Pengguna:Haikal FK 1705/Bak artikel

Bahasa Widal atau bahasa Sandi Widal (aksara Sunda baku: bahasa Sunda: ᮘᮞ ᮞᮔ᮪ᮓᮤ ᮝᮤᮓᮜ᮪, translit. Basa Sandi Widal, pengucapan bahasa Sunda: [basa sani widal]) adalah sebuah sebutan untuk ragam non-standar atau slang dari bahasa Sunda yang digunakan sebagai bahasa pergaulan masyarakat di wilayah Tipar, kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi.[1] Ragam bahasa ini lahir dari pertukaran huruf dan bunyi kosakata pada bahasa Sunda dan diperkirakan sudah muncul sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia, di mana pada saat itu bahasa ini berfungsi sebagai sebuah bahasa sandi.[2]

Sejarah

Pada saat masa pendudukan Belanda di Indonesia, penggunaan bahasa Widal oleh masyarakat berfungsi untuk mengelabui pihak Belanda, di mana mereka berusaha untuk menyembunyikan maksud percakapan serta menjaga informasi agar tidak bocor terhadap pihak lawan.[3] Dapat dikatakan bahasa ini merupakan sebuah bahasa rahasia atau kode yang dipakai oleh masyarakat Tipar sebagai bentuk perlawanan kepada kolonial.[4][5]

Pada masa kini, bahasa Widal beralih fungsi sebagai bahasa prokem dari bahasa Sunda dan menjadi ciri khas atau budaya tersendiri di daerah Tipar.[6]

Kosakata

Leksikon-leksikon dalam bahasa Widal dibentuk dengan rumus atau aturan perubahan (transformasi) suatu konsonan tertentu, di mana setiap konsonan memiliki pasangan konsonan lainnya sebagai rumus dasar dalam pembentukan kosakata pada bahasa Widal, sementara untuk huruf vokal tidak mengalami perubahan, hanya saja untuk huruf vokal yang ditempatkan di awal maupun di tengah kata, ditambahkan bunyi "ny". Untuk lebih jelasnya, perhatikan bagian di bawah ini:

Pasangan B ↔ H

Contoh kata:

  • bahé menjadi habé (berarti "tumpah);
  • hobi menjadi bohi (berarti "hobi");

Pasangan C ↔ J/Z

Contoh kata:

  • cai menjadi janyi (berarti "air");
  • cukup menjadi junup (berarti "cukup");

Pasangan D ↔ P/V/F

Pasangan G ↔ S

Pasangan N ↔ K/X/Q

Pasangan L ↔ R

Pasangan M ↔ Y

Pasangan P ↔ D

Pasangan T ↔ W

Fungsi

Pada dasarnya fungsi dari bahasa Widal adalah sebagai bentuk ekspresi diri dan kreatifitas. Selain itu, sebuah penelitian menyatakan bahwa bahasa Widal juga mempunyai fungsi lain, di antaranya yaitu:[7]

Sebagai bentuk isyarat

Bahasa Widal dapat dijadikan sebagai bahasa sandi yang digunakan agar bisa menjaga kerahasiaan dari sebuah pesan yang sebenarnya. Bahasa ini jarang dipahami oleh kebanyakan orang awam sehingga masih cocok untuk digunakan sebagai bahasa sandi. Bahasa Widal juga menjadi representasi masyarakat, wilayah, hingga latar belakang Tipar sehingga bisa menjadi ciri khas, identitas atau pembeda masyarakat Tipar dengan masyarakat di wilayah lainnya.[7]

Sebagai bentuk refleksi diri

Orang yang menguasai bahasa Widal dianggap mempunyai kemampuan yang lebih, sehingga akan muncul keterlibatan emosional berupa kebanggaan bagi orang yang dapat memahami bahasa ini dengan baik, selain itu, orang-orang yang fasih menuturkan bahasa Widal dianggap ikut berpartisipasi dalam mempertahankan dan merepresentasikan budaya di wilayah Tipar.[8]

Sebagai bentuk pengaruh sosial

Orang yang menggunakan bahasa Widal merasa mereka telah meningkatkan status sosial dan kepercayaan dirinya dalam bergaul dengan sesama, hal ini juga berakibat kepada peningkatan prestise masyarakat di wilayah Tipar. Dengan bahasa ini pula mereka dapat mempertahankan eksistensinya di wilayah Tipar atau Sukabumi pada umumnya.[9]

Referensi

Catatan

  1. ^ "Translate Bahasa Widal". ling-go.ne. 28 Februari 2020. Diakses tanggal 25 Desember 2021. 
  2. ^ Heryandi 2013, hlm. 11.
  3. ^ Puziawati 2019, hlm. 5.
  4. ^ "Melestarikan Bahasa, Melestarikan Budaya". wartagemuruh.com. 14 Maret 2021. Diakses tanggal 25 Desember 2021. 
  5. ^ Awan, T. Ridwan (10 Januari 2012). "Bahasa Sandi Tipar Sukabumi (Sani Widal)". kompasiana.com. Diakses tanggal 25 Desember 2021. 
  6. ^ Puziawati 2019, hlm. 4.
  7. ^ a b Heryandi 2013, hlm. 7.
  8. ^ Heryandi 2013, hlm. 8.
  9. ^ Heryandi 2013, hlm. 9.

Daftar Pustaka

Bacaan lanjutan

Pranala luar


Kategori:Bahasa Sunda