Lokomotif CC201

salah satu lokomotif diesel-elektrik di Indonesia

Lokomotif CC201 adalah lokomotif diesel elektrik milik PT Kereta Api Indonesia yang diproduksi oleh GE Transportation dengan model GE U18C. Lokomotif CC201 mempunyai massa 84 ton (83 ton panjang; 93 ton pendek). Desain lokomotif ini lebih ramping serta mampu menghasilkan daya sebesar 1.454 kW (1.950 hp). Lokomotif ini memiliki susunan gandar Co'Co', yakni dua bogie yang masing-masing memiliki tiga gandar berpenggerak. Pada lintasan datar maupun pegunungan, kecepatan Lokomotif CC201 dapat mencapai 120 km/h (33 m/s).[1]

Lokomotif CC201
Lokomotif CC 201 89 10 sedang Langsiran di Stasiun Kisaran
Jenis dan asal
Bagian dari seri GE Universal Locomotive Series
Sumber tenagaDiesel elektrik
ProdusenGeneral Electric Transportation, Amerika Serikat
ModelGE U18C
Tanggal produksi1977-1992
Jumlah diproduksi92 unit
Pembuat ulangBalai Yasa Yogyakarta dan Balai Yasa Lahat, untuk lokomotif modifikasi BB203
Tanggal pembuatan ulang1989-2004
Jumlah dibuat ulang52 unit dari BB203
Data teknis
Konfigurasi:
 • Whyte0-6-6-0
 • AARC-C
 • UICCo'Co'
Lebar sepur1.067 mm (3 ft 6 in)
Diameter roda914 mm (1 ydftin)
Jari-jari lengkung terkecil56,7 m (62 ydftin)
Jarak gandar3.304 mm (3 ydft 10,1 in)
Panjang14.134 mm (15 ydft 4,5 in)
Lebar2.642 mm (2 ydft 8,0 in)
Tinggi3.636 mm (3 ydft 11,1 in)
Jenis bahan bakarHigh-Speed Diesel
Kapasitas bahan bakar3.028 l (666 imp gal; 800 US gal)
Kapasitas pelumas984 l (216 imp gal; 260 US gal)
Kapasitas pendingin684 l (150 imp gal; 181 US gal)
MesinGE 7FDL-8
Jenis mesin4 langkah, Turbocharger
GeneratorGT 581
Motor traksi6 unit
Tipe: GE 761, DC-DC
Rem lokomotifRem udara tekan, Pengereman dinamis, Rem parkir
Sistem keselamatanLocotrack, Vigilance Control Panel
Jenis klakson: WABCO AA-2 Air Horn, Nathan Airchime KS-1L dan Leslie Tyfon (CC 201 8335)
Performansi
Daya mesin1.454 kW (1.950 hp)
Gaya traksi17.640 kgf (173.000 N; 38.900 lbf)
Karier
LokalSeluruh Daop dan Divre Kereta Api Indonesia
Mulai dinas
  • 1977; 47 tahun lalu (1977) (CC 201 01R - 28)
  • 1978; 46 tahun lalu (1978) (CC 201 29 - 38)
  • 1983; 41 tahun lalu (1983) (CC 201 39 - 72)
  • 1989; 35 tahun lalu (1989) (CC 201 73R - 90R)
  • 1992; 32 tahun lalu (1992) (CC 201 91 - 110)
  • 1993; 31 tahun lalu (1993) (CC 201 111R - 120R)
  • 1998; 26 tahun lalu (1998) (CC 201 121R - 125R)
  • 1999; 25 tahun lalu (1999) (CC 201 126R - 128R)
  • 2000; 24 tahun lalu (2000) (CC 201 129R - 137R)
  • 2004; 20 tahun lalu (2004) (CC 201 138R - 144R)
Keadaan129 unit beroperasi, 9 rusak, 7 menjadi CC 204

Sepanjang waktu, lokomotif ini telah berpengalaman menarik berbagai jenis kereta, mulai dari kereta eksekutif, bisnis, ekonomi, campuran, sampai kereta barang/kargo. Namun saat ini, lokomotif ini lebih banyak dioperasikan untuk KA kelas bisnis, campuran, ekonomi, dan lokal, termasuk berdinas langsiran menggantikan lokomotif D300, D301, atau BB300 dan digunakan untuk latihan calon masinis. Lokomotif ini merupakan lokomotif GE Transportation yang paling sukses di Indonesia, mengingat ketersediaan suku cadang yang cukup. Peran lokomotif diesel hidraulis di Sumatra dan Jawa pun mulai tergantikan oleh lokomotif ini.

Sejarah

Lokomotif CC201 terdiri dari empat generasi, yaitu generasi pertama, generasi kedua, generasi ketiga, dan lokomotif yang merupakan hasil rehab dari Lokomotif BB203.

Generasi pertama

 
Lokomotif CC 201 77 04 dengan corak Perumka di Stasiun Kutoarjo bersama kereta api Badrasurya

Lokomotif CC201 generasi pertama ini didatangkan ke Indonesia pada tahun 19771978 sebanyak 38 unit. Awal mula kedatangan lokomotif ini diwarnai dengan peristiwa kecelakaan pada saat lokomotif ini sedang dalam perjalanan dari pabriknya, GE di Amerika Serikat menuju ke Indonesia menggunakan kapal laut. Dalam perjalanannya, kapal yang membawa loko tersebut dihantam badai sehingga menyebabkan muatan-muatan yang ada di dalamnya jatuh menimpa tiga dari delapan lokomotif CC201 tersebut.[butuh rujukan] Hal ini membuat bagian depan dari ketiga lokomotif itu mengalami kerusakan. Sesampainya di Indonesia, lokomotif yang selamat dari musibah itu dapat segera dioperasikan, sedangkan beberapa unit lokomotif yang mengalami kerusakan tidak demikian. Ketiga lokomotif tersebut harus menjalani perbaikan terlebih dahulu selama kurang lebih sebulan.

Ciri-ciri lokomotif CC201 generasi pertama memiliki jaring radiator berukuran besar serta tuas pembuka alat perangkai (coupler) yang terletak di bawah sistem coupler-nya. Selain itu, pada mulanya semua lokomotif generasi ini tidak mempunyai lampu kabut di atas penghalau rintangan. Namun, sejak lokomotif ini mengalami Pemeliharaan Akhir (PA) pada tahun 20102011, semua unit lokomotif CC201 generasi pertama telah dipasangi lampu kabut, serta sebagian lokomotif sudah memasang tuas coupler di atas sistem coupler-nya seperti halnya generasi kedua dan ketiga.

Sebanyak tujuh unit lokomotif CC201 generasi pertama telah dialih bentuk menjadi Lokomotif CC204 pada tahun 2003 dan 2005, yaitu CC 201 03, CC 201 11, CC 201 16, CC 201 37, CC 201 32, CC 201 06, dan CC 201 12 yang masing-masing berubah menjadi CC 204 03 01, CC 204 03 02, CC 204 03 03, CC 204 03 04, CC 204 03 05, CC 204 03 06, dan CC 204 03 07.

Generasi kedua

 
Lokomotif CC 201 83 09 ketika "berwajah Donal Bebek", 2005
 
CC 201 83 27 masih menggunakan logo PJKA tahun 1988 dengan corak krem-hijau

Lokomotif CC201 generasi kedua didatangkan sebanyak 34 unit pada rentang tahun 19831984. Lokomotif ini memiliki ciri-ciri yang sama seperti lokomotif generasi pertama, tetapi memiliki jaring radiator yang berukuran kecil. Bentuk kaca depan berbentuk persegi dengan ujung-ujungnya yang lancip. Sama seperti lokomotif generasi sebelumnya, lokomotif ini pada awalnya juga tidak memiliki lampu kabut, tetapi kini telah dipasangi lampu kabut setelah mengalami Pemeliharaan Akhir pada tahun 20102011, kecuali CC 201 83 10. Dahulu di antara lokomotif generasi II ini, terdapat lokomotif yang cukup unik, salah satunya CC 201 83 18 milik Depo Induk Purwokerto yang pada bagian depannya memiliki bentuk yang berbeda dibandingkan dengan lokomotif CC201 lainnya. Kotak pasirnya lebih pendek dari yang biasanya dan kaca depannya memanjang ke bawah. Bagian dalamnya juga unik karena hanya terdapat satu meja layanan sehingga kabin masinis pun menjadi lebih luas. Hal yang melatarbelakangi perbedaan tampilan dari lokomotif CC 201 83 18 yaitu lokomotif ini pernah menabrak stoomwalls sehingga mengakibatkan kerusakan parah dan sulit mengembalikannya seperti bentuk semula.[butuh rujukan] Untuk memperbaikinya, Balai Yasa Pengok menyiasatinya dengan cara melepas satu meja layanan, memendekkan kotak pasir, dan memenjangkan 2 kaca kebawah. Karena bentuknya yang aneh ini, para penggemar kereta api sering menyebutnya “Loko Donal Bebek”. Sebelumnya, CC 201 83 09 milik Depo Sidotopo (dulu Depo Yogyakarta), CC 201 89 04 milik Depo Medan (dulu Depo Jatinegara), CC 201 77 14 milik Depo Sidotopo & CC 201 06 (sekarang CC 204 03 06) milik Depo Yogyakarta juga mempunyai bentuk yang sama seperti CC 201 83 18, tetapi bentuk keempat lokomotif tersebut saat ini sudah kembali seperti semula setelah menjalani Pemeliharaan Akhir di Balai Yasa Pengok, Yogyakarta.

CC 201 45 (CC 201 83 07) yang misterius

 
CC 201 83 07 menarik gerbong ketel melewati Stasiun Yogyakarta, Juli 2005
 
CC 201 83 07 menarik Kereta api Argo Dwipangga melewati Stasiun Cikini, 6 Januari 2013

Ada juga kelas CC201 generasi kedua yang diyakini misterius. CC 201 45 (CC 201 83 07) adalah lokomotif milik Depo Lokomotif Madiun (MN) (Sebelumnya Depo Induk Yogyakarta (YK)) yang terkenal akan daya mistis dan salah satu lokomotif paling keramat di Indonesia sehingga ia dijuluki "Si Bader".

Lokomotif CC 201 83 07 terkenal karena sering terjadi peristiwa aneh dengan lokomotif tersebut. Sejak didatangkan, CC 201 83 07 sudah sering dicap sebagai salah satu lokomotif CC201 yang bermasalah. Walaupun hasil tes menunjukkan tidak ada masalah pada CC 201 83 07, tetapi sering terjadi kecelakaan atau kerusakan saat dioperasikan tanpa penjelasan yang jelas. CC 201 83 07 semula ditugaskan untuk menarik rangkaian ke arah timur. Pernah suatu ketika saat lokomotif itu berdinas menarik KA Bima dan KA tersebut mengalami tabrakan. Setelah diperbaiki, lokomotif ini berdinas KA Bima dan mengalami tabrakan lagi. Ia harus masuk kembali ke Balai Yasa Pengok, Yogyakarta, dan setelah selesai perbaikan, jabatannya diturunkan untuk menarik rangkaian kelas bisnis saja yaitu Jayabaya. Tetapi CC 201 83 07 sekali lagi mengalami tabrakan. Frekuensi tabrakan sesama kereta atau dengan kendaraan bermotor yang dialami CC 201 83 07 cukup sering, di samping kejadian aneh yang dialami para teknisi yang memperbaiki lokomotif ini pasca tabrakan.

 
CC 201 83 07 dengan KLB kirim sarana KA Siliwangi melintas di Stasiun Pasar Minggu, 29 September 2022. Terlihat corong klaksonnya dilapisi emas

Sesuai prosedur, setelah diperbaiki di Balai Yasa Pengok, CC 201 83 07 diuji secara statis untuk diperiksa kelengkapannya. Setelah semuanya dinyatakan beres, lokomotif diuji secara dinamis di jalur tes di depan kompleks Balai Yasa Pengok. Saat dipacu dengan kecepatan tinggi, mendadak rem gagal berfungsi, sehingga lokomotif melaju terus dan menghantam dinding beton pembatas jalur tes. Sekali lagi CC 201 83 07 mengalami kerusakan dan harus diperbaiki.

Merasa kebingungan dengan CC 201 83 07, teknisi Balai Yasa yaitu Panut dan Suroso merasa perlu untuk memanggil tenaga ahli GE langsung dari Amerika. Saat sedang memeriksa CC 201 83 07, tenaga ahli GE itu bercerita bahwa saat proses pembuatan loko yang satu ini memang sudah bermasalah karena banyak terjadi kecelakaan kerja. Akhirnya para teknisi memutuskan, selain diperbaiki secara fisik, CC 201 83 07 juga diperbaiki secara spiritual. Sesuai adat orang Jawa, para teknisi Balai Yasa Pengok sepakat meruwat (ritual membuang sial) lokomotif ini. Caranya dengan mengadakan selamatan dan memasang sepasang tapal kuda bekas di kedua ujung bemper CC 201 83 07. Kemudian memberikan beberapa gram emas dan menyepuh bagian samping bawah lokomotif dengan lapisan krom sehingga terlihat mengkilat.

Anehnya setelah ritual ini, CC 201 83 07 tidak pernah mengalami kecelakaan lagi. Ruwatan yang dilakukan oleh teknisi Balai Yasa berhasil menghilangkan nasib sial lokomotif ini. Sekarang CC 201 83 07 ditempatkan di Depo Lokomotif Madiun, dan dengan mudah dikenali lewat ciri khasnya sebagai lokomotif dengan sisi yang dilapisi besi mengkilat, dan di bagian depan di bawah hidungnya, terdapat kotak dengan lubang di dalamnya yang bernama Multiple Unit Box Port yang berguna untuk sambungan kabel traksi, tetapi sudah dilepas.[2] Selain itu, plat nomor di bempernya kini dilepas.

Generasi ketiga

 
CC 201 92 10, salah satu lokomotif CC201 generasi III (berbentuk kaca bulat, jaring radiator kecil, dan sudah memiliki lampu kabut di atas bemper)
 
CC 201 92 17 milik Depo Induk Jatinegara di Balai Yasa Pengok, Yogyakarta pada tahun 2002

Lokomotif generasi ketiga didatangkan pada tahun 1992 sebanyak 20 unit dan pada awalnya hanya terdapat di Jawa, dengan nomor CC 201 92 01 sampai CC 201 92 20. Lokomotif CC 201 92 08 yang sebelumnya milik Depo Lokomotif BD telah dimutasi ke Kertapati (KPT), Palembang untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang dan barang di sana, dan kini sudah afkir karena mengalami kecelakaan hebat pada saat menarik KA Barapati di Prabumulih pada 22 Maret 2012 yang membuat lokomotif itu terguling dan terbakar. Sedangkan CC 201 92 11 (JR) dan CC 201 92 12 (CPN) yang sebelumnya berada di Jawa dan sempat dimutasi ke Sumatra pada tahun 2009-2010, sudah kembali lagi ke Jawa pada Oktober 2012.

Ciri-ciri CC201 generasi ini, yaitu terdapat lampu kabut di bawah kotak pasir di atas bemper seperti halnya lokomotif CC203/CC204. Selain itu, bentuk sudut-sudut kaca lokomotif ini agak bulat, berbeda dengan CC201 generasi sebelumnya yang kaca depannya berbentuk kotak. Hal inilah yang membuat CC201 generasi ini terlihat sangat berbeda dengan jenis yang sebelumnya sehingga mudah untuk dikenali. Sementara untuk komponen mesin, performa, maupun kecepatannya, sama dengan CC201 lainnya. Namun, sejak menjalani pemeliharaan akhir ataupun mengalami kecelakaan kereta api, beberapa lokomotif CC201 generasi ketiga ini kaca depannya sudah berbentuk kotak, dimulai dari CC 201 92 12 dan kemudian lokomotif CC201 generasi ketiga lainnya yang menjalani pemeliharaan akhir (PA) pun mulai diubah jendela depannya menjadi kotak.

Ada salah satu kelas lokomotif CC201 generasi ketiga, yakni lokomotif CC 201 92 01 yang dikenal sering mengalami perpindahan mutasi. CC 201 92 01 kini dalam kepemilikan Depo Lokomotif Jember dan merupakan lokomotif CC201 pertama yang dimiliki oleh Daerah Operasi IX Jember. Sejarahnya, lokomotif ini hanya tiga kali mengalami perpindahan kepemilikan. Kali pertama datang langsung menjadi milik Depo Bandung (BD), lalu dikirim ke Depo Sidotopo (SDT), dan terakhir dipindah ke Jember.[3]

Lokomotif CC 201 92 06 yang sebelumnya milik Depo Lokomotif Bandung kini telah dimutasi ke Medan (MDN), Sumatera Utara, untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang dan barang di sana.

Lokomotif CC 201 92 04 saat itu pernah dijadikan lokomotif dinas beserta rangkaian kereta yang berlokasi syuting di wilayah Daerah Operasi II Bandung untuk pengambilan iklan Gudang Garam Merah tahun 1994.

Lokomotif hasil perbaikan

 
Lokomotif CC 201 89 02 di Stasiun Madiun
 
CC 201 83 53 yang berdinas menarik kereta api Sri Tanjung bersiap diberangkatkan dari Stasiun Pasuruan
 
Lokomotif CC 201 04 02 dengan skema warna merah-biru Perumka dan logo KAI 2011-2020 singgah di Stasiun Blambangan Pagar

Lokomotif jenis ini bukanlah CC201 asli, melainkan hasil rehabilitasi dan perbaikan dari Lokomotif BB203 yang dimulai sejak tahun 1989 dan diprakarsai oleh Balai Yasa Lahat untuk pertama kalinya.

Bentuk, ukuran, dan komponen utama lokomotif ini sama seperti lokomotif CC201, yang membedakan adalah susunan gandarnya. Jika lokomotif CC201 bergandar Co’Co’, yakni setiap bogie-nya memiliki tiga gandar penggerak, lokomotif BB203 bergandar (A1A)(A1A), di mana setiap bogie-nya juga memiliki tiga gandar, tetapi hanya dua gandar dalam setiap bogie-nya yang digunakan sebagai gandar penggerak. Jika lokomotif CC201 memiliki enam motor traksi, lokomotif BB203 hanya memiliki empat motor traksi dan hanya berdaya 11.186 kW (15.001 hp), lebih rendah daripada CC 201 asli (1.454 kW (1.950 hp)).

Dahulu, di Depo Induk SMC, semua lokomotif CC201-nya adalah hasil rehab dari BB203. Begitu juga dengan CC201 yang ada di Sumatra. Di Depo Induk KPT dan TNK, semua lokomotif CC201-nya juga merupakan hasil rehab dari BB203, kecuali CC 201 83 10 dan CC 201 92 08 (afkir) yang merupakan CC201 asli pindahan dari Jawa.

Untuk ciri-cirinya, lokomotif ini hampir sama dengan CC201 generasi I untuk lokomotif hasil konversi dari lokomotif BB 203 01-11, generasi IIA untuk lokomotif hasil konversi dari lokomotif BB 203 12-41 dan generasi IIB untuk lokomotif hasil konversi dari lokomotif BB 203 42-59. Yang membedakannya, yaitu pada nomor seri lamanya ditambahkan kode “R” di belakang nomor seri tersebut. Misalnya, CC 201 77R, kode “R” di sini menandakan bahwa lokomotif tersebut merupakan lokomotif hasil rehab dari BB203. Akan tetapi sejak berlaku penomoran baru, kode "R" di belakang nomor lokomotif hanya digunakan pada lokomotif tertentu saja, seperti 89 14R, 93 01R, 93 02R dan lain-lain.

Pengecualian untuk CC201 berkode “R” pada seri di bawah 72 atau 91-110. CC 201 di bawah 72 yang memakai kode “R” (misal: CC 201 01R, 14R, 18R, dan 26R) merupakan lokomotif asli CC201. Kode “R” tersebut bukan berarti lokomotif itu adalah hasil rehab dari BB203. Hal itu menandakan bahwa lokomotif tersebut telah melakukan overhaul dan telah diperbaiki segala komponennya agar lokomotif tersebut dapat ditingkatkan kecepatannya dan mampu bertahan hingga puluhan tahun kemudian.

Modifikasi kabin

 
CC 201 89 13
 
Kabin CC201 hidung miring, 2020

Semua lokomotif CC201 dan BB203 baik di Jawa maupun Sumatra memiliki bentuk yg sama, tetapi tidak untuk di Sumatera Selatan (Divre III). Beberapa lokomotif CC201 di sana memiliki bentuk yang sangat mirip dengan CC203 di Jawa.

Modifikasi ini dikarenakan Divre III Palembang tidak mempunyai unit CC203 sehingga Balai Yasa Lahat mengubah kabin dari bentuk aslinya secara bertahap dari 1994-2001. Modifikasi hidung miring yang terilhami dari CC203, juga bertujuan mengurangi hambatan angin untuk meningkatkan kecepatan. Namun tujuan peningkatan ini terasa percuma karena kecepatan kereta api penumpang hanya dibatasi 90 km/h (25 m/s), sedangkan kereta api barang hanya dibatasi maksimal 70 km/h (19 m/s).

 
Lokomotif CC 201 83 48R menarik gerbong angkutan batu balas
 
CC 201 83 42R menarik kereta api Kuala Stabas di Stasiun Tanjungkarang
 
Lokomotif CC 201 83 48 menarik Kereta api Bangunkarta 124 rute Pasarsenen-Jombang, melintasi jalan perlintasan kereta setelah melewati Stasiun Tambun

Modifikasi ini pun dirasakan sedikit menyulitkan masinis. Karena kabin yang sempit dan kaca depan terlalu tinggi, masinis terpaksa mendongak atau mengganjal tempat duduknya ketika sedang menjalankan lokomotif. CC201 hidung miring di depo lokomotif Tanjung Karang saat ini hanya dioperasikan untuk menarik KA Kuala Stabas dan dinas langsir di Stasiun Rejosari. Sedangkan lokomotif CC201 hidung miring di Depo Lokomotif Kertapati saat ini hanya berdinas sebagai lokomotif langsir saja.

 
CC 201 83 42 menarik kereta api Kuala Stabas di Stasiun Kotabumi

Ada enam unit CC201 yang memiliki eksterior seperti CC203, yaitu CC 201 8913, 9301, 8342, 8348, 8349, dan 8356. Dua unit CC 201 dengan kabin modifikasi yang sebelumnya milik TNK (CC 201 83 48 dan 83 49) telah dimutasi ke pulau Jawa dan menjadi milik Depo Induk Sidotopo, Surabaya. Dibandingkan CC201 hidung miring lainnya, CC201 83 48 dan 83 49 yang telah memakai logo dan corak PT KAI terbaru lebih mirip dengan CC203, bahkan hampir sulit membedakannya kecuali dari bunyi klaksonnya.

 
Sisi muka dari lokomotif CC 201 83 48 yang sudah mendapatkan skema warna Livery RnB Perumka menarik Kereta api Majapahit 215 rute Malang-Pasar Senen.

Namun dari semua lokomotif CC201 hidung miring yang ada, yang bentuk kabinnya paling mirip dengan CC203 adalah CC 201 83 42 dan 83 48, karena bentuk kabinnya lebih rapi dan posisi penyeka kacanya (wiper) persis dengan CC 203 meskipun CC 201 83 48 lebih sulit dibedakan karena menggunakan corak putih seperti lokomotif CC203 yang ada di Jawa.

Sejak Mei 2018, kini tersisa 5 lokomotif CC201 berkabin hidung miring yang masih beroperasi dikarenakan CC 201 83 49 sudah afkir saat menarik KA 86 Sancaka Sore akibat menabrak truk di km 215+800 petak jalan Kedungbanteng - Walikukun pada 6 April 2018.

Operasional

Kinerja

Pada masa-masa awal operasionalnya, lokomotif CC201 tidak dapat menjelajahi semua lintas utama yang dimiliki oleh PJKA. Hal ini dikarenakan jalur-jalur kereta api yang hendak dijelajahi CC201 harus ditingkatkan terlebih dahulu agar dapat dilalui. Pada tahun 1977, tercatat lintas barat (Jakarta–Bandung), lintas tengah (Jakarta–Purwokerto–Surabaya), serta lintas selatan Jawa (Bandung–Yogyakarta–Surabaya) sudah ditingkatkan. Lintas utara Jawa (Jakarta–Semarang–Surabaya) sedang dalam proses peningkatan kapasitas lintas.[4]

Setelah beban gandar lintas utara Jawa ditingkatkan menjadi 15 ton dan di Sumatra menjadi 18 ton, maka lokomotif BB203 berangsur-angsur diubah menjadi CC201 dengan menambah satu motor traksi di bagian tengah masing-masing bogie, serta disetel sehingga daya mesinnya mencapai 1.950 hp.[5]

Tampilan

 
Sisi muka dari lokomotif CC 201 83 31 yang sudah mendapatkan skema warna vintage livery

Sebagai lokomotif operasional, CC201 sangat adaptif dengan bermacam-macam pola pengecatan (livery) mengikuti identitas visual perusahaan. Tercatat, CC201 sudah dicat dengan empat skema warna. Perubahan pola pengecatan umumnya dilakukan jika telah rampung menjalani overhaul di balai yasa. Pola pengecatan yang sedang atau pernah digunakan CC201 adalah:[6]

  • Pola pengecatan DKA-PJKA (krem-hijau)
  • Pola pengecatan Perumka (oranye kemerahan-biru). Dilestarikan di Sumatera Selatan dan Lampung.[7]
  • Pola pengecatan Perumka dan PT KA (putih logo "huruf Z" sabuk biru)
  • Pola pengecatan PT KAI (putih dengan supergrafis Next Step dengan logo KAI 2011–2020 dan logo teks KAI 2020–sekarang)

Pada Februari 2021, pola pengecatan DKA-PJKA, yang kemudian dijuluki sebagai vintage livery, kemudian digunakan lagi untuk CC201, pada lokomotif CC201 83 31. Skema warna ini diproposalkan oleh dua komunitas pecinta kereta api, Semboyan Satoe dan Indonesian Railway Preservation Society kepada Balai Yasa Yogyakarta untuk menghadirkan kembali skema warna tersebut untuk CC201.[8] Selanjutnya, CC201 83 34, 92 01, dan 77 17, juga mendapat vintage livery, tetapi untuk CC201 83 34, pengecatan lokomotif tersebut dilakukan di Depo Lokomotif Semarang Poncol.[9]

Pada tahun 2013–2014, sempat diberlakukan kebijakan yang mengharuskan semua lokomotif operasional dipasangi terali besi (kawat ram) pada kaca kabin masinisnya untuk mencegah masinis terluka akibat pelemparan batu. Akan tetapi, kaca tersebut mulai ditiadakan secara masif mulai 2016 seiring penggantian bahan kaca kabin masinis dari kaca biasa menjadi polikarbonat.[10][11]

Insiden

  • Dua buah lokomotif CC 201, yaitu CC 201 33 yang menarik rangkaian KA Senja IV jurusan Jakarta-Yogyakarta yang berangkat dari Stasiun Purwokerto dan CC 201 35 yang menarik rangkaian KA Tatarmaja jurusan Madiun-Jakarta yang berangkat dari Kroya bertabrakan di daerah Gunung Payung, dekat jembatan Sungai Serayu pada tanggal 21 Januari 1981. Pasca tabrakan kedua lokomotif tersebut dirucat pada tahun 1986 karena agak tidak memungkinkan untuk dihidupkan lagi.[12]
  • CC 201 121R yang menarik KA S5 Fajar Utama Lampung mengalami PLH tabrakan dengan beberapa gerbong rangkaian KA barang Babaranjang yang tertinggal di petak Rejosari - Labuan Ratu, Lampung, pada 19 Mei 2005.[13]
  • CC 201 83R (CC 201 89 11) yang menarik KA Baracinta SCT 2 dari Sukacinta tujuan Palembang bertabrakan dengan CC 202 16 (CC 202 90 01) yang menarik KA Babaranjang BBR 36-1 pada tanggal 19 Februari 2012. Dari PLH tersebut CC 202 16 terbakar dan CC 201 83R ringsek, akibatnya CC 201 83R tersebut tidak dapat beroperasi lagi.
  • CC 201 98 (CC 201 92 08) yang telah dimutasi ke Sumatera Selatan, mengalami kecelakaan saat menarik KA Barapati di Prabumulih pada 22 Maret 2012, terbakar dan tidak dapat dioperasikan lagi.
  • CC 201 85R juga merupakan lokomotif yang sudah afkir. Lokomotif ini afkir saat berjalan dengan CC 201 86R karena menabrak bagian belakang KA Babaranjang di Sulusuban pada 2 Januari 1998. CC 201 86R selamat, sedangkan CC 201 85R tidak selamat dan afkir.
  • CC 201 130R (CC 201 83 49) mengalami kecelakaan saat menarik kereta api Sancaka Sore dari Yogyakarta menuju Surabaya Gubeng. Lokomotif ini kini sudah diafkirkan dan dilepas seluruh komponennya di Balai Yasa Yogyakarta.[14]
  • CC 201 83 04 yang dipakai di KA Kahuripan (Kiaracondong-Blitar) menabrak truk bermuatan pupuk, tepatnya di km 363+6/7 (200 m sebelah timur Stasiun Kawunganten) pada 13 September 2022 pukul 00:50 WIB. Menurut kronologi yang dituturkan Kasi Humas Polres Cilacap, truk tersebut akan mengirim pupuk ke Klaten. Namun nahas, sang pengemudi tidak menyadari bahwa kereta api akan melintas, sehingga truk pun tertabrak kereta api. Tidak ada korban jiwa, tetapi truk mengalami kerusakan dan korban hanya mengalami luka ringan di kepala dan lalu lintas jalur selatan Pulau Jawa di koridor Bandung–Yogyakarta terhambat.[15][16]
  • Pada 18 Juli 2023 pukul 15:10 WIB, KA Kuala Stabas menabrak truk Fuso berisi tebu di perlintasan tanpa palang pintu di Kecamatan Blambangan Pagar, Lampung Utara. Kecelakaan ini menyebabkan lokomotif CC 201 83 42 mengalami anjlok dan kerusakan sehingga menyebabkan perjalanan kereta api sempat terganggu. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini.[17][18]
  • Pada 18 Juli 2023, Selasa pukul 19:32 WIB. CC 201 77 11 sedang berdinas menarik KA 112 Brantas dengan tujuan akhir Blitar menabrak truk trailer di perlintasan sebidang Jalan Madukoro Raya petak jalan Jerakah-Semarang Poncol, Kelurahan Krobokan, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah. Akibatnya truk trailer tersebut terbakar dan terseret sejauh 50 meter hingga tersangkut di Jembatan Banjir Kanal Barat Kokrosono. Hal ini menyebabkan lalu lintas jalur utara Pulau Jawa terutama di koridor Cirebon–Semarang terhambat. Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini, tetapi satu penumpang mengalami patah tulang karena nekat melompat keluar saat kejadian. [19]
  • Pada tanggal 5 Januari 2024 pukul 06:03 WIB, terjadi tabrakan antara Commuter Line Bandung Raya dan KA Turangga di petak KM 181+700 antara Stasiun Haurpugur dan Stasiun Cicalengka. Insiden ini melibatkan lokomotif CC 201 77 17 dan lokomotif CC 206 13 97. Lokomotif CC 201 77 17 rusak berat kemungkinan afkir sedangkan lokomotif CC 206 13 97 hanya rusak ringan. Masinis KA Commuter Line Bandung Raya, Asisten Masinis KA Commuter Line Bandung Raya, Train Attendant KA Turangga, dan PAM Security Stasiun Cimekar meninggal dunia dan 37 orang lainnya mengalami luka-luka dalam insiden ini.

Galeri

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Haroen, Yanuarsyah (2017). Sistem Transportasi Elektrik. Bandung: ITB Press. hlm. 15. ISBN 978-602-7861-65-7. 
  2. ^ Majalah KA Edisi Maret 2007.
  3. ^ Semboyan 35: CC201 91.
  4. ^ "Peta Operasi Lok CC 201". Merdeka. 6 Juni 1977. Diakses tanggal 2023-05-18. 
  5. ^ Hartono A.S. 2012, hlm. 111.
  6. ^ Hartono A.S. 2012, hlm. 19-22.
  7. ^ "Mengenal Livery Lokomotif Kereta Api dari Masa ke Masa, Ternyata Sudah 4 Kali Berganti". Tribun Video. Diakses tanggal 2023-11-23. 
  8. ^ Hadyan, Rezha (2021-02-24). "Wah, Ada Lokomotif KAI Pakai Livery Vintage, Begini Penampakannya". Bisnis.com. Diakses tanggal 2023-11-23. 
  9. ^ Ichsan, M.N. (2023-11-14). "Nostalgia Era PJKA, Mengenal Lokomotif Livery Vintage Hasil Kolaborasi KAI dengan Komunitas". Radar Semarang. Diakses tanggal 2023-11-23. 
  10. ^ Liputan6.com (2014-07-13). "Masyarakat RI Kurang Rasa Memiliki Fasilitas Kereta Api". liputan6.com. Diakses tanggal 2023-11-23. 
  11. ^ Widyastuti, Rr Ariyani Yakti (2016-06-05). "Antisipasi Lemparan Batu, PT Kereta Api Ganti Kaca Lokomotif". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-11-23. 
  12. ^ "Tragedi Rawalo / Kebasen". Roda Sayap (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-02-28. [pranala nonaktif permanen]
  13. ^ "PT KA: Tabrakan Terjadi Karena Gerbong KA Babaranjang Lepas". detikcom. Diakses tanggal 2021-02-28. 
  14. ^ Prabowo, Manik Priyo. "Tabrak Truk di Ngawi, Akankah Lokomotif Baru Kereta Sancaka Seharga Rp 50 M Pensiun?". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2021-02-28. 
  15. ^ Romadhon, Vandi (2022-09-13). "Truk Muatan Pupuk Tertabrak KA Kahuripan di Cilacap". Detik. Purwokerto: Trans Media. Diakses tanggal 2022-09-15. 
  16. ^ Purwoko, A. (2022-09-13). "Truk Tabrak KA Kahuripan di Cilacap, Truk Tersangkut di Kolong dan Lokomotif Tak Bisa Bergerak". Pikiran-Rakyat.com. Diakses tanggal 2022-09-15. 
  17. ^ https://news.detik.com/berita/d-6830534/ka-dan-truk-dievakuasi-perlintasan-kereta-di-lampung-kembali-normal
  18. ^ https://www.kupastuntas.co/2023/07/18/terjadi-tabrakan-ka-kuala-stabas-dengan-truk-di-lampura-pt-kai-akan-tuntut-sopir-truk
  19. ^ "KA Brantas Tabrak Truk Trailer di Semarang, Api Berkobar". CNN Indonesia. Semarang: Trans Media. Diakses tanggal 2023-07-18. 

Daftar pustaka

  • Fauzan, Sudjono Arif dkk. Buku Misteri Lokomotif CC201. Depok: PT Ilalang Sakti Komunikasi.
  • Hartono A.S. (2012). Lokomotif & Kereta Rel Diesel di Indonesia. Depok: Ilalang Sakti Komunikasi. hlm. 147–149. ISBN 9789791841702. 
  • Majalah KA Edisi Maret 2007