Kabupaten Banyuwangi

kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia
Revisi sejak 18 Agustus 2021 08.44 oleh Mohd Zaenuri (bicara | kontrib) (Suntingan Mohd Zaenuri (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh 120.188.32.95)

Kabupaten Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kota Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur pulau Jawa, di kawasan Tapal Kuda, dan berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di barat. Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur sekaligus menjadi yang terluas di Pulau Jawa, dengan luas wilayahnya yang mencapai 5.782,50 km², atau lebih luas dari Pulau Bali (5.636,66 km²). Di pesisir Kabupaten Banyuwangi, terdapat Pelabuhan Ketapang, yang merupakan penghubung utama antara pulau Jawa dengan pulau Bali
(Pelabuhan Gilimanuk).

Kabupaten Banyuwangi
ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦧꦪꦸꦮꦔꦶ
Kabupaten di Jawa Timur, Indonesia
Transkripsi lainya
 • Ejaan LamaBanjoewangi
 • Pegonباڽوواڠي
 • Jawaꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦧꦪꦸꦮꦔꦶ
Lambang resmi Kabupaten Banyuwangi
Julukan: 
The Sunrise of Java
Motto: 
Satya Bhakti Praja Mukti
(bahasa Indonesia: Setia pada bakti untuk masyarakat makmur)
Negara Indonesia
Provinsi Jawa Timur
Ibu KotaKota Banyuwangi
Hari Jadi18 Desember 1771[1]
Dibentuk1950, sebagai Kabupaten
Kecamatan25
Kelurahan28
Desa189
Pemerintahan
 • BupatiIpuk Fiestiandani (PDIP)
 • Wakil BupatiSugirah
Luas
 • Total5.782,50 km2 (2,232,64 sq mi)
Ketinggian3.000 m (10,000 ft)
Populasi
 (2020)[4]
 • Total1.708.114
 • Kepadatan300/km2 (770/sq mi)
 • Laki-laki
871.721
 • Perempuan
864.124
Demografi
 • Suku bangsaOsing, Jawa, Madura, Bali, Melayu, Mandar, Arab, Tionghoa, dll.
 • AgamaIslam 96,83%
Hindu 1,57%
Kristen 1,35%
- Protestan 1,07%
- Katolik 0,28%
Buddha 0,24%
Konghucu 0,01%[5][6]
 • BahasaIndonesia, Osing, Jawa, Madura, Bali,Melayu
Zona waktuUTC+7 (WIB)
Kode Pos
684XX
Kode area telepon+62 333
GeocodeID-JW
Kode ISO 3166ID-BYW
Plat KendaraanP 1 Q sampai P 9999 ZZ, kecuali P 1 UA sampai P 9999 UP
Kode administrasi35.10
APBDRp2.777,42 Miliar
PADRp346,99 Miliar
IPMKenaikan 70,06 ( sedang )[3]
Bandar udara utamaBandar Udara Banyuwangi
Pelabuhan utama
Situs webbanyuwangikab.go.id

Sejarah

Sejarah Banyuwangi tidak lepas dari sejarah Kerajaan Blambangan. Pada pertengahan abad ke-17, Banyuwangi merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Blambangan yang dipimpin oleh Pangeran Tawang Alun. Pada masa ini secara administratif VOC menganggap Blambangan sebagai wilayah kekuasannya, atas dasar penyerahan kekuasaan jawa bagian timur (termasuk blambangan) oleh Pakubuwono II kepada VOC. Padahal Mataram tidak pernah bisa menguasai daerah Blambangan yang saat itu merupakan kerajaan hindu terakhir di pulau Jawa. Namun VOC tidak pernah benar-benar menancapkan kekuasaanya sampai pada akhir abad ke-17, ketika pemerintah Inggris menjalin hubungan dagang dengan Blambangan. Daerah yang sekarang dikenal sebagai "kompleks Inggrisan" adalah bekas tempat kantor dagang Inggris.[7]

VOC segera bergerak untuk mengamankan kekuasaanya atas Blambangan pada akhir abad ke-18. Hal ini menyulut perang besar selama lima tahun (1767–1772). Dalam peperangan itu terdapat satu pertempuran dahsyat yang disebut Puputan Bayu sebagai merupakan usaha terakhir Kerajaan Blambangan untuk melepaskan diri dari belenggu VOC. Pertempuran Puputan Bayu terjadi pada tanggal 18 Desember 1771 yang akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi. Sayangnya, perang ini tidak dikenal luas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kompeni Belanda. Namun pada akhirnya VOC-lah yang memperoleh kemenangan dengan diangkatnya R. Wiroguno I (Mas Alit) sebagai bupati Banyuwangi pertama dan tanda runtuhnya kerajaan Blambangan. Tetapi perlawanan sporadis rakyat Blambangan masih terjadi meskipun VOC sudah menguasai Blambangan. Itu bisa terlihat dengan tidak adanya pabrik gula yang dibangun oleh VOC saat itu, berbeda dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur.

Tokoh sejarah fiksi yang terkenal adalah Putri Sri Tanjung yang di bunuh oleh suaminya di pinggir sungai karena suaminya ragu akan janin dalam rahimnya bukan merupakan anaknya tetapi hasil perselingkuhan ketika dia ditinggal menuju medan perang. Dengan sumpah janjinya kepada sang suami sang putri berkata: "Jika darah yang mengalir di sungai ini amis memang janin ini bukan anakmu tetapi jika berbau harum (wangi) maka janin ini adalah anakmu". Maka seketika itu darah yang mengalir ke dalam sungai tersebut berbau wangi, maka menyesalah sang suami yang dikenal sebagai Raden Banterang ini dan menamai daerah itu sebagai Banyuwangi.

Tokoh sejarah lain ialah Minak Djinggo, seorang Adipati dari Blambangan yang memberontak terhadap kerajaan Majapahit dan dapat ditumpas oleh utusan Majapahit, yaitu Damarwulan. Namun sesungguhnya nama Minak Djinggo bukanlah nama asli dari adipati Blambangan. Nama tersebut diberikan oleh sebagian kalangan istana Majapahit sebagai wujud olok-olok kepada Brhe Wirabumi yang memang putra prabu hayam wuruk dari selir.

Bagi masyarakat Blambangan, cerita Damarwulan tidak berdasar. Cerita ini hanya bentuk propaganda Mataram yang tidak pernah berhasil menguasai wilayah Blambangan yang saat itu disokong oleh kerajaan hindu Mengwi di Bali.

Julukan

 
Patung selamat datang di Banyuwangi pada kaki gunung Gumitir

Kabupaten Banyuwangi menyandang beberapa julukan, di antaranya:

  • The Sunrise of Java

Julukan The Sunrise of Java disandang Kabupaten Banyuwangi tidak lain karena daerah yang pertama terkena sinar matahari terbit di pulau Jawa.

  • Bumi Blambangan

Sejarah berdirinya Banyuwangi tidak bisa dilepaskan dari sejarah kerajaan Blambangan, karena Blambangan merupakan cikal bakal dari Banyuwangi. Blambangan adalah kerajaan yang semasa dengan kerajaan Majapahit bahkan dua abad lebih panjang umurnya. Blambangan adalah kerajaan yang paling gigih bertahan terhadap serangan Mataram dan VOC serta Blambanganlah kerajaan yang paling akhir ditaklukkan penjajah Belanda di pulau Jawa.

  • Kota Osing

Salah satu keunikan Banyuwangi adalah penduduk yang multikultur, dibentuk oleh 3 elemen masyarakat yaitu Jawa Mataraman, Madura, dan Osing. Suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi. Sebagai keturunan kerajaan Blambangan, suku osing mempunyai adat-istiadat, budaya maupun bahasa yang berbeda dari masyarakat Jawa dan Madura.

  • Kota Santet

Julukan Banyuwangi kota santet terkenal sejak peristiwa memilukan ketika 100 orang lebih dibunuh secara misterius karena dituduh memiliki ilmu santet. Peristiwa ini dikenal luas oleh masyarakat sebagai “Tragedi Santet” Tahun 1998.

  • Kota Gandrung

Kabupaten Banyuwangi terkenal dengan Tari Gandrung yang menjadi maskot kabupaten ini.

  • 'Kota Banteng

Kabupaten Banyuwangi dijuluki kota banteng dikarenakan di Banyuwangi tepatnya di Taman Nasional Alas Purwo terdapat banyak banteng jawa.

  • Kota Pisang

Sejak dahulu Kabupaten Banyuwangi sangat dikenal sebagai penghasil pisang terbesar, bahkan tiap dipekarangan rumah warga selalu terdapat pohon pisang.

  • Kota Festival

Berawal dari sukses penyelenggaraan kegiatan budaya Banyuwangi Ethno Carnival pertama pada tahun 2011 lalu, maka pada tahun-tahun berikutnya seakan tak terbendung lagi semangat dan kegairahan masyarakat Banyuwangi untuk mengangkat potensi dan budaya daerah melalui rangkaian kegiatan yang dikemas dalam tajuk Banyuwangi Festival.

Maka sejak 2012 acara Banyuwangi Ethno Carnival ditahbiskan menjadi agenda tahunan berbarengan dengan kegiatan lain, baik yang bersifat seni, budaya, fesyen, dan wisata olahraga.

Geografi

Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak pada koordinat 7º45’15”–8º43’2” LS dan 113º38’10” BT.

Wilayah kabupaten Banyuwangi cukup beragam, dari dataran rendah hingga pegunungan. Kawasan perbatasan dengan Kabupaten Bondowoso, terdapat rangkaian Dataran Tinggi Ijen dengan puncaknya Gunung Raung (3.344 m) dan Gunung Merapi (2.799 m). Di balik Gunung Merapi terdapat Gunung Ijen yang terkenal dengan kawahnya. Gunung Raung dan Gunung Ijen adalah gunung api aktif. [8][9]

Bagian selatan terdapat perkebunan, peninggalan sejak zaman Hindia Belanda. Di perbatasan dengan Kabupaten Jember bagian selatan, merupakan kawasan konservasi yang kini dilindungi dalam sebuah cagar alam, yakni Taman Nasional Meru Betiri. Pantai Sukamade merupakan kawasan penangkaran penyu. Di Semenanjung Blambangan juga terdapat cagar alam, yaitu Taman Nasional Alas Purwo.

Pantai timur Banyuwangi yang menghadap ke Selat Bali merupakan salah satu penghasil ikan terbesar di Jawa Timur. Tepatnya di Kecamatan Muncar yaitu pelabuhan perikanan Muncar.

Batas wilayah

Wilayah Kabupaten Banyuwangi berbatasan langsung dengan beberapa wilayah lain, yakni:

Utara Kabupaten Situbondo
Timur Selat Bali
Selatan Samudera Indonesia
Barat Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Jember

Topografi

Kabupaten Banyuwangi terletak di ketinggian 0–2.500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan tingkat kelerengan, wilayah Kabupaten Banyuwangi terbagi dalam empat kategori tingkat kelerangan, yaitu tingkat kelerengan 0–2%, tingkat kelerengan 2–15%, tingkat kelerengan 15–40%, dan tingkat kelerengan >40%. Berikut adalah detailnya:

  • Tingkat kelerengan 0–2% dapat dijumpai di seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi
  • Tingkat kelerengan 2–15% dapat dijumpai di hampir seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi, kecuali Kecamatan Muncang dan Kecamatan Cluring
  • Tingkat kelerengan 15–40% dapat dijumpai di sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuwangi, kecuali Kecamatan Muncal, Cluring, Gambiran, Tegalsari, Genteng, Srono, Rogojampi, Singojuruh, Giri, dan Banyuwangi.
  • Tingkat kelerengan >40% dapat dijumpai di sebagian wilayah Kabupaten Banyuwangi, kecuali Kecamatan Purwoharjo, Muncal, Cluring, Gambiran, Tegalsari, Genteng, Srono, Rogojampi, Kabat, Singojuruh, Giri, Sempu, dan Banyuwangi.[10]

Geohidrologi

Beberapa sungai besar maupun kecil yang melintas Kabupaten Banyuwangi mulai dari bagian utara ke selatan sehingga merupakan daerah yang cocok pertanian lahan basah, yaitu meliputi :

  • Sungai Bajulmati (20 km), melewati Kecamatan Wongsorejo.
  • Sungai Selogiri (6,173 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
  • Sungai Ketapang (10,26 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
  • Sungai Sukowidi (15,826 km), melewati Kecamatan Kalipuro.
  • Sungai Bendo (15,826 km), melewati Kecamatan Glagah.
  • Sungai Sobo (13,818 km), melewati Kecamatan Banyuwangi dan Glagah.
  • Sungai Pakis (7,043 km), melewati Kecamatan Banyuwangi.
  • Sungai Tambong (24,347 km), melewati Kecamatan Glagah dan Kabat.
  • Sungai Binau (21,279 km), melewati Kecamatan Rogojampi.
  • Sungai Bomo (7,417 km), melewati Kecamatan Rogojampi, Srono, dan Muncar.
  • Sungai Setail (73,35 km), melewati Kecamatan Gambiran, Purwoharjo dan Muncar.
  • Sungai Porolinggo (30,70 km)melewati Kecamatan Genteng.
  • Sungai Kalibarumanis (18 km), melewati Kecamatan Kalibaru dan Glenmore.
  • Sungai Wagud (14,60 km), melewati Kecamatan Genteng, Cluring dan Muncar.
  • Sungai Karangtambak (25 km), melewati Kecamatan Pesanggaran.
  • Sungai Bango (18 km), melewati Kecamatan Bangorejo dan Pesanggaran.
  • Sungai Baru (80,70 km), melewati Kecamatan Kalibaru dan Pesanggaran.[10]

Iklim

Suhu udara di wilayah datara rendah berkisar antara 20°–34°C, sedangkan wilayah dataran tinggi bersuhu udara kurang dari 19°C. Tingkat kelembapan di Kabupaten Banyuwangi bervariasi antara 73–84%. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, hampir seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi masuk dalam kategori iklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau di wilayah Kabupaten Banyuwangi berlangsung pada periode MeiOktober dengan puncak musim kemarau adalah bulan Agustus. Sementara itu, musim hujan di wilayah Banyuwangi berlangsung pada periode NovemberApril dengan bulan terbasah adalah bulan Januari yang curah hujan bulanannya lebih dari 230 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Banyuwangi berkisar antara 1.000–1.600 mm per tahun dengan jumlah hari hujan bervariasi antara 80–140 hari hujan per tahun.

Data iklim Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 32.7
(90.9)
33.6
(92.5)
33.7
(92.7)
32.7
(90.9)
31.9
(89.4)
31.5
(88.7)
31.2
(88.2)
32
(90)
33.2
(91.8)
34.6
(94.3)
33.8
(92.8)
33.3
(91.9)
32.85
(91.18)
Rata-rata harian °C (°F) 27
(81)
27.2
(81)
27
(81)
27.1
(80.8)
26.3
(79.3)
25.7
(78.3)
25
(77)
25.1
(77.2)
26
(79)
27.8
(82)
27.6
(81.7)
27.4
(81.3)
26.6
(79.97)
Rata-rata terendah °C (°F) 21.4
(70.5)
21.8
(71.2)
22.5
(72.5)
21.5
(70.7)
20.8
(69.4)
19.9
(67.8)
18.9
(66)
19.7
(67.5)
20.8
(69.4)
21.4
(70.5)
22.8
(73)
21.6
(70.9)
21.09
(69.95)
Presipitasi mm (inci) 282
(11.1)
283
(11.14)
221
(8.7)
158
(6.22)
127
(5)
90
(3.54)
62
(2.44)
40
(1.57)
48
(1.89)
87
(3.43)
152
(5.98)
243
(9.57)
1.793
(70,58)
Rata-rata hari hujan 19 19 17 14 11 8 5 3 4 7 13 18 138
% kelembapan 83 83 81 78 75 72 69 65 67 71 77 80 75.1
Rata-rata sinar matahari bulanan 158 163 184 220 226 251 290 293 285 253 201 173 2.697
Sumber #1: Climate-Data.org [11]
Sumber #2: BMKG [12] & Weatherbase [13]

Pemerintahan

Daftar Bupati

No Foto Bupati Mulai menjabat Akhir menjabat Prd. Wakil Bupati Ket.
1   Temenggung Wiroguno I
(alias Mas Alit)
1773 1782 1
2 Temenggung Wiroguno II
(alias Mas Talib)
1782 1818 2
3 Temenggung Surenggrono 1818 1832 3
4 R.T. Wiro-adinegoro 4 April 1832 1867 4 [14]
5 R.T. Pringgokoesoemo 16 November 1867 28 November 1880 5 Pengangkatan,[15] Berita Kematian [16]
6 R.M.T.A. Soegondo 31 Januari 1881 31 Oktober 1887 6 Pengangkatan,[17] Berita mutasi [18]
7 R.T. Astrokoesoemo 29 Februari 1888 1889 7 Pengangkatan [19]
8 R.T.A. Soeringrono 23 Februari 1889 Oktober 1894 8 Pengangkatan,[20] Mutasi [21]
9 R.T.A. Koesoemonegoro 9 Mei 1895 11 Oktober 1911 9 Pengangkatan,[22] Berita Kematian [23]
10 R.T. Notodiningrat 6 Juni 1913 7 November 1918 10 Profil singkat [24]
11   R.A.A. Mohamad Notoadisoerjo 12 Juli 1919 30 Juni 1933 11 Berita Pengangkatan,[25] Berita Pensiun [26]
12   R.T. Moertadjab Sosroadiningrat 19 Mei 1934 22 Mei 1938 12 Berita Kematian [27]
13   R.T. Achmad Rastiko 10 Maret 1939 1942 13 Berita Pengangkatan [28]
14   R. Oesman Soemodinoto 1942 1947 14
15   R. Ahmad Kusumo Negoro 1947 1949 15
16 R. Moch. Sachrawisetio Abiwinoto 1949 1949 16
17 Sukarbi 1949 1950 17
(14)   R. Oesman Soemodinoto 1950 1955 18
18   Soegito Noto Soegito 1955 1965 19
20
19 Soewarso Kanapi
S.H.
1965 1966 21 [ket. 1]
20   Letkol (Purn.)
Djoko Supaat Slamet
1966 1978 22
21   Soesilo Suharto, S.H 1978 1983 23
22   S. Djoko Wasito 1983 1988 24
23   Harwin Wasisto 1988 1991 25
24   Kol Pol. (Purn) H
T. Purnomo Sidik
1991 2000 26
27
25   Ir.
Samsul Hadi
2000 2005 28 Abdul Kadir
26   Ratna Ani Lestari
S.E., M.M
2005 2010 29 Yusuf Nur Iskandar
27   Abdullah Azwar Anas 2010 2015 30 Yusuf Widyatmoko
*   Zarkasi
(Pejabat)
22 Oktober 2015 17 Februari 2016
(27)   Abdullah Azwar Anas 17 Februari 2016 17 Februari 2021 31 Yusuf Widyatmoko
28   Ipuk Fiestiandani 26 Februari 2021 Petahana 32 Sugirah
Catatan
  1. ^ Diduga terlibat PKI[29][30]

Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Banyuwangi dalam empat periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2009–2014[31] 2014–2019[32] 2019–2024[33] 2024–2029
PKB 6   10   9   9
Gerindra (baru) 4   5   5   6
PDI-P 12   10   12   11
Golkar 7   7   5   7
NasDem (baru) 2   5   7
PKS 0   2   2   0
Hanura 2   4   2   0
PAN 1   1   0   0
Demokrat 10   5   6   7
PPP 2   4   4   3
PKNU (baru) 5
RepublikaN (baru) 1
Jumlah Anggota 50   50   50   50
Jumlah Partai 10   10   9   7


Kecamatan

Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 25 kecamatan, 28 kelurahan, dan 189 desa (dari total 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7.724 desa di Jawa Timur). Pada tahun 2021, luas wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah 3.593,06 km².[34]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Banyuwangi, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Desa
Status Daftar
Desa/Kelurahan
35.10.01 Pesanggaran 5 Desa
35.10.02 Bangorejo 7 Desa
35.10.03 Purwoharjo 8 Desa
35.10.04 Tegaldlimo 9 Desa
35.10.05 Muncar 10 Desa
35.10.06 Cluring 9 Desa
35.10.07 Gambiran 6 Desa
35.10.08 Srono 10 Desa
35.10.09 Genteng 5 Desa
35.10.10 Glenmore 7 Desa
35.10.11 Kalibaru 6 Desa
35.10.12 Singojuruh 11 Desa
35.10.13 Rogojampi 10 Desa
35.10.14 Kabat 14 Desa
35.10.15 Glagah 2 8 Desa
Kelurahan
35.10.16 Banyuwangi 18 - Kelurahan
35.10.17 Giri 4 2 Desa
Kelurahan
35.10.18 Wongsorejo 12 Desa
35.10.19 Songgon 9 Desa
35.10.20 Sempu 7 Desa
35.10.21 Kalipuro 4 5 Desa
Kelurahan
35.10.22 Siliragung 5 Desa
35.10.23 Tegalsari 6 Desa
35.10.24 Licin 8 Desa
35.10.25 Blimbingsari 10 Desa
TOTAL 28 189


Transportasi

Ibu kota Kabupaten Banyuwangi berjarak 290 km sebelah timur Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Banyuwangi merupakan ujung paling timur jalur pantura serta titik paling timur jalur kereta api pulau Jawa yaitu Stasiun Ketapang.[35]

Pelabuhan Ketapang terletak di kota Banyuwangi bagian utara, menghubungkan Jawa dan Bali dengan kapal ferry, LCM, roro dan tongkang.[butuh rujukan]

Dari Surabaya, Kabupaten Banyuwangi dapat dicapai dari dua jalur jalan darat, jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara merupakan bagian dari jalur pantura yang membentang dari Anyer hingga pelabuhan Panarukan dan melewati kabupaten Situbondo. Sedangkan jalur selatan merupakan pecahan dari jalur pantura dari Kabupaten Probolinggo melewati Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember di kedua jalur tersebut tersedia bus eksekutif/PATAS maupun ekonomi.

Terdapat pula moda transportasi darat lainnya, yaitu jalur kereta api Surabaya – Pasuruan – Probolinggo – Jember dan berakhir di Banyuwangi. Stasiun Banyuwangi Kota merupakan stasiun terdekat dengan kota Banyuwangi. Stasiun Ketapang terletak di Utara Kota Banyuwangi tidak jauh dari Pelabuhan Penyeberangan Ketapang. Stasiun Kereta Api yang cukup besar di Banyuwangi adalah Stasiun Ketapang, Banyuwangi Kota, Rogojampi, Stasiun Kalisetail, (Kecamatan Sempu), dan Kalibaru. Selain itu ada juga stasiun yang lebih kecil seperti Singojuruh, Temuguruh, Glenmore, Sumberwadung dan Halte Krikilan.

Untuk transportasi wilayah perkotaan terdapat moda angkutan mikrolet, taksi Bosowa, Ramayana, Using Transport serta van atau yang oleh masyarakat setempat disebut 'colt' yang melayani transportasi antar kecamatan dan minibus yang melayani trayek Banyuwangi dengan kota-kota kabupaten di sekitarnya.

Bandar Udara Internasional Banyuwangi di kecamatan Blimbingsari dalam pembangunannya sempat tersendat akibat kasus pembebasan lahan, dan memakan korban 2 bupati yang menjabat dalam masa pembangunannya yaitu Bupati Samsul Hadi (2000–2005) dan Bupati Ratna Ani Lestari (2005–2010). Dan pada tanggal 28 Desember 2010, Bandar Udara Blimbingsari telah dibuka untuk penerbangan komersial Banyuwangi (BWX) – Jakarta (CGK) – Banyuwangi (BWX) dan Banyuwangi (BWX) – Surabaya (SUB) – Banyuwangi (BWX).

Selain itu terdapat Pelabuhan Tanjung Wangi di Ketapang, Kecamatan Kalipuro selain sebagai pelabuhan bongkar muat barang dan peti kemas, juga melayani pelayaran ke kepulauan di bagian timur Madura, seperti Kep. Sapeken, Kep. Kangean, dan Kep. Sapudi.

Moda transportasi alternatif yang juga sudah diluncurkan berupa Kapal Cepat Marina Srikandi yang memiliki kapasitas hingga 145 orang penumpang.[36] Kapal cepat ini beroperasi dari Pantai Boom Banyuwangi.[37] Pengoperasian kapal ini didorong oleh pemikiran bahwa pertumbuhan pariwisata Banyuwangi juga ditopang oleh pertumbuhan pariwisata di Bali dan Lombok, sehingga perjalanan yang menghubungkan ketiganya harus terus ditingkatkan.

Penduduk

Penduduk Banyuwangi cukup beragam. Mayoritas adalah Suku Osing, namun terdapat Suku Madura (kecamatan Muncar, Wongsorejo, Kalipuro, Glenmore dan Kalibaru) dan suku Jawa yang cukup signifikan, serta terdapat minoritas suku Bali, dan suku Bugis. Suku Bali banyak mendiami desa di kecamatan Rogojampi, bahkan di desa Patoman, Kecamatan Rogojampi seperti miniatur desa Bali di pulau Jawa. Suku Osing merupakan penduduk asli kabupaten Banyuwangi dan bisa dianggap sebagai sebuah sub-suku dari suku Jawa. Mereka menggunakan bahasa Osing, yang dikenal sebagai salah satu ragam tertua bahasa Jawa. Suku Osing mendiami di Kecamatan Glagah, Licin, Songgon, Kabat, Giri, Kota serta sebagian kecil di kecamatan lain.[butuh rujukan]

Pendidikan

Daftar perguruan tinggi

Perguruan tinggi negeri

Logo Nama Perguruan Tinggi Alamat
Politeknik Negeri Banyuwangi Labanasem
Berkas:LOGO-LP3B.png Akademi Penerbangan Indonesia Blimbingsari
Universitas Airlangga PDD Banyuwangi Giri

Perguruan tinggi swasta

Logo Nama Perguruan Tinggi Alamat
Universitas 17 Agustus 1945 Taman Baru
  Universitas PGRI Banyuwangi Kertosari
  Universitas Bhakti Indonesia Sraten
Berkas:Logostikombwi.jpg Sekolah Tinggi Komunikasi PGRI Banyuwangi Taman Baru
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi Giri
Akademi Kelautan Banyuwangi Ketapang
Akademi Kesehatan Rustida Krikilan
Institut Agama Islam Darussalam Blokagung
Institut Agama Islam Ibrahimy Genteng

Pariwisata

 
Ombak Pantai Plengkung, salah satu ombak terbaik di dunia.

Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak objek wisata seperti:[38][39][40]

Cagar budaya

Kuliner

Masakan

Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam masakan khas Banyuwangi, diantaranya:

  • Sego tempong
  • Sego cawuk
  • Pindang Srani
  • Sego Gecok
  • Sego Golong
  • Sate Kalak
  • Pecel Pitik
  • Sambel Lucu
  • Jangan Kelor
  • Jangan Kesrut
  • Jangan Pakis
  • Jangan Lobok
  • Jangan Lompong
  • Jangan Bobohan
  • Jangan Jawar
  • Jangan Leroban
  • Jangan Pol
  • Jangan Klenthang
  • Jangan Bung
  • Pelasan Oling
  • Pelasan Uceng
  • Peceg Lele
  • Uyah Asem Pitik
  • Kupat Lodoh
  • Pindang koyong
  • Bothok Simbukan
  • Bothok Tawon
  • Ayam Pedas Genteng
  • Rujak Letog
  • Sambel Pedho
  • Sambel Pindang
  • Sambel Pete
  • Oseng-oseng Pare
  • Bindol Pakem
  • Tahu Petis
  • Wiyongkong
  • Rujak soto
  • Pecel Thotol
  • Lak-lak

Jajanan tradisional

Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam jajanan pasar khas Banyuwangi, diantaranya:

  • Bagiak
  • Sale Pisang Barlin
  • Kelemben
  • Satuh
  • Manisan Cerme
  • Manisan Pala Kering
  • Manisan Tomat
  • Manisan Kolang-kaling
  • Ladrang
  • Kacang Tanah Open Asin
  • Dodol Salak
  • Sale Pisang Anggur
  • Loro Kencono
  • Karang Emas
  • Kolak Gepuk
  • Widaran
  • Wiroko
  • Petulo
  • Ketan Kirip
  • Onde – Onde
  • Tahu Walek
  • Minuman

    Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam minuman khas Banyuwangi, diantaranya:

    • Secang
    • Selasih
    • Ronde
    • Angsle
    • Caok
    • Setup Semarang
    • Kolak Duren
    • Kopi Luak
    • Kopi Lanang
    • Kopi Kemiren
    • Es Gedang Ijo
    • Es Temu lawak

    Oleh-oleh

    Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam oleh-oleh khas Banyuwangi, diantaranya:

    • Awug (iwel-iwel)
    • Lanun
    • Serabi Solo
    • Dodol garut
    • Jenang Kudus
    • Jenang Bedil
    • Jenang Mutioro
    • Jenang Selo
    • Ketot
    • Apem Takir
    • Lak-lak
    • Precet
    • Sumping
    • Bikang
    • Setupan Polo

    Kebudayaan

    Kabupaten Banyuwangi selain menjadi perlintasan dari Jawa ke Bali, juga merupakan daerah pertemuan berbagai jenis kebudayaan dari berbagai wilayah. Budaya masyarakat Banyuwangi diwarnai oleh budaya Jawa, Bali, Madura, Melayu, Eropa, Arab, Tionghoa, dan budaya lokal—atau budaya Osing itu sendiri—yang saling isi mengisi dan akhirnya menjadi tipikal yang tidak ditemui di wilayah manapun di pulau Jawa.[butuh rujukan]

    Di dusun Selorejo, kecamatan Glenmore, di lereng Gunung Raung, terdapat Pura Beji Ananthaboga, sebuah pura dan petirtaan yang terletakserta menempati wilayah Perhutani KPH Banyuwangi Barat.

     
    Petirtan di Pura Beji Ananthaboga dan Pelinggih Ganesha

    Batik

    Batik yang disebut-sebut sebagai jati diri Bangsa Indonesia tak bisa diragukan. Keberadaannya memang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya orang Jawa. Motif-motifnya pun terinspirasi tak jauh dari kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan banyuwangi, memiliki beberapa motif yang terkenal yaitu

    • Gajah oling
    • Paras Gempal
    • Sekar Jagad
    • Kangkung Setingkes
    • Mata Ayam

    Jenis Batik tadi merupakan sebagian dari Motif Batik khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.

    Lagu Daerah

    • Umbul-umbul Blambangan
    • Ugo-Ugo
    • Banyuwangi Ijo Royo-Royo
    • Seblang Lukinto

    Kesenian tradisional

    Berkas:Penari gandrung.jpg
    Penari Gandrung di depan rumah adat Osing desa Kemiren.
    Berkas:Gamelan Banyuwangi.jpg
    Gamelan Banyuwangi yang mengiringi tari gandrung.

    Kesenian tradisional khas Banyuwangi antara lain:

    Jenis kesenian tadi merupakan sebagian dari kesenian khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.

    Musik khas Banyuwangi

    Gamelan Banyuwangi khususnya yang dipakai dalam tari Gandrung memiliki kekhasan dengan adanya kedua biola, yang salah satunya dijadikan sebagai pantus atau pemimpin lagu. Menurut sejarahnya, pada sekitar abad ke-19, seorang Eropa menyaksikan pertunjukan Seblang (atau Gandrung) yang diiringi dengan suling. Kemudian orang tersebut mencoba menyelaraskannya dengan biola yang dia bawa waktu itu, pada saat dia mainkan lagu-lagu Seblang tadi dengan biola, orang-orang sekitar terpesona dengan irama menyayat yang dihasilkan biola tersebut. Sejak itu, biola mulai menggeser suling karena dapat menghasilkan nada-nada tinggi yang tidak mungkin dikeluarkan oleh suling.

    Selain itu, gamelan ini juga menggunakan "kluncing" (triangle), yakni alat musik berbentuk segitiga yang dibuat dari kawat besi tebal, dan dibunyikan dengan alat pemukul dari bahan yang sama, dan angklung, atau rebana.

    Referensi

    1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-01-01. Diakses tanggal 2017-09-03. 
    2. ^ [1]
    3. ^ a b c Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2018. Banyuwangi: BPS Kabupaten Banyuwangi. Agustus 2018. 
    4. ^ "Visualisasi Data Kependuduakan - Kementerian Dalam Negeri 2020" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 29 Juli 2021. 
    5. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama BANYUWANGI
    6. ^ "Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2021" (pdf). www.banyuwangikab.bps.go.id. hlm. 6, 61, 133. Diakses tanggal 29 Juli 2021. 
    7. ^ [2] Kisah asrama inggrisan di Banyuwangi
    8. ^ [3] Gunung Raung, gunung berapi aktif
    9. ^ [4] Gunung Ijen, Gunung berapi aktif tempat wisata populer
    10. ^ a b "Profil Banyuwangi" (PDF). 
    11. ^ "Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 5 Oktober 2020. 
    12. ^ "Curah Hujan Kabupaten Banyuwangi – ZOM 182, 190, 191, 192, 193, dan 194" (PDF). BMKG. hlm. 59. Diakses tanggal 5 Oktober 2021. 
    13. ^ "Banyuwangi, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 5 Oktober 2020. 
    14. ^ Almanak van Nederlandsch-Indië voor het schrikkeljaar 1836. Batavia: Lands-drukkery. 1836. hlm. 57. 
    15. ^ Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar 1871. Batavia: Lands-drukkerij. 1871. hlm. 166. 
    16. ^ "Gevonden in Delpher - Soerabaijasch handelsblad". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    17. ^ Regeerings-almanak voor Nederlandsch-Indie 1882. Batavia: Landsdrukkerij. 1881. hlm. 146. 
    18. ^ "Gevonden in Delpher - Bataviaasch handelsblad". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    19. ^ "Gevonden in Delpher - De nieuwe vorstenlanden". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    20. ^ "Gevonden in Delpher - Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    21. ^ "Gevonden in Delpher - De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    22. ^ Regeerings-almanak voor Nederlandsch-Indie 1898. Batavia: Landsdrukkerij. 1898. hlm. 194. 
    23. ^ "Gevonden in Delpher - De locomotief". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    24. ^ "Gevonden in Delpher - Bataviaasch nieuwsblad". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    25. ^ "Gevonden in Delpher - De locomotief". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    26. ^ "Gevonden in Delpher - De Indische courant". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    27. ^ "Gevonden in Delpher - Soerabaijasch handelsblad". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    28. ^ "Gevonden in Delpher - De locomotief". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
    29. ^ Sejarah PKI Di Banyuwangi dan Pembantaian Cemethuk 18 Oktober 1965
    30. ^ (Forum Pembaca KOMPAS) Pembunuhan Massal pada 1965-1967 di Surabaya, Malang, dan Pasuruan
    31. ^ Data Anggota DPRD Banyuwangi periode 2009-2014
    32. ^ 80 Persen DPRD Terpilih di Banyuwangi Caleg Baru
    33. ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Banyuwangi 2019-2024
    34. ^ "KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 050-145 TAHUN 2022 TENTANG PEMBERIAN KODE, DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, DAN PULAU TAHUN 2021" (PDF). Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 14 Agustus 2023. 
    35. ^ Stasiun Banyuwangi
    36. ^ Rachmawati, Ira (4 Januari 2018). "Asyik! Ada Kapal Cepat Rute Banyuwangi-Denpasar Bali dan Lombok". Kompas. Diakses tanggal 13 Maret 2019. 
    37. ^ "Banyuwangi Hadirkan Kapal Cepat ke Denpasar Hanya 2 Jam Perjalanan". Kabar Penumpang. Diakses tanggal 13 Maret 2019. 
    38. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-21. Diakses tanggal 2015-11-20. 
    39. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-21. Diakses tanggal 2015-11-20. 
    40. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-26. Diakses tanggal 2016-10-18. 

    Pranala luar

    Didahului oleh:
    Kerajaan Blambangan
    Diteruskan oleh:
    tidak ada