SCTV

Jaringan televisi di Indonesia

SCTV (singkatan dari Surya Citra Televisi) adalah sebuah jaringan televisi swasta nasional di Indonesia. SCTV merupakan televisi swasta kedua di Indonesia setelah RCTI. SCTV lahir pada tanggal 24 Agustus 1990 sebagai stasiun televisi lokal di Surabaya yang berpusat di Jl. Darmo Permai, Surabaya, Jawa Timur. Meski tanggal itu ditetapkan sebagai tanggal lahir SCTV, tetapi baru pada Januari 1993, SCTV mendapatkan izin untuk bersiaran secara nasional.

SCTV
JenisJaringan televisi
SloganSatu Untuk Semua
NegaraIndonesia
BahasaBahasa Indonesia
PendiriSudwikatmono
Henry Pribadi
Mohammad Noer
Tanggal siaran perdana20 Juli 1990 (siaran percobaan)
Tanggal peluncuran24 Agustus 1990
Kantor pusatSCTV Tower, Senayan City, Jl. Asia Afrika Lot 19, Tanah Abang, Jakarta Pusat
Wilayah siaranNasional
PemilikSurya Citra Media
Induk perusahaanElang Mahkota Teknologi
Anggota jaringanlihat #Jaringan siaran
Tokoh kunciSutanto Hartono (Direktur Utama)
Format gambar1080i HDTV 16:9
(diturunkan menjadi 576i 16:9 untuk umpan SDTV)
Satelit
KabelFirst Media: 10 (SD), 413 (HD)
IPTV
Televisi internet
Situs webwww.sctv.co.id
SCTV
PT Surya Citra Televisi
(sebelumnya PT Foresta Maju dan PT Surabaya Central Televisi)
Jakarta Pusat, DKI Jakarta
Indonesia
SaluranDigital: 24 UHF
Virtual: 23
SloganSatu Untuk Semua (lihat #Slogan)
Pemrograman
AfiliasiSCTV (stasiun induk)
Kepemilikan
Pemilik
Riwayat
Didirikan5 Mei 1987
Siaran perdana
20 Juli 1990 (siaran percobaan)
24 Agustus 1990 (siaran resmi)
24 Agustus 1993 (mulai bersiaran di Jakarta)
Bekas nomor kanal
45 UHF (analog)
44 UHF (digital, DVB-T2)[1]
46 UHF (digital, DVB-T)[2]
Surya Citra Televisi
Informasi teknis
Otoritas perizinan
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
ERP120 kW (analog)[3]
20 kW (digital)
HAAT270 m (886 ft) (analog)
Koordinat transmiter-6.193323,106.7660485 (analog)
-6.219674,106.7219515 (digital)
Pranala
Situs webwww.sctv.co.id

Sejak 29 Januari 1999, mayoritas saham SCTV dimiliki oleh Surya Citra Media. Pada awal Mei 2013, SCTV dan Indosiar resmi bergabung.[4]

Sejarah

Televisi lokal

Pada awalnya, PT Surya Citra Televisi didirikan dengan nama PT Foresta Maju pada 5 Mei 1987.[5] Perusahaan ini dimiliki oleh Henry Pribadi dan Sudwikatmono, dan keduanya kemudian mengajukan izin pendirian stasiun televisi SST (Siaran Saluran Terbatas) di kota Surabaya pada 28 April 1989. Pendiriannya didukung oleh mantan Gubernur Jawa Timur, M. Noer, karena menurutnya TVRI Surabaya tidak mendapat anggaran yang baik dan sudah saatnya memberikan alternatif informasi ke masyarakat.[6] Persetujuan awal dari Dirjen RTF (Direktur Jenderal Radio, Televisi dan Film) bernomor No. 1415/RTF/K/IX/1989[7] didapat pada 27 September 1989 dengan nama perusahaan baru: PT Surabaya Central Televisi[8][9] (awalnya sempat direncanakan bernama PT Surabaya Central Televisi Indonesia, SCTI)[10] dan izin siaran SST didapatkan dari pemerintah lewat penandatanganan kerjasama dengan TVRI pada 17 Januari 1990[11] bernomor 09/SPS/Dir/TV/1990 dan 01/SPS/SCTV/1/1990.[12]

 
Kantor SCTV di Surabaya, yang digunakannya sebagai pusat operasional sebelum bersiaran nasional. Kini, gedung tersebut menjadi kantor jaringan dan transmisi SCTV wilayah Surabaya.

Peletakan batu pertama studio SCTV dilakukan pada Hari Pahlawan 10 November 1989,[13] dan selanjutnya pembangunan gedungnya yang berlokasi di Jalan Darmo Permai, Surabaya kemudian dimulai pada 1 Februari 1990 yang dihadiri Menteri Penerangan Harmoko.[14] Modal awal yang dikeluarkan untuk membangun SCTV adalah Rp 150 miliar dan dibantu oleh 200 karyawan. Sesuai izin SST yang diberikan pada awalnya, SCTV direncanakan saat itu akan bersiaran secara terestrial, namun hanya akan diterima secara terbatas, bagi pemirsa yang memiliki dekoder secara berlangganan yang ditargetkan sebanyak 100.000.[15] Siaran percobaannya awalnya direncanakan pada Juni 1990 selama sebulan, tanpa menggunakan dekoder dalam waktu 8 jam/hari sebagai perkenalan ke publik.[16] Walaupun demikian, pada Juli 1990, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan yang mengizinkan televisi swasta bersiaran secara free to-air[17] sehingga pada 1 Agustus 1990, dikeluarkan izin prinsip Deppen cq Dirjen RTF No. 1271E/RTF/K/VIII/1990 yang mengizinkan SCTV dapat diterima secara bebas. Hal ini menyebabkan kemudian siaran SCTV bisa diterima tanpa dekoder sama sekali.[18][19]

Setelah diundur beberapa kali, pada 19 Juli 1990, SCTV mulai berancang-ancang melakukan siaran percobaannya yang direncanakan sekitar tiga bulan.[13][20] Namun, baru esok harinya hal tersebut dapat dilakukan, yaitu pada 20-21 Juli dan 26 Juli 1990, dengan pada saat itu hanya berupa siaran pendek singkat beberapa menit seperti test pattern, kata-kata pendek ataupun Indonesia Raya[21] di kanal 43 UHF (647,25 MHz). Lalu, pada hari-hari selanjutnya, siaran percobaan dilakukan dengan menayangkan lagu-lagu dengan suara stereo (Zweiton) dari pukul 18.00-20.30 WIB.[22] SCTV merupakan televisi pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi stereo, dan juga untuk membantu penayangan serial/film asing, juga dihadirkan fitur suara bilingual dalam siarannya.[23]

Akhirnya, dengan izin baru berupa perjanjian bersama Direktur Yayasan TVRI bernomor No. 150/SP/Dir/TV/1990 dan 02/SPS/SCTV/VIII/1990,[7] pada 24 Agustus 1990 Surabaya Central Televisi (SCTV) dapat memulai siarannya secara resmi dengan cakupan siaran beradius 80 km[20] di Surabaya dan sekitarnya (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan). Siaran resmi ini dimulai pada pukul 19.30 WIB, dengan penyampaian ucapan HUT TVRI dan pembukaan oleh seorang penyiar wanita. Program pertama yang ditayangkan adalah The British Record Industrial Awards, sebuah siaran penghargaan musik dari Inggris. Siaran perdana SCTV hanya berlangsung selama 1 jam 30 menit hingga pukul 21.00 WIB. Selanjutnya pada hari-hari berikutnya siaran SCTV kemudian diperpanjang, dari pukul 12.00 WIB-00.30 WIB (akhir pekan) atau dimulai dari 17.00 WIB (hari kerja).[14]

Meski pada saat itu masih berstatus televisi lokal di Surabaya, banyak merek terkemuka sempat mengiklankan produknya di SCTV. Di saat itu pula, SCTV dikenal sebagai "Saudara Kembar" dari stasiun TV RCTI Jakarta, karena SCTV selalu menayangkan acara-acara serupa yang disiarkan RCTI Jakarta meskipun berbeda jam tayang. Hal ini bisa terjadi karena keduanya melakukan kerjasama programming yang didorong oleh pemerintah walaupun keduanya memiliki perbedaan struktur kepemilikan dan manajemen.[24][25] Alasan kerjasama ini adalah kemungkinan SCTV bisa mendapat program yang lebih murah karena membeli program yang sudah ditayangkan RCTI. (Bagaimanapun, SCTV pada 1991 justru sempat "tersandung" masalah karena programnya dituduh tidak mencerminkan masyarakat Surabaya dengan menyiarkan acara impor RCTI Jakarta, seperti Wok with Yan dan Basic Training).[26] Selain dalam pemograman, kerjasama dengan RCTI juga dilakukan dalam hal teknis dan dengan magang calon karyawan SCTV dari Februari 1990.[16] Upaya persiapan lain juga dilakukan dengan mengirim beberapa tenaga ahli ke luar negeri seperti Australia dan Amerika Serikat.[27]

Setelah direncanakan sejak awal bersiaran,[28] pada 14 September 1991, pancaran siaran SCTV dapat diperluas, menjangkau Denpasar, Bali dengan mendirikan sebuah televisi jaringan bernama SCTV Denpasar.[6] Lalu, pada November 1991 siaran SCTV juga menjangkau Mataram, Nusa Tenggara Barat.[29] Sejak itulah kepanjangan SCTV berubah menjadi Surya Citra Televisi.[28] Nama baru tersebut sebenarnya tidak melupakan asalnya, karena kata "Surya" dapat dimaknai sebagai singkatan dari Surabaya Raya.[30] Ide perubahan nama ini sebenarnya sudah disampaikan Dirut SCTV saat itu, Henry Pribadi sehari sebelum siaran perdana SCTV mengingat jangkauan siarannya yang mencapai Gerbangkertosusila,[27] tetapi tampaknya hingga 1991 masih belum terwujud. Melalui SK Dirjen RTF No. 1286/RTF/K/VI/1991 juga, pemerintah mengizinkan SCTV untuk bersiaran nasional lewat satelit, walaupun penerimanya terbatas pada pengguna parabola saja.[31]

Televisi nasional

 
Studio Liputan 6 di SCTV Tower, Senayan City, Jakarta

Pada tanggal 30 Januari 1993, berbekal SK Menteri Penerangan No. 04A/1993 (18 Januari 1993), SCTV mendapatkan izin mengudara secara nasional (bernomor 206/RTF/K/I/1993).[32] Namun, siarannya secara nasional baru resmi dilakukan pada tanggal 24 Agustus 1993 pukul 21.00 WIB, tepat saat SCTV berulang tahun yang ke-3. Terdapat 8 kota awal di Indonesia (selain Surabaya, Denpasar dan Mataram) dimana SCTV dapat dinikmati setelah bersiaran nasional, yaitu Banjarmasin, Ambon, Dili, Balikpapan, Jakarta, Bandung, Solo, Yogyakarta dan Semarang,[33] yang selanjutnya pada akhir 1993 diperluas ke beberapa kota lain seperti Medan, Malang, Pontianak, Batam, dan Palembang. Sebelum siaran nasional itu dimulai, SCTV melakukan siaran percobaan dengan memperpanjang jam siarnya (dari 12.00-01.00 WIB) menjadi 06.00-01.30/02.30 WIB selama 3 hari, yaitu mulai 20-23 Agustus 1993 dan membangun sejumlah stasiun transmisi di berbagai kota.[34][35][36][37]

Diberikannya izin SCTV untuk bersiaran nasional, berarti juga mengakhiri kerjasama dengan RCTI yang sudah dijalin sejak 1990. Sejak saat itu, program SCTV (kecuali berita) selalu berbeda dengan RCTI.[35] Namun, pada akhirnya kerjasama kedua pihak dalam programming berita benar-benar berakhir setelah SCTV mulai menghentikan program berita RCTI dan menyiarkan acara beritanya sendiri bernama Liputan 6 sejak 20 Mei 1996 pukul 18.00. Kerjasama yang pada saat ini tersisa antara RCTI-SCTV (dan kemudian ditambah Indosiar), hanyalah dalam pengelolaan stasiun relai (di beberapa daerah, termasuk di Jakarta yang kini juga disewa oleh berbagai stasiun televisi lain) di mana masing-masing akan menanggung 50% biaya dari operasional stasiun relai tersebut sejak 1993.[38]

Setelah itu, secara bertahap mulai tahun 1993 sampai dengan 1998, SCTV memindahkan basis operasi siaran nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta. Mulanya, hanya kantor pusat yang berpindah (ke Wisma AKR, Kebon Jeruk, Jakarta Barat) ketika SCTV mulai bersiaran nasional,[39] sedangkan operasional (seperti studio dan produksi program) masih berada di Surabaya (Jalan Darmo Permai) dengan alasan telah menanamkan investasi yang tidak kecil.[40] Seiring biaya yang makin besar, khususnya di bidang transportasi dan untuk memudahkan komunikasi, dicanangkan pada akhir 1997, SCTV sudah memusatkan seluruh operasionalnya di Jakarta.[41] Namun, baru pada tahun 1998 kegiatan ini bisa dilaksanakan,[42] dan sejak 1999 seluruh operasional SCTV sudah dipusatkan di Jakarta.[43] Perpindahan operasional SCTV ke Jakarta ini juga diiringi dengan relokasi kantor pusat ke Wisma Indovision (sekarang MNC Vision Tower).

Dalam periode yang sama, tepatnya di tanggal 1 Juni 1997, juga dilakukan rebranding dengan penggunaan slogan "SCTV NgeTop!" yang dimaknai sebagai upaya SCTV dan karyawannya untuk melakukan dan memberikan yang terbaik kepada pemirsanya[40] serta keinginan menuju puncak.[44] Selain itu, station ID baru juga muncul, menonjolkan warna orange yang diharapkan menggugah semangat. Dalam perubahan ini juga, diperkenalkan maskot bernama "Tevi" (singkatan dari televisi) dan adanya repositioning target pasar dari wanita ke keluarga.[41] Tercatat di tahun ini, SCTV telah dapat dinikmati di 33 kota di Indonesia.[30]

Pada tahun 2002, SCTV (dengan induknya yang bernama Surya Citra Media), mulai mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Jakarta. Tahun 2004, kanal SCTV di Surabaya pindah ke 34 UHF hingga kini. Sejak tanggal 29 Januari 2005, SCTV mengubah logo dan slogannya menjadi "Satu Untuk Semua", sebagai harapan agar terus menjadi pilihan pemirsa dan berkarakter variatif-informatif.[30] Di tahun berikutnya, SCTV berhasil memperoleh hak siar dalam ajang sepak bola bergengsi di dunia, Piala Dunia FIFA 2006.

Saat ini kantor pusat SCTV terletak di SCTV Tower, Senayan City, Jalan Asia Afrika Lot 19, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sebelum 23 November 2007, kantor pusat SCTV berada di Jalan Gatot Subroto Kav. 21, Setiabudi, Jakarta Selatan yang kini dihuni oleh perusahaan dibawah naungan Indika Group. Saat ditempati oleh SCTV, gedung tersebut bernama Graha SCTV (sekarang Graha Mitra), yang mulai digunakannya ketika menginjak usia ke-11 pada tahun 2001. SCTV juga memiliki studio khusus di Jalan Raya Kebon Jeruk No. 66, Jakarta Barat, dan menara pemancar yang berlokasi di daerah yang sama. Kepemilikan SCTV dikuasai oleh grup Elang Mahkota Teknologi melalui Surya Citra Media (SCM). Direktur Utama SCTV saat ini adalah Sutanto Hartono. Melalui 47 stasiun transmisi, SCTV kini mampu menjangkau 240 kota dan menggapai sekitar lebih dari 175 juta potensial pemirsa.

Kepemilikan

Sejarah SCTV bisa dikatakan terikat kuat dengan trah Soeharto selama awal beroperasinya. Pada awalnya, saat masih merupakan televisi lokal Surabaya, SCTV dikuasai oleh tiga pihak, yaitu Sudwikatmono, Henry Pribadi dan Mohammad Noer (mantan gubernur Jawa Timur). Dalam perkembangannya, kepemilikan Noer kemudian menghilang dari SCTV dan digantikan oleh trah Cendana lain, yaitu Halimah Agustina Kamil (istri Bambang Trihatmodjo) sebanyak 25% dan Aziz Mochdar sebesar 20%. Pada 1993, Peter F. Gontha juga mendapatkan 2,5% saham SCTV, walaupun kepemilikan saham utama tetap berada di Henry dan Sudwikatmono.[19][45][a] Kondisi ini berlangsung hingga 1997-1998, ketika pemilik saham yang sudah ada berupa individu-individu tersebut kemudian mengubah struktur kepemilikan menjadi lebih sederhana. Hasilnya, SCTV pada tahun 1998 dikuasai oleh dua perusahaan yaitu PT Mitrasari Persada (yang dikendalikan oleh Henry dan Sudwikatmono, sejak 14 Agustus 1997 sebesar 52,5%) dan PT Datakom Asia (yang dikuasai Bambang Tri, Peter F. Gontha ditambah beberapa pihak lain, sejak 31 Agustus 1998 sebesar 47,5%).[46][b] Henry dengan PT Mitrasari tampak lebih agresif dalam pengelolaan SCTV, misalnya berani menyuntikkan dana sebesar Rp 150 miliar pada 1997 dan menaikkan sahamnya menjadi 73,15% di SCTV pada November 1999.[45][49]

Pada tahun 2000, masuklah Eddy Kusnadi Sariaatmadja, dari grup Elang Mahkota Teknologi dengan bendera PT Abhimata Mediatama (Sariaatmadja pada saat itu menggandeng Singleton Group Australia dan beberapa pihak lainnya untuk menyuntik modal di PT Abhimata).[50][51] Sebagian saham PT Mitrasari di SCTV kemudian beralih tangan kepada PT Abhimata. PT Abhimata dan PT Mitrasari kemudian mendirikan PT Cipta Aneka Selaras (kemudian berganti nama menjadi PT Surya Citra Media/SCM) sebagai induk perusahaan SCTV. Dalam posisi ini di tahun 2001, pihak yang terkait dengan Cendana masih menguasai sebagian kepemilikan SCTV, di mana Henry dan Sudwikatmono lewat sebagian saham di PT Mitrasari (yang mengendalikan induk SCTV, PT Cipta Aneka Selaras) serta Bambang-Gontha lewat PT Datakom (sebanyak 27% saham langsung di SCTV). Namun, kemudian kepemilikan mereka berangsur-angsur dilepas di mana PT Datakom melepaskan kepemilikannya di SCTV kepada SCM pada 1 Mei 2002[52] dan Henry-Sudwikatmono melepaskan seluruh sahamnya di SCM (masing-masing Henry lewat PT Citrabumi Sacna sebanyak 25% dan Sudwikatmono lewat PT Indika Multimedia sebesar 14,42%) pada tahun 2005. Indika merupakan yang pertama melepas sahamnya, disusul Citrabumi pada 27 Juli 2005.[53][54][55] Praktis, sejak saat itu SCTV berada di bawah kendali keluarga Sariaatmadja sampai sekarang.[19][56] Kepemilikan Eddy Sariaatmadja makin diperkuat, ketika partner lamanya, Singleton, ikut melepas sejumlah sahamnya di SCTV (secara tidak langsung) pada akhir 2004 karena dirasa kurang prospektif.[57][58]

Tampak bahwa pasca krisis ekonomi 1997-1998, terjadi pergesekan antara pemegang saham di SCTV (dan kemudian induknya, SCM) mengenai pengelolaannya. Penjualan saham PT Datakom Asia di SCTV banyak yang menduga karena Gontha bergesekan dengan PT Mitrasari milik Henry dan Sudwikatmono.[47] Lalu, sebelum dilepas, tampak bahwa Henry dan Sudwikatmono sudah berpisah dari sebelumnya di PT Mitrasari (sejak 7 Agustus 2003),[59] di mana Henry kini dengan PT Citrabumi Sacna dan Sudwikatmono dengan sahamnya dialihkan ke perusahaan anaknya, Agus Lasmono yaitu Indika Group. Terakhir, penjualan saham Henry di induk SCTV, SCM ke keluarga Sariaatmadja diatas, diduga karena terjadi konflik dalam pengelolaan jaringan televisi ini antara mereka berdua sehingga akhirnya Henry memaksa Sariaatmadja untuk membeli sahamnya.[53]

Ada hal yang cukup menarik dari perubahan kepemilikan SCTV pada 1997-2005, yaitu upaya dari Hary Tanoesoedibjo untuk masuk menguasai SCTV. Pada Mei 2000, perusahaan HT PT Bhakti Investama melihat peluang dengan adanya surat hutang induk SCTV, PT Mitrasari di Citibank. Dalam pembentukan SCM (yang pada saat itu bernama PT Cipta Aneka Selaras), selain PT Abhimata dan PT Mitrasari, PT Bhakti juga ikut masuk dengan kepemilikan 33,5%. Bhakti juga sempat berencana untuk menguasai PT Datakom yang pada saat itu terlilit hutang, dengan harapan akhir menguasai SCTV. Bahkan, sebelumnya pada 24 April 2000 Bhakti menyatakan mereka sudah siap membeli saham SCTV sebesar 100%, yang diperkirakan akan di-share swap dengan saham PT Agis Tbk. Namun, pada akhirnya rencana HT gagal karena Henry sebagai pemilik PT Cipta Aneka Selaras tidak mau menyerahkan kepemilikannya dan pengendaliannya pada SCTV. HT kemudian memutuskan melepaskan saham PT Bhakti dalam PT Cipta Aneka Selaras seluruhnya dan membatalkan rencana pembelian saham PT Datakom di SCTV.[45] Saham PT Bhakti dalam PT Cipta Aneka Selaras, kemudian beralih kepada PT Abhimata. Beberapa rumor penjualan/beralihnya kepemilikan SCTV lainnya yang sempat tercatat (namun tidak terealisasi), seperti pembelian 52,5% sahamnya oleh PT Timsco milik Timmy Habibie sebesar 52,5% di bulan November 1998;[46] masuknya modal dari Arab Radio & Television (ART) di tahun 2000;[60] penjualan ke Bakrie Group pada 2005; maupun isu pembelian oleh televisi internasional STAR TV pada 2005-2006 dan September 2010.[50][61][62]

Seperti telah disebutkan, sejak 2005 saham induk SCTV, PT Surya Citra Media berada di bawah Elang Mahkota Teknologi (Emtek) via PT Abhimata Mediatama. Pada 2008, dilakukan restrukturisasi sehingga SCM kini di bawah langsung kendali Emtek. Tindakan ini dilakukan dengan menjual saham PT Abhimata Mediatama di SCM kepada Emtek.[63]

Acara

Pada awal bersiaran, program SCTV tidak jauh berbeda dengan program RCTI sebagai hasil kerjasama mereka, namun jam penayangan acara-acaranya tidak sama. Setelah berpisah, SCTV kemudian memfokuskan siarannya pada acara-acara impor, terutama telenovela dan serial Mandarin.[64] Berbagai sinetron juga mulai diperkenalkan, walaupun kurang populer dan lebih menargetkan pasar perempuan. Setelah perubahan pada 1997, program sinetron ini kemudian mulai dijadikan acara utama, dengan nama "Sinetron Prima". Berbagai acara ini, seperti Tersayang, Wah Cantiknya dan Dewi Fortuna cukup dikenal oleh penonton.[65] Selain acara diatas, SCTV juga memiliki acara berita di bawah bendera Liputan 6.

Acara-acara ini kemudian semenjak perubahan image pada 30 Januari 2005, diubah menjadi bertema "Gala", seperti Gala Mandarin, Gala Bollywood, Gala Hollywood, Gala Sinema, Gala Keluarga dan Gala Sinetron, dengan Gala Sinetron adalah yang utama. Walaupun saat ini nama Gala sudah tidak dipakai, namun acara sinetron maupun film televisi (FTV) tetap menjadi acara utama jaringan televisi ini.

Olahraga

SCTV memiliki nama program olahraga di bawah jenama SCTV Sports yang menjadi rumah sepakbola Eropa dan olahraga dunia. Pada 22 Desember 2011, SCTV berhasil memenangkan bidding hak siar UEFA Champions League, UEFA Europa League, dan UEFA Super Cup untuk musim 2012/13 hingga musim 2014/15. SCTV mengucapkan terima kasih kepada RCTI dan Indovision atas penayangan hak siar UCL dan UEL selama 10 tahun berturut-turut. dan SCTV kembali menyiarkan UCL dan UEL untuk musim 2016/17 hingga musim 2017/18 setelah mendapatkan lisensi dari beIN Sports dan sebelumnya RCTI hanya menyiarkan UCL dan UEL selama semusim 2015/16. Pada bulan Agustus 2019, SCTV kembali lagimenjadi pemegang hak siar UEFA Champions League, UEFA Europa League, dan UEFA Super Cup untuk kali ketiga mulai musim 2019-20 setelah Futbal Momentum Asia (FMA), selaku pemilik saham dari Total Sports Blast (TSB) gagal membayar hak siar ketiga kompetisi tersebut untuk dua musim selanjutnya, yaitu 2019-20 dan 2023-24. Sehingga, rivalnya RCTI juga tidak bisa melanjutkan penayangannya dan hanya menyiarkan musim 2018-19 di RCTI.[66] SCTV sendiri akan menyiarkan siaran langsung pertandingan UEFA Champions League, mulai dari babak play-off (satu babak sebelum penyisihan grup) hingga babak final, berbeda dengan RCTI yang biasanya memulai tayangannya dengan babak penyisihan grup (tidak termasuk play-off) hingga final.[67][68] Siaran langsung UEFA Champions League, UEFA Europa League, UEFA Europa Conference League dan UEFA Super Cup juga disiarkan langsung oleh Champions TV yang merupakan saluran olahraga di bawah naungan Indonesia Entertainment Group. Pertandingan UEFA Champions League, UEFA Europa League, UEFA Europa Conference League (hanya babak final) dan UEFA Super Cup disiarkan sepenuhnya oleh SCTV.

Pada bulan April 2013, SCTV resmi menjadi pemegang hak siar Liga Utama Inggris musim 2013–2014 sampai 2015–2016 bersama Indosiar dan TV berlangganan Nexmedia. SCTV dan Indosiar akan menyiarkan 76 pertandingan Barclays Premier League atau 2 pertandingan per minggunya. SCTV diplot menyiarkan BPL Setiap Minggu pukul 22.30 WIB Sedangkan Indosiar hanya menyiarkan pertandingan BPL Setiap Sabtu pukul 21.30 WIB, Untuk seluruh pertandingan BPL, Capital One Cup dan FA Cup bisa dinikmati di Nexmedia. Tidak hanya Liga Utama Inggris, SCTV juga menyiarkan siaran langsung pertandingan Semifinal The FA Cup dan Piala EFL (sebelumnya Football League Cup) selama tiga musim yaitu 2013-14 hingga dan 2015-16 ditambah pertandingan FA Community Shield 2013, 2014, dan 2015 untuk melengkapi paket hak siar kompetisi/turnamen sepak bola Inggris juga dengan kerjasama beIN Sports.[69] dan SCTV kembali menyiarkan Premier League hanya musim 2021-22 saja setelah mendapatkan lisensi dari Mola dan sebelumnya TVRI Nasional dan TVRI Sport HD hanya menyiarkan Premier League musim 2019-20 silam dan NET. menyiarkan Premier League musim 2020-21. Dan pada bulan April 2022, Emtek Group kembali lagi menjadi pemegang hak siar Premier League selama 3 musim ke depan yakni 2022-23 hingga 2024-25 bersama SCTV, Moji, Nex Parabola, Vidio dan Champions TV. Bisa dibilang, ini yang keempat kalinya SCTV menyiarkan pesta sepakbola bergengsi Eropa di Inggris terbesar di dunia tersebut sebagai saluran televisi dengan induk media SCM dan Emtek Group.

Pada bulan Juni 2015, SCTV mendapatkan hak siar Pesta Olahraga Asia Tenggara atau Sea Games untuk edisi 2 tahun yakni 2015 di Singapura dan 2017 di Malaysia bersama Indosiar, O Channel, MNCTV dan TVRI,

Pada bulan Agustus 2016, SCTV resmi menjadi pemegang hak siar La Liga selama tiga musim, yaitu 2016–17 sampai musim 2018–19 juga dengan kerjasama beIN Sports. Lalu, di bulan Desember 2019, SCTV telah mendapatkan hak siar turnamen sepak bola Piala Dunia Antarklub FIFA (2019 dan 2020). Pada musim 2019 hanya menayangkan pertandingan final.[70]

Pada bulan Mei 2021, SCTV resmi jadi partner Mola TV akan menyiarkan siaran langsung sisa pertandingan babak Kualifikasi Piala Dunia 2022 (AFC) hanya zona Asia Tim nasional sepak bola U-23 Indonesia berkat kerjasama dengan pemilik lisensi dari Mola TV mulai Juni 2021 mendatang, menggantikan TVRI Nasional dan TVRI Sport HD pada tahun 2019 silam.[71]

Pada bulan Maret 2022, Emtek Group melalui SCTV mengumumkan bahwa resmi menjadi pemegang hak siar FIFA World Cup Qatar 2022 di Qatar bersama Indosiar, Moji, Mentari TV, Vidio, Nex Parabola, dan Champions TV. Bisa dibilang, ini yang kedua kalinya SCTV menyiarkan pesta bola terbesar di dunia tersebut sebagai saluran televisi dengan induk media sendiri, setelah terakhir pada tahun 2006 di Jerman.

Penyiar

Identitas

Logo pertama SCTV (20 Juli 1990-24 Agustus 1993)
Logo kedua SCTV saat melakukan proses pemindahan dari Surabaya ke Jakarta dan setelah pindah ke Jakarta (24 Agustus 1993-31 Juli 2003) serta station identification (1994-2005)
Logo ketiga SCTV (1 Agustus 2003-29 Januari 2005)
Logo SCTV versi HD (khusus untuk siaran digital)

Logo SCTV awalnya terdiri dari setengah sabit warna biru dan setengah lingkaran warna merah di atas serta persegi panjang berwarna abu-abu di bawah. Di tengah-tengah kedua bentuk tersebut, ada tulisan SCTV dengan jenis huruf Helvetica Black. Logo ini digunakan dari 24 Agustus 1990 hingga 29 Januari 2005. Pertama kali dimunculkan pada siaran pertama SCTV, logo tersebut merupakan hasil sayembara ke publik. Dari 100 kandidat, kemudian terpilih 1 logo yang dirasa mampu merepresentasikan SCTV.[27] Sabit berwarna biru melambangkan langit dan setengah lingkaran merah melambangkan matahari, yang bermakna agar SCTV dapat memberikan pencerahan kepada pemirsa melalui tayangannya. Sabit tersebut membesar dari kanan ke kiri, yang merupakan simbol dari siaran SCTV yang menyebar ke berbagai tempat dan menasional.[44][72] Tercatat sempat terjadi beberapa perubahan minor pada logo ini, seperti pada 1997, di station identification-nya digunakan logo yang menggunakan warna-warna lebih cerah (seperti matahari yang berubah dari merah menjadi kuning keemasan) sebagai cerminan semangat dan harapan;[41] serta pada tahun 2003 dengan menghapuskan bayangan yang ada (sehingga warnanya solid) dengan tujuan agar lebih mudah diaplikasikan di layar televisi atau media promosi lainnya.[44]

Pada tanggal 29 Januari 2005, dalam rangka penyegaran identitas, pada acara berjudul Satu Untuk Semua,[73] SCTV mengubah logo barunya menjadi tulisan SCTV warna biru dengan jenis huruf Myriad Pro Black dan lingkaran besar gradien warna jingga dan kuning yang melambangkan simbol surya atau sinar matahari di pojok kiri atas pada tulisan. Lambang matahari yang berubah dari setengah lingkaran menjadi lingkaran penuh berwarna jingga melambangkan kedewasaan dan kematangan, simbol dari wajah penerang yang melingkupi dan memberikan kehidupan demi menjaga harapan bangsa tetap hidup maupun masa depan yang lebih baik dan bersinar,[30] sedangkan warna biru pada tulisan "SCTV" melambangkan wawasan ke depan. Bulatan matahari yang ada di atas tulisan "SCTV" biru dapat dibaca seperti posisi matahari yang ada di langit biru, yang membuat suasana cerah, cemerlang, berwawasan, variatif, inovatif dan menghibur dalam programnya. Tulisan "SCTV" juga dibuat bergaya dinamis-modern (sebagai tanda selalu berkembang mengikuti waktu) dan bersambung (tanda ikatan kuat di internal perusahaan atau antara SCTV dan pemirsanya). Logo tersebut diluncurkan setelah dirancang selama empat bulan.[74][75] Selain logo baru, pada waktu yang sama, juga diluncurkan station ID dan slogan baru, yaitu "Satu Untuk Semua".[44]

Slogan

  • SCTV, Surabaya Televisi (24 Agustus 1990-24 Agustus 1991)
  • Ayo SCTV-Selangkah Lebih Maju (24 Agustus 1991-24 Agustus 1994)
  • Saluran Hiburan dan Informasi (24 Agustus 1991-24 Agustus 1993, bersama RCTI)
  • Selalu Siap Menemani Anda/Selalu Siap Menemanimu (24 Agustus 1993-31 Mei 1997)
  • Ayo SCTV (24 Agustus 1994-31 Mei 1997)
  • SCTV NgeTop! (1 Juni 1997-29 Januari 2005) (Kata Ngetop masih digunakan sampai saat ini pada kategori Paling Ngetop di SCTV Awards dan SCTV Music Awards)
  • Satu Untuk Semua (29 Januari 2005-sekarang)

Direksi dan Komisaris

Daftar direktur utama

No. Nama Awal jabatan Akhir jabatan
1 Henry Pribadi[14] 1987 1990
2 Slamet Supoyo 1990 1997
3 Agus Mulyanto 1997 2002
4 Lanny Rahardja 2002 2003
5 Wisnu Hadi 2003 2006
6 Fofo Sariaatmadja 2006 2011
7 Sutanto Hartono 2011 2013
8 Grace Wiranata 2013 2015
9 Sutanto Hartono 2015 sekarang

Direksi saat ini

Struktur dewan direksi SCTV saat ini adalah sebagai berikut:

No. Nama Jabatan
1 Sutanto Hartono Direktur Utama
2 Alvin Widarta Sariaatmadja Direktur Penjualan dan Pemasaran
3 Rusmiyati Djajaseputra Direktur Keuangan
4 David Setiawan Suwarto Direktur Pemrograman
(juga produser SinemArt)

Komisaris saat ini

Struktur dewan komisaris SCTV saat ini adalah sebagai berikut:

No. Nama Jabatan
1 R. Suyono Komisaris Utama
2 Eddy Kusnadi Sariaatmadja Komisaris
3 Fofo Sariaatmadja Komisaris
4 Siti Hediati Hariyadi Komisaris
5 Budi Harianto Komisaris
6 Suryani Zaini Komisaris

Jaringan siaran

Menurut data Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo), SCTV saat ini disiarkan melalui 30 stasiun televisi (tidak termasuk stasiun relai) yang dimiliki oleh 17 perusahaan (termasuk stasiun dan perusahaan induknya).[76] Hingga tahun 2020, SCTV didukung oleh 47 stasiun pemancar.[77] Sebagian besar stasiun tersebut dimiliki oleh SCTV, kecuali beberapa stasiun pemancar yang dioperasikan bersama dengan RCTI karena alasan historis. SCTV menjangkau 31 dari 38 provinsi di Indonesia.

Berikut ini adalah transmisi SCTV dan stasiun afiliasinya (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan dengan stasiun lokal). Data dikutip dari data IPP Kemenkominfo[76] dan laporan keuangan SCM.[78][79]

Keterangan: stasiun yang dicetak miring berarti masih berupa stasiun relai dan belum memiliki siaran lokalnya sendiri.

Nama Perusahaan Nama Stasiun Daerah Frekuensi Analog (PAL) Frekuensi Digital (DVB-T2)[80] Nama Multipleksing Digital (DVB-T2)[81]
PT Surya Citra Televisi SCTV DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi off air (45 UHF) 24 UHF SCTV Jakarta
PT Surya Citra Pesona SCTV Gorontalo Gorontalo 38 UHF 31 UHF Trans TV Gorontalo, Boliyohuto, Kwandang dan Tilamuta
SCTV Tanjung Selor Tanjung Selor 33 UHF 33 UHF SCTV Tanjung Selor
PT Surya Citra Sentosa SCTV Aceh Banda Aceh 46 UHF 35 UHF Indosiar Banda Aceh
SCTV Bireuen Sigli, Bireuen 31 UHF Indosiar Bireuen / Indosiar Sigli
SCTV Lhokseumawe Lhokseumawe 32 UHF Indosiar Lhokseumawe
PT Surya Citra Media Kreasi SCTV Denpasar Kota Denpasar, Singaraja, Karangasem off air (31 UHF) 36 UHF MetroTV Denpasar / MetroTV Singaraja / MetroTV Karangasem
SCTV Mataram Mataram, Lombok Tengah 32 UHF 38 UHF SCTV Mataram / SCTV Lombok Tengah
PT Surya Citra Kirana SCTV Bengkulu Bengkulu 26 UHF 31 UHF Indosiar Bengkulu
SCTV Lampung Bandar Lampung, Metro 34 UHF 39 UHF MetroTV Bandar Lampung
PT Surya Citra Nugraha SCTV Yogyakarta Yogyakarta, Wonosari, Solo, Sleman, Wates off air (34 UHF) 32 UHF Indosiar Yogyakarta / Indosiar Solo
PT Surya Citra Ceria SCTV Jambi Jambi 35 UHF 29 UHF Indosiar Jambi
SCTV Palembang Palembang off air (32 UHF) 32 UHF Indosiar Palembang / Indosiar Lempuing
PT Surya Citra Mediatama SCTV Bandung Bandung, Cimahi, Padalarang, Cianjur off air (52 UHF) 29 UHF Indosiar Bandung
SCTV Cirebon Cirebon, Indramayu, Kuningan 36 UHF 38 UHF Indosiar Cirebon / Indosiar Kuningan
SCTV Garut Garut 30 UHF 34 UHF Indosiar Garut
SCTV Ciamis Ciamis, Tasikmalaya 37 UHF Indosiar Ciamis
SCTV Sukabumi Sukabumi 38 UHF Indosiar Sukabumi
SCTV Purwakarta Purwakarta 39 UHF Indosiar Purwakarta
SCTV Sumedang Sumedang, Majalengka 28 UHF Indosiar Sumedang
SCTV Cianjur Cianjur Selatan 46 UHF Indosiar Cianjur
SCTV Serang Cilegon, Serang 55 UHF 29 UHF SCTV Serang
SCTV Pandeglang Pandeglang 34 UHF SCTV Pandeglang
SCTV Lebak Malingping, Lebak 39 UHF SCTV Malingping
PT Surya Citra Wisesa SCTV Semarang Semarang, Ungaran, Kendal, Demak, Jepara, Kudus off air (35 UHF) 33 UHF Indosiar Semarang
SCTV Tegal Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan 55 UHF 33 UHF Indosiar Tegal
SCTV Purwokerto Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Cilacap 45 UHF 31 UHF Indosiar Banyumas
SCTV Kebumen Purworejo, Kebumen 33 UHF Indosiar Purworejo
SCTV Blora Blora, Cepu 31 UHF Indosiar Blora
SCTV Pati Pati, Rembang 29 UHF Indosiar Rembang
SCTV Magelang Magelang 28 UHF Indosiar Magelang
PT Surya Citra Media Gemilang SCTV Pontianak Pontianak 35 UHF 47 UHF Indosiar Pontianak
SCTV Palangkaraya Palangkaraya 35 UHF 36 UHF SCTV Palangkaraya
PT Surya Citra Multikreasi SCTV Banjarmasin Banjarmasin, Martapura, Marabahan off air (34 UHF) 33 UHF SCTV Banjarmasin
SCTV Amuntai Amuntai
SCTV Samarinda Samarinda 47 UHF 37 UHF SCTV Samarinda
SCTV Balikpapan Balikpapan 32 UHF 35 UHF SCTV Balikpapan
SCTV Berau Tanjung Redeb, Berau
SCTV Bontang Bontang 26 UHF 35 UHF SCTV Samarinda
PT Surya Citra Cenderawasih SCTV Jayapura Jayapura 30 UHF 34 UHF Trans7 Jayapura
SCTV Ambon Ambon 46 UHF 45 UHF tvOne Ambon
SCTV Manokwari Manokwari 36 UHF 34 UHF SCTV Manokwari
PT Surya Citra Pesona Media SCTV Pekanbaru Pekanbaru 26 UHF 33 UHF Trans TV Pekanbaru
SCTV Batam Batam off air (47 UHF) 42 UHF SCTV Batam
PT Surya Citra Dimensi Media SCTV Makassar Makassar, Maros, Sungguminasa, Pangkajene 35 UHF 34 UHF MetroTV Makassar
SCTV Kendari Kendari 24 UHF 36 UHF SCTV Kendari
PT Surya Citra Kreasitama SCTV Palu Palu 31 UHF 38 UHF SCTV Palu
SCTV Manado Manado 34 UHF 38 UHF MetroTV Manado
PT Surya Citra Visi Media SCTV Padang Padang, Pariaman 47 UHF 42 UHF MetroTV Padang / MetroTV Bukittinggi / MetroTV Solok
SCTV Bukittinggi Bukittinggi, Padang Panjang off air (62 UHF)
SCTV Medan Medan 35 UHF 34 UHF Indosiar Medan
SCTV Pematangsiantar Pematangsiantar, Simalungun 32 UHF Indosiar Pematangsiantar
PT Elang Citra Perkasa[82] SCTV Surabaya[82] Surabaya, Gresik, Mojokerto, Lamongan, Pasuruan, Bangkalan off air (34 UHF) 29 UHF SCTV Surabaya
SCTV Jember Jember 62 UHF 27 UHF SCTV Jember
SCTV Bondowoso Bondowoso 27 UHF SCTV Bondowoso
SCTV Situbondo Situbondo 32 UHF SCTV Situbondo
SCTV Kediri Kediri, Pare, Kertosono, Jombang, Blitar, Tulungagung 53 UHF 30 UHF SCTV Kediri
SCTV Malang Malang, Probolinggo 46 UHF 28 UHF SCTV Malang / SCTV Probolinggo
SCTV Madiun Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo 48 UHF 24 UHF SCTV Madiun
SCTV Banyuwangi Banyuwangi off air 31 UHF SCTV Banyuwangi
SCTV Pacitan Pacitan 45 UHF SCTV Pacitan
SCTV Sumenep Pamekasan, Sumenep 30 UHF SCTV Sumenep dan SCTV Pamekasan
SCTV Tuban Tuban, Bojonegoro 25 UHF SCTV Tuban
SCTV Kupang Kupang 41 UHF MetroTV Kupang

Saat Timor Leste masih menjadi bagian Indonesia, SCTV tercatat sempat mengudara di kota Dili menggunakan kanal 11 VHF.[83][84][85] Beberapa kota lain di Indonesia juga sempat menerima siaran SCTV dalam kanal VHF sebelum berpindah ke UHF, seperti Mataram, Banjarmasin dan Balikpapan.[86]

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Secara spesifik, struktur kepemilikan SCTV pada periode 1994-1997, seperti berikut:
    Henry Pribadi: 25%
    Sudwikatmono: 20%
    Halimah Agustina Kamil: 25%
    Aziz Mochdar: 20%
    Peter F. Gontha: 2,5%
    H. Noor Slamet Asmoprawiro: 7,5% (kemudian beralih ke Yoola Zuraida Hassan. Kepemilikan Yoola di tahun 1995 merosot menjadi 1,9%, di mana 5,6%-nya beralih ke PT Prima Interlokasi).[45]
  2. ^ Secara spesifik, struktur kepemilikan PT Datakom Asia terdiri dari:
    PT Asriland (Bambang Trihatmodjo): 33,3%
    PT Lembahsubur Adipertiwi (Anthony Salim): 28,57%
    PT Persada Giri Abadi (Peter F. Gontha): 24,23%
    PT Azbindo Nusantara (Aziz Mochdar): 6,88%
    PT Indosat (Persero) Tbk: 5%
    PT Trisadnawa Solusi Komunikasi (Youk Tanzil): 2%[47][48]

Referensi

  1. ^ Daftar Saluran /Channel TV digital DVB-T2 yang bisa ditangkap di Jakarta
  2. ^ Sekedar berbagi info:...
  3. ^ National Television Networks in Indonesia
  4. ^ "Indosiar" dan "SCTV" Resmi Merger – Diakses tanggal 5 April 2013
  5. ^ Prospektus EMTEK 2009
  6. ^ a b SURABAYA KITA: BUKAN AKAN BERSAING, SCTV MITRA TVRI
  7. ^ a b Alex Leo Zulkarnain, orang yang kembali
  8. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 14,Masalah 21-24
  9. ^ Muhammad Nur
  10. ^ Indonesia Reports, Masalah 47-59
  11. ^ Giliran Surabaya Punya Swasta
  12. ^ Sekilas televisi swasta
  13. ^ a b Ishadi S.K. 2014. Media dan Kekuasaan - Televisi di Hari-hari Terakhir Presiden Soeharto. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
  14. ^ a b c SURABAYA KITA: PELETAKAN BATU PERTAMA SCTV 1 FEBRUARI 1990 SORE
  15. ^ SURABAYA KITA: SCTV SUATU SAAT TAK PERLU DEKODER
  16. ^ a b SURABAYA KITA: SATU BULAN, SIARAN SCTV TANPA DEKODER
  17. ^ JATI DIRI: ALHAMDULILLAH, TANPA DEKODER
  18. ^ Ssu adalah siaran tv yang dapat ditangkap langsung..
  19. ^ a b c Televisi Jakarta di atas Indonesia
  20. ^ a b Sctv, rame rek!
  21. ^ Klip Indonesia Raya di SCTV pada pembukaan siaran percobaannya. Ada tulisan "HAORNAS 1988", berarti klip ini awalnya dipakai untuk sign on RCTI pada awal siarannya.
  22. ^ SCTV MUNCUL, SUDAH BANYAK YANG MINTA LAGU
  23. ^ SURABAYA KITA: PERTAMA KALI, SCTV AKAN SIARAN STEREO
  24. ^ Imagi-Nations and Borderless Television: Media, Culture and Politics Across Asia
  25. ^ Pola Penggunaan Waktu Dalam Kehidupan Pelajar di Jawa Timur
  26. ^ Dalam menghadapi era persaingan, tvri programa 2 bersiap menandingi tv swasta
  27. ^ a b c GANTI NAMA..
  28. ^ a b SURABAYA KITA: SCTV DIRENCANAKAN MENJANGKAU BALI, SIARAN PERCOBAAN 26 JULI 1990
  29. ^ Mataram - sctv mulai menarik perhatian pemirsa di mataram
  30. ^ a b c d Jurnalisme: liputan 6 SCTV : antara peristiwa dan ruang publik
  31. ^ Pilih mana, tv swasta atau tv komersil?
  32. ^ Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi: Edisi 2
  33. ^ Iklan SCTV siaran nasional
  34. ^ RCTI DAN SCTV MENGUDARA SECARA NASIONAL
  35. ^ a b Rcti-sctv siap siaran nasional
  36. ^ SCTV, MULAI 25 AGUSTUS 1993 TAMPIL MANDIRI, 24 AGUSTUS 1993 MALAM BERPISAH DGN RCTI
  37. ^ Pertelevisian di indonesia: "saat rcti 'bercerai' dengan sctv"
  38. ^ PROSPEKTUS MNC 2007
  39. ^ Proses pembahasan rancangan undang-undang tentang penyiaran menjadi undang-undang
  40. ^ a b SCTV UBAH CITRA, AKHIR TAHUN 1997 OPERASIONAL DARI JAKARTA
  41. ^ a b c KEGIATAN OPERASIONAL AKAN DIPINDAHKAN KE JAKARTA, SURYA CITRA TELEVISI (SCTV) TERANCAM
  42. ^ Wacana gender & layar televisi: studi perempuan dalam pemberitaan televisi swasta
  43. ^ Sejarah Perusahaan
  44. ^ a b c d Perjalanan Sejarah Logo dan Slogan SCTV
  45. ^ a b c d Ekonomi Politik Media Penyiaran
  46. ^ a b 52,5% SAHAM SCTV PINDAH KE TIMMY HABIBIE
  47. ^ a b Tempo: Indonesia's Weekly News Magazine, Volume 3,Masalah 1-8
  48. ^ Yearbook of Asia-Pacific Telecommunications
  49. ^ Ayo sctv, jangan bubar
  50. ^ a b sctv, satu untuk dijual
  51. ^ Televisi Batavia
  52. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 14,Masalah 21-24
  53. ^ a b Re: [BolaML] SCTV payah & kampungan! Re: Titik Suharto bayar berapa ke SCTV??
  54. ^ Henry Pribadi Jual Semua Saham di SCTV ke Abhimata Mediatama
  55. ^ Eddy Sariaatmadja, Obama dan Harta Rp 18,2 T
  56. ^ Politics and the Media in Twenty-First Century Indonesia: Decade of Democracy
  57. ^ STW completes sale of SCTV
  58. ^ Singleton offloads SCTV stake
  59. ^ "Lapkeu Q1 SCM 2004" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2004-10-20. Diakses tanggal 2004-10-20. 
  60. ^ JP/TV industry seeks foreign boost
  61. ^ Rupert Murdoch Dikabarkan Incar SCTV, Harga 3 Saham TV Melejit Tajam
  62. ^ SCTV Bantah Akan Dibeli Star TV
  63. ^ Emtek Kuasai Langsung SCTV
  64. ^ HUT ke-29, Inilah 5 Telenovela Ngetop yang Pernah Tayang di SCTV
  65. ^ 25 Sinetron SCTV Paling Fenomenal (Bag. 2)
  66. ^ "Uefa close to replacing collapsed Champions League deal in Indonesia". SportBusiness Media (dalam bahasa Inggris). 2019-08-06. Diakses tanggal 2019-08-19. 
  67. ^ "SCTV Pemegang Hak Siar Liga Champions dan Liga Eropa Mulai Musim 2019/2020". iSatelit.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-28. Diakses tanggal 14 Agustus 2019. 
  68. ^ "SCTV Tayangkan Piala Super Cup Mulai Musim 2019". www.bola.net. Diakses tanggal 14 Agustus 2019. 
  69. ^ SCTV, Indosiar, dan Nexmedia Tayangkan Premier League di Indonesia
  70. ^ Vidi, Adyaksa (2019-12-21). Yustiawan, Achmad Yani, ed. "Saksikan Final Piala Dunia Antarklub 2019 Hanya di SCTV dan Vidio.com". Liputan6.com. Diakses tanggal 2020-01-01. 
  71. ^ Ikhsan, Harley (2021-05-25). "SCTV Siarkan Langsung 3 Laga Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022". Liputan6.com. Diakses tanggal 2020-05-26. 
  72. ^ LINTAS SEJARAH
  73. ^ Surya Citra Televisi (SCTV) Ganti Logo (perlu berlangganan)
  74. ^ SCTV Mengubah Logo Agar Lebih Dewasa
  75. ^ SCTV Luncurkan Lambang Baru
  76. ^ a b DAFTAR IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN TELEVISI YANG SUDAH DITERBITKAN OLEH MENTERI KOMINFO SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2017
  77. ^ Dongoran, Hussein Abri (2020). "Modal Besar TVRI: Ratusan Pemancar, Aset Triliunan, dan APBN". Tempo.co. Diakses tanggal 3 Agustus 2020. 
  78. ^ Laporan Keuangan Tahunan SCM 2014
  79. ^ Laporan Keuangan Tahunan SCM 2019
  80. ^ Peta ISR TV Digital - SDPPI Maps
  81. ^ "Dashboard TV Digital". Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Diakses tanggal 23 Januari 2022. 
  82. ^ a b Satu Untuk Semua! Ini 10 Fakta Unik Tentang Stasiun TV SCTV
  83. ^ World Radio TV Handbook
  84. ^ Roni Mau Luma...
  85. ^ VIDEO Berkat Jasa Operator Pemancar, Siaran SCTV Lancar
  86. ^ Tempo, Volume 23

Pranala luar