Kota Medan

ibu kota Provinsi Sumatera Utara, Indonesia


Medan adalah ibu kota provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah DKI Jakarta dan Surabaya serta kota terbesar di luar pulau Jawa.[5][6] Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dengan keberadaan Pelabuhan Belawan dan Bandar Udara Internasional Kuala Namu yang merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia. Akses dari pusat kota menuju pelabuhan dan bandara dilengkapi oleh jalan tol dan kereta api. Medan adalah kota pertama di Indonesia yang mengintegrasikan bandara dengan kereta api. Berbatasan dengan Selat Malaka, Medan menjadi kota perdagangan, industri, dan bisnis yang sangat penting di Indonesia. Pada tahun 2020, kota Medan memiliki penduduk sebanyak 2.435.252 jiwa, dan kepadatan penduduk 9.522,22 jiwa/km2.[1]

Kota Medan
Transkripsi bahasa daerah
 • Abjad Jawiميدن
 • Surat Batakᯔᯩᯑᯉ᯲
 • Hanzi dan Pinyin棉蘭 (mián lán)
 • Aksara Tamilமேடான்
Dari kiri atas searah jarum jam: Istana Maimun, Tugu Tuan Guru Patimpus Sembiring Pelawi, Balai Kota Lama, kawasan Masjid Raya Al Mashun, Tugu SIB.
Dari kiri atas searah jarum jam: Istana Maimun, Tugu Tuan Guru Patimpus Sembiring Pelawi, Balai Kota Lama, kawasan Masjid Raya Al Mashun, Tugu SIB.
Lambang resmi Kota Medan
Julukan: 
  • Paris van Sumatra
  • Kota Melayu Deli
Peta
Peta
Kota Medan di Indonesia
Kota Medan
Kota Medan
Peta
Kota Medan di Indonesia
Kota Medan
Kota Medan
Kota Medan (Indonesia)
Koordinat: 3°35′N 98°40′E / 3.583°N 98.667°E / 3.583; 98.667
Negara Indonesia
ProvinsiSumatra Utara
Tanggal berdiri1 Juli 1590; 434 tahun lalu (1590-07-01)
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
Pemerintahan
 • BupatiBobby Nasution
 • Wakil BupatiAulia Rachman
 • Sekretaris DaerahWiriya Alrahman
Luas
 • Total265,10 km2 (102,36 sq mi)
Populasi
 • Total2.435.252
 • Kepadatan9.522,22/km2 (24,662,4/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam 64,53%
Kristen 26,10%
- Protestan 20,99%
- Katolik 5,11%
Buddha 8,28%
Hindu 1,04%
Konghucu 0,06%[2]
 • BahasaIndonesia, Melayu, Batak Toba, Karo, Jawa, Hokkien, Minangkabau, Aceh, Mandailing, Tamil, Mandarin, Inggris
 • IPMKenaikan 81,21 (2021)
sangat tinggi[3]
Zona waktu[[UTC]] (WIB)
Kode BPS
1275 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 61
Pelat kendaraanBK xxxx A**/B*/C*/D*/E*/F* /G*/H*/I*/K*/L**
Kode Kemendagri12.71 Edit nilai pada Wikidata
Kode SNI 7657:2023MDN
DAURp 1.707.061.801.000,00- (2020)
Semboyan daerahBekerja sama dan sama- sama bekerja untuk kemajuan dan kemakmuran Kota Medan metropolitan[4]
Flora resmiTembakau Deli
Fauna resmiBiawak dan Beo Nias
Situs webpemkomedan.go.id

Sejarah Medan berawal dari sebuah kampung yang didirikan oleh Guru Patimpus di pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura. Hari jadi Kota Medan ditetapkan pada 1 Juli 1590. Selanjutnya pada tahun 1632, Medan dijadikan pusat pemerintahan Kesultanan Deli, sebuah kerajaan Melayu. Bangsa Eropa mulai menemukan Medan sejak kedatangan John Anderson dari Inggris pada tahun 1823. Peradaban di Medan terus berkembang hingga Pemerintah Hindia Belanda memberikan status kota pada 1 April 1909 dan menjadikannya pusat pemerintahan Karesidenan Sumatra Timur. Memasuki abad ke-20, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran.

Menurut Bappenas, Medan adalah salah satu dari empat pusat pertumbuhan utama di Indonesia, bersama dengan Jakarta, Surabaya, dan Makassar.[7][8] Medan adalah kota multietnis yang penduduknya terdiri dari orang-orang dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda-beda. Selain Melayu dan Karo sebagai penghuni awal, Medan didominasi oleh etnis Jawa, Batak, Tionghoa, Minangkabau, Mandailing, dan India. Mayoritas penduduk Medan bekerja di sektor perdagangan, sehingga banyak ditemukan ruko di berbagai sudut kota. Di samping kantor-kantor pemerintah provinsi, di Medan juga terdapat kantor-kantor konsulat dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, dan Jerman.

Sejarah

 
Pemandangan udara kota Medan pada tahun 1920-an.
 
Daerah Kesawan tahun 1920-an.
 
Lambang Medan pada zaman penjajahan Belanda.

Medan berasal dari kata bahasa Tamil Maidhan atau Maidhanam, yang berarti tanah lapang atau tempat yang luas, yang kemudian teradopsi ke Bahasa Melayu.

Hari jadi Kota Medan diperingati tiap tahun sejak tahun 1970 yang pada mulanya ditetapkan pada tanggal 1 April 1909. Tanggal ini kemudian mendapat bantahan yang cukup keras dari kalangan pers dan beberapa ahli sejarah. Karena itu, Wali kota membentuk panitia sejarah hari jadi Kota Medan untuk melakukan penelitian dan penyelidikan. Surat Keputusan Wali kotamadya Kepala Daerah Kotamadya Medan No. 342 tanggal 25 Mei 1971 yang waktu itu dijabat oleh Drs. Sjoerkani membentuk Panitia Peneliti Hari Jadi Kota Medan. Duduk sebagai Ketua adalah Prof. Mahadi, SH, Sekretaris Syahruddin Siwan, MA, Anggotanya antara lain Ny. Mariam Darus, SH dan T.Luckman, SH. Untuk lebih mengintensifkan kegiatan kepanitiaan ini dikeluarkan lagi Surat Keputusan Wali kotamadya Kepala Daerah Kotamadya Medan No.618 tanggal 28 Oktober 1971 tentang Pembentukan Panitia Penyusun Sejarah Kota Medan dengan Ketuanya Prof.Mahadi, SH, Sekretaris Syahruddin Siwan, MA dan Anggotanya H. Mohammad Said, Dada Meuraxa, Letkol. Nas Sebayang, Nasir Tim Sutannaga, M.Solly Lubis, SH, Drs. Payung Bangun, MA dan R. Muslim Akbar. DPRD Medan sepenuhnya mendukung kegiatan kepanitiaan ini sehingga merekapun membentuk Pansus dengan ketua M.A. Harahap, beranggotakan antara lain Drs. M.Hasan Ginting, Djanius Djamin, Badar Kamil, BA dan Mas Sutarjo.

Dalam buku The History of Medan tulisan Tengku Luckman Sinar (1991), dituliskan bahwa menurut "Hikayat Aceh", Medan sebagai pelabuhan telah ada pada tahun 1590, dan sempat dihancurkan selama serangan Sultan Aceh Alauddin Saidi Mukammil kepada Raja Haru yang berkuasa di situ. Serangan serupa dilakukan Sultan Iskandar Muda tahun 1613, terhadap Kesultanan Deli. Sejak akhir abad ke-16, nama Haru berubah menjadi Ghuri, dan akhirnya pada awal abad ke-17 menjadi Deli. Pertempuran terus-menerus antara Haru dengan Aceh mengakibatkan penduduk Haru jauh berkurang. Sebagai daerah taklukan, banyak warganya yang dipindahkan ke Aceh untuk dijadikan pekerja kasar.

Selain dengan Aceh, Kerajaan Haru yang makmur ini juga tercatat sering terlibat pertempuran dengan Kerajaan Melayu di Semenanjung Malaka dan juga dengan kerajaan dari Jawa. Serangan dari Pulau Jawa ini antara lain tercatat dalam kitab Pararaton yang dikenal dengan Ekspedisi Pamalayu. Dalam Negarakertagama, Mpu Prapanca juga menuliskan bahwa selain Pane (Panai), Majapahit juga menaklukkan Kampe (Kampai) dan Harw (Haru). Berkurangnya penduduk daerah pantai timur Sumatra akibat berbagai perang ini, lalu diikuti dengan mulai mengalirnya suku-suku dari dataran tinggi pedalaman turun ke pesisir pantai timur Sumatra. Suku Karo bermigrasi ke daerah pantai Langkat, Serdang, dan Deli. Suku Simalungun ke daerah pantai Batubara dan Asahan, serta suku Mandailing ke daerah pantai Kualuh, Kota Pinang, Panai, dan Bilah.[9]

Dalam Riwayat Hamparan Perak yang dokumen aslinya ditulis dalam huruf Karo pada rangkaian bilah bambu, tercatat Guru Patimpus Sembiring Pelawi, tokoh masyarakat Karo, sebagai orang yang pertama kali membuka "desa" yang diberi nama Medan. Namun, naskah asli Riwayat Hamparan Perak yang tersimpan di rumah Datuk Hamparan Perak terakhir telah hangus terbakar ketika terjadi "kerusuhan sosial", tepatnya tanggal 4 Maret 1946. Patimpus adalah anak Tuan Si Raja Hita, pemimpin Karo yang tinggal di Kampung Pekan (Pakan). Ia menolak menggantikan ayahnya dan lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan mistik, sehingga akhirnya dikenal sebagai Guru Patimpus. Antara tahun 1614-1630 Masehi, ia belajar agama Islam dan di-Islamkan oleh Datuk Kota Bangun, setelah kalah dalam adu kesaktian. Selanjutnya Guru Patimpus menikah dengan adik Tarigan, pemimpin daerah yang sekarang bernama Pulau Brayan dan membuka Desa Medan yang terletak di antara Sungai Babura dan Sungai Deli. Dia pun lalu memimpin desa tersebut.[9]

Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590 kemudian dipandang sebagai pembuka sebuah kampung yang bernama Medan Puteri walaupun sangat minim data tentang Guru Patimpus sebagai pendiri Kota Medan. Karenanya hari jadi ditetapkan berdasarkan perkiraan tanggal 1 Juli 1590 dan diusulkan kepada Wali kota Medan untuk dijadikan sebagai hari jadi Medan dalam bentuk perkampungan, yang kemudian dibawa ke Sidang DPRD Tk.II Medan untuk disahkan. Berdasarkan Sidang DPRD tanggal 10 Januari 1973 ditetapkan bahwa usul tersebut dapat disempurnakan. Sesuai dengan sidang DPRD, Wali kotamadya Kepala Daerah Tingkat II Medan mengeluarkan Surat Keputusan No.74 tanggal 14 Februari 1973 agar Panitia Penyusun Sejarah Kota Medan melanjutkan kegiatannya untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna. Berdasarkan perumusan yang dilakukan oleh Pansus Hari Jadi Kota Medan yang diketuai oleh M.A.Harahap bulan Maret 1975 bahwa tanggal 1 Juli 1590. Secara resmi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tk.II Medan menetapkan tanggal 1 Juli 1590 sebagai Hari Jadi Kota Medan dan mencabut Hari Ulang Tahun Kota Medan yang diperingati tanggal 1 April setiap tahunnya pada waktu sebelumnya.

Di Kota Medan juga menjadi pusat Kesultanan Melayu Deli, yang sebelumnya adalah Kerajaan Aru. Kesultanan Deli adalah sebuah kesultanan Melayu yang didirikan pada tahun 1632 oleh Tuanku Panglima Gocah Pahlawan di wilayah bernama Tanah Deli (kini Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, Indonesia).

John Anderson, orang Eropa asal Inggris yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan seorang pemimpin bernama Raja Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya menjadi ibu kota Karesidenan Sumatra Timur sekaligus ibu kota Kesultanan Deli. Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, dua orang bumiputra Melayu, dan seorang Tionghoa.

Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing, dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru, dan ulama.

Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha pada tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat.

Geografi

 
Peta kecamatan di Kota Medan.

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatra Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.

Batas Wilayah

Secara administratif, batas wilayah Medan adalah sebagai berikut:

Utara Selat Malaka
Timur Kabupaten Deli Serdang
Selatan Kabupaten Deli Serdang
Barat Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karena secara geografis Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai, dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

Sungai

Sedikitnya ada sembilan sungai yang melintasi kota ini:

  • Sungai Belawan
  • Sungai Badera
  • Sungai Sikambing
  • Sungai Putih
  • Sungai Babura
  • Sungai Deli
  • Sungai Sulang-Saling
  • Sungai Kera
  • Sungai Tuntungan

Selain itu, untuk mencegah banjir yang terus melanda beberapa wilayah Medan, pemerintah telah membuat sebuah proyek kanal besar yang lebih dikenal dengan nama Medan Kanal Timur.

Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Köppen, Medan memiliki iklim hutan hujan tropis dengan musim kemarau yang tidak jelas.[10] Medan memiliki bulan-bulan yang lebih basah dan kering, dengan bulan terkering (Februari) rata-rata mengalami presipitasi sekitar sepertiga dari bulan terbasah (Oktober). Suhu di kota ini rata-rata sekitar 27 derajat Celsius sepanjang tahun. Presipitasi tahunan di Medan sekitar 2200 mm.

Data iklim Medan, Sumatera Utara, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rekor tertinggi °C (°F) 37
(99)
37
(99)
37
(99)
39
(102)
43
(109)
39
(102)
38
(100)
38
(100)
38
(100)
37
(99)
37
(99)
37
(99)
43
(109)
Rata-rata tertinggi °C (°F) 29.4
(84.9)
30.6
(87.1)
31.1
(88)
31.6
(88.9)
32
(90)
31.7
(89.1)
31.7
(89.1)
31.6
(88.9)
31.1
(88)
30
(86)
30
(86)
29.4
(84.9)
30.85
(87.58)
Rata-rata harian °C (°F) 25.6
(78.1)
26.1
(79)
26.7
(80.1)
27.2
(81)
27.3
(81.1)
27.1
(80.8)
27
(81)
26.9
(80.4)
26.6
(79.9)
26.1
(79)
26
(79)
25.8
(78.4)
26.53
(79.82)
Rata-rata terendah °C (°F) 21.6
(70.9)
21.7
(71.1)
22.2
(72)
23
(73)
22.8
(73)
22.6
(72.7)
22.3
(72.1)
22.2
(72)
22.2
(72)
22.2
(72)
22.1
(71.8)
22
(72)
22.24
(72.05)
Rekor terendah °C (°F) 18
(64)
18
(64)
18
(64)
19
(66)
18
(64)
17
(63)
16
(61)
18
(64)
19
(66)
18
(64)
15
(59)
17
(63)
15
(59)
Presipitasi mm (inci) 114
(4.49)
84
(3.31)
104
(4.09)
119
(4.69)
182
(7.17)
143
(5.63)
154
(6.06)
182
(7.17)
271
(10.67)
278
(10.94)
231
(9.09)
223
(8.78)
2.085
(82,09)
Rata-rata hari hujan 7 5 6 7 10 8 8 10 13 14 12 11 111
% kelembapan 79 79 79 81 81 80 81 82 83 83 83 82 81.1
Rata-rata sinar matahari bulanan 165 178 166 158 127 156 157 151 125 108 114 128 1.733
Sumber #1: Sistema de Clasificación Bioclimática Mundial[11]& BMKG[12]
Sumber #2: Weatherbase & WeatherOnline[13][14]

Pemerintahan

 
Kantor Gubernur Sumatra Utara

Wali Kota

Wali Kota Medan adalah pemimpin tertinggi di lingkungan Pemerintah Kota Medan. Wali kota Medan bertanggungjawab kepada Gubernur provinsi Sumatra Utara. Saat ini, wali kota atau kepala daerah yang menjabat di Kota Medan ialah Bobby Nasution, dengan wakil wali kota [Aulia Rachman]. Mereka menang pada Pemilihan umum Wali Kota Medan 2020. Bobby Nasution merupakan menantu dari presiden Indonesia Joko Widodo, dan ia adalah wali kota Medan ke-18 setelah kemerdekaan.

No Wali Kota Mulai jabatan Akhir jabatan Prd. Ket. Wakil
Wali Kota
18   Bobby Nasution 26 Februari 2021 petahana 25
(2020)
  Aulia Rachman

Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Medan dalam tiga periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014–2019[15] 2019–2024[16] 2024–2029
PKB 0   0   2
Gerindra 6   10   6
PDI-P 9   10   9
Golkar 7   4   6
NasDem (baru) 2   4   5
PKS 5   7   8
Hanura 4   2   2
PAN 4   6   3
PBB 1   0   0
Demokrat 5   4   4
PSI (baru) 2   4
Perindo (baru) 0   1
PPP 5   1   0
PKPI 2   0
Jumlah Anggota 50   50   50
Jumlah Partai 11   10   11


Kecamatan

Kota Medan terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan dengan luas wilayah mencapai 265,00 km² dan jumlah penduduk sekitar 2.478.145 jiwa (2017) dengan kepadatan penduduk 9.352 jiwa/km².[17][18]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Medan, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Daftar
Kelurahan
12.71.09 Medan Amplas 7
12.71.10 Medan Area 12
12.71.05 Medan Barat 6
12.71.17 Medan Baru 6
12.71.08 Medan Belawan 6
12.71.06 Medan Deli 6
12.71.04 Medan Denai 6
12.71.03 Medan Helvetia 7
12.71.11 Medan Johor 6
12.71.01 Medan Kota 12
12.71.13 Medan Labuhan 6
12.71.15 Medan Maimun 6
12.71.12 Medan Marelan 5
12.71.18 Medan Perjuangan 9
12.71.19 Medan Petisah 7
12.71.16 Medan Polonia 5
12.71.02 Medan Sunggal 6
12.71.21 Medan Selayang 6
12.71.14 Medan Tembung 7
12.71.07 Medan Tuntungan 9
12.71.20 Medan Timur 11
TOTAL 151


Demografi

Populasi historis
Tahun Jumlah
Pend.
  
±% p.a.  
2001 1.926.052—    
2002 1.963.086+1.92%
2003 1.993.060+1.53%
2004 2.006.014+0.65%
2005 2.036.018+1.50%
2007 2.083.156+1.15%
2008 2.102.105+0.91%
2009 2.121.053+0.90%
2010 2.109.339−0.55%
2012 2.122.804+0.32%
2015 2.210.624+1.36%
2018 2.264.145+0.80%
Sumber: [2][19][20][21]

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria, (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter.

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan berjumlah 2.109.339 jiwa.[20] Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan.[20] Bersama kawasan metropolitannya (Kota Binjai dan Kabupaten Deli Serdang) penduduk Medan mencapai 4.144.583 jiwa. Dengan demikian Medan merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar di Sumatra dan keempat di Indonesia.

Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk). Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.

Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan, dimana tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah sebesar 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi ada di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan Timur. Pada tahun 2004, angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun.

Suku bangsa

Kota Medan memiliki beragam etnis atau suku bangsa dengan mayoritas penduduk beretnis Batak, Jawa, Tionghoa, dan Minangkabau. Adapun etnis aslinya adalah Melayu dan Suku Karo bagian Jahe atau pesisir. Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di sekitar Jl. Zainul Arifin dikenal sebagai Kampung Keling, yang merupakan daerah pemukiman orang keturunan India.

Secara persentasi, Kota Medan didominasi oleh suku bangsa Batak, yang meliputi Batak Toba, Angkola, Mandailing, Karo, Simalungun dan Pakpak. Penduduk kota Medan berdasarkan suku bangsa tahun 2000 yakni Batak sebanyak 33,70% (Batak Toba 19,21%; Angkola dan Mandailing 9,36%; Karo 4,10%; Simalungun 0,69%; Pakpak 0,34%). Kemudian suku Jawa sebanyak 33,03%, diikuti Tionghoa sebanyak 10,65%, kemudian Minangkabau sebanyak 8,60%, Melayu 6,59%, Aceh 2,78%, Nias sebanyak 0,69%, dan suku lainnya 3,96%.[22]

Secara historis, pada tahun 1918 tercatat bahwa Medan dihuni oleh 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang keturunan Eropa, 35.009 orang Indonesia, 8.269 keturunan Tionghoa, dan 139 berasal dari ras Timur lainnya.

Perbandingan etnis di Kota Medan pada tahun 1930, 1980, dan 2000
Etnis Tahun 1930 Tahun 1980 Tahun 2000
Jawa 24,89% 29,41% 33,03%
Batak 2,93% 14,11% 20,93%
Tionghoa 35,63% 12,80% 10,65%
Mandailing 6,12% 11,91% 9,36%
Minangkabau 7,29% 10,93% 8,6%
Melayu 7,06% 8,57% 6,59%
Karo 0,19% 3,99% 4,10%
Aceh -- 2,19% 2,78%
Sunda 1,58% 1,90% --
Lain-lain 14,31% 4,13% 3,95%
Sumber: 1930 dan 1980: Usman Pelly, 1983 Diarsipkan 2012-05-14 di Wayback Machine.; 2000: BPS Sumut
*Catatan: Data BPS Sumut tidak menyenaraikan "Batak" sebagai suku bangsa, total Simalungun (0,69%), Tapanuli/Toba (19,21%), Pakpak (0,34%), dan Nias (0,69%) adalah 20,93%

Angka Harapan Hidup penduduk kota Medan pada tahun 2007 adalah 71,4 tahun, sedangkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 adalah 148.100 jiwa.

Agama

Selain multi etnis, kota Medan juga dikenal dengan kota yang beragam agama. Meskipun demikian, warga kota Medan tetap menjaga perdamaian dan kerukunan meskipun berbeda keyakinan. Berdasarkan data sensus Kota Medan tahun 2018 menunjukan bahwa mayoritas penduduk menganut agama Islam 64,35%, kemudian Kristen Protestan 20,99%, Buddha 8,27%, Katolik 5,11%, Hindu 1,04% dan Konghucu 0,06%.[2][23]

Agama di Kota Medan
Agama Persen
Islam
  
64,35%
Protestan
  
20,99%
Buddha
  
8,27%
Katolik
  
5,11%
Hindu
  
1,04%
Konghucu
  
0,06%

Agama utama di Kota Medan berdasarkan etnis adalah:

  • Buddha dan Konghucu terutama dipeluk oleh orang Tionghoa. Beberapa vihara yang ada di Kota Medan ialah: Vihara Gunung Timur, Maha Vihara Maitreya, Vihara Sakyamuni, Indonesia Theravada Buddhist Centre (ITBC), Vihara Mahasampatti, Vihara Borobudur, Pubbārāma Buddhist Centre Kota Bangun, Vihara Dharma Wijaya, Cetiya Atmavichara, Vihara Candi Buddha, Buddhist Meditation Centre, Yayasan Buddha Tzu Chi Medan dan lainnya.
  • Hindu, terutama dipeluk oleh orang Tamil atau suku India, dan Bali. Beberapa kuil atau pura yang ada di Kota Medan ialah Pura Agung Raksa Buana di Polonia, Kuil Shri Mariamman, Kuil shri muniswaren, dan Kuil Shri Mahasinggama Kaliamman Polonia

Kehidupan sosial

 
Pembukaan Festival Melayu Agung tahun 2012. Suku Melayu merupakan salah satu suku asli di Medan yang pernah mengalami masa keemasan di era Kesultanan Deli. Kesultanan Deli sendiri masih eksis hingga saat ini walaupun sudah tak memiliki kekuasaan politik.
 
Etnis India berkumpul setelah sembahyang di Kuil Shri Mariamman, Kampung Madras, Kota Medan

Pekerjaan

Sebagai kota terbesar di Pulau Sumatra dan di Selat Malaka, penduduk Medan banyak yang berprofesi di bidang perdagangan. Biasanya pengusaha Medan banyak yang menjadi pedagang komoditas perkebunan. Setelah kemerdekaan, sektor perdagangan secara konsisten didominasi oleh etnis Tionghoa dan Minangkabau. Bidang pemerintahan dan politik, dikuasai oleh orang-orang Melayu dan Mandailing. Sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan tinggi, seperti pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas digeluti oleh orang Minangkabau.[24]

Komposisi Etnis Berdasarkan Okupasi Profesional[25]
Etnis Pengacara Dokter Notaris Wartawan
Aceh 2,6% 3,9% -- 3,7%
Batak 13,2% 15,9% 18,5% 8,5%
Jawa 5,3% 15,9% 11,1% 10,4%
Mandailing 23,6% 14,1% 14,8% 18,3%
Minangkabau 36,8% 20,6% 29,7% 37,7%
Melayu 5,3% 5,9% 3,7% 17,7%
Sunda -- -- 3,7% 10,4%
Tionghoa -- 14,7% 7,4% 1,2%

Pola Pemukiman

Perluasan kota Medan telah mendorong perubahan pola pemukiman kelompok-kelompok etnis. Etnis Melayu yang merupakan penduduk asli kota, banyak yang tinggal di pinggiran kota seperti Belawan, Denai, dan Marelan. Etnis Tionghoa dan Minangkabau yang sebagian besar hidup di bidang perdagangan, 75% dari mereka tinggal di sekitar pusat-pusat perbelanjaan. Pemukiman orang Tionghoa dan Minangkabau sejalan dengan arah pemekaran dan perluasan fasilitas pusat perbelanjaan. Orang Mandailing juga memilih tinggal di pinggiran kota yang lebih nyaman, oleh karena itu terdapat kecenderungan di kalangan masyarakat Mandailing untuk menjual rumah dan tanah mereka di tengah kota, seperti di Kampung Masjid, Kota Maksum, dan Sungai Mati. Sedangkan pemukiman orang Karo dan Batak kebanyakan berada di bagian selatan kota, seperti Simalingkar atau Padang Bulan. Hal tersebut dikarenakan jarak antara kota Medan wilayah selatan lebih dekat dengan kampung halaman mereka dibandingkan pusat kota maupun wilayah pesisir, khususnya orang Karo yang berdomisili di sekitar Sibolangit, Berastagi, dan Kabanjahe, dimana hanya tinggal mengikuti Jalan Raya Djamin Ginting terus ke arah selatan untuk menuju kesana.[24]

Pendidikan

Pendidikan formal SD negeri dan swasta SMP negeri dan swasta SMA negeri dan swasta Perguruan tinggi
Jumlah satuan 827 337 288 72

Ekonomi

 
Bank Mandiri Medan Kota.

Beberapa bank yang ada di Kota Medan;

Kesehatan

Pariwisata

Ada banyak bangunan-bangunan tua di Medan yang masih menyisakan arsitektur khas Belanda. Contohnya: Gedung Balai Kota lama, Kantor Pos Medan, Menara Air Tirtanadi (yang merupakan ikon kota Medan), Titi Gantung - sebuah jembatan di atas rel kereta api, Kantor Pos, Bank Indonesia, Gedung London Sumatra dan Bangunan tua di daerah Kesawan.

Selain itu, masih ada beberapa bangunan bersejarah, antara lain Istana Maimun, Masjid Raya Medan, Masjid Raya Al Osmani dan juga rumah Tjong A Fie di kawasan Jl. Jend. Ahmad Yani (Kesawan).

Daerah Kesawan masih menyisakan bangunan-bangunan tua, seperti bangunan PT London Sumatra, dan ruko-ruko tua seperti yang bisa ditemukan di Penang, Malaysia dan Singapura. Ruko-ruko ini, kini telah disulap menjadi sebuah pusat jajanan makan yang ramai pada malam harinya. Saat ini Pemerintah Kota merencanakan Medan sebagai Kota Pusat Perbelanjaan dan Makanan. Diharapkan dengan adanya program ini menambah arus kunjungan dan lama tinggal wisatawan ke kota ini.

Bangunan Tua

 
Istana Maimun.
 
Gedung PT PP London Sumatra.
 
Rumah Tjong A Fie.
 
Beberapa Bangunan lama di Jalan Palang Merah

beberapa bangunan tua yang masih berfungsi di kota Medan;

Wisata kuliner

Berkas:Merdeka walk medan.jpg
Merdeka Walk.
  • Merdeka Walk, pusat jajanan 24 jam yang terletak di Lapangan Merdeka Medan dan tepat berada di seberang Balai Kota Lama Medan.
  • Ramadhan Fair, khusus dibuka pada saat bulan Ramadhan terletak bersebelahan dengan Masjid Raya Medan.
  • Kuliner Pagaruyung, masakan India dan Indonesia di daerah "Kampung Keling" ("Kampung Madras").
  • Asia Mega Mas Food Court Centre (唐 人 街), Terletak di Kompleks Asia Mega Mas Medan.
  • Pasar Merah Square, terletak di Jalan H.M. Jhoni, berdekatan dengan Kampus ITM dan UMSU.
  • Amaliun Food Court, terletak di Jalan Amaliun, dekat dengan Yuki Simpang Raya.
  • Medan Night Market by Fun Taste Street, terletak di Jalan Adam Malik Medan.
  • Jalan Dr. Mansyur (Kampus USU), pilihan berbagai cafe yang menawarkan beragam hidangan.
  • Jalan Semarang, masakan Tionghoa pada malam hari.
  • Jalan Sumatera, terletak di Pandau Hulu I Kecamatan Medan Kota.
  • Restoran Tip Top, Restoran yang dibangun pada zaman kolonial Belanda, terletak di Kesawan.
  • Imlek Fair, khusus diadakan menjelang perayaan Tahun Baru Imlek setahun sekali.
  • Kesawan City Walk, terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan.

Transportasi

Darat

Berkas:Becak Motor Transportasi Ikonik Kota Medan.jpg
Becak, salah satu transportasi umum yang masih eksis di Kota Medan
 
Stasiun Kereta Api Kota Medan.
 
Pelabuhan Internasional Belawan.

Keunikan Medan terletak pada becak bermotornya (becak mesin/ becak motor) yang dapat ditemukan hampir di seluruh Medan. Berbeda dengan becak biasa (becak dayung), becak motor dapat membawa penumpangnya ke mana pun di dalam kota. Selain becak, dalam kota juga tersedia angkutan umum berbentuk minibus (angkot/oplet) dan taksi. Pengemudi becak berada di samping becak, bukan di belakang becak seperti halnya di Jawa, yang memudahkan becak Medan untuk melalui jalan yang berliku-liku dan memungkinkan untuk diproduksi dengan harga yang minimal, karena hanya diperlukan sedikit modifikasi saja agar sepeda atau sepeda motor biasa dapat digunakan sebagai penggerak becak. Desain ini mengambil desain dari sepeda motor gandengan perang Jerman di Perang Dunia II.

Sebutan paling khas untuk angkutan umum adalah Sudako. Sudako pada awalnya menggunakan minibus Daihatsu S38 dengan mesin 2 tak kapasitas 500cc. Bentuknya merupakan modifikasi dari mobil pick up. Pada bagian belakangnya diletakkan dua buah kursi panjang sehingga penumpang duduk saling berhadapan dan sangat dekat sehingga bersinggungan lutut dengan penumpang di depannya.

Trayek pertama kali sudako adalah "Lin 01", (Lin sama dengan trayek) yang menghubungkan antara daerah Pasar Merah (Jl. HM. Joni), Jl. Amaliun dan terminal Sambu, yang merupakan terminal pusat pertama angkutan penumpang ukuran kecil dan sedang. Saat ini "Daihatsu S38 500 cc" sudah tidak digunakan lagi karena faktor usia, dan berganti dengan mobil-mobil baru seperti Toyota Kijang, Isuzu Panther, Daihatsu Zebra, dan Daihatsu Espass.

Selain itu, masih ada lagi angkutan lainnya yaitu bemo, yang berasal dari India. Beroda tiga dan cukup kuat menanjak dengan membawa 11 penumpang. Bemo kemudian digantikan oleh bajaj yang juga berasal dari India, yang di Medan dikenal dengan nama "toyoko".

Kereta api menghubungkan Medan dengan Tanjungpura di sebelah barat laut, Belawan di sebelah utara, dan Binjai-Tebing Tinggi-Pematang Siantar dan Tebing Tinggi-Kisaran-Tanjungbalai-Rantau Prapat di tenggara. Jalan Tol Belmera menghubungkan Medan dengan Belawan dan Tanjung Morawa. Jalan tol Medan-Kuala Namu-Tebing Tinggi dan Medan-Binjai juga sedang direncanakan pembangunannya.

Pada akhir tahun 2015, sistem Bus Rapid Transit Trans Mebidang telah beroperasi di kota Medan, kota Binjai, dan kabupaten Deli Serdang. Pada November dalam tahun yang sama, transportasi dalam jaringan berbasis aplikasi mulai masuk dan beroperasi di Kota Medan, yang diawali dengan ojek sepeda motor, dan diikuti kendaraan roda empat. Hal ini sempat mendapat berbagai protes dan pertentangan dari sejumlah pihak, termasuk pelaku moda angkutan transportasi yang telah ada sebelumnya.

Kehadiran TEMAN BUS di Kota Medan menjadi layanan yang kelima dalam program Buy The Service (BTS) yang digagas oleh Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. Operator yang menjalankan operasional layanan TEMAN BUS di Kota Medan adalah PT. Medan Bus Transport (Trans Metro Deli).

Angkutan Bus Rapid Transit (BRT) ini menjadi penunjang mobilisasi masyarakat Kota Medan yang mencakup hingga ke wilayah Distrik Belawan, Terminal Pinang Baris, Lapangan Merdeka, Terminal Amplas dan Tembung.

TEMAN BUS Medan sebanyak 72 unit dengan rute layanan di 5 Koridor, yaitu:

  • Koridor 1; Terminal Pinang Baris – Lapangan Merdeka
  • Koridor 2; Terminal Amplas – Lapangan Merdeka
  • Koridor 3; Belawan – Lapangan Merdeka
  • Koridor 4; Medan Tuntungan – Lapangan Merdeka
  • Koridor 5; Tembung – Lapangan Merdeka[26]

Terminal yang melayani warga Medan:

Laut

Pelabuhan Belawan terletak di bagian utara kota. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan Indonesia tersibuk di luar pulau Jawa. Layanan kapal feri menghubungkan Belawan dengan Penang di Malaysia.

Udara

Bandar Udara Internasional Kuala Namu di Kuala Namu, Beringin, Beringin, Deli Serdang yang menghubungkan Medan dan sekitarnya dengan kota-kota seperti Bandung, Palembang, Jakarta, Surabaya serta Kuala Lumpur, dan Georgetown di Malaysia dan Singapura.

Media massa

Pusat perbelanjaan

Plaza dan Mall

 
Sun Plaza, salah satu plaza dekat kantor Gubernur Sumatra Utara

Olahraga

Beberapa klub olahraga yang terdapat di Medan antara lain klub sepak bola: PSMS Medan, Medan Jaya, Medan Chiefs, Bintang PSMS Medan dan Medan United; dan klub basket: Angsapura Sania. Gelanggang olahraga yang terdapat di Medan antara lain Stadion Teladan, Stadion Kebun Bunga, dan GOR Angsapura. Sedangkan lapangan berolahraga adalah Lapangan Merdeka, Lapangan Persit Chandra Kirana (Jalan Gaperta), dan Lapangan Benteng.

Pekan Olahraga Kota Medan

Sejak tahun 2009, KONI Kota Medan dan pemerintah Kota Medan mengadakan Pekan Olahraga Kota (Porkot). Pembukaan dan penutupan Porkot dilaksanakan di Stadion Teladan.[27][28]

Porkot 2009 dilaksanakan tanggal 11-18 Agustus 2009 mempertandingkan 30 cabang olahraga.[27] Kecamatan Medan Helvetia menjuarai Porkot ini.[29][30]

Porkot 2010 dilaksanakan tanggal 11-18 Desember 2010 mempertandingkan 32 cabang olahraga.[31][32] Kecamatan Medan kota menjuarai porkot ini.[29]

Porkot 2011 dilaksanakan tanggal 15-22 Oktober 2011 mempertandingkan 33 cabang olahraga.[28] Kecamatan Medan Kota menjuarai Porkot ini dengan kecamatan Medan Helvetia berada di peringkat kedua dan kecamatan Medan Denai berada di peringkat ketiga.[33][34][35]

Hotel

Berkas:The-aryaduta-hotel-medan.jpg
The Aryaduta Hotel.
  • Grand Angkasa International Hotel
  • Danau Toba International Hotel
  • Hotel JW Marriott
  • Grand Aston City Hall
  • Grand Swissbell Hotel
  • The Aryaduta Hotel
  • Hotel Citi International
  • Santika Premiere Dyandra Hotel
  • Inna Dharma Deli Hotel
  • Hotel Deli River
  • Garuda Plaza Hotel
  • Alpha Inn
  • Grand Delta Hotel
  • Hotel Grand Antares Indonesia
  • Asean International Hotel
  • Novotel Soechi International Hotel
  • Hotel Tiara Medan
  • Hotel Haji Amir
  • Hotel Candi
  • Borobudur Asri Hotel
  • Garuda Plaza Hotel
  • Semarak International Hotel
  • Medan Ville Hotel
  • Gandhi Inn

Konsulat Jendral

Berikut adalah negara-negara yang memiliki perwakilan konsulat jenderal di Medan:

  1.   Amerika Serikat
  2.   Australia
  3.   Belanda
  4.   Belgia
  5.   Britania Raya
  6.   Tiongkok
  7.   Denmark
  8.   India
  9.   Jepang
  10.   Jerman
  11.   Malaysia
  12.   Norwegia
  13.   Pakistan
  14.   Rusia
  15.   Singapura
  16.   Sri Lanka
  17.   Swedia
  18.   Thailand
  19.   Turki

Kota Kembar

  1.   Georgetown, Pulau Penang, Malaysia (10 Oktober 1984)
  2.   Ichikawa, Chiba, Jepang (4 November 1989)
  3.   Gwangju, Jeolla Selatan, Korea Selatan (24 September 1997)
  4.   Chengdu, Sichuan, Republik Rakyat Tiongkok (17 Desember 2002)
  5.   Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat (30 Oktober 2014)

Tokoh dari Kota Medan

 
Sultan Ma'moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah, Sultan Deli IX (1873-1924).

Tokoh-tokoh yang berasal dari Medan:

Lihat Pula

Referensi

  1. ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 2 Februari 2022. 
  2. ^ a b c d "Kota Medan Dalam Angka 2019". BPS Medan. 2019-08-16. Diakses tanggal 20 Februari 2020. 
  3. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021". www.bps.go.id. Diakses tanggal 2 Desember 2021. 
  4. ^ "Pemko Medan - Lambang Kota Medan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-07-18. Diakses tanggal 2010-05-28. 
  5. ^ Otto, Ben (5 Januari 2014). "Indonesian Volcano Erupts 77 Times in 24 Hours". The Wall Street Journal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 Maret 2016. ((Perlu berlangganan (help)). 
  6. ^ Gunawan, Apriadi (1 April 2014). "Medan offers historical and religious tourist sites". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Maret 2016. Diakses tanggal 12 September 2016. 
  7. ^ https://www.bappenas.go.id/files/2713/5227/9312/bag-z-74-75-cek__20090130070903__25.doc
  8. ^ Geografi. Grasindo. ISBN 978-979-759-619-4. 
  9. ^ a b "Sejarah Kota Medan Sejarah Multi Kebudayaan". Diakses tanggal 25 Agustus 2018. 
  10. ^ "Medan, Indonesia Köppen Climate Classification (Weatherbase)". Weatherbase. Diakses tanggal 4 Juli 2015. 
  11. ^ "INDONESIA - Polonia". Centro de Investigaciones Fitosociológicas. Diakses tanggal 3 Oktober 2020. 
  12. ^ "Buku Peta Rata-Rata Curah Hujan Dan Hari Hujan Periode 1991-2020 Indonesia" (PDF). BMKG. hlm. 66 & 131. Diakses tanggal 3 Oktober 2024. 
  13. ^ "Medan, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 3 Oktober 2020. 
  14. ^ "Total Hours of Sunshine, Medan, Indonesia". WeatherOnline. Diakses tanggal 3 Oktober 2020. 
  15. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Medan 2014-2019
  16. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Medan 2019-2024
  17. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  18. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  19. ^ "BPS Kota Medan - Jumlah Penduduk & Kepadatan Penduduk Kota Medan tahun 2009". Diakses tanggal 2010-07-05. 
  20. ^ a b c "Penduduk Sumut paling padat di Medan". 2010-08-17. Diakses tanggal 2010-08-25. 
  21. ^ "Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012". BPS Sumut. 2012. Diakses tanggal 2014-01-11. 
  22. ^ "Pemetaan Penduduk Berdasarkan Suku di Kota Medan" (pdf). www.academia.edu. Februari 2018. Diakses tanggal 2 Februari 2022. 
  23. ^ "Kota Medan Dalam Angka 2016"
  24. ^ a b (Indonesia) "Orang Melayu di Kota Medan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Juli 2011. 
  25. ^ "IDI, Peradin, Ikatan Notaris Cabang Medan, PWI, 1980". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-14. Diakses tanggal 2009-07-15. 
  26. ^ "Teman Bus Medan". TEMAN BUS (Transportasi Ekonomis Mudah Andal dan Nyaman). © 2020 Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. 
  27. ^ a b "Portal Berita Orang Sumut | Portalnya Orang Sumut". ANTARA Sumut. 2009-08-12. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-26. Diakses tanggal 2011-10-30. 
  28. ^ a b Lukmanul Hakim (2011-10-22). "Selamat Datang di Situs Resmi Koni Medan". Koni-medan.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-12. Diakses tanggal 2011-10-30. 
  29. ^ a b Freddie Chandra S.Kom. "Medan Kota Juara Umum Porkot 2010 - Harian Medan Bisnis". Medanbisnisdaily.com. Diakses tanggal 2011-10-30. 
  30. ^ "Helvetia Juara Umum | Arsip Harian Sumut Pos | 7078". Hariansumutpos.com. 2009-08-19. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-14. Diakses tanggal 2011-10-30. 
  31. ^ Freddie Chandra S.Kom. kota_buka_porkot_medan_2010_hari_ini/ "Wali kota Buka Porkot Medan 2010 Hari Ini - Harian Medan Bisnis" Periksa nilai |url= (bantuan). Medanbisnisdaily.com. Diakses tanggal 2011-10-30. 
  32. ^ "Wali Kota Dukung Gelaran Porkot 2010 | Arsip Harian Sumut Pos | 66695". Hariansumutpos.com. 2010-11-20. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-22. Diakses tanggal 2011-10-30. 
  33. ^ "Medan Kota Tetap Juara Porkot Medan 2011". KONI Medan. 2011-10-26. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-12. Diakses tanggal 2011-10-30. 
  34. ^ Lukmanul Hakim (2011-10-22). "Selamat Datang di Situs Resmi Koni Medan". Koni-medan.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-12. Diakses tanggal 2011-10-30. 
  35. ^ Freddie Chandra S.Kom. "Medan Kota Pertahankan Gelar Juara Umum Porkot - Harian Analisa". Analisisdaily.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-12. Diakses tanggal 2011-10-30. 

Daftar Pustaka

  • (Indonesia) Suti, Bayo Medan Menuju Kota Metropolitan (Yayasan Potensi Pengembangan Daerah, Medan, 1979)

Pranala luar

  Kota Provinsi Populasi     Kota Provinsi Populasi
1 Jakarta Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11.135.191  
Kota Medan
7 Makassar Sulawesi Selatan 1.477.861
2 Surabaya Jawa Timur 3.017.382 8 Batam Kepulauan Riau 1.294.548
3 Bandung Jawa Barat 2.579.837 9 Pekanbaru Riau 1.138.530
4 Medan Sumatera Utara 2.539.829 10 Bandar Lampung Lampung 1.073.451
5 Palembang Sumatera Selatan 1.781.672 11 Padang Sumatera Barat 939.851
6 Semarang Jawa Tengah 1.699.585 12 Malang Jawa Timur 885.271
Sumber: Data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (per 30 Juni 2024). Catatan: Tidak termasuk kota satelit.