Kitab Zakharia
Perjanjian Lama (Kristen) | |||||
---|---|---|---|---|---|
|
|||||
Tanakh (Ibrani) | |||||
|
|||||
Perjanjian Baru | |||||
Kitab Zakharia merupakan salah satu kitab nabi-nabi kecil.[1] Kitab ini ditulis oleh seorang nabi yang bernama Zakharia.[1] Nabi ini hidup sezaman dengan seorang nabi lain yang bernama Hagai, sehingga latar belakang ekonomi, politik maupun kehidupan agama antara kedua nabi tersebut tidak jauh berbeda.[1] Beberapa istilah dikenakan kepada Zakharia seperti nabi kerajaan baru dan nabi zaman yang akan datang.[1][2]
Latar Belakang
Seperti telah dikatakan di awal, latar belakang kitab Zakharia tidaklah jauh berbeda dengan latar belakang kitab Hagai.[1] Zakharia melayani pada tahun 520-518 Sebelum Masehi.[3] Dalam tahun pertama raja koresy yang agung dari Persia, dikeluarkan semacam keputusan untuk mengembalikan orang Yahudi yang terbuang di kerajaan babel ke negerinya.[4] Zerubabbel anak dari Sealtiel dan ahli waris resmi dari raja Daud, yang memimpin rombongan ini dalam perjalanan pulang ke negeri mereka.[4] Raja ini juga memberi izin untuk membangun Bait Allah kembali.[4] Namun demikian, respon yang diberikan bangsa Israel untuk rencana pembangunan tersebut tidak seperti yang diharapkan oleh nabi Zakharia dan Hagai.[4] Hal ini menyebabkan Zakharia dan Hagai berusaha untuk menggerakkan bangsa itu untuk memperbaharui aktivitas, dan lapangan Bait Suci yang disiapkan.[4] Kedua nabi ini berusaha untuk merangsang semangat kerja orang Yahudi yang sudah kendur.[1] Bait suci diselesaikan pada tahun ke enam Darius Histaspes.[1]
Kepengarangan
Nama Zakharia merupakan nama yang umum dalam Perjanjian Lama.[5] Dalam Perjanjian Lama terdapat lebih dari 25 orang yang mempunyai nama Zakharia.[5] Dalam Ezra 5:1 dikatakan bahwa Zakharia merupakan anak dari Iddo.[5] Dalam Zakharia 1:1 memperlihatkan bahwa sang nabi merupakan cucu dari Berekhya.[5] Namun demikian, tidak ada data-data yang lengkap mengenai Berekhya ini.[5] Dalam Yesaya 8:2 dikatakan mengenai Zakharia sebagai anak dari Berekhya (atau Yeberekhya).[5] Ido yang merupakan kakek Zakharia merupakan kepala dari keluarga imam yang kembali dari pembuangan dari Babel ke Yudea.[5] Hal ini mungkin berkaitan dengan Zakharia sebagai seorang imam dan mungkin juga imam kultis.[5] Namun demikian, hal-hal yang berkaitan dengan nabi Zakharia masih belum dapat ditentukan dengan pasti karena masih belum ada bukti yang memadai untuk membuktikan hal itu.[5]
Isi
Berdasarkan waktu atau penanggalan maka garis besar dari kitab Zakharia terbagi dua yaitu nubuat yang pertama berada di antara tahun 520 sampai 518 Sebelum Masehi yaitu selama masa pembangunan Bait Allah.[3] nubuat yang kedua tidak diketahui tanggalnya tetapi nubuat itu mungkin ada sebelum periode pelayanan Zakharia.[3] Isi dari kitab Zakharia adalah sebagai berikut:[3]
Nubuat antara Tahun 520-518 Sebelum Masehi
- Zakharia 1:1 merupakan sebuah pengantar yang mengatakan bahwa Zakharia berada dalam garis nabi-nabi yang benar.[3]
- Zakharia 1:7 merupakan penglihatan pertama dari Zakharia yaitu para penunggang kuda yang memberitahu bahwa Tuhan akan memulihkan Yerusalem .[3]
- Zakharia 1:18 merupakan penglihatan kedua dari Zakharia yaitu empat tanduk yang hancur yang dihancurkan oleh para tukang besi.[3]
- Zakharia 2:1 merupakan penglihatan ketiga dari Zakharia mengenai Yerusalem yang baru bahwa Yerusalem yang baru tidak lagi tempat yang terdiri dari suatu tembok yang memisahkan orang Yahudi dan yang bukan Yahudi.[3] Yerusalem yang baru merupakan suatu tempat atau rumah bagi orang Yahudi maupun bagi orang non-Yahudi.[3]
- Zakharia 3:1 merupakan penglihatan keempat dari Zakharia mengenai Yosua sebagai imam besar.[3] Dalam penglihatan ini Yosua yang dituduh oleh iblis telah dibersikan oleh Allah.[3]
- Zakharia 4:1 merupakan penglihatan kelima dari Zakharia adalah kandil emas yang berhiaskan dua pohon zaitun.[3]
- Zakharia 5:1 merupakan penglihatan keenam dari Zakharia mengenai gulungan kitab yang terbang yang membawa perkataan Tuhan mengenai penghukuman.[3]
- Zakharia 5:5 merupakan penglihatan ketujuh mengenai perempuan yang berada dalam gantang.[3] Penglihatan ini berkaitan dengan kerajaan Babel sebagai tempat di mana Israel dibuang.[3]
- Zakharia 6:1 merupakan penglihatan kedelapan dari Zakharia mengenai sebuah kereta pertempuran yang berjalan melalui bumi di mana Tuhan sebagai pemimpin dari kereta tersebut.[3]
- Zakharia 6:9 menggambarkan mengenai Yosua dinobatkan sebagai suatu keturunan mesias yang akan membangun bait Allah.[3] Ia juga akan memerintah sebagai raja imam.[3]
- Zakharia 7:1 sampai Zakharia 8:23 berisi sebuah pertanyaan yang berkaitan dengan puasa yang diadakan berkaitan dengan kejatuhan Yerusalem pada tahun 587 Sebelum Masehi.[3] Dalam bagian ini juga diceritakan bahwa puasa akan diubah menjadi sebuah pesta makan di mana semua bangsa akan ikut serta.[3]
Nubuat yang Telah Ada Sebelum Periode Zakharia
- Zakharia 9:1 yang berisi mengenai penghukuman atas musuh Israel yang datang dalam terang kedatangan sang raja damai.[3]
- Zakharia 10:1 yang berisi mengenai gembala yang jahat yang memberikan tempat kepada pemimpin ilahi untuk mengumpulkan orang-orangnya.[3]
- Zakharia 11:1 menceritakan mengenai gembala yang baik yang mengacaukan gembala yang jahat.[3] Namun demikian, tindakannya itu ditolak oleh dombanya, yang kemudian menderita di bawah kuasa gembala yang jahat.[3]
- Zakharia 12:1 menceritakan mengenai Yerusalem yang dalam keadaan sukar.[3]
- Zakharia 13:1 menceritakan mengenai ramalan bangsa Yahudi berhenti ketika Allah memukul dan membuka sumber air yang membersihkan dosa.[3]
- Zakharia 14:1 menceritakan mengenai keadan sulit yang dialami Yerusalem yang diikuti dengan berkat juga penghukuman akan kerajaan Allah.[3]
Muatan Teologis
Dalam kitab Zakharia terdapat beberapa muatan teologis yang berkaitan dengan pewartaan sang nabi sendiri.[2] Muatan teologis dalam kitab ini sebagian besar bersifat eskatologis.[2]
Kerajaan Allah
Frase mengenai kerajaan Allah dalam memang tidak terdapat dalam kitab Zakharia.[2] Namun demikian, gagasan mengenai kerajaan Allah terlihat jelas dalam kitab ini.[2] Dalam Zakharia 9:9 dikatakan bahwa YHWH akan mendirikan kerajaan damai-Nya melalui sang raja yang lemah lembut yang menunggang seorang keledai.[2] Konsep kerajaan yang disampaikan oleh Zakharia adalah kerajaan di mana Israel dan Yehuda akan mencapai keserasian yang sempurna.[2] Konsep mengenai kerajaan Allah ini tidak lepas dari pemahaman zakharia mengenai bait Allah.[2] Zakharia sangat menekankan kekudusan dari bait Allah.[2] Bait Allah dalam pandangan Zakharia bukan hanya pusat kehidupan dalam zaman yang baru, tetapi juga standar bagi penyucian negeri itu.[2]
Raja
Dalam kitab Zakharia, beberapa kali diucapkan gambaran mengenai seorang raja.[2] Dalam Zakharia 9:9 diperlihatkan bagaimana sosok seorang raja yang diutus oleh YHWH. Raja itu merupakan raja yang lemah lembut yang menunggang keledai.[2] Tokoh raja yang ditampilkan bukan sekedar seorang raja tetapi ia juga akan menjadi gembala kawanan domba Tuhan.[2] Namun demikian, raja itu justru akan ditolak oleh domba-dombanya.[2] Gambaran raja dan gembala dalam kitab Zakharia merupakan orang yang sama.[2] Status raja dari gembala itu lebih diperkuat lagi oleh uraiannya sebagai "orang yang paling karib kepada=Ku" yang terdapat dalam Zakharia 13:7.[2] Konsep mengenai raja ini juga tidak lepas dari konsep Mesias yang terdapat dalam kitab Zakharia.[2]
Referensi
- ^ a b c d e f g (Indonesia) Frank M. Boyd. 2006. Kitab nabi-nabi kecil. Jawa timur: Gandum Mas. Hlm 147-168.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q (Indonesia) C. Hassel Bullock. 2002. Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama. Jawa timur, Malang: Gandum Mas. Hlm 421-439.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa (Inggris) J.D.Douglas. 1962. New Bible Dictionary. England: Inter-Varsity press. Hlm 1275-1277.
- ^ a b c d e (Indonesia) 1980. Tafsiran Alkitab Masa Kini 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm 720-751.
- ^ a b c d e f g h i R.K. Harrison. 1969. Introduction to The Old Testament. Grand Rapids, Michigan: Wm B. Eerdmans. Hlm 944-957.