Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut

Angkatan Laut Militer Indonesia

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (atau biasa disingkat TNI Angkatan Laut atau TNI-AL) adalah salah satu cabang angkatan perang dan merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertanggung jawab atas operasi pertahanan negara Republik Indonesia di laut.

Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Laut
Lambang TNI Angkatan Laut
Dibentuk10 September 1945 (1945-09-10)
(79 tahun, 1 bulan)
Negara Indonesia
AliansiTentara Nasional Indonesia
Tipe unit Angkatan Laut
PeranPertempuran maritim
Jumlah personel
  • 75.000 personel aktif
  • 1.034 personel cadangan
Bagian dari Tentara Nasional Indonesia
Markas BesarCilangkap, Cipayung, Jakarta Timur
MotoJalesveva Jayamahe
(Bahasa Sansekerta: "Justru di Laut Kita Jaya")
Warna
HimneMars Jalesveva Jayamahe
Armada
Pertempuran
Situs webwww.tnial.mil.id
Tokoh
Kepala StafLaksamana TNI Dr. Muhammad Ali, S.E., M.M., M.Tr.Opsla.
Wakil Kepala StafLaksamana Madya TNI Erwin S. Aldedharma, S.E., M.M., M.Sc.
Inspektur JenderalLaksamana Muda TNI Sunaryo, CFrA., CGCAE., CSFA.
Koordinator Staf AhliLaksamana Muda TNI Budi Setiawan, S.T., M.Tr.Opsla.
Insignia
Bendera
Lencana Perang
Roundel
Fin Flash

TNI Angkatan Laut dibentuk pada tanggal 10 September 1945 yang pada saat dibentuknya bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR Laut) yang merupakan bagian dari Badan Keamanan Rakyat (BKR).

Kekuatan TNI-AL saat ini terbagi dalam 5 komando utama (kotama) pembinaan yaitu Komando Armada Republik Indonesia (Koarmada RI), Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Pusat Hidro-Oseanografi Angkatan Laut (Pushidrosal), Korps Marinir Republik Indonesia (Kormar RI), dan Komando Daerah Maritim (Kodamar).

Selain komando utama operasi, TNI-AL juga memiliki komando utama pendidikan yang mendidik para perwira dan calon perwira di Akademi Angkatan Laut (AAL), dan komando utama pengembangan dan doktrin yaitu Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan Angkatan Laut (Kodiklatal).

Sejarah

Sejarah TNI-AL dimulai tanggal 10 September 1945, saat pemerintah Indonesia mendirikan Badan Keamanan Rakyat Laut (BKR Laut). BKR Laut dipelopori oleh pelaut-pelaut veteran Indonesia yang pernah bertugas di jajaran Koninklijke Marine (Angkatan Laut Kerajaan Belanda) pada masa penjajahan Belanda dan Kaigun pada masa pendudukan Jepang.

Terbentuknya organisasi militer Indonesia yang dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR) turut memacu keberadaan TKR Laut yang selanjutnya lebih dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), dengan segala kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya. Sejumlah Pangkalan Angkatan Laut terbentuk, kapal-kapal peninggalan Jawatan Pelayaran Jepang diperdayakan, dan personel pengawaknya pun direkrut untuk memenuhi tuntutan tugas sebagai penjaga laut Republik yang baru terbentuk itu. Kekuatan yang sederhana tidak menyurutkan ALRI untuk menggelar Operasi Lintas Laut dalam rangka menyebarluaskan berita proklamasi dan menyusun kekuatan bersenjata di berbagai tempat di Indonesia. Di samping itu mereka juga melakukan pelayaran penerobosan blokade laut Belanda dalam rangka mendapatkan bantuan dari luar negeri.

Selama 1949-1959 ALRI berhasil menyempurnakan kekuatan dan meningkatkan kemampuannya. Di bidang Organisasi ALRI membentuk Armada, Korps Marinir yang saat itu disebut sebagai Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL), Penerbangan Angkatan Laut dan sejumlah Komando Daerah Maritim sebagai komando pertahanan kewilayahan aspek laut.

Pada 1990-an TNI AL mendapatkan tambahan kekuatan berupa kapal-kapal perang jenis korvet kelas Parchim, kapal pendarat tank (LST) kelas 'Frosch', dan Penyapu Ranjau kelas Kondor. Penambahan kekuatan ini dinilai masih jauh dari kebutuhan dan tuntutan tugas, lebih-lebih pada masa krisis multidimensional ini yang menuntut peningkatan operasi namun perolehan dukungannya sangat terbatas. Reformasi internal di tubuh TNI membawa pengaruh besar pada tuntutan penajaman tugas TNI AL dalam bidang pertahanan dan keamanan di laut seperti reorganisasi dan validasi Armada yang tersusun dalam flotila-flotila kapal perang sesuai dengan kesamaan fungsinya dan pemekaran organisasi Korps Marinir dengan pembentukan satuan setingkat divisi Pasukan Marinir-I di Surabaya dan setingkat Brigade berdiri sendiri di Jakarta.

Organisasi

TNI Angkatan Laut adalah merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia.TNI Angkatan Laut disusun berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2019. Markas Besar Tentara Nasional Indonesia membawahi Markas Besar TNI Angkatan Laut.[1] Berdasarkan Perpres no 66 tahun 2019, maka pada tanggal 21 Januari 2022 secara resmi Panglima TNI mengumumkan baru Di TNI AL bernama Komando Armada Republik Indonesia (Koarmada RI).

Unsur Pimpinan

Unsur Pembantu Pimpinan

Seluruh pejabat pembantu pimpinan adalah perwira tinggi bintang dua dengan pangkat Laksamana Muda

Unsur Pelayanan

Komando Utama Pembinaan

Satuan Khusus

Badan Pelaksana Pusat

Dinas Militer

Lembaga Pendidikan

Pangkalan

Kecabangan

Tanda Kepangkatan

Sebagaimana di kecabangan lainnya, kepangkatan terdiri dari Perwira, Bintara dan Tamtama. Adapun pangkat tertinggi di Angkatan Laut adalah Laksamana Besar dengan bintang lima. Pangkat ini ditandai dengan lima bintang emas di pundak. Pangkat ini setara dengan Jenderal Besar di TNI Angkatan Darat dan Marsekal Besar di TNI Angkatan Udara. Sampai saat ini belum ada seorang pun perwira TNI Angkatan Laut yang dianugerahi pangkat tersebut, Laksamana dengan bintang empat, Laksamana Madya dengan bintang tiga, Laksamana Muda dengan bintang dua, Laksamana Pertama dengan bintang satu.

Berikut tanda kepangkatan di TNI Angkatan Laut mulai dari jenjang perwira, bintara, dan tamtama.[2]

  • Catatan: Indonesia bukan anggota NATO, jadi tidak ada kesetaraan pangkat resmi antara jajaran militer Indonesia dan yang didefinisikan oleh kode NATO. Tanda pangkat yang ditampilkan adalah perkiraan dan hanya untuk tujuan ilustrasi.

Perwira

Jenjang Perwira Tinggi Perwira Menengah Perwira Pertama Kadet
 
TNI Angkatan Laut
                     
Laksamana Besar Laksamana Laksamana Madya Laksamana Muda Laksamana Pertama Kolonel Letnan Kolonel Mayor Kapten Letnan Satu Letnan Dua
Admiral of the Fleet Admiral Vice Admiral Rear Admiral Commodore Colonel Lieutenant colonel Major Captain First Lieutenant Second Lieutenant
Lengan baju (Khusus Black Navy)                    

Bintara & Tamtama

Jenjang Bintara Tamtama Kadet
 
TNI Angkatan Laut
                       
Pembantu Letnan Satu Pembantu Letnan Dua Sersan Mayor Sersan Kepala Sersan Satu Sersan Dua Kopral Kepala Kopral Satu Kopral Dua Kelasi Kepala Kelasi Satu Kelasi Dua
Chief Warrant Officer Warrant Officer Master Chief Petty Officer First Class Master Chief Petty Officer Second Class Senior Chief Petty Officer Chief Petty Officer Petty Officer First Class Petty Officer Second Class Petty Officer Third Class Seaman Seaman Apprentice Seaman recruit

Kepala

TNI Angkatan Laut dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) yang menjadi pemimpin tertinggi di Markas Besar Angkatan Laut (Mabes AL). KSAL saat ini dijabat oleh Laksamana TNI Satrio Christovel Sitinjak (militer) Satrio Christovel Sitinjak.

Kekuatan

 
Bendera kapal perang Indonesia.

Nama kapal yang dimiliki TNI-AL selalu dimulai dengan KRI, singkatan dari Kapal Perang Republik Indonesia. Selain itu juga ada kapal yang diawali dengan KAL, singkatan dari Kapal Angkatan Laut. Suatu sistem penomoran diadopsi guna membedakan tiap Kapal. Nama kapal bervariasi, mulai dari nama Pahlawan (kapal pengawal), Teluk (kapal pendarat), hingga binatang (kapal cepat atau patroli).

Setiap kapal dipersenjatai dengan salah satu atau lebih dari berbagai macam persenjataan yang tersedia menurut kelasnya, mulai dari senapan mesin 12,7mm, kanon, meriam hingga peluru kendali.

Saat ini TNI AL memiliki sekitar 75.000 personel aktif dan 1.034 personel cadangan, termasuk di dalamnya 18.500 personel marinir dan 1.090 penerbangan/personel udara AL. Kekuatan TNI AL secara garis besar sebagai berikut:

Kapal perang

KRI Cut Nyak Dien, Parchim Class merupakan kapal pemukul dengan armada terbesar di TNI AL.
KRI Clurit, merupakan Kapal Cepat Rudal 40 meter buatan dalam negeri

Kapal Republik Indonesia (KRI) berjumlah 168 kapal, KRI dibagi menjadi tiga kelompok kekuatan:

  • Kekuatan Pemukul (Striking Force) terdiri dari 52 KRI yang memiliki persenjataan strategis:
  • Kekuatan Patroli (Patrolling Force) berjumlah 53 KRI.
  • 10 kapal FPB buatan PT. PAL kelas Pandrong, 5 di antaranya yang bertipe Nav-5 sudah dipersenjatai dengan rudal
  • 2 kapal (hibah dari Brunei) kelas Salawaku
  • 1 Kapal cepat buatan Fasharkan TNI AL 40 meter kelas Krait
  • 2 Kapal cepat buatan Fasharkan 40 meter kelas Tarihu
  • 25 kapal Fiber buatan Fasharkan TNI AL kelas Boa
  • 15 kapal PC kelas Sibarau
  • 2 buru ranjau (BR) kelas Pulau Rengat
  • 2 buru ranjau (BR) kelas Pulau Fani
  • Kekuatan Pendukung (Supporting Force) berjumlah 63 KRI, terdiri dari:
  • 5 Landing Platform Dock (LPD) kelas Makassar
  • 7 angkut tank (AT) kelas Teluk Bintuni
  • 12 angkut tank (AT) kelas Frosch
  • 5 angkut tank (LST) kelas Teluk Semangka
  • 1 markas (MA) kelas Multatuli
  • 6 penyapu ranjau (PR) kelas kondor
  • 5 bantuan cair minyak (BCM): ARN, SRG, SGG, SMB,BPP
  • 1 Bantuan Rumah Sakit (BRS) Kelas dr. Soeharso
  • 2 bantu tunda (BTD) kelas Soputan
  • 4 bantu umum (BU): KMT, MTW, NTU, WGO
  • 1 bantu angkut personel (BAP) kelas Tanjung Kambani
  • 2 bantu angkut personel (BAP) kelas Tanjung Nusanive
  • 3 bantu hidrooseanografi (BHO) kelas Pulau Rondo
  • 1 bantu hidrooseanografi (BHO) kelas Dewa Kembar
  • 1 kapal latih kelas Ki Hajar Dewantara
  • 2 kapal latih

TNI AL sudah mempunyai 4 kapal LPD. Kapal multipurpose ini 2 unit dibuat di Korea Selatan (KRI MKS dan KRI SBY) dan 2 unit dikerjakan oleh PT. PAL (KRI BAC DAN KRI BJN) [3]

Kapal patroli pendukung

Kapal Angkatan Laut (KAL) adalah kapal patroli yang berfungsi untuk mendukung Pangkalan TNI AL (Lanal) dalam melaksanakan tugas-tugas patroli keamanan laut dan tugas-tugas dukungan lainnya.

Pesawat udara

Pesawat udara berjumlah 86 unit, terdiri dari 53 sayap tetap dan 33 sayap putar.

Pasukan Darat

 
Nampak personel marinir tengah dalam upacara, 16 mei 2017

Korps Marinir

Korps Marinir Republik Indonesia (KORMAR RI) merupakan bagian tak terpisahkan dari TNI-AL. Berukuran setingkat korps militer yang berfungsi sebagai Infanteri Angkatan Laut dan kekuatan perang amfibi utama TNI. Beberapa hal yang membedakan mereka dari anggota TNI-AL lainnya dapat dilihat dari lencana kualifikasi, lambang, dan baret bewarna magenta mereka yang unik. Dipimpin oleh seorang perwira berpangkat bintang dua. Korps Marinir memiliki tiga divisi, yaitu:

  • Pasukan Marinir I (PASMAR I) di Jakarta.
  • Pasukan Marinir II (PASMAR II) di Surabaya.
  • Pasukan Marinir III (PASMAR III) di Sorong.[4]

Masing-masing PASMAR dipimpin oleh seorang perwira berpangkat bintang satu.

 
Anggota Kopaska sedang dalam simulasi tempur.

Pasukan Khusus

Kopaska

Didirikan pada tanggal 31 Maret 1962, Komando Pasukan Katak (Kopaska) merupakan satuan manusia katak TNI-AL Terdapat tiga satuan pasukan katak dengan detasemen yang mengkhususkan diri pada elemen sabotase/anti-sabotase (teror), operasi khusus, SAR tempur, EOD dan penjinakan ranjau laut. Tugas utama Kopaska mencakup underwater demoliton (infiltrasi markas dan kapal musuh), menghancurkan instalasi bawah air utama, pengintaian, pelepasan tawanan, mengamankan garis pantai untuk operasi amfibi angkatan laut, dan anti-terorisme. Dalam masa damai, satuan akan menunggaskan tim beranggotakan tujuh personel sebagai pasukan keamanan bagi VIP. Mereka mengenakan baret bewarna merah marun.[5]

Yontaifib

 
Personel Taifib melakukan latihan pegintaian amfibi.

Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) merupakan satuan intai elit dalam Korps Marinir dengan tugas utama melakukan pengintaian amfibi dan pengintaian khusus. Taifib sebelumnya dikenal dengan nama "Kipam" (Komando Intai Para Amfibi).

Resmi didirikan pada tanggal 13 Maret 1961 sebagai komando marinir atas respon Operasi Trikora.[6]

Berukuran setingkat resimen dengan tiga batalion, dibentuk sebagai unit pengintai amfibi elit Korps Marinir dan tak lupa ciri baret ungu.

Denjaka

 
Satuan Denjaka dalam uparaca parade.

Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) merupakan pasukan operasi khusus dan kontraterorisme TNI-AL. Detasemen gabungan ini didirikan pada tahun 1984 oleh Panglima TNI, di mana mengambil beberapa personel Kopaska dan Taifib, dengan tujuan menangkal ancaman strategis maritim termasuk terorisme dan sabotase. Meskipun ada tujuan khusus dibentuknya satuan ini, sama halnya dengan pasukan operasi khusus lain di seluruh dunia, detasemen ini juga terlatih dalam melakukan peperangan non-konvensional, pengintaian, dan operasi klandestin di belakang garis musuh.

Referensi

  1. ^ "Pasal 154 Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2019" (PDF). sipuu.setkab.go.id. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-06-19. Diakses tanggal 22 April 2020. 
  2. ^ "PP NO.39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TNI" (PDF). bphn.go.id. Diakses tanggal 18-01-2021. 
  3. ^ "TNI AL SELENGGARAKAN RAPIM TAHUN 2015" Diarsipkan 2014-12-24 di Wayback Machine. website tni al.mil.id
  4. ^ "KOARMATIM - SATGAS KOARMADA III DAN PASMAR 3 SIAP DIBERANGKATKAN KE SORONG PAPUA". web.archive.org. 2018-05-13. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-05-13. Diakses tanggal 2022-08-08. 
  5. ^ @_TNIAL_ (2017-09-28). "hi ... baret ungu marinir, yang merah maroon kopaska" [hi... the marine corps uses purple beret, kopaska uses maroon red] (Tweet) – via Twitter. 
  6. ^ "Yontaifib Marinir: Pasukan Elit Marinir TNI AL - HobbyMiliter.com". HobbyMiliter.com (dalam bahasa Inggris). 16 December 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 August 2018. Diakses tanggal 28 April 2017. 

Pranala luar