Fidel Castro

Mantan Sekretaris Pertama Partai Komunis dan Presiden Kuba

Fidel Alejandro Castro Ruz (13 Agustus 1926 – 25 November 2016) adalah Presiden Kuba sejak 1976 hingga 2008. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Perdana Menteri atas penunjukannya pada 16 Februari 1959. Castro tampil sebagai sekretaris pertama Partai Komunis Kuba pada tahun 1965 dan mentransformasikan Kuba ke dalam republik sosialis satu-partai. Setelah tampil sebagai presiden, ia tampil sebagai komandan Militer Kuba.

Fidel Castro
Castro mengunjungi Amerika Serikat pada tahun 1959
Presiden Kuba
Masa jabatan
2 Desember 1976 – 24 Februari 2008
Perdana MenteriDirinya sendiri
Wakil PresidenRaúl Castro
Sekretaris Pertama Komite Pusat Partai Komunis Kuba
Masa jabatan
24 Juni 1961 – 19 April 2011
WakilRaúl Castro
Presiden Dewan Menteri Kuba
Masa jabatan
2 Desember 1976 – 24 Februari 2008
PresidenDirinya sendiri
Sebelum
Pendahulu
Dirinya sendiri (sebagai Perdana Menteri)
Pengganti
Raúl Castro
Sebelum
Perdana Menteri Kuba
Masa jabatan
16 Februari 1959 – 2 Desember 1976
PresidenManuel Urrutia Lleó
Osvaldo Dorticós Torrado
Sebelum
Pengganti
Dirinya sendiri (sebagai Presiden Dewan Menteri)
Sekretaris Jenderal Gerakan Non-Blok
Masa jabatan
16 September 2006 – 24 Februari 2008
Masa jabatan
10 September 1979 – 6 Maret 1983
Informasi pribadi
Lahir
Fidel Alejandro Castro Ruz

(1926-08-13)13 Agustus 1926
Birán, Provinsi Holguín, Kuba
Meninggal25 November 2016(2016-11-25) (umur 90)
Havana, Kuba
Partai politikPartai Ortodoks
(1946–52)
Gerakan 26 Juli
(1953–65)
Partai Komunis Kuba
(1965–2016)
Suami/istriMirta Diaz-Balart (1948–55)
Dalia Soto del Valle (1980–2016)
HubunganRaúl, Ramon, Juanita
Anak9, termasuk Alina Fernández
Tempat tinggalSantiago de Cuba
Alma materUniversitas Havana
ProfesiPengacara
Tanda tangan
  • Kekuasaan sebagai presiden diserahkan kepada Raúl Castro dari 31 Juli 2006.
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Pada tahun 1947, ia ikut dalam upaya kudeta diktator Republik Dominika Rafael Trujillo dan lari ke New York (Amerika Serikat) karena adanya ancaman akan dihabisi lawan politiknya. Setelah meraih doktor di bidang hukum pada 1950, ia memprotes dan memimpin gerakan bawah tanah anti-pemerintah atas pengambil-alihan kekuasaan lewat kudeta oleh Fulgencio Batista pada 1952. Tahun 1953, ia memimpin serangan ke Barak-Barak Moncada, namun gagal. Sebanyak 69 orang dari 111 orang yang ambil bagian dalam serbuan itu tewas dan ia dipenjara selama 15 tahun.

Setelah mendapatkan pengampunan dan dibebaskan pada 15 Mei 1955, ia langsung memimpin upaya penggulingan diktator Batista. Perlawanan ini kemudian dikenal dengan Gerakan 26 Juli. Pada 7 Juli 1955, ia lari ke Meksiko dan bertemu dengan pejuang revolusioner Che Guevara. Bersama 81 orang lainnya, ia kembali ke Kuba pada 2 Desember 1956 dan melakukan perlawanan gerilya selama 25 bulan di Pegunungan Sierra Maestra.

Di luar Kuba, Castro mulai menggalang kekuatan untuk melawan dominasi Amerika Serikat dan bekas negara Uni Soviet. Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, cita-cita dan impiannya mulai diwujudkan dengan bertemu Hugo Chávez di Venezuela dan Evo Morales dari Bolivia.


Menjelang hari ulang tahunnya ke-80 yang jatuh pada 13 Agustus 2006, ia menyerahkan tampuk kepemimpinannya untuk sementara waktu kepada adiknya. Praktis, Raúl merangkap jabatan, yakni sebagai Presiden Kuba dan Menteri Pertahanan Kuba. Penyerahan kekuasaan ini merupakan pertama kali sejak ia memerintah Kuba pada 1959. Castro juga meminta perayaan ulang tahunnya yang ke-80 ditunda sampai 2 Desember 2006. Padahal, pesta meriah selama empat hari di jalan-jalan utama Havana sudah disiapkan, termasuk konser megah dari musisi dan penyanyi Amerika Latin.

Kesehatan Castro sempat menurun setelah jatuh ketika berpidato pada 2004. Waktu itu, lutut kiri dan lengan kanannya terluka. Pada 19 Februari 2008, lima hari sebelum mandatnya berakhir, Castro menyatakan tidak akan mencalonkan diri maupun menerima masa bakti baru sebagai presiden atau komandan angkatan bersenjata Kuba. Jabatannya digantikan oleh adiknya, Raul Castro.

Castro adalah seorang figur dunia kontroversial. Para pendukungnya memandangnya sebagai pahlawan sosialisme dan anti-imperialisme dengan resmi. Gerakan revolusionernya telah memajukan ekonomi dan keadilan sosial, bersamaan dengan mempertahankan kemerdekaan Kuba dari imperialisme Amerika. Para kritikus memandangnya sebagai seorang diktator yang menyebabkan pelecehan hak asasi manusia, eksodus besar-besaran rakyat Kuba, dan kemiskinan ekonomi di negara tersebut. Ia dianugerahi dengan berbagai penghargaan internasional dan secara signifikan memengaruhi berbagai individual dan kelompok di seluruh dunia.

Biografi

Masa muda: 1926–1947

Castro lahir di sebuah tempat tertutup di kebun ayahnya pada 13 Agustus 1926.[1] Ayahnya, Ángel Castro y Argiz, adalah seorang migran yang datang ke Kuba dari Galicia, Barat Laut Spanyol.[2] Ia meraih kesuksesan finansial dari menanam tebu di kebun Las Manacas, Birán, Provinsi Oriente,[3] dan setelah kandasnya pernikahan pertama, ia mengambil pelayan rumah tangganya, Lina Ruz González - juga berasal dari Spanyol - sebagai gundiknya dan kemudian istri keduanya; mereka memiliki tujuh anak, salah satu diantaranya Fidel.[4] Pada usia enam tahun, Castro dikirim dengan gurunya ke Santiago de Cuba,[5] sebelum dibaptis di Gereja Katolik Roma pada usia delapan tahun.[6] Pembaptisan Castro membuat ia diperbolehkan untuk masuk sekolah asrama La Salle d Santiago, dimana ia suka nakal, sehingga ia dikirim ke Sekoleh Dolores yang dijalankan Yesuit dan didanai swasta di Santiago.[7] Pada 1945, ia dipindahkan ke El Colegio de Belén yang dijalankan Yesuit dan lebih prestisius di Havana.[8] Meskipun Castro meminati sejarah, geografi dan berdebat di Belén, ia tidaklah bagus dalam hal akademik, sehingga lebih menjalani waktunya untuk memainkan olahraga.[9]

Pada 1945, Castro mulai belajar hukum di Universitas Havana.[10] Menganggapi dirinya "melek politik", ia ikut dalam aktivitas pelajar,[11] dan budaya kekerasan gangsterismo di universitas tersebut.[12] Memiliki semangat anti-imperialisme dan menentang intervensi AS di Karibia,[13] ia gagal mengkampanyekan kepresidenan Federasi Pelajar Universitas atas dasar sebuah platform "jujur, patut dan adil".[14] Castro menjadi pengkritik korupsi dan kekerasan pemerintahan Presiden Ramón Grau, memberikan pidato publik terhadap masalah tersebut pada November 1946 yang meraih sorotan di laman depan beberapa surat kabar.[15]

Pada 1947, Castro ikut Partai Rakyat Kuba (Partido Ortodoxo), yang didirikan oleh politikus veteran Eduardo Chibás. Sebagai figur karismatik, Chibás mengadvokasikan keadilan sosial, pemerintahan jujur, dan kebebasan politik, sementara partainya menghadapi masalah korupsi dan tuntuan reformasi. Meskipun Chibás meraih peringkat ketiga dalam pemilihan umum 1948, Castro masih berniat untuk bekerja sebagai perantaranya.[16] Kekerasan pelajar memuncak setelah Grau mengangkat para ketua geng sebagai perwira polisi, dan Castro mendapatkan ancaman kematian yang agar meninggalkan universitas tersebut; menolaknya, ia membawa sebuah pistol dan mengelilingi dirinya dengan teman-teman bersenjata.[17] Pada tahun-tahun berikutnya, para pembangkang anti-Castro menuduhnya terlibat dalam pembunuhan-pembunuhan terkait geng pada masa itu, meskipun masih belum jelas.[18]

Pemberontakan dan Marxisme: 1947–1950

Aku bergabung dengan rakyat; aku merampas sebuah senapan di sebuah kantor polisi yang dihancurkan saat dirusak oleh kerumunan. Aku terkejut menyaksikan revolusi yang terjadi secara spontan... Pengalaman itu membuatku mengidentifikasikan diriku sendiri bahkan lebih dari sebab-sebab rakyat. Gagasan Marxis yang masih aku pegang tidak dilakukan dengan kehendak kami – ini adalah reaksi spontan pada bagian kami, sebagai kaum muda dengan gagasan Martí-an, anti-imperialis, anti-kolonialis dan pro-demokrat.

— Fidel Castro di Bogotazo, 2009[19]

Pada Juni 1947, Castro mempelajari perencanaan ekspedisi untuk melengserkan junta militer sayap kanan dari Rafael Trujillo, seorang sekutu AS, di Republik Dominika.[20] Menjadi Presiden Komite Universitas untuk Demokrasi di Republik Dominika, Castro ikut ekspedisi.[21] Pasukan militer terdiri dari sekitar 1,200 pasukan, yang kebanyakan adalah orang Kuba dan orang Dominika yang berada di pengasingan, dan mereka memutuskan untuk berlayar dari Kuba pada Juli 1947. Namun, di bawah pengaruh AS, pemerintah Grau menggentikan invasi tersebut, meskipun Castro dan beberapa pengikutnya terhindar dari penangkapan.[22] kembali ke Havana, Castro mengambil peran memimpin dalam unjuk rasa pelajar menentang pembunuhan seorang murid SMA oleh para penjaga keamanan pemerintah.[23] Protes tersebut, yang disertai dengan percekcokan pada orang-orang yang dituduh komunis, berujung pada pertikaian kekerasan antara aktivis dan polisi pada Februari 1948, dimana Castro mengalami luka berat.[24] Pada masa itu, pidato-pidato publiknya mengambil pandangan sayap kiri yang berbeda dengan meninggung ketidaksetaraan sosial dan ekonomi di Kuba. Sebaliknya, kritikan publiknya pada masa lalu tertuju pada korupsi dan imperialisme AS.[24]

Pada April 1948, Castro pergi ke Bogotá, Colombia, dengan sekelompok pelajar Kuba yang disponsori oleh pemerintah Argentina yang dipimpin oleh Presiden Juan Perón. Disana, pembunuhan pemimpin sayap kiri populer Jorge Eliécer Gaitán Ayala berujung pada merebaknya kerusuhan dan pertikaian antara kalangan pemerintah Konservatif – yang dibekingi oleh tentara – dan sayap kiri Liberal.[25] Castro bergabung dengan sebab-sebab Liberal dengan merampas senjata-senjata dari sebuah kantor polisi, namun penyelidikan polisi berikutnya menyatakan bahwa ia tidak terlibat dalam pembunuhan manapun.[25] Kembali ke Kuba, Castro menjadi figur penting dalam protes-protes melawan upaya pemerintah untuk meningkatkan ongkos bus.[26] Pada tahun tersebut, ia menikahi Mirta Díaz Balart, seorang pelajar dari keluarga kaya agar ia dapat menyoroti gaya hidup elit Kuba. Hubungan cinta tersebut tidak disetujui oleh kedua keluarga, namun ayah Díaz Balart memberikannya sepuluh ribu rolar untuk menjalani bulan madu selama tiga bulan di New York City.[27]

Marxisme mengajarkanku apa itu masyarakat. Aku bagaikan seorang pria buta di hutan, yang bahkan tidak tau dimana utara atau selatan. Jika kamu tidak memahami sejarah perjuangan kelas, atau setidaknya gagasan jelas bahwa masyarakat terbagi antara kaya dan miskin, dan bahwa beberapa orang menindas dan memperalat orang lainnya, kamu akan hilang di hutan, tidak tau apapun.

— Fidel Castro tentang penemuan Marxisme, 2009[28]

Pada tahun yang sama, Grau memutuskan untuk tidak ikut pemilihan lagi, yang dimenangkan oleh kandidat baru Partido Auténtico, Carlos Prío Socarrás.[29] Prío menghadapi merebaknya protes saat para anggota MSR, yang sekarang bersekutu dengan pasukan polisi, membunuh Justo Fuentes, seorang teman sosialis Castro. Akibatnya, Prío sepakat untuk menindak geng-geng, namun mengetahui bahwa mereka terlalu kuat untuk dikendalikan.[30] Castro telah beralih ke sayap kiri, yang dipengaruhi oleh penulisan Marxis Karl Marx, Friedrich Engels, dan Vladimir Lenin. Ia menafsirkan masalah-masalah Kuba sebagai masalah dalam masyarakat kapitalis, atau "kediktatoran burjois", ketimbang kegagalan politikus-politikus korup, dan mengadopsi pandangan Marxis yang memandang perubahan politik hanya dapat dilakukan dengan revolusi proletariat. Mengunjungi wilayah-wilayah termiskin di Havana, ia menjadi aktif dalam kampanye anti-rasis pelajar.[31]

Pada September 1949, Mirta melahirkan seorang putra, Fidelito, sehingga pasangan tersebut berpindah ke sebuah apartemen Havana yang lebih besar.[32] Castro masih menempatkan dirinya sendiri dalam kesibukan, aktif dalam politik kota tersebut dan ikut Gerakan 30 September, yang terdiri dari kaum komunis dan para anggota Partido Ortodoxo. Tujuan kelompok tersebut adalah untuk menentang pengaruh geng-geng kekerasan di universits tersebut; disamping janji-janjinya, Prío telah gagal untuk mengendalikan keadaan, meskipun menawarkan beberapa pekerjaan anggota senior mereka dalam kementerian-kementerian pemerintah.[33] Castro secara sukarela menyampaikan pidato di Gerakan 13 November, yang menyoroti kongkalingkong rahasia pemerintah dengan geng-geng dan mengidentifikasi anggota-anggota pentingnya. Meraih perhatian pers nasional, pidato tersebut membuat murka kalangan geng, dan Castro lari bersembunyi, mula-mula di dalam negara tersebut dan kemudian AS.[34] Kembali ke Havana beberapa minggu kemudian, Castro berfokus pada pembelajaran universitasnya dan lulus sebagai Doktor Hukum pada September 1950.[35]

Karier dalam hukum dan politik: 1950–1952

 
Castro berencana untuk melengserkan kepresidenan Jenderal Fulgencio Batista (kiri, dengan Ketua Staf Angkatan Darat AS Malin Craig, pada 1938).

Castro mendirikan sebuah kemitraan hukum yang utamanya ditujukan untuk orang-orang Kuba miskin, meskipun mengalami kegagalan keuangan.[36] Hanya meraih uang atau barang material yang sedikit, Castro gagal membayar cicilannya; perabotannya ditarik dan listriknya diputusi, yang membuatnya istrinya kecewa.[37] Ia ikut dalam protes perguruan tinggi di Cienfuegos pada November 1950, menyerang polisi dalam protes terhadap pelarangan asosiasi pelajar oleh Kementerian Pendidikan; ditangkap dan didakwa melakukan kekerasan, magistrate menyanggah dakwaan tersebut.[38] Harapannya bagi Kuba masih terpusat pada Chibás dan Partido Ortodoxo, dan ia hadir saat Chibás bunuh diri atas dasar politik pada 1951.[39] Memandang dirinya sendiri sebagai pewaris Chibás, Castro ingin menjalankan Kongres pada pemilihan Juni 1952, meskipun para anggota Ortodoxo senior khawatir akan reputasi radikalnya dan menolak untuk menominasikannya.[40] Sebagai gantinya, ia dinominasikan sebagai kandidat Dewan Perwakilan oleh para anggota partai di distrik-distrik termiskin Havana dan mulai berkampanye.[40] Ortodoxo telah dianggap mendukung dan juga memprediksi dalam pemilihan tersebut.[41]

Pada kampanyenya, Castro bertemu dengan Jenderal Fulgencio Batista, mantan presiden yang kembali berpolitik dengan Partai Aksi Uniter; meskipun sama-sama menentang pemerintahan Prío, pertemuan mereka tak pernah mewujudkan kesepakatan politis.[42] Pada Maret 1952, Batista merebut kekuasaan dalam sebuah kudeta militer, dan Prío kabur ke Meksiko. Mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai presiden, Batista menunda pemilihan presiden yang direncanakan, mendeskripsikan sistem barunya sebagai "demokrasi yang didisiplinkan": Castro, seperti beberapa orang lainnya, menganggap hal tersebut sebagai kediktatoran satu orang.[43] Batista berpindah ke sayap kiri, menjalin hubungan dengan kaum elit kaya dan Amerika Serikat, mencederai hubungan diplomatik dengan Uni Soviet, mendirikan serikat-serikat dagang dan menganiaya kelompok-kelompok sosialis Kuba.[44] Berniat menentang Batista, Castro membawa beberapa kasus hukum melawan pemerintah, namun tidak membuahkan hasil, dan Castro mulai memikirkan cara-acara alternatif untuk melengserkan rezim tersebut.[45]

Revolusi Kuba

Gerakan dan serangan Barak-Barak Moncada: 1952–1953

Dalam beberapa jam, kamu akan menang atau kalah, namun apapun yang terjadi – simak dengan baik, teman-teman – Gerakan tersebut akan dikumandangkan. Jika kamu menang kemarin, aspirasi Martí akan terpenuhi. Jika gagal, aksi kami akan dijadikan contoh bagi rakyat Kuba, dan dari rakyat akan bangkit kehendak manusia baru yang segar menuju kematian bagi Kuba. Mereka akan memasang spanduk kami dan berjalan maju... Rakyat akan mengikuti di Oriente dan di seluruh pulau. Seperti pada '68 dan '92, di Oriente kami akan memberikan tangisan pertama dari Kebebasan atau Kematian!

— Pidato Fidel Castro kepada Gerakan tersebut tepat sebelum Serangan Moncada, 1953[46]

Castro membentuk sebuah kelompok yang disebut "Gerakan" yang beroperasi sejalan dengan sistem sel bawah tanah, menerbitkan surat kabar bawah tanah El Acusador (Sang Penuduh), sesambil mempersenjatai dan melatih orang-orang rekrutan anti-Batista.[47] Dari Juli 1952, mereka melakukan perektrutan, meraih sekitar 1,200 anggota dalam setahun, kebanyakan dari distrik-distrik termiskin Havana.[48] Meskipun sosialis revolusioner, Castro menjalin aliansi dengan komunis PSP, khawatir akan diserang kalangan moderat politik, namun menjalin kontak dengan para anggota PSP seperti saudaranya Raúl.[49] Castro mengumpulkan senjata untuk serangan terencana pada Barak-Barak Moncada, sebuah garisun militer di luar Santiago de Cuba, Oriente. Para militan Castro memutuskan untuk berpakaian seragam tentara dan datang ke pangkalan tersebut pada 25 Juli, merebut kontrol dan meletupkan senjata sebelum bantuan pasukan dikerahkan.[50] Disuplai dengan persenjataan baru, Castro merebakkan revolusi ke kalangan pemotong rumput di Oriente dan mempromosikan kebangkitan lebih lanjut.[51] Rencana Castro meniru para pejuang kemerdekaan Kuba abad ke-19 yang menyerbu barak-barak Spanyol; Castro memandang dirinya sendiri sebagai pewaris pemimpin kemerdekaan José Martí.[52]

 
Fidel Castro saat ditangkap setelah serangan Moncada, 1953

Castro mengumpulkan 165 revolusioner untuk misi tersebut,[53] memerintahkan pasukannya agar tidak menumpahkan darah bila mereka belum menemui pemberontakan bersenjata.[54] Serangan tersebut dilakukan pada 26 Juli 1953, namun berjalan tegang; 3 dari 16 mobil yang dikerahkan dari Santiago gagal datang kesana. Mencapai barak-barak, alarm dibunyikan, dengan kebanyakan pemberontak dilumpuhkan oleh tembakan senjata. 4 orang tewas sebelum Castro memerintahkan untuk mundur.[55] Pihak pemberontak mendapatkan 6 korban luka berat dan 15 korban luka-luka lainnya, sementara pihak tentara mendapatkan 19 korban tewas dan 27 korban luka-luka.[56] Selain itu, beberapa pemberontak dilarikan ke rumah sakit sipil; kemudian dicegah oleh psukan pemerintah, para pemberontak pun dibariskan, disiksa dan 22 orang dieksekusi tanpa pengadilan.[57] Didampingi oleh 19 rekan, Castro membentuk Gran Piedra di pegunungan Sierra Maestra yang membentang beberapa mil ke utara, dimana mereka mendirikan sebuah pangkalan gerilya.[58] Menanggapi serangan tersebut, pemerintah Batista memproklamasikan darurat militer, memerintahkan penindakan keras terhadap para pembangkang, dan menerapkan penyensoran media yang ketat.[59] Pemerintah menyiarkan informasi yang salah tentang peristiwa tersebut, dengan mengklaim bahwa para pemberontak adalah komunis yang telah membunuh pasien-pasien rumah sakit, meskipun berita-berita dan foto-foto penggunaan siksaan oleh para tentara dan penjelasan eksekusi di Oriente tersebut yang membuat merebaknya ketidaksetujuan masyarakat dan beberapa orang pemerintahan.[59]

Pada hari-hari berikutnya, para pemberontk dibariskan; beberapa dieksekusi dan lainnya – termasuk Castro – dibawa ke penjara di utara Santiago.[60] Meyakini Castro tidak muhgkin merencanakan serangan tersebut sendirian, pemerintah menuduh para politikus Ortodoxo dan PSP terlibat, membawa 122 terdakwa ke penjara pada 21 September di Istana Keadilan, Santiago.[61] Bertindak sebagai konsel pertahanannya sendiri, Castro menuduh Martí sebagai dalang di balik serangan tersebut dan meminta 3 hakim untuk mengambil keputusan militer untuk menjaga para terdakwa di pengadilan, menyatakan bahwa tuduhan yang merek tuduhkan – "mengorganisir kebangkitan orang-orang bersenjata melawan Kekuasaan Konstitusional Negara" – adalah salah, karena mereka bangkit melawan Batista, yang telah mengambil kekuasaan dalam keadaan tak konstitusional.[62] Pengadilan mendakwa kalangan tentara dengan mendakwa bahwa mereka telah menyiksa para terdakwa, setelah mereka gagal untuk menghalang-halangi Casteo dari pengetestifikasi lebih lanjut, dengan mengklaim bahwa ia terlalu sakit.[63] Pengadilan berakhir pada 5 Oktober, dengan tuduhan kebanyakan terdakwa; 55 orang dihukum penjara antara 7 bulan dan 13 tahun. Castro dihukum pada 16 Oktober, saat ia memberikan sebuah pidato yang kemudian dicetak dengan judul Sejarah Akan Membebaskanku.[64] Castro dihukum 15 tahun penjara di sayap rumah sakit Penjara Model (Presidio Modelo), sebuah lembaga modern dan relatif nyaman di Isla de Pinos.[65]

Penahanan dan Gerakan 26 Juli: 1953–1955

 
Castro dengan putranya Angel pada 1954.

Sejujurnya, aku suka untuk merevolusionisasikan negara ini dari satu ujung ke yang lainnya! Aku menganggap hal ini akan membawa kebahagiaan bagi rakyat Kuba. Aku tak akan dihentikan oleh kebencian dan sakit akan beberapa ribu orang, termasuk beberapa kerabatku, setengah rakyat yang kukenal, dua per tiga rekan profesionalku, dan empat per lima bekas teman sekolahku

— Fidel Castro, 1954.[66]

Ditahan dengan 25 rekan, Castro mengganti nama kelompoknya menjadi "Gerakan 26 Juli" (MR-26-7) dalam mengenang tanggal serangan Moncada, dan membentuk sebuah sekolah untuk para tahanan.[67] Ia banyak membaca dan tak hanya menikmati karya-karya Marx, Lenin, dan Martí namun juga membaca buku-buku karya Freud, Kant, Shakespeare, Munthe, Maugham dan Dostoyevsky, menganalisisnya dalam sudut pandang Marxis.[68] Dengan memperhatikan para pendukungnya, ia mengutamakan kontrol atas Gerakan tersebut dan mengorganisir publikasi Sejarah Akan Membebaskanku.[69] Awalnya diijinkan untuk bebas mengunjungi kerabat dalam penjara, ia ditahan dalam penahanan sendiri setelah para rekannya menyanyikan lagu-lagu anti-Batista saat sebuah kunjungan Presiden pada Februari 1954.[70] Sementara itu, istri Castro, Mirta mendapatkan pekerjaan di Kementerian Dalam Negeri, yang ia ketahui melalui sebuah pengumuman radio. Menyadari hal tersebut, ia menyatakan bahwa ia lebih baik mati "seribu kali" ketimbang "menghadapi hinaan semacam itu".[71] Fidel dan Mirta memutuskan untuk bercerai, dengan Mirta mendapat hak asuh atas putra mereka Fidelito; hal ini membuat Castro murka, yang tak ingin putranya dibesarkan dalam lingkungan burjois.[71]

Pada 1954, pemerintah Batista mengadakan pemilihan presidensial, namun tidak ada politikus yang berani bersaing dengannya; pemilihan tersebut dianggap penuh kecurangan. Hal tersebut telah memperbolehkan beberapa oposisi politik untuk bersuara, dan para pendukung Castro menuntut amnesti untuk para pelaku insiden Moncada. Beberapa politikus menyatakan bahwa amnesti akan menjadi publisitas yang baik, dan Kongres dan Batista menyetujuinya. Dibekingi oleh AS dan perusahaan-perusahaan besar, Batista percaya bahwa Castro bukanlah ancaman, dan pada 15 Mei 1955, para tahanan dibebaskan.[72] Kembali ke Havana, Castro memberikan wawancara radio dan konferensi pers; pemerintah sangat memantaunya, terutama aktivitas-aktivitasnya.[73] Karena sudah bercerai, Castro menjalin hubungan seksual dengan dua pendukung perempuannya, Naty Revuelta dan Maria Laborde, sehingga masing-masing mendapatkan seorang anak darinya.[74] Berencana untuk memperkuat MR-26-7, ia mendirikan Direktorat Nasional beranggotakan 11 orang namun masih berada di bawah kontrol otokrat, dengan beberapa pembangkang mencapnya sebagai caudillo (diktator); ia menyatakan bahwa sebuah revolusi yang berhasil tidak akan dijalankan oleh komite dan membutuhkan seorang pemimpin yang kuat.[75]

 
Saudara Fidel, Raúl (kiri) dan Che Guevara (kanan)

Pada 1955, pengeboman dan demonstrasi kekerasan berujung pada penindakan terhadap para pembangkang, sehingga Castro dan Raúl kabur dari negara tersebut untuk menghindari penangkapan.[76] Castro mengirim surat kepada pers, menyatakan bahwa ia "meninggalkan Kuba karena semua pintu perjuangan damai telah ditutup untukku ... Sebagai pengikut Martí, Aku percaya bahwa telah tiba saatnya untuk mengambil hak-hak kami dan bukannya mengemis kepada mereka, untuk memperjuangkan permohonan kami."[77] Castro bersaudara dan beberapa rekan pergi ke Meksiko,[78] dimana Raúl berteman dengan seorang dokter Argentina dan Marxis-Leninis bernama Ernesto "Che" Guevara, yang bekerja sebagai jurnalis dan fotografer untuk "Agencia Latina de Noticias".[79] Fidel menyukainya, kemudian menyebutnya sebagai "seorang revolusioner yang lebih maju ketimbang saya".[80] Castro juga berkenalan dengan Alberto Bayo, yang sepakat untuk mengajari para pemberontak Castro kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan dalam perang gerilya.[81] Dalam rangka mengumpulkan dana, Castro pergi ke AS untuk mencari simpatisan kaya, hal tersebut dipantau oleh agen-agen Batista, yang dituduh berencana membunuhnya namun gagal.[82] Castro menjalin kontak dengan MR-26-7 di Kuba, dimana mereka meraih basis dukungan besar di Oriente.[83] Kelompok militan anti-Batista lainnya bergabung, terutama dari gerakan pelajar; yang paling terkenal adalah Directorio Revolucionario Estudiantil (DRE), yang didirikan oleh José Antonio Echeverría. Antonio bertemu dengan Castro di Mexico City, namun Castro menentang dukungan pelajar karena pembunuhan tanpa pandang bulu.[84]

Setelah menumpangi yacht Granma, pada 25 November 1956, Castro berlayar dari Tuxpan, Veracruz, dengan 81 revolusioner bersenjata.[85] Menempuh perjalanan sampai 1,200-mil (1,931 km) menuju Kuba, dengan sedikit perbekalan dan beberapa orang terkena mabuk laut. Pada beberapa saat, mereka terendam air yang disebabkan oleh kebocoran, dan pada saat yang lainnya, seseorang jatuh dari kapal, sehingga menunda perjalanan mereka.[86] Perjalanan tersebut direncanakan berlangsung selama 5 hari, dan pada hari kedatangan Granma yang dijadwalkan, 30 November, para anggota MR-26-7 di bawah pimpinan Frank País memimpin sebuah kebangkitan bersenjata di Santiago dan Manzanillo. Namun, perjalanan Granma berlangsung selama 7 tahun, karena Castro dan para pasukannya belum siap sedia, País dan para militannya menarik diri setelah dua hari serangan.[87]

Perang gerilya: 1956–1959

 
Rangkaian gunung berhutan Sierra Maestra, dimana Castro dan pasukan revolusionernya memimpin serangan gerilya melawan pasukan Batista selama dua tahun. Biografer Castro Robert E. Quirk menyatakan bahwa tempat tersebut "bukanlah tempat yang baik untuk sembunyi" di seluruh pulau tersebut.[88]

Granma bergerak ke sebuah rawa hutan bakau di Playa Las Coloradas, yang berdekatan dengan Los Cayuelos, pada 2 Desember 1956. Melarikan diri ke pedalaman, krunya dibawa ke rangkaian pegunungan berhutan Sierra Maestra di Oriente, saat masih diserang oleh pasukan Batista.[89] Saat kedatangan, Castro menyadari bahwa hanya 19 pemberontak yang sampai pada tujuan mereka, sisanya dibunuh atau ditangkap.[90] Membuat sebuah pemukiman kamp, korban-korban selamatnya meliputi Castro bersaudara, Che Guevara, dan Camilo Cienfuegos.[91] Mereka mulai meluncurkan serangan ke pos-pos tentara kecil untuk merampas senjata, dan pada Januari 1957, mereka menyerbu sebuah pos di La Plata, mengancam setiap prajurit bahwa mereka dilukai selain membunuh Chicho Osorio, mayoral lokal (pemilik lahan perusahaan), yang ditangkap oleh para petani lokal dan membunuh salah satu pemberontak Castro.[92] Eksekusi Osorio membuat para pemberontak meraih kepercayaan dari para penduduk lokal, meskipun kebanyakan dari mereka masih belum antusias dan mencurigai revolusioner.[93] Karena kepercayaannya semakin bertumbuh, beberapa penduduk lokal bergabung dengan para pemberontak, meskipun kebanyakan orang yang baru direkrut datang dari kawasan perkotaan.[94] Dengan para sukarelawan menggelembungkan pasukan pemberontak sampai lebih dari 200 orang, pada Juli 1957, Castro membagi tentaranya dalam tiga bagian, yang masing-masing dikomandani oleh dirinya sendiri, saudaranya, dan Guevara.[95] Para anggota MR-26-7 yang beroperasi kawasan perkotaan melanjutkan agitasi, mengirim suplai ke Castro, dan pada 16 Februari 1957 ia bertemu dengan para anggota senior lainnya untuk membicarakan taktik; disini ia bertemu Celia Sánchez, yang bakal menjadi teman dekatnya.[96]

Di sepanjang Kuba, kelompok-kelompok anti-Batista melakukan pengeboman dan sabotase; polisi menanggapinya dengan penangkapan massal, penyiksaan, dan eksekusi ekstrayudisial.[97] Pada Maret 1957, DR gagal melancarkan serangan pada istana presidensial, dimana Antonio mati tertembak.[97] Frank País juga tewas, meninggalkan Castro sebagai pemimpin MR-26-7 yang belum bertarung.[98] Meskipun Guevara dan Raúl dikenal karena pandangan Marxis-Leninis mereka, Castro menyembunyikannya, berharap meraih dukungan dari revolusioner-revolusioner yang kurang radikal.[99] Pada 1957, ia bertemu dengan para anggota utama Partido Ortodoxo, Raúl Chibás dan Felipe Pazos, yang mengarang Manifesto Sierra Maestra, dimana mereka menuntut agar pemerintahan sipil provinsial dibentuk untuk mengimplementasikan reformasi agrarian moderat, industrialisasi, dan kampanye melek huruf sebelum mengadakan pemilihan multi-partai.[99] Karena pers Kuba disensor, Castro mengkontak media asing untuk menyebarkan pesannya; ia menjadi selebriti setelah diwawancarai oleh Herbert Matthews, seorang jurnalis dari The New York Times.[100] Para wartawan dari CBS dan Paris Match kemudian menyusulnya.[101]

 
Castro (kanan) dengan revolusioner sejawatnya Camilo Cienfuegos memasuki Havana pada 8 Januari 1959

Para gerilyawan Castro meningkatkan serangan-serangan mereka ke pos-pos militer, yang memaksa pemerintah menarik diri dari kawasan Sierra Maestra, dan pada musim semi 1958, para pemberontak menguasai sebuah rumah sakit, sekolah-sekolah, sebuah pers percetakan, rumah jagal, pabrik pertambangan lahan dan sebuah pabrik pembuat rokok.[102] Pada 1958, Batista makin ditekan yang diakibatkan kegagalan militernya dalam rangka melakukan perebutan dengan meningkatnya kritikan terkait penyensoran pers, penyiksaan, dan eksekusi ekstrayudisial yang dilakukan oleh pemerintahannya.[103] Dipengaruhi oleh sentimen anti-Batista di kalangan warga negara mereka, pemerintah AS menghentikan bantuan persenjataan kepadanya.[103] Sebuah perlawanan yang disebut serangan umum disertai dengan serangan bersenjata dari MR-26-7. Bermula pada 9 April, ia meraih dukungan kuat di tengah dan timur Kuba, namun sedikit di tempat lainnya.[104]

Batista membalasnya dengan sebuah serangan, Operasi Verano, dimana dari udara tentara membombardir kawasan-kawasan hutan dan desa-desa yang dianggap terdapat para militan, sementara 10,000 prajurit yang dikomandani oleh Jenderal Eulogio Cantillo menyisir Sierra Maestra, melalui arah utara menuju kamp-kamp pemberontak.[105] Meskipun mereka menang jumlah dan teknologi, tentara tersebut tidak memiliki pengalaman dengan perang gerilya, dan Castro melancarkan serangan-serangan mereka menggunakan lahan-lahan tambang dan semak belukar.[105] Beberapa prajurit Batista menyerah kepada para pemberontak Castro, yang juga diuntungkan dari dukungan populer lokal.[106] Pada musim panas, MR-26-7 melancarkan serangan, menyudutkan para tentara ke pegunungan, dengan Castro menggunakan kolom-kolomnya dalam gerakan pincer untuk mengarungi konsentrasi tentara utama Santiago. Pada bulan November, pasukan Castro menguasai sebagian besar Oriente dan Las Villas, dan membagi Kuba menjadi dua dengan menutup jalan-jalan besar dan jalur-jalur rel, yang membuat Batista semakin terpojok.[107]

Khawatir Castro merupakan seorang sosialis, AS menginstruksikan Cantillo untuk menyingkirkan Batista.[108] Cantillo diam-diam sepakat untuk gencatan senjata dengan Castro dan berjanji agar Batista akan diadili atas dakwaan kejahatan perang;[108] namun, Batista diperingatkan, dan lari ke pengasingan dengan lebih dari US$300,000,000 pada 31 Desember 1958.[109] Cantillo masuk Istana Presidensial di Havana, memproklamasikan hakim Pengadilan Tinggi Carlos Piedra menjadi Presiden, dan mulai melantik pemerintahan baru.[110] Geram, Castro mengakhiri gencatan senjata,[111] dan memerintahkan para tentara simpatisan untuk menangkap Cantillo.[112] Disertai perayaan-perayaan atas berita pelengseran Batista pada 1 Januari 1959, Castro memerintahkan MR-26-7 untuk mencegah merebaknya penjarahan dan vandalisme.[113] Cienfuegos dan Guevara memimpin kolom-kolomnya ke Havana pada 2 Januari, saat Castro memasuki Santiago dan memberitakan pidato mengenai peperangan kemerdekaan.[114] Saat menuju Havana, ia disambut kerumunan di setiap kota, memberikan konferensi pers dan wawancara.[115]

Pemerintahan provisional: 1959

Atas komando Castro, pengacara moderat Manuel Urrutia Lleó diproklamasikan menjadi presiden provisional namun Castro mengumumkan (secara salah) bahwa Urrutia telah dipilih oleh "pemilihan populer". Kebanyakan kabinet Urrutia adalah anggota MR-26-7.[116] Memasuki Havana, Castro memproklamasikan dirinya sendiri sebagai Perwakilan Pasukan Bersenjata Pemberontak Kepresidenan, membentuk dewan dan kantor di tempat singgah Havana Hilton Hotel.[117] Castro memberikan persetujuan besar terhadap pengaruh atas rezim Urrutia, yang sekarang menjadi pemerintahan menurut dekrit. Ia menyepakati bahwa pemerintahan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan untuk memotong korupsi dan memberantas buta huruf dan melengserkan para pendukung Batista dari jabatan-jabatan kekuasaan dengan menyisir Kongres dan mengeluarkan semua orang yang terpilih dalam pemilihan 1954 dan 1958 dari jabatan pada masa mendatang. Ia kemudian membujuk Urrutia untuk mengeluarkan larangan sementara terhadap partai-partai politik; ia menyatakan bahwa mereka akan mengadakan pemilihan multi-partai.[118] Meskipun menyangkal bahwa ia adalah seorang komunis kepada pers, ia mulai bertemu dengan para anggota Partai Sosialis Populer untuk membicarakan pembentukan sebuah negara sosialis.[119]

Kami tidak mengeksekusi orang tak berdosa atau lawan politik. Kami mengeksekusi pembunuh dan mereka pantas menerimanya.

— Tanggapan Castro terhadap kritikan terhadapnya terkait pengeksekusian massal, 1959[120]

Dalam rangka revolusi, pemerintahan Batista membunuh ribuan orang Kuba; Castro dan sektor-sektor pers penting menyatakan bahwa jumlah korban tewasnya sebesar 20,000 orang, namun daftar korban yang diterbitkan tak lama setelah revolusi hanya berjumlah 898 nama—lebih dari setengah dari mereka adalah kombatan.[121] Perkiraan paling terkini dari jumlah korban tewasnya adalah antara 1000[122] dan 4000 orang.[123] Dalam menanggapi seruan populer, yang menuntut agar orang-orang yang bertanggung jawab dibawa ke pengadilan, Castro membantu pembentukan beberapa sidang, yang mengakibatkan ratusan orang dieksekusi. Meskipun secara domestik sangat populer, para kritikus–terutama pers AS–berpendapat bahwa beberapa bukanlah pengadilan adil. Castro menanggapinya bahwa "pengadilan revolusioner bukanlah berdasarkah pada sudut pandang hukum, namun berdasarkan pada landasan moral".[124] Disertai dengan beberapa orang dari Amerika Latin, ia berkunjung ke Venezuela dimana ia bertemu presiden terpilih Rómulo Betancourt, yang gagal meminta kesepakatan baru untuk minyak Venezuela.[125] Kembali ke tanah air, sebuah percekcokan antaran Castro dan para anggota pemerintahan senior pecah. Ia menuduh bahwa pemerintah telah menyebabkan ribuan orang menganggur dengan menutup kasino dan rumah bordil. Akibatnya, Perdana Menteri José Miró Cardona mengundurkan diri, pergi ke pengasingan di AS dan bergabung dengan pemerintahan anti-Castro.[126]

Perdana Menteri

Kepemimpinan terkonsolidasi: 1959–1960

 
Castro memandang Monumen Lincoln saat ia berkunjung ke Amerika Serikat pada 1959

Pada 16 Februari 1959, Castro dilantik menjadi Perdana Menteri Kuba.[127] Pada bulan April, ia mengunjungi AS atas sebuah tawaran hangat dimana ia bertemu Wakil Presiden Richard Nixon, yang ia benci.[128] Dilanjutkan ke Kanada, Trinidad, Brasil, Uruguay dan Argentina, Castro menghadiri sebuah konferensi di Buenos Aires, yang gagal meraih "Rencana Marshall" yang didanai AS senilai $30 miliar untuk Amerika Latin.[129] Pada Mei 1959, Castro menandatangani hukum Reformasi Agraria Pertama, yang memberikan kepemilihan lahan seluas 993 ekar (402 ha) per pemilik dan melarang orang asing untuk mendapatkan kepemilikan lahan Kuba. Sekitar 200,000 petani dirampas kepemilikan lahan besarnya; terutama kelas buruh, yang dialienisasikan para pemilik lahan yang lebih kaya.[130] Castro melantik dirinya sendiri menjadi presiden Industri Pariwisata Nasional, memperkenalkan tolok ukur gagal kepada para wisatawan Afrika-Amerika untuk berkunjung, mengiklankan Kuba sebagai tempat wisata tropis yang bebas dari diskriminasi rasial.[131] Para hakim dan politikus kurang digaji sementara PNS tingkat rendah ditingkatkan gajinya,[132] dan pada Maret 1959, Castro mendeklarasikan tunjangan kepada orang-orang yang digaji kurang dari $100 sebulan.[133]

Meskipun menolak mengkategorisasi rezimnya sebagai sosialis dan masih membantah dirinya seorang komunis, Castro melantik orang-orang Marxis pada jabatan-jabatan pemerintahan dan militer senior. Yang paling menonjol, Guevara menjadi Gubernur Bank Sentral dan kemudian Menteri Perindustrian. Sementara itu, komandan Angkatan Udara Pedro Luis Díaz Lanz mengungsi ke AS.[134] Meskipun Presiden Urrutia mengumumkan kasus mengungsi tersebut, ia mengekspresikan perhatian terhadap meningkatnya pengaruh Marxisme. Murka, Castro mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Perdana Menteri, menuduh Urrutia merasuki pemerintahan dengan "rasa anti-Komunisme"-nya. Lebih dari 500,000 pendukung Castro berkumpul di Istana Presidensial menuntut agar Urrutia mundur, yang ia penuhi. Pada 23 Juli, Castro melanjutkan jabatan Perdana Menteri-nya dan melantik Marxis Osvaldo Dorticós sebagai Presiden.[135]

 
Castro dan Presiden Indonesia Sukarno di Havana, 1960

Pemerintah Castro memberikan proyek-proyek sosial untuk meningkatkan standar hidup Kuba, yang seringkali berbenturan dengan pengembangan ekonomi.[136] Bantuan-bantuan besar ditujukan kepada pendidikan, dan pada 30 bulan pertama pemerintahan Castro, lebih banyak ruang kelas yang dibuka ketimbang 30 tahun sebelumnya. Sistem pendidikan dasar Kuba menawarkan program studi-kerja, dengan setengah waktu dijalani di ruang kelas, dan setengah waktu yang lainnya dalam sebuah aktivitas produktif.[137] Perawatan kesehatan dinasionalisasikan dan diperluas, dengan pusat-pusat kesehatan desa dan poliklinik perkotaan dibuka di seluruh pulau tersebut untuk memberikan bantuan pengobatan gratis. Vaksinasi universal melawan penyakit sejak dini diimplementasikan, dan tingkat kematian bayi berkurang secara dramatis.[136] Bagian ketiga dari program sosial ini adalah peningkatan infrastruktur. Selama enam bulan pertama pemerintahan Castro, 600 mil jalan dibangun di seluruh pulau tersebut, sementara $300 juta digunakan untuk proyek pengairan dan sanitasi.[136] Lebih dari 800 rumah dibangun setiap bulan pada tahun-tahun awal pemerintahan dalam upaya menghapus ketunawismaan, sementara pusat-pusat perawatan harian dan kebidanan dibuka untuk anak-anak dan pusat-pusat lainnya dibuat untuk kaum disabilitas dan lansia.[136]

 
Castro (paling kiri), Che Guevara (tengah), dan para revolusioner utama lainnya, berpawai di jalanan dalam unjuk rasa terhadap ledakan La Coubre pada 5 Maret 1960

Castro menggunakan radio dan televisi untuk mengembangkan "dialog dengan rakyat", menjawab pertanyaan-pertanyaan dan membuat pernyataan-pernyataan provokatif.[138] Rezimnya masih populer di kalangan buruh, petani dan pelajar, yang meliputi mayoritas dari populasi negara tersebut,[139] sementara penentangan biasanya datang dari kelas menengah; ribuan dokter, teknisi dan kaum profesional lainnya beremigrasi ke Florida, AS, yang menyebabkan sebuah pengeringan otak ekonomi.[140] Produktivitas menurun dan keadaan keuangan negara tersebut menipis selama dua tahun.[133] Setelah pers konservatif mengekspresikan kebencian terhadap pemerintah, serikat dagang para pencetak pro-Castro mencekal staf editorialnya, dan pada Januari 1960 pemerintah memerintahkan mereka untuk menerbitkan sebuah "klarifikasi" yang ditulis oleh serikat pencertak pada akhir artikel kritikal terhadap pemerintah.[141] Pemerintah Castro menangkap ratusan kontra-revolusioner,[142] beberapa diantaranya menjadi subyek penahanan tunggal, perlakuan kasar dan perilaku mengancam.[143] Kelompok militan anti-Castro, yang didirikan di pengasingan, Central Intelligence Agency (CIA), dan pemerintah Dominika, melakukan serangan bersenjata dan mendirikan basis-basis gerilya di pegunungan Kuba, yang berujung pada Kuba, yang berujung pada Pemberontakan Escambray selama enam tahun.[144]

Pada 1960, Perang Dingin pecah antara dua negara adidaya: Amerika Serikat, sebuah negara demokrasi liberal kapitalis, dan Uni Soviet (USSR), sebuah negara sosialis Marxis-Leninis yang diperintah oleh Partai Komunis. Mengekspresikan rasa sinis terhadap AS, Castro berbagi pandangan ideologi USSR, mendirikan hubungan dengan beberapa negara Marxis–Leninis.[145] Bertemu dengan Deputi Perdana Menteri Pertama Soviet Anastas Mikoyan, Castro sepakat untuk menyediakan USSR dengan gula, buah, serat, dan kulit hewan, yang dibalas dengan minyak mentah, pupuk, barang-barang industrial, dan uang senilai $100 juta.[146] Pemerintah Kuba memerintahkan kilang-kilang negara tersebut – yang saat itu dikontrol oleh perusahaan-perusahaan AS Shell, Esso dan Standard Oil – untuk mengolah minyak Soviet, namun karena berada di bawah pengaruh AS, mereka menolaknya. Castro menanggapinya dengan merombak dan menasionalisasikan kilang-kilang tersebut. Akibatnya, AS berhenti mengimpor gula kepada Kuba, yang membuat Castro menasionalisasikan sebagian besar aset milik AS di pulau tersebut, yang meliputi pabrik gula dan bank.[147]

 
Castro di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1960

Hubungan antara Kuba dan AS makin merenggang setelah ledakan sebuah kapal Perancis, Le Coubre, di pelabuhan Havana pada Maret 1960. Kapal tersebut mengangkut senjata-senjata yang dibawa dari Belgia, penyebab ledakan tersebut tidak pernah diketahui, namun Castro secara terbuka menuduh bahwa pemerintah AS telah melakukan sabotase. Ia mengakhiri pidato tersebut dengan "¡Patria o Muerte!" ("Tanah Air atau Mati"), sebuah proklamasi yang ia gunakan pada tahun-tahun berikutnya.[148] Terinspirasi oleh keberhasilan awal mereka dengan kudeta Guatemala 1954 pada Maret 1960, Presiden AS Eisenhower memerintahkan CIA untuk melengserkan pemerintah Castro. Ia mengantongi mereka dengan biaya sejumlah $13 juta dan mengijinkan mereka untuk bersekutu dengan Mafia, yang kesal karena pemerintah Castro menutup rumah-rumah bordil dan usaha-usaha kasino mereka di Kuba.[149] Pada 13 Oktober1960, AS melarang sebagian besar pakar ke Kuba, menginisiasikan sebuah embargo ekonomi. Sebagai balasannya, Lembaga Nasional untuk Reformasi Agraria INRA mengambil kendali atas 383 usaha yang dijalankan swasta pada 14 Oktober, dan pada 25 Oktober, 166 perusahaan AS lainnya yang beroperasi di Kuba dirampas dan dinasionalisasikan.[150] Pada 16 Desember, AS mengakhiri kuota impor gula Kuba-nya, ekspor utama negara tersebut.[151]

Pada September 1960, Castro kabur ke Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York City. Singgah di Hotel Theresa, Harlem, ia bertemu dengan para jurnalis dan figur-figur anti-pendirian seperti Malcolm X. Ia juga bertemu dengan Perdana Mneteri Soviet Nikita Khrushchev, dengan dua perbincangan terkait kemiskinan dan rasisme yang dihadapi oleh rakyat Amerika di kawasan seperti Harlem. Hubungan antara Castro dan Khrushchev menjadi hangat; mereka saling menyanjung pidato satu sama lain di Majelis Umum.[152] Kemudian, dikunjungi oleh Sekretaris Pertama Polandia Władysław Gomułka, Ketua Bulgaria Todor Zhivkov, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser dan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru,[153] Castro juga meraih sambutan sore hari dari Komite Permainan Adil untuk Kuba.[154]

Kembali ke Kuba, Castro khawatir akan kudeta yang dibekingi AS; pada 1959, rezimnya menggelontorkan $120 juta untuk membeli persenjataan dari Soviet, Perancis, dan Belgia dan pada awal 1960 telah menggandakan besarnya jumlah pasukan beersenjata Kuba.[155] Khawatir akan terjadinya kontra-revolusioner di kalangan tentara, pemerintah membuat sebuah Militia Rakyat untuk mempersenjatai warga sipil yang mendukung revolusi, melatih sekitar 50,000 warga sipil dalam teknik-teknik menyerang.[156] Pada September 1960, mereka membuat Komite Pertahanan Revolusi (KPR), sebuah organisasi sipil seluruh negeri yang mengimplemetasikan pendeteksian aktivitas kontra-revolusioner serta mengadakan kampanye-kampanye kesehatan dan pendidikan, menjadikannya sebuah wadah untuk komplain-komplain masyarakat. Pada 1970, sepertiga penduduk terlibat dalam KPR, dan meningkat sampai 80%.[157]

Biografer Castro Volker Skierka menyebut para anggota KPR "tidak lebih dari 'sipir-sipir blok' untuk memata-matai wilayah lokal. Kemudian, di bawah pengaruh tekanan luar, pewaris Martí langkah demi langkah mengubah negaranya menjadi sebuah negara totalitarian dan secara bertahap membuat pemelencengan terhadap tujuan revolusioner untuk kebebasan."[158]

Castro memproklamasikan pemerintahan demokrasi langsung yang baru, dimana rakyat Kuba diperbolehkan untuk melakukan unjuk rasa untuk mengekspresikan kehendak demokratik mereka. Akhirnya, ia menolak keinginan untuk pemilihan, mengklaim bahwa sistem demokrasi perwakilan menyajikan minat-minat kalangan elit sosio-ekonomi.[159] Sekretaris Negara AS Christian Herter mengumumkan bahwa Kuba mengadopsi model pemerintahan Soviet, dengan negara satu partai, pemerintah mengendalikan serikat-serikat dagang, menekan kebebasan sipil, dan ketiadaan kebebasan berbicara dan pers.[160]

Invasi Teluk Babi dan "Sosialis Kuba": 1961–1962

Terdapat... tidak ada keraguan mengenai siapa para pemenang itu. Pendirian Kuba di dunia mencapai puncak yang baru, dan peran Fidel sebagai pemimpin yang dipuja dan dihormati oleh rakyat biasa Kuba menerima dorongan baru. Ketenarannya lebih besar ketimbang dulu. Dalam pikirannya sendiri, ia telah mewujudkan apa yang generasi-generasi Kuba impikan: Ia mengambil alih Amerika Serikat dan menang.

Peter Bourne, biografer Castro, 1986[161]

Pada Januari 1961, Castro memerintahkan Kedutaan Besar AS di Havana untuk mengeluarkan 200 anggota stafnya atas dakwaan beberapa diantaranya adalah mata-mata. AS menanggapinya dengan mengakhiri hubungan diplomatik, dan meningkatkan sorotan CIA terhadap para pembangkang di pengasingan; militan-militan tersebut mulai menyerang kapal-kapal yang berdagang dengan Kuba, dan meledakkan pabrik-pabrik, toko-toko dan pabrik-pabrik gula.[162] Baik Eisenhower maupun penerusnya John F. Kennedy mendukung rencana CIA untuk membantu militia pembangkang, Front Revolusiner Demokratik, untuk menginvasi Kuba dan melengserkan Castro, rencana tersebut berujung pada Invasi Teluk Babi pada April 1961. Pada 15 April, B-26 yang disuplai CIA meledakkan 3 pangkalan udara militer Kuba; AS mengumumkan bahwa para perlakunya adalah pilot angkatan udara Kuba yang membangkang, namun Castro menyatakan bahwa klaim tersebut merupakan kesalahan informasi bendera palsu.[163] Khawatir akan terjadinya invasi, ia memerintahkan penangkapan antara 20,000 dan 100,000 orang yang dituduh kontra-revolusioner,[164] yang secara terbuka memproklamasikan, "Apakah kaum imperialis tidak dapat mengampuni kami, bahwa kami membuat sebuah revolusi Sosialis di bawah hidung kami", pengumuman pertamanya bahwa pemerintahannya adalah sosialis.[165]

 
Che Guevara (kiri) dan Castro, difoto oleh Alberto Korda pada 1961

CIA dan Front Demokrat Revolusioner memiliki basis 1,400 tentara, Brigade 2506, di Nicaragua. Pada malam 16 menjelang 17 April, Brigade 2506 mendarat di sepanjang Teluk Babi, Kuba, dan bertarung dengan pasukan militan revolusioner lokal. Castro memerintahkan Kapten José Ramón Fernández untuk meluncurkan serangan balasan, sebelum merebut kekuasaan. Setelah mengebom kapal-kapal penginvasi dan melakukan penindakan, Castro memaksa Brigade tersebut menyerah pada 20 April.[166] Ia memerintahkan 1189 pemberontak yang ditangkap untuk diinterogasi oleh sebuah panel jurnalis di televisi siaran langsung, yang secara pribadi ditanyai pada 25 April. 14 orang diantaranya diadili karena kejahatan yang didakwa dilakukan sebelum revolusi, sementara yang lainnya dipulangkan ke AS dalam pertukaran obat-obatan dan makanan senilai U.S. $25 juta.[167] Kemenangan Castro menjadi simbol kekuasaan di Amerika Latin, namun juga meningkatkan oposisi internal terutama dari kelas menengah Kuba yang ditekan akibat invasi tersebut. Meskipun kebanyakan dibebaskan pada beberapa hari, beberapa diantaranya kabur ke AS untuk mengungsi di Florida.[168]

Mengkonsolidasikan "Sosialis Kuba", Castro menyatukan MR-26-7, Partai Sosialis Populer dan Direktorat Revolusioner ke dalam sebuah partai pemerintahan yang berbasis pada prinsip Leninis sentralisme demokrat: Organisasi Revolusioner Terintegrasi (Organizaciones Revolucionarias Integradas – ORI), yang berganti nama menjadi Partai Serikat Revolusi Sosialis Kuba (PURSC) pada 1962.[169] Meskipun USSR masih meragukan pandangan sosialisme Castro,[170] hubungannya dengan Soviet semakin erat. Castro mengirim Fidelito untuk bersekolah di Moskwa,[171] para teknisi Soviet datang ke pulau tersebut,[171] dan Castro dianugerahi Penghargaan Perdamaian Lenin.[172] Pada Desember 1961, Castro mengakui bahwa ia telah menjadi Marxis–Leninis selama bertahun-tahun, dan dalam Deklarasi Havana Kedua-nya, ia menyerukan agar Amerika Latin bangkit dalam revolusi.[173] Akibatnya, AS menyuruh Organisasi Negara-Negara Amerika untuk mengeluarkan Kuba; Soviet secara pribadi menegur Castro karena kecerobohannya, meskipun ia meraih pujian dari Tiongkok.[174] Disamping kesamaan ideologi mereka dengan Tiongkok, dalam perpecahan Soviet-Tiongkok, Kuba bersekutu dengan Soviet yang lebih kaya, yang menawarkan bantuan ekonomi dan militer.[175]

ORI mulai membentuk Kuba menggunakan model Soviet, menganiaya lawan-lawan politik dan menumpas para penyimpang sosial seperti pelacur dan homoseksual; Castro menganggap aktivitas seksual sesama jenis sebagai sebuah perilaku burjois.[176] Pria gay dipaksa masuk Unit Militer untuk Bantuan Produksi (Unidades Militares de Ayuda a la Producción – UMAP); setelah beberapa intelektual revolusioner mempertimbangkan langkah tersebut, kamp-kamp UMAP ditutup pada 1967, meskipun pria gay masih ditahan.[177] Pada 2010, Castro menyatakan tanggung jawab atas penganiayaan tersebut dan menyebutnya sebagai "ketidakadilan besar".[178] Pada 1962, ekonomi Kuba menurun akibat manajemen ekonomi dan produktivitas yang rendah disertai dengan embargo dagang AS. Penipisan pangan berujung pada protes di Cárdenas.[179] Laporan keamanan menyatakan bahwa beberapa orang Kuba menyandingkan keadaan tersebut dengan "Komunis Lama" dari PSP, sementara Castro menganggap sejumlah dari mereka – yakni Aníbal Escalante dan Blas Roca – loyal dengan Moskwa. Pada Maret 1962, Castro menurunkan para "Komunis Lama" paling berpengaruh dari jabatan, mencap mereka "sektarian".[180] Pada ranah pribadi, Castro semakin menyendiri, hubungannya dengan Guevara merenggang karena Guevara menjadi semakin anti-Soviet dan pro-Tiongkok.[181]

Krisis Misil Kuba dan sosialisme lanjutan: 1962–1968

 
Foto pantauan U-2 dari misil-misil nuklir Soviet di Kuba

Secara militer lebih menyadari ketimbang NATO, Khrushchev ingin memasang misil-misil nuklir R-12 MRBM Soviet di Kuba untuk menyeimbangkan kekuatan.[182] Walau berseteru, Castro setuju, meyakini bahwa itu akan menjaga keamanan Kuba dan mendorong sebab-sebab sosialisme.[183] Dirahasiakan, hanya saudara-saudara Castro, Guevara, Dorticós dan kepala keamanan Ramiro Valdés yang mengetahui rencana tersebut.[184] Setelah diketahui melalui pantauan udara, pada bulan Oktober, AS mengkarantina seluruh pulau tersebut untuk mencari kapal-kapal yang menuju ke Kuba, yang berujung pada Krisis Misil Kuba. AS memandang misil tersebut sebagai sebuah bentuk perlawanan; Castro menyatakan bahwa misil-misil tersebut hanya untuk pertahanan.[185] Castro menyatakan kepada Khrushchev agar mengancam sebuah serangan nuklir terhadap AS bila Kuba diserang, namun Khrushchev berniat untuk menghindari perang nuklir.[186] Castro meninggalkan negosiasi tersebut, dimana Khruschev sepakat untuk menarik misil-misil tersebut dalam rangka pertukaran dengan komitmen AS untuk tidak menginvasi Kuba dan memahami bahwa AS akan menarik MRBM mereka dari Turki dan Italia.[187] Merasa dikhianati oleh Khruschev, Castro menjadi depresi dan kemudian jatuh sakit.[188] Mencanangkan rencana lima dalil, Castro menuntut agar AS mengakhiri embargonya, menarik diri dari Pangkalan Angkatan Laut Teluk Guantanamo, berhenti mendukung para pembangkang, dan berhenti mencederai kawasan perairan dan udara Kuba. Menyerahkan tuntutan tersebut kepada U Thant, Sekretaris-Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa pada waktu itu, AS menghiraukannya, dan sebagai balasannya Castro menolak untuk mengijinkan tim inspeksi PBB datang ke Kuba.[189]

Pada Mei 1963, Castro mengunjungi USSR atas undangan pribadi Khrushchev, mendatangi 14 kota, menyampaikan pidato kepada pawai Lapangan Merah, dan dianugerahi Ordo Lenin dan dokterandes kehormatan dari Universitas Negara Bagian Moskwa.[190] Saat disana, Castro dipersilahkan untuk menandatangani sebuah misil balistik antar-benua R-16 Soviet.[191] Castro pulang ke Kuba dengan gagasan-gagasan baru; terinspirasi dari surat kabar Soviet Pravda, ia menggabungkan Hoy dan Revolución ke dalam sebuah surat kabar harian baru, Granma,[192] dan memberikan investasi besar kepada olahraga Kuba agar meningkatkan reputasi olahraga internasional.[193] Dalam rangka kontrol konsolidasi lanjutan, pada 1953, pemerintah mencekal sekte-sekte Protestan di Kuba dan Castro mencap mereka "alat kontra-revolusioner imperialisme"; beberapa pengkotbah didakwa memiliki hubungan dengan AS dan ditahan.[194] Sebaliknya, kaum muda diimplementasikan untuk bekerja, terutama melalui pengenalan penugasan mandat militer,[195] sementara pada bulan September, pemerintah mengijinkan sementara emigrasi bagi laki-laki yang berusia antara 15 dan 26 tahun, sehingga meredam ribuan kritikan terhadap pemerintah, yang kebanyakan berasal dari latar belakang kelas atas dan menengah.[196] Pada 1963, ibu Castro meninggal. Hal tersebut menjadi kali terakhir kehidupan pribadinya dikabarkan oleh pers Kuba.[197] Pada Januari 1964, Castro kembali ke Moskwa, dalam rangka menandatangani perjanjian perdagangan gula selama lima tahun yang baru, selain juga membicarakan ramifikasi pembunuhan John F. Kennedy;[198] Castro sangat disoroti terkait pembunuhan tersebut, yang meyakini bahwa konspirasi kanan jauh berada di baliknya namun masyarakat Kuba akan mencemoohnya.[199] Pada Oktober 1965, Organisasi Revolusioner Terintegrasi secara resmi berganti nama menjadi "Partai Komunis Kuba" dan menerbitkan keanggotaan dari Komite Pusat-nya.[200]

Ancaman terbesar yang dipersembahkan oleh Kuba pimpinan Castro adalah sebagai sebuah contoh untuk negara-negara Amerika Latin lainnya yang tertimpa kemiskinan, korupsi, feodalisme, dan eksplorasi plutokratik... pengaruhnya di Amerika Latin sangat besar dan tak terpingkiri jika, dengan bantuan Soviet, ia dapat mendirikan sebuah utopia Komunis di Kuba.

Walter Lippmann, Newsweek, April 27, 1964[201]

Disamping keraguan Soviet, Castro meneruskan panggilan revolusi global, mendanai militan sayap kiri dan orang-orang yang berniat melakukan perjuangan pembebasan nasional. Kebijakan luar negeri Kuba bersifat anti-imperialis, meyakini bahwa setiap negara harus mengendalikan sumber daya alamnya sendiri.[202] Ia mendukung "proyek Andean" buatan Che Guevara, sebuah rencana gagal untuk membentuk sebuah gerakan gerilyawan di dataran tinggi Bolivia, Peru dan Argentina, dan mengijinkan kelompok-kelompok revolusioner dari seluruh dunia, dari Viet Cong sampai Pantera Hitam, untuk berlatih di Kuba.[203] Ia menganggap Afrika yang didominasi Barat cocok untuk revolusi, dan mengirim tentara dan medis untuk membantu rezim sosialis Ahmed Ben Bella di Aljazair saat Perang Pasir. Ia juga bersekutu dengan pemerintahan sosialis pimpinan Alphonse Massamba-Débat di Congo-Brazzaville, dan pada 1965 Castro membujuk Guevara untuk pergi ke Kongo-Kinshasa untuk melatih kaum revolusioner melawan pemerintahan bekingan Barat.[204] Castro secara pribadi murka saat Guevara kemudian dibunuh oleh pasukan bekingan CIA di Bolivia pada Oktober 1967 dan secara terbuka belajar dari pengalaman Che untuk keselamatannya sendiri.[205] Pada 1966, Castro mengadakan Konferensi Tiga Benua Afrika, Asia dan Amerika Latin di Havana, sehingga menjadikan dirinya sebagai pemain penting pada pentas dunia.[206] Dari konferensi tersebut, Castro membuat Organisasi Solidaritas Amerika Latin (OLAS), yang mengadopsi slogan "Tugas revolusi adalah untuk membuat revolusi", yang menandai kepemimpinan Havana atas gerakan revolusioner Amerika Latin.[207]

 
Castro dan kosmonot Soviet Yuri Gagarin, manusia pertama di ruang angkasa

Meningkatnya peran Castro di pentas dunia merenggangkan hubungannya dengan USSR, yang sekarang di bawah kepemimpinan Leonid Brezhnev. Dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Kuba, Castro menolak untuk menandatangani Traktat Non-Proliferasi Senjata-senjata Nuklir dan menyatakan bahwa hal tersebut merupakan upaya Soviet-AS untuk mendominasi Dunia Ketiga.[208] Menjauh dari doktrin Marxis Soviet, ia menyerukan agar masyarakat Kuba mendekatkan diri pada komunisme murni ketimbang proses bertahap terhadap berbagai tahap sosialisme.[209] Sebaliknya, loyalis Soviet Aníbal Escalante mulai membentuk sebuah jaringan penentangan pemerintah terhadap Castro, sehingga pada Januari 1968, ia dan para pendukungnya ditangkap atas tuduhan mengesahkan rahasia-rahasai negara kepada Moskwa.[210] Namun, karena Soviet mengakui dependensi ekonomi Kuba, Castro dilepaskan atas perintah Brezhnev dengan jaminan, dan pada Agustus 1968, ia mengecam para pemimpin Musim Semi Praha dan memuji invasi Pakta Warsawa atas Cekoslowakia.[211][212] Terpengaruh oleh Lompatan Jauh Kedepan buatan Tiongkok, pada 1968, Castro memproklamasikan Serangan Revolusioner Besar, menutup seluruh toko dan usaha milik pribadi yang masih tersisa dan mencap para pemiliknya sebagai kapitalis kontra-revolusioner.[213] Kurangnya barang-barang konsumen menyebabkan produktivitasnya menurun, karena sektor-sektor besar dari penduduk merasa sedikit keberatan untuk bekerja keras.[214] Hal ini memunculkan persepsi bahwa kaum elit revolusioner terdiri dari orang-orang yang berhubungan dengan pemerintah; mereka memiliki akses ke perumahan bagus, transportasi pribadi, pelayan, dan kemampuan untuk mendapatkan barang-barang mewah dari luar negeri.[215]

Stagnasi ekonomi dan politik Dunia Ketiga: 1969–1974

Castro secara terbuka merayakan peringatan ke-10 pemerintahannya pada Januari 1969; dalam pidatonya, ia memperingati tentang ratio gula, yang merefleksikan masalah ekonomi negara tersebut.[216] Pada 1969, tanaman-tanaman rusak berat karena sebuah angin ribu, dan untuk mempertahankan kuota ekspornya, pemerintah mengerahkan tentara, mengimplementasikan kerja tujuh hari seminggu, dan meniadakan hari-hari libur sampai masa panen.[217] Saat kuota produksi tahun tersebut tidak terpenuhi, Castro menyatakan pengunduran diri pada sebuah pidato publik, namun masyarakat masih ingin agar ia tetap bertahan.[218] Disamping masalah ekonomi, beberapa reformasi sosial Castro tercapai, dan maryarakat mengalami "Prestasi Revolusi" dalam bidang pendidikan, perawatan kesehatan, perumahan, dan pembangunan jalan, serta kebijakan-kebijakan konsultasi publik "demokratik langsung".[219] Dalam rangka mendapatkan bantuan Soviet, dari 1970 sampai 1972, para ekonom Soviet merombak kembali ekonomi Kuba, mendirikan Komisi Kerja Sama Ekonomi, Saintifik dan Teknikal Kuba-Soviet, saat Perdana Menteri Soviet Alexei Kosygin berkunjung pada 1971.[220] Pada Juli 1972, Kuba bergabung dengan Dewan Bantuan Ekonomi Saling Menguntungkan (Comecon), sebuah organisasi ekonomi dari negara-negara sosialis, meskipun hal tersebut sebatas pada ekonomi Kuba untuk produksi pertanian.[221]

 
Castro dan para anggota Politburo Jerman Timur di Berlin, 1972

Pada Mei 1970, para kru dari dua perahu nelayan Kuba diculik oleh kelompok pembangkang yang berbasis di Florida Alpha 66, yang menuntut agar Kuba membebaskan para militan yang ditahan. Di bawah bujukan AS, para sandera dibebaskan, dan Castro menyambut mereka kembali sebagai para pahlawan.[222] Pada April 1971, Castro memerintahkan penangkapan penyair pembangkang Heberto Padilla; Padilla dibebaskan, namun pemerintah mendirikan Dewan Kebudayaan Nasional untuk memastikan bahwa para intelektual dan artis mendukung pemerintahan.[223]

Pada 1971, Castro mengunjungi Chili, dimana Presiden Marxis Salvador Allende terpilih menjadi kepala koalisi sayap kiri. Castro mendukung reformasi sosialis Allende, namun memperingatinya terhadap unsur-unsur sayap kanan dalam militer Chili. Pada 1973, militer mengadakan sebuah kudeta dan mendirikan sebuah junta militer yang dipimpin oleh Augusto Pinochet.[224] Castro pergi ke Guinea untuk bertemu Presiden sosialis Sékou Touré, memujinya sebagai pemimpin Afrika terbesar, dan menganugerahinya Ordo Fidelitas Rakyat.[225] Ia kemudian melakukan tur tujuh minggu mengunjungi sekutu-sekutu sayap kiri: Aljazair, Bulgaria, Hongaria, Polandia, Jerman Timur, Cekoslowakia dan Uni Soviet, dimana ia memberikan penghargaan-penghargaan. Sepanjang kunjungan, ia mengadakan kunjungan ke para buruh pabrik dan petani, secara terbuka memuji pemerintahan mereka; secara pribadi, ia meminta rezim-rezim tersebut untuk membantu gerakan revolusioner di manapun, terutama orang-orang yang bertempur dalam Perang Vietnam.[226]

Pada September 1973, ia kembali ke Aljazair untuk menghadiri KTT Gerakan Non-Blok (GNB) Keempat. Berbagai anggota GNB mengkritik kehadiran Castro dengan alasan Kuba bersekutu dengan Pakta Warsawa sehingga seharusnya tidak ikut konferensi tersebut.[227] Di konferensi tersebut, ia secara terbuka memutus hubungan dengan Israel, dengan alasan hubungan dekat pemerintahannya dengan AS dan perhatiannya terhadap bangsa Palestina pada konflik Israel-Palestina. Hal ini membuat Castro dilirik di seluruh dunia Arab, terutama pemimpin Libya Muammar Gaddafi, yang menjadi teman dan sekutunya.[228] Saat Perang Yom Kippur terjadi pada Oktober 1973 antara Israel dan sebuah koalisi Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah, Kuba mengirim 4,000 pasukan untuk mempertahankan kawasan Suriah dari kekuasaan Israel.[229] Meninggalkan Aljazair, Castro mengunjungi Irak dan Vietnam Utara.[230]

Ekonomi Kuba bertumbuh pada 1974 sebagai akibat dari harga gula internasional yang tinggi dan kredit-kredit baru dengan Argentina, Kanada, dan bagian-bagian dari Eropa Bara.[231] Sejumlah negara Amerika Latin menyerukan agar Kuba kembali bergabung dengan Organisasi Negara-negara Amerika, dengan AS akhirnya menuruti pada 1975 atas nasehat Henry Kissinger.[232] Pemerintah Kuba merombak kembali jalur-jalur Soviet dengan alasan akan lebih mendemokratisasi dan mendesentralisasi kekuasaan dari Castro. Secara resmi mengumumkan identitas Kuba sebagai negara sosialis, Kongres Nasional Partai Komunis Kuba pertama diadakan, dan sebuah konstitusi baru yang diadopsi meniadakan jabatan Presiden dan Perdana Menteri. Castro masih menjadi figur dominan dalam pemerintahan dan memegang jabatan presiden pada Dewan Negara dan Dewan Menteri yang baru dibuat, menjadikannya kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.[233]

Kepresidenan

Perang-perang luar negeri dan Kepresidenan GNB: 1975–1979

Castro menganggap Afrika menjadi "hubungan terlemah dalam jaringan imperialis", dan atas permintaan Presiden Angola Agostinho Neto, ia memerintahkan 230 penasehat militer datang ke Amerika Selatan pada November 1975 untuk membantu organisasi Marxis MPLA pimpinan Neto dalam Perang Saudara Angola. Saat AS dan Afrika Selatan menjalin dukungan mereka atas perlawanan FLNA dan UNITA, Castro memerintahkan agar 18,000 pasukan lainnya datang ke Angola, yang memainkan peran besar di Afrika Selatan.[234] Datang ke Angola, Castro berpesta dengan Neto, Sékou Touré dan Presiden Guinea-Bissau Luís Cabral, dimana mereka sepakat untuk mendukung pemerintahan Marxis–Leninis Mozambik menentang RENAMO dalam Perang Saudara Mozambik.[235] Pada bulan Februari, Castro mengunjungi Aljazair dan kemudian Libya, dimana ia menjalani sepuluh hari dengan Gaddafi dan menyaksikan pendirian sistem pemerintahan Jamahariyah, sebelum menghadiri perbincangan dengan pemerintahan Marxis Yaman Selatan. Dari sama, ia berlanjut ke Somalia, Tanzania, Mozambik dan Angola dimana ia disambut oleh kerumunan sebagai pahlawan atas peran Kuba dalam menentang apartheid Afrika Selatan.[236] Di seluruh Afrika, ia dianggap sebagai teman pembebasan nasional dari dominasi asing.[237] Hal tersebut disusul dengan kunjungannya ke Berlin dan Moskwa.[238]

Seringkali saat membicarakan hak asasi manusia, hal tersebut juga memerlukan pembicaraan hak kemanusiaan. Kenapa beberapa orang berjalan telanjang kaki, sementara yang lainnya bisa berjalan-jalan dengan mobil mewah? Kenapa beberapa orang hanya dapat hidup selama tiga puluh lima tahun, sementara yang lainnya bisa hidup sampai tujuh puluh tahun? Kenapa beberapa orang masih miskin, sementara yang lainnya dapat meraih kekayaan? Aku berbicara atas perantara anak-anak di seluruh dunia yang tidak mendapatkan sepotong roti. Aku berbicara atas perantara orang-orang sakit yang tidak mendapatkan pengobatan, dari orang-orang yang hak hidup dan kemanusiaannya direnggut.

— Pesan Fidel Castro kepada Majelis Umum PBB, 1979[239]

Pada 1977, Perang Ethiopia-Somalia terjadi atas perebutan wilayah Ogaden saat Somalia menginvasi Ethiopia; meskipun awalnya merupakan sekutu Presiden Somalia Siad Barre, Castro telah memperingatinya dan mengecam tindakan tersebut, dan Kuba berpihak pada pemerintahan Marxis Ethiopia pimpinan Mengistu Haile Mariam. Ia mengirim pasukan di bawah komando Jenderal Arnaldo Ochoa untuk membantu tentara Ethiopia. Setelah memukul mundur pasukan Somalia, Mengistu kemudian memerintahkan pasukan Ethiopia untuk membentuk Front Pembebasan Rakyat Eritrea, sebuah perintah yang Castro tolak untuk dukung.[240] Castro melayangkan dukungan kepada gerakan revolusioner Amerika Latin, yang bernama Front Pembebasan Nasional Sandinista dalam melengserkan pemerintahan sayap kanan Nicaragua Anastasio Somoza Debayle pada Juli 1979.[241] Para kritikus Castro menuduh pemerintah telah membuang-buang nyawa tentara Kuba dalam tindakan-tindakan militer tersebut; Center for a Free Cuba yang anti-Castro mengklaim bahwa sekitar 14,000 pasukan Kuba tewas dalam aksi-aksi militer Kuba di luar negeri.[242] Saat kritikus negara AS mengklaim bahwa Castro tidak memiliki hak untuk ikut campur dengan negara-negara tersebut, ia beralasan bahwa Kuba telah diundang kesana dan membanding-bandingkan keterlibatan AS sendiri di berbagai negara asing.[243]

Pada 1979, Konferensi Gerakan Non-Blok (GNB) diadakan di Havana, dimana Castro terpilih menjadi presiden GNB, sebuah jabatan yang ia emban sampai 1982. Dalam kapasitasnya baik sebagai Presiden GNB maupun Kuba, ia tampil di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Oktober 1979 dan memberikan pidato tentang kesenjangan antara kaum kaya dan miskin di dunia. Pidatonya disambut dengan tepuk tangan dari para pemimpin dunia lainnya,[244] meskipun pendiriannya dalam GNB dirusak oleh absennya Kuba dari tindakan Majelis Umum PBB dalam Perang Soviet di Afghanistan.[245] Hubungan Kuba dengan Amerika Utara menanjak di bawah kepemimpinan Presiden Meksiko Luis Echeverría, Perdana Menteri Kanada Pierre Trudeau,[246] dan Presiden AS Jimmy Carter. Carter masih mengkritik pelecehan hak asasi manusia di Kuba, namun mengadopsi perhatian terhadap Castro. Menganggap Carter lebih pengertian, Castro membebaskan beberapa tahanan politik dan memperbolehkan beberapa orang Kuba di pengasingan mengunjungi para kerabatnya di pulau tersebut dengan harapan agar Carter meniadakan embargo ekonomi dan menghentikan dukungan CIA terhadap para pembangkang militan.[247] Di samping itu, hubungannya dengan Tiongkok menurun, karena ia menuduh pemerintahan Tiongkok pimpinan Deng Xiaoping mencederai prinsip-prinsip revolusioner mereka dengan mengadakan hubungan dagang dengan AS dan menyerang Vietnam.[248]

Reagan dan Gorbachev: 1980–1989

 
Fidel Castro berpidato di Havana, 1978

Pada 1980an, ekonomi Kuba kembali mengalami gonjang-ganjing, setelah menurunnya harga gula di pasar dan kegagalan panen pada 1979.[249] Untuk pertama kalinya, pengangguran menjadi masalah serius di Kuba dalam kepemimpinan Castro, dengan pemerintah mengirim para pemuda pengangguran ke negara-negara lainnya, terutama Jerman Timur, untuk bekerja disana.[250] Demi menyelamatkan keuangan, pemerintah Kuba diam-diam menjual lukisan-lukisan dari koleksi-koleksi nasional dan ditukar dengan barang-barang elektronik AS melalui Panama.[251] Jumlah orang Kuba yang lari ke Florida meningkat, namun dicap "sampah" dan "lumpen" oleh Castro dan para pendukung KPR-nya.[252] Dalam suatu kejadian, 10,000 orang Kuba mengerumuti Kedutaan Besar Peru untuk meminta suaka, dan AS sepakat untuk menerima 3,500 pengungsi. Castro menyatakan bahwa orang-orang yang ingin pergi harus melalui pelabuhan Mariel. Ratusan perahu datang dari AS, yang berujung pada eksodus massal sebanyak 120,000 orang; pemerintah Castro menghadapi keadaan tersebut dengan menyusupkan para penjahat, orang sakit mental, dan terduga homoseksual ke dalam perahu-perahu yang akan menuju ke Florida.[253] Peristiwa tersebut mentidakstabilkan pemerintahan Carter dan pada 1981, Ronald Reagan terpilih menjadi Presiden AS. Pemerintahan Reagan mengadopsi pandangan garis keras terhadap Castro, membuat niatan untuk melengserkan rezimnya menjadi jelas.[254] Pada akhir 1981, Castro secara terbuka menuduh AS menggunakan senjata biologi untuk membuat wabah demam berdarah.[255]

Meskipun menentang junta militer sayap kanan di Argentina, Castro mendukung mereka dalam Perang Falklands pada 1982 melawan Inggris dan menawarkan bantuan militer kepada Argentina.[256] Castro mendukung sayap kiri Gerakan Jewel Baru yang merebut kekuasaan di Grenada pada 1979, berteman dengan Presiden Grenada Maurice Bishop dan mengirim para dokter, guru, dan teknisi untuk membantu pengembangan negara tersebut. Saat Bishop dieksekusi dalam sebuah kudeta bekingan Soviet oleh Marxis garis keras Bernard Coard pada Oktober 1983, Castro mengecam pembunuhan tersebut namun tetap mendukung pemerintahan Grenada. Namun, AS menggunakan kudeta tersebut sebagai dasar untuk menginvasi pulau tersebut. Para prajurit Kuba tewas dalam konflik tersebut, dengan Castro mengecam invasi tersebut dan membandingkan AS dengan Jerman Nazi.[257] Dmenandai peringatan ke-30 Revolusi Kuba, Castro menyatakan pemerintahan Reagan sebagai "pihak reaksioner dan ekstrimis" yang mengeluarkan sebuah "kebijakan asing yang fasis dan secara terbuka memanas-manasi".[258] Castro khawatir akan invasi AS di Nicaragua dan mengirim Ochoa untuk melatih pasukan Sandinista dalam perang gerilya, namun meraih sedikit dukungan dari USSR.[259]

Pada 1985, Mikhail Gorbachev menjadi Sekretaris-Jenderal Partai Komunis Soviet. Sebagai seorang reformator, ia memutuskan untuk meningkatkan kebebasan pers (glasnost) dan desentralisasi ekonomi (perestroika) dalam upaya memperkuat sosialisme. Seperti beberapa kritikus Marxis ortodoks, Castro khawatir bahwa reformasi tersebut akan menumbangkan negara sosialis dan membuat unsur-unsur kapitalis meraih kekuasaan.[260] Gorbachev menerima tuntutan AS untuk mengurangi dukungan kepada Kuba,[261] sehingga hubungan Kuba dengan Soviet merenggang.[262] Saat Gorbachev mengunjungi Kuba pada April 1989, ia memberitahukan Castro bahwa perestroika dapat mengakhiri kesenjangan di Kuba.[263] Mengabaikan panggilan untuk liberalisasi seperti yang dilakukan Soviet, Castro tetap menghiraukan para pembangkang dalam negeri dan secara khusus menekan militer, ancaman utama bagi pemerintah. Sejumlah perwira militer senior, termasuk Ochoa dan Tony de la Guardia, diselidiki atas dakwaan korupsi dan persekongkolan dalam penyeludupan kokain, diadili dan dieksekusi pada 1989, disamping panggilan untuk kelonggaran.[264] Atas nasehat medis yang diberikan kepadanya pada Oktober 1985, Castro giat menghisap rokok Kuba, yang membantu membentuk sebuah contoh bagi sisa-sisa penduduk.[265] Castro menjadi semangat dalam menyoroti masalah utang Dunia Ketiga dengan menyatakan bahwa Dunia Ketiga tak akan pernah kabur dari utang yang bank-bank dan pemerintah-pemerintah Dunia Pertama tagih terhadap mereka. Pada 1985, Havana mentuanrumahi lima konferensi internasional tentang masalah utang dunia.[251]

 
Gambar Castro dilukis pada sebuah mercusuar yang sekarang dihancurkan di Lobito, Angola, 1995

Pada November 1987, Castro mulai menjalani waktu lebih pada Perang Saudara Angola, dimana kaum Marxis mulai bangkit. Presiden Angola José Eduardo dos Santos berhasil meraih lebih banyak pasukan Kuba, dengan Castro kemudian memutuskan untuk menjalani lebih banyak waktu untuk mengurusi Angola ketimbang keadaan dalam negeri, dengan meyakini bahwa sebuah kemenangan akan berujung pada runtuhnya apartheid. Gorbachev menyerukan untuk mengakhiri negosiasi untuk konflik tersebut dan pada 1988 menyelenggarakan sebuah perbincangan quadripartite antara USSR, AS, Kuba, dan Afrika Selatan; mereka sepakat agar seluruh pasukan asing ditarik dari Angola. Castro murka terhadap persetujuan Gorbachev dan meyakini bahwa ia telah membiarkan kaum miskin di dunia dirundung tekanan.[266]

Di Eropa Timur, pemerintahan sosialis jatuh dalam reformasi kapitalis antara 1989 dan 1991 dan beberapa pengamat Barat meyakini hal yang sama akan terjadi di Kuba.[267] Makin tersudut, Kuba menjalin hubungan dengan pemerintah sayap kanan pimpinan Manuel Noriega di Panama – walaupun Castro secara pribadi membenci Noriega – namun hal tersebut diruntuhkan dalam sebuah invasi AS pada Desember 1989.[268] Pada Februari 1990, sekutu Castro di Nicaragua, Presiden Daniel Ortega dan pasukan Sandinista, dikalahkan oleh Uni Oposisi Nasional yang didanai AS dalam sebuah pemilihan.[269] Dengan keruntuhan blok Soviet, AS meraih suara mayoritas untuk resolusi menuntut kejahatan hak asasi manusia Kuba di Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa, Swiss. Kuba menyatakan bahwa hal tersebut merupakan sebuah manifestasi dari hegemoni AS, dan menolak untuk mengijinkan delegasi investigatif untuk memasuki negara tersebut.[270]

Periode Istimewa: 1990–2000

 
Castro di depan sebuah patung pahlawan nasional Kuba José Martí di Havana pada 2003

Dengan berakhirnya perdagangan dari blok Soviet, Castro secara terbuka mendeklarasikan bahwa Kuba memasukki "Periode Istimewa pada Masa Damai". Ratio petrol berkurang drastis, sepeda-sepeda Tiongkok diimpor untuk menggantikan mobil-mobil, dan pabrik-pabrik yang memegang tugas-tugas non-esensial ditutup. Kerbau mulai menggantikan traktor, kayu bakar mulai digunakan untuk memasak dan listrik dicabut selama 16 jam sehari. Castro menyatakan bahwa Kuba menghadapi keadaan terburuk dari perang terbuka, dan bahwa negara tersebut menjadi resor untuk pertanian berkelanjutan.[271] Pada 1992, ekonomi Kuba menurun lebih dari 40% dalam dua tahun, dengan menipisnya makanan pokok, merebaknya malnutrisi dan kurangnya barang-barang dasar.[272] Castro mengharapkan restorasi Marxisme-Leninisme di USSR, namun tak kesampaian karena kegagalan kudeta 1991 di negara tersebut.[273] Ketika Gorbachev meraih kekuasaan, hubungan Kuba dengan Soviet makin menurun dan pasukan Soviet ditarik pada September 1991.[274] Pada Desember, Uni Soviet resmi bubar saat Boris Yeltsin membubarkan Partai Komunis Uni Soviet dan memperkenalkan demokrasi multi-partai kapitalis. Yeltsin mengacuhkan Castro dan menjalin hubungan dengan Yayasan Nasional Kuba Amerika yang berbasis di Miami.[275] Castro berupaya menjalin hubungan dengan negara-negara kapitalis. Ia menyambut para politikus dan investor Barat ke Kuba, berteman dengan Manuel Fraga dan mengambil perhatian dalam kebijakan-kebijakan Margaret Thatcher di Inggris, dengan keyakinan bahwa sosialisme Kuba akan bangkit dengan terciptanya pajak rendah dan inisiatif pribadi.[276] Ia menarik dukungan terhadap para militan asing, berbalik memuji FARC saat mengunjungi Kolombia pada 1994 dan menyerukan negosiasi antara pasukan Zapatista dan pemerintah Meksiko pada 1995. Secara terbuka, ia menyatakan dirinya sendiri sebagai seorang moderat pada pentas dunia.[277]

Pada 1991, Havana mentuanrumahi Pan American Games, yang melibatkan pembangunan sebuah stadion dan akomodasi untuk para atlet; Castro menganggap bahwa hal tersebut menghambur-hamburkan uang, namun hal tersebut dianggap sukses bagi pemerintah Kuba. Kerumunan giat meneriakkan "Fidel! Fidel!" di depan para jurnalis asing, sementara Kuba menjadi negara Amerika Latin pertama yang mengalahkan AS pada peringkat atas tabel medali emas.[278] Dukungan Castro masih kuat, dan meskipun terdapat unjuk rasa anti-pemerintahan yang kecil, oposisi Kuba menolak seruan komunitas pengasingan untuk sebuah kebangkitan bersenjata.[279] Pada Agustus 1994, Havana menjadi saksi bisu dari unjuk rasa anti-Castro terbesar dalam sejarah Kuba, dimana 200 sampai 300 pemuda melempari batu ke polisi dan menuntut agar mereka diijinkan untuk berpindah ke Miami. Kerumunan besar pro-Castro melawan mereka, yang dihadiri oleh Castro; ia menyatakan kepada media bahwa massa tersebut adalah anti-sosial yang dikira dipimpin oleh AS. Protes tersebut diredam dengan tanpa kabar adanya korban luka-luka.[280] Khawatir kelompok pembangkang akan melakukan invasi, pemerintah membuat strategi pertahanan "Perang Seluruh Rakyat", berencana merebakkan kampanye perang gerilya, dan para pengangguran diberi pekerjaan membangun jaringan banker dan terowongan di belahan negara tersebut.[281]

Kami tidak memiliki minat terhadap kapitalisme atau neo-liberalisme. Kami menghadapi sebuah dunia yang secara bulat dipimpin oleh neo-liberalisme dan kapitalisme. Hal ini bukan berarti kami menyerah. Hal tersebut berarti bahwa kami mengadopsi kenyataan dunia. Itulah yang kami lakukan, dengan kesadaran besar, tanpa memberikan cita-cita kami, tujuan kami. Aku berkata kepadamu untuk percaya dengan apa yang pemerintah dan partai lakukan. Kami bertahan, sampai atom terakhir, gagasan, prinsip dan tujuan sosialis.

— Fidel Castro menjelaskan reformasi Periode Istimewa[282]

Castro meyakini bahwa reformasi dibutuhkan jika sosialisme Kuba selamat dalam dunia yang sekarang didominasi oleh pasar bebas kapitalis. Pada Oktober 1991, Kongres Partai Komunis Kuba Keempat diadakan di Santiago, dimana sejumlah perubahan menonjol untuk pemerintahan diumumkan. Castro mengundurkan diri dari jabatan kepala pemerintahan, untuk digantikan oleh Carlos Lage, meskipun Castro masih menjadi kepala Partai Komunis dan Ketua Komandan pasukan bersenjata. Beberapa anggota pemerintahan yang sudah tua dipensiunkan dan digantikan oleh orang-orang yang lebih muda. Sejumlah perubahan ekonomi diproporsalkan, dan kemudian dicantumkan pada sebuah referendum nasional. Pasar petani bebas dan wirausaha swasta berskala kecil dilegalkan dalam rangka mewujudkan pertumbuhan ekonomi, sementara dolar AS juga membuat tender legal. Penolakan tertentu terhadap emigrasi dihapuskan, memperbolehkan lebih banyak warga Kuba untuk berpindah ke Amerika Serikat. Demokratisasi lanjutan membuat para anggota Majelis Nasional dipilih langsung oleh rakyat, ketimbang melalui majelis provinsial dan munisipal. Castro mempersihalkan debat antara pendukung dan penentang reformasi tersebut, meskipun sepanjang waktu itu mulai meningkatkan simpati terhadap pihak penentang, yang beranggapan bahwa reformasi semacam itu harus ditunda.[283]

Pemerintahan Castro meragamkan ekonominya dalam bioteknologi dan pariwisata, kemudian industri gula Kuba dijadikan sumber pemasukan utama pada 1995.[284] Kedatangan ribuan wisatawan Meksiko dan Spanyol berujung pada meningkatnya jumlah orang Kuba yang terjun ke dalam pelacuran; meskipun secara resmi ilegal, Castro berusaha menghindari penindakan pelacuran karena khawatir akan terjadi kekisruhan politik.[285] Kesulitan ekonomi membuat beberapa orang Kuba masuk agama, baik itu Katolik Roma maupun Santería. Meskipun kepercayaan agama telah lama ditekan, Castro melembutkan persetujuannya terhadap lembaga-lembaga agama dan orang beragama untuk pertama kalinya diijinkan untuk bergabung dengan Partai Komunis.[286] Meskipun ia memandang Gereja Katolik Roma sebagai sebuah lembaga prokapitalis dan reaksioner, Castro menyambut kunjungan Paus Yohanes Paulus II di Kuba pada Januari 1998; hal ini memperkuat posisi Gereja Kuba dan pemerintahan Castro.[287]

Pada awal 1990an, Castro mencanangkan gerakan lingkungan hidup, berkampanye menentang pemanasan global dan penyia-nyiaan sumber daya alam, dan menuduh AS sebagai pembuat polusi utama di dunia.[288] Pada 1994, sebuah kementerian yang didedikasikan untuk lingkungan hidup didirikan, dan hukum-hukum baru dikeluarkan pada 1997 yang mempromosikan kesadaran masalah-masalah lingkungan di seluruh Kuba dan menekankan penggunaan sumber daya alam seperlunya.[289] Pada 2006, Kuba menjadi satu-satunya negara di dunia yang ikut dalam gerakan pengembangan berkelanjutan yang diadakan oleh Program Pengembangan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dengan sebuah jejak ekologi kurang dari 1.8 hektar per kapita dan Indeks Pengembangan Manusia sebanyak lebih dari 0.8.[290] Castro juga menjadi pendorong gerakan anti-globalisasi, mengkritik hegemoni dan kontrol global AS yang dilakukan oleh perusahaan multinasional.[288] Castro memegang teguh kepercayaan anti-apartheid, dan pada perayaan 26 Juli 1991, ia ikut bergabung bersama dengan aktivis politik Afrika Selatan Nelson Mandela, yang saat itu baru dikeluarkan dari penjara. Mandela memuji keterlibatan Kuba dalam memerangi Afrika Selatan di Angola dan secara pribadi berterima kasih kepada Castro.[291] Ia kemudian menghadiri pelantikan Mandela menjadi Presiden Afrika Selatan pada 1994.[292] Pada 2001, ia menghadiri Konferensi Melawan Rasisme di Afrika Selatan dimana ia memberikan ceramah mengenai merebaknya stereotipe rasional global melalui film AS.[288]

Gelombang merah jambu: 2000–2006

 
Castro bertemu dengan Presiden Brasil tengah-kiri Lula da Silva, seorang pemimpin "Gelombang Merah Jambu" signifikan

Dihadang masalah ekonomi, Kuba dibantu oleh terpilihnya sosialis dan anti-imperialis Hugo Chávez menjadi Presiden Venezuela pada 1999.[293] Castro dan Chávez berteman dekat, dengan Castro bertindak sebagai mentor dan Chávez sebagai figur ayah,[294] dan bersama-sama mereka membangun sebuah aliansi yang mengguncang seluruh Amerika Latin.[295] Pada 2000, mereka menandatangani sebuah perjanjian dimana Kuba akan mengirim 20,000 obat-obatan ke Venezuela, yang dibalas dengan 53,000 barel minyak per hari pada tingkat preferensial; pada 2004, perdagangan tersebut ditingkatkan, dengan Kuba mengirim 40,000 obat-obatan dan Venezuela menyediakan 90,000 barel sehari.[296][297] Pada tahun yang sama, Castro mengadakan Misión Milagro, sebuah proyek medis bersama yang ditujukan untuk menyediakan operasi mata gratis kepada 300,000 orang dari setiap negara.[298] Aliansi tersebut menggelembungkan ekonomi,[299] dan pada Mei 2005, Castro menggandakan minimum pajak untuk 1.6 juta buruh, meningkatkan dana pensiun, dan memberikan keperluan dapur baru kepada para penduduk termiskin di Kuba.[293] Beberapa masalah ekonomi masih terjadi; pada 2004, Castro menutup 118 pabrik, yang meliputi penanaman baja, pabrik gula dan pengolah kertas untuk kompensasi karena penipisan bahan bakar yang drastis.[300]

Kuba dan Venezuela menjadi anggota pendiri Alternatif Bolivaria bagi Bangsa-bangsa Amerika (ALBA).[295] ALBA ditujukan untuk mengembwlikan kekayaan di seluruh negara anggotanya, melindungi pertqnian kawasan tersebut, dan menentanh liberalisasi dan privatisasi ekonomi.[301] ALBA diawali dengan sebuah perjanjian pada Desember 2004 yang ditandatangani antara dua negara tersebut, dan diformalisasikan melalui Perjanjian Dagang Rakyat yang ditandatangani oleh Bolivia yang dipimpin oleh Evo Morales pada April 2006.[302] Castro juga menyerukan integrasi Karibia yang lebih besar sejak akhir 1990an dan berkata bahwa hanya kerjasama yang diperkuat antara negara-negara Karibia yang akan menghindarkan mereka dari dominasi negara-negara kaya dalam ekonomi global.[303][304] Kuba telah membuka empat kedutaan besar tambahan di Komunitas Karibia yang meliputi: Antigua dan Barbuda, Dominika, Suriname, Saint Vincent dan Grenadines. Pengembangan tersebut membuat Kuba menjadi satu-satunya negara yang memiliki kedutaan besar di seluruh negara independen Komunitas Karibia.[305]

 
Castro menyambut kerumunan pada 2005

Berseberangan dengan peningkatan hubungan antara Kuba dan sejumlah negara Amerika Latin sayap kiri, pada 2004, negara tersebut memutus hubungan dengan Panama setelah Presiden sentris Mireya Moscoso melindungi empat orang pengasingan Kuba yang dituduh berusaha untuk membunuh Castro pada 2000. Hubungan diplomatik dipulihkan pada 2005 setelah terpilihnya Presiden sayap kiri Martín Torrijos.[306] Peningkatan hubungan Castro di Amerika Latin disusul oleh pendekatan berkelanjutan terhadap AS. Namun, setelah kerusakan masif yang disebabkan oleh Angin ribut Michelle pada 2001, Castro berhasil mencanangkan pembayaran pangan dalam sejak dengan AS meskipun pemerintah menolak tawaran bantuan kemanusiaan.[307] Castro mengekspresikan solidaritas dengan AS setelah serangan 11 September 2001, mengutuk Al-Qaeda dan menawarkan bandar-bandar udara Kuba untuk tempat mendarat darurat bagi pesawat-pesawat AS.[308] Ia menganggap bahwa serangan tersebut akan membuat kebijakan luar negeri AS menjadi lebih agresif, yang ia menjadi kontra-produktif.[309] Castro mengkritik invasi Irak 2003 dengan berkata bahwa perang yang dipimpin AS tersebut telah menimbulkan "hukum rimba" internasional.[310]

Pada 1998, Perdana Menteri Kanada Jean Chrétien datang ke Kuba untuk bertemu Castro dan mempererat hubungan mereka. Ia menjadi pemimpin pemerintahan Kanada yang mengunjungi pulau tersebut semenjak Pierre Trudeau datang ke Havana pada 1976.[311] Pada 2002, mantan Presiden AS Jimmy Carter mengunjungi Kuba, dimana ia menyoroti kurangnya kebebasan sipil di negara tersebut dan membujuk pemerintah untuk memperhatikan Proyek Varela dari Oswaldo Payá.[312]

Tahun-tahun akhir

Mengundurkan diri 2006–2008

Berkas:20070129-Fidelcastro-massforhealthatbogota.jpg
Poster yang mengiklankan Misa untuk mendoakan kesehatan Castro yang ditempel di sebuah dinding di Bogotá, Kolombia, pada 2007

Castro melakukan pembedahan karena pendarahan usus, dan pada 31 Juli 2006, menyerahkan tugas-tugas presidensial-nya kepada Raúl Castro.[313] Pada Februari 2007, Raúl mengumumkan bahwa kesehatan Fidel memburuk dan ia mengambil bagian dalam masalah-masalah penting pemerintah.[314] Sebulan kemudian, Fidel melakukan siaran pada acara radio Hugo Chávez Aló Presidente.[315] Pada 21 April, Castro bertemu Wu Guanzheng dari Politbiro Partai Komunis Tiongkok,[316] dengan Chávez berkunjung pada Agustus,[317] dan Morales pada September.[318] Pada bulan tersebut, Gerakan Non-Blok mengadakan KTT ke-14 di Havana, dimana tercapai kesepakatan untuk mengangkat Castro menjadi presiden organisasi tersebut selama setahun.[319]

Menanggapi kepulihan Castro, Presiden AS George W. Bush berkata: "Suatu hari, kebaikan Allah akan membawa pergi Fidel Castro". Mendengar hal tersebut, ateis Castro berbalik menjawab: "Sekarang aku mengerti kenapa aku selamat dari rencana Bush dan presiden-presiden lainnya yang berencana membunuhku: kebaikan Allah melindungiku." Kutipan tersebut menggegerkan media dunia.[320]

Dalam sebuah surat Februari 2008, Castro mengumumkan bahwa ia tidak akan memegang posisi Presiden Dewan Negara dan Ketua Komandan pada pertemuan Majelis Nasional bulan tersebut,[321] dengan menyatakan, "Hal tersebut akan mencederai kepercayaan diriku untuk mengambil tanggung jawab yang membutuhkan mobilitas dan devosi total, yang tidak bisa dilakukan dalam kondisi fisikku".[322] Pada 24 Februari 2008, Majelis Kekuatan Rakyat Nasional memilih Raúl sebagai presiden.[323] Menganggap adiknya "tak menggantikan", Raúl menyatakan agar Fidel melanjutkan konsuktasi atas materi-materi sangat penting, sebuah kebijakan yang disetujui oleh 597 anggita Majelis Nasional.[324]

Masa pensiun: 2008–2016

Setelah ia pensiun, kesehatan Castro menurun; pers internjasional berkesimpulan bahwa ia terserang divertikulitis, namun pemerintah Kuba menyangkal anggapan tersebut.[325] Ia masih berinteraksi dengan rakyat Kuba, menerbitkan sebuah kolom opini berjudul "Refleksi" di Granma, menggunakan sebuah akun Twitter, dan memberi ceramah publik.[325] Pada Januari 2009, Castro berkata kepada rakyat Kuba agar tidak khawatir tentang kurangnya kolom berita terkininya dan kesehatannya yang menurun, dan tidak mencemaskan kematiannya pada masa mendatang.[326] Ia masih bertemu dengan pemimpin dan tamu asing, dan pada bulan tersebut, foto-foto pertemuan Castro dengan Presiden Argentina Cristina Fernández dirilis.[327]

 
Castro dengan Presiden Meksiko Enrique Peña Nieto, Januari 2014; bahkan pada masa pensiunnya, Castro masih terlibat dalam urusan politik dan internasional.

Pada Juli 2010, ia membuat penampilan publik pertamanya sejak jatuh sakit, menyambut para pekerja pusat sains dan memberikan sebuah wawancara televisi kepada Mesa Redonda dimana ia mendiskusikan ketegangan AS dengan Iran dan Korea Utara.[328] Pada 7 Agustus 2010, Castro memberikan ceramah pertamanya kepada Majelis Nasional, dalam empat tahun, menyatakan bahwa AS tidak melakukan tindakan militer terhadap negara-negara tersebut dan memperingatkan holokaus nuklir.[329] Saat ditanya apakah Castro akan kembali masih pemerintahan, menteri budaya Abel Prieto berkata kepada BBC, "Kupikir ia selalu ada dalam kehidupan publik Kuba meskipun ia tidak dalam pemerintahan ... Ia sangat berhati-hati terhadapnya. Pertempuran besarnya adalah urusan internasional."[330]

Pada 19 April 2011, Castro mengundurkan diri dari komite pusat Partai Komunis,[331] sekaligus mundur dari jabatan pemimpin partai. Raúl terpilih menjadi penerusnya.[332] Tanpa jabatan resmi apapun dalam pemerintahan negara tersebut, ia mengambil peran negarawan tua. Pada Maret 2011, Castro mengecam intervensi militer pimpinan NATO di Libya.[333] Pada Maret 2012, Paus Benediktus XVI mengunjungi Kuba selama tiga hari, dimana ia bertemu Castro disamping penentangan keras terhadap Paus dari pemerintah Kuba.[325][334] Kemudian pada tahun tersebut, terkuak bahwa bersama dengan Hugo Chávez, Castro telah memainkan peran dibalik layar yang signifikan dalam mengadakan perbincangan damai antara pemerintah Kolombia dan gerakan gerilyawan kiri jauh FARC untuk mengakhiri konflik yang telah terjadi sejak 1964.[335] Pada Krisis Korea Utara 2013, ia meminta agar pemerintah Korea Utara dan AS untuk menahan diri. Menyerukan keadaan "tak memungkinkan dan rancu", ia menyatakan bahwa perang tak akan bermanfaat bagi pihak manapun, dan bahwa hal tersebut mewakili "salah satu risiko paling mematikan dari perang nuklir" sejak krisis misil Kuba.[336]

Pada Desember 2014, Castro dianugerahi Penghargaan Perdamaian Konghucu dari Tiongkok karena telah mengadakan solusi perdamaian pada konflik negaranya dengan AS dan untuk upaya pasca-pensiunnya untuk menghindari perang nuklir.[337] Pada Januari 2015, ia secara terbuka menanggapi "Pencairan Kuba", sebuah peningkatan normalisasi hubungan AS dengan Kuba, dengan menyatakan bahwa meskipun hal tersebut merupakan langkah positif untuk mendirikan perdamaian di kawasan tersebut, ia masih tidak mempercayai pemerintah AS.[338] Ia tidak bertemu dengan Presiden AS Barack Obama pada kunjungannya ke Kuba pada Maret 2016, disamping mengirimkannya sebuah surat yang menyatakan bahwa Kuba "tak butuh hadiah dari kekaisaran tersebut".[339] Pada bulan April, ia melakukan penampilan publik paling ekstensifnya dalam beberapa tahun dimana ia mengalamatkannya kepada Partai Komunis. Menyadari bahwa ia telah berusia 90 tahun, ia menyatakan bahwa ia akan mati dalam waktu dekat namun meminta agar orang-orang mempertahankan gagasan komunis mereka.[340] Pada September 2016, Castro dikunjungi di rumah Havana-nya oleh Presiden Iran Hassan Rouhani,[341] dan kemudian pada bulan tersebut, dikunjungi oleh Perdana Menteri Jepang Shinzō Abe.[342] Pada akhir Oktober 2016, Castro bertemu dengan presiden Portugal Marcelo Rebelo de Sousa yang menjadi salah satu pemimpin asing terakhir yang menemuinya.[343]

Kematian

 
Prosesi pemakaman Fidel Castro melewati Provinsi Sancti Spíritus, Kuba.

Meninggalnya Castro diumumkan oleh televisi pemerintah beberapa saat selewat tengah malam, yang menyatakan bahwa ia meninggal di Havana.[344] Penyebab meninggalnya Castro tidak diumumkan.[345][346] Presiden Raúl Castro, yang juga adalah adiknya, mengumumkan berita kematian itu dalam pernyataan singkat:[344] "Komandan utama revolusi Kuba meninggal malam ini pada pukul 22.29". Jenazah dikremasi pada tanggal 26 November 2016.[347] Proses pemakaman mengarungi 900 kilometer di sepanjang jalan tol sentral di pulau tersebut, mengikuti rute "Karavan Kebebasan" pada Januari 1959. Pemerintah Kuba menyatakan hari berkabung nasional selama 9 hari.[348] Setelah sembilan hari masa berkabung, abunya dikuburkan di Pemakaman Santa Ifigenia, Santiago de Cuba.[349]

Ideologi politik

 
Castro dengan para pemimpin Amerika Selatan dari blok dagang Mercosur. Pada 2000an, Castro ikut beraliansi dalam "gelombang merah jambu" Amerika Latin.

Castro memproklamasikan dirinya sendiri sebagai "seorang Sosialis, seorang Marxis, dan seorang Leninis",[350] dan ia secara terbuka mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang Marxis–Leninis pada permulaan Desember 1961.[351] Sebagai seorang Marxis, Castro berusaha untuk mengubah Kuba dari negara kapitalis yang didominasi oleh imperialisme asing menjadi masyarakat sosialis dan kemudian menjadi masyarakat komunis. Dipengaruhi oleh Guevara, ia berkesimpulan bahwa Kuba akan lebih banyak menghadapi tahap-tahap sosialisme dan makin berproses menuju komunisme.[209] Pemerintahan Castro juga merupakan nasionalistik, dan Castro deklarasikan, "Kami tak hanya Marxis-Leninis, namun juga nasionalis dan patriotis".[352] Sejarawan Richard Gott menyatakan bahwa salah satu kunci kesuksesan Castro adalah kemampuannya untuk memakai "dua tema sosialisme dan nasionalisme" dan menjadikan mereka "permainan tak berakhir".[353] Castro menganggap Karl Marx dan nasionalis Kuba José Martí sebagai pengaruh politik utamanya,[354] meskipun Gott meyakini bahwa Martí masih lebih berpengaruh ketimbang Marx dalam politik Castro.[353] Castro menganggap gagasan politik Martí sebagai "sebuah filsafat kemerdekaan dan kemampuan filsafat kemanusiaan",[355] dan para pendukung dan pengikutnya masih mengklaim bahwa ada kesamaan besar antara dua figur tersebut.[356]

Biografer Volka Skierka menyebut pemerintahan Castro sebagai "sistem "fidelista" yang sangat individual dan sosialis-nasionalis",[357] sementara Theodore Draper yang mengistilahkan pandangannya sebagai "Castroisme", memandangnya sebagai percampuran sosialisme Eropa dengan tradisi revolusioner Amerika Latin.[358] Pakar politik Paul C. Sondrol menganggap pandangan politik Castro sebagai "utopianisme totalitarian",[359] dengan gaya kepemimpinan yang tergambar pada fenomena Amerika Latin dari caudillo.[360] Castro mengambil pendirian yang relatif konservatif sosial pada beberapa kasus, seperti penentangan terhadap penggunaan narkoba, judi, dan pelacuran, yang ia pandang sebagai kejahatan moral. Selain itu, ia menekankan kerja keras, nilai keluarga, integritas, dan disiplin diri.[361]

Kehidupan pribadi dan publik

Castro mula-mula dan kedepannya merupakan dan selalu berkomitmen menjadi seorang egalitarian. Ia menyingkirkan sistem apapun dimana satu kelas atau kelompok masyarakat hidup lebih baik ketimbang lainnya. Ia ingin sebuah sistem yang menyediakan kebutuhan dasar untuk semuanya—yang meliputi kebutuhan makan, perawatan kesehatan, tempat tinggal layak dan pendidikan. Alam otoritarian dari Revolusi Kuba sebagian besar dikemas dari komitmennya mencapai tujuan tersebut. Castro menyatakan bahwa ia berhak, dan bahwa sistemnya adalah demi kebaikan rakyat. Sehingga, orang-orang yang berdiri menentang revolusi juga berdiri menentang rakyat Kuba, dan, di mata Castro, secara singkat tak dapat diterima. Sehingga, sangat sedikit jalan kebebasan individual – khususnya kebebasan berekspresi dan bermajelis. Dan tahanan politik — orang-orang yang mengekspresikan posisi melawan revolusi — saat ini hanya berjumlah sekitar 300 orang, menandai turunnya jumlah daripada masa datangnya revolusi.

Wayne S. Smith, Ketua Seksi Kepentingan AS di Havana dari 1979 sampai 1982, pada 2007[362]

Biografer Leycester Coltman mendeskripsikan Castro sebagai orang yang "pekerja keras, berdedikasi[,] loyal ... penyayang dan murah hati" meskipun ia juga merupakan orang yang "pendendam dan tak melupakan kesalahan orang". Ia menyatakan bahwa Castro "selalu memiliki rasa humor dan membuat dirinya sendiri tertawa" namun sama halnya dengan "seorang pecundang buruk" yang akan bertindak dengan "segala cara jika ia merasa dihakimi".[363] Castro dikenal karena melempar dakwaan, dan akan membuat "pengadilan banding" jika ia menolak untuk menariknya.[364] Biografer Peter Bourne menyatakan bahwa Castro "memiliki humor yang rendah" dan pada masa mudanya, ia tidak toleran dengan orang-orang yang tidak bersepahaman dengannya.[365] Ia mengklaim bahwa Castro seperti bertemu dengan warga biasa, baik di Kuba maupun luar negeri, namun mengambil sikap keayahan kepada rakyat Kuba, membuat "mereka menjadi sebuah bagian dari keluarga raksasanya sendiri".[366] Sejarawan Inggris Alex Von Tunzelmann menyatakan bahwa "meskipun berdarah dingin, [Castro] adalah seorang patriot, seorang pria dengan esensi menonjol yang misinya adalah untuk menyelamatkan rakyat Kuba".[367]

Castro dikenal karena waktu kerjanya yang sibuk, seringkali baru tidur pada pukul 3 atau 4 dini hari.[368] Ia mengadakan pertemuan diplomat asing pada jam-jam awal, meyakini bahwa mereka akan berusaha dan ia akan meraih tempat teratas dalam negosiasi.[369] Ia menyebut Ernest Hemingway sebagai penulis favoritnya,[370] dan suka membaca namun tidak suka dengan musik.[265] Sebagai seornag penggemar olahraga, ia juga menjalani waktunya agar tetap bugar dengan giat melakukan pemanasan.[265] Ia sangat berminat akan gastronomi, serta wine dan whisky, dan sebagai pemimpin Kuba yang dikenal karena memasuki dapurnya untuk membicarakan hidangan dengan para chefnya.[265] Castro telah lama cinta dengan senjata,[371] dan menjadi pacuan hidupnya di negara tersebut.[372] Meskipun berbagai sumber menyatakan bahwa Castro tidak memperkaya dirinya sendiri, selain hidup lebih sederhana ketimbang kebanyakan presiden Amerika Latin,[359] mantan penjaga keamanannya Juan Reinaldo Sánchez menuduh bahwa Castro tinggal di rumah mewah dan besar, dengan beberapa rumah dan yacht yang ia sembunyikan dari masyarakat Kuba.[373]

Kepercayaan agama Fidel Castro telah menjadi bahan perdebatan; ia dibaptis dan dibesarkan sebagai seorang Katolik Roma, namun ia kemudian mengidentifikasikan dirinya sendiri sebagai seorang ateis. Ia mengkritik penggunaan Alkitab untuk membenarkan penindasan kaum wanita dan bangsa Afrika,[374] namun menyatakan bahwa umat Kristen menunjukkan "sekelompok orang yang sangat manusiawi" yang memberikan "nilai-nilai etika" dan "esensi keadilan sosial" kepada dunia. Ia berkata bahwa "Jika orang-orang memanggilku Kristen, bukan dari sudut pandang agama namun dari sudut pandang sosial, Aku menyatakan bahwa aku adalah orang Kristen."[375] Ia adalah orang yang memegang gagasan bahwa Yesus Kristus adalah seorang komunis, dengan mengutip kisah Yesus memberi makan lima ribu orang dan Yesus dan pria muda yang kaya raya sebagai buktinya.[376]

Citra publik

 
Poster propaganda Kuba yang mengproklamasikan sebuah kutipan dari Castro: "Luchar contra lo imposible y vencer" ("untuk bertarung melawan ketidakmungkinan dan menang")

Pakar politik Paul C. Sondrol menganggap Castro sebagai seorang "totalitarian dalam tampilan karismatiknya, peran dan publik utopia yang fungsional, berkemampuan transformatif".[377] Tak seperti sejumlah pemimpin komunis era Soviet lainnya, pemerintahan Castro tidak secara langsung membangun kultus personalitas terhadapnya, meskipun ketenarannya menjadi bagian dari penduduk Kuba yang berkembang pada tahun-tahun awal masa pemerintahannya.[378] Pada 2006, BBC mengabarkan bahwa citra Castro dapat ditemukan dalam toko-toko, ruang-ruang kelas, mobil-mobil taksi, dan di televisi nasional Kuba.[379] Sepanjang masa pemerintahannya sebagian besar pendukungnya berkumpul untuk menyambut pidato-pidato Castro yang berapi-api, yang biasanya berlangsung selama berjam-jam dan disampaikan tanpa menggunakan catatan tertulis.[380] Pada saat pidato, Castro biasanya mengutip laporan-laporan dan buku-buku yang ia baca tentang beragam subyek, yang meliputi materi-materi militer, penanaman tumbuhan, pembuatan film, dan strategi-strategi catur.[381]

Selama 37 tahun, Castro biasanya mengenakan seragam militer hijau zaitun, yang menandakan perannya sebagai revolusioner menonjol, namun pada pertengahan 1990an mulai mengenakan seragam sipil berwarna gelap dan juga guayabera.[382] Di Kuba, Castro sering dijuluki "El Caballo" ("Seekor Kuda"), sebuah label yang ditujukan kepada entertainer Kuba Benny Moré yang menyanjung jasa Castro pada 1950an dan awal 1960an,[383] dan pada masa itu, Castro banyak diakui sebagai sebuah simbol seks di Kuba.[384]

Keluarga dan sahabat

 
Castro dan Camilo Cienfuegos sebelum bermain bisbol

Beberapa detail kehidupan pribadi Castro, terutama yang melibatkan para anggota keluarganya, merupakan hal langka, karena informasi semacam itu disensor oleh media negara.[385][386]

Istri pertama Castro adalah Mirta Díaz-Balart, yang ia nikahi pada Oktober 1948, dan menganugerahinya seorang putra, Fidel Ángel "Fidelito" Castro Díaz-Balart, yang lahir pada September 1949. Díaz-Balart menceraikan Castro pada 1955, dan berpindah ke Spanyol, meskipun dikatakan kembali ke Kuba pada 2002 untuk tinggal dengan Fidelito.[387] Fidelito dibesarkan di Kuba; pada suatu masa, ia menjalankan komisi energi atom Kuba sebelum dilepaskan dari jabatan tersebut oleh ayahnya.[388]

 
Silsilah keluarga Castro

Saat Fidel berumah tangga dengan Mirta, ia menjalin hubungan dengan Natalia "Naty" Revuelta Clews, yang menganugerahinya seorang putri, Alina Fernández Revuelta.[388] Alina meninggalkan Kuba pada 1993, dengan menyamar menjadi wisatawan Spanyol,[389] dan meminta suaka ke AS, dimana ia mengkritik kebijakan-kebijakan ayahnya.[390] Dari seorang wanita yang tidak diketahui namanya, ia memiliki putra lainnya, Jorge Ángel Castro. Fidel memiliki putri lainnya, Francisca Pupo (kelahiran 1953), hasil dari hubungan satu malam. Pupo dan suaminya sekarang tinggal di Miami.[391] Castro sering melakukan hubungan dengan wanita dalam satu malam,[392] beberapa diantaranya dipilih untuknya saat mengunjungi sekutu-sekutu asing.[393]

Fidel memiliki lima putra lainnya dari istri keduanya, Dalia Soto del Valle — Antonio, Alejandro, Alexis, Alexander "Alex", dan Ángel Castro Soto del Valle.[388]

Adiknya Juanita Castro telah tinggal di Amerika Serikat sejak 1960an, dan menjadi penentang rezim kakaknya.[394]

Saat berkuasa, dua teman laki-laki terdekat Castro adalah mantan Wali kota Havana Pepín Naranjo dan dokter pribadinya sendiri, René Vallejo.[384] Dari 1980 sampai kematiannya pada 1995, Naranjo mengepalai tim pensehat Castro.[395] Castro juga berteman dengan revolusioner sejawatnya Celia Sánchez, yang mengikutinya hampir dimana saja pada 1960an, dan mengkontrol hampir seluruh akses untuk pemimpin tersebut.[396] Castro juga berteman baik dengan novelis Kolombia Gabriel García Márquez.[397]

Tanggapan dan warisan

Di Kuba, dominasi Fidel dari setiap aspek pemerintahan dan masyarakat masih bulat. Kebutuhan pribadinya untuk kontrol absolut dipandang sedikit berubah sepanjang tahun. Ia masih berkomitmen pada masyarakat terdisiplinkan dimana ia masih berniat untuk menata ulang karakter nasional Kuba, membuat masyarakat berorientasi kerja yang terpusat pada individual ... Ia ingin meningkatkan standar hidup masyarakat, ketersediaan barang-barang material, dan untuk mengimpor teknologi terbaru. Namun pada kenyataan ekonominya, disamping pertumbuhan yang sangat cepat dalam keuntungan produk nasional, sangat dibatasi apa yang Kuba dapat beli di pasar dunia.

Peter Bourne, biografer Castro, 1986[398]

Saat kematian Castro, The Observer menyatakan bahwa ia telah berusaha untuk "melawan kematian saat ia hidup", dan bahwa hanya hal yang "para musuh dan pengagum"-nya yang sepakat bahwa ia adalah "seorang figur yang ditinggikan" dalam urusan dunia yang "mengubah sebuah pulau Karibia kecil menjadi sepasukan besar dalam urusan dunia".[399] The Daily Telegraph menyatakan bahwa di seluruh dunia, ia "dipuji sebagai seorang pemenang pemberani dari rakyat, atau dicap sebagai diktator yang menyalahgunakan kekuasaan."[400]

Sejarawan dan jurnalis Richard Gott menganggap Castro merupakan "salah satu figur politik paling luar biasa pada abad kedua puluh", dengan alasan bahwa ia telah menjadi "pahlawan dunia yang bersanding dengan Garibaldi" untuk masyarakat di seluruh negara-negara berkembang untuk usaha anti-imperialisnya.[401] Bourne menyebut Castro sebagai "seorang pemimpin dunia berpengaruh" yang mengomandani "penghormatan besar" terhadap orang-orang dari seluruh ideologi politik di seluruh negara berkembang.[398] Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut Castro sebagai "teman lama dan dekat dari Rusia" dan "simbol dari sebuah era", sementara Perdana Menteri Tiongkok Xi Jinping sama-sama menyebutnya sebagai "seorang sobat dekat dan teman lama" bagi Tiongkok.[402] Perdana Menteri India Narendra Modi menjulukinya "salah satu tokoh paling ikonik pada abad ke-20" dan seorang "teman besar", sementara Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma memuji Castro karena membantu kaum kulit hitam Afrika Selatan dalam "perjuangan kami melawan apartheid".[402] Politikus Pakistan Imran Khan menyebut Castro sebagai seorang "revolusioner ikonik... yang membebaskan negaranya dari seluruh sisa imperialisme", sementara Presiden Perancis François Hollande mengklaim bahwa Kuba mewakili "kebanggaan dalam menolak dominasi luar".[402]

Wayne S. Smith, mantan Ketua Seksi Kepentingan Amerika Serikat di Havana, menyatakan bahwa pada abad ke-21, Castro bertemu dengan "tepuk tangan hangat" di seluruh Hemisfer Barat karena penentangannya terhadap dominansi sosio-politik AS dan mengubah Kuba dari "republik pisang" menjadi negara dengan pengaruh internasional yang signifikan.[362] Ia dianugerahi beragam penghargaan dan gelar kehormatan dari pemerintah-pemerintah asing, dan disebut sebagai inspirasi bagi para pemimpin asing seperti Ahmed Ben Bella,[403] dan Nelson Mandela,[404] yang kemudian menganugerahinya penghargaan sipil tertinggi di Afrika Selatan untuk orang asing, Ordo Nasib Baik.[405] Presiden Bolivia Evo Morales menyebutnya sebagai "kakek dari seluruh revolusioner Amerika Latin",[406] sementara biografer Volka Skierka menyatakan bahwa "ia terjun dalam sejarah sebagai salah satu revolusioner yang masih benar pada prinsip-prinsipnya".[407]

 
Castro dengan Ahmed Ben Bella, pemimpin utama Perang Kemerdekaan Aljazair melawan pemerintahan kolonial Perancis

Castro sangat dikritik oleh pemerintah dan organsiasi HAM di dunia Barat, dan banyak dikecam di seluruh AS.[408] Ia dicap sebagai "diktator" oleh beberapa pakar politik.[a] Setelah kematian Castro, Presiden terpilih AS Donald Trump menyebutnya seorang "diktator brutal",[411] sementara politikus Kuba-Amerika Marco Rubio menyebutnya "seorang diktator pembunuh dan jahat" yang membuat Kuba menjadi "sebuah penjara pulau yang miskin".[412] Castro secara terbuka menolak label "diktator", dengan menyatakan bahwa ia secara konstitusional kurang berkuasa ketimbang kebanyakan kepala negara dan mengaku bahwa rezimnya mengijinkan keterlibatan demokrasi yang belum besar dalam kebijakan yang dibuat ketimbang demokrasi liberal Barat.[413] Selain itu, para kritikus mengklaim bahwa Castro membuat pengaruh signifikan tak resmi disamping tugas-tugas resminya.[414] Quirk menyatakan bahwa Castro memegang "kekuasaan absolut" di Kuba, meskipun bukan dalam hal hukum dan konstitusional,[415] sementara Bourne mengklaim bahwa kekuasaan di Kuba "secara bulat dipegang" Castro,[416] meskipun sangat jarang ada "sebuah negara dan seseorang" yang secara bulat didominasi oleh "personalitas satu orang.[417] Sondrol berkesimpulan bahwa dalam "sebagian besar sistem politik [adalah] buatannya sendiri dan capnya yang tak terhapuskan", gaya kepemimpinan Castro berbanding dengan para pemimpin totalitarian seperti Mao Zedong, Hideki Tojo, Joseph Stalin, Adolf Hitler, dan Benito Mussolini.[418]

Menyatakan bahwa terdapat "beberapa figur politik yang lebih terpolarisasi" ketimbang Castro, Amnesty International menyebutnya sebagai "seorang pemimpin progresif namun sangat bercacat". Dalam pandangan mereka, ia harus "disanjung" untuk "perbaikan substansial" dari rezimnya untuk perawatan kesehatan dan pendidikan namun dikritik karena "penindasan terhadap kebebasan berekspresi."[419] Human Rights Watch menyatakan bahwa pemerintahannya membangun sebuah "mesin represif" yang menjauhkan rakyat Kuba dari "hak-hak dasar" mereka.[420] Castro mempertahankan catatan pemerintahannya tentang HAM dengan menyatakan bahwa negaranya terpaksa membatasi kebebasan individual dan memenjarakan orang-orang yang terlibat dalam aktivitas kontra-revolusioner dalam rangka melindungi hak-hak penduduk kolektif, seperti hak untuk pekerjaan, pendidikan, dan perawatan kesehatan.[421]

Di Kuba

Setelah kematian Castro, pemerintah Kuba mengumumkan bahwa mereka akan mengesahkan sebuah hukum yang melarang penamaan "lembaga-lembaga, jalan-jalan, taman-taman, atau tempat-tempat umum lainnya, atau mendirikan patung-patung dada, patung-patung atau bentuk upeti lainnya" dalam menghormati pemimpin Kuba tersebut dalam rangka menjaga keinginannya untuk menghindari kultus personalitas yang berkembang di sekitarnya.[422]

Referensi

Catatan

  1. ^ Lihat penjelasan pada buku Jay Mallin Covering Castro: Rise and Decline of Cuba's Communist Dictator,[409] atau pernyataan pakar politik Paul C. Sondrol yang menyatakan bahwa "Castro adalah diktator totalitarian dari komunis Kuba."[410]

Kutipan

  1. ^ Bourne 1986, hlm. 14; Coltman 2003, hlm. 3; Castro & Ramonet 2009, hlm. 23–24.
  2. ^ Bourne 1986, hlm. 14–15; Quirk 1993, hlm. 7–8; Coltman 2003, hlm. 1–2; Castro & Ramonet 2009, hlm. 24–29.
  3. ^ Bourne 1986, hlm. 14–15; Quirk 1993, hlm. 4; Coltman 2003, hlm. 3; Castro & Ramonet 2009, hlm. 24–29.
  4. ^ Bourne 1986, hlm. 16–17; Coltman 2003, hlm. 3; Castro & Ramonet 2009, hlm. 31–32.
  5. ^ Quirk 1993, hlm. 6; Coltman 2003, hlm. 5–6; Castro & Ramonet 2009, hlm. 45–48, 52–57.
  6. ^ Bourne 1986, hlm. 29–30; Coltman 2003, hlm. 5–6; Castro & Ramonet 2009, hlm. 59–60.
  7. ^ Quirk 1993, hlm. 13; Coltman 2003, hlm. 6–7; Castro & Ramonet 2009, hlm. 64–67.
  8. ^ Bourne 1986, hlm. 14–15; Quirk 1993, hlm. 14; Coltman 2003, hlm. 8–9.
  9. ^ Quirk 1993, hlm. 12–13,16–19; Coltman 2003, hlm. 9; Castro & Ramonet 2009, hlm. 68.
  10. ^ Bourne 1986, hlm. 13; Quirk 1993, hlm. 19; Coltman 2003, hlm. 16; Castro & Ramonet 2009, hlm. 91–92.
  11. ^ Bourne 1986, hlm. 9–10; Quirk 1993, hlm. 20, 22; Coltman 2003, hlm. 16–17; Castro & Ramonet 2009, hlm. 91–93.
  12. ^ Bourne 1986, hlm. 34–35; Quirk 1993, hlm. 23; Coltman 2003, hlm. 18.
  13. ^ Coltman 2003, hlm. 20.
  14. ^ Bourne 1986, hlm. 32–33; Coltman 2003, hlm. 18–19.
  15. ^ Bourne 1986, hlm. 34–37,63; Coltman 2003, hlm. 21–24.
  16. ^ Bourne 1986, hlm. 39–40; Quirk 1993, hlm. 28–29; Coltman 2003, hlm. 23–27; Castro & Ramonet 2009, hlm. 83–85.
  17. ^ Coltman 2003, hlm. 27–28; Castro & Ramonet 2009, hlm. 95–97.
  18. ^ Bourne 1986, hlm. 35–36, 54; Quirk 1993, hlm. 25, 27; Coltman 2003, hlm. 23–24,37–38, 46; Von Tunzelmann 2011, hlm. 39.
  19. ^ Castro & Ramonet 2009, hlm. 98.
  20. ^ Coltman 2003, hlm. 30; Von Tunzelmann 2011, hlm. 30–33.
  21. ^ Bourne 1986, hlm. 40–41; Quirk 1993, hlm. 23; Coltman 2003, hlm. 31.
  22. ^ Bourne 1986, hlm. 41–42; Quirk 1993, hlm. 24; Coltman 2003, hlm. 32–34.
  23. ^ Bourne 1986, hlm. 42; Coltman 2003, hlm. 34–35.
  24. ^ a b Coltman 2003, hlm. 36–37.
  25. ^ a b Bourne 1986, hlm. 46–52; Quirk 1993, hlm. 25–26; Coltman 2003, hlm. 40–45; Castro & Ramonet 2009, hlm. 98–99.
  26. ^ Bourne 1986, hlm. 54, 56; Coltman 2003, hlm. 46–49.
  27. ^ Bourne 1986, hlm. 55; Quirk 1993, hlm. 27; Coltman 2003, hlm. 47–48; Von Tunzelmann 2011, hlm. 41.
  28. ^ Castro & Ramonet 2009, hlm. 100.
  29. ^ Bourne 1986, hlm. 54–55; Coltman 2003, hlm. 46.
  30. ^ Coltman 2003, hlm. 49.
  31. ^ Bourne 1986, hlm. 57; Coltman 2003, hlm. 50.
  32. ^ Quirk 1993, hlm. 29; Coltman 2003, hlm. 50.
  33. ^ Bourne 1986, hlm. 39; Coltman 2003, hlm. 51.
  34. ^ Coltman 2003, hlm. 51.
  35. ^ Bourne 1986, hlm. 57; Coltman 2003, hlm. 51; Castro & Ramonet 2009, hlm. 89.
  36. ^ Bourne 1986, hlm. 57–58; Quirk 1993, hlm. 318; Coltman 2003, hlm. 51–52.
  37. ^ Quirk 1993, hlm. 31; Coltman 2003, hlm. 52–53.
  38. ^ Coltman 2003, hlm. 53.
  39. ^ Bourne 1986, hlm. 58–59; Coltman 2003, hlm. 46, 53–55; Castro & Ramonet 2009, hlm. 85–87; Von Tunzelmann 2011, hlm. 44.
  40. ^ a b Bourne 1986, hlm. 56–57, 62–63; Quirk 1993, hlm. 36; Coltman 2003, hlm. 55–56.
  41. ^ Quirk 1993, hlm. 33–34; Coltman 2003, hlm. 57.
  42. ^ Quirk 1993, hlm. 29; Coltman 2003, hlm. 55–56.
  43. ^ Bourne 1986, hlm. 64–65; Quirk 1993, hlm. 37–39; Coltman 2003, hlm. 57–62; Von Tunzelmann 2011, hlm. 44.
  44. ^ Coltman 2003, hlm. 64; Von Tunzelmann 2011, hlm. 44.
  45. ^ Quirk 1993, hlm. 41, 45; Coltman 2003, hlm. 63.
  46. ^ Coltman 2003, hlm. 79.
  47. ^ Bourne 1986, hlm. 68–69; Quirk 1993, hlm. 50–52; Coltman 2003, hlm. 65.
  48. ^ Bourne 1986, hlm. 69; Coltman 2003, hlm. 66; Castro & Ramonet 2009, hlm. 107.
  49. ^ Bourne 1986, hlm. 73; Coltman 2003, hlm. 66–67.
  50. ^ Coltman 2003, hlm. 69–70, 73.
  51. ^ Coltman 2003, hlm. 74.
  52. ^ Bourne 1986, hlm. 76; Coltman 2003, hlm. 71, 74.
  53. ^ Coltman 2003, hlm. 75–76.
  54. ^ Coltman 2003, hlm. 78.
  55. ^ Bourne 1986, hlm. 80–84; Quirk 1993, hlm. 52–55; Coltman 2003, hlm. 80–81.
  56. ^ Coltman 2003, hlm. 82.
  57. ^ Quirk 1993, hlm. 55; Coltman 2003, hlm. 82.
  58. ^ Bourne 1986, hlm. 83; Quirk 1993, hlm. 55; Coltman 2003, hlm. 83.
  59. ^ a b Bourne 1986, hlm. 87–88; Quirk 1993, hlm. 55–56; Coltman 2003, hlm. 84.
  60. ^ Bourne 1986, hlm. 86; Coltman 2003, hlm. 86.
  61. ^ Bourne 1986, hlm. 91; Quirk 1993, hlm. 57; Coltman 2003, hlm. 87.
  62. ^ Bourne 1986, hlm. 91–92; Quirk 1993, hlm. 57–59; Coltman 2003, hlm. 88.
  63. ^ Quirk 1993, hlm. 58; Coltman 2003, hlm. 88–89.
  64. ^ Bourne 1986, hlm. 93; Quirk 1993, hlm. 59; Coltman 2003, hlm. 90.
  65. ^ Bourne 1986, hlm. 93; Quirk 1993, hlm. 58–60; Coltman 2003, hlm. 91–92.
  66. ^ Quirk 1993, hlm. 66; Coltman 2003, hlm. 97.
  67. ^ Bourne 1986, hlm. 94–95; Quirk 1993, hlm. 61; Coltman 2003, hlm. 93.
  68. ^ Bourne 1986, hlm. 95–96; Quirk 1993, hlm. 63–65; Coltman 2003, hlm. 93–94.
  69. ^ Bourne 1986, hlm. 98–100; Quirk 1993, hlm. 71; Coltman 2003, hlm. 94–95.
  70. ^ Bourne 1986, hlm. 97–98; Quirk 1993, hlm. 67–71; Coltman 2003, hlm. 95–96.
  71. ^ a b Bourne 1986, hlm. 102–103; Quirk 1993, hlm. 76–79; Coltman 2003, hlm. 97–99.
  72. ^ Bourne 1986, hlm. 103–105; Quirk 1993, hlm. 80–82; Coltman 2003, hlm. 99–100.
  73. ^ Bourne 1986, hlm. 105; Quirk 1993, hlm. 83–85; Coltman 2003, hlm. 100.
  74. ^ Bourne 1986, hlm. 110; Coltman 2003, hlm. 100.
  75. ^ Bourne 1986, hlm. 106–107; Coltman 2003, hlm. 100–101.
  76. ^ Bourne 1986, hlm. 109–111; Quirk 1993, hlm. 85; Coltman 2003, hlm. 101.
  77. ^ Bourne 1986, hlm. 111; Quirk 1993, hlm. 86.
  78. ^ Bourne 1986, hlm. 112; Quirk 1993, hlm. 88; Coltman 2003, hlm. 102.
  79. ^ "Por vez primera en México se exhibe el testimonio fotográfico del Che Guevara". La Jornada UNAM (dalam bahasa spanish). December 11, 2001. Diakses tanggal November 26, 2016. 
  80. ^ Bourne 1986, hlm. 115–117; Quirk 1993, hlm. 96–98; Coltman 2003, hlm. 102–103; Castro & Ramonet 2009, hlm. 172–173.
  81. ^ Bourne 1986, hlm. 114; Quirk 1993, hlm. 105–106; Coltman 2003, hlm. 104–105.
  82. ^ Bourne 1986, hlm. 117–118, 124; Quirk 1993, hlm. 101–102, 108–114; Coltman 2003, hlm. 105–110.
  83. ^ Bourne 1986, hlm. 111–124;Coltman 2003, hlm. 104.
  84. ^ Bourne 1986, hlm. 122, 12–130; Quirk 1993, hlm. 102–104, 114–116; Coltman 2003, hlm. 109.
  85. ^ Bourne 1986, hlm. 132–133; Quirk 1993, hlm. 115; Coltman 2003, hlm. 110–112.
  86. ^ Bourne 1986, hlm. 134; Coltman 2003, hlm. 113.
  87. ^ Bourne 1986, hlm. 134–135; Quirk 1993, hlm. 119–126; Coltman 2003, hlm. 113.
  88. ^ Quirk 1993, hlm. 126.
  89. ^ Bourne 1986, hlm. 135–136; Quirk 1993, hlm. 122–125; Coltman 2003, hlm. 114–115.
  90. ^ Bourne 1986, hlm. 125–126; Coltman 2003, hlm. 114–117.
  91. ^ Bourne 1986, hlm. 137.
  92. ^ Coltman 2003, hlm. 116–117.
  93. ^ Bourne 1986, hlm. 139; Quirk 1993, hlm. 127; Coltman 2003, hlm. 118–119.
  94. ^ Bourne 1986, hlm. 114; Quirk 1993, hlm. 129; Coltman 2003, hlm. 114.
  95. ^ Coltman 2003, hlm. 122.
  96. ^ Bourne 1986, hlm. 138; Quirk 1993, hlm. 130; Coltman 2003, hlm. 119.
  97. ^ a b Bourne 1986, hlm. 142–143; Quirk 1993, hlm. 128, 134–136; Coltman 2003, hlm. 121–122.
  98. ^ Quirk 1993, hlm. 145, 148.
  99. ^ a b Bourne 1986, hlm. 148–150; Quirk 1993, hlm. 141–143; Coltman 2003, hlm. 122–123. Teks Manifesto Sierra Maestra dapat ditemukan di "Raul Antonio Chibás: Manifiesto Sierra Maestra". Chibas.org. Diakses tanggal August 9, 2012. 
  100. ^ Bourne 1986, hlm. 140–142; Quirk 1993, hlm. 131–134; Coltman 2003, hlm. 120.
  101. ^ Bourne 1986, hlm. 143; Quirk 1993, hlm. 159; Coltman 2003, hlm. 127–128.
  102. ^ Bourne 1986, hlm. 155; Coltman 2003, hlm. 122, 129.
  103. ^ a b Coltman 2003, hlm. 129–130, 134.
  104. ^ Bourne 1986, hlm. 152–154; Coltman 2003, hlm. 130–131.
  105. ^ a b Quirk 1993, hlm. 181–183; Coltman 2003, hlm. 131–133.
  106. ^ Bourne 1986, hlm. 158.
  107. ^ Bourne 1986, hlm. 158; Quirk 1993, hlm. 194–196; Coltman 2003, hlm. 135.
  108. ^ a b Bourne 1986, hlm. 158–159; Quirk 1993, hlm. 196, 202–207; Coltman 2003, hlm. 136–137.
  109. ^ Bourne 1986, hlm. 158–159; Quirk 1993, hlm. 203, 207–208; Coltman 2003, hlm. 137.
  110. ^ Quirk 1993, hlm. 212; Coltman 2003, hlm. 137.
  111. ^ Bourne 1986, hlm. 160; Quirk 1993, hlm. 211; Coltman 2003, hlm. 137.
  112. ^ Bourne 1986, hlm. 160; Quirk 1993, hlm. 212; Coltman 2003, hlm. 137.
  113. ^ Bourne 1986, hlm. 161–162; Quirk 1993, hlm. 211; Coltman 2003, hlm. 137–138.
  114. ^ Bourne 1986, hlm. 142–143; Quirk 1993, hlm. 214; Coltman 2003, hlm. 138–139.
  115. ^ Bourne 1986, hlm. 162–163; Quirk 1993, hlm. 219; Coltman 2003, hlm. 140–141.
  116. ^ Bourne 1986, hlm. 153, 161; Quirk 1993, hlm. 216; Coltman 2003, hlm. 126, 141–142.
  117. ^ Bourne 1986, hlm. 164; Coltman 2003, hlm. 144.
  118. ^ Bourne 1986, hlm. 171–172; Quirk 1993, hlm. 217, 222; Coltman 2003, hlm. 150–154.
  119. ^ Bourne 1986, hlm. 166, 170; Quirk 1993, hlm. 251; Coltman 2003, hlm. 145.
  120. ^ Bourne 1986, hlm. 168; Coltman 2003, hlm. 149.
  121. ^ Wickham-Crowley 1990, hlm. 63–64; Guerra 2012, hlm. 43.
  122. ^ Wickham-Crowley 1990, hlm. 63.
  123. ^ Guerra 2012, hlm. 43.
  124. ^ Bourne 1986, hlm. 163, 167–169; Quirk 1993, hlm. 224–230; Coltman 2003, hlm. 147–149.
  125. ^ Bourne 1986, hlm. 169–170; Quirk 1993, hlm. 225–226.
  126. ^ Bourne 1986, hlm. 173; Quirk 1993, hlm. 277; Coltman 2003, hlm. 154.
  127. ^ Bourne 1986, hlm. 173; Quirk 1993, hlm. 228.
  128. ^ Bourne 1986, hlm. 174–177; Quirk 1993, hlm. 236–242; Coltman 2003, hlm. 155–157.
  129. ^ Bourne 1986, hlm. 177; Quirk 1993, hlm. 243; Coltman 2003, hlm. 158.
  130. ^ Bourne 1986, hlm. 177–178; Quirk 1993, hlm. 280; Coltman 2003, hlm. 159–160
  131. ^ Quirk 1993, hlm. 262–269, 281.
  132. ^ Quirk 1993, hlm. 234.
  133. ^ a b Bourne 1986, hlm. 186.
  134. ^ Bourne 1986, hlm. 176–177; Quirk 1993, hlm. 248; Coltman 2003, hlm. 161–166.
  135. ^ Bourne 1986, hlm. 181–183; Quirk 1993, hlm. 248–252; Coltman 2003, hlm. 162.
  136. ^ a b c d Bourne 1986, hlm. 275–276.
  137. ^ Bourne 1986, hlm. 275–276; Quirk 1993, hlm. 324.
  138. ^ Bourne 1986, hlm. 179.
  139. ^ Quirk 1993, hlm. 280; Coltman 2003, hlm. 168.
  140. ^ Bourne 1986, hlm. 195–197; Coltman 2003, hlm. 167.
  141. ^ Quirk 1993, hlm. 197; Coltman 2003, hlm. 165–166.
  142. ^ Bourne 1986, hlm. 181, 197; Coltman 2003, hlm. 168.
  143. ^ Coltman 2003, hlm. 176–177.
  144. ^ Coltman 2003, hlm. 167; Ros 2006, hlm. 159–201; Franqui 1984, hlm. 111–115.
  145. ^ Bourne 1986, hlm. 202; Quirk 1993, hlm. 296.
  146. ^ Bourne 1986, hlm. 189–190, 198–199; Quirk 1993, hlm. 292–296; Coltman 2003, hlm. 170–172.
  147. ^ Bourne 1986, hlm. 205–206; Quirk 1993, hlm. 316–319; Coltman 2003, hlm. 173.
  148. ^ Bourne 1986, hlm. 201–202; Quirk 1993, hlm. 302; Coltman 2003, hlm. 172.
  149. ^ Bourne 1986, hlm. 202, 211–213; Quirk 1993, hlm. 272–273; Coltman 2003, hlm. 172–173.
  150. ^ Bourne 1986, hlm. 214; Quirk 1993, hlm. 349; Coltman 2003, hlm. 177.
  151. ^ Bourne 1986, hlm. 215.
  152. ^ Bourne 1986, hlm. 206–209; Quirk 1993, hlm. 333–338; Coltman 2003, hlm. 174–176.
  153. ^ Bourne 1986, hlm. 209–210; Quirk 1993, hlm. 337.
  154. ^ Quirk 1993, hlm. 339.
  155. ^ Quirk 1993, hlm. 300; Coltman 2003, hlm. 176.
  156. ^ Bourne 1986, hlm. 125; Quirk 1993, hlm. 300.
  157. ^ Bourne 1986, hlm. 233; Quirk 1993, hlm. 345, 649; Coltman 2003, hlm. 176.
  158. ^ Skierka, Volker (2004). Fidel Castro : a biography (edisi ke-[New ed.]). Cambridge, UK: Polity. hlm. 87. ISBN 0-7456-3006-5. 
  159. ^ Geyer 1991, hlm. 277 Quirk 1993, hlm. 313.
  160. ^ Quirk 1993, hlm. 330.
  161. ^ Bourne 1986, hlm. 226.
  162. ^ Bourne 1986, hlm. 215–216; Quirk 1993, hlm. 353–354, 365–366; Coltman 2003, hlm. 178.
  163. ^ Bourne 1986, hlm. 217–220; Quirk 1993, hlm. 363–367; Coltman 2003, hlm. 178–179.
  164. ^ Bourne 1986, hlm. 221–222; Quirk 1993, hlm. 371.
  165. ^ Bourne 1986, hlm. 221–222; Quirk 1993, hlm. 369; Coltman 2003, hlm. 180, 186.
  166. ^ Bourne 1986, hlm. 222–225; Quirk 1993, hlm. 370–374; Coltman 2003, hlm. 180–184.
  167. ^ Bourne 1986, hlm. 226–227; Quirk 1993, hlm. 375–378; Coltman 2003, hlm. 180–184.
  168. ^ Coltman 2003, hlm. 185–186.
  169. ^ Bourne 1986, hlm. 230; Geyer 1991, hlm. 276; Quirk 1993, hlm. 387, 396; Coltman 2003, hlm. 188.
  170. ^ Geyer 1991, hlm. 274–275, Quirk 1993, hlm. 385–386.
  171. ^ a b Bourne 1986, hlm. 231, Coltman 2003, hlm. 188.
  172. ^ Quirk 1993, hlm. 405.
  173. ^ Bourne 1986, hlm. 230–234; Geyer 1991, hlm. 274; Quirk 1993, hlm. 395, 400–401; Coltman 2003, hlm. 190.
  174. ^ Bourne 1986, hlm. 232–234, Quirk 1993, hlm. 397–401, Coltman 2003, hlm. 190
  175. ^ Bourne 1986, hlm. 232, Quirk 1993, hlm. 397.
  176. ^ Bourne 1986, hlm. 233.
  177. ^ Quirk 1993, hlm. 525–526; Coltman 2003, hlm. 188–189.
  178. ^ "Castro admits 'injustice' for gays and lesbians during revolution", CNN, Shasta Darlington, August 31, 2010.
  179. ^ Bourne 1986, hlm. 233, Quirk 1993, hlm. 203–204, 410–412, Coltman 2003, hlm. 189.
  180. ^ Bourne 1986, hlm. 234–236, Quirk 1993, hlm. 403–406, Coltman 2003, hlm. 192.
  181. ^ Bourne 1986, hlm. 258–259, Coltman 2003, hlm. 191–192.
  182. ^ Coltman 2003, hlm. 192–194.
  183. ^ Coltman 2003, hlm. 194.
  184. ^ Coltman 2003, hlm. 195.
  185. ^ Bourne 1986, hlm. 238–239, Quirk 1993, hlm. 425, Coltman 2003, hlm. 196–197.
  186. ^ Coltman 2003, hlm. 197.
  187. ^ Coltman 2003, hlm. 198–199.
  188. ^ Bourne 1986, hlm. 239, Quirk 1993, hlm. 443–434, 449, Coltman 2003, hlm. 199–200, 203.
  189. ^ Bourne 1986, hlm. 241–242, Quirk 1993, hlm. 444–445.
  190. ^ Bourne 1986, hlm. 245–248; Quirk 1993, hlm. 458–470; Coltman 2003, hlm. 204–205.
  191. ^ [1] Nikita Khrushchev and the Creation of a Superpower, disunting oleh Sergei N. Khrushchev
  192. ^ Bourne 1986, hlm. 249; Quirk 1993, hlm. 538.
  193. ^ Bourne 1986, hlm. 249–250; Quirk 1993, hlm. 702.
  194. ^ Quirk 1993, hlm. 435–434.
  195. ^ Quirk 1993, hlm. 454–454, 479–480.
  196. ^ Quirk 1993, hlm. 530–534; Coltman 2003, hlm. 213.
  197. ^ Bourne 1986, hlm. 250–251.
  198. ^ Bourne 1986, hlm. 263; Quirk 1993, hlm. 488–489.
  199. ^ Quirk 1993, hlm. 484–486.
  200. ^ Quirk 1993, hlm. 534; Coltman & 2003, hlm. 213.
  201. ^ "Cuba Once More", by Walter Lippmann, Newsweek, April 27, 1964, p. 23.
  202. ^ Quirk 1993, hlm. 744.
  203. ^ Bourne 1986, hlm. 255; Coltman 2003, hlm. 211.
  204. ^ Bourne 1986, hlm. 255–256, 260; Quirk 1993, hlm. 744; Coltman 2003, hlm. 211–212.
  205. ^ Bourne 1986, hlm. 267–268; Quirk 1993, hlm. 582–585; Coltman 2003, hlm. 216.
  206. ^ Bourne 1986, hlm. 265; Coltman 2003, hlm. 214.
  207. ^ Bourne 1986, hlm. 267.
  208. ^ Bourne 1986, hlm. 269.
  209. ^ a b Quirk 1993, hlm. 559–560.
  210. ^ Bourne 1986, hlm. 269–270; Quirk 1993, hlm. 588–590.
  211. ^ Bourne 1986, hlm. 270–271; Quirk 1993, hlm. 597–600; Coltman 2003, hlm. 216–217.
  212. ^ Castro, Fidel (August 1968). "Castro comments on Czechoslovakia crisis". FBIS. 
  213. ^ Quirk 1993, hlm. 591–594; Coltman 2003, hlm. 227.
  214. ^ Quirk 1993, hlm. 647.
  215. ^ Quirk 1993, hlm. 644–645.
  216. ^ Quirk 1993, hlm. 618–621; Coltman 2003, hlm. 227.
  217. ^ Bourne 1986, hlm. 273; Quirk 1993, hlm. 634–640; Coltman 2003, hlm. 229.
  218. ^ Bourne 1986, hlm. 274; Quirk 1993, hlm. 644; Coltman 2003, hlm. 230.
  219. ^ Bourne 1986, hlm. 275–276; Quirk 1993, hlm. 606; Coltman 2003, hlm. 230.
  220. ^ Bourne 1986, hlm. 276–277; Quirk 1993, hlm. 682–684.
  221. ^ Bourne 1986, hlm. 277.
  222. ^ Quirk 1993, hlm. 640–641; Coltman 2003, hlm. 230.
  223. ^ Quirk 1993, hlm. 609–615, 662–676; Coltman 2003, hlm. 232–233.
  224. ^ Bourne 1986, hlm. 278–280; Quirk 1993, hlm. 685–701, 703; Coltman 2003, hlm. 233–236, 240.
  225. ^ Quirk 1993, hlm. 706–707; Coltman 2003, hlm. 237–238.
  226. ^ Quirk 1993, hlm. 707–715; Coltman 2003, hlm. 238.
  227. ^ Bourne 1986, hlm. 283–284; Quirk 1993, hlm. 718–719; Coltman 2003, hlm. 239.
  228. ^ Quirk 1993, hlm. 721; Coltman 2003, hlm. 239–240.
  229. ^ Bourne 1986, hlm. 284; Quirk 1993, hlm. 745–746.
  230. ^ Quirk 1993, hlm. 721–723.
  231. ^ Bourne 1986, hlm. 283–284; Quirk 1993, hlm. 724–725; Coltman 2003, hlm. 240.
  232. ^ Bourne 1986, hlm. 282; Quirk 1993, hlm. 737.
  233. ^ Bourne 1986, hlm. 283; Quirk 1993, hlm. 726–729; Coltman 2003, hlm. 240–241.
  234. ^ Bourne 1986, hlm. 281, 284–287; Quirk 1993, hlm. 747–750; Coltman 2003, hlm. 242–243.
  235. ^ Quirk 1993, hlm. 752; Coltman 2003, hlm. 243.
  236. ^ Quirk 1993, hlm. 759–761; Coltman 2003, hlm. 243–244.
  237. ^ Quirk 1993, hlm. 750.
  238. ^ Quirk 1993, hlm. 766–767.
  239. ^ Coltman 2003, hlm. 245.
  240. ^ Bourne 1986, hlm. 291–292; Quirk 1993, hlm. 761–765, 776–781; Coltman 2003, hlm. 245.
  241. ^ Coltman 2003, hlm. 249.
  242. ^ O'Grady, Mary Anastasia (October 30, 2005). "Counting Castro's Victims". The Wall Street Journal. Diakses tanggal February 11, 2015. 
  243. ^ Quirk 1993, hlm. 759.
  244. ^ Bourne 1986, hlm. 294; Quirk 1993, hlm. 782–783, 798–802; Coltman 2003, hlm. 245.
  245. ^ Bourne 1986, hlm. 294.
  246. ^ Quirk 1993, hlm. 750–751; Coltman 2003, hlm. 244–245.
  247. ^ Bourne 1986, hlm. 289; Quirk 1993, hlm. 756–759, 769, 771; Coltman 2003, hlm. 247–248.
  248. ^ Quirk 1993, hlm. 793–794.
  249. ^ Quirk 1993, hlm. 754–755, 804; Coltman 2003, hlm. 250; Gott 2004, hlm. 288.
  250. ^ Quirk 1993, hlm. 804, 816.
  251. ^ a b Coltman 2003, hlm. 255.
  252. ^ Quirk 1993, hlm. 808; Coltman 2003, hlm. 250–251.
  253. ^ Bourne 1986, hlm. 295; Quirk 1993, hlm. 807–810; Coltman 2003, hlm. 251–252.
  254. ^ Bourne 1986, hlm. 296; Quirk 1993, hlm. 810–815; Coltman 2003, hlm. 252.
  255. ^ Quirk 1993, hlm. 812–813; Coltman 2003, hlm. 252.
  256. ^ Coltman 2003, hlm. 253.
  257. ^ Bourne 1986, hlm. 297; Quirk 1993, hlm. 819–822; Coltman 2003, hlm. 253–254.
  258. ^ Quirk 1993, hlm. 818.
  259. ^ Coltman 2003, hlm. 254–255.
  260. ^ Quirk 1993, hlm. 826; Coltman 2003, hlm. 256; Gott 2004, hlm. 273.
  261. ^ Coltman 2003, hlm. 256.
  262. ^ Coltman 2003, hlm. 257.
  263. ^ Quirk 1993, hlm. 827–828; Coltman 2003, hlm. 260–261; Gott 2004, hlm. 276.
  264. ^ Quirk 1993, hlm. 828–829; Coltman 2003, hlm. 258–266; Gott 2004, hlm. 279–286.
  265. ^ a b c d Coltman 2003, hlm. 224.
  266. ^ Coltman 2003, hlm. 257–258; Gott 2004, hlm. 276–279.
  267. ^ Quirk 1993, hlm. 830; Coltman 2003, hlm. 277; Gott 2004, hlm. 286.
  268. ^ Coltman 2003, hlm. 267–268; Gott 2004, hlm. 286.
  269. ^ Coltman 2003, hlm. 268–270; Gott 2004, hlm. 286.
  270. ^ Quirk 1993, hlm. 831; Coltman 2003, hlm. 270–271.
  271. ^ Quirk 1993, hlm. 830–831; Coltman 2003, hlm. 271; Gott 2004, hlm. 287–289.
  272. ^ Coltman 2003, hlm. 282; Gott 2004, hlm. 288.
  273. ^ Coltman 2003, hlm. 274–275.
  274. ^ Quirk 1993, hlm. 832–833; Coltman 2003, hlm. 275.
  275. ^ Quirk 1993, hlm. 832; Coltman 2003, hlm. 274–275.
  276. ^ Coltman 2003, hlm. 290–291.
  277. ^ Coltman 2003, hlm. 305–306.
  278. ^ Quirk 1993, hlm. 831–832; Coltman 2003, hlm. 272–273.
  279. ^ Coltman 2003, hlm. 275–276; Gott 2004, hlm. 314.
  280. ^ Coltman 2003, hlm. 297–299; Gott 2004, hlm. 298–299.
  281. ^ Coltman 2003, hlm. 287; Gott 2004, hlm. 273–274.
  282. ^ Coltman 2003, hlm. 291–292.
  283. ^ Coltman 2003, hlm. 276–281, 284, 287; Gott 2004, hlm. 291–294.
  284. ^ Quirk 1993, hlm. 836; Coltman 2003, hlm. 288; Gott 2004, hlm. 290, 322.
  285. ^ Coltman 2003, hlm. 294.
  286. ^ Coltman 2003, hlm. 278, 294–295; Gott 2004, hlm. 309.
  287. ^ Coltman 2003, hlm. 309–311; Gott 2004, hlm. 306–310.
  288. ^ a b c Coltman 2003, hlm. 312.
  289. ^ Whittle & Rey Santos 2006, hlm. 77; Evenson 2010, hlm. 489, 502–503.
  290. ^ Living Planet Report 2006 (PDF) (Laporan). World Wildlife Fund. 2006. hlm. 19. 
  291. ^ Coltman 2003, hlm. 283; Gott 2004, hlm. 279.
  292. ^ Coltman 2003, hlm. 304.
  293. ^ a b Kozloff 2008, hlm. 24.
  294. ^ Wilpert 2007, hlm. 162; Azicri 2009, hlm. 100.
  295. ^ a b Azicri 2009, hlm. 100.
  296. ^ Marcano & Barrera Tyszka 2007, hlm. 213–215; Kozloff 2008, hlm. 23–24.
  297. ^ Morris, Ruth (December 18, 2005). "Cuba's Doctors Resuscitate Economy Aid Missions Make Money, Not Just Allies". Sun-Sentinel. Diakses tanggal December 28, 2006. 
  298. ^ Kozloff 2008, hlm. 21.
  299. ^ Kozloff 2008, hlm. 24; Azicri 2009, hlm. 106–107.
  300. ^ "Cuba to shut plants to save power". BBC News. September 30, 2004. Diakses tanggal May 20, 2006. 
  301. ^ Wilpert 2007, hlm. 155–156.
  302. ^ Wilpert 2007, hlm. 164.
  303. ^ "Castro calls for Caribbean unity". BBC News. August 21, 1998. Diakses tanggal May 21, 2006. 
  304. ^ "Castro finds new friends". BBC News. August 25, 1998. Diakses tanggal May 21, 2006. 
  305. ^ "Cuba opens more Caribbean embassies". Caribbean Net News. March 13, 2006. Diakses tanggal May 11, 2006. 
  306. ^ Gibbs, Stephen (August 21, 2005). "Cuba and Panama restore relations". BBC News. Diakses tanggal May 21, 2006. 
  307. ^ "Castro welcomes one-off US trade". BBC News. November 17, 2001. Diakses tanggal May 19, 2006. ; "US food arrives in Cuba". BBC News. December 16, 2001. Diakses tanggal May 19, 2006. 
  308. ^ "Fidel Castro speaks on imperialist war drive". themilitant.com, Volume 69, Number 39. The Militant. October 15, 2001. Diakses tanggal July 25, 2016. 
  309. ^ Coltman 2003, hlm. 320.
  310. ^ "Castro: Kuwait, Iraq Invasions Both Mistakes". Fox News. December 23, 2003.
  311. ^ "Canadian PM visits Fidel in April". BBC News. April 20, 1998. Diakses tanggal May 21, 2006. 
  312. ^ Skierka 2006, hlm. xvi.
  313. ^ "Reaction Mixed to Castro's Turnover of Power". PBS. August 1, 2006. ; Castro, Fidel (March 22, 2011). "My Shoes Are Too Tight". Juventud Rebelde. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 27, 2011. Diakses tanggal April 14, 2011. ; "Castro says he resigned as Communist Party chief 5 years ago". CNN. March 22, 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 15, 2011. Diakses tanggal April 14, 2011. 
  314. ^ "Acting president Raul Castro says brother Fidel getting better". CBC News. Associated Press. February 9, 2007. Diakses tanggal November 17, 2016. 
  315. ^ Pretel, Enrique Andres (February 28, 2007). "Cuba's Castro says recovering, sounds stronger". Reuters. Diakses tanggal April 28, 2012. 
  316. ^ "Castro resumes official business". BBC News. April 21, 2007. Diakses tanggal April 21, 2007. 
  317. ^ Marcano & Barrera Tyszka 2007, hlm. 287.
  318. ^ Sivak 2010, hlm. 52.
  319. ^ "Castro elected President of Non-Aligned Movement Nations". People's News Daily. September 16, 2006. Diakses tanggal December 8, 2013. 
  320. ^ "Bush wishes Cuba's Castro would disappear". Reuters. June 28, 2007. Diakses tanggal July 1, 2007. 
  321. ^ Castro, Fidel (February 18, 2008). "Message from the Commander in Chief". Diario Granma. Comité Central del Partido Comunista de Cuba. Diakses tanggal May 20, 2011. (Spanyol); "Fidel Castro announces retirement". BBC News. February 18, 2008. Diakses tanggal February 18, 2008. ; "Fidel Castro stepping down as Cuba's leader". Reuters. February 18, 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 3, 2009. Diakses tanggal February 18, 2008. 
  322. ^ "Fidel Castro announces retirement". BBC News. February 19, 2008. Diakses tanggal February 19, 2008. 
  323. ^ "Raul Castro named Cuban president". BBC. February 24, 2008. Diakses tanggal February 24, 2008. 
  324. ^ "CUBA: Raúl Shares His Seat with Fidel". Ipsnews.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 11, 2011. Diakses tanggal March 16, 2011. 
  325. ^ a b c Franks, Jeff (August 12, 2012). "Fidel Castro to turn 86, but out of view since June". Reuters. Diakses tanggal October 13, 2012. 
  326. ^ Govan, Fiona (January 23, 2009). "Fidel Castro sends farewell message to his people". The Daily Telegraph. London. Diakses tanggal January 28, 2009. 
  327. ^ "Fidel contemplates his mortality". BBC. January 23, 2009. Diakses tanggal January 28, 2009. 
  328. ^ "Cuba's Fidel Castro makes rare state TV appearance". BBC News. July 13, 2010. 
  329. ^ Weissert, Will (August 8, 2010). "Fidel Castro warns of nuclear risk in 1st speech to Cuban parliament in 4 years". The Washington Post. Diakses tanggal March 16, 2011. ; "Fidel Castro Addresses Parliament on Iran Issue". The New York Times. August 8, 2010. Retrieved September 25, 2011.
  330. ^ "Fidel Castro addresses parliament after four-year gap", BBC News, 7 Agustus 2010. Diakses pada 8 Agustus 2010.
  331. ^ "Fidel quits Communist Party leadership as Cuba looks to reform". Euronews.net. April 19, 2011. Diakses tanggal April 19, 2011. 
  332. ^ "Cuban communists opt for old guard to lead reforms". Reuters. April 19, 2011. Diakses tanggal April 20, 2011. 
  333. ^ "Castro condemns NATO's 'inevitable' war on Libya". CNN News. March 3, 2011.
  334. ^ Pullella, Philip; Franks, Jeff (March 29, 2012). "Pope meets Cuba's Fidel Castro, slams US embargo". Reuters. Diakses tanggal October 13, 2012. 
  335. ^ Beaumont, Peter (October 13, 2012). "Fidel Castro and Hugo Chávez played role in Colombia's peace talks with Farc". The Observer. London. Diakses tanggal October 13, 2012. 
  336. ^ "Fidel Castro to North Korea: nuclear war will benefit no one". The Guardian. London. April 5, 2013. Diakses tanggal November 17, 2016. 
  337. ^ "Fidel Castro awarded China's Confucius Peace Prize". Associated Press. December 22, 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 28, 2014. Diakses tanggal November 17, 2016. ; "Fidel Castro Wins Confucius Peace Prize". Chian Digital Times. December 11, 2014. Diakses tanggal November 17, 2016. 
  338. ^ Daniel Trotta (January 26, 2015). "Fidel Castro appears to lend support to Cuba talks with U.S." Reuters. Diakses tanggal November 17, 2016. 
  339. ^ "Fidel Castro writes caustic note to Obama after Cuba visit". Deutsche Welle. March 28, 2016. Diakses tanggal November 17, 2016. 
  340. ^ "Fidel Castro gives his 'last' party address". Deutsche Welle. April 19, 2016. Diakses tanggal November 17, 2016. 
  341. ^ "Iran: Hassan Rouhani meets with Cuban leader Fidel Castro during one-day state visit in Havana". The Indian Express. September 20, 2016. Diakses tanggal November 17, 2016. 
  342. ^ "Japan's Shinzo Abe meets Fidel Castro, discusses North Korea". Deutsche Welle. September 23, 2016. Diakses tanggal November 17, 2016. 
  343. ^ http://www.tvi24.iol.pt/politica/marcelo-rebelo-de-sousa/marcelo-foi-um-dos-ultimos-lideres-a-estar-com-fidel-castro - In Portuguese
  344. ^ a b "Cuba's former leader Fidel Castro dead at 90". Al Jazeera. 26 November 2016. Diakses tanggal 25 November 2016. 
  345. ^ "Cuba's Fidel Castro dies aged 90". BBC News. 26 November 2016. Diakses tanggal 25 November 2016. 
  346. ^ Zabludovsky, Karla (26 November 2016). "Fidel Castro, Longtime Cuban Leader, Dead At Age 90". BuzzFeed. Diakses tanggal 25 November 2016. 
  347. ^ "Cuba's Fidel Castro, former president, dies aged 90". BBC News. 
  348. ^ "Fidel Castro Wafat, Pemerintah Kuba Tetapkan 9 Hari Berkabung". detiknews. Diakses tanggal 2016-11-27. 
  349. ^ "Fidel Castro's ashes buried in Santiago de Cuba". BBC. December 4, 2016. Diakses tanggal 4 December 2016. 
  350. ^ Castro & Ramonet 2009, hlm. 157.
  351. ^ Sondrol 1991, hlm. 608.
  352. ^ Quirk 1993, hlm. 790.
  353. ^ a b Gott 2004, hlm. 149.
  354. ^ Castro & Ramonet 2009, hlm. 101–102.
  355. ^ Castro & Ramonet 2009, hlm. 147.
  356. ^ Lecuona 1991, hlm. 46.
  357. ^ Skierka 2006, hlm. xv.
  358. ^ Draper 1965, hlm. 48–49.
  359. ^ a b Sondrol 1991, hlm. 610.
  360. ^ Sondrol 1991, hlm. 607, 609.
  361. ^ Bourne 1986, hlm. 200.
  362. ^ a b Smith, Wayne S. (February 2, 2007). "Castro's Legacy". TomPaine.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 11, 2007. Diakses tanggal 7 November 2012. 
  363. ^ Coltman 2003, hlm. 14.
  364. ^ Quirk 1993, hlm. 494.
  365. ^ Bourne 1986, hlm. 178.
  366. ^ Bourne 1986, hlm. 273.
  367. ^ Von Tunzelmann 2011, hlm. 94.
  368. ^ Coltman 2003, hlm. 219.
  369. ^ Quirk 1993, hlm. 11.
  370. ^ Bourne 1986, hlm. 204.
  371. ^ Quirk 1993, hlm. 10, 255.
  372. ^ Quirk 1993, hlm. 5.
  373. ^ Admservice (May 21, 2014). "Fidel Castro lived like a king in Cuba, book claims". The Guardian. Diakses tanggal May 23, 2014. 
  374. ^ Castro & Ramonet 2009, hlm. 40–41.
  375. ^ Castro & Ramonet 2009, hlm. 156.
  376. ^ Quirk 1993, hlm. 695.
  377. ^ Sondrol 1991, hlm. 601.
  378. ^ Quirk 1993, hlm. 255; Gott 2004, hlm. 325.
  379. ^ "Americas | Ailing Castro still dominates Cuba". BBC News. August 11, 2006. Diakses tanggal January 13, 2010. 
  380. ^ Quirk 1993, hlm. 312, 688.
  381. ^ Quirk 1993, hlm. 352–353.
  382. ^ Coltman 2003, hlm. 303–304.
  383. ^ Coltman 2003, hlm. 219; Gott 2004, hlm. 175.
  384. ^ a b Bourne 1986, hlm. 201.
  385. ^ Skierka 2006, hlm. 3.
  386. ^ Admservice (October 8, 2000). "Fidel Castro's Family". Latinamericanstudies.org. Diakses tanggal January 13, 2010. 
  387. ^ Bardach 2007, hlm. 67.
  388. ^ a b c Jon Lee Anderson (July 31, 2006). "Castro's Last Battle: Can the revolution outlive its leader?". The New Yorker. hlm. 51. .
  389. ^ Boadle, Anthony (August 8, 2006). "Cuba's first family not immune to political rift". Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 11, 2007. Diakses tanggal August 10, 2006. 
  390. ^ Fernandez, Alina (1997). Castro's Daughter, An Exile's Memoir of Cuba. St. Martin's Press. ISBN 978-0-312-24293-0. 
  391. ^ Roberto Duarte VIDA SECRETA DEL TIRANO CASTRO di Wayback Machine (diarsipkan tanggal December 10, 2006). CANF.org. October 29, 2003
  392. ^ Quirk 1993, hlm. 231.
  393. ^ Quirk 1993, hlm. 465.
  394. ^ "The Bitter Family (page 1 of 2)". Time. July 10, 1964. Diakses tanggal February 19, 2008. 
  395. ^ "Castro Adviser, 66, Dies Of Heart Attack". The Spokesman Review. December 26, 1995. Diakses tanggal May 31, 2012. 
  396. ^ Bourne 1986, hlm. 200–201.
  397. ^ Bourne 1986, hlm. 299.
  398. ^ a b Bourne 1986, hlm. 302.
  399. ^ "Fidel Castro: leader proves as divisive in death as he was in life". The Observer. Diakses tanggal 5 December 2016. 
  400. ^ "Fidel Castro: As Divisive in Death as he was in Life". The Telegraph. 26 November 2016. Diakses tanggal 5 December 2016. 
  401. ^ Gott 2004, hlm. 148.
  402. ^ a b c "Fidel Castro's Death - World Reactions". Al Jazeera. Diakses tanggal 5 December 2016. 
  403. ^ Quirk 1993, hlm. 424.
  404. ^ Sampson 1999, hlm. 192.
  405. ^ "Castro ends state-visit to South Africa". BBC News. September 6, 1998. Diakses tanggal May 21, 2006. 
  406. ^ "Spiegel interview with Bolivia's Evo Morales". Der Spiegel. August 28, 2006. Diakses tanggal August 12, 2009. 
  407. ^ Skierka 2006, hlm. xxiv.
  408. ^ Coltman 2003, hlm. 290.
  409. ^ Mallin 1994.
  410. ^ Sondrol 1991, hlm. 606.
  411. ^ "Donald Trump calls Fidel Castro 'brutal dictator'". BBC News. 26 November 2016. Diakses tanggal 5 November 2016. 
  412. ^ Julian Borger (26 November 2016). "Trump and Obama offer divergent responses to death of Fidel Castro". The Guardian. Diakses tanggal 5 December 2016. 
  413. ^ Quirk 1993, hlm. 529; Coltman 2003, hlm. 292.
  414. ^ Coltman 2003, hlm. 292.
  415. ^ Quirk 1993, hlm. 501.
  416. ^ Bourne 1986, hlm. 263.
  417. ^ Bourne 1986, hlm. 295.
  418. ^ Sondrol 1991, hlm. 619.
  419. ^ "Fidel Castro: A progressive but deeply flawed leader". Amnesty International. 26 November 2016. Diakses tanggal 5 December 2016. 
  420. ^ "Cuba: Fidel Castro's Abusive Machinery Remains Intact". Human Rights Watch. February 18, 2008. Diakses tanggal October 7, 2009. 
  421. ^ Quirk 1993, hlm. 758; Coltman 2003, hlm. 247.
  422. ^ "Cuba bans naming monuments after Fidel Castro". 

Daftar pustaka

Azicri, Max (2009). "The Castro-Chávez Alliance". Latin American Perspectives. 36 (1). hlm. 99–110. ISSN 1552-678X. 
Bardach, Ann Louise (2007). Cuba Confidential: Love and Vengeance in Miami and Havana. New York: Random House. ISBN 978-0-307-42542-3. 
Bourne, Peter G. (1986). Fidel: A Biography of Fidel Castro. New York City: Dodd, Mead & Company. ISBN 978-0-396-08518-8. 
Castro, Fidel (2009). My Life: A Spoken Autobiography. Ramonet, Ignacio (interviewer). New York: Scribner. ISBN 978-1-4165-6233-7. 
Coltman, Leycester (2003). The Real Fidel Castro. New Haven and London: Yale University Press. ISBN 978-0-300-10760-9. 
Draper, Theodore (1965). Castroism: Theory and Practice. New York: Praeger. OCLC 485708. 
Evenson, Fredric (2010). "A Deeper Shade of Green: The Evolution of Cuban Environmental Law and Policy". Golden Gate University Law Review. 28 (3). hlm. 489–525. OCLC 61312828. 
Franqui, Carlos (1984). Family Portrait with Fidel. New York: Random House First Vintage Books. ISBN 978-0-394-72620-5. 
Geyer, Georgie Anne (1991). Guerrilla Prince: The Untold Story of Fidel Castro. New York City: Little, Brown and Company. ISBN 978-0-316-30893-9. 
Gott, Richard (2004). Cuba: A New History. New Haven and London: Yale University Press. ISBN 978-0-300-10411-0. 
Guerra, Lillian (2012). Visions of Power in Cuba: Revolution, Redemption, and Resistance, 1959–1971. Chapel Hill: University of North Carolina Press. ISBN 978-1-4696-1886-9. 
Kozloff, Nicholas (2008). Revolution!: South America and the Rise of the New Left. New York: Palgrave Macmillan. ISBN 978-0-230-61754-4. 
Lecuona, Rafael A. (1991). "Jose Marti and Fidel Castro". International Journal on World Peace. 8 (1): 45–61. JSTOR 20751650. 
Mallin, Jay (1994). Covering Castro: Rise and Decline of Cuba's Communist Dictator. Piscataway: Transaction Publishers. ISBN 978-1-56000-156-0. 
Marcano, Christina; Barrera Tyszka, Alberto (2007). Hugo Chávez: The Definitive Biography of Venezuela's Controversial President. New York: Random House. ISBN 978-0-679-45666-7. 
Quirk, Robert E. (1993). Fidel Castro. New York and London: W.W. Norton & Company. ISBN 978-0-393-03485-1. 
Ros, Enrique (2006). El Clandestinaje y la Lucha Armada Contra Castro. Miami: Ediciones Universal. ISBN 978-1-59388-079-8. 
Sampson, Anthony (1999). Mandela: The Authorised Biography. HarperCollins. ISBN 978-0-00-638845-6. 
Skierka, Volka (2006). Fidel Castro: A Biography. Cambridge: Polity. ISBN 978-0-7456-4081-5. 
Sivak, Martín (2010). Evo Morales: The Extraordinary Rise of the First Indigenous President of Bolivia. New York: Palgrave MacMillan. ISBN 978-0-230-62305-7. 
Sondrol, Paul C. (1991). "Totalitarian and Authoritarian Dictators: A Comparison of Fidel Castro and Alfredo Stroessner". Journal of Latin American Studies. 23 (3): 599–620. doi:10.1017/S0022216X00015868. JSTOR 157386. 
Von Tunzelmann, Alex (2011). Red Heat: Conspiracy, Murder, and the Cold War in the Caribbean. New York City: Henry Holt and Company. ISBN 978-0-8050-9067-3. 
Whittle, Daniel; Rey Santos, Orlando (2006). "Protecting Cuba's Environment: Efforts to Design and Implement Effective Environmental Laws and Policies in Cuba" (PDF). Cuban Studies. 37. hlm. 73–103. ISSN 1548-2464. 
Wickham-Crowley, Timothy P. (1990). Exploring Revolution: Essays on Latin American Insurgency and Revolutionary Theory. Armonk and London: M.E. Sharpe. ISBN 978-0-87332-705-3. 
Wilpert, Gregory (2007). Changing Venezuela by Taking Power: The History and Policies of the Chávez Government. London and New York: Verso. ISBN 978-1-84467-552-4. 

Bacaan tambahan

Pranala luar

Jabatan politik
Didahului oleh:
Osvaldo Dorticós Torrado
Presiden Kuba
2 Desember 1976 - 23 Februari 2008
Diteruskan oleh:
Raúl Castro
Didahului oleh:
José Miró Cardona
Perdana Menteri Kuba
16 Februari 19592 Desember 1976
Diteruskan oleh:
Jabatan ditiadakan

Templat:Tokoh Perang Dingin