Kabupaten Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kota Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur pulau Jawa, di kawasan Tapal Kuda, dan berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di barat. Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur sekaligus menjadi yang terluas di Pulau Jawa, dengan luas wilayahnya yang mencapai 5.782,50 km2, atau lebih luas dari Pulau Bali (5.636,66 km2). Di pesisir Kabupaten Banyuwangi, terdapat Pelabuhan Ketapang, yang merupakan penghubung utama antara pulau Jawa dengan pulau Bali (Pelabuhan Gilimanuk).
Kabupaten Banyuwangi
Banyuwangi Blambangan | |
---|---|
Kabupaten | |
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi | |
Transkripsi lainya | |
• Ejaan Lama | Banjoewangi |
• Pegon | باڽوواڠي |
• Jawa | ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦧꦪꦸꦮꦔꦶ |
Julukan: Kota Gandrung | |
Motto: | |
Himne daerah: Umbul-umbul Blambangan | |
Lua error in Modul:Location_map/multi at line 27: Tidak dapat menemukan definisi peta lokasi yang ditentukan. Baik "Modul:Location map/data/Indonesia Banyuwangi Regency" maupun "Templat:Location map Indonesia Banyuwangi Regency" tidak ada. | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Timur |
Ibu Kota | Kota Banyuwangi |
Hari Jadi | 18 Desember 1771[1] |
Dibentuk | 1950, sebagai Kabupaten |
Dinamai berdasarkan | Blambangan |
Kecamatan | 25 |
Kelurahan | 28 |
Desa | 189 |
Pemerintahan | |
• Jenis | Kabupaten |
• Bupati | H. Abdullah Azwar Anas, S.Pd., S.S., M.Si. (PDIP) |
• Wakil Bupati | H. Yusuf Widyatmoko, S.Sos. |
Luas | |
• Total | 5.782,50 km2 (223,260 sq mi) |
Ketinggian | 3.000 m (10,000 ft) |
Populasi (2018)[4] | |
• Total | 1,735,845 |
• Kepadatan | 3,0/km2 (7,8/sq mi) |
• Laki-laki | 871,721 |
• Perempuan | 864,124 |
Demonim | Banyuwanginese |
Demografi | |
• Suku bangsa | Osing, Jawa, Madura, Bali, Melayu, Arab, Tionghoa, Mandar, Bugis, Palembang |
• Agama | Islam 95,01% Hindu 2,15% Kristen Protestan 1,59% Katolik 0,74% Buddha 0,50% Konghucu 0,01%[4][5][6] |
• Bahasa | Osing, Jawa, Madura, Bali, Arab, Palembang, Bugis, Melayu, Mandar,Indonesia |
Zona waktu | UTC+7 (WIB) |
Kode Pos | 684XX |
Kode area telepon | +62 333 |
Geocode | ID-JW |
Kode ISO 3166 | ID-BYW |
Plat Kendaraan | P |
Kode administrasi | 35.10 |
APBD | Rp2.777,42 Miliar |
PAD | Rp346,99 Miliar |
IPM | 0,69 ( sedang )[3] |
Bandar udara utama | Bandar Udara Banyuwangi |
Pelabuhan utama | |
Situs web | banyuwangikab |
Geografi
Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak pada koordinat 7º45’15”–8º43’2” LS dan 113º38’10” BT.
Wilayah kabupaten Banyuwangi cukup beragam, dari dataran rendah hingga pegunungan. Kawasan perbatasan dengan Kabupaten Bondowoso, terdapat rangkaian Dataran Tinggi Ijen dengan puncaknya Gunung Raung (3.344 m) dan Gunung Merapi (2.799 m). Di balik Gunung Merapi terdapat Gunung Ijen yang terkenal dengan kawahnya. Gunung Raung dan Gunung Ijen adalah gunung api aktif. [7][8]
Bagian selatan terdapat perkebunan, peninggalan sejak zaman Hindia Belanda. Di perbatasan dengan Kabupaten Jember bagian selatan, merupakan kawasan konservasi yang kini dilindungi dalam sebuah cagar alam, yakni Taman Nasional Meru Betiri. Pantai Sukamade merupakan kawasan penangkaran penyu. Di Semenanjung Blambangan juga terdapat cagar alam, yaitu Taman Nasional Alas Purwo.
Pantai timur Banyuwangi yang menghadap ke Selat Bali merupakan salah satu penghasil ikan terbesar di Jawa Timur. Tepatnya di Kecamatan Muncar yaitu pelabuhan perikanan Muncar.
Sejarah
Sejarah Banyuwangi tidak lepas dari sejarah Kerajaan Blambangan. Pada pertengahan abad ke-17, Banyuwangi merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Blambangan yang dipimpin oleh Pangeran Tawang Alun. Pada masa ini secara administratif VOC menganggap Blambangan sebagai wilayah kekuasannya, atas dasar penyerahan kekuasaan jawa bagian timur (termasuk blambangan) oleh Pakubuwono II kepada VOC. Padahal Mataram tidak pernah bisa menguasai daerah Blambangan yang saat itu merupakan kerajaan hindu terakhir di pulau Jawa. Namun VOC tidak pernah benar-benar menancapkan kekuasaanya sampai pada akhir abad ke-17, ketika pemerintah Inggris menjalin hubungan dagang dengan Blambangan. Daerah yang sekarang dikenal sebagai "kompleks Inggrisan" adalah bekas tempat kantor dagang Inggris.[9]
VOC segera bergerak untuk mengamankan kekuasaanya atas Blambangan pada akhir abad ke-18. Hal ini menyulut perang besar selama lima tahun (1767–1772). Dalam peperangan itu terdapat satu pertempuran dahsyat yang disebut Puputan Bayu sebagai merupakan usaha terakhir Kerajaan Blambangan untuk melepaskan diri dari belenggu VOC. Pertempuran Puputan Bayu terjadi pada tanggal 18 Desember 1771 yang akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi. Sayangnya, perang ini tidak dikenal luas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kompeni Belanda. Namun pada akhirnya VOC-lah yang memperoleh kemenangan dengan diangkatnya R. Wiroguno I (Mas Alit) sebagai bupati Banyuwangi pertama dan tanda runtuhnya kerajaan Blambangan. Tetapi perlawanan sporadis rakyat Blambangan masih terjadi meskipun VOC sudah menguasai Blambangan. Itu bisa terlihat dengan tidak adanya pabrik gula yang dibangun oleh VOC saat itu, berbeda dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur.
Tokoh sejarah fiksi yang terkenal adalah Putri Sri Tanjung yang di bunuh oleh suaminya di pinggir sungai karena suaminya ragu akan janin dalam rahimnya bukan merupakan anaknya tetapi hasil perselingkuhan ketika dia ditinggal menuju medan perang. Dengan sumpah janjinya kepada sang suami sang putri berkata: "Jika darah yang mengalir di sungai ini amis memang janin ini bukan anakmu tetapi jika berbau harum (wangi) maka janin ini adalah anakmu". Maka seketika itu darah yang mengalir ke dalam sungai tersebut berbau wangi, maka menyesalah sang suami yang dikenal sebagai Raden Banterang ini dan menamai daerah itu sebagai Banyuwangi.
Tokoh sejarah lain ialah Minak Djinggo, seorang Adipati dari Blambangan yang memberontak terhadap kerajaan Majapahit dan dapat ditumpas oleh utusan Majapahit, yaitu Damarwulan. Namun sesungguhnya nama Minak Djinggo bukanlah nama asli dari adipati Blambangan. Nama tersebut diberikan oleh sebagian kalangan istana Majapahit sebagai wujud olok-olok kepada Brhe Wirabumi yang memang putra prabu hayam wuruk dari selir. Bagi masyarakat Blambangan, cerita Damarwulan tidak berdasar. Cerita ini hanya bentuk propaganda Mataram yang tidak pernah berhasil menguasai wilayah Blambangan yang saat itu disokong oleh kerajaan hindu Mengwi di Bali.
Julukan
Kabupaten Banyuwangi menyandang beberapa julukan, di antaranya:
- The Sunrise of Java
Julukan The Sunrise of Java disandang Kabupaten Banyuwangi tidak lain karena daerah yang pertama terkena sinar matahari terbit di pulau Jawa.
- Bumi Blambangan
Sejarah berdirinya Banyuwangi tidak bisa dilepaskan dari sejarah kerajaan Blambangan, karena Blambangan merupakan cikal bakal dari Banyuwangi. Blambangan adalah kerajaan yang semasa dengan kerajaan Majapahit bahkan dua abad lebih panjang umurnya. Blambangan adalah kerajaan yang paling gigih bertahan terhadap serangan Mataram dan VOC serta Blambanganlah kerajaan yang paling akhir ditaklukkan penjajah Belanda di pulau Jawa.
- Kota Osing
Salah satu keunikan Banyuwangi adalah penduduk yang multikultur, dibentuk oleh 3 elemen masyarakat yaitu Jawa Mataraman, Madura, dan Osing. Suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi. Sebagai keturunan kerajaan Blambangan, suku osing mempunyai adat-istiadat, budaya maupun bahasa yang berbeda dari masyarakat jawa dan madura.
- Kota Santet
Julukan Banyuwangi kota santet terkenal sejak peristiwa memilukan ketika 100 orang lebih dibunuh secara misterius karena dituduh memiliki ilmu santet. Peristiwa ini dikenal luas oleh masyarakat sebagai “Tragedi Santet” Tahun 1998.
- Kota Gandrung
Kabupaten Banyuwangi terkenal dengan Tari Gandrung yang menjadi maskot kabupaten ini.
- 'Kota Banteng
Kabupaten Banyuwangi dijuluki kota banteng dikarenakan di Banyuwangi tepatnya di Taman Nasional Alas Purwo terdapat banyak banteng jawa.
- Kota Pisang
Sejak dahulu Kabupaten Banyuwangi sangat dikenal sebagai penghasil pisang terbesar, bahkan tiap dipekarangan rumah warga selalu terdapat pohon pisang.
- Kota Festival
Berawal dari sukses penyelenggaraan kegiatan budaya Banyuwangi Ethno Carnival pertama pada tahun 2011 lalu, maka pada tahun-tahun berikutnya seakan tak terbendung lagi semangat dan kegairahan masyarakat Banyuwangi untuk mengangkat potensi dan budaya daerah melalui rangkaian kegiatan yang dikemas dalam tajuk Banyuwangi Festival. Maka sejak 2012 acara Banyuwangi Ethno Carnival ditahbiskan menjadi agenda tahunan berbarengan dengan kegiatan lain, baik yang bersifat seni, budaya, fesyen, dan wisata olahraga.
Pemerintahan
Daftar Bupati
No | Foto | Bupati | Mulai menjabat | Akhir menjabat | Prd. | Wakil Bupati | Ket. | |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Temenggung Wiroguno I (alias Mas Alit) |
1773 | 1782 | 1 | ||||
2 | Temenggung Wiroguno II (alias Mas Talib) |
1782 | 1818 | 2 | ||||
3 | Temenggung Surenggrono | 1818 | 1832 | 3 | ||||
4 | R.T. Wiro-adinegoro | 4 April 1832 | 1867 | 4 | [10] | |||
5 | R.T. Pringgokoesoemo | 16 November 1867 | 28 November 1880 | 5 | Pengangkatan,[11] Berita Kematian [12] | |||
6 | R.M.T.A. Soegondo | 31 Januari 1881 | 31 Oktober 1887 | 6 | Pengangkatan,[13] Berita mutasi [14] | |||
7 | R.T. Astrokoesoemo | 29 Februari 1888 | 1889 | 7 | Pengangkatan [15] | |||
8 | R.T.A. Soeringrono | 23 Februari 1889 | Oktober 1894 | 8 | Pengangkatan,[16] Mutasi [17] | |||
9 | R.T.A. Koesoemonegoro | 9 Mei 1895 | 11 Oktober 1911 | 9 | Pengangkatan,[18] Berita Kematian [19] | |||
10 | R.T. Notodiningrat | 6 Juni 1913 | 7 November 1918 | 10 | Profil singkat [20] | |||
11 | R.A.A. Mohamad Notoadisoerjo | 12 Juli 1919 | 30 Juni 1933 | 11 | Berita Pengangkatan,[21] Berita Pensiun [22] | |||
12 | R.T. Moertadjab Sosroadiningrat | 19 Mei 1934 | 22 Mei 1938 | 12 | Berita Kematian [23] | |||
13 | R.T. Achmad Rastiko | 10 Maret 1939 | 1942 | 13 | Berita Pengangkatan [24] | |||
14 | R. Oesman Soemodinoto | 1942 | 1947 | 14 | ||||
15 | R. Ahmad Kusumo Negoro | 1947 | 1949 | 15 | ||||
16 | R. Moch. Sachrawisetio Abiwinoto | 1949 | 1949 | 16 | ||||
17 | Sukarbi | 1949 | 1950 | 17 | ||||
(14) | R. Oesman Soemodinoto | 1950 | 1955 | 18 | ||||
18 | Soegito Noto Soegito | 1955 | 1965 | 19 | ||||
20 | ||||||||
19 | Soewarso Kanapi S.H. |
1965 | 1966 | 21 | [ket. 1] | |||
20 | Letkol (Purn.) Djoko Supaat Slamet |
1966 | 1978 | 22 | ||||
21 | Soesilo Suharto, S.H | 1978 | 1983 | 23 | ||||
22 | S. Djoko Wasito | 1983 | 1988 | 24 | ||||
23 | Harwin Wasisto | 1988 | 1991 | 25 | ||||
24 | Kol Pol. (Purn) H T. Purnomo Sidik |
1991 | 2000 | 26 | ||||
27 | ||||||||
25 | Ir. Samsul Hadi |
2000 | 2005 | 28 | Abdul Kadir | |||
26 | Ratna Ani Lestari S.E., M.M |
2005 | 2010 | 29 | Yusuf Nur Iskandar | |||
27 | Abdullah Azwar Anas | 2010 | 2015 | 30 | Yusuf Widyatmoko | |||
* | Zarkasi (Pejabat) |
22 Oktober 2015 | 17 Februari 2016 | |||||
(27) | Abdullah Azwar Anas | 17 Februari 2016 | 17 Februari 2021 | 31 | Yusuf Widyatmoko | |||
28 | Ipuk Fiestiandani | 26 Februari 2021 | Petahana | 32 | Sugirah |
- Catatan
Dewan Perwakilan
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Banyuwangi dalam empat periode terakhir.
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | ||||
---|---|---|---|---|---|
2009–2014[27] | 2014–2019[28] | 2019–2024[29] | 2024–2029 | ||
PKB | 6 | 10 | 9 | 9 | |
Gerindra | (baru) 4 | 5 | 5 | 6 | |
PDI-P | 12 | 10 | 12 | 11 | |
Golkar | 7 | 7 | 5 | 7 | |
NasDem | (baru) 2 | 5 | 7 | ||
PKS | 0 | 2 | 2 | 0 | |
Hanura | 2 | 4 | 2 | 0 | |
PAN | 1 | 1 | 0 | 0 | |
Demokrat | 10 | 5 | 6 | 7 | |
PPP | 2 | 4 | 4 | 3 | |
PKNU | (baru) 5 | ||||
RepublikaN | (baru) 1 | ||||
Jumlah Anggota | 50 | 50 | 50 | 50 | |
Jumlah Partai | 10 | 10 | 9 | 7 |
Kecamatan
Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 25 kecamatan, 28 kelurahan, dan 189 desa (dari total 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7.724 desa di Jawa Timur). Pada tahun 2021, luas wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah 3.593,06 km².[30]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Banyuwangi, adalah sebagai berikut:
Kode Kemendagri |
Kecamatan | Jumlah Kelurahan |
Jumlah Desa |
Status | Daftar Desa/Kelurahan |
---|---|---|---|---|---|
35.10.01 | Pesanggaran | 5 | Desa | ||
35.10.02 | Bangorejo | 7 | Desa | ||
35.10.03 | Purwoharjo | 8 | Desa | ||
35.10.04 | Tegaldlimo | 9 | Desa | ||
35.10.05 | Muncar | 10 | Desa | ||
35.10.06 | Cluring | 9 | Desa | ||
35.10.07 | Gambiran | 6 | Desa | ||
35.10.08 | Srono | 10 | Desa | ||
35.10.09 | Genteng | 5 | Desa | ||
35.10.10 | Glenmore | 7 | Desa | ||
35.10.11 | Kalibaru | 6 | Desa | ||
35.10.12 | Singojuruh | 11 | Desa | ||
35.10.13 | Rogojampi | 10 | Desa | ||
35.10.14 | Kabat | 14 | Desa | ||
35.10.15 | Glagah | 2 | 8 | Desa | |
Kelurahan | |||||
35.10.16 | Banyuwangi | 18 | - | Kelurahan | |
35.10.17 | Giri | 4 | 2 | Desa | |
Kelurahan | |||||
35.10.18 | Wongsorejo | 12 | Desa | ||
35.10.19 | Songgon | 9 | Desa | ||
35.10.20 | Sempu | 7 | Desa | ||
35.10.21 | Kalipuro | 4 | 5 | Desa | |
Kelurahan | |||||
35.10.22 | Siliragung | 5 | Desa | ||
35.10.23 | Tegalsari | 6 | Desa | ||
35.10.24 | Licin | 8 | Desa | ||
35.10.25 | Blimbingsari | 10 | Desa | ||
TOTAL | 28 | 189 |
Transportasi
Ibu kota Kabupaten Banyuwangi berjarak 290 km sebelah timur Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Banyuwangi merupakan ujung paling timur jalur pantura serta titik paling timur jalur kereta api pulau Jawa yaitu Stasiun Banyuwangi Baru.[31]
Pelabuhan Ketapang terletak di kota Banyuwangi bagian utara, menghubungkan Jawa dan Bali dengan kapal ferry, LCM, roro dan tongkang.[butuh rujukan]
Dari Surabaya, Kabupaten Banyuwangi dapat dicapai dari dua jalur jalan darat, jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara merupakan bagian dari jalur pantura yang membentang dari Anyer hingga pelabuhan Panarukan dan melewati kabupaten Situbondo. Sedangkan jalur selatan merupakan pecahan dari jalur pantura dari Kabupaten Probolinggo melewati Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember di kedua jalur tersebut tersedia bus eksekutif/PATAS maupun ekonomi.
Terdapat pula moda transportasi darat lainnya, yaitu jalur kereta api Surabaya – Pasuruan – Probolinggo – Jember dan berakhir di Banyuwangi. Stasiun Banyuwangi Baru terletak di Kota Banyuwangi tidak jauh dari Pelabuhan Penyeberangan Ketapang. Stasiun Kereta Api yang cukup besar di Banyuwangi adalah Stasiun Banyuwangi Baru, Karang Asem, (Kecamatan Glagah), Rogojampi, Stasiun Kalisetail, (Kecamatan Sempu), dan Kalibaru. Selain itu ada juga stasiun yang lebih kecil seperti Singojuruh, Temuguruh, Glenmore, Sumberwadung dan Halte Krikilan.
Untuk transportasi wilayah perkotaan terdapat moda angkutan mikrolet, taksi Using Transport serta van atau yang oleh masyarakat setempat disebut 'colt' yang melayani transportasi antar kecamatan dan minibus yang melayani trayek Banyuwangi dengan kota-kota kabupaten di sekitarnya.
Bandar Udara Blimbingsari di kecamatan Blimbingsari dalam pembangunannya sempat tersendat akibat kasus pembebasan lahan, dan memakan korban 2 bupati yang menjabat dalam masa pembangunannya yaitu Bupati Samsul Hadi (2000–2005) dan Bupati Ratna Ani Lestari (2005–2010). Dan pada tanggal 28 Desember 2010, Bandar Udara Blimbingsari telah dibuka untuk penerbangan komersial Banyuwangi (BWX) – Jakarta (CGK) – Banyuwangi (BWX) dan Banyuwangi (BWX) – Surabaya (SUB) – Banyuwangi (BWX).
Selain itu terdapat Pelabuhan Tanjung Wangi di Ketapang, Kecamatan Kalipuro selain sebagai pelabuhan bongkar muat barang dan peti kemas, juga melayani pelayaran ke kepulauan di bagian timur Madura, seperti Kep. Sapeken, Kep. Kangean, dan Kep. Sapudi.
Moda transportasi alternatif yang juga sudah diluncurkan berupa Kapal Cepat Marina Srikandi yang memiliki kapasitas hingga 145 orang penumpang.[32] Kapal cepat ini beroperasi dari Pantai Boom Banyuwangi.[33] Pengoperasian kapal ini didorong oleh pemikiran bahwa pertumbuhan pariwisata Banyuwangi juga ditopang oleh pertumbuhan pariwisata di Bali dan Lombok, sehingga perjalanan yang menghubungkan ketiganya harus terus ditingkatkan.
Penduduk
Penduduk Banyuwangi cukup beragam. Mayoritas adalah Suku Osing, namun terdapat Suku Madura (kecamatan Muncar, Wongsorejo, Kalipuro, Glenmore dan Kalibaru) dan suku Jawa yang cukup signifikan, serta terdapat minoritas suku Bali, suku Mandar dan suku Bugis. suku Palembang Menempati Kelurahan Lateng dan Kampung Melayu,Suku Melayu Menempati Kampung Melayu,Suku Bali banyak mendiami desa di kecamatan Rogojampi, bahkan di desa Patoman, Kecamatan Rogojampi seperti miniatur desa Bali di pulau Jawa. Suku Osing merupakan penduduk asli kabupaten Banyuwangi dan bisa dianggap sebagai sebuah sub-suku dari suku Jawa. Mereka menggunakan bahasa Osing, yang dikenal sebagai salah satu ragam tertua bahasa Jawa. Suku Osing mendiami di Kecamatan Glagah, Licin, Songgon, Kabat, Giri, Kota serta sebagian kecil di kecamatan lain.[butuh rujukan]
Pendidikan
Daftar perguruan tinggi
Perguruan tinggi negeri
Logo | Nama Perguruan Tinggi | Alamat |
---|---|---|
Politeknik Negeri Banyuwangi | Labanasem | |
Berkas:LOGO-LP3B.png | Akademi Penerbangan Indonesia | Blimbingsari |
Berkas:Universitas Airlangga.svg | Universitas Airlangga PDD Banyuwangi | Giri |
Perguruan tinggi swasta
Logo | Nama Perguruan Tinggi | Alamat |
---|---|---|
Universitas 17 Agustus 1945 | Taman Baru | |
Universitas PGRI Banyuwangi | Kertosari | |
Universitas Bhakti Indonesia | Sraten | |
Berkas:Logostikombwi.jpg | Sekolah Tinggi Komunikasi PGRI Banyuwangi | Taman Baru |
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi | Giri | |
Akademi Kelautan Banyuwangi | Ketapang | |
Akademi Kesehatan Rustida | Krikilan | |
Institut Agama Islam Darussalam | Blokagung | |
Institut Agama Islam Ibrahimy | Genteng |
Pariwisata
Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak objek wisata seperti[34][35][36]
- Kawah Ijen
- Pantai Boom
- Pantai Plengkung
- Pantai Rajegwesi
- Pulau Merah
- Watu Dodol
- Teluk Hijau
- Teluk Biru
- Pantai Lampon
- Pantai Blimbingsari
- Pantai Wedi Ireng
- Pantai Sukomade
- Pantai bangsring
- Pantai cemara
- Rawa Bayu
- Rawa bulan
- Rumah Pohon
- Rumah Apung
- Waduk Sidodadi
- Waduk Bajulmati
- Pulau Tabuhan
- Air Terjun Lider
- Air Terjun Wonorejo (Tirto Kemanten)
- Air Terjun Jagir
- Air Terjun Antogan
- Air Terjun Selendangarum
- Wisata Osing
- Wisata Arung Jeram Kali Badeng
- Taman Blambangan
- Taman Sritanjung
- Taman Tirtawangi
- Alam Indah Lestari
- Mira Fantasy
- Taman Suruh
- Taman Nasional Alas Purwo
- Taman Nasional Meru Betiri
- Taman Nasional baluran
- Savanna Sadengan
- Taman Jawatan
- Wisata Sejarah Asrama Inggrisan
Cagar budaya
Kuliner Banyuwangi
Masakan
Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam masakan khas Banyuwangi, diantaranya:
- Sego tempong
- Sego cawuk
- Pindang Srani
- Sego Gecok
- Sego Golong
- Sate Kalak
- Pecel Pitik
- Sambel Lucu
- Jangan Kelor
- Jangan Kesrut
- Jangan Pakis
- Jangan Lobok
- Jangan Lompong
- Jangan Bobohan
- Jangan Jawar
- Jangan Leroban
- Jangan Pol
- Jangan Klenthang
- Jangan Bung
- Pelasan Oling
- Pelasan Uceng
- Peceg Lele
- Uyah Asem Pitik
- Kupat Lodoh
- Pindang koyong
- Bothok Simbukan
- Bothok Tawon
- Ayam Pedas Genteng
- Rujak Letog
- Sambel Pedho
- Sambel Pindang
- Sambel Pete
- Oseng-oseng Pare
- Bindol Pakem
- Tahu Petis
- Wiyongkong
- Rujak soto
- Pecel Thotol
- Lak-lak
Jajanan tradisional
Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam jajanan pasar khas Banyuwangi, diantaranya:
- Bagiak
- Sale Pisang Barlin
- Kelemben
- Satuh
- Manisan Cerme
- Manisan Pala Kering
- Manisan Tomat
- Manisan Kolang-kaling
- Ladrang
- Kacang Tanah Open Asin
- Dodol Salak
- Sale Pisang Anggur
- Loro Kencono
- Karang Emas
- Kolak Gepuk
- Widaran
- Wiroko
- Petulo
- Ketan Kirip
- Onde – Onde
Minuman
Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam minuman khas Banyuwangi, diantaranya:
- Secang
- Selasih
- Ronde
- Angsle
- Caok
- Setup Semarang
- Kolak Duren
- Kopi Luak
- Kopi Lanang
- Kopi Kemiren
- Es Gedang Ijo
- Es Temu lawak
Oleh-oleh
Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam oleh-oleh khas Banyuwangi, diantaranya:
- Awug (iwel-iwel)
- Lanun
- Serabi Solo
- Dodol garut
- Jenang Kudus
- Jenang Bedil
- Jenang Mutioro
- Jenang Selo
- Ketot
- Apem Takir
- Lak-lak
- Precet
- Sumping
- Bikang
- Setupan Polo
Seni budaya
Kabupaten Banyuwangi selain menjadi perlintasan dari Jawa ke Bali, juga merupakan daerah pertemuan berbagai jenis kebudayaan dari berbagai wilayah. Budaya masyarakat Banyuwangi diwarnai oleh budaya Jawa, Bali, Madura, Melayu, Eropa, Arab, Tionghoa, dan budaya lokal—atau budaya Osing itu sendiri—yang saling isi mengisi dan akhirnya menjadi tipikal yang tidak ditemui di wilayah manapun di pulau Jawa.[butuh rujukan]
Di dusun Selorejo, kecamatan Glenmore, di lereng Gunung Raung, terdapat Pura Beji Ananthaboga, sebuah pura dan petirtaan yang terletakserta menempati wilayah Perhutani KPH Banyuwangi Barat.
Batik
Batik yang disebut-sebut sebagai jati diri Bangsa Indonesia tak bisa diragukan. Keberadaannya memang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya orang Jawa. Motif-motifnya pun terinspirasi tak jauh dari kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan banyuwangi, memiliki beberapa motif yang terkenal yaitu
- Gajah oling
- Paras Gempal
- Sekar Jagad
- Kangkung Setingkes
- Mata Ayam
Jenis Batik tadi merupakan sebagian dari Motif Batik khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.
Kesenian tradisional
Kesenian tradisional khas Banyuwangi antara lain:
- Angklung Caruk
- Barong Kemiren
- Barong Kumbo
- Barong Prejeng
- Barong lundoyo
- Barong ider bumi
- Drama Janger
- Drama Osing
- jejer Gandrung
- Jaranan butho
- Pacu Gandrung
- Gandrung dor
- Gandrung Marsan
- Gandrung seblang lukinto
- Gama gandrung
- Gandrung banyuwangi
- Gedhogan
- Kebo-Keboan
- Keboan
- Kuwung
- Kuntulan
- Mocopatan Pacul Goang
- Patrol
- Seblang
- Wayang Osing
Jenis kesenian tadi merupakan sebagian dari kesenian khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.
Musik khas Banyuwangi
Gamelan Banyuwangi khususnya yang dipakai dalam tari Gandrung memiliki kekhasan dengan adanya kedua biola, yang salah satunya dijadikan sebagai pantus atau pemimpin lagu. Menurut sejarahnya, pada sekitar abad ke-19, seorang Eropa menyaksikan pertunjukan Seblang (atau Gandrung) yang diiringi dengan suling. Kemudian orang tersebut mencoba menyelaraskannya dengan biola yang dia bawa waktu itu, pada saat dia mainkan lagu-lagu Seblang tadi dengan biola, orang-orang sekitar terpesona dengan irama menyayat yang dihasilkan biola tersebut. Sejak itu, biola mulai menggeser suling karena dapat menghasilkan nada-nada tinggi yang tidak mungkin dikeluarkan oleh suling.
Selain itu, gamelan ini juga menggunakan "kluncing" (triangle), yakni alat musik berbentuk segitiga yang dibuat dari kawat besi tebal, dan dibunyikan dengan alat pemukul dari bahan yang sama, dan angklung, atau rebana.
Referensi
- ^ https://www.banyuwangikab.go.id/profil/sejarah-singkat.html
- ^ [1]
- ^ a b c Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2018. Banyuwangi: BPS Kabupaten Banyuwangi. Agustus 2018.
- ^ a b c "Kependudukan Kabupaten Banyuwangi 2018". www.banyuwangikab.go.id. Diakses tanggal 23 Juli 2019.
- ^ "Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2016", diakses 07 Agustus 2017
- ^ "Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2016"
- ^ [2] Gunung Raung, gunung berapi aktif
- ^ [3] Gunung Ijen, Gunung berapi aktif tempat wisata populer
- ^ [4] Kisah asrama inggrisan di Banyuwangi
- ^ Almanak van Nederlandsch-Indië voor het schrikkeljaar 1836. Batavia: Lands-drukkery. 1836. hlm. 57.
- ^ Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar 1871. Batavia: Lands-drukkerij. 1871. hlm. 166.
- ^ "Gevonden in Delpher - Soerabaijasch handelsblad". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13.
- ^ Regeerings-almanak voor Nederlandsch-Indie 1882. Batavia: Landsdrukkerij. 1881. hlm. 146.
- ^ "Gevonden in Delpher - Bataviaasch handelsblad". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13.
- ^ "Gevonden in Delpher - De nieuwe vorstenlanden". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13.
- ^ "Gevonden in Delpher - Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13.
- ^ "Gevonden in Delpher - De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13.
- ^ Regeerings-almanak voor Nederlandsch-Indie 1898. Batavia: Landsdrukkerij. 1898. hlm. 194.
- ^ "Gevonden in Delpher - De locomotief". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13.
- ^ "Gevonden in Delpher - Bataviaasch nieuwsblad". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13.
- ^ "Gevonden in Delpher - De locomotief". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13.
- ^ "Gevonden in Delpher - De Indische courant". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13.
- ^ "Gevonden in Delpher - Soerabaijasch handelsblad". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13.
- ^ "Gevonden in Delpher - De locomotief". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13.
- ^ Sejarah PKI Di Banyuwangi dan Pembantaian Cemethuk 18 Oktober 1965
- ^ (Forum Pembaca KOMPAS) Pembunuhan Massal pada 1965-1967 di Surabaya, Malang, dan Pasuruan
- ^ Data Anggota DPRD Banyuwangi periode 2009-2014
- ^ 80 Persen DPRD Terpilih di Banyuwangi Caleg Baru
- ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Banyuwangi 2019-2024
- ^ "KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 050-145 TAHUN 2022 TENTANG PEMBERIAN KODE, DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, DAN PULAU TAHUN 2021" (PDF). Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 14 Agustus 2023.
- ^ Stasiun Banyuwangi
- ^ Rachmawati, Ira (4 Januari 2018). "Asyik! Ada Kapal Cepat Rute Banyuwangi-Denpasar Bali dan Lombok". Kompas. Diakses tanggal 13 Maret 2019.
- ^ "Banyuwangi Hadirkan Kapal Cepat ke Denpasar Hanya 2 Jam Perjalanan". Kabar Penumpang. Diakses tanggal 13 Maret 2019.
- ^ [5]
- ^ [6]
- ^ [7]
Pranala luar
- Panduan perjalanan Kabupaten Banyuwangi di Wikiwisata
- Video di YouTube
- Kabupaten Banyuwangi di Facebook
- Kabupaten Banyuwangi di Instagram
- (Indonesia) Info mengenai pembagian administratif Banyuwangi di bentangbanyuwangi.github.io