KAI KF-21 Boramae
KAI KF-21 Boramae (sebelumnya dikenal dengan KF-X) adalah program pengembangan pesawat tempur Korea Selatan, bermitra dengan Indonesia, untuk menghasilkan pesawat tempur multiperan tingkat lanjut untuk Angkatan Udara Republik Korea dan Angkatan Udara Republik Indonesia.[2][3] Badan pesawat ini memiliki fitur siluman bila dibandingkan dengan pesawat generasi ke-4 lainnya, tetapi tidak membawa persenjataan secara internal layaknya pesawat generasi ke-5, meskipun internal bays dapat diperkenalkan nantinya selama pengembangan.[4][5]
KAI KF-21 Boramae | |
---|---|
Penampilan purwarupa KAI KF-21 pada tahun 2021 | |
Jenis | Blok 1: Pesawat tempur superioritas udara[1] Blok 2: Pesawat tempur multiperan, pesawat tempur superioritas udara[1] |
Negara asal | Korea Selatan |
Pembuat | Korea Aerospace Industries |
Penerbangan perdana | 19 Juli 2022 |
Diperkenalkan | 2026 (direncanakan) |
Status | Dalam pengembangan |
Pengguna utama | Angkatan Udara Republik Korea |
Program ini dipimpin oleh pemerintah Korea Selatan yang berkontribusi sebesar 60% pembiayaan dana program. Dimana Indonesia berkontribusi sebesar 20% pada tahun 2010, dan sisa 20% lainnya ditanggung oleh mitra swasta termasuk produsen Korea Aerospace Industries (KAI). KAI KF-X sendiri merupakan program pengembangan pesawat tempur kedua Korea Selatan setelah FA/T-50.[6]
Pada bulan April 2021, purwarupa pertama telah selesai dan ditampilkan dalam upacara rollout di fasilitas pusat KAI di Bandar Udara Sacheon.[7] Dengan nama resmi Boramae (bahasa Korea: 보라매, berarti "elang muda" atau "elang tempur").[8][9] Uji coba terbang perdana dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2022, dimana produksi dijadwalkan dimulai pada tahun 2026.[9] Setidaknya 40 unit pesawat direncanakan untuk siap dikirim pada tahun 2028, Korea Selatan sendiri berharap sebanyak 120 total pesawat telah hadir pada tahun 2032.[9] Tersedia juga untuk pasar ekspor.[10]
Di Indonesia, program pengembangan KF-X sering disebut sebagai program IF-X.[6][11] Menurut Jakarta Globe ketika pesawat tersebut telah selesai akan disebut sebagai F-33 Fighting Hawk.[6]
Latar belakang
suntingKF-X sebagai program pesawat tempur multiperan tingkat lanjut, dengan tujuan melahirkan pesawat tempur yang modern untuk menggantikan armada pesawat F-4D/E Phantom dan F-5E/F Tiger Korea Selatan, pertama kali diumumkan oleh President Korea Selatan Kim Dae-jung di upacara kelulusan Akademi Angkatan Udara Korea Selatan pada bulan Maret 2001.[12] Persyaratan penelitian dan pengembangan ditentukan oleh Kepala Staf Gabungan (Korea Selatan) pada tahun 2002.[13] Program ini dirasa terlalu ambisius, melalui Korea Institute for Defense Analyses (KIDA) menyatakan keraguannya akan kapabilitas negara untuk menyelesaikan program kompleks tersebut.[6]
Dalam tahap pengembangan awal, terdapat beberapa keterlambatan dan penundaan serta biaya secara ekonomis menjadi perdebatan, namun program ini mendapat perhatian lebih setelah kajian studi yang dilakukan di tahun 2008 dan peristiwa tenggelamnya ROKS Cheonan oleh serangan Korea Utara di tahun 2010.[6][14] Meskipun program ini memiliki beberapa resiko tersendir dan biaya per unit yang diperkirakan lebih mahal dibandingkan bila membeli dari produsen luar negeri, peningkatan industri pertahanan domestik dianggap penting secara strategis nasional dan diharapkan dapat memberikan dampak berkelanjutan pada sektor industri teknologi muktahir.[13]
Pada tanggal 15 Juli 2010, sebuah kesepakatan kemitraan dengan Indonesia terjalin, dalam wujud pembiayaan sebesar 20% dari anggaran yang diperuntukan untuk program KF-X, kerjasama pengembangan teknologi melalui Dirgantara Indonesia, dan pembelian 50 unit dari sekitar 150-200 unit pesawat yang akan diproduksi.[12] Turki juga mempertimbangkan untuk ikut berpatisipasi dengan pembagian berkisar 20%, tetapi dengan keleluasaan yang lebih daripada tawaran yang telah diberikan oleh Korea Selatan. Pemerintah Korea Selatan menanggung 60% dari pembiayaan anggaran sebagai bentuk komitmen.[6] Sisa 20% lainnya ditanggung oleh beberapa perusahaan domestik maupun luar negeri.[13] Korea Aerospace Industries (KAI) memenangkan tender produksi dan bermitra dengan Lockheed Martin untuk dukungan teknologi.[6] Dalam kontrak disebutkan rencana pengiriman pesawat dimulai pada tahun 2026.[15]
Pada 27 Juli 2022, Polish Armaments Agency menyatakan bahwa mereka memperhatikan secara seksama pengembangan KF-21, dan kemungkinan akan mengakuisisi tipe Blok 2 di masa mendatang.[16]
Angkatan Udara Filipina dan Angkatan Udara Peru juga menyatakan minatnya terhadap pesawat ini.[17][18]
Pada 15 Mei 2023, Defense Acquisition Program Administration (DAPA) mengumumkan bahwa KF-21 telah lolos uji evaluasi tempur sebagai syarat dalam memulai proses produksi di tahun 2024.[19]
Dengan purwarupa pertama pada tanggal 19 Juli 2022, keseluruhan enam unit purwarupa telah berhasil melaksanakan uji terbang perdana hingga 28 Juni 2023 dan akan melalui beragam uji verifikasi performa.[20]
Desain dan pengembangan
suntingTujuan awal program ini adalah untuk mengembangkan pesawat tempur multiperan berkursi tunggal dan bermesin ganda dengan kemampuan siluman yang melebihi Dassault Rafale dan Eurofighter Typhoon namun kurang dari Lockheed Martin F-35 Lightning II.[21] Pusat Penelitian Pengembangan Konsep dan Aplikasi Sistem Senjata Universitas Konkuk menyarankan bahwa KF-X harus lebih unggul daripada F-16 Fighting Falcon, dengan jangkauan tempur 50% lebih besar, umur rangka pesawat 34% lebih panjang, avionik yang lebih baik, radar active electronically scanned array (AESA), peperangan elektronik yang lebih efektif, dan kemampuan tautan data. Rekomendasi mereka menetapkan daya dorong sekitar 50.000 pound-force (220.000 N) dari dua mesin, kemampuan intersepsi dan jelajah supersonik, dan kemampuan multiperan.[22] Persyaratan proyek kemudian diturunkan oleh Angkatan Udara Republik Korea (ROKAF) menjadi pesawat tempur generasi 4,5 dengan kemampuan siluman terbatas.[6]
Korea Selatan memiliki 65% teknologi yang diperlukan untuk memproduksi KF-X,[23][24] dan sedang mencari mitra kerja sama dengan negara lain.[25] Untuk menfasilitasi transfer teknologi, Badan Pengembangan Pertahanan (ADD) mengusulkan dua konsep utama untuk KF-X: C103, yang menyerupai F-35,[6][26] dan C203, yang menyerupai pesawat tempur Eropa dengan kanard depan. Desain yang dipilih akan bergantung pada apakah kesepakatan pengembangan dicapai dengan mitra AS atau Eropa.[6]
Desain C503 (alias KFX-E) adalah desain ketiga[6] yang diusulkan oleh KAI[27] dan didukung oleh Defense Acquisition Program Administration (DAPA)[28] dalam upaya mengurangi biaya produksi dengan membuat pesawat tempur bermesin tunggal yang lebih kecil, tetapi kinerjanya lebih rendah daripada F-16 dan tidak cocok dengan wilayah udara Indonesia yang luas.[6] ROKAF lebih menyukai manfaat dari desain mesin ganda, dengan kinerja tempur dan keselamatan yang lebih baik, dan badan pesawat yang lebih besar dengan ruang untuk peningkatan. Peningkatan ini dapat menyebabkan reklasifikasi di masa depan sebagai pesawat tempur generasi kelima, sementara C501 lebih dekat ke generasi keempat.[28][29]
Saat tim pengembang mulai merancang KFX pada Desember 2015, penelitian dan perancangan dilakukan berdasarkan konfigurasi C103. Setelah menerima gambar dasar C103, C104, dan C105 dari ADD, tim pengembang membangun model eksperimental C105 dan memulai eksperimen terowongan angin pada C107 yang baru dirancang, yang meningkatkan ukuran pesawat dan menambah berat lepas landas maksimum. Setelah sekitar 2 tahun melakukan berbagai eksperimen terowongan angin, pada tahun 2018, C109 yang diusulkan oleh ADD dan KAI diputuskan menjadi desain prototipe KFX.[30]
Mitra proyek
suntingKAI bertindak sebagai produsen utama, namun produksi pesawat KF-21 juga diikuti oleh perusahaan lain, baik dalam negeri maupun luar negeri, dalam kontrak pengadaan suku cadang ataupun bantuan operasional. Beberapa dari perusahaan ini telah bekerja sama dengan KAI dalam pengembangan pesawat T-50 Golden Eagle. Untuk teknologi sensitif tertentu, seperti radar AESA, EO TGP, IRST dan RF jammer, perusahaan asing hanya diajak konsultasi untuk pengujian dukungan dan saran teknis guna menghindari pembatasan perdagangan senjata.[31][32][33]
Hanhwa Aerospace, bagian dari Hanwha Group, menandatangani perjanjian dengan General Electric untuk memproduksi mesin pesawat General Electric F414 untuk pesawat KF-X. Menurut perjanjiannya, Hanhwa Aerospace akan memproduksi komponen penting, merakit mesin secara lokal, dan mengawasi pemasangan mesin pada pesawat. Perusahaan akan mendukung pengujian penerbangan dan membangun sistem pendukung yang luas untuk pengoperasian pesawat.[34][35][36]
Radar AESA KF-21 Boramae dikembangkan oleh Hanhwa Systems dibawah kepemimpinan ADD.[37][38] Elta Systems membantu menguji prototipe perangkat keras radar AESA yang dikembangkan oleh Hanwha Systems.[31][39] Saab memberikan konsultasi teknis kepada LIG Nex1 yang mengembangkan perangkat lunak Multi Function Radar (MFR) untuk radar AESA.[32][40]
Kontroversi
suntingDugaan suap dari luar negeri
suntingPada bulan Oktober 2009, salah satu pensiunan jenderal Angkatan Udara Republik Korea ditangkap akibat membocorkan beberapa dokumen rahasia kepada Saab. Mantan jenderal tersebut diduga telah menerima uang suap beberapa ratus ribu dolar atas sejumlah salinan dokumen rahasia yang telah dia foto. Pihak Saab membantah segala keterlibatan.[41][42][43]
Defense Security Command (DSC) menemukan bukti bahwa ada firma usaha pertahanan luar negeri yang juga memberi suap kepada seorang anggota Security Management Institute (SMI). Presiden Lee Mying-bak meyakini oleh karena tindak suap korupsi tersebut membuat anggaran pertahanan naik sebesar 20%.[44]
Oposisi
suntingKorea Institute for Defense Analyses (KIDA) berbicara kepada khalayak umum bahwa Korea Selatan belum mampu secara teknologi untuk mengembangkan pesawat KF-X, bahwa program tersebut secara ekonomi tidak layak dan KF-X akan tidak menjadi produk ekspor yang berhasil. Selain itu juga mempertanyakan estimasi biaya dari Agency for Defense Development (ADD).[45] Estimasi dari Defense Acquisition Program Administration (DAPA) sekitar ₩6 triliun untuk biaya pengembangan dikritisi oleh beberapa analis, yang mengungkapkan program ini dapat menelan biaya hingga ₩8,5 triliun.[46][47]
Peneliti pertahanan Lee Juhyeong mengadakan sebuah seminar membahas program ini, menyatakan bahwa pengembangan KF-X bisa memakan biaya lebih dari ₩10 triliun (US$9,2 miliar) dan biayanya dapat dua kali lipat lebih mahal dibandingkan pesawat impor selama kurun waktu berjalannya program tersebut.[45]
Beberapa kritik menyebut bahwa KF-X akan lebih mahal dua kali lipat layaknya varian paling terbaru F-16 dan Jepang telah mengalami situasi yang sama dengan Mitsubishi F-2 milik mereka.[48]
Penarikan dana EADS
suntingPada tanggal 23 Mei 2013, EADS (sekarang telah menjadi bagian dari Airbus) menawarkan investasi sebesar US$2 miliar kepada program KF-X jika Korea Selatan memilih Eurofighter Typhoon untuk program akusisi pesawat F-Xnya pada tahapan ke-3.[49] Namun F-35A justru yang dipilih, dan EADS beberapa kali menawar investasinya dengan pembagian akusisi untuk 40 unit Eurofighter Typhoon dan 20 unit F-35A.[50] Akan tetapi pada bulan September 2017, Korea Selatan mengumumkan pembelian 40 unit pesawat tempur F-35, menyebabkan EADS menarik tawarannya.[51]
Penundaan dan keterlambatan
suntingProgram KF-X telah mempunyai beberapa riwayat keterlambatan dan penundaan sejak pengumumannya di tahun 2011. Beberapa mitra luar negeri ditawarkan dengan pembagian biaya dan jaminan pembelian, dan beberapa upaya gagal dilakukan untuk membujuk Swedia, Turki, dan Amerika Serikat untuk bergabung dalam program. Konsep desain dan persyaratan seringkali berubah ketika sedang berusaha menarik calon mitra. Pada tanggal 1 Maret 2013, menjelang pemilihan Presiden Park Geun-hye, Korea Selatan memutuskan untuk menunda program selama 18 bulan, akibat permasalahan finansial.[46][47]
Pada tanggal 8 Februari 2017, Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia Abdurrahman Mohammad Fachir mengatakan bahwa program KF-X kembali tertunda karena pemerintah AS tidak menyetujui lisensi ekspor empat kunci teknologi F-35. Penolakan ini telah dibicarakan pada pertemuan di bulan Oktober 2015, meskipun militer AS menyatakan bahwa ada kesepakatan untuk membentuk sebuah kelompok kerja antarlembaga mengenai permasalahan seperti itu dan Menteri Pertahanan AS akan "memikirkan cara untuk kerjasama bersama" melalui teknologi untuk KF-X.[52][53][54]
Pada tanggal 1 November 2017, Dirgantara Indonesia mengalami keterlambatan dalam pembayaran yang telah disepakati, dimana anggota Majelis Nasional (Korea Selatan) Kim Jong-Dae mengatakan akan menunda kembali atau bahkan memberhentikan sementara program.[6][55] Kim mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia telah mengutarakan kesulitanya dalam membayar dan tidak memasukkan pembayaran tersebut dalam anggaran mereka. Akan tetapi, DAPA menyatakan bahwa tengah berunding dengan Indonesia terkait pembayaran, yang akan dibahas di pertemuan antara pemimpin dua negara.[55] Indonesia mengutarakan alasannya bahwa hal ini merupakan dari kesalahan administrasi, karena salah menganggap bahwa sumber pembayaran berasal dari "anggaran pertahanan sampingan". Persetujuan dari parlemen diperlukan untuk membenahi kesalahan tersebut,[56] dan pembayaran disampaikan bersama dengan pernyataan harapan bahwa program akan berlanjut tanpa kerumitan lebih lanjut.[57]
Negosiasi ulang Indonesia
suntingPada tanggal 1 Mei 2018, dikabarkan bahwa Indonesia memiliki beberapa komplain mengenai aturan kontrak terkait manfaat teknis dan lisensi ekspor. Media pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa Kementerian Pertahanan akan melakukan negosiasi ulang program pengembangan bersama dalam upaya untuk mendapatkan bagian yang lebih besar dalam produksi lokal, sekaligus lisensi ekspor. Kementerian Pertahanan Indonesia menambahkan bahwa program ini akan tetap berjalan walaupun dengan beberapa kendala.[58]
Diskusi negosiasi uang berlanjut hingga tahun 2019. Menurut agenda pertemuan di bulan Januari 2019, Indonesia berupaya untuk lebih terlibat dalam program hingga tahun 2031, dan tertarik untuk melakukan sebagian dari pembayarannya dalam perdagangan untuk peralatan pertahanan produksi Indonesia.[59][60] Pada bulan Agustus, Indonesia telah menawarkan pesawat angkut beserta beberapa komoditas.[61][62] Pada Agustus 2021, Indonesia kembali menegaskan kembali komitmennya terhadap program KF-21.[50] Negosiasi biaya akhirnya menemukan titik terang dan disepakati oleh kedua belah pihak pada tahun 2021.[63][64] Namun ternyata kendala pembayaran pengembangan yang disepakati antara Indonesia dan Korea Selatan belum juga terselesaikan.[65]
Varian
suntingKF-21N
suntingPada bulan September 2022, KAI menampilkan sebuah model dinamai KF-21N, variasi dari KF-21 yang ditunjukkan untuk beroperasi dari kapal induk. Di bulan Mei 2022, Kementerian Pertahanan Nasional (Korea Selatan) memutuskan untuk membatalkan pendanaan CVX, sebuah rencana program kapal induk kecil yang mampu menampung dan mengoperasikan pesawat F-35B. Tetapi kemudian, hal itu diklarifisikasi bahwa Kementerian Pertahanan Nasional (Korea Selatan) akan mempertimbangkan pengadaan desain kapal induk berukuran besar jika jet tempur maritim dapat dikembangkan secara mandiri. Melihat hal tersebut, KAI memulai penggarapan konsep desain awal untuk KF-21 dapat beroperasi dari kapal induk. Bagian sayap dibuat 20% lebih besar untuk memastikan kestabilan dan keamanan ketika lepas landas dan mendarat, serta dapat dilipat untuk penyimpanan yang praktis. Perubahan secara struktural menjadikan pesawat ini mampu beroperasi dengan CATOBAR dan STOBAR. Bila Angkatan Laut Republik Korea memutuskan untuk mengakusisi sebuah kapal induk yang mampu mengoperasikan armada jet tempur dan sesuai dengan kebutuhan, maka KAI mengklaim dapat membangun KF-21N ini "dalam beberapa tahun".[66][67]
KF-21EA
suntingPada bulan Juni 2024, KAI mengumumkan tiga varian terbaru KF-21. KF-21EA adalah varian pesawat peperangan elektronik yang serupa dengan Boeing EA-18G Growler. Varian ini akan didasarkan dengan KF-21B yang memiliki dua tempat duduk, dengan kokpit belakang digunakan oleh perwira peperangan elektronik.[68]
KF-21EX
suntingPada bulan Juni 2024, KAI mengumumkan tiga varian terbaru KF-21. KF-21EX dikabarkan memiliki kemampuan siluman penuh dengan dengan tanda silang radar yang dikurangi dan ruang senjata internal untuk membawa senjata. Varian ini juga diharapkan akan mengintegrasikan Next Air Combat System (NACS), jaringan tempur untuk angkatan udara.[68]
KF-21SA
suntingPada bulan Juni 2024, KAI mengumumkan tiga varian terbaru KF-21. KF-21SA adalah varian KF-21 yang dikhususkan untuk pasar ekspor dengan fitur yang bisa diganti sesuai keperluan pelanggan.[68]
Operator
suntingMasa depan
suntingKorea Selatan (20 orderan, 120 total)
40 KF-21 Block I dan 80 KF-21 Block II direncanakan untuk orderan (tidak termasuk purwarupa).[69]
- 20 orderan pada Juni 2024[69]
Operator potensial
suntingFilipina (menyatakan ketertarikan)
Pada tanggal 30 Juli 2024, pemerintahan Filipina meminta permintaan informasi oleh KAI untuk mengikuti tender pesawat tempur multiperan angkatan udara Filipina. KF-21 akan melawan pesawat F-16V Viper dan JAS 39 Gripen.[70]
Indonesia (status tidak jelas)
Sampai dengan Mei 2024, Indonesia mengurangi kontribursi pengembangan pesawatnya. Perjanjian yang dibuat pada tahun 2016 tersebut bernilai USD 6,59 miliar untuk 48 pesawat pada tahun 2026.[71]
Spesifikasi
suntingData dari Korea Aerospace Industries,[72][73] Hanwha Systems[74] and LIG Nex1[75][76]
Ciri-ciri umum
- Kru: 1 atau 2[3]
- Panjang: 16,9 m
- Rentang sayap: 11,2 m
- Tinggi: 4,7 m
- Luas sayap: 46,5 m2
- Berat kosong: 11,800 kg
- Berat isi: 17,200 kg
- Berat maksimum saat lepas landas: 25,600 kg
- Mesin: 2 × General Electric F414-GE-400K, lisensi lokal oleh Hanwha Aerospace mesin turbofan pembakar lanjut
- Dorongan kering: 57.8 kN (13,000 lbf) () masing-masing
- Dorongan dengan pembakar lanjut: 97.9 kN (22,000 lbf) () masing-masing
Kinerja
- Laju maksimum: Mach 1.81[77][23]
- Jangkauan: 2,900 km (1,800 mi, 1,600 nmi)
- Jangkauan tempur: 1000 km [78] ()
- Jangkauan feri: 1550 nmi ()
Persenjataan
- Senjata api: 1× meriam gatling M61A2 Vulcan kaliber 20mm[79]
- Titik keras: 10 (enam di bawah sayap dan empat di bawah badan pesawat)[1]
- Rudal: **Rudal udara ke udara:
- Bom: ** Amunisi konvensional:
- Mk.81/82/83/84
- GBU-39/B SDB
- CBU-105 WCMD
- Amunisi berpandu presisi:
Avionik
- Electro-Optical Targeting Pod (EO TGP) oleh Hanwha Systems
- Kemampuan Datalink oleh LIG Nex1
- Radio Frequency Jammer (RF Jammer) oleh LIG Nex1 ALQ-200K
- Mission Computer (MC) oleh Hanwha Systems
- Stores Management Computer (SMC) oleh LIG Nex1 dan Hanwha Systems
- Multi-Function Display (MFD) oleh Hanwha Systems
- Flight Control Computer (FLCC) oleh LIG Nex1
- Sistem Communications, Navigation and Identification (CNI) oleh LIG Nex1
Lihat juga
sunting
- Pesawat sebanding dalam peran, konfigurasi, dan era
- HAL AMCA
- HAL TEDBF
- Lockheed Martin F-35 Lightning II
- Mikoyan LMFS
- Mitsubishi X-2 Shinshin
- Shenyang FC-31
- Sukhoi Su-75 Checkmate
- TAI TF-X Kaan
Referensi
sunting- ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaMeet South Korea's New KF-21 Hawk Indigenous Fighter
- ^ Newdick, Thomas (2021-04-09). "Meet South Korea's New KF-21 "Hawk" Indigenous Fighter". The Drive (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-07-29.
- ^ a b "South Korea rolls out the KF-21, joining elite group of global supersonic fighter jet makers". CNN. 9 April 2021. Diakses tanggal 10 April 2021.
- ^ T. Washington Institute
- ^ Roblin, Sebastien (2021-04-13). "Korea's New KF-21 Jet Isn't A Stealth Fighter—But Could Evolve Into One". The National Interest (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-04-21.
- ^ a b c d e f g h i j k l m "KF-X Fighter: Korea's Future Homegrown Jet". archive.ph. 2018-01-26. Diakses tanggal 2022-07-29.
- ^ "한국형 전투기 KF-X 시제기 출고식 - [끝까지 LIVE] MBC 중계방송 2021년 04월 09일". YouTube. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-13. Diakses tanggal April 9, 2021.
- ^ "국립국어원 표준국어대사전". stdict.korean.go.kr. Diakses tanggal April 10, 2021.
- ^ a b c "South Korea unveils prototype of homegrown KF-X fighter jet". Defense News. April 9, 2021. Diakses tanggal April 9, 2021.
- ^ "South Korea launches first KF-X fighter prototype, officially named KF-21 Boramae". Asia Pacific Defense Journal. April 11, 2021. Diakses tanggal April 11, 2021.
- ^ "PT. Dirgantara Indonesia (Persero)". www.indonesian-aerospace.com. Diakses tanggal 2020-06-15.
- ^ a b "RI sending KFX jet-fighter production team to South Korea - ANTARA Ne…". archive.ph. 2018-01-26. Diakses tanggal 2022-07-28.
- ^ a b c "한국형 전투기 개발 계획: KF-X 사업(보라매사업)-pdf" [Korean fighter development plan:KF-X project (Boramae project)] (PDF) (dalam bahasa Korea). 국회입법조사처. 2015-09-10.
- ^ "S. Korea considers building own stealth fighter jets". web.archive.org. 2016-03-05. Archived from the original on 2016-03-05. Diakses tanggal 2022-07-29.
- ^ "South Korea and KAI to sign formal contract on KF-X development program next week". www.airrecognition.com. Diakses tanggal 2022-07-29.
- ^ Wojciech L (4 August 2022). "Polish Air Force Seeking More Air Superiority Fighters". OvertDefence. Diakses tanggal 10 August 2022.
- ^ "PAF eyes SoKor's 'Boramae' multi-role, supersonic aircraft". Diakses tanggal 12 April 2023.
- ^ "Korea's New KF-21 Jet Isn't A Stealth Fighter—But Could Evolve Into One". The National Interest. Diakses tanggal 12 April 2023.
- ^ "KF-21 passes provisional combat suitability evaluation". JoongAng Ilbo. 16 May 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 June 2023. Diakses tanggal 6 June 2023.
- ^ Han Sang-heon (10 July 2023). "KF-21 시제기 모두 하늘 날다 시제 6호기까지 최초비행 성공". Korea Aerospace Industries. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 September 2023. Diakses tanggal 18 September 2023.
- ^ "KF-X Fighter: Korea's Future Homegrown Jet". Defense Industry Daily. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 January 2018. Diakses tanggal 26 January 2018.
- ^ "Turkey could join Korea's fighter plan". The Korea Times. 8 September 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 December 2015. Diakses tanggal 21 January 2017.
- ^ a b "KAI, 대한민국 첫 전투기'KF-21 보라매'시제기 출고". Korea Aerospace Industries. 9 April 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 December 2023. Diakses tanggal 23 December 2023.
- ^ Song Yeong-chan (1 March 2021). "국산 첫 전투기 베일 벗었다…KFX사업 24조원 생산유발 효과". The Korea Economic Daily. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 August 2021. Diakses tanggal 8 August 2021.
- ^ "Turkey could join Korea's fighter plan". The Korea Times. 8 September 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 December 2015. Diakses tanggal 21 January 2017.
- ^ Waldron, Greg (29 October 2013). "PICTURES: KAI shows off two designs for KFX fighter". Flightglobal.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 August 2019.
- ^ Waldron, Greg (29 October 2013). "PICTURES: KAI shows off two designs for KFX fighter". Flightglobal.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 August 2019.
- ^ a b Kang, Seung-woo (3 March 2014). "Design of long-delayed KF-X still in debate". The Korea Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 December 2015.
- ^ "Seoul speeds up fighter jet development plan". The Korea Herald. 8 July 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 October 2017.
- ^ Kwon Hong-woo (15 June 2018). "[권홍우 선임기자의 무기이야기] 기체 커지고 중량 늘어나고...KF-X, 2년 반만에 최종모델 눈앞". The Seoul Economic Daily. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 July 2022. Diakses tanggal 15 July 2022.
- ^ a b "「' KF-X 레이더 'ADD, 이스라엘 계약」보도 관련". Defense Acquisition Program Administration. 23 May 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 July 2024. Diakses tanggal 12 July 2024.
- ^ a b Jeong, Jeff (21 March 2018). "Saab ready to offer radar tech for new Seoul fighter". Defense World. Diakses tanggal 27 March 2020.
- ^ Martin-Baker " MARTIN-BAKER WINS KF-X EJECTION SEAT COMPETITION " Diarsipkan 30 September 2019 di Wayback Machine. Martin-Baker, 23 March 2018.
- ^ Hanwha Techwin " Hanwha Techwin Signs Agreement with GE to Locally Manufacture F414 Engines for KF-X Aircrafts [sic]" Diarsipkan 26 January 2018 di Archive.is hanwha.com, 12 July 2016.
- ^ GE Aviation " GE Aviation's F414 engine selected to power South Korea's KF-X fighter jet " Diarsipkan 23 September 2019 di Wayback Machine. geaviation.com, 26 May 2016.
- ^ Hyunjoo Jin in SEOUL, Reuters "South Korea picks GE to supply engines for homegrown fighter jets" Diarsipkan 23 September 2019 di Wayback Machine. reuters.com, 26 May 2016.
- ^ "KF-X AESA 레이다". Agency for Defense Development. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 April 2022. Diakses tanggal 12 April 2022.
- ^ Hanwha Systems (4 June 2022). "한화시스템, KF-21의 눈 'AESA레이다' 국내 비행 시험 착수". Hanwha. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 April 2022. Diakses tanggal 12 April 2022.
- ^ Jeong, Jeff (June 2018). "South Korea unveils first images of KF-X design with European missiles". DefenseNews. Diakses tanggal 27 March 2020.
- ^ defenseworld.net " Saab To Support S Korean KF-X Fighter Jet's AESA Radar Development" Diarsipkan 27 November 2019 di Wayback Machine. www.defenseworld.net, 23 December 2017.
- ^ "Korean anhölls för läcka till Saab – rapport" [Korean was arrested for leaking to Saab]. Sveriges Television (SVT) (dalam bahasa Sami Utara). 16 October 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-10-17. Diakses tanggal 2011-04-26.
- ^ "Saab suspected of bribes in South Korean jet deal". Swedishwire.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-10-10. Diakses tanggal 2011-04-26.
- ^ Military Aviation News: Saab being investigated in South Korea over KF-X info leak Diarsipkan 2010-01-23 di Wayback Machine.. Alert 5 (2009-10-07). Retrieved on 2011-04-26.
- ^ Jung Sung-li (6 October 2009). "Probe Into Foreign Defense Firms May Widen". Korea Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 June 2018. Diakses tanggal 27 March 2020.
- ^ a b "List Of KF-X Opponents Grows". aviationweek.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-12. Diakses tanggal 2017-11-12.
- ^ a b "Reuters | Breaking International News & Views". Reuters (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-08-05.
- ^ a b "From Super Jet Fighter Project To Lame Duck". The Jakarta Post.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 November 2017. Diakses tanggal 8 November 2017.
- ^ "Warplanes: South Korean Stealth". www.strategypage.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-12. Diakses tanggal 2017-11-12.
- ^ "EADS "Invests 2 Trillion KRW In the KF-X to Develop the Korean Indigenous Fighter Jet Together" – infolotnicze.pl" (dalam bahasa Polski). Diakses tanggal 2022-08-05.
- ^ a b EADS open to S. Korea's split purchase of Eurofighters with F-35s Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine. – Yonhapnews.co.kr, 11 December 2013
- ^ Editorial, Reuters. "South Korea to sign deal this month to buy 40 F-35 jets for $7..." Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-10. Diakses tanggal 2019-12-06.
- ^ "Korean-Indonesian fighter project hits licensing delays | Jane's 360". www.janes.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-12. Diakses tanggal 2017-11-12.
- ^ "Pentagon says no to 4 KF-X technologies". koreajoongangdaily.joins.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-08-05.
- ^ Hyon-hee, Shin (2015-11-27). "Who is responsible for troubled KF-X?". The Korea Herald (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-08-05.
- ^ a b "Indonesia factor may postpone KF-X project". koreatimes (dalam bahasa Inggris). 2017-11-01. Diakses tanggal 2022-08-05.
- ^ "Minta Tambah Anggaran Pesawat Tempur, Sri Mulyani Tegur Kemenhan - Makro Katadata.co.id". katadata.co.id. 2017-10-19. Diakses tanggal 2022-08-05.
- ^ Garda Zaimalistiqom " Program Pesawat IF-X TNI AU Segera Terealisasi" Diarsipkan 2018-02-19 di Wayback Machine. GARDANASIONAL, 6 Februari 2018.
- ^ Jeong, Jeff (8 May 2018). "Is South Korea's future fighter jet partnership with Indonesia falling apart?". Defense News. Seoul. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 May 2018. Diakses tanggal 10 May 2018.
- ^ Waldron, Greg (27 September 2019). "K-FX CDR sets stage for prototype production". Flight Global. Singapore. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-20.
- ^ Rahmat, Ridzwan (28 January 2019). "South Korean officials arrive in Jakarta to renegotiate KFX-IFX fighter aircraft programme". Jane's 360. Jane's Defence Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-25.
- ^ Jon Grevatt, Bangkok – Jane's Defence Industry " Indonesia considers commodities to fund KFX-IFX involvement " Diarsipkan 2019-08-09 di Wayback Machine. Jane's 360, 07 August 2019.
- ^ Jung Da-min (29 July 2019). "Cost-sharing problem emerges over fighter jet project". koreatimes. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-25. Diakses tanggal 27 March 2020.
- ^ Waldron2021-11-12T05:50:00+00:00, Greg. "Jakarta, Seoul bridge cost differences for KF-21/IF-X fighter". Flight Global (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-23.
- ^ Si-young, Choi (2021-11-11). "S. Korea, Indonesia finalize fighter jet costs amid default rumors". The Korea Herald (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-23.
- ^ 저자 (24 May 2022). "[단독]'KF-21' 전투기 5년간 분담금 한 푼 안낸 인니, 조종사 ·기술진 39명 파견". Donga. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 May 2022. Diakses tanggal 24 May 2022.
- ^ Ferran, Lee (2022-09-22). "With indigenous carrier-capable fighter design, S. Korea seeks to rework naval plans". Breaking Defense (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-01-08.
- ^ "DX Korea 2022: KAI outlines plan to develop carrierborne KF-21N fighter". Janes Information Services. 21 September 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 September 2022.
- ^ a b c Centeno, Gabriel (24 June 2024). "South Korea wants new versions of the KF-21 fighter, including stealth variant".
- ^ a b Arthur, Gordon (2024-06-27). "South Korea orders first batch of KF-21 fighters". Defense News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-06-28.
- ^ Waldron, Greg (30 Juli 2024). "KF-21 could join battle for new Philippine fighter". Flight Global (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-08-22.
- ^ Lee, Hyo-jin (2024-05-22). "What's next for KF-21 project after Indonesia's funding slash?".
- ^ "KF-21 한국형전투기 Next-Generation Fighter". Korea Aerospace Industries. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 September 2023. Diakses tanggal 2 September 2023.
- ^ "KF-21 Next-Generation Fighter". Korea Aerospace Industries. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 May 2023. Diakses tanggal 8 May 2023.
- ^ "KF-21". Hanwha Systems. 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 May 2023. Diakses tanggal 17 May 2023.
- ^ "KFX". LIG Nex1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 May 2023. Diakses tanggal 17 May 2023.
- ^ "Brochure". LIG Nex1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 May 2023. Diakses tanggal 16 May 2023. p. 10
- ^ Kim Gui-geun (10 August 2023). "KF-21, 독립운동 선열들의 '조국애' 싣고 세계로 간다". Korea Aerospace Industries. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 September 2023. Diakses tanggal 17 September 2023.
- ^ Shin In-kyun. "KF-21에 '한국형 발키리' 더하면 게임 디스트로이어!". The Dong-a Ilbo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 May 2023. Diakses tanggal 8 May 2023.
- ^ a b Kang Heon (7 March 2023). "앞으로 남은 시간 36개월, 순항 중인 KF-21 보라매". Uberin. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 May 2023. Diakses tanggal 14 May 2023.
- ^ a b c "DAPA Journal Vol 132" (PDF). Defense Acquisition Program Administration. September 2023. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 16 September 2023. Diakses tanggal 16 September 2023. p. 21
- ^ a b "South Korea Plans Meteor, IRIS-T Integration On KF-X". Aviation Week. 2017-07-27. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-22. Diakses tanggal 2017-12-20.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaMBDA_CONTRACT_1
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaMBDA_CONTRACT_2
- ^ a b "KF-X 미사일 '중복계약'." fnnews. 2017-05-29. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-22. Diakses tanggal 2017-12-20.
- ^ a b c https://defencesecurityasia.com/en/fa-50-and-kf-21-fighters-to-get-spear-asraam-brimstone-missiles/
- ^ Jeff Jeong (10 July 2018). "South Korea plans to locally develop missile for homemade future jet". Defense News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 September 2018. Diakses tanggal 17 September 2019.
- ^ Franz-Stefan Gady, thediplomat " South Korea to Develop Air-Launched Indigenous Long-Range Bunker Buster Cruise Missile " Diarsipkan 2019-07-15 di Wayback Machine. thediplomat.com, July 12, 2018.
- ^ Shin In-kyun (25 April 2021). "세계 최정상급 4.5세대 전투기 KF-21 '대박'의 조건". The Dong-a Ilbo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 May 2023. Diakses tanggal 14 May 2023.