Kitab Pengkhotbah

Revisi sejak 5 November 2024 11.16 oleh Dewinta88 (bicara | kontrib) (Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kitab Pengkhotbah (disingkat Pengkhotbah; akronim Pkh.) merupakan salah satu kitab pada Perjanjian Lama Alkitab Kristen dan Tanakh (atau Alkitab Ibrani). Dalam Perjanjian Lama, Kitab Pengkhotbah merupakan bagian dari kelompok kitab-kitab puisi. Sedangkan pada Alkitab Ibrani, kitab ini disebut Gulungan Qohelet (bahasa Ibrani: מְגִלַּת קֹהֶלֶת, translit. Megillat Qohelet‎), dan merupakan bagian dari kelompok Ketuvim, atau lebih tepatnya merupakan salah satu dari Lima Gulungan. Dalam Septuaginta Yunani, kitab ini disebut "Βιβλίον Ἐκκλησιαστής" (Biblíon Ekklēsiastḗs), dan diserap menjadi "Liber Ecclesiastes" dalam Vulgata Latin. Dalam Alkitab Terjemahan Lama, kitab ini disebut "Kitab Alkhatib".

"Pengkhotbah" merupakan tokoh (atau gelar tokoh) utama kitab ini. Nama ini sendiri merupakan terjemahan bebas dari nama tokoh tersebut dalam bahasa Ibrani, yakni Qohelet (קֹהֶלֶת). Meskipun diperkirakan bahwa nama Ibrani tersebut berhubungan dengan kata nomina קָהָל (qahal, har. "perkumpulan, persekutuan, perhimpunan, publik, masyarakat, komunitas"),[1] tidak jelas apa arti yang sebenarnya dari nama ini.[2]

Menurut Konkordansi Strong, nama "Qohelet" merupakan kata partisip aktif feminim dari kata verba קָהַל (qahal) dalam bentuk sederhana (qal).[a][3] Berdasarkan hal itu, קֹהֶלֶת (qohelet) mungkin saja berarti "penghimpun (perempuan)" jika קָהַל (qahal) merupakan bentuk aktif (seperti yang disebutkan dalam Konkordansi Strong),[3] atau juga berarti "seorang (perempuan) yang dihimpun" atau "anggota (wanita) dalam suatu perhimpunan" jika merupakan bentuk pasif (seperti yang diilhami oleh penyusun Septuaginta). Menurut pemahaman mayoritas dewasa ini, kata ini mendapat makna yang lebih luas daripada arti-arti yang disebutkan di atas, sehingga arti dari kata ini kurang lebih menjadi "seseorang yang berbicara atau bersuara dalam perhimpunan", yang bersinonim dengan kata "pengkhotbah", "pembicara", atau "pengajar".[2]

Nama Qohelet diterjemahkan dalam Septuaginta Yunani menjadi "Ἐκκλησιαστής" (Ekklēsiastḗs) yang secara harfiah berarti "anggota dalam suatu perhimpunan". Kata ini diturunkan dari kata ἐκκλησία (ekklēsíā, har. "persekutuan, perhimpunan, kongregasi, jemaat, Gereja") dengan imbuhan pembentuk nomina maskulin -τής (-tḗs).[4] Nama Yunani ini diserap menjadi "Ecclesiastes" dalam bahasa Latin dan Inggris.

 
Lukisan raja Salomo sebagai Pengkhotbah, dari "Dore's illustrations for the Book of Proverbs".

Kitab Pengkhotbah berisi "hikmat-hikmat kehidupan" dan "buah-buah pikiran" yang diperoleh Sang "Pengkhotbah". Di dalam kitab ini, terdapat renungan-renungan "Pengkhotbah" yang mendalam akan betapa singkatnya hidup manusia yang penuh pertentangan, ketidakadilan, dan hal-hal yang sulit dimengerti. Menurutnya, "hidup itu sia-sia" dan "tindakan Tuhan dalam menentukan nasib manusia tidak dapat dipahami". Meskipun demikian, orang-orang diharapkan tetap bekerja dengan giat, dan untuk sebanyak dan selama mungkin menikmati pemberian-pemberian Tuhan. Kebanyakan dari buah pikiran "Pengkhotbah" bertema suram, bahkan terkesan kadang kata-katanya terkesan penuh keputusasaan. Namun dari keberadaan kitab ini, dapat disimpulkan bahwa iman yang berdasarkan Alkitab cukuplah luas untuk mempertimbangkan juga keragu-raguan dan keputusasaan semacam itu.[5]

Pada bagian awal dan akhir dari Kitab Pengkhotbah, terdapat kata-kata pengantar yang memperkenalkan tokoh "Pengkhotbah" ("Qohelet") dan perikop rangkuman atas kisah dari "Pengkhotbah" tersebut. Bagian isi utama diceritakan oleh sudut pandang tokoh "Pengkhotbah" yang menceritakan perjalanan hidupnya dan segala yang direncanakan, dilakukan, dialami dan dipikirkan olehnya seperti yang diterangkan di atas.

Ayat-ayat terkenal

sunting
  • Pengkhotbah 1:9: Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.
  • Pengkhotbah 3:1: Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
  • Pengkhotbah 3:10–11: Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.
  • Pengkhotbah 11:9: Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!
  • Pengkhotbah 12:1: Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!"

Naskah sumber

sunting

Kepengarangan

sunting

Perdebatan atas kepengarangan

sunting

Secara tradisional pengarang Kitab Pengkhotbah diyakini adalah Salomo, anak Daud, yang dikenal memiliki hikmat Ilahi.[7] Para penafsir Yahudi tradisional membaca secara harfiah ayat Pengkhotbah 1:1 dan menerjemahkannya sebagai hasil karangan Salomo.[7] Penafsiran tradisional ini bertahan hingga munculnya metode-metode yang bersifat kritis, baik historis maupun literer, yang melihat inkonsistensi pada beberapa bagian.[7] Ada beberapa alasan yang mengarah kepada dugaan bahwa penulis kitab ini bukanlah Salomo.

  1. Alasan isi. Pertama-tama, memang nama Salomo tidak pernah dikatakan secara eksplisit dalam seluruh kitab ini dan juga dalam Pengkhotbah 1:16 dikatakan bahwa ada orang-orang yang memerintah Yerusalem sebelum Pengkhotbah, padahal hanya ada satu orang yang pernah memerintah Yerusalem sebelum Salomo, yaitu Daud.[7] Hal ini dibantah dengan fakta bahwa memang sebelum Salomo, hanya Daud sebagai raja Kerajaan Israel yang memerintah di Yerusalem, tetapi sebelum itu sudah ada sejumlah raja di Yerusalem ketika masih dikuasai oleh orang Kanaan, antara lain Melkisedek (Kejadian 14:18), Adoni-Zedek (Yosua 10:1), dan Abdi-Khepa (disebut di Surat-surat Amarna), dan selanjutnya tidak ada raja yang sebijaksana Salomo di Yerusalem.[8] Ada pula kesan bahwa raja atau tokoh kerajaan yang berbicara hanya ada pada Pengkhotbah 1-2, sedangkan sisanya kesan yang muncul adalah seorang tua yang merenung dan memberi nasihat.[7] Ditambah lagi pada Pengkhotbah 8:2-8 disinggung mengenai perilaku seorang abdi di depan raja, sehingga bagian itu tentulah pemikiran seorang abdi, bukan raja.[7]
  2. Alasan kebahasaan. Bahasa senantiasa mengalami perkembangan.[7] Di dalam kitab ini banyak ungkapan yang dipengaruhi oleh bahasa Aram, misalnya sye dari asyer dan illu dari im lo.[7] Padahal pengaruh bahasa Aram terhadap bahasa Ibrani dianggap baru dimulai menjelang pembuangan (587/6 SM) hingga menjadi dominan pada masa sesudah pembuangan (538 SM), dan akhirnya dipakai bersama bahasa Ibrani sebagai bahasa pergaulan untuk penduduk Palestina pada zaman Yesus.[7] Selain itu, ungkapan-ungkapan kitab ini juga memiliki banyak kemiripan dengan ungkapan dalam Mishna, yaitu kumpulan hukum lisan Yahudi, dan penulisan Mishna tidak mungkin berdekatan dengan masa Salomo.[7]
  3. Alasan pemikiran. Dalam kitab ini terdapat pengaruh pemikiran Yunani, meskipun tidak perlu menganggap bahwa pengarangnya menganut sebuah pemikiran filsafat Yunani tertentu.[7] Pengaruh pemikiran Yunani mulai tersebar di daerah sekitar Laut Tengah pada zaman Alexander Agung dan sesudahnya.[7]
  4. Alasan gaya bahasa. Secara kritis-literer, dapat diketahui bahwa ada perubahan narator dalam kitab ini, yaitu pada Pengkhotbah 1-2 narator seolah mengidentikkan diri dengan Salomo, namun setelah itu narator seolah menjadi tokoh tua yang dikatakan sebelumnya.[7] Kemudian secara kritis-historis juga dapat ditemukan bahwa gaya menokohkan tokoh kerajaan yang terkenal, merupakan peniruan terhadap seni sastra Mesir kuno yang selalu merujuk kata-kata bijaksana ke seorang raja termashyur pada masa lalu.[7]

Waktu penulisan

sunting

Mengenai waktu penulisan, ada berbagai pendapat yang berbeda.[9] Jika diterima bahwa penulisnya adalah Salomo, maka kitab ini ditulis pada abad ke-9 SM, akan tetapi ada konsensus di antara sejumlah ahli bahwa waktu penulisan Kitab Pengkhotbah adalah di antara tahun 400-200 SM.[9][10] Alasannya, kitab ini ditulis setelah pembuangan dan juga setelah mendapat pengaruh filsafat Yunani sehingga diperkirakan ditulis setelah tahun 400 SM.[9] Sedangkan alasan mengapa tidak mungkin melewati tahun 200 adalah adanya acuan terhadap kitab ini dari Kitab Sirakh (ditulis kira-kira 180 SM.)[9], serta ditemukannya bagian dari kitab ini di antara Gulungan Laut Mati yang umurnya diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-2 SM.[11]

Perikop

sunting

Judul perikop dalam Kitab Pengkhotbah menurut Alkitab Terjemahan Baru oleh LAI adalah sebagai berikut.

Pendahuluan
  • Segala sesuatu sia-sia (1:1–11)
Kesia-siaan hidup mementingkan diri
  • Pengejaran hikmat adalah sia-sia (1:12–18)
  • Hikmat dan kebodohan adalah hal yang sia-sia (2:1–26)
Pengalaman-pengalaman hidup
  • Untuk segala sesuatu ada waktunya (3:1–15)
  • Ketidakadilan dalam hidup (3:16 – 4:6)
  • Kesia-siaan dalam hidup (4:7–16)
  • Takutlah akan Allah (4:17 – 5:6)
  • Kesia-siaan kekayaan (5:7 – 6:12)
  • Hikmat yang benar (7:1–22)
  • Pengejaran hikmat yang mengecewakan (7:23 – 8:1)
  • Kepatuhan kepada raja (8:2–8)
  • Pekerjaan Allah tidak dapat diselami manusia (8:9–17)
  • Nasib semua orang sama (9:1–12)
  • Hikmat lebih baik dari pada kuasa (9:13–18)
  • Akibat-akibat kebodohan (10:1–20)
  • Pedoman-pedoman hikmat (11:1–8)
Penutup
  • Nasihat bagi pemuda-pemudi (11:9 – 12:8)
  • Akhir kata (12:9–14)

Kitab Pengkhotbah merupakan salah satu dari Lima Gulungan (Megillot) yang dibacakan pada Hari Raya Pondok Daun.[11] Di dalam kanon Alkitab Ibrani, kitab ini termasuk dalam bagian tulisan-tulisan (Yahudi: Ketuvim) dan berada pada urutan ke-6 dari bagian tersebut.[12] Kemudian di dalam kanon lainnya, seperti Septuaginta dan Vulgata (bahasa Latin; kanon Katolik Roma saat ini), terdapat pengelompokan tulisan-tulisan yang dianggap berasal dari Daud dan Salomo.[9] Dengan demikian urutannya adalah Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Salomo (dalam kanon Protestan kitab Kebijaksanaan Salomo dianggap Apokrifa).[9] Alasan penempatan ini adalah acuan tak langsung pada Salomo dan adanya tulisan-tulisan hikmat yang dikaitkan dengan nama Salomo.[9] Kelompok ini ditempatkan setelah Mazmur karena tulisan yang dianggap berasal dari Salomo harus ditempatkan setelah tulisan-tulisan yang berasal dari Daud, ayahnya.[9]

Sebenarnya kitab Pengkhotbah ini memiliki kontradiksi-kontradiksi dengan ortodoksi Yahudi saat itu.[11] Karena itulah ada tafsiran yang mengatakan bahwa ayat-ayat pada Pengkhotbah 12:12-14 merupakan tambahan yang bertujuan mengarahkan kitab ini ke arah ortodoksi, yaitu penerapan hukum Yudaisme.[11] Tampaknya kitab ini berhasil masuk kanon Yahudi karena dianggap berasal dari Salomo.[11]

Pengutipan dalam karya modern

sunting

Kitab Pengkhotbah memiliki pengaruh yang besar dalam karya Barat modern. Banyak ayat yang terdapat dalam kitab ini dikutip dan digunakan sebagai inspirasi atas karya-karya tersebut. Berikut di antaranya.

Lihat pula

sunting

Catatan

sunting
  1. ^ Bentuk qal (קַל) merupakan salah satu konjugasi (bahasa Ibrani: בניין‎, binyan) kata kerja dalam tata bahasa Ibrani yang merupakan bentuk sederhana dan pembentukan kata dasar paling sederhana yang umumnya sebagian besar dapat ditemukan dalam kamus-kamus bahasa Ibrani. Bentuk konjugasi ini dapat digunakan sebagai verba aktif atau pasif dan sebagai verba transitif dan intransitif tergantung katanya.

Referensi

sunting
  1. ^ "Strong's Hebrew: 6951. קָהָל (qahal) -- assembly, convocation, congregation". biblehub.com. Diakses tanggal 2020-07-29. 
  2. ^ a b Even-Shoshan, Avraham (2003). Even-Shoshan Dictionary. hlm. Entry "קֹהֶלֶת". 
  3. ^ a b "H6953 קהלת - Strong's Hebrew Lexicon". studybible.info. Diakses tanggal 2020-07-28. 
  4. ^ "Greek Word Study Tool". www.perseus.tufts.edu. Diakses tanggal 2020-07-28. 
  5. ^ Pengantar Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia, 2002.
  6. ^ Transkrip Naskah Laut Mati
  7. ^ a b c d e f g h i j k l m n Emanuel Gerrit Singgih. 2001. Hidup di Bawah Bayang-Bayang Maut: Sebuah Tafsir Kitab Pengkhotbah. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  8. ^ The Nelson Study Bible. Thomas Nelson, Inc. 1997
  9. ^ a b c d e f g h W.S. Lasor. 2005. Pengantar Perjanjian Lama 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 145.
  10. ^ S. Wismoady Wahono.1986. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  11. ^ a b c d e (Inggris)Georg Fohrer. 1968. Introduction to Old Testament. Nashville: Abingdon Press. Hal. 334.
  12. ^ (Inggris)Norman K. Gottwald. 1985. The Hebrew Bible: A Socio-Literary Introduction. Philadelphia: Fortress Press. Hal. 884.
  13. ^ Shaw, Bernard (2006). The adventures of the black girl in her search for God. London: Hesperus. ISBN 1843914220. OCLC 65469757. 

Pranala luar

sunting
Terjemahan Yahudi
Terjemahan Kristen (bahasa Inggris)
Artikel terkait