Prabowo Subianto
H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo (lahir 17 Oktober 1951) adalah seorang pengusaha, politisi, dan mantan perwira TNI Angkatan Darat. Ia menempuh pendidikan dan jenjang karier militer selama 28 tahun sebelum berkecimpung dalam bisnis dan politik. Bersama Hatta Rajasa, ia maju sebagai calon Presiden Indonesia ke-7 dalam pemilihan umum presiden Indonesia 2014.
Lahir di Jakarta, masa kecil Prabowo sebagai putra begawan ekonomi Soemitro Djojohadikoesoemo banyak dilewatkan di luar negeri bersama orangtuanya. Minatnya pada dunia militer dipengaruhi figur paman Soebianto Djojohadikusumo yang gugur dalam Pertempuran Lengkong 1946. Masuk Akademi Militer Magelang pada tahun 1970 dan lulus pada tahun 1974 sebagai letnan dua,[1] Prabowo mencatatkan diri sebagai komandan termuda saat mengikuti operasi Tim Nanggala di Timor Timur. Kariernya melejit setelah menjabat Wakil Detasemen Penanggulangan Teror Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pada 1983. Merengkuh jabatan Komandan Kopassus pada 1995, selang setahun ia dipromosikan sebagai Komandan Jenderal Kopasus, memimpin operasi pembebasan sandera Mapenduma. Terakhir, ia bertugas sebagai Panglima Kostrad dua bulan sampai kejatuhan Presiden Soeharto pada Mei 1998.
Setelah tidak aktif dalam dinas militer, Prabowo menghabiskan waktu di Yordania dan beberapa negera Eropa. Ia menekuni dunia bisnis, mengikuti adiknya Hashim Djojohadikusumo yang pengusaha minyak. Bisnis Prabowo meliputi sedikitnya 27 perusahaan yang bergerak di sektor berbeda. Kembali ke Tanah Air, ia berkecimpung dalam politik. Pada 2008, ia bersama rekannya mengukuhkan pembentukan Partai Gerakan Indonesia Raya. Lewat jalur perhimpunan, Prabowo merangkul petani, pedagang pasar tradisional, dan kegiatan pencak silat Indonesia. Selama dua periode, ia memimpin Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) sejak 2004.
Kehidupan pribadi
Prabowo adalah putra dari pasangan Soemitro Djojohadikusumo (yang merupakan begawan ekonomi Indonesia) dan Dora Marie Sigar, atau lebih dikenal dengan nama Dora Soemitro.[2] Ia juga merupakan cucu dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo, anggota BPUPKI, pendiri Bank Negara Indonesia dan Ketua DPA pertama. Prabowo Subianto dinamai menurut Soebianto Djojohadikoesoemo, pamannya yang gugur dalam Pertempuran Lengkong. Ia memiliki dua kakak perempuan, Biantiningsih Miderawati dan Maryani Ekowati, dan satu orang adik, Hashim Djojohadikusumo.
Masa kecilnya banyak dihabiskan di luar negeri. Ia menyelesaikan pendidikan dasar dalam waktu 3 tahun di Victoria Institution, Kuala Lumpur, Sekolah Menengah di Zurich International School, Zurich, pada tahun 1963-1964, SMA di American School, London pada kurun waktu 1964-1967. Pada tahun 1970, barulah ia masuk ke Akademi Militer Nasional, Magelang.[3]
Prabowo adalah keturunan Panglima Laskar Diponegoro untuk wilayah Gowong (Kedu) yang bernama Raden Tumenggung Kertanegara III. Prabowo juga terhitung sebagai salah seorang keturunan dari Adipati Mrapat, Bupati Kadipaten Banyumas Pertama.[4] Selain itu, garis keturunannya dapat ditilik kembali ke sultan-sultan Mataram.[5]
Prabowo menikah dengan Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto pada bulan Mei 1983 dan berpisah pada tahun 1998, tidak lama setelah Soeharto mundur dari jabatan Presiden Republik Indonesia.[6][7] Dari pernikahan ini, Prabowo dikaruniai seorang anak, Ragowo "Didiet" Hediprasetyo[3]. Didiet tumbuh besar di Boston, AS dan sekarang tinggal di Paris, Perancis sebagai seorang desainer.[8]
Karier militer
Prabowo mengawali karier militernya pada tahun 1969 dengan mendaftar di Akademi Militer Magelang. Ia lulus pada tahun 1974, satu tahun setelah Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia ke-6.[9]
Operasi di Timor Timur
Pada tahun 1976 Prabowo bertugas sebagai Komandan Pleton Grup I Para Komando Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala di Timor Timur, saat itu dia berumur 26 tahun dan merupakan komandan termuda dalam operasi Tim Nanggala. Prabowo memimpin misi untuk menangkap Nicolau dos Reis Lobato, wakil ketua Fretilin yang pada saat itu juga menjabat sebagai Perdana Menteri pertama Timor Timur. Dengan tuntunan Antonio Lobato yang merupakan adik Nicolau Lobato, kompi Prabowo menemukan Nicolau Lobato di Maubisse, lima puluh kilometer di selatan Dili. Nicolau Lobato tewas setelah tertembak di perut saat bertempur di lembah Mindelo pada tanggal 31 Desember 1978.[10]
Pada akhir tahun 1992, Xanana Gusmao berhasil ditangkap dalam operasi yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Prabowo.[11] Informasi mengenai keberadaan Xanana Gusmao diperoleh dari sadapan telepon Ramos Horta di pengasingan.[11]
Prabowo telah terlibat dalam kematian pemimpin kemerdekaan Timor Leste Nicolau dos Reis Lobato pada bulan Desember 1978. Dia juga terhubung dengan pembantaian 1983 di Kraras, yang dikenal sebagai desa janda, yang menyebabkan sekitar 300 orang dibunuh oleh tentara Indonesia.[12]
Di Kopassus
Pada tahun 1983, Prabowo dipercaya sebagai Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Setelah menyelesaikan pelatihan Special Forces Officer Course di Fort Benning, Amerika Serikat, Prabowo diberi tanggungjawab sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara. Pada tahun 1995, ia sudah mencapai jabatan Komandan Komando Pasukan Khusus, dan hanya dalam setahun sudah menjadi Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus.[13]
Penyelamatan Mapenduma
Pada tahun 1996, Komandan Kopassus Prabowo Subianto memimpin operasi pembebasan sandera Mapenduma. Operasi ini berhasil menyelamatkan nyawa 10 dari 12 peneliti Ekspedisi Lorentz '95 yang disekap oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Lima orang yang disandera adalah peneliti biologi asal Indonesia, sedangkan 7 sandera lainnya adalah peneliti dari Inggris, Belanda dan Jerman.[14] Namun, operasi ini dikritik karena menggunakan lambang Palang Merah pada helikopter putih untuk menipu anggota OPM.[5][15]
Pengibaran bendera di Puncak Everest
Pada tanggal 26 April 1997, Tim Nasional Indonesia ke Puncak Gunung Everest berhasil mengibarkan bendera merah putih di puncak tertinggi dunia setelah mendaki melalui jalur selatan Nepal. Tim yang terdiri dari anggota Kopassus, Wanadri, FPTI, dan Mapala UI ini diprakarsai oleh Komandan Jenderal Kopassus, Mayor Jenderal TNI Prabowo Subianto.[16] Ekspedisi dimulai pada tanggal 12 Maret 1997 dari Phakding, Nepal.
Pengamanan 1998
Sebagai Pangkostrad yang membawahi pasukan cadangan ABRI yang jumlahnya cukup besar pada waktu itu (sekitar 11 ribu prajurit[17]) , Prabowo dimintai pertolongan oleh Panglima Kodam Jaya untuk mengamankan Jakarta yang berada dalam suasana kacau.[18] Permintaan ini dipenuhi Prabowo dengan membantu mengamankan sejumlah bangunan penting, khususnya rumah dinas Wakil Presiden B.J. Habibie di Kuningan.[19]
Meskipun akhirnya perannya ini kemudian menimbulkan kontroversi, namun ia juga mengambil beberapa langkah penting yang menentukan arah reformasi pada waktu itu. Antara lain ia berhasil membujuk Amien Rais untuk membatalkan rencana doa bersama di Monas.[20] Ia juga bertanya kepada Habibie mengenai kesiapannya jika sewaktu-waktu Soeharto turun, apakah siap menjadi Presiden, yang memberi sinyal kepada Habibie untuk bersiap menggantikan Soeharto.[21]
Selain itu pada 14 Mei 1998, Prabowo berinisiatif mengadakan silaturahmi dengan beberapa tokoh reformis seperti Adnan Buyung Nasution, Setiawan Djodi, Rendra, Bambang Widjajanto, dan lain-lain.[22] Ia juga sempat didesak untuk memainkan peran seperti Suharto pada tahun 1965,[23] yang secara tegas ditolaknya karena merasa bahwa masih berada di bagian bawah jenjang protokoler kepemimpinan dalam masa genting, berbeda dengan peran Suharto waktu itu yang memungkinkan untuk mengambil kendali karena kosongnya kepemimpinan TNI selama hilangnya para jenderal. Selain itu, ia menyatakan tidak ingin kudeta terjadi karena hanya akan menimbulkan kudeta-kudeta lainnya.[24]
Jabatan militer
Berikut adalah jabatan militer Prabowo Subianto:[25]
Tahun | Jabatan |
---|---|
1976 | Komandan Peleton Para Komando Group-1 Kopassandha |
1977 | Komandan Kompi Para Komando Group-1 Kopassandha |
1983-1985 | Wakil Komandan Detasemen–81 Kopassus |
1985-1987 | Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad |
1987-1991 | Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad |
1991-1993 | Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad |
1993-1994 | Komandan Group-3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus |
1994 | Wakil Komandan Komando Pasukan Khusus |
1995-1996 | Komandan Komando Pasukan Khusus |
1996-1998 | Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus |
1998 | Panglima Komando Cadangan Strategi TNI Angkatan Darat |
1998 | Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI |
Akhir karier militer
Prabowo diberhentikan sebagai Pangkostrad pada tanggal 22 Mei 1998 oleh Presiden Habibie karena menggerakan pasukan Kostrad dari berbagai daerah menuju Jakarta di luar komando resmi Panglima ABRI saat itu, Wiranto, sehari setelah Habibie diangkat menjadi Presiden menggantikan Soeharto. Kemudian Prabowo digantikan oleh Johny Lumintang yang hanya menjabat sebagai Pangkostrad selama 17 jam, dan kemudian digantikan oleh Djamari Chaniago.[26] Setelah pemecatan tersebut, Prabowo menemui Presiden Habibie, dan sempat terlibat perdebatan yang sengit. Setelah itu Prabowo menempati posisi baru sebagai Komandan Sekolah Staf Komando (Dansesko) ABRI menggantikan Letjen Arie J Kumaat. Selanjutnya, Prabowo harus menjalani sidang Dewan Kehormatan Perwira. Dalam sidang tersebut, Prabowo disinyalir terlibat dalam penculikan aktivis saat masih menjabat sebagai Danjen Kopassus. 15 Perwira tinggi bintang tiga dan empat mengusulkan ke Pangab Wiranto agar Prabowo dipecat. Hal itu dianggap sebagai akhir karier militer Prabowo.[27] Pembicaraan tersebut dibantah oleh Prabowo.[28] Pada Pilpres 2009 ketika Prabowo dicalonkan sebagai cawapres Megawati, Ketua DPP Partai Gerindra, Fadli Zon, juga membantah bahwa Prabowo dipecat dari Pangkostrad, melainkan diberhentikan dengan hormat.[29][30] Sementara itu pada 2012 dalam acara Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS)[31] Prabowo mengakui bahwa dia dipecat oleh Habibie.[32]
Karier bisnis
Prabowo memiliki dan memimpin dua puluh tujuh perusahaan di Indonesia dan di luar negeri.[33] Ia adalah Presiden dan CEO PT Tidar Kerinci Agung yang bergerak dalam bidang produksi minyak kelapa sawit, lalu PT Nusantara Energy yang bergerak dalam bidang migas, pertambangan, pertanian, kehutanan dan pulp, juga PT Jaladri Nusantara yang bergerak di bidang perikanan.
Setelah meninggalkan karier militernya, Prabowo memilih untuk mengikuti karier adiknya, Hashim Djojohadikusumo, dan menjadi pengusaha. Karier Prabowo sebagai pengusaha dimulai dengan membeli Kiani Kertas, perusahaan pengelola pabrik kertas yang berlokasi di Mangkajang, Kalimantan Timur. Sebelumnya, Kiani Kertas dimiliki oleh Bob Hasan, pengusaha yang dekat dengan Presiden Suharto.[34] Prabowo membeli Kiani Kertas menggunakan pinjaman senilai Rp 1,8 triliun dari Bank Mandiri.[35]
Selain mengelola Kiani Kertas, yang namanya diganti oleh Prabowo menjadi Kertas Nusantara, kelompok perusahaan Nusantara Group yang dimiliki oleh Prabowo juga menguasai 27 perusahaan di dalam dan luar negeri. Usaha-usaha yang dimiliki oleh Prabowo bergerak di bidang perkebunan, tambang, kelapa sawit, dan batu bara.[34]
Pada Pilpres 2009, Prabowo ialah cawapres terkaya, dengan total asset sebesar Rp 1,579 triliun dan US$ 7,57 juta,[36] termasuk 84 ekor kuda istimewa yang sebagian harganya mencapai 3 miliar per ekor serta sejumlah mobil mewah seperti BMW 750Li dan Mercedes Benz E300.[37] Kekayaannya ini besarnya berlipat 160 kali dari kekayaan yang dia laporkan pada tahun 2003. Kala itu ia hanya melaporkan kekayaan sebesar 10,153 miliar.[38]
Namun, pada tahun 2011, dilaporkan bahwa PT Kertas Nusantara memiliki 161 kreditor, yang terdiri terdiri dari 136 kreditor konkuren, 18 kreditor istimewa, dan 7 kreditor separatis.[39] Berdasarkan verifikasi Komisi Pengawas Persaingan Usaha, total utang Kertas Nusantara pada saat itu mencapai Rp 14,31 triliun.[39] Bahkan pada tanggal 9 Juni 2011, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memerintahkan kepada PT Kertas Nusantara agar membayar utang sebesar Rp 142 miliar kepada PT Multi Alphabet sebagai salah satu kreditor dalam waktu 45 hari, dan bila tidak Kertas Nusantara terancam dinyatakan bangkrut.[39] Namun, pada tanggal 21 Juli 2011, PT Kertas Nusantara selamat dari ancaman kebangkrutan setelah 89% kreditor setuju untuk memberikan perpanjangan masa pembayaran utang.[40]
Pada tanggal 20 Januari 2014, Tempo melansir pernyataan dari Ketua SP Kahutindo PT Kertas Nusantara, Indra Alam, bahwa PT Kertas Nusantara kembali diterpa masalah karena sekitar 600 karyawan PT Kertas Nusantara di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, berunjuk rasa menuntut gaji yang belum dibayarkan selama lima bulan[41] Tempo juga memberitakan bahwa buruh mengancam tidak akan memilih Prabowo dan menggelar aksi di Bundaran HI.[42] Namun berita ini kemudian dibantah sendiri oleh Indra Alam sebagai pemberitaan palsu. Ia merasa tidak pernah menyatakan bahwa ia mengajak buruh untuk berdemonstrasi di Bundaran HI dan memboikot Prabowo dalam pemilu. Terkait ancaman ini, manajemen PT Kertas Nusantara juga mengkonfirmasi bahwa masalah utang gaji telah diselesaikan sejak Maret 2014.[43] Direktur PT Kertas Nusantara Winston Pola pernah menyatakan meminta maaf dan menjelaskan bahwa hal tersebut disebabkan oleh kesulitan keuangan karena pabrik yang tidak beroperasi dengan kapasitas penuh pada pertengahan tahun 2013.[44]
Organisasi nonpemerintah
Prabowo terpilih menjadi Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia HKTI periode 2004-2009.[45] Selain itu, Prabowo juga mendirikan beberapa organisasi masyarakat seperti Asosiasi Petani Indonesia, Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional Indonesia dan Asosiasi Pencak Silat Indonesia.[33]
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI)
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) adalah sebuah organisasi sosial di Indonesia yang berskala nasional. Didirikan pada 27 April 1973 di Jakarta melalui penyatuan empat belas organisasi penghasil pertanian utama.
Pada tanggal 5 Desember 2004, Prabowo terpilih sebagai ketua umum HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) mengalahkan Setiawan Djodi dan Ja'far Hafsah.[46][47] Pada saat Musyawarah Nasional (Munas) HKTI ke-7, Prabowo Subianto digantikan oleh DR. Oesman Sapta Odang dan pergantian ini telah mendapat Pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia dengan Nomor : AHU-14 . AH.01.06. Tahun 2011 tertanggal 18 Januari 2011.[48] Terhadap Keputusan Keabsahan Kepengurusan HKTI di bawah kepemimpinan Ketua Umum DR. Oesman Sapta tersebut telah dilakukan gugatan oleh Prabowo Subianto melalui Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta dan terakhir mendapatkan Putusan Mahkamah Agung Nomor : 310 K/TUN/2012 tertanggal 23 Juli 2013 yang menolak gugatan Prabowo tersebut.[48]
Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI)
Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) adalah organisasi independen yang memperjuangkan hak dan kesejahteraan pedagang pasar Indonesia. Pada tanggal 6 Agustus 2008, Munas APPSI secara aklamasi memilih Prabowo sebagai ketua umum APPSI untuk periode 2008-2013. Prabowo terpilih setelah mendapat dukungan dari 29 Dewan Pimpinan Wilayah tingkat provinsi dan 199 Dewan Pimpinan Daerah tingkat kabupaten.[49]
Selaku Ketua Umum APPSI, Prabowo kerap menyuarakan agar pemerintah membatasi hipermarket dengan mengatur jaraknya agar tidak merugikan pedagang kecil. "Selama ini pedagang pasar tradisional selalu dianaktirikan sehingga ketika pasar modern didirikan para pemilik modal pedagang pasar harus rela dibubarkan karena ada pembongkaran", cetus Prabowo.[50]
Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) adalah organisasi nasional Indonesia yang membawahi kegiatan pencak silat secara resmi, antara lain menyelenggarakan pertandingan, membakukan peraturan dan lain-lain.
Prabowo pertama kali terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar (PB) IPSI tahun 2004. Pada Munas PB IPSI di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, tanggal 27 Februari 2012, Prabowo terpilih untuk ketiga kalinya sebagai Ketua Umum PB IPSI.[51] Pada SEA Games 2011 di Jakarta, cabang olahraga pencak silat berhasil mendapatkan juara umum dengan menyabet 9 dari 18 nomor yang dipertandingkan.[52]
Karier politik
Pemilu 2004
Prabowo memulai kembali karier politiknya dengan mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Golkar pada Konvesi Capres Golkar 2004. Meski lolos sampai putaran akhir, akhirnya Prabowo kandas di tengah jalan. Ia kalah suara oleh Wiranto.[53]
Pendirian Partai Gerindra
Prabowo, bersama adiknya Hashim Djojohadikusumo, mantan aktivis mahasiswa Fadli Zon, dan mantan Deputi V Badan Intelijen Negara Bidang Penggalangan Muchdi Purwoprandjono serta sederetan nama lainnya mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya atau Partai Gerindra pada tanggal 6 Februari 2008. Ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Partai tersebut meraih 4.646.406 suara (4,46 %) dan menempatkan 26 orang wakilnya di DPR RI pada Pemilu legislatif Indonesia tahun 2009.[54]
Pemilu 2009
Pada 9 Mei 2008, Partai Gerindra menyatakan keinginannya untuk mencalonkan Prabowo menjadi calon presiden pada Pemilu 2009 saat mereka menyerahkan berkas pendaftaran untuk ikut Pemilu 2009 pada KPU.[55] Namun, setelah proses tawar menawar yang alot, akhirnya Prabowo bersedia menjadi calon wakil presiden Megawati Soekarnoputri. Prabowo dan Megawati menandantangani Perjanjian Batu Tulis, yang menyatakan bahwa:[56]
- Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerindra mencalonkan Megawati sebagai calon presiden dan Prabowo sebagai calon presiden dalam pemilu 2009
- Bila terpilih, Prabowo dapat mengendalikan program dan kebijakan ekonomi Indonesia yang "berdasarkan asas berdiri di kaki sendiri, berdaulat di bidang politik, dan berkepribadian nasional di bidang kebudayaan dalam kerangka sistem presidensial"
- Prabowo dapat menentukan orang yang akan menjadi Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian, Menteri Keuangan, Menteri BUMN, Menteri ESDM, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Perindustrian, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Hukum dan HAM, dan Menteri Pertahanan
- Pemerintah yang dibentuk akan mendukung program kerakyatan PDI Perjuangan dan delapan program aksi Partai Gerindra untuk kemakmuran rakyat
- Pendanaan untuk pemilu 2009 akan ditanggung 50% oleh Megawati dan 50% oleh Prabowo
- Megawati mendukung pencalonan Prabowo sebagai calon presiden pada pemilu 2014
Keduanya mengambil motto 'Mega-Pro'. Keduanya juga telah menyelesaikan persyaratan administratif KPU dan berkas laporan kekayaan ke KPK. Deklarasi Mega-Prabowo dilaksanakan di tempat pembuangan sampah Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat.[57] Deklarasi ini menghabiskan ongkos Rp 962 juta.[58] Deklarasi ini juga mendapat perlawanan sejumlah organisasi pembela Hak Asasi Manusia yang berencana akan berunjuk rasa di sejumlah tempat.[58]
Hasil hitung cepat beberapa lembaga survei, yakni Lembaga Survei Indonesia, Lingkaran Survei Indonesia, Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis, CIRUS, Lembaga Riset Informasi, dan Quick Count Metro TV, memprediksi pasangan Megawati-Prabowo kalah telak dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, dan Pemilu Presiden 2009 berakhir dalam satu putaran. Hasil Perhitungan Manual KPU yang diumumkan 25 Juli 2009 tak jauh berbeda dengan hasil hitung cepat. Megawati dan Prabowo tidak hadir dalam acara penetapan hasil tersebut meski UU No.42 Tahun 2008 Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden mengamanatkan bagi tiap pasangan calon untuk hadir dalam penetapan hasil Pilpres[59]
Pemilu 2014
Partai Gerakan Indonesia Raya telah menyatakan akan mengusung Prabowo sebagai calon presiden pada pemilihan presiden 2014.[61] Prabowo sendiri sudah menyatakan kesediaannya untuk dicalonkan sebagai presiden, jika mendapat dukungan dari rakyat[62]
Walaupun beberapa lembaga survei mencatat elektabilitas Prabowo tertinggi dibandingkan dengan calon-calon presiden lainnya,[63] tidak sedikit pengamat politik yang meyakini kalau langkah Prabowo akan terganjal elektabilitas Partai Gerakan Indonesia Raya yang sangat rendah.[64]
Di Pemilihan umum legislatif Indonesia 2014, Gerindra meraih posisi ketiga, hanya sedikit selisih suara dibanding PDIP dan Golkar, yaitu 11,58 persen, sementara PDIP meraih 19,52 persen dan Golkar 15,22 persen berdasarkan perhitungan cepat Kompas hingga 9 April 2014.[65]
Prabowo Subianto hadirkan "Enam Program Aksi Transformasi Bangsa" dalam kampanyenya; apabila terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia, ia ingin membangun ekonomi yang kuat, berdaulat, adil dan makmur, melaksanakan ekonomi kerakyatan, membangun kedaulatan pangan dan energi serta pengamatan sumberdaya air, meningkatkan kualitas pembangunan manusia Indonesia melalui program pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya, membangun infrastruktur dan menjaga kelestarian alam serta lingkungan hidup, dan membangun pemerintahan yang bebas korupsi, kuat, tegas dan efektif.[66]
Setelah meningkatnya popularitas dan elektabilitas Prabowo di berbagai lembaga survei dalam Pemilihan umum Presiden Indonesia 2014, ia terus diserang kampanye hitam dan opini negatif[67] antara lain beredarnya uang kertas pecahan Rp50.000 yang diberi cap dengan tulisan "Prabowo: Satria Piningit, Heru Cakra Ratu Adil" dan penghembusan kembali isu stigmatisasi atas tudingan keterlibatan, bahkan nama Prabowo juga disebut-sebut sebagai dalang penculikan aktivis pro demokrasi 1997/1998, penembakan mahasiswa Trisakti, otak penggerak Kerusuhan Mei 1998 dan tuduhan hendak melakukan kudeta Mei 1998.[68] Prabowo juga diduga berjanji akan memberikan satu miliar kepada setiap desa di Indonesia bila ia terpilih sebagai presiden.[69]
Gelar kehormatan
Marga Lumban Tobing
Pada tanggal 17 Juni 2009, Prabowo dinyatakan sebagai anggota marga Lumban Tobing. Selain Prabowo, adik kandung Prabowo, Hashim Djojohadikusumo juga diterima sebagai anggota marga tersebut.[70] Penganugerahan marga tersebut difasilitasi oleh Persatuan Punguan Siraja Lumban Tobing (PPSLB) dan berlangsung di Danau Toba Convention Center, Medan.[71]
Gelar adat Tongkonan
Pada tanggal 28 Desember 2011, Prabowo menerima gelar adat Tongkonan dari masyarakat adat desa Siguntu, Rantepao, Toraja Utara.[72] Pemberian gelar adat yang dibarengi dengan upacara duka Rambu Solo disaksikan oleh Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu'mang, Panglima Kodam VII/Wirabuana Mayjen Muhammad Nizam, Bupati Tanah Toraja Theofillus Allorerung, Bupati Toraja Utara Frederik Batti Sorring beserta ribuan warga setempat.
Kegiatan filantropis
Menyekolahkan dan merekrut lulusan luar negeri
Prabowo dikenal senang menyekolahkan talenta Indonesia ke luar negeri dan juga menawari posisi tinggi kepada mereka yang telah lulus. Salah satu contohnya adalah Sudaryono, sekretarisnya, alumnus SMA Taruna Nusantara yang bersekolah ke Jepang atas biaya Kementrian Pertahanan, namun ditolak saat melamar masuk ke TNI Angkatan Laut. Ia mengajak Sudaryono bergabung dan mendapat posisi penting di lingkaran dalam. Selain itu ia juga berhasil membujuk Dirgayuza yang hampir mendapat karier politik di Australia, namun diminta bergabung dengan Gerindra.[73]
Kontroversi Pembebasan Wilfrida Soik
Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian (Padma) Indonesia wilayah Nusa Tenggara Timur menilai, Prabowo berperan besar dalam pembebasan Wilfrida Soik dari hukuman mati di Pengadilan Kota Bahru, Kelantan, Malaysia.[74] Prabowo menunjuk pengacara Malaysia Tan Sri Mohammad Syafei untuk membela Wilfrida Soik. Wilfrida adalah buruh asal Nusa Tenggara Timur yang diberangkatkan secara ilegal. Wilfrida didakwa hukuman mati karena membunuh majikannya, Yeap Seok Pen pada tanggal 7 Desember 2010.[75]
Direktur Eksekutif Migrant Care, Anis Hidayah meminta Prabowo Subianto tidak mengklaim bebasnya Wilfrida Soik karena hasil kerjanya sendiri. Menurut dia, bebasnya buruh migran Indonesia di Malaysia itu dari ancaman hukuman mati merupakan hasil kerja banyak pihak. Migrant Care dan pemerintah melalui KBRI Malaysia telah mengawal kasus Wilfrida Soik sejak empat tahun. Menurutnya, Migrant Care tak pernah absen untuk menemani Wilfrida dalam sidang sejak 2010. Mereka pun mendorong agar KBRI menyiapkan pengacara dan penerjemah untuk TKI asal Atambua itu. Mereka berupaya meyakinkan bahwa Wilfrida masih tergolong anak-anak saat peristiwa pembunuhan terjadi dan merupakan korban perdagangan manusia. Sedangkan Prabowo, menurut Anis, baru ikut membantu belakangan dengan mengirim advokat Muhammad Shafee Abdullah untuk mendampingi sidang Wilfrida, sehingga menambah jumlah pengacara yang sudah disediakan KBRI.[76]
Citra personal
Seperti calon presiden lainnya, Prabowo memiliki tampilan unik yang mudah dikenali dengan baju warna khaki dengan banyak kantong. Ini membuat ia dianggap mengingatkan masyarakat kepada sosok Sukarno dan Syahrir. Ia sendiri menyatakan menyukai setelan ini karena alasan kepraktisan. Prabowo mulai sering mengenakannya saat berpasangan dengan Megawati di Pilpres 2009.[77]
Selain pakaian khaki, ia juga sangat dikenal akibat kampanyenya di Gelora Bung Karno yang menggunakan kuda. Penampilannya ini membuat ia banyak dibahas di media sosial.[78]
Kontroversi
Manuver saat Orde Baru
Dengan menggunakan koneksi dengan Presiden Soeharto, Prabowo dan saudaranya mencoba membungkam kritik jurnalistik dan politik pada tahun 1990-an.[79] Hasyim gagal menekan Goenawan Mohamad agar menjual koran Tempo kepadanya.[79] Ketika menjabat sebagai letnan kolonel, Prabowo mengudang Abdurrahman Wahid ke markas batalionnya pada tahun 1992 dan memperingatinya agar hanya berkecimpung dalam bidang agama dan tidak menyentuh politik, atau ia harus menghadapi akibatnya bila melanjutkan oposisi terhadap Soeharto.[80] Ia juga memperingatkan Nurcholish Madjid (Cak Nur) agar mengundurkan diri dari Komite Independen Pemantau Pemilu, yaitu badan pengawas pemilu yang didirikan oleh Goenawan Mohamad.[81]
Konflik dengan LB Moerdani
Pada tahun 1983, Prabowo, menurut Sintong Panjaitan, terlibat perselisihan dengan beberapa jenderal yang dianggap akan mengkudeta Suharto. Sampai pada akhirnya pada bulan Maret 1983, di Datasaemen 81, Prabowo diceritakan mencoba melakukan upaya penculikan sejumlah petinggi militer, termasuk Jenderal LB Moerdani yang diduga hendak melakukan kudeta terhadap Presiden Soeharto, namun upaya ini digagalkan oleh Mayor Luhut Panjaitan, Komandan Den 81/Antiteror. Prabowo sendiri adalah wakil Luhut saat itu.[82]
Mayor Luhut memerintahkan pembatalan aksi tersebut dan memerintahkan agar senjata dan alat komunikasi diamankan. Ancaman kudeta tersebut akhirnya tidak terbukti, dan Prabowo dianggap dalam keadaan stress dan diberikan cuti.[83]
Namun Prabowo membantah cerita versi Sintong Panjaitan ini dengan tertawa . Menurutnya, tidak masuk akal seorang kapten bisa memimpin pasukannya untuk melawan dan menculik jenderal. Ia dengan tenang mengatakan bahwa tiap kali ada buku baru, pasti ada tuduhan kudeta baru yang dialamatkan kepada dirinya, dan membiarkan tiap orang dengan versi ceritanya masing-masing.[83]
Pada tahun 1988, Prabowo kembali berhadapan dengan LB Moerdani. Menurut cerita versi Kivlan Zen, menjelang Sidang Umum MPR/RI pada tahun 1988, beredar kabar bahwa LB Moerdani akan memanfaatkan posisinya sebagai Panglima ABRI untuk mendapat dukungan dari Fraksi ABRI agar bisa maju menjadi Wakil Presiden. Prabowo Subianto segera melaporkan dugaan ini kepada Suharto. Suharto menerima masukan ini dan mengganti Panglima ABRI dengan Jenderal Try Soetrisno, sehingga akhirnya jabatan Wakil Presiden jatuh ke tangan Soedharmono.[83]
Penggantian LB Moerdhani memunculkan kekhawatiran kudeta. Maka menurut Kivlan Zen, Prabowo menyiapkan 1 Batalyon Kopassus, Batalyon Infanteri Linud 328, Batalyon Infanteri 303, Batalyon Infanteri 321, Batalyon Infanteri 315. Satu batalyon umumnya berkekuatan 700 personel. Meskipun akhirnya kkhawatiran tersebut tidak terbukti, namun memperlihatkan besarnya pengaruh Prabowo di ABRI dan terhadap keputusan seorang Presiden Indonesia pada masa tersebut.[83]
Dugaan pelanggaran HAM di Timor Timur
Pada tahun 1990-an, Prabowo terkait dengan sejumlah kasus pelanggaran HAM di Timor Timur. Pada tahun 1995, ia dituduh menggerakkan pasukan ilegal yang melancarkan aksi teror ke warga sipil di Timor Timur.[84] Peristiwa ini membuat Prabowo nyaris baku hantam dengan Komandan Korem Timor Timur saat itu, Kolonel Inf Kiki Syahnakri, di kantor Pangdam IX Udayana, Mayjen TNI Adang Ruchiatna.[84][85] Sejumlah lembaga internasional menuntut agar kasus ini dituntaskan dan agar Prabowo dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag.[86] Menurut pakar Adnan Buyung Nasution, kasus ini belum selesai secara hukum karena belum pernah diadakan pemeriksaan menurut hukum pidana.[87]
Prabowo juga diduga terlibat dalam peristiwa pembantaian Kraras yang terjadi pada tahun 1983 di Timor Timur.[88][89] Prabowo sendiri membantah dan menyebutnya sebagai tuduhan tak berdasar.[90] Sementara itu, seperti yang tertulis dalam sebuah dokumen yang dibawa dari Dili ke Lisbon pada Juni 1989 oleh seorang pengungsi, dua puluh orang ditembak mati oleh tentara-tentara yang berada di bawah komando Prabowo di wilayah Bere-Coli, Baucau, antara 12 hingga 15 April 1989.[91]
Kontroversi selama periode 1997-1998
Penculikan aktivis
Pada tahun 1997, Prabowo diduga kuat mendalangi penculikan dan penghilangan paksa terhadap sejumlah aktivis pro-Reformasi.[92] Setidaknya 14 orang,[93] termasuk seniman 'Teater Rakyat' Widji Thukul, aktivis Herman Hendrawan, dan Petrus Bima masih hilang dan belum ditemukan hingga sekarang.[94] Mereka diyakini sudah meninggal.[95] Prabowo sendiri mengakui memerintahkan Tim Mawar untuk mengeksekusi operasi tersebut karena menurutnya hal tersebut merupakan hal yang benar menurut rezim saat itu.[96][97] Prabowo hanya mengakui menculik 9 orang aktivis pada saat itu, yang semuanya telah ia kembalikan dalam keadaan hidup. Sementara 13 orang sisanya, ia tidak tahu-menahu. Pernyataan ini dikuatkan oleh Pius Lustrilanang, yang mengaku telah dimintai maaf oleh Prabowo dan kini menjadi anggota DPR dari Partai Gerindra.[98]
Sementara saat mengumumkan pembebastugasan Prabowo, Jenderal TNI Wiranto menyatakan bahwa Prabowo dapat diadili karena adanya bukti keterlibatan Prabowo dalam kasus penculikan aktivis ini.[99] Namun, Prabowo masih belum diadili atas kasus tersebut hingga sekarang walau anggota Tim Mawar sudah dijebloskan ke penjara.[100][101] Sementara itu, Prabowo dan koleganya, Sjafrie Syamsuddin, tidak pernah memenuhi Panggilan Komnas HAM yang berusaha untuk mengusut kasus tersebut.[102][103] Pengakuan mengejutkan datang dari Kivlan Zen yang pada masa 1998 setia kepada Prabowo. Ia mengaku mengetahui pasti di mana keberadaan 13 orang aktivis yang dipermasalahkan, dan tahu pasti mereka telah dibunuh. Kivlan Zen menantang dibukanya kembali kasus penculikan ini dan dia mengatakan seluruh hal yang diketahuinya. Ia menyatakan operasi penculikan 13 orang tersebut adalah perbutan pihak yang ingin mendiskreditkan Prabowo. Karena pernyataan ini, Komnas HAM didesak untuk membuka kembali penyelidikan atas kasus ini, namun Komnas HAM berkomentar bahwa itu hanyalah pernyataan pribadi Kivlan Zen. Secara resmi pernyataan Kivlan Zen sudah pernah dicatat dalam penyelidikan Komnas HAM dan kini sudah berada di Kejaksaan Agung.[104]
Tuduhan pernyataan pengusiran orang Tionghoa
Menurut Friend (2003), saat dampak krisis finansial Asia 1997 memburuk, Prabowo mengajak Muslim Indonesia untuk bergabung dengannya dalam melawan "pengkhianat bangsa".[105] Selain itu, dari wawancara Adam Schwarz dengan Sofjan Wanandi, Prabowo pernah mengatakan pada Sofjan bahwa ia siap "mengusir semua orang Tionghoa meskipun hal itu akan membuat ekonomi Indonesia mundur 20-30 tahun"[106] dan mengatakan "kamu Tionghoa Katolik mencoba menjatuhkan Suharto".[105] Sofjan sendiri membantah pernah berkata bahwa Prabowo akan mengusir semua orang Tionghoa dari Indonesia, dan menyatakan bahwa Schwarz hanya salah persepsi.[107]
Dugaan keterlibatan kerusuhan Mei 1998
Prabowo diduga kuat mendalangi kerusuhan Mei 1998 berdasar temuan Tim Gabungan Pencari Fakta.[108][109][110] Bahkan menurut Friend (2003), walaupun kubu Wiranto menekankan bahwa mereka tidak ingin pembantaian Tiananmen terjadi di Jakarta, kubu Prabowo memperingatkan Amien Rais bahwa militer tidak takut akan terjadinya "Tiananmen lain" dan "lautan darah" bila demonstrasi dilanjutkan.[111] Dugaan motif Prabowo adalah untuk mendiskreditkan rivalnya Pangab Wiranto, untuk menyerang etnis minoritas, dan untuk mendapat simpati dan wewenang lebih dari Soeharto bila kelak ia mampu memadamkan kerusuhan.[112] Dia juga masih belum diadili atas kasus tersebut.[113]
Prabowo mengklaim bahwa tuduhan tersebut tidak berdasar. Prabowo mengaku sadar bahwa menghancurkan Tionghoa di Indonesia dapat merugikan Indonesia sendiri. Ia juga menyayangkan Menko Polkam Feisal Tanjung dan Panglima ABRI Wiranto yang menurutnya konsisten menyangkal tuduhan bahwa perintah membuat kerusuhan berasal langsung dari mereka atau Soeharto sebagai Panglima Tinggi. Prabowo meyakini bahwa perintah tersebut tidak dalam satu rangkaian komando karena atasannya senang bekerja secara melompat-lompat dalam berbagai tingkatan. Ia memastikan bahwa dirinya tidak pernah memperoleh perintah menyiksa orang.[114]
Pembelaan lebih lanjut dari pihak Prabowo adalah dia hanya menjalankan tugasnya sebagai Pangkostrad atas permintaan Panglima Kodam Jaya waktu itu yang mendapat perintah dari Mabes ABRI. Pada waktu itu permintaan Prabowo agar ia difasilitasi pesawat Hercules juga ditolak, sehingga ia terpaksa menggunakan Garuda dan Mandala atas biaya sendiri.[115]
Sementara terkait penembakan mahasiswa dalam peristiwa Trisakti, hasil uji balistik di Belfast, Irlandia Utara, memperlihatkan bahwa peluru tersebut berasal dari senjata milik Gegana, Polri, bukan tipe senjata yang digunakan oleh TNI. Penembakan itu juga tidak mungkin dilakukan oleh sniper karena peluru yang digunakan jenis kaliber 5,56mm, sementara senjata sniper berkaliber 7mm ke atas. Target penembakan juga acak, berbeda dengan pola penembakan sniper yang akan memilih pemimpin demonstrasi atau sasaran strategis tertentu.[115]
Isu kudeta
Pada pagi hari tanggal 22 Mei 1998, Wiranto melaporkan kepada B.J. Habibie bahwa telah terjadi pergerakan pasukan Kostrad menuju Jakarta dan konsentrasi pasukan di kediaman Presiden B.J. Habibie tanpa sepengetahuan dirinya sebagai Panglima ABRI. Pergerakan pasukan tersebut diduga sebagai upaya kudeta dan oleh karena itu atas instruksi Presiden Habibie, Prabowo diberhentikan sebagai Panglima Kostrad.[116]
Di siang hari pada tanggal yang sama, Prabowo dihubungi Markas Besar Angkatan Darat perihal pemberhentiannya sebagai Panglima Kostrad. Prabowo langsung menghadap Presiden B.J. Habibie di istana untuk mendapat kepastian pemberhentiannya. Presiden B.J. Habibie mengatakan bahwa pemberhentiannya adalah permintaan langsung dari Soeharto dan ia akan ditunjuk sebagai Duta Besar untuk Amerika Serikat.[114] Sore harinya Prabowo menyerahkan jabatan Panglima Kostrad kepada Pangdiv I Kostrad Mayjen Johny Lumintang.[117]
Prabowo yakin ia bisa saja melancarkan kudeta pada hari-hari kerusuhan pada bulan Mei itu. Tetapi yang penting baginya ia tidak melakukannya. “Keputusan mempercepat pensiun saya adalah sah,” ujarnya. “Saya tahu, banyak di antara prajurit saya akan melakukan apa yang saya perintahkan. Tetapi saya tidak mau mereka mati berjuang demi jabatan saya. Saya ingin menunjukkan bahwa saya menempatkan kebaikan bagi negeri saya dan rakyat di atas posisi saya sendiri. Saya adalah seorang prajurit yang setia. Setia kepada negara, setia kepada republik”.[118]
Setelah Mei 1998, ia terbang ke Amman, Yordania.[119] Ia diisukan mendapat tawaran status kewarganegaraan dari Abdullah II.[120] Namun tawaran ini ditolaknya.[121] Pangeran Abdullah II yang kemudian pada 1999 menjadi Raja Yordania adalah kawan Prabowo di sekolah militer. Prabowo kembali ke Indonesia pada November 2001.[122]
Referensi
- ^ Profil Prabowo Subianto (Merdeka)
- ^ Ibu Prabowo Meninggal di Singapura. Diakses dari situs berita kompas pada 5 Mei 2014
- ^ a b Daftar Riwayat Hidup Prabowo. Diakses dari situs KPU pada 30 Mei 2014
- ^ Hasanudin Aco (18 Oktober 2013). "Prabowo Tidak Rayakan Ulang Tahun dengan Pesta Meriah". tribunnews.com. Diakses tanggal 15 Mei 2013.
- ^ a b Bland, Ben (28 Juni 2013). "Lunch with the FT: Prabowo Subianto". Financial Times. Diakses tanggal 18 April 2014.
- ^ "Soal Calon First Lady, Prabowo: Tunggu Saja". Tempo. 10 Oktober 2013. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ "Letjen Prabowo Dicopot". Banjarmasin Post. Diakses tanggal 8 Mei 2008.
- ^ Helmi, Kunang (6 Februari 2011). "Didit Meets Parisian Haute Couture's Challenge". The Jakarta Post. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
- ^ "Biografi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono". presidenri.go.id. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
- ^ Ken Conboy (2003). Kopassus: Inside Indonesia's Special Forces. Equinox Publishing. ISBN 9789799589880.
- ^ a b Friend, T. (2003). Indonesian Destinies. Harvard University Press. hlm. 276. ISBN 0-674-01137-6.
- ^ Post, The Jakarta. "What ever happened in Kraras, Timor Leste, 'Pak' Prabowo?". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-05-11. C1 control character di
|title=
pada posisi 45 (bantuan) - ^ Conboy, Ken (2003). Kopassus: Inside Indonesia's Special Forces. Equinox Publishing
- ^ Mapenduma (12 Januari 2004). "Membebaskan Sandera Cara Mapenduma". Tempo Interaktif. Diakses tanggal 28 Desember 2011.
- ^ Davis, Mark (12 Juli 1999). "Blood on the Cross". Four Corners, Australian Broadcasting Corporation.
- ^ "Ekspedisi Mount Everest". Kopassus. Diakses tanggal 18 April 2014.
- ^ Hendro Subroto (2009). Sintong Panjaitan, perjalanan seorang prajurit para komando. Penerbit Buku Kompas. hlm. 25. ISBN 978-979-709-408-9.
- ^ Kata Jendral Kepercayaan Prabowo Soal Kerusuhan dan Kudeta 98: Isu Kudeta Prabowo. diakses dari situs berita Merdeka pada 16 Mei 2014
- ^ Kerusuhan mei 1998 Puncak Rivalitas Wiranto dan Prabowo. diakses dari situs berita Yahoo pada 16 Mei 2014
- ^ A. Pambudi (2009). Sintong dan Prabowo. Yogyakarta: Media Pressindo. hlm. 122. ISBN 9789797881146.
- ^ Catatan Rekam Jejak Prabowo Subianto. Diakses dari situs mosleminfo pada 16 Mei 2014
- ^ Kerusuhan Mei 98 dan Pertemuan Prabowo di Makostrad. Diakses dari situs berita merdeka.com pada 5 mei 2014
- ^ Alasan TNI Pecat Prabowo Kembali Dipertanyakan. Diakses dari situs berita Tempo pada 30 Mei 2014
- ^ Fadli Zon Pernah Sarankan Prabowo untuk Kudeta. Diakses dari situs kiblat.net pada 5 Mei 2014
- ^ "Profil Pembina Utama". satriamudaindonesia.com. Diakses tanggal 27 Januari 2014.
- ^ Republika: Habibie Jelaskan Pencopotan Prabowo dari Pangkostrad, 30 Agustus 2013, diakses 28 Mei 2014
- ^ Didi Syafirdi, Merdeka: Dialog panas saat Habibie copot Prabowo sebagai Pangkostrad, 24 Oktober 2013, diakses 28 Mei 2014
- ^ Habibie, Detik-detik yang Menentukan, p. 102, Suara Merdeka: Detik-detik Pertemuan Prabowo-Habibie, 2 Oktober 2006, diakses 28 Mei 2014
- ^ Solopos: Gerindra bantah Prabowo dipecat TNI, 26 Mei 2009, diakses 29 Mei 2014
- ^ Kompas: Gerindra: Prabowo Diberhentikan TNI dengan Hormat 26 Mei 2009, diakses 28 Mei 2009
- ^ User:Jalansatusatu, Blog Kompasiana: Tentang Ungkapan Prabowo #Menyesal Saya Tidak Jadi Kudeta
- ^ Tribun: Prabowo Subianto: Saya Dipecat Pak Habibie, 18 Desember 2012, diakses 28 Mei 2014
- ^ a b Achmad (22 Januari 2014). "Profil Tokoh: Prabowo Subianto". pemilu.com. Diakses tanggal 24 Maret 2014.
- ^ a b Susanto, Heri (25 Mei 2009). "Pabrik Kertas Prabowo Terbesar di ASEAN". VivaNews. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ Syafputri, Ella (7 Juli 2011). "Kejagung SP3 Kasus Kiani Kertas". Antara. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ "KPU Umumkan Harta Kekayaan dan Dana Awal Kampanye Capres/Cawapres". KPU. 29 Mei 2009. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ "Alamak! Kuda Prabowo Harganya Rp 3 Miliar". Kompas. 20 Mei 2009. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ Syavira, Famega (19 mei 2009). "Kekayaan Prabowo 1,7 Triliun". Tempo Interaktif. Diakses tanggal 27 januari 2010.
- ^ a b c Suprapto, Hadi (21 Juli 2011). "Utang Perusahaan Prabowo Rp14,3 Triliun". VivaNews. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ "PT Kertas Nusantara Lolos dari Ancaman Pailit". Tempo. 21 Juli 2011. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ Hidayat, Firman (20 Januari 2014). "5 Bulan Tak Digaji Karyawan Prabowo Subianto Mogok". Tempo. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ Karyawan Kertas Nusantara Ancam Tak Pilih Prabowo. Diakses dari situs berita Tempo pada 5 Mei 2014
- ^ Tak benar Karyawan PT Kertas Nusantara Ancam Prabowo, Tempo.co Terbitkan Berita Hoax. Diakses dari situs berita Tempo pada 5 Mei 2014
- ^ Suprapto, Hadi (25 Januari 2014). "Telat Bayar Gaji Karyawan, Direktur PT Kertas Nusantara Minta Maaf". VivaNews. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ "Profil Prabowo Subianto". prabowocenter.com. Diakses tanggal 24 Maret 2014.
- ^ Tempointeraktif (3 Desember 2004). "Prabowo Ikut Bursa Calon Ketua HKTI". Tempointeraktif. Diakses tanggal 7 Oktober 2008.
- ^ Himpunan Kerukunan Tani Indonesia. "Ketua Umum Prabowo Subianto". HKTI. Diakses tanggal 7 Oktober 2008.
- ^ a b [ http://www.hkti.or.id/profil Profil HKTI]
- ^ Suhendra (6 Agustus 2008). "Prabowo Subianto Jadi Ketua Asosiasi Pedagang Pasar". Detik. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ "Prabowo: Batasi Pasar Modern!". Inilah. 8 Agustus 2008. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ "Lagi, Prabowo Pimpin PB IPSI". Suara Merdeka. 27 Februari 2012. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ "Sea Games, Indonesia Raih Juara Umum cabang Pencak Silat". Silat Indonesia. 18 November 2011. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ Rachmat Muslim (27 Februari 2014). "Prabowo: Digemari Responden Survei". Yahoo News Indonesia. Diakses tanggal 9 April 2014.
- ^ Fakhrurozi (27 Februari 2014). "Gerindra: Pilihan Hashim dan Gagasan Prabowo". Yahoo News Indonesia. Diakses tanggal 9 April 2014.
- ^ (Indonesia) M. Rizal Maslan (9 Mei 2008). "Datangi KPU, Partai Gerindra Usung Prabowo Sebagai Capres". Detik.com. Diakses tanggal 7 Oktober 2008.
- ^ "Ini Isi Perjanjian Batu Tulis Antara-Megawati dengan Prabowo". Okezone. 18 Maret 2014. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ "Deklarasi Mega-Pro 24 Mei di Bantar Gebang". Kompas. 18 Mei 2009. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ a b "Deklarasi Megawati-Prabowo Mengundang Demo". Tempo Interaktif. 23 mei 2009. Diakses tanggal 27 januari 2010.
- ^ Pramono (25 Juli 2009). "Tak Ada Sanksi Untuk Mega-Prabowo". Tempo Interaktif. Diakses tanggal 27 Januari 2010.
- ^ Fakih, Masyur (9 Mei 2012). "Prabowo Resmi Jadi Capres Partai Gerindra". Republika. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ Amri, Arfi Bambani (11 Januari 2011). "Gerindra Pastikan Prabowo Maju 2014". VivaNews. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ Gustaman, Yogi (12 Desember 2011). "Prabowo Siap Maju Capres 2014". Tribun News. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ Firardy Rozy (2 November 2011). "Tidak Ada yang Setangguh Prabowo". rakyatmerdekaonline.com. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
- ^ Arfi Bambani Amri (12 Januari 2011). "Ada Perjanjian PDIP Calonkan Prabowo di 2014?". news.viva.co.id. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
- ^ Gerindra Posisi Ketiga, Prabowo Layak Diperhitungkan. Diakses dari situs berita Kompas pada 3 Mei 2014
- ^ "Prabowo Hadirkan 6 Program Aksi Transformasi Bangsa 2014-2019". Gatra News (gatra.com). 15 Juli 2013. Diakses tanggal 24 Maret 2014.
- ^ Julkifli Marbun (27 Januari 2014). "Ini Dia Kampanye Hitam untuk Capres Gerindra". Republika Online. Diakses tanggal 20 Mei 2014.
- ^ Alex Palit (4 Februari 2014). "Kampanye Hitam Buat Prabowo". tribunnews.com. Diakses tanggal 20 Mei 2014.
- ^ Sudjianto, Sundari (17 Maret 2014). "Ini Surat Rp 1 Miliar dari Prabowo ke Kepala Desa". Tempo. Diakses tanggal 4 Mei 2014.
- ^ "Prabowo Resmi Sandang Marga Lumban Tobing". KOMPAS. 17 Juni 2009. Diakses tanggal 22 Agustus 2010.
- ^ "Difasilitasi PPSLB, Prabowo Dikukuhkan Marga Lumban Tobing Nomor 15 Turunan Raja Sumurung". Sinar Indonesia Baru. 18 Juni 2009. Diakses tanggal 22 Agustus 2010.
- ^ "Prabowo terima gelar adat Toraja". Kantor Berita Antara. 28 Desember 2011. Diakses tanggal 29 Desember 2011.
- ^ Prabowo Pelihara Anak-Anak Muda Alumni Luar Negeri. Diakses dari situs berita Tempo pada 3 Mei 2014
- ^ Sigiranus Marutho Bere (7 April 2014). "Padma NTT: Terima Kasih Prabowo Telah Selamatkan Wilfrida Soik". Diakses tanggal 24 April 2014.
- ^ Rizki Puspita Sari (17 November 2013). "Prabowo Lobi Malaysia, Bantu Wilfrida Soik". Diakses tanggal 24 April 2014.
- ^ NUR ALFIYAH (8 April 2014). "Migrant Care: Wilfrida Bebas, Prabowo Baru Belakangan Ikut Bantu". Diakses tanggal 26 April 2014.
- ^ Soal Pakaian Khasnya, Ini Kata Prabowo. Diakses dari situs berita Tempo pada 3 Mei 2014
- ^ Antara Kampanye Kuda dan Prabowo. Diakses dari situs berita Boomee.co pada 3 Mei 2014
- ^ a b Friend, T. (2003). Indonesian Destinies. Harvard University Press. hlm. 324. ISBN 0-674-01137-6.
- ^ Friend, T. (2003). Indonesian Destinies. Harvard University Press. hlm. 203, 324. ISBN 0-674-01137-6.
- ^ "Surat Dari Redaksi" (Letter from the Editor), Tempo, 6–12 Oktober 98, hlm. 7; Adam Schwarz, A Nation in Waiting (Boulder: Westview Press, 2nd ed., 2000), hlm. 161–162, 320, 490n35.
- ^ Subroto, Hendro (2009). Sintong Panjaitan, perjalanan seorang prajurit para komando. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. hlm. 450–453. ISBN 9789797094089.
- ^ a b c d Berpangkat Kapten, Prabowo Berani Lawan Jendral Benny Moerdani. Diakses dari situs berita Merdeka pada 3 Mei 2014
- ^ a b Soempono, Femi Adi (2009). Prabowo dari Cijantung bergerak ke istana. Yogyakarta: Galang Press. hlm. 121. ISBN 9789797094089.
- ^ Lowry, Bob (2013). "Timor Timur: The Untold Story by Lieutenant General Kiki Syahnakri (retd), Indonesian Armed Forces" (PDF). 10 (4). Australian Army Journal: 88.
- ^ East Timor International Support Center (4 November 1998). "Prosecute Prabowo for crimes against ETimorese people". Diakses tanggal 17 April 2014.
- ^ Wahjana, Juliani (5 Juni 2009). "Buyung Nasution: "Kasus HAM Prabowo Belum Selesai"". Diakses tanggal 17 April 2014.
- ^ "What ever happened in Kraras, Timor Leste, 'Pak' Prabowo?". 20 Desember 2013. Diakses tanggal 27 Maret 2014.
- ^ Anderson, Ben; Djati, Arief; Kammen, Douglas (Oktober 2003). "Interview with Mário Carrascaläo". Indonesia. Cornell University Southeast Asia Program. 76: 1–22.
- ^ "Letter to the editor: Prabowo clarifies". 27 Desember 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 April 2014. Diakses tanggal 27 Maret 2014.
- ^ Taylor, John G. (1991). Indonesia's forgotten war: the hidden history of East Timor. London: Zed Books. hlm. 103. ISBN 9781856490153.
- ^ (Indonesia) Supriyanto, Agus (3 juni 2005). "Prabowo dan Sjafrie Tak Penuhi Panggilan Komnas HAM". tempointeraktif. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 April 2014. Diakses tanggal 7 oktober 2008.
- ^ Lamb, David (24 Mei 1998). "Gen. Wiranto: From Brink of a Sacking to Strongman". Los Angeles Times. Diakses tanggal 17 April 2014.
Prabowo, 46, who attended the advanced officers training course at Ft. Bragg, N.C., in 1980 and wanted Wiranto's job as defense chief, was widely believed to be behind some of Indonesia's most flagrant human rights abuses. Among them are the disappearances of 14 student activists--five remain unaccounted for--and the supplying of provocateurs to encourage riots against ethnic Chinese merchants
- ^ "Progress Case Activists kidnapping in 1998" (PDF). Kontras. Diakses tanggal 17 April 2014.
(...) but until 2004 there are still 14 people missing. They are Suyat, Yani afri, Sonny, M.Yusuf, Noval Alkatiri, Dedy Hamdun, Ismail, Bimo Petrus, Abdun Naser, Hendra Hambali, Ucok Siahaan, Yadin Muhidin and Wiji Thukul
- ^ Asydhad, Arifin (14 Juni 2005). "14 Korban Penculikan 1997-1998 Diyakini Sudah Meninggal". Detik. Diakses tanggal 17 April 2014.
- ^ "Penculikan Aktivis, Prabowo: Saya Tidak Ngumpet". 28 Oktober 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Maret 2014. Diakses tanggal 26 Maret 2014.
- ^ "Progress Case Activists kidnapping in 1998" (PDF). Kontras. Diakses tanggal 17 April 2014.
TNI Prabowo Subianto admitted that he gave an order to kidnap and he also admitted mistake in analyzing an order under the operational control and is willing to take responsibility.
- ^ Pernah Diculik Pius, Prabowo Tak Bersalah. Diakses dari situs berita Tempo pada 3 Mei 2014
- ^ Mydans, Seth (25 Agustus 1998). "Suharto's Son-in-Law, a Much-Feared General, Is Ousted". New York Times. Diakses tanggal 17 April 2014.
In announcing General Prabowo's discharge, the armed forces chief, Gen. Wiranto, said General Prabowo, 47, could face a court-martial as more evidence emerges about the abduction of more than two dozen dissidents earlier this year. At least 14 are missing and feared dead.
- ^ Fadillah, Ramadhian (14 November 2011). "Jenderal 08 Tak Kapok Dipecundangi". Detik. Diakses tanggal 17 April 2014.
- ^ "Progress Case Activists kidnapping in 1998" (PDF). Kontras. Diakses tanggal 17 April 2014.
Late 1998, a military court was held to prosecute 11 members of Kopasus (Mawar Team) who admitted the crime out of their own conscience. This team admitted of kidnapping 9 activits but was unable to reveal the whereabouts of the other 14 victims. The team also denied of torturing the victims. The defendants were sentence 15 to 26 months of imprisonment and release from TNI.
- ^ (Indonesia) Supriyanto, Agus (3 Juni 2005). "Prabowo dan Sjafrie Tak Penuhi Panggilan Komnas HAM". tempointeraktif. Diakses tanggal 7 Oktober 2008.
- ^ (Indonesia) Maslan, M. Rizal (15 Juni 2005). "Komnas Panggil Wiranto, Prabowo & Sjafrie untuk Ketiga Kali". Detik. Diakses tanggal 18 April 2014.
- ^ Heboh Ucapan Karib Prabowo Soal Penculikan Wiji Tukhul dkk. Diakses dari situs berita Merdeka pada 3 Mei 2014
- ^ a b Friend, T. (2003). Indonesian Destinies. Harvard University Press. hlm. 315. ISBN 0-674-01137-6.
Soon afterward, Sofyan had direct conversation with General Prabowo, the president's son-in-law, who had recently, in public, implored Muslims to join him in fighting "traitors to the nation"
- ^ Adam Schwarz, A Nation in Waiting (Boulder: Westview Press, 2nd ed., 2000), hlm.. 346–347, 496n133; wawancara, Sofyan Wanandi, 21 Oktober 98 (keduanya dalam Friend (2003), hlm. 315.
- ^ "Sofjan Wanandi bantah berkata Prabowo akan usir orang Cina". Gres News. 19 Juli 2012. Diakses tanggal 18 April 2014.
Yang benar adalah Schwarz bertanya kepada saya, benarkah ekonomi Indonesia terpuruk pada 1997-1998 akibat ulah para etnis Tionghoa? Saya tak bilang Prabowo akan usir semua orang Cina. Mungkin Schwarts salah tangkap, dia salah persepsi,” kata pengusaha Tionghoa-Indonesia itu ketika dikonfirmasi gresnews.com
- ^ Agus Supriyanto (3 juni 2005). "Prabowo dan Sjafrie Tak Penuhi Panggilan Komnas HAM". tempointeraktif. Diakses tanggal 7 oktober 2008.
- ^ "Six years after, May 1998 tragedy still unresolved". The Jakarta Post. 13 Mei 2004. Diakses tanggal 18 April 2014.
A joint fact-finding team set up by the government alleged that the riots were part of a scenario engineered by former president Soeharto's son-in-law Prabowo Subianto, then the Army's Strategic Reserve Command (Kostrad) chief and most recently a Golkar Party presidential candidate before he lost the nomination, in his attempt to have martial law declared, which would allow him to take power amidst the national leadership crisis that ended with Soeharto's resignation on May 21.
- ^ Ester Indahyani Jusuf, dkk. KERUSUHAN MEI 1998 – FAKTA, DATA&ANALISA. 2005. Jakarta. Kerjasama Solidaritas Nusa Bangda, APHI, dan TIFA.
- ^ Friend, T. (2003). Indonesian Destinies. Harvard University Press. hlm. 342. ISBN 0-674-01137-6.
- ^ Billiocta, Ya'cob (30 Mei 2013). "Prabowo sebut kerusuhan Mei 1998 sedikit pengorbanan". Merdeka. Diakses tanggal 6 Mei 2014.
- ^ "Six years after, May 1998 tragedy still unresolved". The Jakarta Post. 13 Mei 2004. Diakses tanggal 18 April 2014.
To this day, no legal action has been taken against Prabowo over his alleged roles in the tragedy
- ^ a b "Prabowo Ungkap Sekitar Lengsernya Soeharto -- Feisal & Wiranto Dalang Kerusuhan Mei 98". Jawa Pos Online. 28 Februari 2000. Diakses tanggal 18 April 2014.
- ^ a b Wiranto vs Prabowo Menguak Fakta Tragedi 1998. Diakses dari situs berita Kafegue.com pada 5 Mei 2014
- ^ Subroto, Hendro (2009). Sintong Panjaitan, perjalanan seorang prajurit para komando. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. hlm. 11–14. ISBN 9789797094089.
- ^ "Habibie Jelaskan Pencopotan Prabowo dari Pangkostrad". Republika Online. 30 Agustus 2013. Diakses tanggal 18 April 2014.
- ^ “Buku Putih” Prabowo: Kesaksian Tragedi Mei 1998. 2000. Majalah Berita Populer “TOTALITAS”.Dikutip dari Majalah Asiaweek edisi 3 Maret 2000.
- ^ Hadad, Toriq (29 desember 1998). "Koneksi Prabowo di Negeri Gurun". Majalah Tempo. Tempo. Diakses tanggal 27 januari 2010.
- ^ Prabowo Warned About Jordan Citizenship. dari koran News Strait 23 Desember 1998, hal 12 dari 29. Diakses dari arsip Koran News Strait pada 30 Mei 2014
- ^ Relative of Suharto Probed. Diakses dari situs arsip berita AP News Archive pada 30 Mei 2014
- ^ Amri, Arfi Bambani (17 April 2011). "9 Oktober 2008". VivaNews. Diakses tanggal 17 April 2014.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi
- (Indonesia) Prabowo Subianto di Pemilu.com
- (Indonesia) Biografi Prabowo Subianto di TokohIndonesia.com
- (Indonesia) Profile Prabowo Soebianto di pemiluindonesia.com
- (Indonesia) Prabowo Subianto, Adipati Mrapat dan Gegeran Kadipaten Wirasaba
- (Indonesia) Berita tentang calon presiden Prabowo Subianto di pemilu 2014
- Prabowo Subianto di Facebook
- Prabowo Subianto di Twitter
Jabatan lain | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Siswono Yudohusodo |
Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia 5 Desember 2004 - 31 Desember 2009 |
Diteruskan oleh: Oesman Sapta Odang |
Didahului oleh: Eddie M. Nalapraya |
Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia 24 Agustus 2007 - sekarang |
Diteruskan oleh: masih menjabat |
Didahului oleh: Aries Muftie |
Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia 6 Agustus 2008 - sekarang |
Diteruskan oleh: masih menjabat |
Jabatan partai politik | ||
Didahului oleh: - |
Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya 12 Juli 2008 - sekarang |
Diteruskan oleh: masih menjabat |
Jabatan militer | ||
Didahului oleh: Subagyo H.S. |
Danjen Kopassus Desember 1995 - Maret 1998 |
Diteruskan oleh: Muchdi PR |
Didahului oleh: Soegijono |
Pangkostrad 20 Maret 1998 - 22 Mei 1998 |
Diteruskan oleh: Johny J. Lumintang |