KRL Commuter Line
KA Commuter Jabodetabek (atau disebut juga KRL Commuter Line, dulu dikenal sebagai KRL Jabotabek) adalah jalur kereta rel listrik yang dioperasikan oleh PT KAI Commuter Jabodetabek, anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia (PTKA). KRL telah beroperasi di wilayah Jakarta sejak tahun 1976, hingga kini melayani rute komuter di wilayah DKI Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.
KA Commuter Jabodetabek | |||
---|---|---|---|
Info | |||
Pemilik | PT Kereta Api Indonesia | ||
Wilayah | Wilayah Metropolitan Jakarta Raya | ||
Jenis | Transportasi umum, Kereta api komuter | ||
Jumlah jalur | 6 | ||
Jumlah stasiun | 80 | ||
Penumpang harian | 500.000 orang per hari [1] | ||
Kantor pusat | Jl. Ir. H. Juanda 1, Jakarta Pusat | ||
Situs web | www.krl.co.id | ||
Operasi | |||
Dimulai | 6 April 1925 (dibawah Staats Spoorwegen, perusahaan kereta kolonial belanda) 15 September 2008 (dibawah PT. KCJ, sebagai KA Commuter Jabodetabek) | ||
Operator | PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) | ||
Panjang kereta | 8 gerbong per rangkaian 2014 direncanakan 10 gerbong per rangkaian | ||
Waktu antara | 5 - 15 menit | ||
Teknis | |||
Panjang sistem | 235 km (146 mi) | ||
Lebar sepur | 1067 | ||
Listrik | 1,500 V DC | ||
Kecepatan rata-rata | 40 km/h (25 mph) | ||
Kecepatan tertinggi | 90 km/h (55 mph) | ||
|
Sejarah
Staats Spoorwegen, sebagai operator kereta api milik Pemerintah Kolonial Belanda, memulai proyek elektrifikasi jalur kereta Tanjung Priok - Meester Cornelis (Jatinegara) pada tahun 1923 dan diresmikan pada 1925. Proyek elektrifikasi terus berlanjut pada lingkar Jakarta, hingga Bogor dan Bekasi. Kereta yang digunakan ialah lokomotif listrik seri 3000 buatan pabrik SLM–BBC (Swiss Locomotive & Machine works - Brown Baverie Cie), lokomotif listrik seri 3100 buatan pabrik AEG (Allgemaine Electricitat Geselischaft) Jerman, lokomotif listrik seri 3200 buatan pabrik Werkspoor Belanda serta kereta listrik buatan pabrik Westinghouse dan kereta listrik buatan pabrik General Electric.
Jalur kereta yang terelektrifikasi tersebut terus digunakan dan diperluas wilayah operasionalnya sejak kemerdekaan Indonesia. Pengoperasian jalur kereta api di Indonesia dilaksanakan oleh Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (kini sebagai PTKA). Lokomotif yang telah digunakan sejak zaman Belanda dan dianggap sudah tidak layak jalan digantikan oleh rangkaian kereta listrik buatan Jepang sejak tahun 1976. Sejak tahun 2000, Pemerintah Indonesia rutin mendapatkan hibah rangkaian maupun pembelian kereta listrik dari Jepang, yang kemudian digunakan untuk menambah armada kereta listrik Jakarta.
Pada tahun 2008 dibentuk anak perusahaan PT KA, yakni PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), yang fokus pada pengoperasian jalur kereta listrik di wilayah Daerah Operasional (DAOP) 1 Jabotabek, yang saat itu memiliki 37 rute kereta yang melayani wilayah Jakarta Raya. PT KCJ memulai proyek modernisasi angkutan KRL pada tahun 2011, dengan menyederhanakan rute yang ada menjadi 5 rute utama, penghapusan KRL ekspress, penerapan gerbong khusus wanita, dan mengubah nama KRL ekonomi-AC menjadi Kereta Commuter. Proyek ini dilanjutkan dengan renovasi, penataan ulang, dan sterilisasi sarana dan prasarana termasuk jalur kereta dan stasiun kereta, serta penempatan satuan keamanan pada tiap gerbong. Saat Stasiun Tanjung Priok diresmikan kembali setelah dilakukan renovasi total pada tahun 2009, jalur kereta listrik bertambah menjadi 6, walaupun belum sepenuhnya beroperasi. Pada Juli 2013, PT KCJ mulai menerapkan sistem tiket elektronik COMMET (Commuter Electronic Ticketing) dan perubahan sistem tarif kereta.[2]
Rute
Saat ini terdapat 6 rute utama KA Commuter Jabotabek yang ada. Dalam kolom daftar stasiun, stasiun transit dan terminus ditandai dengan huruf TEBAL KAPITAL, sedangkan stasiun non-aktif, direncanakan / tidak melayani KA Commuter ditandai dengan huruf bercetak Miring dan Tanda ←→ menandakan PP (Pergi Pulang).
Warna Jalur | Jalur | Rute | Total Stasiun | Beroperasi mulai | Status | Daftar Stasiun yang dilewati | Keterangan |
---|---|---|---|---|---|---|---|
MERAH | Jakarta - Bogor/Depok | Jakarta Kota ke Bogor Jakarta Kota ke Depok |
24 (Tujuan Bogor) 20 (Tujuan Depok) |
1930 | PP | JAKARTA KOTA ←→ Jayakarta ←→ Mangga Besar ←→ Sawah Besar ←→ JUANDA ←→ Gambir ←→ GONDANGDIA ←→ Cikini ←→ MANGGARAI ←→Tebet ←→ Cawang ←→ Duren Kalibata ←→ Pasar Minggu Baru ←→ Pasar Minggu ←→ Tanjung Barat ←→ Lenteng Agung ←→ Universitas Pancasila ←→ Universitas Indonesia ←→ Pondok Cina ←→ Depok Baru ←→ DEPOK ←→Citayam ←→ Bojonggede ←→ Cilebut ←→ BOGOR | Tidak berhenti di Stasiun Gambir. Penumpang tujuan Gambir dapat turun di stasiun terdekat (Juanda dan Gondangdia) lalu menggunakan kendaraan umum ke stasiun Gambir |
BIRU | Jakarta - Bekasi | Jakarta Kota ke Bekasi | 16 | 1987 | PP | JAKARTA KOTA ←→ Jayakarta ←→ Mangga Besar ←→ Sawah Besar ←→ JUANDA ←→ Gambir ←→ GONDANGDIA ←→ Cikini ←→ MANGGARAI ←→ JATINEGARA ←→ Cipinang ←→ Klender ←→ Buaran ←→ Klender Baru ←→ Cakung ←→ Rawabebek ←→ Kranji ←→ BEKASI | Tidak berhenti di Stasiun Gambir. Penumpang tujuan Gambir dapat turun di stasiun terdekat (Juanda dan Gondangdia) lalu menggunakan kendaraan umum ke stasiun Gambir. Tidak berhenti di Stasiun Rawa Bebek. |
KUNING | Lingkar Jakarta | Jatinegara ke Bogor Jatinegara ke Depok |
28 (Tujuan Bogor) 24 (Tujuan Depok) |
1987 | PP | JATINEGARA ←→ Pondok Jati ←→ Kramat ←→ Gang Sentiong ←→ PASAR SENEN ←→ KEMAYORAN ←→ Rajawali ←→ KAMPUNG BANDAN ←→ Angke ←→ DURI ←→ TANAH ABANG ←→ Karet → Sudirman ←→ Mampang ←→ MANGGARAI ←→Tebet ←→ Cawang ←→ Duren Kalibata ←→ Pasar Minggu Baru ←→ Pasar Minggu ←→ Tanjung Barat ←→ Lenteng Agung ←→ Universitas Pancasila ←→ Universitas Indonesia ←→ Pondok Cina ←→ Depok Baru ←→ DEPOK → Citayam → Bojonggede ←→ Cilebut ←→ BOGOR | Berhenti di Stasiun Pasar Senen hanya untuk dari arah Jatinegara. Penumpang tujuan Pasar Senen selain dari arah Jatinegara dapat turun di stasiun terdekat (Kemayoran) lalu menggunakan kendaraan umum ke stasiun Pasar Senen Tidak berhenti di Stasiun Angke. Tidak berhenti di Stasiun Mampang. |
HIJAU | Jakarta - Tangerang Selatan/Bogor/Lebak | Tnh. Abang ke Serpong Tnh. Abang ke Parung Panjang Tnh. Abang ke Maja |
8 (Tujuan Serpong) 11 (Tujuan Parung Panjang) 17 (Tujuan Maja) |
2013 | PP | TANAH ABANG ←→ Palmerah ←→ Kebayoran ←→ Pondok Betung ←→ Pondok Ranji ←→ Jurangmangu ←→ Sudimara ←→ Ciater ←→ Rawa Buntu ←→ SERPONG ←→ Cisauk ←→ Cicayur ←→ PARUNG PANJANG ←→ Cilejit ←→ Daru → Tenjo ←→ Tigaraksa ←→ Cikoya ←→ MAJA | Tidak berhenti di Stasiun Pondok Betung. Tidak berhenti di Stasiun Ciater. |
COKLAT | Jakarta - Tangerang | Duri ke Tangerang | 9 | 1997 | PP | DURI ←→ Grogol ←→ Pesing ←→ Kembangan ←→ BojongIndah ←→ Rawa Buaya ←→ Kalideres ←→ Poris ←→ Batu Ceper ←→ Tanah Tinggi ←→ TANGERANG | Di jalur ini direncanakan akan dibangun jalur kereta menuju terminal Bandara Soekarno-Hatta. |
PINK | Tanjung Priok Line | Jakarta Kota ke Tanjung Priok | 4 | Belum beroperasi penuh | PP | JAKARTA KOTA ←→ KAMPUNG BANDAN ←→ Ancol ←→ TANJUNG PRIOK | Saat ini Jalur Pink hanya melayani rute Jakarta Kota hingga Kampung Bandan. |
Stasiun
Stasiun Utama
Berikut ini adalah daftar stasiun terminus (staiun awal/akhir) utama maupun stasiun besar yang juga berfungsi sebagai stasiun transit dan stasiun kereta jarak jauh.
Stasiun | Jalur | Diresmikan pada | Stasiun KA Jarak Jauh | Tipe | Keterangan |
---|---|---|---|---|---|
Stasiun Jakarta Kota | 1926 | Ya | Terminus KA Commuter Terminus KA Jarak Jauh | ||
Stasiun Gambir | 1884 | Ya | Terminus KA Jarak Jauh | Saat ini, Stasiun Gambir tidak melayani KA Commuter dikarenakan jadwal KA Jarak Jauh yang padat. Penumpang KA Commuter yang akan menuju pusat kota turun melalui stasiun terdekat dengan Gambir (Gondangdia atau Juanda). | |
Stasiun Manggarai | 1918 | Tidak | Transit KA Commuter Transit KA Jarak Jauh | ||
Stasiun Jatinegara | 1910 | Ya | Transit KA Commuter Transit KA Jarak Jauh. | ||
Stasiun Tanah Abang | 1910 | Ya | Transit KA Commuter Terminus KA Lintas Barat |
KA Lintas Barat dioperasikan oleh PTKA, terdiri dari KA Rangkas Jaya, KA Banten Ekspress dan KA Kalimaya yang beroperasi sepanjang jalur kereta api Tanah Abang hingga Merak. Juga melayani KA Krakatau tujuan Kediri & Merak. | |
Stasiun Duri | Tidak | Transit KA Commuter | Stasiun Duri akan dioperasikan sebagai Transit KA Bandara Internasional Soekarno-Hatta, yang pembangunannya akan dimulai pada akhir 2013. | ||
Stasiun Kampung Bandan | Tidak | Transit KA Commuter | |||
Stasiun Pasar Senen | 1925 | Ya | Terminus KA Jarak Jauh | Saat ini, Stasiun Pasar Senen hanya melayani KA Commuter dari arah Jatinegara. Penumpang KA Commuter yang akan menuju Pasar Senen selain dari arah Jatinegara dapat turun melalui stasiun terdekat dengan Pasar Senen yaitu Kemayoran. | |
Stasiun Bogor | 1881 | Tidak | Terminus KA Commuter Terminus KA Lintas Sukabumi |
Merupakan terminus dari KA Pangrango yang dioperasikan oleh PTKA, melayani rute Bogor-Sukabumi. | |
Stasiun Bekasi | 1887 | Tidak | Terminus KA Commuter Transit KA Jarak Jauh | ||
Stasiun Tangerang | 1899 | Tidak | Terminus KA Commuter | Stasiun ini merupakan stasiun paling ujung di Jalur kereta api Tangerang-Duri | |
Stasiun Tanjung Priok | 1885 | Ya | Terminus KA Commuter Terminus KA Jarak Jauh |
Belum melayani KRL karena sebagian prasarna masih rusak. Stasiun ujung. | |
Elektrifikasi dan Penambahan RutePada 2014 direncanakan elektrifikasi jalur Citayam-Nambo akan selesai dan dapat dilewati oleh KA Commuter, setelah sebelumnya dinonaktifkan pada tahun 2006.[3] Kereta KA Commuter akan melewati:
Selain itu, jalur Green Line akan diperpanjang sampai Stasiun Rangkasbitung pada tahun 2016.
Saat ini Blue Line juga akan dilanjutkan sampai Stasiun Cikarang. Pengerjaan sudah dimulai sejak akhir tahun 2013. Jalur Jatinegara-Cikarang akan digandakan menjadi 4 jalur kereta api. Direncakan elektrifikasi akan selesai pada tahun 2015 Tiket Elektronik dan TarifMulti Trip dan Single Trip Sebagai tahapan penerapan program E-Ticketing, PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT KAI Commuter Jabodetabek mulai 2012 mengganti KTB (Kartu Trayek Bulanan) / KLS (Kartu Langganan Sekolah) secara bertahap hingga pada 1 Juli 2013 ditetapkan menjadi COMMET (Commuter Electronic Ticketing). Kartu COMMET adalah alat pembayaran pengganti uang tunai yang digunakan untuk transaksi perjalanan KA Commuter sebagai tiket perjalanan KA, yang disediakan dalam bentuk kartu sekali pakai (Single-Trip) dan prabayar (Multi-Trip). Penumpang diwajibkan untuk melakukan tap-in di gerbang masuk dan memasukkan kartu single-trip ke dalam gerbang keluar atau cukup tap-out bagi pengguna kartu prabayar di gerbang keluar. Bersamaan dengan pemberlakuan COMMET, sistem 'Tarif Progresif' diberlakukan. Sistem ini menggunakan hitungan jumlah stasiun yang dilewati sebagai dasar perhitungan tarif tiap penumpang. 5 Stasiun pertama yang dilewati penumpang akan dikenakan tarif sebesar Rp 3000 dan tiap 3 stasiun berikutnya dikenakan biaya Rp 1000. Untuk periode Juli hingga November 2013, karena adanya subsidi sementara dana PSO Kementerian Perhubungan bagi KA Commuter, maka tarif masing-masing turun menjadi Rp 2000 dan Rp 500.[4] Tiket Harian Berjaminan (THB) Karena penerapan tiket single trip mengakibatkan banyaknya kejadian tiket perjalanan single trip hilang, pada 11 Agustus 2013 PT KCJ menerapkan sistem ticketing pengganti sistem single trip untuk penumpang KRL tanpa berlangganan. Penghitungan tarif sesuai dengan skema tarif perjalanan single trip, namun penumpang diharuskan untuk membayar uang jaminan untuk THB senilai Rp 5000,-. Uang jaminan dapat diambil kembali di stasiun hingga jangka waktu maksimal 7 hari atau ditukarkan kembali dengan THB baru dengan membayar tarif untuk perjalanan selanjutnya. Suplisi dan Free Out Pengguna Tiket Harian Berjaminan dapat dikenakan denda (suplisi) sebesar Rp.50.000,- jika melakukan perjalanan tanpa tiket atau menggunakan Tiket Harian Berjaminan yang telah kadaluarsa. Pengguna Tiket Harian Berjaminan juga mendapatkan fasilitas free out, fasilitas untuk dapat melakukan sekali tapping out pada stasiun yang sama dengan stasiun tapping in terhitung satu jam dari waktu transaksi pembelian THB di loket. Armada KRLJalur KA Commuter Jabotabek dilayani oleh beberapa tipe rangkaian kereta. Jalur ini sekarang hanya dilayani oleh KRL AC. KRL Ekonomi non-AC sudah dihentikan operasionalnya. KRL Non ACKRL Ekonomi adalah unit armada KRL yang ditujukan untuk masyarakat kelas ekonomi menengah-bawah. Kelas ini menggunakan armada KRL lama yang tidak menggunakan fasilitas pendingin udara (AC). Sejumlah rangkaian dibuat oleh Nippon Sharyo dan Kawasaki, juga Hitachi, Holec, ABB-Hyundai yang bekerjasama dengan PT INKA. KRL jenis ini sudah tidak dioperasikan lagi di semua jalur, dan seluruhnya disimpan di Dipo Depok atau Balai Yasa Manggarai. KRL non AC tipe Rheostatik beberapa rangkaiannya dikirim ke Stasiun Purwakarta untuk dibesituakan. Untuk KRL Rheostatik Stainless, Holec, dan Hitachi, tidak menutup kemungkinan bahwa KRL tersebut dapat direkondisi menjadi KRL AC, mengingat usia mereka lebih muda dari KRL Eks Jepang, yaitu KRL Holec yang dibuat pada tahun 1994 - 2000 dan KRL Hitachi yang dibuat pada tahun 1997. Tetapi sebagian KRL Holec dikirim juga ke Purwakarta. KRL BN - Holec (1994-2000)KRL Holec adalah unit KRL ekonomi termuda. KRL ini dibuat oleh BN-Holec dan INKA dan dulunya sempat melayani KRL Ekspres dan Ekonomi. Dari seluruh rangkaian ekonomi yang ada, KRL Holec tergolong paling sulit dirawat. Selain karena masalah suku cadang yang susah dicari (pabriknya sendiri sudah lama tutup), KRL ini pun juga sering mengalami mogok karena kelebihan beban. Sehingga banyak KRL eks Holec yang rusak, mangkrak di Balai Yasa Manggarai, dan dijadikan KRDE (Kereta Rel Diesel Elektrik) yang dioperasikan di beberapa kota di luar Jakarta. "Rekondisi" KRL Holec adalah KRDE yang dioperasikan di rute Yogyakarta-Solo (Prameks), dan Padalarang-Cicalengka (Baraya Geulis). Selain itu KRL Holec juga direkondisi menjadi KRL Holec AC yang sudah beroperasi di jalur Tangerang. Beberapa KRL Holec juga dikirim ke Purwakarta untuk dirucat atau disimpan sebagai KRL Rongsokan. KRL Ekonomi Rheostatik [seri KL3] (1976-1978-1983-1984-1986-1987)KRL Rheostatik adalah KRL buatan Jepang dari tahun 1976 sampai tahun 1987 dengan teknologi rheostat. Umumnya, KRL ini dibuat oleh perusahaan Nippon Sharyo, Hitachi dan Kawasaki dari Jepang, untuk melayani kelas KRL Ekonomi. Untuk KRL rheostat buatan pabrik Kawasaki dan Hitachi tahun 1986-1987, rangkaian ini dulunya melayani rangkaian Pakuan Ekspres dan Pakuan Bisnis tahun 90-an. Setelah KRL Hibah (Tōei seri 6000) datang, KRL ini mulai terlupakan dan dijadikan rangkaian KRL Ekonomi. Khusus untuk KRL Rheostatik yang datang pada tahun 1986-1987, bodinya sudah stainless steel dan 1 set KRL Rheostatik Stainless merupakan KRL AC pertama di Indonesia. Untuk KRL buatan Nippon Sharyo tahun 1976-1978-1983-1984, kereta ini sudah mengalami banyak perubahan,baik kaca depan maupun skema warna. Semula menggunakan skema PJKA yaitu berwarna merah polos dengan 'wajah' kuning terang dari tahun 1976 - 1990-an, kemudian pada era Perumka diubah menjadi merah biru dengan garis putih seperti KA Ekonomi di era 90-an awal,dimana saat itu,pintu KRL mulai mengalami kerusakan dan pada tahun 1993 satu set KRL Rheostatik Mild dan Stainless mengalami kecelakaan di antara Stasiun Depok dan Citayam. Di era 90-an akhir,tepatnya tahun 1995 - 2000 KRL ini dicat putih-hijau dengan garis biru tua dan biru muda Pada era PT.KAI kemudian diubah menjadi orange dengan garis kuning, dan terakhir putih dengan garis merah. Kedua KRL ini mulanya seperti KRL Ekonomi AC atau Ekspres, yakni pintunya dapat tertutup secara otomatis, dan cukup nyaman. Namun, seiring berjalannya waktu kedua KRL ini menurun kondisinya menjadi seperti sekarang ini,meskipun kerusakan pada pintu KRL mulai terjadi pada tahun 90-an,dimana kerusakan terjadi karena pengganjalan pintu oleh penumpang. Pada 2009, telah dioperasikan KRL dengan modifikasi kabin, yang bernama "Djoko Lelono" Sejak tak lagi dioperasikannya KRL ekonomi non-AC, KRL Rheostatik disimpan di Dipo Depok dan Balai Yasa Manggarai. KRL Rheostatik dengan bodi mild steel sebagian dikirim ke Stasiun Purwakarta untuk dibesituakan. Sementara KRL Rheostatik Stainless masih disimpan di Dipo Depok/Balai Yasa Manggarai, mengingat tidak menutup kemungkinan untuk direkondisi menjadi KRL AC. KRL Hitachi [Jepang - Indonesia] (1997)KRL ini dibuat pada tahun 1997 di PT INKA bekerjasama dengan Hitachi, dibuat sebanyak 64 unit (8 set) berteknologi VVVF. Kereta ini memiliki ciri yang khas yaitu ketika mulai bergerak sangat halus dan tidak menyentak. Jenis KRL ini adalah yang digunakan untuk Pakuan Ekspres kelas bisnis sampai akhirnya turun tingkat ketika era Tōei seri 6000 datang dari Jepang. KRL ABB Hyundai [Korsel - Indonesia] (1985-1992)KRL ini dibuat atas kerjasama antara PT INKA dan Hyundai,dirakit di PT INKA pada tahun 1985-1992 dibuat sebanyak 8 gerbong (2 set) berteknologi VVVF dan disebut-sebut merupakan prototype kereta maglev yang dikembangkan Hyundai untuk jalur Seoul-Pusan. KRL Hyundai sempat mangkrak dalam waktu yang lama, lalu beroperasi kembali dan kemudian pensiun. Saat ini KRL ABB Hyundai telah dikonversi menjadi KRDE dan beroperasi di jalur Surabaya-Mojokerto (Arek Surokerto). KRL ACKRL AC adalah KRL dengan fasilitas AC. KRL ini jauh lebih nyaman dari KRL Ekonomi. Era peng-AC-an KRL dimulai tahun 1990an, ketika diluncurkannya KRL Pakuan Ekspres Utama JAKK-BOO. Saat ini, KRL AC di Jabodetabek sudah menjamur, bahkan jumlah keretanya lebih banyak dari KRL Non AC,dan seluruh KRL telah ber-AC. KRL Eks Hibah ToeiKRL eks Tōei seri 6000KRL ini adalah KRL yang diimpor dari operator Kereta Bawah Tanah (Subway) milik Biro Transportasi Pemerintah Daerah Tōkyō (Tōei), dalam rangka kerjasama strategis Indonesia-Jepang saat itu. Meramaikan jalur Jabotabek mulai tahun 2000, dioperasikan di sebagian besar rute untuk layanan ekspres dengan tambahan pendingin udara (AC). Karena berstatus hibah dari Pemerintah Daerah Kota Tōkyō, KRL ini sering disebut sebagai KRL hibah. Pada mulanya, didatangkan 72 unit kereta dari Jepang dengan masing-masing rangkaian terdiri dari 8 kereta. Namun, pada akhirnya hanya sebanyak 3 rangkaianlah yang memiliki 8 kereta (set 6121F, 6161F, 6171F), sedangkan sisanya dijadikan enam kereta per rangkaiannya. Namun mulai tahun 2012 akhir formasi Tōei 6000 banyak diubah karena rangkaian yang memiliki 6 kereta diperpanjang menjadi 8 kereta. 4 set (sebelumnya 3 set) menggunakan kabin modifikasi, yang dibuat oleh Balai Yasa Manggarai. Set 6171F tidak memiliki kereta tengah, hanya 2 kereta berkabin, sejak pengaturan ulang rangkaian Toei 6000 pada akhir 2012. Karena kecelakaan, kereta 6252 dan 6155 tidak bisa digunakan. Set 6201F tidak beroperasi dan disimpan di Balai Yasa Manggarai. KRL seri 6000 juga menjalani normalisasi AC karena banyaknya keluhan AC panas. Selain KRL 6000 (toei), KRL yang menjalani normalisasi AC adalah JR 103, Seri 1000 dan 5000. Stamformasi:
KRL Eks Tōkyū CorporationKRL eks Tōkyū Corporation (atau disebut Tokyu saja) mulai meramaikan armada komuter Jabodetabek sejak masuknya rangkaian seri 8000 dan 8500. KRL eks Tokyu Seri 8000 dibuat pada tahun 1970-an dan KRL seri 8500 dibuat pada tahun 1975-an dan merupakan pengembangan dari Tokyu seri 8000. Khusus untuk unit bernomor depan 07xx dan 08xx (mis. 0715 dan 0815) adalah unit yang dibuat pada tahun 1985 ke atas. KRL ini diimpor dari Jepang dengan harga sekitar 800 juta per unit, atau sekitar 6,5 miliar per rangkaian dengan 8 kereta. Berkat perawatan yang baik, KRL Tōkyū selama ini jarang bermasalah dan dapat dioperasikan sampai sepuluh tahun mendatang di Jabodetabek. Rincian Stamformasi: KRL eks Tōkyū seri 8000Tōkyū seri 8000 eks Tokyu Oimachi Line (8003F) dan Tokyu Toyoko Line (rangkaian lainnya)
Ketiganya menggunakan warna biru-kuning dan memiliki motif bunga berwarna ungu pada kereta khusus wanita. Dan pada 8039F menggunakan teralis berwarna hitam, bukan abu-abu seperti pada dua rangkaian lainnya. KRL eks Tōkyū seri 8500Tōkyū seri 8500 eks Tokyu Denentoshi Line
Semua rangkaian KRL Tōkyū seri 8500 yang berwarna biru-kuning memiliki motif pada wajah KRL yang sama pada setiap rangkaian, dan logo PT KAI di bodi samping KRL di antara pintu kabin masinis dan pintu penumpang. KRL eks East Japan Railway Company (JR East)KRL eks JR East seri 103KRL eks East Japan Railway Company seri 103 didatangkan pada 2004. KRL seri 103 ini adalah salah satu rangkaian yang mulanya digunakan untuk layanan Bojonggede Ekspres dan Depok Ekspres. Akibat bertambahnya penumpang, KRL ini pun diganti dengan rangkaian lain yang memiliki 8 kereta. KRL ini masing-masing rangkaiannya terdiri dari 4 gerbong (1 set), dan menjadi salah satu rangkaian KRL dengan AC terdingin di Jabodetabek. KRL ini berada di bawah alokasi depo Depok. Unit yang masuk ke Indonesia sebanyak 4 set, masing-masing dengan 4 gerbong. Rincian:
KRL ini dioperasikan 8 kereta, dengan menggabungkan E21F-E27F dan E20F-E22F,meskipun bisa saja susunan rangkaian berbeda. KRL ini mudah dikenali dari warnanya yang putih. KRL eks JR East seri 203KRL eks East Japan Railway Company seri 203 telah tiba di Indonesia pada tanggal 2 Agustus 2011. Saat ini set 51F, 52F, 66F, 68F, dan 69F sudah berdinas. Rincian:
KRL eks JR East seri 205KRL eks East Japan Railway Company seri 205 telah tiba di Indonesia pada tanggal 3 November 2013. KRL ini dulunya beroperasi di jalur Saikyo dan dimiliki oleh Dipo Kawagoe. Sebanyak 3 set pengiriman kelompok pertama tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada tanggal 10 November 2013 dengan nomor rangkaian HaE 7F, 11F, dan 15F, dan 2 set pengiriman kelompok kedua pada tanggal 16 November 2011 dengan nomor rangkaian HaE 14F dan 25F. Selanjutnya KRL ini datang secara bertahap dengan jumlah per kedatangan sebanyak 2-3 set. KRL ini digunakan untuk menggantikan KRL yang AC-nya akan diperbaiki. KRL ini juga dikenal karena memiliki unit dengan 6 pintu per sisinya. Unit ini merupakan kereta dengan bangku yang bisa dilipat untuk memaksimalkan kapasitas saat jam sibuk. Namun ada juga rangkaian standar dengan seluruh unit dengan 4 pintu per sisi. Pada tanggal 6 Februari 2014, set HaE 15 (205-123F) telah menjalani ujicoba operasional, dan menjadi set JR 205 pertama yang dipakai untuk mengangkut penumpang. Sejak 5 Maret 2014, JR 205 resmi berdinas reguler di jalur Jakarta-Bogor[5]. Rangkaian dengan 2 kereta yang memiliki 6 pintu:
Rangkaian tanpa kereta yang memiliki 6 pintu:
KRL eks Tōyō RapidKRL eks Tōyō Rapid seri 1000
Rincian:
Set 1091F tidak memiliki logo Tōyō Rapid di bagian depan atas kaca masinis sebelah kiri kereta. KRL eks Tōkyō MetroKRL eks Tōkyō Metro seri 05KRL eks Tōkyō Metro seri 05 mulai tiba di Jakarta pada Agustus 2010, diawali dengan rangkaian 05-02F dan 05-07F. Seri ini adalah KRL dengan teknologi tercanggih di Jabodetabek saat ini. Total keseluruhan ada 8 rangkaian seri 05 yang tiba di Indonesia. Rincian:
Seluruhnya berwarna merah-putih-kuning dan memakai teralis jendela berwarna hitam. KRL eks Tōkyō Metro seri 5000KRL eks Tōkyō Metro seri 5000 (5809F/59F, 5816F/66F, 5817F/67F) masing-masing dengan sepuluh kereta, namun hanya dioperasikan dengan delapan kereta akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya. Rincian:
Seluruh rangkaian menggunakan warna biru-kuning di mana seluruh rangkaian yang beroperasi saat ini memiliki motif bunga berwarna pink pada kereta khusus wanita. KRL eks Tōkyō Metro seri 6000KRL eks Tōkyō Metro seri 6000, (6105F, 6106F, 6107F, 6111F, 6112F, 6113F, 6115F, 6123F, 6125F, 6126F, 6127F, 6133F, dan 6134F) masing-masing dengan 10 kereta, namun hanya dioperasikan dengan delapan kereta akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya..
Tiap rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 memiliki perbedaan yang mencolok antara satu sama lain,baik pada eksterior maupun interior. Pertama, AC yang digunakan pada rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 batch awal (rangkaian 05F, 06F, 07F, 11F, 12F, 13F, dan 15F) berbeda dengan rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 batch akhir (rangkaian 23F, 25F, 26F, 27F, 33F, dan 34F) dimana AC pada rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 batch awal (sama seperti rangkaian TM 7000 - 7117F) tidak sedingin rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 batch akhir (sama seperti rangkaian TM 7000 - 7121F - 23F. Pada rangkaian bernomor 6123F, 6125F, 6126F, 6127F, 6133F dan 6134F, persambungan yang digunakan seluruhnya merupakan persambungan seperti rangkaian KRL eks Tōkyō Metro seri 7000 nomor 7121F hingga 7123F, sementara rangkaian 6106F, 6107F, 6111F, dan 6115F memiliki bentuk persambungan lebar seperti jamur. Untuk 6105F, 6112F, dan 6113F mengalami refurbishment sehingga persambungan jamur diganti persambungan seperti biasanya. Khusus 6105F, 6106F (Hanya 6506 eks 6507), 6107F (kecuali kereta 6507), 6112F dan 6113F juga memiliki bentuk kaca yang berbeda, mirip seperti pada KRL seri 203 (disebabkan karena rangkaian itu tidak mengalami penggantian jendela saat mengalami mid-life refurbishment sewaktu masih berdinas di Tōkyō Metro). Sedangkan rangkaian 6106F (kecuali kereta 6506), 6107F (Hanya 6507 eks 6506), 6111F, dan 6115F memiliki jendela yang mirip dengan rangkaian Tōkyō Metro lainnya namun lebih kecil (seperti beberapa kereta pada rangkaian 7117F. Rangkaian 6123F, 6125F - 6127F, 6133F dan 6134F memiliki jendela yang besar, seperti Tōkyō Metro seri 7000 rangkaian 7121/22/23F. Kereta 6506 dari rangkaian 6106F bertukar tempat dan bertukar plat nomor dengan kereta 6507 dari rangkaian 6107F, sehingga kereta 6506 sekarang memiliki plat nomor 6507 dan dirangkai dengan set 6107F. Sedangkan kereta 6507 memiliki plat nomor 6506 dan dirangkai dengan set 6106F. Set 6105F pada kereta 6305 bertukar dengan 6705 pasca kejadian terbakarnya 6305 antara Klender - Buaran Set 6134F mengikuti pola formasi seri 6000 VVVF - GTO yang masih beroperasi di Jepang (6102F, 6104F, 6108F, 6109F, 6114F, 6116F - 6121F) yang masih beroperasi di Jepang . Pola formasi tersebut : 6100 - 6300 - 6400 - 6500 - 6700 - 6800 - 6600 - 6200 - 6900 - 6000. Rangkaian 6107F sebelumnya pernah digunakan sebagai rangkaian khusus wanita. KRL Tokyo Metro seri 6000 masih menggunakan warna kursi bawaan dari Jepang. Untuk 6105 berwarna coklat, 6106 - 6125 berwarna pink, 6126 - 6134 berwarna merah. Tempat duduk prioritas berwarna biru. KRL eks Tōkyō Metro seri 7000KRL eks Tōkyō Metro seri 7000, (7117F, 7121F, 7122F, 7123F) masing-masing dengan sepuluh kereta, namun hanya dioperasikan dengan delapan kereta akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya. Rincian:
Berkebalikan dengan KRL eks Tōkyō Metro seri 6000, rangkaian 7117F merupakan satu-satunya rangkaian seri 7000 yang memiliki bentuk persambungan lebar dan kaca tidak seragam. Ini disebabkan karena rangkaian 7117F adalah salah satu set yang aslinya hanya terdiri dari 5 kereta (7117, 7717, 7817, 7917 dan 7017), sedangkan 5 kereta lainnya adalah tambahan pada tahun 1983 saat Eidan Chikatetsu/Teito Rapid Transit Authority (TRTA, pendahulu Tokyo Metro) menstandarisasikan seluruh seri 7000 yang beroperasi dijalur Eidan Yurakucho adalah 10 kereta. Set yang awalnya 5 kereta tersebut adalah 7101F - 7120F (Diantaranya 7117F). Batch berikutnya 7121F - 7134F memiliki kaca yang seragam dan persambungan yang biasa. Bentuk kotak AC set 7117F sama dengan seri 6000 batch awal (6105F, 6106F, 6107F, 6111F - 6113F dan 6115F), sedangkan 7121F - 7123F bentuk kotak ACnya sama dengan seri 6000 batch terakhir (6123F, 6125F - 6127F, 6133F - 6134F). Saat ini rangkaian 7121F tidak bisa dioperasikan karena mengalami tabrakan dengan truk pengangkut bahan bakar di pintu perlintasan Pondok Betung, Jakarta Selatan pada tanggal 9 Desember 2013 [6]. Akibat kecelakaan tersebut, kereta 7121 (K1 1 10 11) mengalami kerusakan berat pada struktur badan kereta, yang sebagian besar terbuat dari bahan alumunium. Bagian kabin masinis penyok dan meleleh akibat benturan dan kobaran api yang berasal dari truk pengangkut bahan bakar setelah kejadian. KRL BUATAN PT INKAKRL-I PrajayanaKRL-I dibuat tahun 2001, sebagai hasil produk PT INKA yang merupakan pabrik kereta api nasional. Dengan alasan biaya pengadaan yang terlalu tinggi dan sering bermasalah, tidak banyak KRL-I yang digunakan. Pada masa pendesain, KRL ini disebut sebagai KRL Prajayana. KRL-I yang digunakan oleh PT KA pada awalnya terdiri dari 2 rangkaian, masing-masing dengan empat gerbong. Kini, KRL-I dicat dengan striping biru. Saat ini KRLI sering berdinas sebagai KRL feeder Jakarta Kota-Kampung Bandan (pulang pergi) atau Jakarta Kota-Kampung Bandan-Tanahabang-Manggarai (pulang pergi). KRL i9000 KFW - BombardierKRL i9000 mulai diproduksi tahun 2010 dan telah diresmikan bersama kereta api Gajah Wong pada hari Rabu tanggal 24 Agustus 2011. KRL ini dibuat sebanyak 10 set, per setnya 4 kereta dengan kodefikasi baru (K3 1 11 xx). Saat ini 9 set sudah beroperasi dan 1 set dikembalikan ke INKA untuk perbaikan karena kerusakan akibat tertimpa kabel LAA. New KRL Holec ACKRL Holec AC adalah hasil modifikasi dan peremajaan dari KRL Holec non AC yang beroperasi di Jabotabek. Modifikasi dilakukan di lingkungan PT. INKA, pabrik yang juga membuat KRL Holec non AC medio 1994-2001. Modifikasi meliputi penggantian material kursi, penggantian mesin KRL (dari Bombardier menjadi Woojin), kabin masinis, pemasangan GPS dan TMS, serta pemasangan AC. 2 set sudah berada di dalam Balai Yasa Manggarai. [7] . Set ini telah beroperasi secara resmi pada tanggal 29 Maret 2014 dijalur Duri - Tangerang. Kini, sudah 2 set Holec AC yang beroperasi di jalur tersebut. Rincian:
Insiden
Galeri
Lihat jugaReferensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Rail_transport_in_Indonesia.
|