Stasiun Tanjung Priok

stasiun kereta api di Indonesia


Stasiun Tanjung Priok (TPK)[3] adalah stasiun kereta api kelas II yang terletak di seberang Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Stasiun yang terletak pada ketinggian +4 meter dan termasuk ke dalam Daerah Operasi I Jakarta dan menjadi stasiun paling utara dalam pengelolaan KAI Commuter. Stasiun ini melayani KRL Commuter Line dan KA barang angkutan peti kemas/kontainer. Memiliki langgam bangunan art deco, stasiun ini termasuk salah satu bangunan tua yang dijadikan cagar budaya DKI Jakarta. Dengan luasnya yang mencapai 4,693 ha (11,60 ekar),[4] stasiun ini merupakan stasiun terluas di Provinsi DKI Jakarta.

Stasiun Tanjung Priok
KAI Commuter
TP05

Tampak depan Stasiun Tanjung Priok, 2022
Lokasi
Koordinat6°6′26″S 106°52′41″E / 6.10722°S 106.87806°E / -6.10722; 106.87806
Ketinggian+4 m
Operator
Otoritas transitBadan Pengelola Transportasi Jabodetabek
Letak
km 8+115 lintas JakartaAncol–Tanjung Priuk[1]
Jumlah peronEmpat peron teluk yang terdiri atas satu peron sisi dan tiga peron pulau
Jumlah jalur8
LayananKereta api penumpang
Komuter: Commuter Line Tanjung Priuk

Kereta api barang
Angkutan peti kemas
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Fasilitas sepedaAda (Di lobi di timur Stasiun)
Akses difabelAda
ArsitekIr. C.W. Koch
Gaya arsitekturArt deco
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiII[2]
Sejarah
Dibuka6 April 1925; 99 tahun lalu (1925-04-06)
Nama sebelumnyaTandjongpriok
Tanggal penting
Dibuka kembali28 April 2009; 15 tahun lalu (2009-04-28)
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya Stasiun berikutnya
Ancol Commuter Line Tanjung Priuk
Tanjung Priuk–Jakarta Kota
Terminus
Jakarta International Stadium Commuter Line Tanjung Priuk
Tanjung Priuk–Jakarta Kota
rencana
Layanan penghubung
Halte sebelumnya Transjakarta Halte berikutnya
Terminus Koridor 10
transfer di Tanjung Priok
Mambo
menuju PGC
Koridor 10
transfer di Tanjung Priok
Mambo
Koridor 10
transfer di Tanjung Priok
Pademangan
Mambo
menuju Pluit
Koridor 12
transfer di Tanjung Priok
Terminus
Fasilitas dan teknis
FasilitasParkir Musala Toilet Ruang menyusui Pertokoan/area komersial Parkir sepeda Jalur difabel Pemesanan langsung di loket Mesin tiket   Terminal barang 
Tipe persinyalanElektrik tipe Sinyal Interlocking Len-02
Cagar budaya Indonesia
Stasiun Kereta Api Tanjung Priok
KategoriBangunan
No. RegnasRNCB.20050425.02.000576
Tanggal SK1993 dan 2005
PemilikPT Kereta Api Indonesia (Persero)
PengelolaKAI Commuter
Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Stasiun ini merupakan stasiun ujung yang dibuat untuk mengintegrasikan Pelabuhan Tanjung Priok dengan moda kereta api, dan awalnya dibangun untuk mendukung distribusi barang dari dan ke pelabuhan tersebut. Stasiun Tanjung Priok dibangun sebanyak dua kali, yaitu pembangunan stasiun generasi pertama pada tahun 1885 yang berlokasi sekompleks dengan pelabuhan, dan pada 1925 saat operasional perdana kereta rel listrik di Batavia.

Bangunan stasiun ini sempat ditelantarkan pada dekade 2000-an, tetapi kemudian dihidupkan kembali pada 2009 sehubungan dengan rencana pengoperasian kembali KRL Tanjung Priok. Saat ini stasiun ini hanya melayani KRL Pink Line. Bangunannya yang besar dan megah membuat masyarakat tertarik untuk menggelar syuting film, televisi, dan iklan di stasiun ini.

Sejarah

sunting

Keberadaan Stasiun Tanjung Priok tidak dapat dipisahkan dengan ramainya Pelabuhan Tanjung Priok yang merupakan pelabuhan kebanggaan masa Hindia Belanda itu, dan bahkan berperan sebagai pintu gerbang kota Batavia serta Hindia Belanda. Stasiun ini pada dasarnya terbagi atas dua generasi.

Generasi pertama

sunting
 
Stasiun Tanjung Priok lama

Pada masa lalu, Tanjung Priok adalah hutan dan rawa yang berbahaya sehingga dibutuhkan sarana transportasi yang aman pada saat itu (kereta api). Pada akhir abad ke-19, pelabuhan Jakarta yang semula berada di daerah sekitar Pasar Ikan tidak lagi memadai, dan Belanda membangun fasilitas pelabuhan baru di Tanjung Priok. Stasiun Tanjung Priok yang pertama terletak di dekat dermaga Pelabuhan Tanjung Priok. Stasiun ini selesai dibangun oleh Burgerlijke Openbare Werken pada 1883 dan baru pada tahun 2 November 1885 diresmikan pembukaannya bersamaan dengan pembukaan Pelabuhan Tanjung Priok.[5]

Selanjutnya, operasional jalur kereta api Sunda Kelapa–Tanjung Priok diserahkan kepada Staatsspoorwegen (SS). Sampai dengan tahun 1900, dalam sehari tidak kurang dari 40 perjalanan kereta api rute Tanjung Priok–Batavia SS/NIS pp serta Tanjung Priok–Kemayoran pp.[6]

Generasi kedua

sunting
 
Overcapping Stasiun Tanjung Priok yang sedang dirakit di Machinefabriek Braat, Ngagel, Surabaya

Dengan meningkatnya aktivitas pelabuhan sejak awal abad ke-20, telah terjadi perluasan pelabuhan yang menyebabkan Stasiun Tanjung Priok harus digusur. SS kemudian mencari lahan kosong di sebelah gudang Lagoa untuk dibangunkan stasiun baru. SS menugaskan Ir. C.W. Koch sebagai arsitek utama stasiun.[6]

Untuk mempersiapkan pembangunan stasiun, SS membuat model maket Stasiun Tanjung Priok baru. Maket ini muncul pada buku peringatan hari ulang tahun ke-50 SS karya S.A. Reitsma.[7] SS kemudian mengontrak sebuah perusahaan baja bernama Machinefabriek Braat Soerabaia-Djokja-Tegal yang berlokasi di Ngagel, Surabaya untuk membuatkan kerangka atap overcapping-nya.[8] Pada masa itu, Gubernur Jenderal yang berkuasa adalah A.F.W. Idenburg (1909-1916). Diperlukan sekitar 1.700 tenaga kerja dengan 130 di antaranya adalah pekerja berbangsa Eropa.[6]

 
Struktur rangka atap Stasiun Tanjung Priok, c.a. 1925

Stasiun baru ini, dibuka untuk umum pada 6 April 1925 yang bertepatan dengan peluncuran pertama KRL rute Priok–Meester Cornelis (Jatinegara). Peluncuran pertama itu sekaligus dilakukan untuk memperingati hari ulang tahun SS yang ke-50.[7] Bangunan stasiun bergaya Art Deco serta memiliki luas 3.678 m2 (39.590 sq ft), berdiri di atas lahan emplasemen yang luasnya 4,693 ha (11,60 ekar).[4]

 
Stasiun Tanjung Priok pada tahun 1950-an

Dengan selesainya stasiun ini, timbul "pemborosan" yang dilakukan oleh SS. Dengan delapan jalur dan lima peron, stasiun ini sangat besar dan terhitung 1929 stasiun ini nyaris sebesar Station Batavia-benedenstad yang kini berubah menjadi Stasiun Jakarta Kota. Sayangnya kapal-kapal yang sandar di Pelabuhan Tanjung Priok tidak menggiring penumpang ke stasiun ini. Stasiun ini kelak hanya menjadi terminus bagi KRL sejak tahun 1925.[9]

Stasiun ini juga dilengkapi penginapan sementara di sayap kiri bangunan bagi penumpang yang akan melanjutkan perjalanan dengan kapal. Dengan dibukanya Bandara Kemayoran yang melayani penerbangan umum, SS mengalami tantangan berat mengingat banyak penumpang yang beralih ke pesawat terbang. Letak Stasiun Tanjung Priok yang jauh dari pelabuhan membuat penumpang menjadi enggan menggunakan kereta api, meski bus feeder telah tersedia.[6] Perang Dunia II telah memberikan dampak yang cukup besar bagi operasional kereta api SS. Pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, stasiun ini diutamakan untuk kepentingan perang dan mengirim para romusha keluar Jawa.[6]

Keadaan terkini

sunting
 
Emplasemen Stasiun Tanjung Priok, dengan lokomotif BB 306 84 06 (BB 306 08) yang sedang dipanaskan

Di tengah hiruk pikuk pelabuhan, kondisi bangunan stasiun menjadi semakin tidak terawat menjelang abad ke-21. Meskipun demikian, keanggunan bangunan dengan gaya neoklasik, art deco, dan kontemporer ini telah membuktikan bahwa pada abad ke-20, stasiun ini berjaya pada masanya. Memang, pada saat itu PT Kereta Api pada awal Januari 2000 telah menonaktifkan stasiun untuk pelayanan penumpang. Atap bangunan sudah lepas; kaca-kacanya banyak yang pecah dan kerangkanya banyak yang karatan termakan usia. Peron stasiun dan emplasemennya banyak dihuni kaum tunawisma. Untuk "menambal" pendapatan yang bocor karena penumpang gelap dan kerugian akibat minimnya pemasukan dana dari karcis peron, PT Kereta Api mengontrakkan ruangan stasiunnya sebagai gudang ekspedisi, agen tiket, dan jasa penukaran uang.[6]

Prihatin dengan kondisi ini, PT Kereta Api memutuskan untuk merenovasi total stasiun. Persiapan dilakukan pada bulan November-Desember 2008 dengan dilaksanakannya renovasi besar-besaran terhadap fisik bangunan stasiun. Selanjutnya, proyek diteruskan dengan rehabilitasi fasilitas rel serta pembangunan perangkat sinyal elektrik pada awal tahun 2009. Pada tanggal 28 April 2009, stasiun ini dapat kembali difungsikan dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersamaan dengan peresmian Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.[10][11][12]

Pada awal dekade 1990-an, Departemen Perhubungan pernah merencanakan pembangunan jaringan rel lingkar luar Jakarta yang menghubungkan stasiun ini dengan Stasiun Cikarang melewati Stasiun Pasoso, tetapi dialihkan ke Stasiun Sungai Lagoa. Salah satu tujuannya adalah untuk meminimalisasi kereta api barang yang melintasi kawasan perkotaan di Jakarta. Pada awalnya rencana itu berjalan cukup baik dengan rampungnya jaringan rel kereta api segmen Citayam sampai dengan Nambo, tetapi krisis finansial Asia 1997 membuat rencana ini berhenti di tengah jalan.[13]

Bangunan dan tata letak

sunting
 
Hall stasiun dan loket

Stasiun ini memiliki delapan jalur kereta api dengan jalur 2 sebagai sepur lurus ke arah Jakarta Kota, jalur 3 sebagai sepur lurus dari arah Jakarta Kota, jalur 6 sebagai sepur lurus ke arah Rajawali-Pasar Senen-Jatinegara, dan jalur 7 sebagai sepur lurus dari arah Jatinegara-Pasar Senen-Rajawali. Di sayap barat laut emplasemen stasiun ini terdapat percabangan jalur menuju pelabuhan tersebut.

Meski stasiun ini bukan stasiun pusat, stasiun ini cukup modern karena menggunakan kerangka overcapping berbentuk busur yang memayungi enam jalur kereta api. Struktur baja menjadi umum pada stasiun-stasiun Eropa abad ke-20 kala itu. Jendela berupa garis-garis yang terdiri dari lis profil atap horizontal dan lubang cornice, garis-garis vertikal, dan lekukan dinding, memberikan kesan anggun. Kaca patri dan ornamen profil keramik memberikan efek megah dan diperkuat dengan kolom-kolom besar dan kukuh pada beranda utama serta didukung tangga di sepanjang bangunan[6]

 

  TP05  

G Pintu keberangkatan sisi selatan
Hall stasiun
Keberangkatan
sisi timur
Peron sisi
Jalur 8 -
Jalur 7 -
Peron teluk
Jalur 6 Parkir Gerbong Datar
Jalur 5 Parkir Gerbong Datar
Peron teluk
Jalur 4 Parkir Gerbong Datar
Jalur 3 Parkir Gerbong Datar
Peron teluk
Jalur 2      Commuter Line Tanjung Priuk menuju Jakarta Kota (Ancol)
Jalur 1      Commuter Line Tanjung Priuk menuju Jakarta Kota (Ancol)
beserta Parkir Gerbong Datar
Peron sisi
G Pintu keberangkatan sisi utara

Keterangan:

  • Saat ini Jalur 1-2 melayani KRL Commuter Line Tanjung Priok.
  • Saat ini Jalur 1, 3, 4, 5 dan 6 dikhususkan untuk Parkir Gerbong Datar (isian maupun kosongan).

Pada budaya populer

sunting

Stasiun Tanjung Priok kerap dijadikan lokasi syuting video musik, film, sinetron, dan iklan.[14] Beberapa judul sinetron dan lagu yang video musiknya pernah menggunakan lokasi syuting di stasiun ini antara lain "Menunggumu" yang dinyanyikan oleh Chrisye featuring Peterpan (sekarang bernama Noah),[15] "Ku Tetap Menanti" ciptaan Eka Gustiwana yang dinyanyikan oleh Nikita Willy, dan "Dengan Nafasmu" karya Ungu.[16] Tidak hanya MV, serial drama Dia Bukan Anakku produksi SinemArt tahun 2009, yang dibintangi Arumi Bachsin dan Meriam Bellina juga pernah mengambil beberapa adegan di sini, serta Aura yang juga produksi SinemArt tahun 2022 yang dibintangi Natasha Wilona dan Mezty Mez. Tidak ketinggalan group musik 90an New Boyz dari Malaysia turut menggunakan stasiun untuk lagu Marah Bukan Sifatku.

Larangan fotografi

sunting

Sejak banyaknya komersialisasi Stasiun Tanjung Priok melalui syuting iklan, acara televisi, dan video musik, stasiun ini kini menjadi tempat yang sangat ketat bagi fotografer pemula maupun yang sudah berpengalaman karena tempat ini terlarang sebagai area memotret, padahal sama sekali tidak ada rambu-rambu larangan memotret di stasiun. Alasan status cagar budaya dari stasiun ini "tidak pernah diterapkan" di situs lain yang dikelola oleh pemerintah daerah maupun BPCB.[17] Mengambil kamera SLR (termasuk juga DSLR dan mirrorless) maupun kamera digital saku dalam beberapa kesempatan dapat terkena peringatan oleh petugas keamanan. Sejak berlakunya aturan baru memotret di stasiun KRL Commuter Line, hanya kamera ponsel, kamera saku, SLR, dan kamera aksi (GoPro) yang diperbolehkan digunakan untuk memotret stasiun.[18]

Layanan kereta api

sunting

Sejak dibukanya stasiun ini, stasiun ini pada saat itu melayani kereta ekonomi jarak jauh, lokal Cikampek dan lokal Purwakarta. Sebelumnya, KRL Ekonomi/Commuter Line rute Tanjung Priok–Bekasi pp sempat mengawali dan mengakhiri perjalanannya di stasiun ini, sebagai KRL feeder. Per 1 November 2014 semua kereta api yang tadinya berangkat dari stasiun ini dipindahkan ke Stasiun Pasar Senen. Alasannya, Stasiun Tanjung Priok direncanakan akan dijadikan stasiun barang.[19] Mulai 9 Februari 2017 perjalanan KA Lokal Purwakarta dan KA Lokal Cikampek dari yang sebelumnya beterminus di Stasiun Jakarta Kota dialihkan kembali ke Stasiun Tanjung Priok.[20] Mulai 1 Januari 2021 semua perjalanan KA lokal di Stasiun Tanjung Priok (KA Walahar Ekspres/Lokal Purwakarta dan KA Jatiluhur/Lokal Cikampek) dipindahkan ke Stasiun Cikarang dan kepemilikan sarananya dialihkan ke Depo Kereta Bandung (BD).

Selain melayani KRL dan KA barang, Stasiun Tanjung Priok juga dijadikan tempat parkir untuk Kertajaya dan Gumarang, yang merupakan KA penumpang rangkaian panjang yang terdiri dari 16 kereta dalam satu rangkaiannya. Mulai Juli 2022 yang semula tempat parkir rangkaian kereta api jarak jauh dan rangkaian panjang (Kertajaya dan Gumarang) di Stasiun Tanjung Priok dan kini rangkaian kereta jarak jauh dan rangkaian panjang dipindahkan ke Depo Kereta Cipinang (CPN) agar memudahkan kirim rangkaian kereta api ke Stasiun Pasar Senen.

Penumpang

sunting

Komuter

sunting
Nama kereta api Relasi perjalanan Keterangan
  Commuter Line Tanjung Priok Tanjung Priuk Jakarta Kota

Barang

sunting
Nama kereta api Relasi perjalanan Keterangan
Angkutan peti kemas Tanjung Priok Lemahabang Kegiatan bongkar muat dan langsiran dilakukan di Cikarang Dry Port dan Jakarta International Container Terminal
Lintas utara Jawa
Angkutan peti kemas Tanjung Priok Kalimas Kegiatan bongkar muat dan langsiran dilakukan di Terminal Petikemas Surabaya, Sungai Lagoa, dan Pasoso
Terminal Peti Kemas Semarang Tawang Kegiatan bongkar muat dan langsiran dilakukan di Sungai Lagoa
Lintas selatan Jawa
Angkutan peti kemas Tanjung Priok Gedebage Kegiatan bongkar muat dan langsiran dilakukan di Terminal Peti Kemas Gedebage dan Pasoso

Antarmoda pendukung

sunting
Stasiun kereta api di Jakarta
 
 
JICT (untuk Pelabuhan Tanjung Priok)
 
Jalan Tol Akses Tanjung Priok
 
Pasoso
 
 
Sungai Lagoa
 
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
 
Tanjung Priuk        
 
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
 
 
 
 
Ancol
Jakarta Gudang
 
 
 
 
 
 
        Jakarta Kota
 
 
 
 
 
 
Kampung Bandan    
 
 
 
 
 
Jayakarta
 
 
 
Rajawali
Mangga Besar
 
 
 
Sawah Besar
 
 
 
Kemayoran
    Juanda
 
 
 
  Angke
 
 
 
    Duri
 
 
 
Gambir    
Gondangdia
 
 
 
 
  Tanah Abang
 
 
 
 
Cikini
Karet
 
 
 
 
 
Pasar Senen          
              Sudirman
 
 
 
 
 
Gang Sentiong
Mampang
 
 
 
 
 
Kramat
      Manggarai
 
 
 
 
Pondok Jati
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
 
 
 
 
  Grogol
 
 
 
 
 
 
 
Matraman    
    Pesing
 
 
 
 
Palmerah
    Taman Kota
 
 
 
 
Kebayoran      
Bojong Indah
 
 
 
 
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
 
 
 
 
ke Serpong
Rawa Buaya
 
 
 
Jatinegara        
 
 
 
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
Kalideres
 
 
 
Cipinang
ke Tangerang
 
 
 
Klender
Depo KRL Bukit Duri
 
 
 
Buaran  
Tebet
 
 
Klender Baru
      Cawang
 
 
Cakung  
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
 
 
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
Duren Kalibata
 
 
ke Cikarang
 
Pasar Minggu Baru
 
Pasar Minggu    
 
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
 
Tanjung Barat
 
Lenteng Agung
 
Univ. Pancasila
 
ke Bogor/Nambo
Jenis angkutan umum Trayek Tujuan
Mikrolet[21] JU02 Terminal Tanjung Priok–Pasar Embrio
JU03 Terminal Tanjung Priok–Rawa Badak Utara
JU04 Terminal Tanjung Priok–Sunter Agung
M14 Terminal Tanjung Priok–Cilincing (via Jampea)
M15 Terminal Tanjung Priok–Stasiun Jakarta Kota (via Kampung Bandan Raya)
M15A Terminal Tanjung Priok–Stasiun Jakarta Kota (via Gunung Sahari-Mangga Dua Raya)
M30A Terminal Tanjung Priok–Terminal Pulo Gadung
M49 Terminal Tanjung Priok–Sunter Agung
Koperasi Wahana Kalpika (KWK)[21] U01 Terminal Tanjung Priok–Terminal Pulo Gebang (via Cakung-Cilincing)
U03A Terminal Tanjung Priok–Terminal Pulo Gebang (via Tipar Cakung)
U05 Terminal Tanjung Priok–Cilincing (via Lagoa)
U06 Terminal Tanjung Priok–Alur Laut (via Pasar Koja, Walang)
U07 Terminal Tanjung Priok-Pegangsaan Dua
U08 Terminal Tanjung Priok–Rorotan
U09 Terminal Tanjung Priok–Kramat Jaya (via Walang, Pasar Lontar)
Transjabodetabek AC25 (Mayasari Bakti) Terminal Tanjung Priok-Terminal Bekasi
AC42 (Mayasari Bakti) Terminal Tanjung Priok-Terminal Cileungsi
x1 (Kramat Djati) Terminal Tanjung Priok-Terminal Baranangsiang
x2 (Kosub Bersama) Terminal Tanjung Priok-Terminal Cibinong
x3 (CBU) Terminal Tanjung Priok-Terminal Leuwiliang
BRT Transjakarta   Tanjung Priok–PGC (di halte Tanjung Priok)
  Tanjung Priok–Kampung Rambutan (di halte Tanjung Priok)
  Tanjung Priok–Bundaran Senayan (di halte Tanjung Priok)
  Tanjung Priok–Pluit (di halte Tanjung Priok)
Bus kota Transjakarta 7T (Non BRT) Cibubur Junction-Terminal Tanjung Priok (di halte Tanjung Priok)
10A (MetroTrans) Terminal Tanjung Priok–Rusun Marunda
14B (Non BRT) Terminal Tanjung Priok–Terminal Pasar Senen
Mikrotrans Transjakarta JAK 01 Terminal Tanjung Priok–Kebon Bawang
JAK 15 Terminal Tanjung Priok–Segaramakmur, Bekasi
JAK 29 Terminal Tanjung Priok–Rusun Sukapura
JAK 77 Terminal Tanjung Priok–Sunter Agung
JAK 87 Terminal Tanjung Priok–Rawamangun
JAK 88 Terminal Tanjung Priok–Ancol
JAK 89 Terminal Tanjung Priok–Taman Kota Intan
JAK 90 Terminal Tanjung Priok–Rusun Kemayoran
JAK 115 Terminal Tanjung Priok-Pegangsaan II IGI
JAK 117 Terminal Tanjung Priok-Tanah Merdeka
DAMRI Terminal Tanjung Priok–Bandara Soekarno-Hatta[22]

Galeri

sunting

Referensi

sunting

Kutipan

sunting
  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ "KAI Commuter". commuterline.id. Diakses tanggal 2024-05-22. 
  4. ^ a b Widayanti & Widyarsih 2012, hlm. 9.
  5. ^ Perquin, B.L.M.C. (1921). Nederlandsch Indische staatsspooren tramwegen. Bureau Industria. 
  6. ^ a b c d e f g Murti Hariyadi, Ibnu; Basir, Ekawati; Pratiwi, Mungki Indriati; Ubaidi, Ella; Sukmono, Edi (2016). Arsitektur Bangunan Stasiun Kereta Api di Indonesia. Jakarta: PT Kereta Api Indonesia (Persero). hlm. 15–24. ISBN 978-602-18839-3-8. 
  7. ^ a b Reitsma, S.A. (1925). Boekoe peringetan dari Staatsspoor-en-Tramwegen di Hindia Belanda. Weltevreden: Topografische Inrichting. 
  8. ^ Sleeswijk, Wegener (1929). "Uitbreiding van de Spoorwegen in en om Batavia en Tandjong Priok". de Ingenieur. 1 (2): 1–12. 
  9. ^ "Majalah KA", Majalah KA, Agustus 2014 
  10. ^ Redaksi, Tim (2009-04-28). "Cita-cita, Bikin Statiun Pintar KA". JPNN.com. Diakses tanggal 2019-10-07. 
  11. ^ "Presiden: Tata Lahan Sepanjang Rel KA". Gatra. 28 April 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-29. Diakses tanggal 2019-10-07. 
  12. ^ Henricus, Hans (2009-04-28). "Presiden Resmikan Terminal Tiga Soekarno Hatta dan Rehabilitasi Stasiun Tanjung Priuk". Kontan.co.id. Diakses tanggal 2019-10-07. 
  13. ^ "Sejarah dan Drama di Balik Pengoperasian KRL Jalur Nambo". Kaori Nusantara. 4 April 2015. Diakses tanggal 3 Oktober 2021. 
  14. ^ Rudi, Alsadad (2013-07-28). Wedhaswary, Inggried Dwi, ed. "Menanti "Stasiun Eropa" Bantu Atasi Macetnya Tanjung Priok". Kompas.com. Diakses tanggal 2018-12-26. 
  15. ^ Endah, A. (2007). Chrisye: Sebuah Memoar Musikal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 372. ISBN 9789792226737. 
  16. ^ "Ungu Syuting Video Klip Album Religi Ketiga". Liputan6.com. Diakses tanggal 2018-12-26. 
  17. ^ Api, Gerakan Muda Penggemar Kereta (2016-09-28). "[Opini] 71 Tahun KAI, Mau Dibawa Ke Mana?". Railway Enthusiast Digest. Diakses tanggal 2019-02-05. 
  18. ^ Adhari, F. (2017-03-31). "Jangan Takut Diciduk, Kini Stasiun Aman Untuk Kegiatan Fotografi!". KAORI Nusantara (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-02-05. 
  19. ^ Rachman, Taufik (13 November 2014), "Stasiun Tanjung Priok Fokus Kereta Barang", Republika 
  20. ^ BeritaSatu.com. "KAI Daop 1 Jakarta Ubah Dua Relasi KA Lokal". beritasatu.com. Diakses tanggal 2019-10-07. 
  21. ^ a b "Mikrolet – TransportUmum – Jakarta". www.transportumum.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-06-27. 
  22. ^ "Jadwal Bus Damri Dari Dan Ke Bandara Soekarno Hatta Jakarta". BusBandara.com (dalam bahasa Inggris). 2014-12-13. Diakses tanggal 2018-06-27. 

Daftar pustaka

sunting

Pranala luar

sunting

(Indonesia) Jadwal KRL Commuter Line

Stasiun sebelumnya   Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Ancol Lintas Jakarta
Jakarta Kota–Tanjung Priok
Jakarta Kota–Tanjung Priuk
Terminus
Terminus Lintas Jakarta
Tanjung Priuk–JICT
Tanjung Priuk–JICT
Pasoso
menuju
Lintas Jakarta
Tanjung Priuk–Kemayoran
Tanjung Priuk–Kemayoran
Ancol
menuju