Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah (disingkat Sulteng) adalah sebuah provinsi di bagian tengah Pulau Sulawesi, Indonesia. Ibu kota provinsi ini adalah Kota Palu. Luas wilayahnya 61.841,29 km², dan jumlah penduduk sebanyak 2.985.734 jiwa (2020).[2] Sulawesi Tengah memiliki wilayah terluas di antara semua provinsi di Pulau Sulawesi, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Pulau Sulawesi setelah provinsi Sulawesi Selatan.
Sulawesi Tengah | |
---|---|
Motto: "Nosarara Nosabatutu" Bahasa Indonesia: "Bersama Kita Satu" | |
Negara | Indonesia |
Dasar hukum pendirian | Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964[1] |
Tanggal | 13 April 1964 |
Ibu kota | Kota Palu |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Gubernur | Rusdy Mastura |
• Wakil Gubernur | Ma'mun Amir |
• Sekretaris Daerah | Mulyono (penjabat) |
• Ketua DPRD | Nilam Sari Lawira |
Luas | |
• Total | 61.841,29 km2 (23,877,06 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 3.096.976 |
• Kepadatan | 48/km2 (120/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam 77,72% Kristen 17,80% — Protestan 16,98% — Katolik 0,82% Hindu 3,78% Buddha 0,15% Lainnya 0,55%[3] |
• Bahasa | Indonesia (bahasa resmi) Kaili, Bare'e, Pamona, Mori, Banggai, Saluan, Balantak |
• IPM | 69,55 Sedang (2020) 69,50 Sedang (2019)[4] |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode pos | 94xxx |
Kode area telepon | Daftar
|
Kode ISO 3166 | ID-ST |
Pelat kendaraan | DN |
Kode Kemendagri | 72 |
Kode BPS | 72 |
PAD | Rp 883.322.000,00 (2015) |
DAU | Rp 1.662.156.644.000,-(2020)[5] |
DAK | Rp 73.986.000,00 (2015) |
Lagu daerah | Tananggu Kaili, Tondok Kadadingku, Rano Poso, Banggai Tano Monondok, Wita Mori |
Rumah adat | Rumah Tambi |
Flora resmi | Eboni |
Fauna resmi | Maleo |
Situs web | sulteng |
Sejarah
Pengaruh Hindia Belanda
Wilayah sepanjang pesisir barat Sulawesi Tengah, dari Kaili hingga Tolitoli, ditaklukkan oleh Kerajaan Gowa sekitar pertengahan abad ke-16 di bawah kepemimpinan Raja Tunipalangga.[6] Wilayah di sekitar Teluk Palu merupakan pusat dan rute perdagangan yang penting, produsen minyak kelapa, dan "pintu masuk" ke pedalaman Sulawesi Tengah.[7] Di sisi lain, daerah Teluk Tomini sebagian besar berada di bawah kekuasaan Kerajaan Parigi. Pada tahun 1824, perwakilan Kerajaan Banawa dan Kerajaan Palu menandatangani Korte Verklaring (Perjanjian Pendek) dengan pemerintah kolonial.[8] Kapal-kapal Belanda mulai sering berlayar di bagian selatan Teluk Tomini setelah tahun 1830.[9]
Sulawesi Tengah baru benar-benar "diperhatikan" oleh Pemerintah Hindia Belanda pada periode tahun 1860-an. Seorang pejabat pemerintah bernama Johannes Cornelis Wilhelmus Diedericus Adrianus van der Wyck, berhasil mengunjungi Danau Poso pada tahun 1865—menjadi orang Eropa dan Belanda pertama yang melakukannya. Langkah ini diikuti oleh pejabat pemerintah lainnya, Willem Jan Maria Michielsen, pada tahun 1869.[9] Wacana untuk menduduki wilayah ini ditolak—merujuk kepada kebijakan anti-ekspansi yang dikeluarkan pemerintah kolonial pada zaman itu.[10] Baru pada tahun 1888, sebagian besar wilayah ini mulai menjalin hubungan dengan pemerintah di Batavia melalui perjanjian pendek yang ditandatangani oleh para raja dan penguasa lokal, sebagai tindakan antisipasi pemerintah terhadap kemungkinan tersebarnya pengaruh politik dan ekonomi Britania Raya di wilayah ini.[10]
Pada periode tersebut, Sulawesi Tengah berada di bawah yurisdiksi Afdeling Gorontalo, yang berpusat di Gorontalo. G. W. W. C. Baron van Höevell, Asisten Residen Gorontalo, khawatir pengaruh Islam yang begitu kuat di Gorontalo akan meluas ke wilayah Sulawesi Tengah—yang saat itu masih belum dimasuki agama samawi, dan penduduknya sebagian besar masih pagan, penganut animisme, dan memeluk agama suku. Baginya, agama Kristen adalah penyangga yang paling efektif melawan pengaruh Islam.[11] Ia menghubungi lembaga misionaris Belanda, Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG), dan meminta mereka untuk menempatkan seorang misionaris di wilayah ini. Pada tahun 1892, NZG kemudian mengirimkan misionaris bernama Albertus Christiaan Kruyt, yang ditempatkan di Poso. Langkah ini dilanjutkan pada tahun 1894, ketika pemerintah mengangkat Eduard van Duyvenbode Varkevisser, sebagai Kontrolir atau pejabat pemerintah yang akan menjadi pengawas dan pemimpin wilayah di Poso.[12]
Penaklukan militer Sulawesi Tengah
Penaklukan Belanda di Sulawesi Tengah dimulai dengan serangkaian serangan militer terhadap berbagai kerajaan lokal dan daerah. Pada tahun 1905, sebagian wilayah di Poso terlibat dalam pemberontakan gerilya melawan pasukan Belanda, sebagai bagian dari kampanye militer terkoordinasi Belanda ke seluruh daratan Sulawesi. Salah satu kampanye militer yang terkenal adalah "penaklukan" Kerajaan Mori dalam Perang Wulanderi yang terjadi pada tahun 1907.[13]
Semenjak tahun 1905, wilayah Sulawesi Tengah seluruhnya jatuh ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda, dari Tujuh Kerajaan di Timur dan Delapan Kerajaan di Barat, kemudian oleh Pemerintah Hindia Belanda dijadikan Landschap-landschap atau Pusat-pusat Pemerintahan Hindia Belanda yang meliputi, antara lain:
Zaman Kemerdekaan
Dalam perkembangannya, ketika Pemerintahan Hindia Belanda jatuh dan sudah tidak berkuasa lagi di Sulawesi Tengah serta seluruh Indonesia, Pemerintah Pusat kemudian membagi wilayah Sulawesi Tengah menjadi 3 (tiga) bagian, yakni:
- Sulawesi Tengah bagian Barat, meliputi wilayah Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Tolitoli. Pembagian wilayah ini didasarkan pada Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi.
- Sulawesi Tengah bagian Tengah (Teluk Tomini), masuk Wilayah Karesidenan Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1919, seluruh Wilayah Sulawesi Tengah masuk Wilayah Karesidenen Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1940, Sulawesi Tengah dibagi menjadi 2 Afdeeling yaitu Afdeeling Donggala yang meliputi Tujuh Onder Afdeeling dan Lima Belas Swapraja.
- Sulawesi Tengah bagian Timur (Teluk Tolo) masuk Wilayah Karesedenan Sulawesi Timur Bau-bau.
Tahun 1964 dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 1964 terbentuklah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah yang meliputi empat kabupaten yaitu Kabupaten Donggala, Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Tolitoli. Selanjutnya Pemerintah Pusat menetapkan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai Provinsi yang otonom berdiri sendiri yang ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan selanjutnya tanggal pembentukan tersebut diperingati sebagai Hari Lahirnya Provinsi Sulawesi Tengah.
Zaman Reformasi
Dengan perkembangan Sistem Pemerintahan dan tutunan Masyarakat dalam era Reformasi yang menginginkan adanya pemekaran Wilayah menjadi Kabupaten, maka Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan melalui Undang-undang Nomor 11 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Buol, Morowali dan Banggai Kepulauan. Kemudian melalui Undang-undang Nomor 10 Tahun 2002 oleh Pemerintah Pusat terbentuk lagi 2 Kabupaten baru di Provinsi Sulawesi Tengah yakni Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Tojo Una-Una. Setelah pemekaran beberapa wilayah kabupaten, provinsi ini terbagi menjadi 14 daerah, yaitu 13 kabupaten dan 1 kota.
Ibu kota Sulawesi Tengah adalah Palu. Kota ini terletak di Teluk Palu dan terbagi dua oleh Sungai Palu yang membujur dari Lembah Palu dan bermuara di laut.
Geografi
Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah bagian utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Provinsi Gorontalo, bagian timur berbatasan dengan Provinsi Maluku, bagian selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan, bagian tenggara berbatasan dengan Sulawesi Tenggara, dan bagian barat berbatasan dengan Selat Makassar.
Hidrografi
Sulawesi Tengah juga memiliki beberapa sungai, di antaranya sungai Lariang yang terkenal sebagai arena arung jeram, sungai Gumbasa dan sungai Palu. Juga terdapat danau yang menjadi objek wisata terkenal yakni Danau Poso dan Danau Lindu.
Sulawesi Tengah memiliki beberapa kawasan konservasi seperti suaka alam, suaka margasatwa dan hutan lindung yang memiliki keunikan flora dan fauna yang sekaligus menjadi objek penelitian bagi para ilmuwan dan naturalis.
Iklim
Garis khatulistiwa yang melintasi semenanjung bagian utara di Sulawesi Tengah membuat iklim daerah ini tropis. Akan tetapi berbeda dengan Jawa dan Bali serta sebagian pulau Sumatra, musim hujan di Sulawesi Tengah antara bulan April dan September sedangkan musim kemarau antara Oktober hingga Maret. Rata-rata curah hujan berkisar antara 800 sampai 3.000 milimeter per tahun yang termasuk curah hujan terendah di Indonesia.
Temperatur berkisar antara 25 sampai 31° Celsius untuk dataran dan pantai dengan tingkat kelembaban antara 71 sampai 76%. Di daerah pegunungan suhu dapat mencapai 16 sampai 22' Celsius.
Flora dan Fauna
Sulawesi merupakan zona perbatasan unik di wilayah Asia Oceania, di mana flora dan faunanya berbeda jauh dengan flora dan fauna Asia yang terbentang di Asia dengan batas Kalimantan, juga berbeda dengan flora dan fauna Oceania yang berada di Australia hingga Papua dan Pulau Timor. Garis maya yang membatasi zona ini disebut Wallace Line, sementara kekhasan flora dan faunanya disebut Wallacea, karena teori ini dikemukakan oleh Wallace seorang peneliti Inggris yang turut menemukan teori evolusi bersama Darwin.
Sulawesi memiliki flora dan fauna tersendiri. Binatang khas pulau ini adalah anoa yang mirip kerbau, babirusa yang berbulu sedikit dan memiliki taring pada mulutnya, tersier, monyet tonkena Sulawesi, kuskus marsupial Sulawesi yang berwarna-warni yang merupakan varitas binatang berkantung serta burung maleo yang bertelur pada pasir yang panas.
Hutan Sulawesi juga memiliki ciri tersendiri, didominasi oleh kayu agatis yang berbeda dengan Sunda Besar yang didominasi oleh pinang-pinangan (spesies rhododenron). Variasi flora dan fauna merupakan objek penelitian dan pengkajian ilmiah. Untuk melindungi flora dan fauna, telah ditetapkan taman nasional dan suaka alam seperti Taman Nasional Lore Lindu, Cagar Alam Morowali, Cagar Alam Tanjung Api dan terakhir adalah Suaka Margasatwa di Bangkiriang.
Demografi
Jumlah penduduk Sulawesi Tengah pada tahun 2010 adalah 2.831.283 jiwa, dengan kepadatan 46 jiwa/km2. Kabupaten dengan jumlah penduduk terbanyak di provinsi Sulawesi Tengah adalah Kabupaten Parigi Moutong dengan jumlah penduduk 449.157 jiwa, sedangkan Kota dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Palu sebanyak 362.202 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk adalah 1,95% per tahun (2010). Sementara penduduk Provinsi Sulawesi Tengah yang tinggal di daerah pemukiman dan pedalaman ialah sekitar 30%, daerah pesisir 60%, dan kawasan kepulauan ialah 10%.[14]
Pertanian merupakan sumber utama mata pencaharian penduduk dengan padi sebagai tanaman utama. Kopi, Kelapa, Kakao dan Cengkih merupakan tanaman perdagangan unggulan daerah ini dan hasil hutan berupa rotan, beberapa macam kayu seperti agatis, ebony dan meranti yang merupakan andalan Sulawesi Tengah.
Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan diketuai oleh ketua adat disamping pimpinan pemerintahan seperti Kepala Desa. Ketua adat menetapkan hukum adat dan denda berupa kerbau bagi yang melanggar. Umumnya masyarakat yang jujur dan ramah sering mengadakan upacara untuk menyambut para tamu seperti persembahan ayam putih, beras, telur serta tuak yang difermentasikan dan disimpan dalam bambu.
Tahun | 1971 | 1980 | 1990 | 1995 | 2000 | 2010 | 2020 | |||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah penduduk | 913.662 | 1.289.635 | 1.711.327 | 1.938.071 | 2.218.435 | 2.635.009 | 2.985.734 | |||||
Sejarah kependudukan Sulawesi Tengah Sumber:[2][15] |
Suku bangsa
Penduduk asli Sulawesi Tengah terdiri atas 15 kelompok etnis atau suku, yaitu:
- Etnis Kaili berdiam di kabupaten Donggala, Parigi Moutong, Sigi dan kota Palu
- Etnis Kulawi berdiam di kabupaten Sigi
- Etnis Lore berdiam di kabupaten Poso
- Etnis Pamona berdiam di kabupaten Poso
- Etnis Mori berdiam di kabupaten Morowali
- Etnis Bungku berdiam di kabupaten Morowali
- Etnis Saluan atau Loinang berdiam di kabupaten Banggai
- Etnis Balantak berdiam di kabupaten Banggai
- Etnis Mamasa berdiam di kabupaten Banggai
- Etnis Taa berdiam di kabupaten Banggai
- Etnis Bare'e berdiam di Kabupaten Parigi Moutong, Poso, dan Tojo Una-Una
- Etnis Banggai berdiam di Banggai Kepulauan
- Etnis Buol mendiami kabupaten Buol
- Etnis Tolitoli berdiam di kabupaten Tolitoli
- Etnis Tomini mendiami kabupaten Parigi Moutong
- Etnis Dampal berdiam di Dampal, kabupaten Tolitoli
- Etnis Dondo berdiam di Dondo, kabupaten Tolitoli
- Etnis Pendau berdiam di kabupaten Tolitoli
- Etnis Dampelas berdiam di kabupaten Donggala
Di samping 13 kelompok etnis, ada beberapa suku hidup di daerah pegunungan seperti suku Da'a di Donggala dan Sigi, suku Wana di Morowali, suku Seasea dan Suku Taa di Ampana dan Banggai, dan suku Daya di Buol Tolitoli. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang saling berbeda antara suku yang satu dengan yang lainnya, namun masyarakat dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari.
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010 dengan jumlah penduduk 2.623.679 jiwa, suku bangsa di provinsi Sulawesi Tengah termasuk beragam. Suku mayoritas adalah suku asli setempat termasuk suku Kaili, Kulawi, Lore, Pamona, Bungku, Saluan, dan lainnya, sebanyak 1.630.937 jiwa (62,16%). Suku bangsa terbesar lainnya adalah suku Bugis sebanyak 409.709 jiwa (15,62%), kemudian suku Jawa 221.001 jiwa (8,42%), Bali 115.812 (4,41%) dan Gorontalo 105.151 jiwa (4,01%).[16]
Suku bangsa lainnya adalah Minahasa 30.572 jiwa (1,17%), Sasak 20.436 jiwa (0,78%), Makassar 18.899 jiwa (0,72%), Sunda 15.160 jiwa (0,58%), Tionghoa sebanyak 12.520 jiwa (0,48%), suku asal Nusa Tenggara Timur sebanyak 7.806 jiwa (0,30%). Sementara suku terbanyak asal pulau Sumatera adalah suku Batak sebanyak 3.228 jiwa (0,12%%) dan Minangkabau 1.782 jiwa (0,07%), dan suku lainnya 1,16%.[16] Suku pendatang yang mendiami wilayah Sulawesi Tengah sudah membaur sejak awal abad ke 19.
Berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Sulawesi Tengah:[16]
No | Suku | Jumlah 2010 | % |
---|---|---|---|
1 | Asal Sulawesi Tengah | 1.630.937 | 62,12% |
2 | Bugis | 409.709 | 15,62% |
3 | Jawa | 221.001 | 8,42% |
4 | Bali | 115.812 | 4,41% |
5 | Gorontalo | 105.151 | 4,01% |
6 | Minahasa | 30.572 | 1,17% |
7 | Sasak | 20.436 | 0,78% |
8 | Makassar | 18.899 | 0,72% |
9 | Sunda | 15.160 | 0,58% |
10 | Tionghoa | 12.520 | 0,48% |
11 | Asal NTT | 7.806 | 0,30% |
12 | Batak | 3.228 | 0,12% |
13 | Minangkabau | 1.782 | 0,07% |
14 | Suku Lainnya | 30.666 | 1,16% |
Provinsi Sulawesi Tengah | 2.623.679 | 100% |
Bahasa
Bahasa resmi instansi pemerintahan di Sulawesi Tengah adalah bahasa Indonesia. Hingga 2019, Badan Bahasa mencatat ada 21 bahasa daerah yang dipertuturkan di Sulawesi Tengah.[17] Kedua puluh satu bahasa tersebut adalah:
- Bahasa Bada, terdiri dari 2 dialek, yaitu dialek Napu dan dialek Bada Tiara. Bahasa Bada dituturkan di Kabupaten Poso yaitu dialek Napu, sedangkan dialek Bada Tiara dituturkan di Kabupaten Parigi Moutong.
- Bahasa Bajo, dituturkan oleh masyarakat di daerah Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Donggala, Kabupaten Tolitoli, , Tolitoli Utara, Kabupaten Banggai, Kabupaten Morowali, dan Kabupaten Morowali Utara. Selain di Sulawesi Tengah, bahasa Kaili juga dipertuturkan di Gorontalo, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
- Dan bahasa lainnya seperti Bahasa Balaesang, Bahasa Balantak, Bahasa Banggai, Bahasa Besoa, Bahasa Bugis, Bahasa Bungku, Bahasa Buol, Bahasa Dondo, Bahasa Kaili, Bahasa Lauje Malala, Bahasa Moma, Bahasa Pamona, Bahasa Pipikoro, Bahasa Saluan, Bahasa Sangihe Talaud, Bahasa Seko, Bahasa Taa, Bahasa Tombatu, Bahasa Tomini, dan Bahasa Totoli
Agama
Penduduk Sulawesi Tengah sebagian besar memeluk agama Islam. Tercatat pada Badan Pusat Statistik, sebanyak 77,72% penduduknya Sulawesi Tengah memeluk agama Islam. Kemudian Kekristenan sebanyak 17,80%, dimana 16,98% memeluk agama Kristen Protestan, dan 0,82% beragama Katolik. Kemudian 3,78% memeluk agama Hindu, 0,15% beragama Buddha, 0,01% beragama Konghucu dan Kepercayaan serta lainnya 0,54%.[18][3]
Islam disebarkan di Sulawesi Tengah oleh Datuk Karama dan Datuk Mangaji, ulama dari Sumatra Barat; yang kemudian diteruskan oleh Al Alimul Allamah Al-Habib As Sayyed Idrus bin Salim Al Djufri, seorang guru pada sekolah Alkhairaat dan juga diusulkan sebagai Pahlawan nasional. Salah seorang cucunya yang bernama Salim Assegaf Al Jufri menduduki jabatan sebagai Menteri Sosial saat ini.
Agama Kristen pertama kali disebarkan di kabupaten Poso dan bagian selatan Donggala oleh misionaris Belanda, A.C Cruyt dan Adrian. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah mayoritas beragama Islam, namun tingkat toleransi beragama sangat tinggi dan semangat gotong-royong yang kuat merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.
Seni dan Budaya
Kesenian
Musik dan tarian di Sulawesi Tengah bervariasi antara daerah yang satu dengan lainnya. Musik tradisional memiliki instrumen seperti gong, kakula, lalove dan jimbe. Alat musik ini lebih berfungsi sebagai hiburan dan bukan sebagai bagian ritual keagamaan. Di wilayah beretnis Kaili sekitar pantai barat - waino - musik tradisional - ditampilkan ketika ada upacara kematian. Kesenian ini telah dikembangkan dalam bentuk yang lebih populer bagi para pemuda sebagai sarana mencari pasangan di suatu keramaian. Banyak tarian yang berasal dari kepercayaan keagamaan dan ditampilkan ketika festival.
Tari masyarakat yang terkenal adalah Dero yang berasal dari masyarakat Pamona, kabupaten Poso dan kemudian diikuti masyarakat Kulawi, kabupaten Donggala. Tarian dero khusus ditampilkan ketika musim panen, upacara penyambutan tamu, syukuran dan hari-hari besar tertentu. Dero adalah salah satu tarian di mana laki-laki dan perempuan berpegangan tangan dan membentuk lingkaran. Tarian ini bukan warisan leluhur tetapi merupakan kebiasaan selama pendudukan Jepang di Indonesia ketika Perang Dunia II. Tarian in adalah tarian tradisional Sulawesi Tengah.
Kebudayaan
Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi yang menyangkut aspek kehidupan dipelihara dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama adalah warisan budaya yang tetap terpelihara dan dilakukan dalam beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern serta pengaruh agama.
Karena banyak kelompok etnis mendiami Sulawesi Tengah, maka terdapat pula banyak perbedaan di antara etnis tersebut yang merupakan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat. Mereka yang tinggal di pantai bagian barat kabupaten Donggala telah bercampur dengan masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Di bagian timur pulau Sulawesi, juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo dan Manado, terlihat dari dialek daerah Luwuk dan sebaran suku Gorontalo di kecamatan Bualemo yang cukup dominan.
Ada juga pengaruh dari Sumatra Barat seperti tampak dalam dekorasi upacara perkawinan. Kabupaten Donggala memiliki tradisi menenun kain warisan zaman Hindu. Pusat-pusat penenunan terdapat di Donggala Kodi, Watusampu, Palu, Tawaeli dan Banawa. Sistem tenun ikat ganda yang merupakan teknik spesial yang bermotif Bali, India dan Jepang masih dapat ditemukan.
Sementara masyarakat pegunungan memiliki budaya tersendiri yang banyak dipengaruhi suku Toraja, Sulawesi Selatan. Meski demikian, tradisi, adat, model pakaian dan arsitektur rumah berbeda dengan Toraja, seperti contohnya ialah mereka menggunakan kulit beringin sebagai pakaian penghangat badan. Rumah tradisional Sulawesi Tengah terbuat dari tiang dan dinding kayu yang beratap ilalang dan hanya memiliki satu ruang besar. Lobo atau duhunga merupakan ruang bersama atau aula yang digunakan untuk festival atau upacara, sedangkan Tambi merupakan rumah tempat tinggal. Selain rumah, ada pula lumbung padi yang disebut Gampiri.
Buya atau sarung seperti model Eropa hingga sepanjang pinggang dan keraba semacam blus yang dilengkapi dengan benang emas. Tali atau mahkota pada kepala diduga merupakan pengaruh kerajaan Eropa. Baju banjara yang disulam dengan benang emas merupakan baju laki-laki yang panjangnya hingga lutut. Daster atau sarung sutra yang membujur sepanjang dada hingga bahu, mahkota kepala yang berwarna-warni dan parang yang diselip di pinggang melengkapi pakaian adat. Senjata tradisional masyarakat Sulawesi Tengah adalah Parang (Guma), Tombak, Sumpit.
Pemerintahan
Daftar Gubernur
Gubernur Sulawesi Tengah | |
---|---|
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah | |
Kediaman | Gubernuran Siranindi |
Masa jabatan | 5 tahun, dapat diperpanjang sekali |
Pejabat perdana | Anwar Datuk Madjo Basa Nan Kuning |
Dibentuk | 13 April 1964 |
Wakil | Wakil Gubernur Sulawesi Tengah |
Situs web | sultengprov |
Gubernur Sulawesi Tengah adalah posisi tertinggi dalam pemerintahan provinsi Sulawesi Tengah. Dalam menjalankan roda pemerintahan daerah, Gubernur didampingi oleh Wakil Gubernur. Jabatan Gubernur Sulawesi Tengah saat ini dijabat oleh Rusdy Mastura, yang Pemilihan umum Gubernur Sulawesi Tengah 2020 bersama dengan pasangannya, Ma'mun Amir.
Daftar
Provinsi Sulawesi Tengah adalah pecahan dari provinsi induknya yaitu Sulawesi Utara-Tengah pasca berakhirnya pemberontakan Permesta. Anwar Datuk Madjo Basa Nan Kuning adalah Gubernur Sulawesi Tengah yang pertama. Ia resmi menjabat Gubernur Sulawesi Tengah sejak tanggal 13 April 1964 setelah serah terima dari Gubernur Sulawesi Utara-Tengah, F.J Tumbelaka.
Menjabat selama 4 tahun Pada tanggal 22 Januari 1968 ia digantikan oleh Mohammad Yasin berdasarkan surat keputusan Presiden Republik Indonesia, Soeharto. Pada saat itu Gubernur dan Wakil Gubernur di tunjuk langsung oleh Presiden. <onlyinclude> Berikut adalah daftar Gubernur Sulawesi Tengah secara definitif sejak tahun 1964.
Gubernur Sulawesi Tengah | ||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nomor urut | Gubernur | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Wakil | Ref. | |
1 | Anwar Gelar Datuk Madjo Basa Nan Kuning (1909–1993) |
Independen | 13 April 1964 | 13 April 1968 | 4 tahun, 0 hari | I (1964) |
Lowong | |||
2 | Moehammad Jasin (1920–2012) |
ABRI–Angkatan Darat | 13 April 1968 | April 1973 | 4–5 tahun | II (1968) |
||||
3 | Albertus Maruli Tambunan (1925–2019) |
ABRI–Angkatan Darat | April 1973 | 28 September 1978 | 4–5 tahun | III (1964) |
||||
4 | Moenafri (1925–?) |
ABRI–Angkatan Darat | 28 September 1978 | 22 Oktober 1979 | 1 tahun, 24 hari | IV (1978) |
||||
5 | Eddy Djadjang Djajaatmadja (l.1928/29) |
ABRI–Angkatan Darat | 22 Oktober 1979 | 22 Oktober 1980 | 1 tahun, 0 hari | V (1979) |
||||
6 | Ghalib Lasahido (1926–1997) |
Independen | 19 Desember 1981 | Februari 1986 | 4–5 tahun | VI (1981) |
||||
7 | Abdul Azis Lamadjido (1932–2011) |
Independen | Februari 1986 | Februari 1991 | 4–5 tahun | VII (1986) |
Muhammad Sulaiman | |||
Februari 1991 | Februari 1996 | 4–5 tahun | VIII (1991) |
|||||||
8 | Bandjela Paliudju (lahir 1945) |
ABRI–Angkatan Darat | 16 Februari 1996 | 20 Februari 2001 | 5 tahun, 4 hari | IX (1996) |
Kiesman Abdullah | |||
Haryono | ||||||||||
9 | Aminuddin Ponulele (1939–2021) |
Golkar | 20 Februari 2001 | 20 Februari 2006 | 5 tahun, 0 hari | X (2001) |
Rully Azis Lamadjido | |||
10 | Bandjela Paliudju (lahir 1945) |
Golkar | 24 Maret 2006 | 24 Maret 2011 | 5 tahun, 0 hari | XI (2006) |
Achmad Yahya | [19] | ||
11 | Longki Djanggola (lahir 1952) |
Gerindra | 16 Juni 2011 | 16 Juni 2016 | 5 tahun, 0 hari | XII (2011) |
Sudarto 2011–2016 |
|||
16 Juni 2016 | 16 Juni 2021 | 5 tahun, 0 hari | XIII (2015) |
|||||||
Rusli Baco Dg. Palabbi 2019–2021 |
||||||||||
12 | Rusdy Mastura (lahir 1950) |
NasDem (2018–2023) |
16 Juni 2021 | Petahana | 3 tahun, 172 hari | XIV (2020) |
Ma'mun Amir | [20] | ||
Gerindra (sejak 2023) |
Pengganti sementara
Dalam tumpuk pemerintahan, seorang kepala daerah yang mengajukan diri untuk cuti atau berhenti sementara dari jabatannya kepada pemerintah pusat, maka Menteri Dalam Negeri menyiapkan penggantinya yang merupakan birokrat di pemerintah daerah atau bahkan wakil gubernur, termasuk ketika posisi gubernur berada dalam masa transisi. Berikut merupakan daftar pengganti sementara untuk jabatan Gubernur Sulawesi Tengah.
Pejabat | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Gubernur definitif | Ref. | |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Eddy Sabara (Penjabat) |
ABRI–Angkatan Darat | November 1980 | Februari 1981 | 2–3 bulan | — | Transisi (1980–1981) |
|||
Gumyadi (Penjabat) |
Nonpartisipan | 20 Februari 2006 | 24 Maret 2006 | 32 hari | — | Transisi (2006) |
|||
Rais Lamangkona (Pelaksana Harian) |
Nonpartisipan | 24 Maret 2011 | 31 Maret 2011 | 7 hari | — | Transisi (2011) |
[21] | ||
Tanribali Lamo (Penjabat) |
Nonpartisipan | 31 Maret 2011 | 16 Juni 2011 | 77 hari | |||||
Novalina (Pejabat Sementara) |
Nonpartisipan | 24 September 2024 | 23 November 2024 | 60 hari | XIV (2020) |
Rusdy Mastura | [a] |
- Catatan
- ^ Ditunjuk oleh Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, sebagai Pejabat Sementara (Pjs.) Gubernur menggantikan Gubernur petahana, Rusdy Mastura yang sedang cuti kampanye mengikuti Pemilihan umum Gubernur Sulawesi Tengah 2024 sebagai calon Gubernur dari tanggal 25 September 2024 hingga 23 November 2024.[22]
Garis Waktu
Lihat pula
Referensi
- ^ http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1433.pdf
- ^ a b c "Provinsi Sulawesi Tengah Dalam Angka 2021" (pdf). www.sulteng.bps.go.id. hlm. 6, 87. Diakses tanggal 3 April 2021.
- ^ a b "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Sulawesi Tengah". www.sp2010.bps.go.id. Diakses tanggal 10 September 2021.
- ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2019-2 020". www.bps.go.id. Diakses tanggal 3 April 2021.
- ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 1 April 2021.
- ^ Druce 2009, hlm. 232–235; Druce 2009, hlm. 244.
- ^ Henley 2005, hlm. 72.
- ^ Henley 2005, hlm. 232.
- ^ a b Henley 2005, hlm. 222.
- ^ a b Coté 1996, hlm. 93.
- ^ Noort 2006, hlm. 28.
- ^ Coté 1996, hlm. 93; Henley 2005, hlm. 222.
- ^ Coté 2006, hlm. 97.
- ^ Letak Geografi dan Demografi Sulawesi Tengah, Letak Geografi dan Demografi Sulawesi Tengah.
- ^ "Badan Pusat Statistik". BPS. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-07-01. Diakses tanggal 17 Oktober 2014.
- ^ a b c "Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010" (PDF). demografi.bps.go.id. Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 23, 36–41. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-07-12. Diakses tanggal 18 Oktober 2021.
- ^ "Penyebaran Bahasa di Indonesia". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 10 September 2021.
- ^ "Sambutan Menteri Dalam Negeri pada acara pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah periode 2006-2011". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Pusat Penelitian Departemen Dalam Negeri. 27 Maret 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-01-05. Diakses tanggal 26 Desember 2015.
- ^ "Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Dilantik". www.tagar.id. 16 Juni 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-18. Diakses tanggal 21 Juni 2021.
- ^ Darlis (25 Maret 2011). "Pemerintah Didesak Tunjuk Caretaker Gubernur Sulteng". Tempo.co. Diakses tanggal 2 Juni 2021.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Amoreka, Jolinda (24-09-2024). Regina Goldie, ed. "Novalina Resmi Dilantik Sebagai Pjs Gubernur Sulawesi Tengah". palu.tribunnews.com. Diakses tanggal 25-09-2024.
Kepala daerah Provinsi Sulawesi Tengah adalah gubernur, yang dibantu oleh seorang wakil gubernur. Jabatan Gubernur Sulawesi Tengah secara resmi saat ini diemban oleh Longki Djanggola, yang terpilih dalam Pilkada Sulawesi Tengah dan sekarang menjabat untuk periode kedua.[1] Sedangkan jabatan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah sudah diganti oleh Rusli Baco Dg. Palabbi setelah terakhir kali dijabat oleh (Alm.) Sudarto, S.H., M.Hum..
Dewan Perwakilan
DPRD Sulawesi Tengah beranggotakan 45 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Sulawesi Tengah terdiri dari 1 Ketua dan 3 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Sulawesi Tengah yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 25 September 2019 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Sulawesi Tengah di Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tengah.[2][3]
Komposisi anggota DPRD Sulawesi Tengah periode 2019-2024 terdiri dari 11 partai politik dimana Partai NasDem adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 7 kursi, kemudian disusul oleh Partai Golkar yang juga meraih 7 kursi serta Partai Gerindra dan PDI Perjuangan yang masing-masing meraih 6 kursi. Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Sulawesi Tengah dalam dua periode terakhir.[4][5]
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | |||
---|---|---|---|---|
2014-2019 | 2019-2024 | 2024-2029 | ||
PKB | 3 | 4 | 5 | |
Gerindra | 6 | 6 | 7 | |
PDI-P | 6 | 6 | 7 | |
Golkar | 7 | 7 | 8 | |
NasDem | 5 | 7 | 8 | |
PKS | 3 | 4 | 5 | |
PPP | 1 | 1 | 1 | |
PAN | 3 | 2 | 2 | |
Hanura | 4 | 2 | 1 | |
Demokrat | 6 | 4 | 8 | |
PBB | 1 | 0 | 1 | |
Perindo | (baru) 2 | 2 | ||
Jumlah Anggota | 45 | 45 | 55 | |
Jumlah Partai | 11 | 11 | 12 |
Kabupaten dan kota
Pertahanan dan Keamanan
Militer
Sulawesi Tengah merupakan wilayah Kodam XIII/Merdeka, yang bermarkas di Manado. Korem 132/Tadulako terletak di Kota Palu. Korem 132/Tadulako membawahi empat Kodim dan dua Batalyon Infanteri, yaitu:
- Kodim 1305 Buol Tolitoli
- Kodim 1306 Donggala
- Kodim 1307 Poso
- Kodim 1308 Banggai
- Yonif 711/Raksatama
- Yonif 714/Sintuwu Maroso
Palu merupakan daerah cabang Komando Armada II TNI AL yang bermarkas di Watusampu. Kawasan TNI-AU terdapat di Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie (Palu), dan Bandar Udara Kasiguncu (Poso). Daerah latihan militer antara lain terdapat di Bukit Jabal Nur (Palu), dan Gunung Biru (Poso).
Kepolisian
Polda Sulawesi Tengah membawahi 13 kabupaten/kota dengan rincian satu kepolisian resor kota (Polresta Palu), dan 11 kepolisian resor (Polres Banggai Laut masih menjadi satu dengan Polres Banggai Kepulauan).[7]
Kawasan Lindung
Kawasan Pelestarian Alam
Kawasan pelestarian alam meliputi taman nasional, taman hutan raya (tahura), dan taman wisata alam. Sulawesi Tengah memiliki beberapa kawasan taman nasional, yaitu:
Bandara
Provinsi Sulawesi Tengah memiliki beberapa bandar udara (bandara) yang beroperasi untuk penerbangan domestik dan internasional, Adapun daftar bandara yang ada di sulteng adalah sebagai berikut.
Nama Bandara / Kode IATA | Kategori | Status | Alamat | Kabupaten/Kota |
---|---|---|---|---|
Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie / PLW | Domestik | Kelas I | Jl. Abdul Rahman Saleh, Kel. Birobuli Utara, Kec. Palu Selatan | Kota Palu |
Bandar Udara Kasiguncu / PSJ | Domestik | Kelas II | Jl. Trans Sulawesi KM 13 Kel.Kasiguncu, Kec. Poso Pesisir | Kabupaten Poso |
Bandar Udara Sultan Bantilan / TLI | Domestik | Kelas III | Jl. Bandar Udara No. 13, Kel. Lalos, Kec. Galang | Kabupaten Tolitoli |
Bandar Udara Pogogul / UDL | Domestik | Kelas III | Jl. Bandar Udara No. 1, Kel. Mangubi, Kec. Momunu | Kabupaten Buol |
Bandar Udara Tanjung Api / VPM | Domestik | Satpel | Jl. Trans Sulawesi, Kel. Labuan, Kec. Ampana Kota | Kabupaten Tojo Una-una |
Bandar Udara Syukuran Aminuddin Amir / LUW | Domestik | Kelas II | Jl. Mandapar No. 2 Desa Bubung, Kec. Luwuk Selatan | Kabupaten Banggai |
Bandar Udara Maleo | Domestik | Satpel | Kel. Umbele, Kec. Bumi Raya | Kabupaten Morowali |
Referensi
- ^ Menang, Longki Janji Lebih Baik, Menang, Longki Janji Lebih Baik.
- ^ "Inilah 45 Anggota DPRD Sulteng Periode 2019-2024 yang Dilantik". sultengterkini.com. 25-09-2019. Diakses tanggal 01-11-2019.
- ^ "45 Anggota DPRD Sulteng 2019-2024 Dilantik, Nilam Sari Lawira Terpilih Ketua Sementara". kabarselebes.id. 25-09-2019. Diakses tanggal 01-11-2019.
- ^ "PENGUMUMAN HASIL PENETAPAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK DAN PENETAPAN CALON TERPILIH ANGGOTA DPRD PROVINSI SULAWESI TENGAH PEMILU TAHUN 2019". sulteng.kpu.go.id. 13-08-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-23. Diakses tanggal 01-11-2019.
- ^ "Inilah Nama-Nama Anggota DPRD Sulteng Periode 2014 – 2019". beritapalu.com. 12-05-2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-20. Diakses tanggal 01-11-2019.
- ^ a b "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-12.
- ^ Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Diarsipkan 2018-06-17 di Wayback Machine., Situs Resmi dan Struktur Polda Sulawesi Tengah.
Daftar pustaka
- Publikasi primer
- Coté, Joost (1996). "Colonising Central Sulawesi. The 'Ethical Policy' and Imperialist Expansion 1890–1910". Itinerario. 20 (3): 87–107. doi:10.1017/S0165115300003983.
- Coté, Joost (2010). "Missionary Albert Kruyt and Colonial Modernity in the Dutch East Indies". Itinerario. 34 (3): 11–24. doi:10.1017/S0165115310000653.
- Coté, Joost (2011). "Creating Central Sulawesi: Mission Intervention, Colonialism and 'Multiculturality'". BMGN - Low Countries Historical Review. 126 (2): 2–29. doi:10.18352/bmgn-lchr.7308.
- Kaudern, Walter (1925a). Structures and settlements in Central Celebes. Ethnographical studies in Celebes (1). Göteborg: Martinus Nijhoff.
- Kaudern, Walter (1925b). Migrations of the Toradja in Central Celebes. Ethnographical studies in Celebes (2). Den Haag: Elanders Boktryckeri Aktiebolag.
- Kaudern, Walter (1927). Musical Instruments in Celebes. Ethnographical studies in Celebes (3). Göteborg: Elanders Boktryckeri Aktiebolag.
- Kaudern, Walter (1929). Games and Dances in Celebes. Ethnographical studies in Celebes (4). Göteborg: Elanders Boktryckeri.
- Kaudern, Walter (1938). Megalithic Finds in Central Celebes. Ethnographical studies in Celebes (5). Göteborg: Elanders Boktryckeri Aktiebolag.
- Sadi, Haliadi; Agustino, Leo (2015). "Pemikiran Politik Lokal dalam Sejarah Pembentukan Provinsi Sulawesi Tengah". COSMOGOV: Jurnal Ilmu Pemerintahan. Universitas Andalas. 1 (2): 354–376. doi:10.24198/cosmogov.v1i2.11843.
Sumber
Buku
- Atkinson, Jane Monnig (1998). "Who Appears in the Family Album?: Writing the History of Indonesia's Revolutionary Struggle". Dalam Rosaldo, Renato. Cultural Citizenship in Island Southeast Asia: Nation and Belonging in the Hinterlands. University of California Press. hlm. 134–161. ISBN 9780520227484.
- Henley, David (2005). Fertility, Food and Fever: Population, Economy and Environment in North and Central Sulawesi, 1600-1930. Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (201). Leiden: KITLV Press. ISBN 978-9-06-718209-6. LCCN 2006402352.
- Hulstijn, Pieter van (1926). Van Heutsz en de buitengewesten. Den Haag: Luctor et Emergo. OCLC 295723.
- Noort, Gerrit (2006). De weg van magie tot geloof: Leven en werk van Albert C. Kruyt (1869-1949), zendeling-leraar in Midden-Celebes, Indonesië. Utrecht: Universitas Utrecht. ISBN 978-9-02-392155-4.
Laporan
- Gobée, Emile (2007). "Colonising Poso: The Diary of Controleur Emile Gobee, June 1909 - May 1910" . Working Papers. Diterjemahkan oleh Coté, Joost. Monash University Press. ISBN 9781876924577.
Situs web
- Blessing, Maurice (Oktober 2007). "Zending in dienst van de koloniale overheid". Historisch Nieuwsblad (dalam bahasa Belanda) (edisi ke-10). Diakses tanggal 11 Maret 2018.
Pranala luar
- Situs resmi pemerintah provinsi Diarsipkan 2015-01-19 di Wayback Machine.
- Badan Pusat Statistik: Sulawesi Tengah
- (Indonesia) Profil Demografi Sultengah
- (Indonesia) Profil Ekonomi Sultengah
- (Indonesia) Profil Wisata Sultengah
- (Indonesia) Ekonomi Regional Sultengah
- (Indonesia) Statistik Regional Sultengah