KRL Commuter Line

sistem angkutan cepat di Indonesia

KA Commuter Jabodetabek (atau disebut juga KRL Commuter Line, dulu dikenal sebagai KRL Jabotabek) adalah jalur kereta rel listrik yang dioperasikan oleh PT KAI Commuter Jabodetabek, anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia (PTKA). KRL telah beroperasi di wilayah Jakarta sejak tahun 1976, hingga kini melayani rute komuter di wilayah DKI Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.

KA Commuter Jabodetabek
Info
PemilikPT Kereta Api Indonesia
WilayahWilayah Metropolitan Jakarta Raya
JenisTransportasi umum, Kereta api komuter
Jumlah jalur6
Jumlah stasiun80
Penumpang harian500.000 orang per hari [1]
Kantor pusatJalan Ir. H. Juanda 1, Jakarta Pusat
Situs webwww.krl.co.id
Operasi
Dimulai6 April 1925 (dibawah Staats Spoorwegen, perusahaan kereta kolonial belanda)
15 September 2008 (dibawah PT KCJ, sebagai KA Commuter Jabodetabek)
OperatorPT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ)
Panjang kereta8 gerbong per rangkaian 2014 direncanakan 10 gerbong per rangkaian
Waktu antara5-15 menit
Teknis
Panjang sistem235 km (146 mi)
Lebar sepur1067
Listrik1.500 volt, arus searah
Kecepatan rata-rata40 km/h (25 mph)
Kecepatan tertinggi90 km/h (56 mph)
Peta rute
(klik gambar untuk memperbesar)

Berkas:KAI Commuter Jabodetabek Map.jpg

Sejarah

Kereta listrik pertama (1925), melayani jalur Tanjung Priok - Meester Cornelis

Staats Spoorwegen, sebagai operator kereta api milik Pemerintah Kolonial Belanda, memulai proyek elektrifikasi jalur kereta Tanjung Priok - Meester Cornelis (Jatinegara) pada tahun 1923 dan diresmikan pada 1925. Proyek elektrifikasi terus berlanjut pada lingkar Jakarta, hingga Bogor dan Bekasi. Kereta yang digunakan ialah lokomotif listrik seri 3000 buatan pabrik SLM–BBC (Swiss Locomotive & Machine works - Brown Baverie Cie), lokomotif listrik seri 3100 buatan pabrik AEG (Allgemaine Electricitat Geselischaft) Jerman, lokomotif listrik seri 3200 buatan pabrik Werkspoor Belanda serta kereta listrik buatan pabrik Westinghouse dan kereta listrik buatan pabrik General Electric.

Jalur kereta yang terelektrifikasi tersebut terus digunakan dan diperluas wilayah operasionalnya sejak kemerdekaan Indonesia. Pengoperasian jalur kereta api di Indonesia dilaksanakan oleh Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (kini sebagai PTKA). Lokomotif yang telah digunakan sejak zaman Belanda dan dianggap sudah tidak layak jalan digantikan oleh rangkaian kereta listrik buatan Jepang sejak tahun 1976. Sejak tahun 2000, Pemerintah Indonesia rutin mendapatkan hibah rangkaian maupun pembelian kereta listrik dari Jepang, yang kemudian digunakan untuk menambah armada kereta listrik Jakarta.

Pada tahun 2008 dibentuk anak perusahaan PT KA, yakni PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), yang fokus pada pengoperasian jalur kereta listrik di wilayah Daerah Operasional (DAOP) 1 Jabotabek, yang saat itu memiliki 37 rute kereta yang melayani wilayah Jakarta Raya. PT KCJ memulai proyek modernisasi angkutan KRL pada tahun 2011, dengan menyederhanakan rute yang ada menjadi 5 rute utama, penghapusan KRL ekspress, penerapan gerbong khusus wanita, dan mengubah nama KRL ekonomi-AC menjadi Kereta Commuter. Proyek ini dilanjutkan dengan renovasi, penataan ulang, dan sterilisasi sarana dan prasarana termasuk jalur kereta dan stasiun kereta, serta penempatan satuan keamanan pada tiap gerbong. Saat Stasiun Tanjung Priok diresmikan kembali setelah dilakukan renovasi total pada tahun 2009, jalur kereta listrik bertambah menjadi 6, walaupun belum sepenuhnya beroperasi. Pada Juli 2013, PT KCJ mulai menerapkan sistem tiket elektronik COMMET (Commuter Electronic Ticketing) dan perubahan sistem tarif kereta.[2]

Rute

Saat ini terdapat 6 rute utama KA Commuter Jabotabek yang ada. Dalam kolom daftar stasiun, stasiun transit dan terminus ditandai dengan huruf TEBAL KAPITAL; sedangkan stasiun nonaktif, direncanakan/tidak melayani KA Commuter Line ditandai dengan huruf bercetak miring dan tanda ←→ menandakan pergi-pulang (PP).

Warna Jalur Jalur Rute Total Stasiun Beroperasi mulai Status Daftar Stasiun yang dilewati Keterangan
MERAH Jakarta - Bogor/Depok Jakarta Kota ke Bogor
Jakarta Kota ke Depok
24 (Tujuan Bogor)
20 (Tujuan Depok)
1930 PP JAKARTA KOTA ←→ Jayakarta ←→ Mangga Besar ←→ Sawah Besar ←→ JUANDA ←→ Gambir ←→ GONDANGDIA ←→ Cikini ←→ MANGGARAI ←→Tebet ←→ Cawang ←→ Duren Kalibata ←→ Pasar Minggu Baru ←→ Pasar Minggu ←→ Tanjung Barat ←→ Lenteng Agung ←→ Universitas Pancasila ←→ Universitas Indonesia ←→ Pondok Cina ←→ Depok Baru ←→ DEPOK ←→Citayam ←→ Bojonggede ←→ Cilebut ←→ BOGOR Tidak berhenti di Stasiun Gambir.
Penumpang tujuan Gambir dapat turun di stasiun terdekat (Juanda dan Gondangdia) lalu menggunakan kendaraan umum ke stasiun Gambir
BIRU Jakarta - Bekasi Jakarta Kota ke Bekasi
Jakarta Kota ke Cikarang
16 1987 PP JAKARTA KOTA ←→ Jayakarta ←→ Mangga Besar ←→ Sawah Besar ←→ JUANDA ←→ Gambir ←→ GONDANGDIA ←→ Cikini ←→ MANGGARAI ←→ JATINEGARA ←→ Cipinang ←→ Klender ←→ Buaran ←→ Klender Baru ←→ Cakung ←→ Rawabebek ←→ Kranji ←→ BEKASI Tidak berhenti di Stasiun Gambir.
Penumpang tujuan Gambir dapat turun di stasiun terdekat (Juanda dan Gondangdia) lalu menggunakan kendaraan umum ke stasiun Gambir.
Tidak berhenti di Stasiun Rawa Bebek
Tidak berhenti di Stasiun Cipinang.
KUNING Lingkar Jakarta Jatinegara ke Bogor
Jatinegara ke Depok
28 (Tujuan Bogor)
24 (Tujuan Depok)
1987 PP JATINEGARA ←→ Pondok Jati ←→ Kramat ←→ Gang Sentiong ←→ PASAR SENEN ←→ KEMAYORAN ←→ Rajawali ←→ KAMPUNG BANDAN ←→ Angke ←→ DURI ←→ TANAH ABANG ←→ KaretSudirman ←→ Mampang ←→ MANGGARAI ←→Tebet ←→ Cawang ←→ Duren Kalibata ←→ Pasar Minggu Baru ←→ Pasar Minggu ←→ Tanjung Barat ←→ Lenteng Agung ←→ Universitas Pancasila ←→ Universitas Indonesia ←→ Pondok Cina ←→ Depok Baru ←→ DEPOKCitayamBojonggede ←→ Cilebut ←→ BOGOR Berhenti di Stasiun Pasar Senen hanya untuk dari arah Jatinegara.
Penumpang tujuan Pasar Senen selain dari arah Jatinegara dapat turun di stasiun terdekat (Kemayoran) lalu menggunakan kendaraan umum ke stasiun Pasar Senen
Tidak berhenti di Stasiun Angke.
Tidak berhenti di Stasiun Mampang.
HIJAU Jakarta - Tangerang Selatan/Bogor/Lebak Tnh. Abang ke Serpong
Tnh. Abang ke Parung Panjang
Tnh. Abang ke Maja
8 (Tujuan Serpong)
11 (Tujuan Parung Panjang)
17 (Tujuan Maja)
2013 PP TANAH ABANG ←→ Palmerah ←→ Kebayoran ←→ Pondok Betung ←→ Pondok Ranji ←→ Jurangmangu ←→ Sudimara ←→ Ciater ←→ Rawa Buntu ←→ SERPONG ←→ Cisauk ←→ Cicayur ←→ PARUNG PANJANG ←→ Cilejit ←→ DaruTenjo ←→ Tigaraksa ←→ Cikoya ←→ MAJA Tidak berhenti di Stasiun Pondok Betung.
Tidak berhenti di Stasiun Ciater.
COKLAT Jakarta - Tangerang Duri ke Tangerang 6 1997 PP DURI ←→ Grogol ←→ Pesing ←→ Taman Kota ←→ Bojong Indah ←→ Rawa Buaya ←→ Kalideres ←→ Poris ←→ Batuceper ←→ Tanah Tinggi ←→ TANGERANG Di jalur ini direncanakan akan dibangun jalur kereta menuju terminal Bandara Soekarno-Hatta.
Tidak berhenti di Stasiun Grogol.
Tidak berhenti di Stasiun Taman Kota.
Tidak berhenti di Stasiun Tanah Tinggi.
PINK Tanjung Priok Line Jakarta Kota ke Tanjung Priok 4 Belum beroperasi penuh PP JAKARTA KOTA ←→ KAMPUNG BANDAN ←→ Ancol ←→ TANJUNG PRIOK Saat ini Jalur Pink hanya melayani rute Jakarta Kota hingga Kampung Bandan.
PUTIH Feeder Jakarta Kota ke Manggarai 7 2014 PP JAKARTA KOTA ←→ KAMPUNG BANDAN ←→ Angke ←→ DURI ←→ TANAH ABANG ←→ KaretSudirman ←→ Mampang ←→ MANGGARAI Feeder.Tidak berhenti di Stasiun Angke.

Stasiun

Stasiun utama

Berikut ini adalah daftar stasiun terminus (staiun awal/akhir) utama maupun stasiun besar yang juga berfungsi sebagai stasiun transit dan stasiun kereta jarak jauh.

Stasiun Jalur Diresmikan pada Stasiun KA Jarak Jauh Tipe Keterangan
Stasiun Jakarta Kota 1926 Ya Terminus KA Commuter
Terminus KA Jarak Jauh
Stasiun Gambir 1884 Ya Terminus KA Jarak Jauh Saat ini, Stasiun Gambir tidak melayani KA Commuter dikarenakan jadwal KA Jarak Jauh yang padat. Penumpang KA Commuter yang akan menuju pusat kota turun melalui stasiun terdekat dengan Gambir (Gondangdia atau Juanda).
Stasiun Manggarai 1918 Tidak Transit KA Commuter
Transit KA Jarak Jauh
Stasiun Jatinegara 1910 Ya Transit KA Commuter
Transit KA Jarak Jauh.
Stasiun Tanah Abang 1910 Ya Transit KA Commuter
Terminus KA Lintas Barat
KA Lintas Barat dioperasikan oleh PTKA, terdiri dari KA Rangkas Jaya, KA Banten Ekspress dan KA Kalimaya yang beroperasi sepanjang jalur kereta api Tanah Abang hingga Merak. Juga melayani KA Krakatau tujuan Kediri & Merak.
Stasiun Duri Tidak Transit KA Commuter Stasiun Duri akan dioperasikan sebagai Transit KA Bandara Internasional Soekarno-Hatta, yang pembangunannya akan dimulai pada akhir 2013.
Stasiun Kampung Bandan Tidak Transit KA Commuter
Stasiun Pasar Senen 1925 Ya Terminus KA Jarak Jauh Saat ini, Stasiun Pasar Senen hanya melayani KA Commuter dari arah Jatinegara. Penumpang KA Commuter yang akan menuju Pasar Senen selain dari arah Jatinegara dapat turun melalui stasiun terdekat dengan Pasar Senen yaitu Kemayoran.
Stasiun Bogor 1881 Ya Terminus KA Commuter
Terminus KA Lintas Sukabumi
Merupakan terminus dari KA Pangrango yang dioperasikan oleh PTKA, melayani rute Bogor-Sukabumi.
Stasiun Bekasi 1887 Tidak Terminus KA Commuter
Transit KA Jarak Jauh
Stasiun Tangerang 1899 Tidak Terminus KA Commuter Stasiun ini merupakan stasiun paling ujung di Jalur kereta api Tangerang-Duri
Stasiun Tanjung Priok 1885 Ya Terminus KA Commuter Terminus
KA Jarak Jauh
Belum melayani KRL karena sebagian prasarana masih rusak. Stasiun ujung. Hanya melayani KA ekonomi jarak jauh.

Elektrifikasi dan penambahan rute

Pada 2014 direncanakan elektrifikasi jalur Citayam-Nambo akan selesai dan dapat dilewati oleh KA Commuter, setelah sebelumnya dinonaktifkan pada tahun 2006.[3] Kereta KA Commuter akan melewati:

Stasiun CitayamPondok RajegCibinongGunung PutriStasiun Nambo.

Selain itu, jalur Green Line akan diperpanjang sampai Stasiun Rangkasbitung pada tahun 2016.

Stasiun MajaCiterasStasiun Rangkasbitung.

Saat ini Blue Line juga akan dilanjutkan sampai Stasiun Cikarang. Pengerjaan sudah dimulai sejak akhir tahun 2013. Jalur Jatinegara-Cikarang akan digandakan menjadi 4 jalur kereta api. Direncakan elektrifikasi akan selesai pada tahun 2015

Stasiun BekasiTambunCibitungStasiun Cikarang.

Tiket Elektronik dan Tarif

Tiket multi trip (hitam) dan single trip (putih) KA Commuter Jabodetabek

Multi Trip dan Single Trip

Sebagai tahapan penerapan program e-ticketing, PT Kereta Api Indonesia dan PT KAI Commuter Jabodetabek mulai 2012 mengganti Kartu Trayek Bulanan (KTB)/Kartu Langganan Sekolah (KLS) secara bertahap hingga pada 1 Juli 2013 ditetapkan menjadi Commuter Electronic Ticketing (Commet). Kartu Commet adalah alat pembayaran pengganti uang tunai yang digunakan untuk transaksi perjalanan KA Commuter Line sebagai tiket perjalanan KA, yang disediakan dalam bentuk kartu sekali pakai (Single-Trip) dan prabayar (Multi-Trip). Penumpang diwajibkan untuk melakukan tap-in di gerbang masuk dan memasukkan kartu single-trip ke dalam gerbang keluar atau cukup tap-out bagi pengguna kartu prabayar di gerbang keluar.

Bersamaan dengan pemberlakuan Commet, sistem tarif progresif diberlakukan. Sistem ini menggunakan hitungan jumlah stasiun yang dilewati sebagai dasar perhitungan tarif tiap penumpang. 5 Stasiun pertama yang dilewati penumpang akan dikenakan tarif sebesar Rp3.000,00 dan tiap 3 stasiun berikutnya dikenakan biaya Rp1000,00. Untuk periode Juli hingga November 2013, karena adanya subsidi sementara dana public service obligations (PSO) Kementerian Perhubungan bagi KA Commuter, maka tarif masing-masing turun menjadi Rp2000,00 dan Rp500,00.[4]

Tiket harian berjaminan (THB)

Karena penerapan tiket single trip mengakibatkan banyaknya kejadian tiket perjalanan single trip hilang, pada tanggal 11 Agustus 2013 KCJ menerapkan sistem ticketing pengganti sistem single trip untuk penumpang KRL tanpa berlangganan. Penghitungan tarif sesuai dengan skema tarif perjalanan single trip, namun penumpang diharuskan untuk membayar uang jaminan untuk THB senilai Rp 5000,00. Uang jaminan dapat diambil kembali di stasiun hingga jangka waktu maksimal 7 hari atau ditukarkan kembali dengan THB baru dengan membayar tarif untuk perjalanan selanjutnya.

Suplisi dan free out

Pengguna tiket harian berjaminan dapat dikenakan denda (suplisi) sebesar Rp50.000,00 jika melakukan perjalanan tanpa tiket atau menggunakan tiket harian berjaminan yang telah kedaluwarsa. Pengguna Tiket Harian Berjaminan juga mendapatkan fasilitas free out, fasilitas untuk dapat melakukan sekali tapping out pada stasiun yang sama dengan stasiun tapping in terhitung satu jam dari waktu transaksi pembelian THB di loket.

Armada KRL[5]

 
3 generasi armada KRL yang masih beroperasi

Jalur KA Commuter Jabodetabek dilayani oleh beberapa tipe rangkaian kereta. Jalur ini sekarang hanya dilayani oleh KRL AC. KRL Ekonomi non-AC sudah dihentikan operasionalnya.

KRL non-AC

KRL Ekonomi adalah unit armada KRL yang ditujukan untuk masyarakat kelas ekonomi menengah dan bawah. Kelas ini menggunakan armada KRL lama yang tidak menggunakan fasilitas pendingin udara (AC). Sejumlah rangkaian dibuat oleh Nippon Sharyo dan Kawasaki, juga Hitachi, Ltd., BN-Holec, ABB-Hyundai yang bekerjasama dengan PT Inka. KRL jenis ini sudah tidak dioperasikan lagi di semua jalur, dan seluruhnya disimpan di Dipo Depok atau Balai Yasa Manggarai. KRL non-AC tipe Rheostatik beberapa rangkaiannya dikirim ke Stasiun Purwakarta untuk dibesituakan (afkir). Untuk KRL Rheostatik Stainless, Holec, dan Hitachi, tidak menutup kemungkinan bahwa KRL tersebut dapat direkondisi menjadi KRL AC, mengingat usia mereka lebih muda dari KRL Eks Jepang, yaitu KRL Holec yang dibuat pada tahun 1994-2000 dan KRL Hitachi yang dibuat pada tahun 1997. Kini, seluruh KRL ekonomi dikirim ke Purwakarta, kecuali beberapa KRL yang beruntung dan masih digunakan untuk keperluan antar dipo.

KRL BN-Holec (1994-2001)

 
KRL Holec

KRL BN-Holec adalah unit KRL ekonomi termuda. KRL ini dibuat oleh Belgien Nederlandsch-Bombardier dan Holland Electric, bekerjasama dengan pabrik PT Inka Madiun; dan dulunya sempat melayani KRL Ekspres dan Ekonomi. Dari seluruh rangkaian ekonomi yang ada, KRL Holec tergolong paling sulit dirawat. Selain karena masalah suku cadang yang susah dicari (pabriknya sudah lama tutup), KRL ini pun juga sering mengalami mogok karena kelebihan beban. Sehingga banyak KRL eks-Holec yang rusak, mangkrak di Balai Yasa Manggarai, dan dijadikan KRDE (Kereta Rel Diesel Elektrik) yang dioperasikan di beberapa kota di luar Jakarta. "Rekondisi" KRL Holec adalah KRDE yang dioperasikan di rute Kutoarjo-Yogyakarta-Solo (Prameks dan Sriwedari), dan Padalarang-Cicalengka (Baraya Geulis). Selain itu KRL Holec juga direkondisi menjadi KRL Holec AC yang sudah beroperasi di jalur Tangerang. Beberapa KRL Holec juga dikirim ke Purwakarta untuk dirucat.

KRL Ekonomi Rheostatik [seri KL3] (1976, 1978, 1983, 1984, 1986, dan 1987)

 
KRL jenis Rheostatik, KRL non AC tertua

KRL Rheostatik adalah KRL buatan Jepang dari tahun 1976 sampai tahun 1987 dengan teknologi rheostat. Umumnya, KRL ini dibuat oleh perusahaan Nippon Sharyo, Hitachi, dan Kawasaki dari Jepang, untuk melayani kelas KRL Ekonomi. Untuk KRL Rheostatik buatan pabrik Kawasaki dan Hitachi tahun 1986-1987, rangkaian ini dulunya melayani rangkaian Pakuan Ekspres dan Pakuan Bisnis tahun '90-an. Setelah KRL Hibah (Tōei seri 6000) datang, KRL ini mulai terlupakan dan dijadikan rangkaian KRL Ekonomi. Khusus untuk KRL Rheostatik yang datang pada tahun 1986-1987, bodinya sudah stainless steel dan 1 set KRL Rheostatik Stainless merupakan KRL AC pertama di Indonesia.

Untuk KRL buatan Nippon Sharyo tahun 1976, 1978, 1983, dan 1984, kereta ini sudah mengalami banyak perubahan, baik kaca depan maupun skema warna/striping/livery. Semula menggunakan skema PJKA yaitu berwarna merah polos dengan "wajah" kuning terang dari tahun 1976-1990-an, kemudian pada era Perumka diubah menjadi merah dan biru dengan garis putih seperti KA Ekonomi di era 90-an awal, di mana saat itu, pintu KRL mulai mengalami kerusakan dan pada tahun 1993 yaitu: satu set KRL Rheostatik mild dan stainless mengalami kecelakaan di antara Stasiun Depok dan Citayam.[6] Di era 90-an akhir, tepatnya tahun 1995-2000, KRL ini dicat putih-hijau dengan garis biru tua dan biru muda Pada era PT KAI kemudian diubah menjadi orange dengan garis kuning, dan terakhir putih dengan garis merah. Kedua KRL ini mulanya seperti KRL Ekonomi AC atau Ekspres, yakni pintunya dapat tertutup secara otomatis, dan cukup nyaman. Namun, seiring berjalannya waktu kedua KRL ini menurun kondisinya menjadi seperti sekarang ini, meskipun kerusakan pada pintu KRL mulai terjadi pada tahun 90-an, di mana kerusakan terjadi karena pengganjalan pintu oleh penumpang.

Pada 2009, telah dioperasikan KRL Rheostatik dengan modifikasi kabin masinis, yang diberi nama "Djoko Lelono". KRL ini adalah modifikasi sejumlah gerbong KRL Rheostatik dengan kabin masinis menjadi aerodinamis yang konon terinspirasi dari KA Intercity-Express (ICE). Pintu penumpang juga sudah diaktifkan kembali sehingga dapat membuka dan menutup seperti sediakala.

Sejak tak lagi dioperasikannya KRL ekonomi non-AC, KRL Rheostatik disimpan di Dipo Depok dan Balai Yasa Manggarai. KRL Rheostatik dengan bodi mild steel sebagian dikirim ke Stasiun Purwakarta untuk dibesituakan (afkir). Sementara KRL Rheostatik Stainless masih disimpan di Dipo Depok/Balai Yasa Manggarai, mengingat tidak menutup kemungkinan untuk direkondisi menjadi KRL AC atau ikut dirucat ke Purwakarta. Kini, masih ada beberapa rangkaian KRL Rheostatik yang bernasib mujur dibandingkan rekan-rekannya. Namun, KRL yang masih aktif ini dioperasikan untuk logistik antar dipo atau KRL penolong jika sewaktu-waktu diperlukan.

KRL Inka-Hitachi [Jepang-Indonesia] (1997)

Berkas:Hitachi at gdd.jpg
KRL Hitachi di dekat Stasiun Gondangdia

KRL ini dibuat pada tahun 1997 di PT Inka bekerjasama dengan Hitachi, dibuat sebanyak 64 unit (8 set) berteknologi Variable Voltage Variable Frequency (VVVF). Kereta ini memiliki ciri yang khas yaitu ketika mulai bergerak sangat halus dan tidak menyentak. Jenis KRL ini adalah yang digunakan untuk Pakuan Ekspres kelas bisnis sampai akhirnya turun tingkat ketika era KRL Tōei seri 6000 datang dari Jepang. Saat ini sudah ada KRL tipe ini yang dikirim ke Purwakarta.

KRL ABB-Hyundai [Korea Selatan-Indonesia] (1985-1992)

KRL ini dibuat atas kerjasama antara PT Inka, ABB, dan Hyundai, dirakit di PT Inka pada tahun 1985-1992 dibuat sebanyak 8 gerbong (2 set) berteknologi VVVF-GTO (Gate Turn-Off) dan disebut-sebut merupakan prototype kereta MagLev yang dikembangkan Hyundai untuk jalur Seoul-Pusan. KRL Hyundai sempat mangkrak dalam waktu yang lama, lalu beroperasi kembali dan kemudian pensiun. Saat ini KRL ABB Hyundai telah dikonversi menjadi KRDE dan beroperasi di jalur Surabaya-Mojokerto sebagai Arek Surokerto.

KRL AC

KRL AC adalah KRL dengan fasilitas AC, sehingga lebih nyaman dari KRL Ekonomi. Era peng-AC-an KRL dimulai tahun 1990-an, ketika diluncurkannya KRL Pakuan Ekspres Utama Jakarta Kota-Bogor. Saat ini, KRL AC di Jabodetabek sudah menjamur, kini semua KRL sudah dipasangi AC.

KRL Eks-Hibah Toei

Berkas:6161CTA.jpg
Toei 6161F

KRL ini adalah KRL yang diimpor dari operator kereta bawah tanah (subway) milik Biro Transportasi Pemerintah Daerah Tōkyō (Tōei), dalam rangka kerjasama strategis Indonesia-Jepang saat itu. Meramaikan jalur Jabodetabek mulai tahun 2000, Tōei seri 6000 ini dioperasikan di sebagian besar rute untuk layanan ekspres dengan tambahan pendingin udara (AC). Karena berstatus hibah dari Pemerintah Daerah Kota Tōkyō, KRL ini sering disebut sebagai KRL hibah.

Pada mulanya, didatangkan 72 unit kereta dari Jepang dengan masing-masing rangkaian terdiri dari 8 kereta. Namun, pada akhirnya hanya sebanyak 3 rangkaianlah yang memiliki 8 kereta (set 6121F, 6161F, 6171F), sedangkan sisanya dijadikan enam kereta per rangkaiannya. Namun mulai tahun 2012 akhir formasi Tōei 6000 banyak diubah karena rangkaian yang memiliki 6 kereta diperpanjang menjadi 8 kereta. Ada empat set (sebelumnya 3 set) menggunakan kabin modifikasi, yang dibuat oleh Balai Yasa Manggarai. Set 6171F tidak memiliki kereta tengah, hanya 2 kereta berkabin, sejak pengaturan ulang rangkaian Toei 6000 pada akhir 2012.

Karena kecelakaan, kereta 6252 dan 6155 tidak bisa digunakan. Set 6201F tidak beroperasi dan disimpan di Balai Yasa Manggarai. KRL seri 6000 juga menjalani normalisasi AC karena banyaknya keluhan AC panas. Set 6227F adalah set yang menggunakan AC baru.

Daftar rangkaian:

  • Kabin asli:
  1. 6121F : 6121-6122-6197-6222-6247-6216-6127-6128
  2. 6161F : 6161-6212-6215-6162-6165-6166-6167-6168
  3. 6171F : 6171-6178
  4. 6181F : 6181-6242-6245-6156-6255-6152-6157-6158
  5. 6201F : 6201-6206-6207-6208
  6. 6271F : 6271-6272-6275-6276-6277-6278
  7. 6281F : 6281-6282-6285-6286-6287-6288
  • Kabin modifikasi:
  1. 6151F : 6151-6192-6257-6172-6225-6226-6237-6188
  2. 6177F : 6177-6176-6175-6232-6265-6202-6235-6126
  3. 6217F : 6217-6236-6185-6182
  4. 6227F : 6227-6195-6267-6262-6205-6186-6125-6187

KRL Eks Tōkyū Corporation

Video sebuah KRL eks Tōkyū yang berangkat menuju Bogor dari Stasiun Tebet.

KRL eks Tōkyū Corporation (atau disebut Tokyu saja) mulai meramaikan armada komuter Jabodetabek sejak masuknya rangkaian seri 8000 dan 8500. KRL eks Tokyu Seri 8000 dibuat pada tahun 1970-an dan KRL seri 8500 dibuat pada tahun 1975-an dan merupakan pengembangan dari Tokyu seri 8000. Khusus untuk unit bernomor depan 07xx dan 08xx (mis. 0715 dan 0815) adalah unit yang dibuat pada tahun 1985 ke atas.

KRL ini diimpor dari Jepang dengan harga sekitar 800 juta per unit, atau sekitar 6,5 miliar per rangkaian dengan 8 kereta. Berkat perawatan yang baik, KRL Tōkyū selama ini jarang bermasalah dan dapat dioperasikan sampai sepuluh tahun mendatang di Jabodetabek.

Daftar rangkaian:

Berkas:8007F - CWG.jpg
KRL seri 8000 - 8007F eks-Tōkyū Toyoko Line.

Tōkyū seri 8000 eks Tokyu Oimachi Line (8003F) dan Tokyu Toyoko Line (rangkaian lainnya)

  1. 8003F: 8003-8202-8104-8263-8142-8213-8103-8004. Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan urutan terbalik dari nomor K1 1 05 09 (8004) sampai K1 1 05 16 (8003)
  2. 8007F: 8007-8248-8158-8218-8164-8249-8159-8040. Untuk kereta 8007 memakai nomor baru K1 1 05 08, sedangkan kereta lain memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 08 10 (8248) sampai K1 1 08 16 (8040).
  3. 8039F: 8039-8245-8107-8260-8137-8204-8108-8008. Untuk kereta 8039 memakai nomor baru K1 1 08 09, sedangkan kereta lain memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 05 02 (8108) sampai K1 1 05 08 (8008).

Ketiganya menggunakan warna biru-kuning dan memiliki motif bunga berwarna ungu pada kereta khusus wanita. Kereta 8007 bertukar tempat dan bertukar plat nomor lama dengan 8039, sehingga kereta 8007 kini menggunakan nomor 8039, meskipun nomor yang tertera di plat nomor baru masih K1 1 05 08. Begitu pula sebaliknya kereta 8039 kini menggunakan nomor 8007, meskipun nomor yang tertera di plat nomor baru masih K1 1 08 09.

 
KRL seri 8500 - 8610F eks-Tōkyū Denentoshi Line.

Tōkyū seri 8500 eks Tokyu Denentoshi Line

  1. 8604F: 8604-8704-8912-8825-8719-8909-8804-8504 dengan warna biru-kuning. Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 06 01 (8604) sampai K1 1 06 08 (8504), kecuali 8912 memakai penomoran baru K1 1 08 19.
  2. 8607F: 8607-8707-8948-8828-8743-8924-8807-8507 dengan warna biru-kuning. Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 68 (8607) sampai K1 1 07 75 (8507).
  3. 8608F: 8608-8708-8949-8829-8744-8925-8808-8508 dengan warna biru-kuning. Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 06 09 (8608) sampai K1 1 06 16 (8508).
  4. 8610F: 8610-8710-8951-0815-0715-8927-8810-8510 dengan warna biru-kuning. Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 08 01 (8610) sampai K1 1 08 08 (8510).
  5. 8611F: 8611-8711-8935-8832-8735-8928-8811-8511 dengan warna biru-kuning. Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 01 (8611) sampai K1 1 07 08 (8511), kecuali 8935 menggunakan nomor baru K1 1 08 27.
  6. 8612F: 8612-8712-8912-0817-0717-8904-8812-8512 dengan warna biru-kuning. Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 08 17 (8612) sampai K1 1 08 24 (8512), kecuali 8904 memakai penomoran baru K1 1 06 03.
  7. 8613F: 8613-8713-8913-0800-8796-8930-8813-8513 dengan warna merah-putih-kuning dan motif bunga berwarna pink pada kereta khusus wanita.
  8. 8618F: 8618-8724-8911-8855-8753-8954-0811-8518 dengan warna biru-kuning. Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 08 25 (8618) sampai K1 1 08 30 (8518), kecuali 8911 menggunakan nomor baru K1 1 07 03.

Keterangan

  • Semua rangkaian KRL Tōkyū seri 8500 yang berwarna biru-kuning memiliki motif pada wajah KRL yang sama pada setiap rangkaian, dan logo PT KAI di bodi samping KRL di antara pintu kabin masinis dan pintu penumpang.
  • Beberapa unit kereta bertukar tempat.
  • 8613F sudah dibawa ke Stasiun Cikaum dan dirucat di sana.

KRL eks East Japan Railway Company (JR East)

 
KRL seri 103

KRL eks East Japan Railway Company seri 103 didatangkan pada 2004. KRL seri 103 ini adalah salah satu rangkaian yang mulanya digunakan untuk layanan Bojonggede Ekspres dan Depok Ekspres. Akibat bertambahnya penumpang, KRL ini pun diganti dengan rangkaian lain yang memiliki 8 kereta.

KRL ini masing-masing rangkaiannya terdiri dari 4 gerbong (1 set), dan menjadi salah satu rangkaian KRL dengan AC terdingin di Jabodetabek. KRL ini berada di bawah alokasi depo Depok.

Unit yang masuk ke Indonesia sebanyak 4 set, masing-masing dengan 4 gerbong.

Daftar rangkaian:

  • E20F/103-815F (103-815,103-752,102-2009,103-822)
  • E21F/103-105F (103-105,102-231,103-246,103-597)
  • E22F/103-359F (103-359,103-654,102-810,103-384)
  • E27F/103-153F (103-153,102-321,103-210,103-632)

KRL ini dioperasikan 8 kereta, dengan menggabungkan E21F-E27F dan E20F-E22F,meskipun bisa saja susunan rangkaian berbeda. KRL ini memiliki beberapa skema warna. Skema pertama yang digunakan adalah warna asli Jepang, skema kedua adalah skema asli Jepang ditambah warna kuning di bagian jendela, skema ketiga dalah warna biru, skema keempat adalah skema warna putih, dan skema terakhir adalah skema seperti pada KRL milik PT KCJ yang berwarna merah-kuning.

Berkas:203-66 BOO.jpg
KRL seri 203

KRL eks East Japan Railway Company seri 203 telah tiba di Indonesia pada tanggal 2 Agustus 2011. Saat ini set 51F, 52F, 66F, 68F, dan 69F sudah berdinas/operasi.

Daftar rangkaian:

  1. MaTo 51/203-51F: 202-1 - 202-3 - 203-3 - 203-2 - 203-1 - 202-1 - 203-1 - 203-1. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 12 01 (202-1) sampai dengan K1 1 12 10 (203-1). 203-3 dan 203-2 dilepas dan bertukar tempat dengan 202-117 (K1 1 11 55) dan 203-117 (K1 1 11 56).
  2. MaTo 52/203-52F: 202-2 - 202-6 - 203-6 - 203-4 - 203-3 - 202-4 - 203-4 - 203-2 (202-5 dan 203-5 dilepas)
  3. MaTo 66/203-66F: 202-106 - 202-118 - 203-118 - 203-112 - 203-111 - 202-116 - 203-116 - 203-106 (202-117 dan 203-117 dilepas). Set ini menggunakan penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 11 51 (202-106) sampai K1 1 11 60 (203-106)
  4. MaTo 68/203-68F: 202-108 - 202-124 - 203-124 - 203-116 - 203-115 - 202-122 - 203-122 - 203-108 (202-123 dan 203-123 dilepas). Set ini menggunakan penomoran baru K1 1 12 41 (202-108) sampai dengan K1 1 12 50 (203-108).
  5. MaTo 69/203-69F: 202-109 - 202-127 - 203-127 - 203-118 - 203-117 - 202-125 - 203-125 - 203-109 (202-126 dan 203-126 dilepas). Set ini menggunakan penomoran baru K1 1 12 51 (202-109) sampai dengan K1 1 12 60 (203-109).
Berkas:205-137.jpg
KRL seri 205 di Stasiun Manggarai
 
Interior kereta 204-8 dengan 6 pintu yang ada di rangkaian 205-123F. Rangkaian ini menjalani tes ujicoba angkut penumpang pada tanggal 6 Februari 2014
Berkas:K1 1 13 68.jpg
Penomoran baru pada KRL seri 205
 
Layar Commuter Information System pada KRL seri 205

KRL eks East Japan Railway Company seri 205 telah tiba di Indonesia pada tanggal 3 November 2013. KRL ini dulunya beroperasi di jalur Saikyo dan dimiliki oleh Dipo Kawagoe. Sebanyak 3 set pengiriman kelompok pertama tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada tanggal 10 November 2013 dengan nomor rangkaian HaE 7F, 11F, dan 15F, dan 2 set pengiriman kelompok kedua pada tanggal 16 November 2011 dengan nomor rangkaian HaE 14F dan 25F. Selanjutnya KRL ini datang secara bertahap dengan jumlah per kedatangan sebanyak 2-3 set. KRL ini digunakan untuk menggantikan KRL yang AC-nya akan diperbaiki.

KRL ini juga dikenal karena memiliki unit dengan 6 pintu per sisinya. Unit ini merupakan kereta dengan bangku yang bisa dilipat untuk memaksimalkan kapasitas saat jam sibuk. Namun ada juga rangkaian standar dengan seluruh unit dengan 4 pintu per sisi.

Pada tanggal 6 Februari 2014, set HaE 15 (205-123F) telah menjalani ujicoba operasional, dan menjadi set JR 205 pertama yang dipakai untuk mengangkut penumpang. Sejak 5 Maret 2014, JR 205 resmi berdinas reguler di jalur Jakarta-Bogor.[7]

Mulai bulan Mei 2014, didatangkan juga KRL seri 205 dari jalur Yokohama yang dulunya dimiliki oleh dipo Kamakura. Rangkaian seri 205 dari Yokohama ini terdiri dari 8 kereta dengan 1 unit kereta yang memiliki 6 pasang pintu.

Rangkaian Asal Jalur Saikyo

  1. HaE 1/205-89F: KuHa 204-89 - SaHa 204-2 - SaHa 204-1 - MoHa 204-239 - MoHa 205-239 - MoHa 204-238 - MoHa 205-238 - MoHa 204-237 - MoHa 205-237 - KuHa 205-89. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 61 (205-89) sampai dengan K1 1 14 70 (204-89).
  2. HaE 4/205-92F: KuHa 204-92 - SaHa 204-34 - SaHa 204-14 - MoHa 204-248 - MoHa 205-248 - MoHa 204-247 - MoHa 205-247 - MoHa 204-246 - MoHa 205-246 - KuHa 205-92. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 41 (205-92) sampai dengan K1 1 14 50 (204-92).
  3. HaE 11/205-99F: KuHa 204-99 - SaHa 204-21 - SaHa 204-20 - MoHa 204-269 - MoHa 205-269 - MoHa 204-268 - MoHa 205-268 - MoHa 204-267 - MoHa 205-267 - KuHa 205-99. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 13 71 (205-99) sampai K1 1 13 80 (204-99).
  4. HaE 12/205-120F: KuHa 204-120 - SaHa 204-25 - SaHa 204-24 - MoHa 204-328 - MoHa 205-328 - MoHa 204-327 - MoHa 205-327 - MoHa 204-326 - MoHa 205-326 - KuHa 205-120. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 81 (204-120) sampai dengan K1 1 14 90 (204-120).
  5. HaE 13/205-121F: KuHa 204-121 - SaHa 204-27 - SaHa 204-26 - MoHa 204-331 - MoHa 205-331 - MoHa 204-330 - MoHa 205-330 - MoHa 204-329 - MoHa 205-329 - KuHa 205-121. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 21 (205-121) sampai dengan K1 1 14 30 (204-121).
  6. HaE 14/205-122F: KuHa 204-122 - SaHa 204-29 - SaHa 204-28 - MoHa 204-334 - MoHa 205-334 - MoHa 204-333 - MoHa 205-333 - MoHa 204-332 - MoHa 205-332 - KuHa 205-122. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 11 (205-122) sampai dengan K1 1 14 20 (204-122)
  7. HaE 15/205-123F: KuHa 204-123 - SaHa 204-46 - SaHa 204-8 - MoHa 204-337 - MoHa 205-337 - MoHa 204-336 - MoHa 205-336 - MoHa 204-335 - MoHa 205-335 - KuHa 205-123. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 13 61 (205-123) sampai K1 1 13 70 (204-123).
  8. HaE 18/205-126F: KuHa 204-126 - SaHa 204-901 - SaHa 204-48 - MoHa 204-346 - MoHa 205-346 - MoHa 204-345 - MoHa 205-345 - MoHa 204-344 - MoHa 205-344 - KuHa 205-126
  9. HaE 20/205-128F: KuHa 204-128 - SaHa 204-10 - SaHa 204-5 - MoHa 204-352 - MoHa 205-352 - MoHa 204-351 - MoHa 205-351 - MoHa 204-350 - MoHa 205-350 - KuHa 205-128. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 51 (205-128) sampai dengan K1 1 14 60 (204-128).
  10. HaE 22/205-141F: KuHa 204-141 - SaHa 204-37 - SaHa 204-45 - MoHa 204-382 - MoHa 205-382 - MoHa 204-381 - MoHa 205-381 - MoHa 204-380 - MoHa 205-380 - KuHa 205-141
  11. HaE 23/205-142F: KuHa 204-142 - SaHa 204-40 - SaHa 204-12 - MoHa 204-385 - MoHa 205-385 - MoHa 204-384 - MoHa 205-384 - MoHa 204-383 - MoHa 205-383 - KuHa 205-142
  12. HaE 24/205-143F: KuHa 204-143 - SaHa 204-47 - SaHa 204-41 - MoHa 204-277 - MoHa 205-277 - MoHa 204-387 - MoHa 205-387 - MoHa 204-386 - MoHa 205-388 - KuHa 205-143. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 31 (205-143) sampai dengan K1 1 14 40 (204-143).
  13. HaE 25/205-144F: KuHa 204-144 - SaHa 204-49 - SaHa 204-13 - MoHa 204-391 - MoHa 205-391 - MoHa 204-390 - MoHa 205-390 - MoHa 204-389 - MoHa 205-389 - KuHa 205-144. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 01 (205-144) sampai dengan K1 1 14 10 (204-144).

Rangkaian tanpa 6 pintu, terdiri dari 10 kereta:

  1. HaE 26/205-137F: KuHa 204-137 - MoHa 204-372 - MoHa 205-372 - SaHa 205-149 - MoHa 205-371 - MoHa 204-371 - SaHa 205-148 - MoHa 204-370 - MoHa 205-370 - KuHa 205-137 (Rangkaian ini merupakan eks URa 92 yang pernah beroperasi di jalur Keihin-Tohoku)
  2. HaE 30/205-42F: KuHa 204-42 - MoHa 204-126 - MoHa 205-126 - SaHa 205-84 - MoHa 205-125 - MoHa 204-125 - SaHa 205-83 - MoHa 204-124 - MoHa 205-124 - KuHa 205-42 (Rangkaian ini merupakan eks ToU 42 yang pernah beroperasi di jalur Yamanote)
  3. HaE 32/205-54F: KuHa 204-54 - MoHa 204-162 - MoHa 205-162 - SaHa 205-147 - MoHa 205-161 - MoHa 204-161 - SaHa 205-146 - MoHa 204-160 - MoHa 205-160 - KuHa 205-54 (Rangkaian ini merupakan eks ToU 54 yang pernah beroperasi di jalur Yamanote)

Rangkaian tanpa 6 pintu, terdiri dari 8 kereta:

  1. HaE 31/205-17F: KuHa 204-17 - MoHa 204-51 - MoHa 205-51 - MoHa 204-50 - MoHa 205-50 - MoHa 204-49 - MoHa 205-49 - KuHa 205-17. Set ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 71 (205-17) sampai dengan K1 1 14 80 (204-17). SaHa 204-23 (K1 1 14 79) dan SaHa 204-22 (K1 1 14 78) dilepas karena gangguan teknis akibat tertimpa kabel listrik aliran atas di Stasiun Jakarta Kota. Rangkaian ini merupakan eks ToU 17 yang pernah beroperasi di jalur Yamanote.
  2. HaE 7/205-95F: KuHa 204-95 - MoHa 204-257 - MoHa 205-257 - MoHa 204-256 - MoHa 205-256 - MoHa 204-255 - MoHa 205-255 - KuHa 205-95. SaHa 204-39 dan SaHa 204-38 dilepas.

Rangkaian Asal Jalur Yokohama

Rangkaian dengan 6 pintu, terdiri dari 8 kereta:

  1. KuRa H1/205-61F: KuHa 204-61 - SaHa 204-101 - MoHa 204-182 - MoHa 205-182 - SaHa 205-121 - MoHa 204-181 - MoHa 205-181 - KuHa 205-61
  2. KuRa H2/205-62F: KuHa 204-62 - SaHa 204-102 - MoHa 204-184 - MoHa 205-184 - SaHa 205-122 - MoHa 204-183 - MoHa 205-183 - KuHa 205-62
  3. KuRa H4/205-64F: KuHa 204-64 - SaHa 204-104 - MoHa 204-188 - MoHa 205-188 - SaHa 205-124 - MoHa 204-187 - MoHa 205-187 - KuHa 205-64
  4. KuRa H6/205-66F: KuHa 204-66 - SaHa 204-106 - MoHa 204-192 - MoHa 205-192 - SaHa 205-126 - MoHa 204-191 - MoHa 205-191 - KuHa 205-66
  5. KuRa H7/205-67F: KuHa 204-67 - SaHa 204-107 - MoHa 204-194 - MoHa 205-194 - SaHa 205-127 - MoHa 204-193 - MoHa 205-193 - KuHa 205-67
  6. KuRa H8/205-68F: KuHa 204-68 - SaHa 204-108 - MoHa 204-196 - MoHa 205-196 - SaHa 205-128 - MoHa 204-195 - MoHa 205-195 - KuHa 205-68
  7. KuRa H9/205-69F: KuHa 204-69 - SaHa 204-109 - MoHa 204-198 - MoHa 205-198 - SaHa 205-129 - MoHa 204-197 - MoHa 205-197 - KuHa 205-69
  8. KuRa H11/205-71F: KuHa 204-71 - SaHa 204-111 - MoHa 204-201 - MoHa 205-201 - SaHa 205-131 - MoHa 204-200 - MoHa 205-200 - KuHa 205-71
  9. KuRa H12/205-72F: KuHa 204-72 - SaHa 204-112 - MoHa 204-204 - MoHa 205-204 - SaHa 205-132 - MoHa 204-203 - MoHa 205-203 - KuHa 205-72
  10. KuRa H13/205-73F: KuHa 204-73 - SaHa 204-113 - MoHa 204-206 - MoHa 205-206 - SaHa 205-133 - MoHa 204-205 - MoHa 205-205 - KuHa 205-73
  11. KuRa H14/205-74F: KuHa 204-74 - SaHa 204-114 - MoHa 204-208 - MoHa 205-208 - SaHa 205-134 - MoHa 204-207 - MoHa 205-207 - KuHa 205-74
  12. KuRa H15/205-75F: KuHa 204-75 - SaHa 204-115 - MoHa 204-210 - MoHa 205-210 - SaHa 205-135 - MoHa 204-209 - MoHa 205-209 - KuHa 205-75
  13. KuRa H17/205-77F: KuHa 204-77 - SaHa 204-117 - MoHa 204-214 - MoHa 205-214 - SaHa 205-137 - MoHa 204-213 - MoHa 205-213 - KuHa 205-77
  14. KuRa H18/205-78F: KuHa 204-78 - SaHa 204-118 - MoHa 204-216 - MoHa 205-216 - SaHa 205-138 - MoHa 204-215 - MoHa 205-215 - KuHa 205-78
  15. KuRa H19/205-79F: KuHa 204-79 - SaHa 204-119 - MoHa 204-218 - MoHa 205-218 - SaHa 205-139 - MoHa 204-217 - MoHa 205-217 - KuHa 205-79
  16. KuRa H21/205-81F: KuHa 204-81 - SaHa 204-121 - MoHa 204-222 - MoHa 205-222 - SaHa 205-141 - MoHa 204-221 - MoHa 205-221 - KuHa 205-81
  17. KuRa H22/205-82F: KuHa 204-82 - SaHa 204-122 - MoHa 204-224 - MoHa 205-224 - SaHa 205-142 - MoHa 204-223 - MoHa 205-223 - KuHa 205-82
  18. KuRa H23/205-83F: KuHa 204-83 - SaHa 204-123 - MoHa 204-226 - MoHa 205-226 - SaHa 205-143 - MoHa 204-225 - MoHa 205-225 - KuHa 205-83
  19. KuRa H24/205-84F: KuHa 204-84 - SaHa 204-124 - MoHa 204-228 - MoHa 205-228 - SaHa 205-144 - MoHa 204-227 - MoHa 205-227 - KuHa 205-84
  20. KuRa H25/205-85F: KuHa 204-85 - SaHa 204-125 - MoHa 204-230 - MoHa 205-230 - SaHa 205-145 - MoHa 204-229 - MoHa 205-229 - KuHa 205-85
  21. KuRa H27/205-30F: KuHa 204-30 - SaHa 204-30 - MoHa 204-90 - MoHa 205-90 - SaHa 205-59 - MoHa 204-88 - MoHa 205-88 - KuHa 205-30

Rangkaian tanpa 6 pintu, terdiri dari 8 kereta:

  1. KuRa H28/205-15F: KuHa 204-15 - SaHa 205-30 - MoHa 204-45 - MoHa 205-45 - SaHa 205-29 - MoHa 204-43 - MoHa 205-43 - KuHa 205-15 (Rangkaian ini merupakan eks KeYo M66 yang pernah beroperasi di jalur Musashino)

[8]

KRL eks Tōyō Rapid

 
KRL seri 1000
  • KRL eks Tōyō Rapid seri 1000 (1061F, 1081F, 1091F) masing-masing dengan sepuluh kereta, namun hanya dioperasikan dengan delapan kereta akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya.

Daftar rangkaian:

  1. 06F/1061F: 1061-1062-1063-1064-1065-1066-1069-1060 (1067 dan 1068 dilepas, warna biru-kuning dengan corak kereta khusus wanita). Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 58 (1061) hingga K1 1 07 67 (1060) setelah melakukan overhaul (istilah untuk Perawatan Akhir Lengkap Kereta) di Balai Yasa Manggarai
  2. 08F/1081F: 1081-1082-1083-1084-1085-1086-1089-1080 (1087 dan 1088 dilepas, warna biru-kuning dengan corak kereta khusus wanita)
  3. 09F/1091F: 1091-1092-1093-1094-1095-1096-1099-1090 (1097 dan 1098 dilepas, warna biru-kuning dengan corak kereta khusus wanita)

Set 1091F tidak memiliki logo Tōyō Rapid di bagian depan atas kaca masinis sebelah kiri kereta.

KRL eks Tōkyō Metro

 
KRL seri 05, formasi 05-05F

KRL eks Tōkyō Metro seri 05 mulai tiba di Jakarta pada bulan Agustus 2010, diawali dengan rangkaian 05-02F dan 05-07F. Seri ini adalah KRL dengan teknologi tercanggih di Jabodetabek saat ini. Total keseluruhan ada 8 rangkaian seri 05 yang tiba di Indonesia.

Daftar rangkaian:

  1. 05-02F: 05 102-05 202-05 302-05 602-05 702-05 802-05 902-05 002 (05 402 dan 05 502 dilepas). Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 11 41 (05 102) sampai K1 1 11 50 (05 002).
  2. 05-04F: 05 104-05 204-05 304-05 604-05 704-05 804-05 904-05 004 (05 404 dan 05 504 dilepas). Set ini memiliki kotak penomoran seperti pada kereta jarak jauh dan KRL lain yang sudah menjalani Pemeriksaan Akhir Lengkap (PAL) di Balai Yasa Manggarai atau Dipo Depok, namun nomor registrasi kereta belum tertulis di sana.
  3. 05-05F: 05 105-05 205-05 305-05 605-05 705-05 805-05 905-05-005 (05 405 dan 05 505 dilepas). Pada set ini sudah menggunakan stiker kereta khusus wanita pada 05-105 dan 05-005.
  4. 05-07F: 05 107-05 207-05 307-05 607-05 707-05 807-05 907-05 007 (05 407 dan 05 507 dilepas). Sementara afkir karena anjlok di Cilebut, namun sedang dalam proses penghidupan kembali. Masih mangkrak di Balai Yasa Manggarai.
  5. 05-08F: 05 108-05 208-05 308-05 608-05 708-05 808-05 908-05 008 (05 408 dan 05 508 dilepas). Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 11 11 (05 108) sampai K1 1 11 20 (05 008).
  6. 05-09F: 05 109-05 209-05 309-05 609-05 709-05 809-05 909-05 009 (05 409 dan 05 509 dilepas). Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 11 21 (05 109) sampai K1 1 11 30 (05 009).
  7. 05-10F: 05 110-05 210-05 310-05 610-05 710-05 810-05 910-05 010 (05 410 dan 05 510 dilepas). Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 11 01 (05 110) sampai dengan K1 1 11 10 (05 010).
  8. 05-12F: 05 112-05 212-05 312-05 612-05 712-05 812-05 912-05 012 (05 412 dan 05 512 dilepas). Set ini sudah menggunakan stiker kereta khusus wanita pada 05-112 dan 05-012. Di dalam set ini terdapat fasilitas koneksi Wi-Fi gratis.

Keterangan:

  • Seluruhnya bercat merah-putih-kuning dan memakai terali jendela bercat hitam.
 
KRL seri 5000

KRL eks Tōkyō Metro seri 5000 (5809F/59F, 5816F/66F, 5817F/67F, 5819F/69F) masing-masing dengan sepuluh kereta, namun hanya dioperasikan dengan delapan kereta akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya.

Daftar rangkaian:

  1. 59F/5809F: 5809-5312-5631-5314-5607-5215-5313-5009 (5675 dan 5676 dilepas)
  2. 66F/5816F: 5816-5245-5630-5363-5688-5905-5326-5016 (5246, 5631 dan 5247 dilepas, 5631 digunakan pada 59F/5809F, 5246 digunakan pada 67F/5817F; KRL ini menggunakan nama "Djoko Vision" dan telah dilengkapi layar penampil rute). Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 31 (5816).
  3. 67F/5817F: 5817-5246-5632-5359-5127-5927-5251-5017 (5250, 5634, dan 5248 dilepas). Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 18 (5816).

Keterangan:

  • Seluruh rangkaian menggunakan warna biru-kuning, di mana seluruh rangkaian yang beroperasi saat ini memiliki motif bunga berwarna pink pada kereta khusus wanita.

KRL eks Tōkyō Metro seri 6000, (6105F, 6106F, 6107F, 6111F, 6112F, 6113F, 6115F, 6123F, 6125F, 6126F, 6127F, 6133F, dan 6134F) masing-masing dengan 10 kereta, namun hanya dioperasikan dengan delapan kereta akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya.

Berkas:6134F.jpg
KRL seri 6000 eks Tokyo Metro, formasi 6134F

Daftar rangkaian:

  1. 05F/6105F: 6105-6205-6305-6405-6505-6605-6905-6005 (6705-6805 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Catatan: 6305 bertukar tempat dengan 6705 pasca kejadian terbakarnya 6305 antara Klender-Buaran, sehingga formasi berubah menjadi: 6105-6205-6705-6405-6505-6605-6905-6005
  2. 06F/6106F: 6106-6206-6306-6406-6507-6606-6706-6006 (6806-6906 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam, 6506 bertukar tempat dengan 6507)
  3. 07F/6107F: 6107-6207-6307-6407-6506-6607-6907-6007 (6707-6807 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam, 6507 bertukar tempat dengan 6506)
  4. 11F/6111F: 6111-6211-6311-6411-6511-6611-6711-6011 (6811-6911 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam)
  5. 12F/6112F: 6112-6212-6312-6412-6512-6612-6912-6012 (6712-6812 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam)
  6. 13F/6113F: 6113-6213-6313-6413-6513-6613-6713-6013 (6813-6913 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam)
  7. 15F/6115F: 6115-6215-6315-6415-6515-6615-6715-6015 (6815-6915 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Set ini sudah menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 11 31 (6115) sampai K1 1 11 40 (6015).
  8. 23F/6123F: 6123-6223-6323-6423-6523-6623-6923-6023 (6723-6823 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam)
  9. 25F/6125F: 6125-6225-6325-6425-6525-6625-6725-6025 (6725-6825 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Set ini sudah menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 12 101 (6125) sampai K1 1 12 110 (6025)
  10. 26F/6126F: 6126-6226-6326-6426-6526-6626-6926-6026 (6726-6826 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Set ini sudah menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 11 41 (6126) sampai K1 1 11 50 (6026) yang entah sengaja atau tidak sengaja, sama dengan penomoran baru pada KRL seri 05 set 05-02F
  11. 27F/6127F: 6127-6227-6327-6427-6527-6627-6927-6027 (6727-6827 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Set ini sudah menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 13 31 (6127) sampai K1 1 13 40 (6027)
  12. 33F/6133F: 6133-6233-6333-6433-6533-6633-6933-6033 (6733-6833 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam).
  13. 34F/6134F: 6134-6334-6434-6534-6634-6234-6934-6034 (6734-6834 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Set ini sudah menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 13 21 (6134) sampai K1 1 13 30 (6034)

Tiap rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 memiliki perbedaan yang mencolok antara satu sama lain, baik pada eksterior maupun interior. Pertama, AC yang digunakan pada rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 batch awal (rangkaian 05F, 06F, 07F, 11F, 12F, 13F, dan 15F) berbeda dengan rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 batch akhir (rangkaian 23F, 25F, 26F, 27F, 33F, dan 34F) dimana AC pada rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 batch awal (sama seperti rangkaian TM 7000 - 7117F) berbeda dan umumnya tidak sedingin rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 batch akhir, sama seperti rangkaian TM 7000 - 7121F - 23F.

Pada rangkaian bernomor 6123F, 6125F, 6126F, 6127F, 6133F dan 6134F, persambungan yang digunakan seluruhnya merupakan persambungan seperti rangkaian KRL eks Tōkyō Metro seri 7000 nomor 7121F hingga 7123F, sementara rangkaian 6106F, 6107F, 6111F, dan 6115F memiliki bentuk persambungan lebar seperti jamur. Untuk 6105F, 6112F, dan 6113F mengalami refurbishment sehingga persambungan jamur diganti persambungan seperti biasanya.

Khusus 6105F, 6106F (Hanya 6506 eks 6507), 6107F (kecuali kereta 6507), 6112F dan 6113F juga memiliki bentuk kaca yang berbeda, mirip seperti pada KRL seri 203 (disebabkan karena rangkaian itu tidak mengalami penggantian jendela saat mengalami mid-life refurbishment sewaktu masih berdinas di Tōkyō Metro).

Sedangkan rangkaian 6106F (kecuali kereta 6506), 6107F (Hanya 6507 eks 6506), 6111F, dan 6115F memiliki jendela yang mirip dengan rangkaian Tōkyō Metro lainnya namun lebih kecil (seperti beberapa kereta pada rangkaian 7117F).

Rangkaian 6123F, 6125F - 6127F, 6133F dan 6134F memiliki jendela yang besar, seperti Tōkyō Metro seri 7000 rangkaian 7121/22/23F.

Kereta 6506 dari rangkaian 6106F bertukar tempat dan bertukar plat nomor dengan kereta 6507 dari rangkaian 6107F, sehingga kereta 6506 sekarang memiliki plat nomor 6507 dan dirangkai dengan set 6107F. Sedangkan kereta 6507 memiliki plat nomor 6506 dan dirangkai dengan set 6106F.

Set 6105F pada kereta 6305 bertukar dengan 6705 pasca kejadian terbakarnya 6305 antara Klender - Buaran. Set 6134F mengikuti pola formasi seri 6000 VVVF - GTO yang masih beroperasi di Jepang (6102F, 6104F, 6108F, 6109F, 6114F, 6116F - 6121F) yang masih beroperasi di Jepang . Pola formasi tersebut : 6100 - 6300 - 6400 - 6500 - 6700 - 6800 - 6600 - 6200 - 6900 - 6000. Rangkaian 6107F sebelumnya pernah digunakan sebagai rangkaian khusus wanita.

KRL Tokyo Metro seri 6000 masih menggunakan warna kursi bawaan dari Jepang. Untuk 6105 berwarna coklat, 6106 - 6125, 6127, dan 6133 berwarna pink, 6126 dan 6134 berwarna merah. Tempat duduk prioritas berwarna biru.

Semua KRL Tokyo Metro seri 6000 bersistem kelistrikan Chopper.

Berkas:7117LNA.jpg
KRL seri 7000 rangkaian 7117F memasuki Stasiun Lenteng Agung

KRL eks Tōkyō Metro seri 7000, (7117F, 7121F, 7122F, 7123F) masing-masing dengan sepuluh kereta, namun hanya dioperasikan dengan delapan kereta akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya.

Daftar rangkaian:

  1. 17F/7117F: 7117-7217-7317-7417-7517-7617-7917-7017(7717 dan 7817 dilepas).Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 01 (7117) sampai dengan K1 1 10 10 (7017).
  2. 21F/7121F: 7121-7221-7321-7421-7521-7621-7921-7021(7721 dan 7821 dilepas).Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 11 (7121) sampai dengan K1 1 10 20 (7021).
  3. 22F/7122F: 7122-7222-7322-7422-7522-7622-7922-7022(7722 dan 7822 dilepas).Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 21 (7122) sampai dengan K1 1 10 30 (7022).
  4. 23F/7123F: 7123-7223-7323-7423-7523-7623-7923-7023(7723 dan 7823 dilepas).Set ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 31 (7123) sampai dengan K1 1 10 40 (7023).

Berkebalikan dengan KRL eks Tōkyō Metro seri 6000, rangkaian 7117F merupakan satu-satunya rangkaian seri 7000 yang memiliki bentuk persambungan lebar dan kaca tidak seragam. Ini disebabkan karena rangkaian 7117F adalah salah satu set yang aslinya hanya terdiri dari 5 kereta (7117, 7717, 7817, 7917 dan 7017), sedangkan 5 kereta lainnya adalah tambahan pada tahun 1983 saat Eidan Chikatetsu/Teito Rapid Transit Authority (TRTA, pendahulu Tokyo Metro) menstandarisasikan seluruh seri 7000 yang beroperasi dijalur Eidan Yurakucho adalah 10 kereta. Set yang awalnya 5 kereta tersebut adalah 7101F - 7120F (Diantaranya 7117F). Batch berikutnya 7121F - 7134F memiliki kaca yang seragam dan persambungan yang biasa. Bentuk kotak AC set 7117F sama dengan seri 6000 batch awal (6105F, 6106F, 6107F, 6111F - 6113F dan 6115F), sedangkan 7121F - 7123F bentuk kotak ACnya sama dengan seri 6000 batch terakhir (6123F, 6125F - 6127F, 6133F - 6134F).

Saat ini rangkaian 7121F tidak bisa dioperasikan karena mengalami tabrakan dengan truk pengangkut bahan bakar di pintu perlintasan Pondok Betung, Jakarta Selatan pada tanggal 9 Desember 2013 [9]. Akibat kecelakaan tersebut, kereta 7121 (K1 1 10 11) mengalami kerusakan berat pada struktur badan kereta, yang sebagian besar terbuat dari bahan alumunium. Bagian kabin masinis penyok dan meleleh akibat benturan dan kobaran api yang berasal dari truk pengangkut bahan bakar setelah kejadian.

KRL Inka

Berkas:KRLI.jpg
KRL-I Prajayana

KRL-I Prajayana

KRL-I dibuat tahun 2001, sebagai hasil produk PT Inka yang merupakan pabrik kereta api nasional. Dengan alasan biaya pengadaan yang terlalu tinggi dan sering bermasalah, tidak banyak KRL-I yang digunakan. Pada masa pendesain, KRL ini disebut sebagai KRL Prajayana. KRL-I yang digunakan oleh PT KA pada awalnya terdiri dari 2 rangkaian, masing-masing dengan empat gerbong. Kini, KRL-I dicat dengan striping biru. Saat ini KRLI sering berdinas sebagai KRL feeder Jakarta Kota-Kampung Bandan (pulang pergi) atau Jakarta Kota-Kampung Bandan-Tanahabang-Manggarai (pergi-pulang).

KRL i9000 KFW - Bombardier

Berkas:Kfwi9000 at jng.jpg
KRL KFW i9000 di Stasiun Depok

KRL i9000 mulai diproduksi tahun 2010 dan telah diresmikan bersama kereta api Gajah Wong pada hari Rabu tanggal 24 Agustus 2011. KRL ini dibuat sebanyak 10 set, per setnya 4 kereta dengan kodefikasi baru (K3 1 11 xx). Saat ini 9 set sudah beroperasi dan 1 set dikembalikan ke INKA untuk perbaikan karena kerusakan akibat tertimpa kabel listrik aliran atas. Istilah KFW berasal dari nama bank milik Pemerintah Jerman, yakni "Kreditanstalt für Wiederaufbau".

Daftar rangkaian:

  1. TS1: K3 1 11 01 - K3 1 11 02 - K3 1 11 03 - K3 1 11 04
  2. TS2: K3 1 11 05 - K3 1 11 06 - K3 1 11 07 - K3 1 11 08
  3. TS3: K3 1 11 09 - K3 1 11 10 - K3 1 11 11 - K3 1 11 12
  4. TS4: K3 1 11 13 - K3 1 11 14 - K3 1 11 15 - K3 1 11 16
  5. TS5: K3 1 11 17 - K3 1 11 18 - K3 1 11 19 - K3 1 11 20
  6. TS6: K3 1 11 21 - K3 1 11 22 - K3 1 11 23 - K3 1 11 24
  7. TS7: K3 1 11 25 - K3 1 11 26 - K3 1 11 27 - K3 1 11 28
  8. TS8: K3 1 11 29 - K3 1 11 30 - K3 1 11 31 - K3 1 11 32
  9. TS9: K3 1 11 33 - K3 1 11 34 - K3 1 11 35 - K3 1 11 36
  10. TS10: K3 1 11 37 - K3 1 11 38 - K3 1 11 39 - K3 1 11 40

KRL ini dioperasikan dengan 8 kereta hasil dari penggabungan 2 rangkaian kereta, kecuali di rute feeder di mana KRL ini dioperasikan dengan 1 rangkaian saja.

New KRL Holec AC (Woojin)

 
KRL Holec AC

KRL Holec AC adalah hasil modifikasi dan peremajaan dari KRL Holec non-AC yang beroperasi di Jabotabek. Modifikasi dilakukan di lingkungan PT INKA, pabrik yang juga membuat KRL Holec non AC medio 1994-2001.

Modifikasi meliputi penggantian material kursi, penggantian mesin KRL (dari Bombardier menjadi Woojin), kabin masinis, pemasangan GPS dan TMS, serta pemasangan AC. Seluruh rangkaian sudah beroperasi. [10] . Set ini telah beroperasi secara resmi pada tanggal 29 Maret 2014 dijalur Duri - Tangerang.

Meskipun tidak lagi menggunakan komponen dari BN/Holec dan Bombardier, KRL ini tetap disebut KRL Holec AC.

Susunan rangkaian

  1. TS1: K3 1 00 07 (TC1) ex KL3-2000208 - K3 1 97 12 (M1) ex KL3-97233 - K3 1 97 06 (M2) ex KL3-97231 - K3 1 97 13 (T1) ex KL3-97234 - K3 1 97 37 (T2) ex KL3-97250 - K3 1 00 08 (M3) ex KL3-2000207 - K3 1 97 04 (M4) ex KL3-97229 - K3 1 97 09 (TC2) ex KL3-97246
  2. TS2: K3 1 97 11 - K3 1 97 08 - K3 1 97 10 - K3 1 97 07 - K3 1 96 16 - K3 1 96 11 - K3 1 96 01 - K3 1 98 06
  3. TS3: K3 1 99 08 - K3 1 98 05 - K3 1 99 05 - K3 1 96 03 - K3 1 97 02 - K3 1 97 14 - K3 1 96 09 - K3 1 01 03

Insiden

  • 2 November 1993, KRL Ekonomi Rheostatik Stainless bertabrakan dengan KRL Ekonomi Rheostatik Mild Steel di Ratujaya, Depok. Akibatnya, 17 orang tewas dan 2 kereta dari masing-masing rangkaian hancur dan tidak bisa dipakai lagi. Sementara sisa 2 kereta lainnya dari masing-masing rangkaian digabung menjadi satu.
  • 4 Oktober 2012, KRL Commuter Line dengan nomor perjalanan 435 (Bogor-Jakarta Kota) anjlok dan menabrak peron di Stasiun Cilebut, menyebabkan perjalanan kereta dari Jakarta hanya sampai Stasiun Bojong Gede. Rangkaian yang terlibat dalam insiden ini adalah KRL seri 05 dengan rangkaian yang anjlok adalah gerbong ketiga bernomor rangkaian 05-307.[11]
  • 9 Desember 2013, KRL Commuter Line dengan nomor perjalanan 1131 (Maja-Tanah Abang) menabrak truk tangki Pertamina hingga meledak dan terbakar. Rangkaian yang terlibat dalam insiden ini adalah KRL seri 7000 dengan nomor rangkaian 7121F.[12]

Galeri

Lihat pula

Referensi

Pranala luar