan ekonomi Malaysia tahun 1990-an adalah hasil kebijakan Anwar Ibrahim; ia diangkat sebagai menteri keuangan tahun 1991.[45] Pemerintah menikmati pertumbuhan ekonomi ini dan memenangi pemilu 1995 dengan penambahan suara mayoritas.[46]
Mahathir merintis sejumlah proyek infrastruktur besar pada tahun 1990-an. Salah satunya adalah Multimedia Super Corridor, sebuah kawasan di selatan Kuala Lumpur yang dirancang untuk industri teknologi informasi. Namun, proyek ini gagal menggaet investasi yang diharapkan.[47] Proyek lainnya adalah pembangunan Putrajaya sebagai pusat pelayanan publik Malaysia dan memboyong Formula One Grand Prix ke Sepang.[48] Salah satu pembangunan paling kontroversial era Mahathir adalah Bendungan Bakun di Sarawak. Proyek hidroelektrik ini bertujuan mengalirkan listrik melintasi Laut Cina Selatan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Semenanjung Malaysia. Pembangunan dihentikan akibat krisis keuangan Asia.[49]
Krisis keuangan mengancam Malaysia. Nilai ringgit terjun bebas akibat spekulasi mata uang, investasi asing keluar, dan indeks bursa efek utama jatuh lebih dari 75 persen. Atas desakan Dana Moneter Internasional (IMF), pemerintah memangkas belanja pemerintah dan menaikkan suku bunga, tetapi malah memperparah situasi ekonomi. Pada tahun 1998, Mahathir membatalkan kebijakan tersebut sebagai bentuk penolakan terhadap IMF dan wakilnya sendiri, Anwar. Ia menaikkan belanja pemerintah dan memperbaiki nilai ringgit terhadap dolar AS. Hasilnya mengejutkan para kritikusnya dan IMF. Malaysia pulih dari krisis keuangan lebih cepat daripada negara-negara tetangganya di Asia Tenggara. Di dalam negeri, ini merupakan kemenangan politik. Di tengah krisis ekonomi 1998, Mahathir memecat Anwar dari jabatan menteri keuangan dan wakil perdana menteri. Mahathir kini dapat mengklaim bahwa ia menyelamatkan ekonomi negara dari kebijakan-kebijakan Anwar.[50]
Dalam dasawarsa kedua masa pemerintahannya, Mahathir kembali berselisih dengan kerajaan Malaysia. Pada tahun 1992, putra Sultan Iskandar, pemain hoki, dilarang mengikuti kejuaraan selama lima tahun karena menyerang lawan. Iskandar kemudian menarik semua tim hoki Johor dari kejuaraan nasional. Ketika keputusannya dikritik oleh seorang pelatih setempat, Iskandar memintanya datang ke istana dan memukulnya. Parlemen federal dengan suara bulat memprotes kelakuan Iskandar. Mahathir memanfaatkan kesempatan ini untuk menghapus kekebalan konstitusional sultan dari gugatan pidana dan perdata. Pers pun mendukung Mahathir dan mulai menerbitkan berbagai keburukan anggota keluarga kerajaan Malaysia. Setelah pers mengungkapkan kekayaan kerajaan yang sangat mewah, Mahathir memutuskan memotong pasokan keuangan kerajaan. Karena pers dan pemerintah bersatu melawan kerajaan, para sultan tunduk pada tuntutan pemerintah. Hak kerajaan untuk menolak menyetujui undang-undang dibatasi oleh amendemen konstitusi tahun 1994. Dengan lenyapnya status dan kekuasaan kerajaan Malaysia, Wain menulis bahwa pada pertengahan 1990-an Mahathir telah menjelma menjadi "raja Malaysia tanpa mahkota".[51]
Mengundurkan diri sebagai perdana menteri dan pensiun dari politik
Pada musyawarah nasional UMNO tahun 2002, Mahathir mengumumkan bahwa ia akan mengundurkan diri dari jabatan perdana menteri, tetapi para pendukungnya segera naik panggung dan memintanya tetap menjabat. Ia memastikan akan pensiun pada Oktober 2003 agar bisa mempersiapkan peralihan kekuasaan ke penggantinya, Abdullah Ahmad Badawi.[52] Dengan masa jabatan 22 tahun, Mahathir merupakan pemimpin terpilih dengan masa jabatan terlama di dunia.[53] Ia masih menjadi perdana menteri dengan masa jabatan terlama di Malaysia.
Hubungan luar negeri
Sepanjang masa pemerintahan Mahathir, hubungan Malaysia dengan Barat baik-baik saja walaupun Mahathir dikenal sebagai kritikus paling vokal.[54] Pada awal pemerintahannya, perselisihan sepele dengan Britania Raya terkait biaya kuliah memancing Mahathir untuk menyerukan boikot barang-barang Britania, sebuah kampanye yang dikenal dengan nama "Buy British Last". Persoalan ini mendorong pencarian model pembangunan di Asia, khususnya Jepang. Ini merupakan awal dari Kebijakan Melihat ke Timur yang digagas Mahathir.[55] Meski persoalan ini diselesaikan oleh Perdana Menteri Margaret Thatcher, Mahathir terus mengutamakan model pembangunan Asia daripada Barat. Ia mengkritik standar ganda negara-negara Barat.[56]
Amerika Serikat
Mahathir selalu mengkritik kebijakan luar negeri Amerika Serikat secara terbuka.[57] Namun demikian, hubungan antara kedua negara tetap positif dan Amerika Serikat merupakan sumber investasi asing terbesar sekaligus pelanggan terbesar Malaysia pada masa pemerintahan Mahathir. Selain itu, perwira militer Malaysia rutin latihan bersama militer Amerika Serikat lewat program International Military Education And Training (IMET).
Dalam pidato KTT ASEAN tahun 1997, ia mengutuk Deklarasi Hak Asasi Manusia Universal dan mencapnya sebagai instrumen opresif Amerika Serikat dan negara-negara lain untuk memaksakan nilai-nilai mereka kepada bangsa Asia. Ia menambahkan bahwa bangsa Asia lebih memerlukan kestabilan dan pertumbuhan ekonomi daripada kebebasan sipil.
Invasi Irak 2003 memancing keributan antara kedua negara. Mahathir mengkritik habis-habisan Presiden George W. Bush karena bertindak tanpa mandat PBB. Meski demikian, hubungan antara kedua negara tetap kuat. Sidang dengar pendapat subkomite DPR Amerika Serikat tahun 2003 (Serial No. 108–21) tentang kebijakan Amerika Serikat terhadap Asia Tenggara menyatakan bahwa, "Meski Perdana Menteri Mahathir kadang melontarkan pernyataan publik yang serampangan, kerja sama A.S.-Malaysia tetap kuat di berbagai bidang seperti pendidikan, perdagangan, hubungan militer, dan kontraterorisme."
Dalam wawancara, ia memprediksi kemenangan George W. Bush dalam pilpres Amerika Serikat 2004.
Singapura
Mahathir adalah alumnus fakultas kedokteran Universiti Malaya yang terletak di Singapura pada masa pemerintahan Britania Raya (kampus Universiti Malaya di Singapura kini berubah nama menjadi National University of Singapore, sedangkan kampus di Kuala Lumpur tetap Universiti Malaya). Ia lulus dari King Edward VII Medical College pada tahun 1953.
Hubungan luar negeri dengan Singapura pada masa pemerintahan Mahathir cenderung tegang. Banyak sengketa yang sampai saat ini belum terselesaikan. Sebagian besar isu internasional ini diangkat ketika Mahathir berkuasa, tetapi belum ada upaya penyelesaian secara bilateral. Isu-isu tersebut adalah:
- status Pulau Pedra Branca (atau Pulau Batu Putih) diangkat di Mahkamah Internasional dan kini dimiliki oleh Singapura;
- kedaulatan tanah rel kereta api Malaysia di Singapura dan Points of Agreement.
- pembatalan perdagangan konter CLOB (Central Limit Order Book) tanpa batas waktu selama krisis keuangan Asia 1997 yang membekukan saham senilai US$4,47 miliar dan merugikan 172.000 investor, sebagian besar warga negara Singapura.[58][59][60]
Di sisi lain, Singapura-Malaysia menandatangani kesepakatan pada tahun 1988 dan Mahathir membangun Bendungan Linggui di Sungai Johor dan memasok air baku ke Singapura.[61] Lee dan Mahathir mengumumkan rencana pembangunan pipa gas alam dari Terengganu ke Singapura. Pipa ini rampung 10 tahun kemudian pada Januari 1992.[62]
Mahathir menulis sebuah artikel di blognya, chedet.cc, berjudul "Kuan Yew and I". Ia mengungkapkan rasa sedihnya atas wafatnya Lee. Ia mengaku sering berseteru dengan pemimpin ulung Singapura tersebut, tetapi tidak ada permusuhan kecuali perbedaan pandangan mengenai jalan yang patut ditempuh bagi Singapura untuk maju ke depan. Ia kemudian menulis bahwa ASEAN kehilangan pemimpin kuat setelah Lee Kuan Yew dan Suharto.[63] Sejumlah analis politik yakin bahwa Mahathir merupakan "penjaga tua" Asia Tenggara yang terakhir.[64]
Pada April 2016, peringatan satu tahun kematian Lee Kuan Yew, Mahathir mengatakan kepada media bahwa rakyat Singapura harus mengakui sumbangsih dan pengorbanan Lee Kuan Yew karena Lee adalah pemicu kesuksesan Singapura saat ini. Mahathir mengatakan bahwa Lee mengubah Singapura menjadi pusat keuangan dengan pelabuhan kelas dunia dan penghubung jalur penerbangan dunia. Ia juga mengatakan bahwa Lee punya pemikiran sendiri dan tidak bisa dibandingkan dengan Malaysia.[65]
Bosnia-Herzegovina
Di Bosnia-Herzegovina, Mahathir dikenal sebagai sekutu yang berpengaruh. Ia mengunjungi Sarajevo pada bulan Juni 2005 untuk membuka jembatan dekat Bosmal City Center yang menandakan persahabatan antara bangsa Malaysia dan Bosnia.
Ia melakukan kunjungan tiga hari ke Visoko untuk melihat Piramida Matahari Bosnia pada bulan Juli 2006. Ia berkunjung lagi beberapa bulan kemudian.
Pada Februari 2007, empat lembaga non-pemerintah, Sekolah Sains dan Teknologi Sarajevo, Kongres Intelektual Bosniak, Dewan Sipil Serbia, dan Dewan Nasional Kroasia, mencalonkan Mahathir sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian 2007 atas keterlibatannya dalam penyelesaian konflik Bosnia.[66]
Pada tanggal 22 Juni 2007, ia kembali mengunjungi Sarajevo bersama sejumlah pebisnis Malaysia untuk mempelajari peluang investasi di sana. Tanggal 11 November 2009, ia memimpin rapat tertutup Malaysia Global Business Forum–Bosnia yang dihadiri investor-investor besar dan presiden Haris Silajdžić.
Negara-negara berkembang
Mahathir dihormati di negara-negara berkembang dan negara Islam,[54] khususnya atas pertumbuhan ekonomi Malaysia yang pesar serta dukungannya terhadap nilai-nilai Muslim liberal.[67] Sejumlah pemimpin negara seperti Presiden Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev, memuji Mahathir dan mencoba meniru resep pembangunan Mahathir. Ia adalah salah satu pemimpin yang aktif menyuarakan isu-isu negara berkembang dan sangat mendukung perbaikan kesenjangan Utara-Selatan serta mendorong pembangunan negara-negara Islam. Ia memegang komitmen berbagai blok non-NATO seperti ASEAN, G77, Gerakan Non-Blok, Organisasi Negara-Negara Islam, dan G22.
Kembali berpolitik
Dugaan keterlibatan Perdana Menteri Najib Razak dalam skandal 1Malaysia Development Berhad membuat Mahathir lantang mengkritik pemerintahan Najib, bahkan penentangannya itu melebihi suaranya saat mengkritik pemerintahan Abdullah Badawi.[68] Dalam beberapa kesempatan, ia seringkali mendesak Najib untuk mundur dari jabatannya.[69] Pada 30 Agustus 2015, ia bersama istrinya, Siti Hasmah Mohamad Ali, mengikuti unjuk rasa yang menamakan diri mereka sebagai aktivis demonstrasi Bersih 4, di mana aksi tersebut dihadiri oleh puluhan ribu orang yang menuntut Najib mengundurkan diri.[70]
Pada tahun 2016, Mahathir memulai serangkaian unjuk rasa yang menghasilkan Deklarasi Rakyat Malaysia atas bantuan Pakatan Harapan dan berbagai LSM untuk menggulingkan Najib Razak.[71][72] Najib menanggapi tuduhan korupsi dengan memperkuat kekuasaannya dengan mengganti wakil perdana menterinya, menutup dua surat kabar, dan mengusulkan RUU Dewan Keamanan Nasional yang memberi kekuasaan tambahan bagi perdana menteri.[73][74] Pada Juni 2016, Mahathir juga aktif mendukung calon Partai Amanah Negara dari Pakatan Harapan pada pemilihan umum daerah Sungai Besar 2016 dan pemilihan umum daerah Kuala Kangsar 2016.
Pada tahun 2017, Mahathir mendirikan partai politik baru dan bergabung dengan Pakatan Harapan. Ia diusung sebagai calon ketua partai dan perdana menteri mewakili Pakatan Harapan.[75]
Pencalonan 2018
Pada 8 Januari 2018, Mahathir dinyatakan sebagai calon perdana menteri aliansi oposisi Pakatan Harapan dalam pemilu 9 Mei 2018, melawan mantan sekutunya, Najib Razak. Wan Azizah Wan Ismail, istri mantan musuh politiknya, Anwar Ibrahim, akan menjadi wakil perdana menteri.[76] Apabila menang, Mahathir akan menjadi kepala negara atau pemerintahan tertua di dunia. Menurut hasil pemilu tanggal 10 Mei 2018, Pakatan Harapan mengklaim menang sehingga Mahathir diangkat lagi menjadi perdana menteri, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya di Malaysia. Pelantikannya dijadwalkan pada pukul 21:00 pada hari yang sama.[77] Ia akan mengampuni Anwar supaya Anwar bisa menjadi penggantinya.[78][79]
Kembali menjadi perdana menteri
Kemenangan Pakatan Harapan (PH) pada pemilihan umum 2018 mencatatkan sejarah baru terkait berakhirnya pemerintahan Barisan Nasional yang saat itu dipimpin oleh Najib Razak, serta prestasi Mahathir menggeser kedudukan Elizabeth II sebagai pemimpin negara tertua di dunia.[80] Setelah diumumkan menang dalam pemilihan umum, Mahathir mengusulkan pelantikan perdana menteri lebih awal pada pukul lima sore waktu setempat.[81][82] Muncul spekulasi terkait transisi pemerintahan dari Najib kepada Mahathir, meskipun Najib telah mengakui kekalahan koalisi partainya pada suatu konferensi pers dan memberikan pernyataan bahwa tidak ada satupun koalisi ataupun partai yang mencapai kemenangan mayoritas sederhana. Hal ini dikarenakan koalisi Pakatan Harapan dinilai sebagai partai individu yang bersekutu satu sama lain dan tidak terdaftar dalam Departemen Pendaftaran Organisasi. Oleh karena itu, posisi perdana menteri menjadi tanggung jawab Yang di-Pertuan Agong.[83] Setelah itu, Istana Negara mengeluarkan pernyataan kerajaan bahwa Mahathir akan dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia pada pukul 21:30 waktu setempat di hari yang sama, yakni 10 Mei 2018.[84]
Mahathir menjadi perdana menteri pertama yang bukan merupakan kader Partai UMNO dan melantik perempuan pertama sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia, yakni Wan Azizah dari Partai Keadilan Rakyat.[85] Ia juga memberikan grasi kepada Anwar Ibrahim untuk mewarisi tumpuk kepemimpinan dari Mahathir.[78][86]
Kabinet
Mahathir mengawali masa pemerintahan keduanya dengan mengumumkan tiga menteri senior yang merepresentasikan tiga partai politik utama di Pakatan Harapan, yaitu Lim Guan Eng dari Partai Aksi Demokrat menjabat sebagai menteri keuangan, Mohamad Sabu dari Partai Amanah Negara menjabat sebagai menteri pertahanan, dan Muhyiddin Yassin dari Partai Pribumi Bersatu Malaysia menjabat sebagai menteri dalam negeri.[87] Ia sempat memilih dirinya sendiri sebagai menteri pendidikan. Akan tetapi, ia tetap menghormati janjinya untuk tidak merangkap jabatan menteri di kabinet.[88] Pada akhirnya, posisi menteri pendidikan dijabat oleh Maszlee Malik, seorang akademisi.
Masa pensiun
Setelah mundur dari jabatan perdana menteri, Mahathir memperoleh gelar kehormatan baru, yakni Seri Maharaja Mangku Negara dengan menyandang gelar "Tun".[89] Selain itu, ia juga menyematkan gelar Bapa Pemodenan (bahasa Indonesia: Bapak Modernisasi).[90] Kediaman resminya, Seri Perdana, yang dihuni sejak 23 Agustus 1983 sampai 18 Oktober 1999, diubah menjadi museum yang bernama Galeria Seri Perdana. Sesuai prinsip pelestarian sejarah, di mana konsep dan penataannya tetap dipertahankan. Dalam keputusannya, dia menyatakan sepenuhnya akan meninggalkan dunia politik dan menolak untuk bergabung dalam Kabinet Abdullah.[91] Abdullah menunjukkan citra politiknya yang memimpin Malaysia dengan penuh ketenangan dan membawa perdamaian, sehingga menguatkan suara UMNO untuk mengalahkan calon legislatif dari Partai Islam Se-Malaysia (PAS) dan mampu memenangkan mayoritas suara yang berasal dari pemilih PAS.[92] Kehadirannya menaikkan suara Barisan Nasional dengan capaian tertinggi dalam sejarah pemilihan umum di Malaysia untuk pertama kalinya.
Mahathir menjabat berbagai kepengurusan di badan usaha milik negara, seperti direktur utama, komisaris, dan penasihat utama bagi perusahaan Proton, Yayasan Kepemimpinan Perdana, Petronas, dan lain-lain.[93] Mahathir dan Abdullah dianggap kurang mampu dalam mengoperasikan Proton. Direktur Utama Proton yang memiliki kedekatan dengan Mahathir diberhentikan oleh dewan direksi perusahaan tersebut pada 2005. Di tangan Abdullah pula, badan usaha tersebut menjual salah satu asetnya, yakni perusahaan sepeda motor MV Agusta yang sebelumnya dibeli di era Mahathir.[94] Mahathir juga mengkritik penerbitan izin impor mobil asing, yang disebut-sebut menyebabkan penjualan produk domestik Proton mengalami persaingan bisnis dan mengkritik keras kebijakan Abdullah karena membatalkan proyek pembangunan infrastruktur berupa jalan lintas negara antara Malaysia dan Singapura.[95][96]
Mahathir berupaya menjadi bagian dari kepengurusan UMNO, tetapi tidak berhasil. Ia mengikuti pemilihan partai di tingkat daerah untuk mewakili Majelis Umum UMNO pada tahun 2006, di mana dirinya telah merencanakan pemberontakan terhadap kepemimpinan Abdullah di UMNO.[97] Setelah pemilihan umum 2008, UMNO kehilangan mayoritas dua pertiga di parlemen yang membuat Mahathir mundur dari UMNO. Sebagai langkah untuk merayu Mahathir kembali menganggotai partai, Abdullah menarik diri dari Presiden UMNO, sekaligus perdana menteri.[98] Posisinya digantikan oleh wakilnya, Najib Razak pada tahun 2009.
Dengan keberaniannya, ia membentuk Komite Kejahatan Perang Kuala Lumpur untuk menyelidiki kegiatan Amerika Serikat, Israel, dan para sekutu-sekutunya di wilayah Iraq, Lebanon, Palestina, dan lain-lain.[99] Mahathir juga berpendapat bahwa Amerika Serikat ikut terlibat dalam Serangan 11 September 2001.[100]
Menyelesaikan masa jabatan kedua
Setelah terjadinya krisis politik, Muhyiddin Yassin diangkat sebagai perdana menteri atas dukungan dari gabungan partai politik yang dikenali sebagai Perikatan Nasional. Partainya Mahathir, Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) sempat terbelah dalam dua kubu yang berpihak kepada dirinya, maupun Muhyiddin. Kubu Mahathir cenderung mengusung kembali Mahathir sebagai perdana menteri. Hal ini membuat Mahathir bersama pengikutnya dikeluarkan dari partai tersebut pada Mei 2020.[101] Muncullah isu bahwa dia mendirikan partai politik baru dengan berlandaskan asas suku Melayu. Sempat pula dirinya mendeklarasikan sebuah kampanye politik bernama "Bersatu Blackout" sebagai langkah pertentangan dirinya dengan Partai Bersatu.[102] Pada akhirnya, Mahathir pun secara resmi membentuk Partai Pejuang Tanah Air (Pejuang) bersama dengan Maszlee Malik, Syed Saddiq, dan Shahruddin Md Salleh, serta anaknya yang juga presiden dari Partai Pejuang, Mukhriz Mahathir.[103]
Sebagai oposisi, Mahathir kerap mengkritisi kebijakan pemerintah, seperti halnya mengusulkan pembentukan Majelis Gerakan Negara ketika penerapan darurat berlaku.[104] Pada Agustus 2021, ia bersama anggota parlemen blok oposisi lainnya melakukan aksi demonstrasi di Dataran Merdeka dengan mendesak Muhyiddin untuk mundur dari jabatan perdana menteri atas gagalnya pemerintah pusat di bawah pemerintahannya dalam menangani Pandemi COVID-19 dan upaya mengakhiri perintah darurat tanpa sepengetahuan Yang di-Pertuan Agong. Akibat demonstrasi tersebut, Mahathir bersama pendemo lainnya digantung dari Parlemen oleh polisi.[105][106]
Dalam menyikapi keputusan politiknya pada pemilihan umum selanjutnya, Mahathir memutuskan untuk tidak bertanding dalam pencalonan legislatif untuk daerah pemilihan Langkawi.[107][108] Pernyataan tersebut telah muncul sejak September 2020.[109] Namun, ia mempertegas kembali pernyataannya pada 9 Maret 2022.
Pada 19 November 2022, Mahathir gagal mempertahankan kursi parlementernya di Langkawi.[110][111][112][113]
Pada 25 Februari 2023, Mahathir bersama 13 lagi mantan anggota Parti Pejuang Tanah Air (Pejuang) secara rasmi menyertai Parti Bumiputera Perkasa Malaysia (Putra).[114]
Penghargaan
Kehidupan pribadi
Mahathir menikah dengan Siti Hasmah pada tanggal 5 Agustus 1956, mereka dikaruniai anak pertama, Marina pada 1957, disusul kelahiran empat anak setelahnya, yaitu Mirzan, Mokhzani, Melinda, dan Mukhriz, serta anak angkatnya, yakni Maizura dan Mazhar setelah 28 tahun pernikahan mereka.[115][116]
Kondisi kesehatan
Mahathir pernah menjalani operasi pemintas koroner dan menjalani pembedahan di Rumah Sakit Umum Kuala Lumpur pada tanggal 24 Januari 1989.[117] Selain itu, ia juga memiliki riwayat serangan jantung setelah pembuluh darah arteri mengalami penyumbatan dan dilarikan ke Institut Jantung Negara pada tanggal 9 November 2006.[118] Kesulitan bernapas juga pernah dialaminya hingga dilakukan perawatan medis di ruang instalasi rawat intensif (ICU) Rumah Sakit Langkawi. Pada operasi pembuluh darah arteri kedua dilakukan pada tanggal 4 September 2007 di Institut Jantung Negara selama lima jam dan dipimpin oleh para ahli jantung terkemuka. Beberapa hari kemudian tepatnya 15 September 2007, ia dilarikan ke instalasi rawat intensif untuk perawatan lebih lanjut.[119]
Pada 2 Oktober 2010 malam, dikonfirmasi oleh staf khususnya, Sufi Yusof bahwa Mahathir dirawat di Rumah Sakit Epworth, Melbourne, Australia dikarenakan mengalami batuk dan flu. Saat itu, Mahathir mendatangi Melbourne untuk berbicara dalam sebuah seminar tentang pembangunan manusia yang diselenggarakan oleh Klub UMNO Australia Melbourne di Universitas Melbourne.[120] Kemudian pada 9 Februari 2018, ia dirawat di Institut Jantung Negara atau IJN di Kuala Lumpur setelah mengalami infeksi dada dan batuk.[121][122]
Mahathir memperoleh perawatan medis terkait kondisi jantungnya pada awal Januari 2022 di Institut Jantung Negara selama enam hari.[123] Namun, pada akhir Januari 2022, ia kembali dilarikan ke IJN dan dirawat di unit perawatan koroner.[124] Pada 5 Februari 2022, kondisi kesehatannya dinyatakan telah pulih dan ia harus menjalani rehabilitasi.[125][126][127]
Hasil pemilihan
Pemilihan umum | Daerah pemilihan | Suara | % | Lawan | Suara | % | Surat suara | Mayoritas | Partisipasi pemilih | |||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1964 | Kota Star Selatan | Mahathir Mohamad (UMNO) | 12,406 | 60.22% | Mohd. Sha'ari Abdul Shukor (PAS) | 8,196 | 39.78% | 21,440 | 4,210 | 82.8% | ||
1969 | Mahathir Mohamad (UMNO) | 12,032 | 48.03% | Yusuf Rawa (PAS) | 13,021 | 51.97% | 25,679 | 989 | 78.6% | |||
1974 | Kubang Pasu | Mahathir Mohamad (UMNO) | Tidak ada | Tidak ada | Tidak ada | Tidak ada | Tidak ada | Tanpa lawan | Tidak ada | Tidak ada | ||
1978 | Mahathir Mohamad (UMNO) | 18,198 | 64.64% | Halim Arshat (PAS) | 9,953 | 35.36% | Tidak diketahui | 8,245 | 78.36% | |||
1982 | Mahathir Mohamad (UMNO) | 24,524 | 73.67% | Yusuf Rawa (PAS) | 8,763 | 26.33% | 34,340 | 15,761 | 78.79% | |||
1986 | Mahathir Mohamad (UMNO) | 25,452 | 71.48% | Azizan Ismail (PAS) | 10,154 | 28.52% | 36,409 | 15,298 | 74.21% | |||
1990 | Mahathir Mohamad (UMNO) | 30,681 | 78.07% | Sudin Wahab (S46) | 8,619 | 21.93% | 40,570 | 22,062 | 77.51% | |||
1995 | Mahathir Mohamad (UMNO) | 24,495 | 77.12% | Ahmad Mohd Alim (PAS) | 7,269 | 22.88% | 33,010 | 17,226 | 73.61% | |||
1999 | Mahathir Mohamad (UMNO) | 22,399 | 63.22% | Ahmad Subki Abd. Latif (PAS) | 12,261 | 34.61% | 36,106 | 10,138 | 78.62% | |||
2018 | Langkawi | Mahathir Mohamad (BERSATU) | 18,954 | 54.90% | Nawawi Ahmad (UMNO) | 10,061 | 29.14% | 34,527 | 8,893 | 80.87% | ||
Zubir Ahmad (PAS) | 5,512 | 15.96% |
Dalam budaya populer
- Dalam film Tanda Putera, Mahathir Mohamad diperankan oleh Nazril Idrus
Buku
- The Malay Dilemma (1970) ISBN 981-204-355-1
- The Challenge, (1986) ISBN 967-978-091-0
- Regionalism, Globalism, and Spheres of Influence: ASEAN and the Challenge of Change into the 21st century (1989) ISBN 981-3035-49-8
- The Pacific Rim in the 21st century,(1995)
- The Challenges of Turmoil, (1998) ISBN 967-978-652-8
- The Way Forward, (1998) ISBN 0-297-84229-3
- A New Deal for Asia, (1999)
- Islam & The Muslim Ummah, (2001) ISBN 967-978-738-9
- Globalisation and the New Realities (2002)
- Reflections on Asia, (2002) ISBN 967-978-813-X
- The Malaysian Currency Crisis: How and why it Happened,(2003) ISBN 967-978-756-7
- Achieving True Globalization, (2004) ISBN 967-978-904-7
- Islam, Knowledge, and Other Affairs, (2006) ISBN 983-3698-03-4
- Principles of Public Administration: An Introduction, (2007) ISBN 978-983-195-253-5
- Chedet.com Blog Merentasi Halangan (Bilingual), (2008) ISBN 967-969-589-1
- A Doctor in the House: The Memoirs of Tun Dr Mahathir Mohamad, 8 Maret 2011 ISBN 9789675997228.
- Doktor Umum: Memoir Tun Dr. Mahathir Mohamad, 30 April 2012 ISBN 9789674150259. Buku ini adalah versi bahasa Malaysia dari memoar larisnya yang berjudul "A Doctor in the House".
Referensi
Keterangan
- ^ Tunku Abdul Rahman, Hussein Onn, dan Abdul Razak Hussein, serta putranya Najib Razak adalah keturunan bangsawan,[7] sedangkan ayah dan kakek dari Abdullah Ahmad Badawi dan Muhyiddin Yassin merupakan tokoh agama terkemuka.[8]
Sitiran
- ^ "Mahathir Mohamad Bio Height Wife Wiki & Family". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-14. Diakses tanggal 2019-12-09.
- ^ "It's official, Dr M is Malaysia's seventh PM... and the world's oldest". The Star (dalam bahasa Inggris). 2018-05-10. Diakses tanggal 2021-09-27.
- ^ "The never-ending political game of Malaysia's Mahathir Mohamad". Brookings (dalam bahasa Inggris). 2020-10-30. Diakses tanggal 2021-09-28.
- ^ "Mahathir launches new political party Pejuang". The Straits Times (dalam bahasa Inggris). 2020-08-14. Diakses tanggal 2021-09-28.
- ^ "Prime Minister accepts Maszlee's resignation effective 3 January 2020". 2 Januari 2020. Diakses tanggal 6 Februari 2022.
- ^ Wain 2010, hlm. 5–6
- ^ a b Wain 2010, hlm. 4–5
- ^ Perlez, Jane (2003-11-02). "New Malaysian Leader's Style Stirs Optimism". New York Times. Diakses tanggal 2021-09-28.
- ^ "Mahathir's Birthplace or 'Rumah Kelahiran Mahathir' | Tourism Malaysia". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-28. Diakses tanggal 2020-02-15.
- ^ "Tun M, Father of Modern Malaysia | New Straits Times | Malaysia General Business Sports and Lifestyle News". 2018-06-17. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-17. Diakses tanggal 2021-09-28.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaWain8
- ^ Wain 2010, hlm. 10–12
- ^ Wain 2010, hlm. 11–13
- ^ Beech, Hannah (29 October 2006). "Not the Retiring Type". Time. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 Desember 2012. Diakses tanggal 4 Februari 2011.
- ^ Wain 2010, hlm. 9
- ^ Wain 2010, hlm. 11–13
- ^ Wain 2010, hlm. 19
- ^ Wain 2010, hlm. 40
- ^ Wain 2010, hlm. 38
- ^ "The exotic doctor calls it a day". The Economist. 3 November 2003. Diakses tanggal 4 February 2011.
- ^ Milne & Mauzy 1999, hlm. 28
- ^ Sankaran & Hamdan 1988, hlm. 18–20
- ^ Milne & Mauzy 1999, hlm. 30–31
- ^ Branigin, William (29 December 1992). "Malaysia's Monarchs of Mayhem; Accused of Murder and More, Sultans Rule Disloyal Subjects". The Washington Post.
- ^ Milne & Mauzy 1999, hlm. 32
- ^ Wain 2010, hlm. 203–205
- ^ Wain 2010, hlm. 206–207
- ^ Milne & Mauzy 1999, hlm. 51–54
- ^ Milne & Mauzy 1999, hlm. 56
- ^ Milne & Mauzy 1999, hlm. 57
- ^ Milne & Mauzy 1999, hlm. 57–59
- ^ Wain 2010, hlm. 97–98
- ^ Sankaran & Hamdan 1988, hlm. 50
- ^ Milne & Mauzy 1999, hlm. 40–43
- ^ Crossette, Barbara (7 February 1988). "Malay Party Ruled Illegal, Spurring Conflicts". New York Times. Diakses tanggal 5 February 2011.
- ^ Milne & Mauzy 1999, hlm. 43–44
- ^ Milne & Mauzy 1999, hlm. 46–49
- ^ Cheah, Boon Keng (2002). Malaysia: the making of a nation. Institute of Southeast Asian Studies. hlm. 219. ISBN 981-230-154-2.
- ^ Kim Hoong Khong (1991). Malaysia's general election 1990: continuity, change, and ethnic politics. Institute of South East Asian Studies. hlm. 15–17. ISBN 981-3035-77-3.
- ^ Wain 2010, hlm. 1–3
- ^ Milne & Mauzy 1999, hlm. 165
- ^ Milne & Mauzy 1999, hlm. 166
- ^ Milne & Mauzy 1999, hlm. 74
- ^ Wain 2010, hlm. 104–105
- ^ Wain 2010, hlm. 280
- ^ Hilley, John (2001). Malaysia: Mahathirism, hegemony and the new opposition. Zed Books. hlm. 256. ISBN 1-85649-918-9.
- ^ Wain 2010, hlm. 189
- ^ Wain 2010, hlm. 185–188
- ^ Wain 2010, hlm. 186–187
- ^ Wain 2010, hlm. 105–109
- ^ Wain 2010, hlm. 208–214
- ^ Wain 2010, hlm. 80
- ^ Spillius, Alex (31 October 2003). "Mahathir bows out with parting shot at the Jews". The Daily Telegraph. UK. Diakses tanggal 5 February 2011.
- ^ a b "Mahathir to launch war crimes tribunal". The Star (Associated Press). 31 January 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 June 2008. Diakses tanggal 14 January 2008.
- ^ "Creativity – the key to NEM's success". The Star Online. 14 August 2010. Diakses tanggal 4 September 2010.
- ^ see Mahathir Mohamad’s preface to Asia’s New Crisis, edited by Frank-Jürgen Richter, Pamela Mar (eds): John Wiley & Sons, Singapore, 2004, (see Amazon)
- ^ "Commanding Heights: Dr. Mahathir bin Mohamad". PBS.org. Diakses tanggal 1 February 2008.
- ^ "INVESTMENT IN MALAYSIA". Asia Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-09-29. Diakses tanggal 10 December 2012.
- ^ "INTERNATIONAL BUSINESS; Malaysia Extends Deadline in Singapore Exchange Dispute". New York Times. 1 January 2000. Diakses tanggal 10 December 2012.
- ^ "Malaysia's stockmarket; Daylight Robbery". The Economist. 10 July 1999. Diakses tanggal 10 December 2012.
- ^ http://infopedia.nl.sg/articles/SIP_1533_2009-06-23.html%7C"Singapore-Malaysia[pranala nonaktif permanen] water agreements"
- ^ http://www.straitstimes.com/sites/straitstimes.com/files/20150323/ST-Special-Edition-150323.pdf%7CPlans Diarsipkan 2020-08-10 di Wayback Machine. for a natural gas pipeline from Terengganu to Singapore.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-02. Diakses tanggal 2018-05-11.
- ^ http://www.scmp.com/news/asia/article/1756234/lee-kuan-yews-death-mahathir-mohamad-last-southeast-asias-old-guard
- ^ http://www.straitstimes.com/asia/se-asia/lee-kuan-yew-was-pivotal-to-singapores-success-mahathir
- ^ "Dr M nominated for Nobel Prize" Diarsipkan 3 April 2007 di Wayback Machine., [[The Star (Malaysia)|]], 4 February 2007.
- ^ Bowring, Philip (23 September 1998). "Twin Shocks Will Leave Their Mark on Malaysia". International Herald Tribune. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 June 2008. Diakses tanggal 14 January 2008.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamastar-najib
- ^ "Dr M, BN men have every right to meet up, Nur Jazlan says". 14 Oktober 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-01. Diakses tanggal 14 Oktober 2015.
- ^ "Dr M shows up at Bersih 4 rally, with Dr Siti Hasmah (VIDEO)". 29 Agustus 2015. Diakses tanggal 31 Maret 2022.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-07-12. Diakses tanggal 2018-05-11.
- ^ http://www.straitstimes.com/asia/se-asia/mahathir-and-opposition-sign-declaration-to-oust-najib
- ^ "Malaysia's Najib looks to ride out political crisis". 11 August 2015. Diakses tanggal 8 December 2015.
- ^ "New bill gives Najib extensive powers". 5 December 2015. Diakses tanggal 8 December 2015.
- ^ "Mahathir Mohamad's return shows the sorry state of Malaysian politics". The Economist. 1 July 2017. Diakses tanggal 2 July 2017.
- ^ "Mahathir Mohamad: Ex-Malaysia PM, 92, to run for office". BBC. 8 January 2018. Diakses tanggal 11 January 2018.
- ^ Taylor, Adam (9 January 2018). "How old is too old to be a world leader?". The Washington Post. Diakses tanggal 12 January 2018.
- ^ a b Hodge, Amanda (9 Januari 2018). "Mahathir Mohammad runs for PM in partnership with former rival Anwar Ibrahim". The Australian. Diakses tanggal 11 Januari 2018.
- ^ Malhi, Amrita (12 January 2018). "Mahathir Mohamad crops up again in bid to lead Malaysia – with Anwar on the same side". The Conversation. Diakses tanggal 11 January 2018.
- ^ Euan McKirdy; Marc Lourdes; Ushar Daniele (10 Mei 2018). "Malaysia's Mahathir Mohamad is now the world's oldest leader". CNN (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Mei 2018. Diakses tanggal 11 Mei 2018.
- ^ Tay, Chester (10 Mei 2018). "Tun M hopes to be sworn in as PM by 5pm today". The Edge Markets (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 Mei 2018. Diakses tanggal 10 Mei 2018.
- ^ Taylor, Adam (9 Januari 2018). "How old is too old to be a world leader?". The Washington Post (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Januari 2018. Diakses tanggal 12 Januari 2018.
- ^ "Najib: No party has simple majority" (dalam bahasa Inggris). Malaysiakini. 10 Mei 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Mei 2018. Diakses tanggal 10 Mei 2018.
- ^ "Istana Negara confirms Dr M to be sworn in tonight, refutes claims of delaying PM appointment" (dalam bahasa Inggris). The Edge Markets. 10 Mei 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 Mei 2018. Diakses tanggal 10 Mei 2018.
- ^ "Mahathir says he's poised to lead Malaysia again" (dalam bahasa Inggris). Reuters Annual Financial Review. 10 Mei 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Mei 2018. Diakses tanggal 10 Mei 2018.
- ^ Malhi, Amrita (12 Januari 2018). "Mahathir Mohamad crops up again in bid to lead Malaysia – with Anwar on the same side". The Conversation. Diakses tanggal 11 Januari 2018.
- ^ Leong, Trinna (12 Mei 2018). "Malaysian PM Mahathir names 3 senior ministers in new Cabinet". The Straits Times (dalam bahasa Inggris). Petaling Jaya. Diakses tanggal 26 Juni 2022.
- ^ "Politicians, lawyers and lecturer in new Malaysian Cabinet". AP News (dalam bahasa Inggris). Kuala Lumpur. 18 Mei 2018. Diakses tanggal 26 Juni 2022.
- ^ "Mahathir honoured as he steps down". The Age (dalam bahasa Inggris). Australia. 31 Oktober 2003. Diakses tanggal 25 Juni 2022.
- ^ Chaudhuri, Pramitpal (17–18 November 2006). "Visionary, who nurtured an Asian 'tiger'". Hindustan Times. Leadership Summit (speech). India. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 March 2008. Diakses tanggal 15 January 2008.
- ^ Wain 2010, hlm. 307
- ^ Wain 2010, hlm. 307–318
- ^ Wain 2010, hlm. 322
- ^ Wain 2010, hlm. 320
- ^ Backman, Michael (10 Agustus 2005). "Family ties lubricate Malaysia wheels of power". The Age. Australia. Diakses tanggal 25 Juni 2022.
- ^ Wain 2010, hlm. 321
- ^ Wain 2010, hlm. 326
- ^ Wain 2010, hlm. 329–332
- ^ "Malaysia's Mahathir announces war crimes tribunal". brussellstribunal.org (dalam bahasa Inggris). 31 Januari 2007. Diakses tanggal 27 Juni 2022.
- ^ Roslan Rahman (11 September 2011). "Malaysia's Mahathir: 9/11 not work of Muslims". AFP News. Diakses tanggal 10 November 2014.
- ^ "Former Malaysian PM Mahathir and 4 other MPs sacked from Bersatu". Channel News Asia (dalam bahasa Inggris). Kuala Lumpur. 28 Mei 2020. Diakses tanggal 24 Juni 2022.
- ^ "Penyokong Dr M lancar kempen Bersatu 'blackout'". Malaysiakini (dalam bahasa Melayu). 17 Juni 2020. Diakses tanggal 24 Juni 2022.
- ^ Yusof, Amir (13 Agustus 2020). "What we know about former Malaysian PM Mahathir's new political party so far". Channel News Asia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 24 Juni 2022.
- ^ "Dr Mahathir cadang tubuh MAGERAN kepada Agong". Berita Harian. 10 Juni 2021. Diakses tanggal 24 Juni 2022.
- ^ "Malaysia opposition MPs gather at Merdeka Square after being blocked from entering parliament". CNA (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-03-07.
- ^ "Opposition MPs renew calls for Malaysia's PM Muhyiddin to resign | The Straits Times". www.straitstimes.com (dalam bahasa Inggris). 2021-08-02. Diakses tanggal 2022-03-07.
- ^ "Dr Mahathir not contesting in GE15". www.themalaysianinsight.com (dalam bahasa Inggris). 2022-03-09.
- ^ "Dr Mahathir not defending Langkawi seat in GE15". The True Net (dalam bahasa Inggris). 2022-03-09.
- ^ "Dr Mahathir umum tidak bertanding pada PRU15". Astro Awani (dalam bahasa Melayu). 2020-09-26. Diakses tanggal 2022-06-25.
- ^ Media, Kompas Cyber (2022-11-20). "Mahathir Kalah Telak di Pemilu Malaysia, Akhir Pahit 75 Tahun Karier Politik?". KOMPAS.com.
- ^ Erwanti, Marlinda Oktavia (2022-11-20). "Kalah Pemilu, Karir Politik Mahathir Berakhir di Usia 97 Tahun?". detiknews.
- ^ Reuters (2022-11-19). "Malaysia ex-PM Mahathir loses seat in first election defeat in 53 years". Reuters (dalam bahasa Inggris).
- ^ cue (2022-11-20). "Malaysia election: Mahathir loses in Langkawi, his first electoral defeat since 1969". www.straitstimes.com (dalam bahasa Inggris).
- ^ hermes (2023-02-26). "Mahathir serta 13 mantan anggota Pejuang sertai Parti Bumiputera Perkasa M'sia, Berita". www.beritaharian.sg.
- ^ Wain 2010, hlm. 14
- ^ Kaur, Kirat (2019-07-12). "5 Amazing Things about Dr Siti Hasmah you should know". The Rakyat Post. Diakses tanggal 2021-09-28.
- ^ "Dr M: I would have died from first heart attack if not for science". Malaysiakini. 2018-07-10.
- ^ "Mahathir in hospital after heart attack - Asia - Pacific - International Herald Tribune". The New York Times (dalam bahasa Inggris). 2006-11-09. ISSN 0362-4331.
- ^ "Dr. Mahathir masuk semula ke ICU". Utusan Online (dalam bahasa Melayu). 2007-09-15.
- ^ "Former Malaysian PM sick in Melbourne hospital". ABC News (dalam bahasa Inggris). 2010-10-02.
- ^ "Former Malaysian PM Mahathir hospitalised for chest infection". Channel NewsAsia (dalam bahasa Melayu). 2018-02-10. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-12.
- ^ "Malaysia's ex-PM Mahathir in hospital with chest infection". South China Morning Post (dalam bahasa Inggris). 2018-02-10.
- ^ Alhadjri, Alyaa (2022-01-22). "Dr M's office confirms ex-PM in IJN's CCU". Malaysiakini. Diakses tanggal 2022-01-30.
- ^ News, A. B. C. "Ex-Malaysia PM Mahathir, 96, hospitalized at heart institute". ABC News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-22.
- ^ Zahiid, Syed Jaymal. "Dr Mahathir discharged from IJN, to recuperate at home". www.malaymail.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-05.
- ^ "Mahathir discharged from IJN". Malaysiakini. 2022-02-05.
- ^ Reuters (2022-02-05). "Malaysia ex-PM Mahathir discharged from hospital". Reuters (dalam bahasa Inggris).
Teks
- Dhillon, Karminder Singh (2009). Malaysian Foreign Policy in the Mahathir Era 1981–2003: Dilemmas of Development. NUS Press. ISBN 9971-69-399-2.
- Milne, R. S.; Mauzy, Diane K. (1999). Malaysian Politics under Mahathir. Routledge. ISBN 0-415-17143-1.
- Morais, J. Victor (1982). Mahathir: A Profile in Courage. Eastern Universities Press. OCLC 8687329.
- Rashid, Faridah Abdul (2012). Research on the Early Malay Doctors 1900–1957 Malaya and Singapore. Xlibris Corporation. ISBN 1-4691-7245-3.[sumber terbitan sendiri?]
- Sankaran, Ramanathan; Mohd Hamdan Adnan (1988). Malaysia's 1986 General Election: the Urban-Rural Dichotomy. Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 981-3035-12-9.
- Stewart, Ian (2003). The Mahathir Legacy: a Nation Divided, a Region at Risk. Allen & Unwin. ISBN 1-86508-977-X.
- Wain, Barry (2010). Malaysian Maverick: Mahathir Mohamad in Turbulent Times. Palgrave Macmillan. ISBN 0-230-23873-4.
- James Chin & Joern Dosch. Malaysia Post Mahathir: a decade of change?. Marshall Cavendish. 2016. ISBN 9814677558
Pranala luar
- (Melayu) Mahathir Mohamad di Parlemen Malaysia
- Mahathir Mohamad di Twitter
- Mahathir Mohamad di Instagram
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Hussein Onn |
Wakil Perdana Menteri Malaysia 1978–1981 |
Diteruskan oleh: Musa Hitam |
Perdana Menteri Malaysia 1981–2003, 2018–2020 |
Diteruskan oleh: Abdullah Badawi | |
Didahului oleh: Najib Razak |
Diteruskan oleh: Muhyiddin Yassin | |
Jabatan diplomatik | ||
Didahului oleh: Jean Chrétien |
Ketua Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik 1998 |
Diteruskan oleh: Jenny Shipley |
Didahului oleh: Thabo Mbeki |
Sekretaris Jenderal Gerakan Non-Blok 2003 |
Diteruskan oleh: Abdullah Badawi |