Netflix
Netflix adalah layanan streaming video berlangganan sesuai permintaan yang berasal dari Amerika Serikat. Layanan ini menawarkan beragam film dan acara televisi, termasuk produksi orisinal dan yang diperoleh dari pihak lain, yang mencakup berbagai genre dan tersedia dalam banyak bahasa secara internasional.[4]
Diluncurkan pada 16 Januari 2007, hampir sepuluh tahun setelah Netflix, Inc. memulai bisnis penyewaan film melalui DVD, Netflix telah berkembang menjadi layanan aliran video atas permintaan dengan jumlah pelanggan terbesar. Per 2022, layanan ini memiliki 238,39 juta keanggotaan berbayar di lebih dari 190 negara.[5] Pada tahun yang sama, produksi "Netflix Original" menyumbang separuh dari koleksi filmnya di Amerika Serikat. Selain itu, perusahaan ini juga telah memperluas bisnisnya ke kategori lain, termasuk penerbitan permainan video piranti bergerak. Pada Oktober 2023, Netflix menempati peringkat ke-24 sebagai situs web paling banyak dikunjungi di dunia, dengan 23,66% lalu lintasnya berasal dari Amerika Serikat, diikuti oleh Britania Raya (5,84%) dan Brasil (5,64%).[6][7]
Sejarah
Diluncurkan sebagai bisnis penyewaan melalui pos
Netflix didirikan oleh Marc Randolph dan Reed Hastings pada tanggal 29 Agustus 1997 di Scotts Valley, California. Hastings, seorang ilmuwan komputer dan matematikawan, merupakan salah satu pendiri Pure Software, yang diakuisisi oleh Rational Software pada tahun yang sama dengan nilai $750 juta. Akuisisi ini menjadi yang terbesar dalam sejarah Silicon Valley saat itu.[8] Randolph, yang sebelumnya menjabat sebagai direktur pemasaran untuk Pure Software setelah Pure Atria mengakuisisi perusahaan tempat ia bekerja, ia juga turut mendirikan MicroWarehouse, sebuah perusahaan penjualan komputer melalui pos, dan pernah menjadi wakil presiden pemasaran di Borland.[9][10] Hastings and Randolph Ide Netflix muncul saat Hastings dan Randolph sering melakukan kegiatan berbagi tumpangan dari Santa Cruz, California, ke kantor pusat Pure Atria di Sunnyvale.[11] Patty McCord, yang kemudian menjadi kepala Sumber Daya Manusia juga merupakan bagian dari kelompok berbagi tumpangan ini.[12] Randolph, yang terinspirasi oleh Amazon, ingin mencari kategori produk besar yang bisa dijual secara daring dengan model yang serupa. Mereka sempat mempertimbangkan dan menolak VHS karena biaya penyimpanan dan kesulitan pengiriman yang tinggi.[9] Ketika DVD diperkenalkan di Amerika Serikat pada awal tahun 1998, mereka menguji ide menjual atau menyewakan DVD melalui pos dengan mengirimkan sebuah cakram padat ke rumah Hastings di Santa Cruz.[9] Setelah cakram tersebut tiba dengan selamat, mereka memutuskan untuk memasuki industri penjualan dan penyewaan video rumahan yang kala itu bernilai $16 miliar.[9][11] Hastings sering menyebut bahwa ide mendirikan Netflix terinspirasi oleh pengalamannya dikenai denda $40 oleh toko Blockbuster karena terlambat mengembalikan salinan film Apollo 13.[11] Hastings menginvestasikan $2,5 juta ke dalam Netflix dari hasil penjualan Pure Atria.[13][11] Netflix diluncurkan sebagai situs web penyewaan dan penjualan DVD pertama dengan 30 karyawan dan 925 judul yang tersedia, yang merupakan hampir semua DVD yang saat itu diterbitkan.[11][14][15] Randolph dan Hastings sempat bertemu dengan Jeff Bezos, saat itu Amazon menawarkan untuk mengakuisisi Netflix dengan harga antara $14 dan $16 juta. Meski Randolph sempat mempertimbangkan tawaran tersebut, Hastings, yang memegang 70% saham perusahaan menolaknya.[16][17]
Netflix awalnya mengadopsi model penyewaan per-DVD, tetapi kemudian memperkenalkan konsep langganan bulanan pada bulan September 1999.[18] Model penyewaan per-DVD dihentikan pada awal tahun 2000, memungkinkan perusahaan untuk fokus pada model bisnis penyewaan dengan biaya tetap tanpa batas waktu, tanpa biaya keterlambatan, pengiriman, penanganan, atau biaya per-judul.[19] Pada September 2000, selama masa gelembung dot-com dan ketika Netflix mengalami kerugian, Hastings dan Randolph menawarkan untuk menjual perusahaan ke Blockbuster seharga $50 juta. Namun, tawaran tersebut ditolak oleh CEO Blockbuster, John Antioco, yang menganggapnya sebagai lelucon, dengan mengatakan, "Histeria dot-com benar-benar berlebihan."[20][21] Meski mengalami pertumbuhan pesat pada awal tahun 2001, dampak berkelanjutan dari runtuhnya gelembung dot-com dan serangan 11 September membuat perusahaan menunda rencana penawaran saham perdana (IPO) dan memutuskan untuk memberhentikan sepertiga dari 120 karyawannya.[22]
Pada akhir tahun 2001, pemutar DVD menjadi hadiah populer selama musim liburan. Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan terhadap layanan berlangganan DVD dari Netflix, sebagaimana diungkapkan oleh Patty McCord.[23] Netflix melaksanakan penawaran saham perdana (IPO) pada tanggal 29 Mei 2002, dengan menjual 5,5 juta lembar saham biasa seharga $15.00 per lembar.[24] Pada tahun 2003, Netflix memperoleh hak paten dari Kantor Paten dan Merek Dagang AS yang melindungi model layanan penyewaan langganannya, termasuk beberapa ekstensi layanan tersebut.[25] Pada tahun itu, Netflix mencatat laba pertamanya sebesar $6,5 juta dari total pendapatan $272 juta. Pada tahun 2004, laba meningkat menjadi $49 juta dengan pendapatan yang melampaui $500 juta.[26] Tahun 2005 Netflix memiliki koleksi 35.000 judul film berbeda dan mengirimkan 1 juta DVD setiap hari.[27]
Di tahun 2004, Blockbuster memperkenalkan layanan penyewaan DVD serupa, memungkinkan pelanggan untuk memilih film melalui situs web dan mengembalikannya di toko fisik.[28] Pada tahun 2006, layanan Blockbuster mencapai dua juta pelanggan, menarik sebagian bisnis dari Netflix, meskipun jumlah pelanggan Netflix masih lebih banyak. Netflix menurunkan biayanya pada tahun 2007.[26] Meskipun sering diklaim bahwa Netflix "membunuh" Blockbuster di pasar penyewaan DVD, kenyataannya, beban utang dan perselisihan internal menjadi faktor utama yang merugikan Blockbuster.[28]
Pada 4 April 2006, Netflix mengajukan gugatan pelanggaran paten terhadap Blockbuster di Pengadilan Distrik Amerika Serikat untuk Distrik Utara California. Netflix mengklaim bahwa layanan langganan penyewaan DVD daring Blockbuster melanggar dua paten yang dimiliki oleh Netflix. Penyebab utama tuntutan hukum tersebut adalah tuduhan bahwa Blockbuster melakukan pelanggaran dengan meniru "antrian dinamis" DVD Netflix, yang tersedia untuk setiap pelanggan. Ini termasuk metode Netflix dalam memanfaatkan preferensi peringkat dalam antrian untuk mengirim DVD kepada pelanggan, serta metode yang memungkinkan antrian untuk diperbarui dan disusun ulang.[29] Penyebab kedua dari tindakan hukum tersebut berkaitan dengan dugaan pelanggaran terhadap model layanan penyewaan berlangganan Netflix, serta metode komunikasi dan pengiriman yang mereka gunakan.[30] Kedua perusahaan akhirnya menyelesaikan perselisihan mereka pada 25 Juni 2007, namun detail kesepakatan dirahasiakan.[31][32][33][34]
Pada 1 Oktober 2006, Netflix mengumumkan Netflix Prize, sebuah hadiah sebesar $1.000.000 untuk pengembang algoritma rekomendasi video yang dapat mengalahkan algoritma mereka sebelumnya, Cinematch, dalam memprediksi peringkat pelanggan lebih dari 10%. Pada 21 September 2009, hadiah ini diberikan kepada tim "BellKor's Pragmatic Chaos."[35] Cinematch, diluncurkan pada tahun 2000, sebuah sistem yang merekomendasikan film kepada pengguna, termasuk film-film yang mungkin belum mereka kenal sebelumnya.[36][37]
Melalui divisi Red Envelope Entertainment, Netflix melisensikan dan mendistribusikan film independen seperti Born into Brothels dan Sherrybaby. Pada akhir tahun 2006, Red Envelope Entertainment juga mulai memproduksi konten orisinal bersama pembuat film John Waters.[38] Netflix menutup divisi Red Envelope Entertainment pada tahun 2008.[39][40]
Peralihan ke layanan aliran (2007–2012)
Pada Januari 2007, Netflix meluncurkan layanan media aliran, memperkenalkan video atas permintaan melalui internet. Saat itu, hanya 1.000 film yang tersedia untuk aliran, dibandingkan dengan koleksi 70.000 judul film dalam format DVD.[41] Awalnya, Netflix mempertimbangkan untuk menawarkan film secara daring, tetapi baru pada pertengahan dekade 2000-an, peningkatan kecepatan data dan biaya lebar pita memungkinkan pelanggan untuk mengunduh film dari internet. Konsep awalnya adalah "wadah Netflix" yang bisa mengunduh film semalaman untuk ditonton pada hari berikutnya. Pada tahun 2005, Netflix telah memperoleh hak atas film-film tersebut dan merancang wadah serta layanannya. Namun, dengan melihat popularitas layanan aliran seperti YouTube yang berkembang meski tanpa konten definisi tinggi, Netflix memutuskan untuk membatalkan penggunaan perangkat keras dan beralih ke konsep aliran.[42]
Pada Februari 2007, Netflix mencapai tonggak sejarah dengan pengiriman DVD ke-miliar, mengirimkan salinan film Babel kepada seorang pelanggan di Texas.[43][44] Pada April 2007, Netflix merekrut pendiri ReplayTV, Anthony Wood, untuk mengembangkan "Pemutar Netflix," yang memungkinkan konten aliran diputar langsung di televisi.[45] Hastings kemudian menghentikan proyek ini, mendorong produsen perangkat keras lain untuk menyertakan dukungan Netflix bawaan, yang kemudian diluncurkan sebagai produk Roku.[46][47][48]
Pada Januari 2008, semua pelanggan penyewaan cakram diberikan akses ke aliran tanpa batas dan tanpa biaya tambahan. Tindakan ini merupakan respons terhadap peluncuran Hulu dan layanan penyewaan video baru dari Apple.[49][50][halaman dibutuhkan] Pada Agustus 2008, setelah basis data Netflix mengalami kerusakan yang menghentikan pengiriman DVD selama tiga hari, perusahaan memindahkan semua datanya ke Amazon Web Services.[51] Pada November 2008, Netflix mulai menawarkan penyewaan Blu-ray kepada pelanggannya dan menghentikan penjualan DVD bekas.[52] Pada tahun 2009, layanan aliran Netflix mengambil alih pengiriman DVD.[53]
Pada 6 Januari 2010, Netflix mencapai kesepakatan dengan Warner Bros. untuk menunda penyewaan rilis baru selama 28 hari setelah DVD tersedia untuk dijual, sebagai upaya membantu studio dalam menjual salinan fisik. Kesepakatan serupa tercapai dengan Universal Pictures dan 20th Century Fox pada 9 April.[54][55][56] Pada Juli 2010, Netflix menandatangani kesepakatan untuk melakukan aliran film dari Relativity Media.[57] Pada Agustus 2010, Netflix mencapai kesepakatan lima tahun senilai hampir $1 miliar untuk menayangkan film-film dari Paramount, Lionsgate dan Metro-Goldwyn-Mayer. Kesepakatan ini meningkatkan biaya pengeluaran tahunan Netflix, menambah sekitar $200 juta per tahun. Dalam enam bulan pertama tahun 2010, Netflix menghabiskan $117 juta untuk aliran, naik dari $31 juta pada tahun 2009.[58] Pada 22 September 2010, Netflix diluncurkan di Kanada, memasuki pasar internasional pertamanya.[59][60] Pada November 2010, Netflix mulai menawarkan layanan aliran mandiri yang terpisah dari penyewaan DVD.[61]
Pada tahun 2010, Netflix mengakuisisi hak atas seri Breaking Bad, yang diproduksi oleh Sony Pictures Television, setelah musim ketiganya. Langkah ini diambil saat ahli siar AMC mempertimbangkan pembatalan seri tersebut. Sony mendorong Netflix untuk merilis Breaking Bad tepat waktu untuk musim keempat, yang mengakibatkan peningkatan signifikan jumlah penonton di AMC. Hal ini terjadi karena pemirsa baru yang menonton episode-episode sebelumnya di Netflix, dan jumlah penonton pada musim kelima meningkat dua kali lipat. Breaking Bad dianggap sebagai seri pertama yang mendapat "pengaruh Netflix."[62]
Pada Januari 2011, Netflix mengumumkan perjanjian dengan beberapa produsen untuk menyertakan tombol Netflix pada perangkat pengendali jarak jauh yang kompatibel, seperti pemutar Blu-ray.[63] Pada Mei 2011, Netflix menjadi sumber lalu lintas aliran Internet terbesar di Amerika Utara, menyumbang 30% lalu lintas pada jam-jam sibuk.[64][65][66][67]
Pada 12 Juli 2011, Netflix mengumumkan pemisahan paket langganannya menjadi dua paket terpisah: satu untuk layanan aliran dan satu lagi untuk penyewaan DVD.[68][69] Biaya untuk aliran ditetapkan seharga $7,99 per bulan, sementara penyewaan DVD ditawarkan dengan harga yang sama.[70] Pada 11 September 2011, Netflix memperluas jangkauannya ke Amerika Latin.[71][72][73] Pada 18 September 2011, Netflix mengumumkan rencana untuk mengubah layanan penyewaan DVD menjadi anak perusahaan independen bernama Qwikster, memisahkan layanan penyewaan DVD dari aliran.[74][75][76][77][78] Pada tanggal 26 September 2011, Netflix mengumumkan sebuah kesepakatan penting dengan DreamWorks Animation, yang memungkinkan Netflix untuk menayangkan film-film dan serial animasi dari studio tersebut.[79] Namun, pada 10 Oktober 2011, Netflix memutuskan untuk mempertahankan layanan DVD dengan nama Netflix dan mempertahankan kedua paket tersebut sebagai merek bersama, mengikuti ketidakpuasan pelanggan atas pemisahan layanan tersebut.[80][81]
Pada Oktober 2011, Netflix dan The CW menandatangani kesepakatan produksi multi-tahun.[82] Pada 4 Januari 2012, Netflix meluncurkan layanannya di Inggris dan Irlandia, memulai perluasan jangkauannya ke Eropa.[83] Pada Februari 2012, Netflix mencapai kesepakatan multi-tahun dengan The Weinstein Company.[84][85] Pada Maret 2012, Netflix mengakuisisi nama domain DVD.com.[86] Pada tahun 2016, layanan penyewaan DVD melalui posnya berganti nama menjadi DVD.com, A Netflix Company.[87][88] Pada April 2012, Netflix mengajukan permohonan kepada Federal Election Commission (FEC) untuk membentuk komite aksi politik (PAC) bernama FLIXPAC.[89] Tujuannya adalah untuk terlibat dalam isu-isu seperti netralitas net, batas pita lebar, UBB dan VPPA".[90][91] Pada Juni 2012, Netflix menandatangani kesepakatan dengan Open Road Films.[92][93]
Netflix di Indonesia
Layanan Netflix di Indonesia hadir pada Januari 2016, pengguna dapat menggunakan layanan Netflix dengan cara membuat akun dan berlangganan.[94]
Telkom Group memutuskan untuk memblokir Netflix per 27 Januari 2016 pada pukul 00.00 WIB. Dengan demikian, pengguna Indihome, WiFi.id, dan Telkomsel secara otomatis tidak bisa mengakses layanan Netflix. Hal tersebut dilakukan karena saat itu Netflix belum memiliki izin dan isi konten Netflix belum sesuai dengan undang-undang yang ditetapkan di Indonesia.
Hal itu juga didukung oleh Mastel (Masyarakat Telematika Indonesia) karena Netflix yang datang secara tiba-tiba dan tidak mendukung aturan. Namun, pihak Smartfren dan XL Axiata justru tidak sependapat dan pengguna operator ini masih bisa mengakses layanan Netflix.[95]
Setelah 4 tahun berlalu, pada 7 Juli 2020, pihak Telkom membuka kembali layanan Netflix di Indonesia dengan aturan yang ditetapkan antara lain, sepakat untuk tidak menayangkan konten-konten terlarang yang mengandung pornografi anak, terorisme, dan melanggar Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), serta konten yang mendiskreditkan kelompok masyarakat tertentu dan patuh terhadap Self Regulatory Code for Subscription Video on Demand Industry in ASEAN.[96]
Kritik
Seiring dengan meningkatnya popularitas dan cakupan pasarnya di dekade 2010-an, Netflix menerima berbagai kritik dari berbagai kelompok dan individu. Beberapa pelanggan mengeluhkan kenaikan harga langganan setelah pemisahan layanan penyewaan DVD dan aliran, kebijakan yang kemudian dibatalkan oleh perusahaan. Meningkatnya produksi konten aliran oleh Netflix memicu desakan untuk membatasi konten kekerasan grafik dan menyediakan panduan pemirsa mengenai isu-isu seperti sensasionalisme dan promosi ilmu semu. Netflix juga dikritik oleh para pendukung hak penyandang disabilitas karena dianggap menyediakan takarir tertutup yang kurang memadai.[97]
Banyak organisasi media dan pesaing mengkritik Netflix karena cenderung merilis data peringkat dan jumlah pemirsa program orisinalnya secara selektif. Perusahaan ini juga dikritik karena sering mengklaim jumlah penonton yang membanggakan tanpa menyediakan data pendukung atau menggunakan metode estimasi yang dipertanyakan.[98] Pada Maret 2020, beberapa lembaga pemerintah meminta Netflix dan layanan aliran lain untuk membatasi layanan mereka mengingat peningkatan penggunaan pita lebar dan konsumsi energi. Menanggapi hal ini, Netflix mengumumkan pengurangan laju bit aliran di Eropa, yang mengurangi lalu lintas Netflix di jaringan Eropa sekitar 25%. Langkah serupa juga diterapkan di India.[99]
Pada Mei 2022, salah satu pemegang saham Netflix, Imperium Irrevocable Trust, menggugat perusahaan atas tuduhan pelanggaran undang-undang sekuritas Amerika Serikat.[100]
Lihat pula
Pranala luar
- Situs web resmi
- Netflix Class Action Lawsuit (2005) Diarsipkan 2006-08-25 di Wayback Machine.
- Interview with Reed Hastings, Netflix Founder Diarsipkan 2006-08-22 di Wayback Machine.
- Netflix Corporate Fact Sheet Diarsipkan 2006-08-24 di Wayback Machine.
- Transcripts of Netflix Inc's Quarterly Conference Calls Diarsipkan 2008-06-02 di Wayback Machine.
Referensi
- ^ "Netflix is now available in Hindi". Netflix (Siaran pers). August 9, 2020.
- ^ "APA KABAR INDONESIA? Avriel like Essence". Netflix (Siaran pers). October 18, 2018.
- ^ "Shareholder Letter" (PDF). October 18, 2023. Diakses tanggal October 18, 2023.
- ^ "Netflix - Overview - Profile". ir.netflix.net. Diakses tanggal 2023-06-01.
- ^ Lauren Forristal (19 July 2023). "Netflix gains nearly 6M subscribers as paid sharing soars". TechCrunch. Diakses tanggal 19 July 2023.
- ^ "Top Websites Ranking". Similarweb. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-10. Diakses tanggal 2021-12-01.
- ^ "netflix.com". similarweb.com.
- ^ Hastings, Reed (December 1, 2005). "How I Did It: Reed Hastings, Netflix". Inc.
- ^ a b c d Xavier, Jon (January 9, 2014). "Netflix's first CEO on Reed Hastings and how the company really got started Executive of the Year 2013". American City Business Journals.
- ^ Sperling, Nicole (September 15, 2019). "Long Before 'Netflix and Chill,' He Was the Netflix C.E.O." The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 15, 2019.
- ^ a b c d e Keating, Gina (October 11, 2012). Netflixed: The Epic Battle for America's Eyeballs. Penguin Books. ISBN 978-1-101-60143-3.
- ^ Castillo, Michelle (May 23, 2017). "Reed Hastings' story about the founding of Netflix has changed several times". Diarsipkan dari versi asli tanggal November 2, 2017.
- ^ Cohen, Alan (December 1, 2002). "The Great Race No startup has cashed in on the DVD's rapid growth more than Netflix. Now Blockbuster and Wal-Mart want in. Can it outrun its big rivals?". CNN.
- ^ Rodriguez, Ashley (April 14, 2018). "Early images of Netflix.com show how far the service has come in its 20 years". Quartz.
- ^ Barrett, Brian; Parham, Jason; Raftery, Brian; Rubin, Peter; Watercutter, Angela (August 29, 2017). "Netflix Is Turning 20—But Its Birthday Doesn't Matter" . Wired.
- ^ Cuccinello, Hayley C. (September 17, 2019). "Netflix Cofounder Marc Randolph On Why He Left, Becoming A Mentor And His Love Of Chaos" . Forbes.
- ^ Scipioni, Jade (September 21, 2019). "Why Netflix co-founders turned down Jeff Bezos' offer to buy the company". CNBC.
- ^ O'Brien, Jeffrey M. (December 1, 2002). "The Netflix Effect". Wired. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 5, 2013.
- ^ Huddleston Jr., Tom (September 22, 2020). "Netflix didn't kill Blockbuster — how Netflix almost lost the movie rental wars". CNBC.
- ^ Chong, Celena (July 17, 2015). "Blockbuster's CEO once passed up a chance to buy Netflix for only $50 million". Business Insider.
- ^ ZETLIN, MINDA (September 20, 2019). "Blockbuster Could Have Bought Netflix for $50 Million, but the CEO Thought It Was a Joke". Inc.
- ^ Giang, Vivian (February 17, 2016). "She Created Netflix's Culture And It Ultimately Got Her Fired". Fast Company.
- ^ McCord, Patty (September 2014). "How Netflix Reinvented HR". Harvard Business Review.
- ^ "Netflix Announces Initial Public Offering" (Siaran pers). May 22, 2002.
- ^ Hu, Jim (June 24, 2003). "Netflix sews up rental patent". CNET.
- ^ a b "Netflix lowers its online DVD rental fees". Associated Press. July 22, 2007 – via NBC News.
- ^ "Movies to go". The Economist. July 7, 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 6, 2008.
- ^ a b Huddleston Jr., Tom (September 22, 2020). "Netflix didn't kill Blockbuster — how Netflix almost lost the movie rental wars". CNBC.
- ^ Templat:US patent reference
- ^ Templat:US patent reference
- ^ Bond, Paul (June 29, 2007). "Blockbuster to shutter 282 stores this year". The Hollywood Reporter. Diarsipkan dari versi asli tanggal February 21, 2010.
- ^ "Blockbuster Settles Fight With Netflix". The New York Times. Reuters. June 28, 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 1, 2007.
- ^ Patel, Nilay (June 27, 2007). "Netflix, Blockbuster settle patent dispute". Engadget.
- ^ CHENG, JACQUI (June 27, 2007). "Blockbuster and Netflix settle patent battle". Ars Technica.
- ^ "Netflix Prize Website". Diarsipkan dari versi asli tanggal December 10, 2006.
- ^ Jackson, Dan (July 7, 2017). "The Netflix Prize: How a $1 Million Contest Changed Binge-Watching Forever". Thrillist.
- ^ Van Buskirk, Elliott (September 22, 2009). "How the Netflix Prize Was Won" . Wired.
- ^ Dornhelm, Rachel (December 8, 2006). "Netflix expands indie film biz". Marketplace. American Public Media. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 10, 2006.
- ^ Jesdanun, Anick (July 23, 2008). "Netflix shuts movie financing arm to focus on core". The Sydney Morning Herald. Associated Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 26, 2008.
- ^ Goldstein, Gregg (July 22, 2008). "Netflix closing Red Envelope". The Hollywood Reporter. Associated Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 26, 2014.
- ^ "Netflix offers streaming movies to subscribers". January 16, 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 2, 2017.
- ^ Kyncl, Robert (September 13, 2017). "The inside story of how Netflix transitioned to digital video after seeing the power of YouTube". Vox Media. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 23, 2017.
- ^ "Netflix delivers 1 billionth DVD". NBC News. Associated Press. February 25, 2007.
- ^ "Texas woman takes one-billionth Netflix delivery". Reuters. February 26, 2007.
- ^ Ogg, Erica (April 16, 2007). "Netflix appoints VP of Internet TV". CNET.
- ^ MANGALINDAN, JP (November 1, 2012). "Roku's Anthony Wood looks beyond the box". Fortune.
- ^ Au-Yeung, Angel (December 31, 2019). "How Billionaire Anthony Wood Quit His Netflix Job, Founded Roku—And Then Quadrupled His Fortune In The Past Year" . Forbes.
- ^ Carr, Austin (January 23, 2013). "Inside Netflix's Project Griffin: The Forgotten History Of Roku Under Reed Hastings". Fastcompany. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-23. Diakses tanggal 21 June 2020.
- ^ "Netflix Expands Internet Viewing Option". San Francisco Chronicle. Associated Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 15, 2008.
- ^ "Netflix to lift limits on streaming movies". Los Angeles Daily News. Associated Press. January 14, 2008.
- ^ "Completing the Netflix Cloud Migration". Netflix. February 11, 2016.
- ^ Paul, Ian (November 5, 2008). "Netflix Stops Selling DVDs". The Washington Post.
- ^ Siegler, MG (February 24, 2009). "Netflix streams already rushing past DVDs in 2009?". VentureBeat.
- ^ "Warner Bros. Home Entertainment and Netflix Announce New Agreements Covering Availability of DVDs, Blu-ray and Streaming Content" (Siaran pers). Warner Bros. January 6, 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 23, 2016.
- ^ "Universal Studios Home Entertainment and Netflix Announce New Distribution Deals for DVDs, Blu-ray, Disney and Streaming Content" (Siaran pers). PR Newswire. April 9, 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 14, 2011.
- ^ "Twentieth Century Fox and Netflix Announce Comprehensive Strategic Agreement That Includes Physical and Digital Distribution" (Siaran pers). PR Newswire. April 9, 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 23, 2016.
- ^ Zeidler, Sue (July 6, 2010). "Netflix signs movie deal with Relativity Media". Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 9, 2015.
- ^ Stelter, Brian (August 10, 2010). "Netflix to Stream Films From Paramount, Lions Gate, MGM". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 11, 2010.
- ^ "Netflix stumbles as it launches in Canada". Toronto Star. September 10, 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 9, 2014.
- ^ Nowak, Peter. "Netflix launches Canadian movie service". CBC News. Diarsipkan dari versi asli tanggal February 13, 2016.
- ^ Arango, Tim; Carr, David (November 25, 2010). "Netflix's Move Onto the Web Stirs Rivalries". The New York Times. hlm. A1. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 23, 2013.
- ^ Keegan, Rebecca (September 18, 2019). "'Breaking Bad' Returns: Aaron Paul and Vince Gilligan Take a TV Classic for a Spin in 'El Camino'". The Hollywood Reporter.
- ^ "Remote controls to get a Netflix button". CNET. January 4, 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 14, 2017.
- ^ Schonfeld, Erick (May 17, 2011). "Netflix Now The Largest Single Source of Internet Traffic In North America". TechCrunch.
- ^ Lawler, Richard (May 17, 2011). "Study finds Netflix is the largest source of internet traffic in North America". Engadget.
- ^ Kang, Cecilia (May 17, 2011). "Netflix biggest driver of U.S. Internet traffic, puts spotlight on broadband pricing". The Washington Post.
- ^ Phillips, Matt (May 4, 2011). "Time Warner Chief: 'Things Like Netflix are Welcome Additions'". The Wall Street Journal. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 7, 2011.
- ^ Newman, Jared (July 26, 2011). "Netflix: Price Hike Backlash Won't Last". International Data Group. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 13, 2018. Diakses tanggal August 13, 2018.
- ^ Reisinger, Don (July 12, 2011). "Netflix hikes prices, adds DVD-only plan". CNET. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 3, 2012.
- ^ Mack, Eric (July 12, 2011). "'Dear Netflix': Price hike ignites social-media fire". CNET. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 3, 2012.
- ^ O'Brien, T. (September 5, 2011). "Netflix lands in Brazil, 43 other Latin American countries within the week". Engadget.
- ^ Rao, Leena (September 5, 2011). "Netflix Starts Rolling Out Streaming Service To Mexico, Latin America". TechCrunch.
- ^ Musil, Steven (September 5, 2011). "Netflix launches streaming service in Latin America". CNET.
- ^ Lawler, Richard (September 19, 2011). "Netflix spins DVD-by-mail service off into Qwikster, says it's 'done' with price changes (video)". Engadget. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 8, 2014.
- ^ Murph, Darren (September 19, 2011). "Editorial: Reed Hastings' Netflix spinoff isn't about DVD success, it's about hedging the stream". Engadget. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 8, 2014.
- ^ "Netflix renames DVD-by-mail service, adds video games". CNN. September 19, 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 19, 2011.
- ^ CARR, AUSTIN (September 19, 2011). "Netflix Splits DVD-Streaming Business, Rebrands With Qwikster, Adds Video Games". Fast Company. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 9, 2016.
- ^ Biggs, John. "Remember When Netflix Wanted To Rent DVDs on a Different Website? Yeah, That Was A Fun Week". TechCrunch. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 9, 2016.
- ^ Barnes, Brooks; Stelter, Brian (September 26, 2011). "Netflix, DreamWorks Announce Content Deal". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 26, 2011.
- ^ Stelter, Brian (October 10, 2011). "Netflix, in Reversal, Will Keep Its Services Together". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 13, 2016.
- ^ Lawler, Richard (October 10, 2011). "Netflix backtracks on Qwikster, will keep DVDs and streaming under the same URL". Engadget. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 8, 2014.
- ^ Flint, Joe (2011-10-13). "Netflix deal makes CW pay off for CBS and Warner Bros". Los Angeles Times (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-09-26.
- ^ "Netflix launches UK film and TV streaming service". BBC News. January 9, 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 9, 2012.
- ^ "Weinstein Co. and Netflix sign a multi-year licensing agreement". Deadline Hollywood. February 21, 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal February 22, 2012.
- ^ "Netflix, Weinstein Co To "Reinvent" Pay-TV Experience With New Multi-Year Pact". Deadline Hollywood. August 20, 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2013.
- ^ "Netflix Sharpens Focus On DVDs With DVD.com, But Don't Cry Qwikster. (It's Staying)". TechCrunch. March 30, 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 9, 2016.
- ^ Munarriz, Rick (June 25, 2016). "Is Netflix About to Copy Amazon?". The Motley Fool. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 9, 2016.
- ^ Wade, Cameron (September 15, 2016). "Here's How Netflix's DVD Envelope Designs Have Changed Since 2012". Paste. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 9, 2016.
- ^ Levinthal, Dave (April 7, 2012). "Netflix forms PAC". Politico. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 16, 2015.
- ^ Rashid, Fahmida Y. (April 10, 2012). "Netflix Isn't Pro-CISPA, Facebook Is". PC Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 23, 2016.
- ^ Thier, Dave (April 10, 2012). "Netflix Has NOT Formed a Pro-Sopa Super-PAC". Forbes. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 2, 2017.
- ^ Fritz, Ben (June 28, 2012). "Company Town". Los Angeles Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal February 11, 2012.
- ^ Lawler, Ryan (July 24, 2012). "Netflix Adds Warner Bros. Exec as its New Chief Marketing Officer". Diarsipkan dari versi asli tanggal May 7, 2016.
- ^ Aeni, Siti Nur (2021-06-08). "Netflix: Platform Nonton Film Online yang Kini Hadir di Indonesia". Katadata. Diakses tanggal 2022-03-22.
- ^ Iskandar (2016-01-29). Anestia, Corry, ed. "6 Fakta Netflix Diblokir di Indonesia". Liputan6.com. Diakses tanggal 2022-03-22.
- ^ Clinten, Bill (2020-07-07). Yusuf, Oik, ed. "Telkom IndiHome dan Telkomsel Resmi Buka Blokir Netflix". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-03-22.
- ^ Cooper, Kelly-Leigh (June 29, 2018). "Queer Eye host backs Netflix subtitle change". BBC News. Diakses tanggal July 8, 2019.
- ^ "Netflix execs say they'll finally start releasing viewership data soon". The Verge. April 17, 2019. Diakses tanggal June 2, 2019.
- ^ "Netflix finds way to maintain streaming quality in India despite heavy traffic". Livemint. 24 March 2020. Diakses tanggal 17 May 2023.
- ^ Cho, Winston (May 4, 2022). "Netflix Hit With Shareholder Lawsuit After Disclosing Subscriber Loss". The Hollywood Reporter.