Stasiun Gambir

stasiun kereta api di Indonesia


Stasiun Gambir (GMR) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Kelurahan Gambir, Gambir, Jakarta Pusat, tepatnya di timur Monumen Nasional (Monas), serta terhubung dengan akses jalan menuju Monas. Stasiun yang terletak pada ketinggian +16 meter ini termasuk ke dalam Daerah Operasi 1 Jakarta. Lokasi stasiun juga terletak di sebelah barat Gedung Kwartir Nasional Pramuka serta Gereja Immanuel Gambir.

Stasiun Gambir
Kereta Api Indonesia

Tampak depan Stasiun Gambir, 2019
Lokasi
Koordinat6°10′36.178″S 106°49′49.829″E / 6.17671611°S 106.83050806°E / -6.17671611; 106.83050806
Ketinggian+16 m
Operator
Letak
km 5+540 lintas Jakarta KotaManggaraiBogor[1]
Jumlah peronDua peron pulau antara jalur 1 dan 2 maupun jalur 3 dan 4 yang sama-sama tinggi
Jumlah jalur4 (jalur 2 dan 3: sepur lurus)
LayananArgo Bromo Anggrek, Argo Lawu (reguler & tambahan), Argo Dwipangga (reguler & tambahan), Argo Muria (reguler & tambahan), Argo Sindoro (reguler & tambahan), Argo Cheribon, Argo Parahyangan (reguler & tambahan), Bima, Brawijaya, Gajayana (reguler & tambahan), Sembrani (reguler & tambahan), Taksaka (reguler & tambahan), Purwojaya, Argo Semeru dan Pangandaran
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Akses difabelYa
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiBesar tipe A[2]
Sejarah
Dibuka15 September 1871; 153 tahun lalu (1871-09-15)
Dibangun kembali1992; 32 tahun lalu (1992)
Nama sebelumnya
  • Station Weltevreden
  • Station Batavia-koningsplein
Layanan penghubung
Halte sebelumnya Transjakarta Halte berikutnya
Departemen Luar Negeri
Perjalanan satu arah
Koridor 2
transfer di Gambir 1
Istiqlal
Kwitang Koridor 2
transfer di Gambir 2
Balai Kota
Perjalanan satu arah
Koridor 2
transfer di Gambir 2
Fasilitas dan teknis
FasilitasJalur difabel Eskalator Lift Tangga naik/turun Layanan pelanggan Musala Toilet Mesin tiket Area merokok Pemesanan langsung di loket Cetak tiket mandiri Isi baterai Parkir Pertokoan/area komersial Galeri ATM Ruang/area tunggu Ruang kerja bersama Restoran Penginapan Tempat naik/turun 
Tipe persinyalan
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Pada masa Hindia Belanda, nama stasiun ini adalah Stasiun Weltevreden, yang kemudian berganti nama menjadi Stasiun Batavia Koningsplein setelah dilakukan perbaikan pada dasawarsa 1930-an. Pada dasawarsa 1950-an, nama stasiun ini kembali mengalami perubahan menjadi Stasiun Gambir dan kemudian dilakukan perbaikan besar-besaran menjadi stasiun jalur layang pada tahun 1988 hingga tahun 1992.

Stasiun Gambir adalah stasiun terminus bagi kereta api kelas eksekutif dan sebagian kecil kelas campuran (KA Argo Parahyangan dan Argo Cheribon) dari wilayah Jabodetabek menuju ke berbagai jurusan di Jawa.

Pasca Lebaran 2012, stasiun ini tidak melayani pemberhentian KRL Commuter Line,[4] sedangkan untuk sebagian kereta api kelas campuran dan kelas ekonomi, serta sebagian perjalanan KRL Commuter Line dilayani di Stasiun Pasar Senen. Di Stasiun Gambir tersedia layanan bus DAMRI yang mana salah satu rute yang dimilikinya menuju Bandara Soekarno-Hatta.

Sejarah

Stasiun atas tanah (1884–1992)

 
Stasiun Koningsplein/Weltevreden NIS dengan gaya Indische/Neoklasik.
 
Stasiun Batavia-Koningsplein pada tahun 1937, sudah direnovasi dengan arsitektur art deco.

Stasiun ini merupakan stasiun kereta api yang terletak di ruas pertama jalur kereta api Batavia–Buitenzorg yang diresmikan oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), yaitu ruas BataviaWeltevreden. Pada awalnya, stasiun ini diperkirakan merupakan stasiun kecil (halte) yang diresmikan pada 15 September 1871, bersamaan dengan pembukaan ruas pertama jalur tersebut.[5][6] Halte ini dulu sangat kecil dan sederhana.

Perhentian ini kemudian digantikan dengan Stasiun Weltevreden yang lebih menetap, dibuka pada 4 Oktober 1884 di tempat Stasiun Gambir kini berada.[7] Sampai tahun 1906, stasiun ini merupakan stasiun pemberangkatan untuk tujuan Bandung dan Surabaya. Pada bangunan stasiun ini mempunyai atap yang bertumpu pada bantalan besi cor menurut rancangan Staatsspoorwegen (SS), demikian keterangan pada tahun 1881. NIS hingga saat itu tidak menempatkan atap-atap jenis tersebut, sementara SS telah menempatkannya di beberapa tempat.[8][9]

Pada tahun 1928, setelah pengambilalihan SS pada tahun 1913, stasiun tersebut diperbesar dan pada satu tahun kemudian mengalami perubahan besar-besaran sehingga memiliki gaya bangunan Art Deco. Atap penutup diperpanjang pada tahun 1928 hingga ke sisi utara sepanjang 55 meter. Pada 16 November 1937, stasiun tersebut diresmikan sebagai Stasiun Batavia Koningsplein dan nama stasiun pun kemudian diubah menjadi Stasiun Gambir per tahun 1950.[9][10][11]

Stasiun ini tidak mengalami perubahan bentuk setelah kemerdekaan Indonesia hingga pada pertengahan dasawarsa 1980-an.

Jalur layang dan masa depan (1992-sekarang)

Pada Februari 1988, bersamaan dengan pembangunan jalur layang Jakarta KotaManggarai, stasiun lama yang berlanggam Art Deco peninggalan Hindia Belanda dibongkar dan diganti dengan bangunan baru yang masih ada hingga saat ini. Pada 5 Juni 1992, Presiden Soeharto beserta ibu negara Siti Hartinah dan jajaran pemerintahan meresmikan Stasiun Gambir baru dengan menaiki KRL dari Stasiun Gambir menuju Stasiun Jakarta Kota.[12] Terdapat 4 jalur di Stasiun Gambir saat sudah menjadi jalur layang, dan bangunan stasiun ini sepenuhnya modern dengan sentuhan panel berwarna hijau pupus yang sampai hari ini masih dipertahankan. Warna cat tidak mengalami perubahan, hanya tiang peron saja yang mengalami pewarnaan ulang menjadi hijau lumut. Proyek ini telah menghabiskan dana sebesar Rp432,5 miliar rupiah dan belum sepenuhnya selesai pada saat diresmikan, hingga akhirnya bisa beroperasi penuh setahun kemudian.[13][14] Setelah pembangunan stasiun layang selesai, jalur kereta di bawah mulai dicabut dan kawasan yang pada awalnya merupakan emplasemen Stasiun Gambir lama sudah beralih menjadi halaman parkir mobil mulai tahun 1994.

Berdasarkan rencana induk yang dibuat oleh Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, stasiun ini direncanakan untuk digunakan sebagai stasiun khusus pemberhentian KRL saja. Rencana induk tersebut kembali muncul ketika Stasiun Manggarai direncanakan untuk digunakan sebagai stasiun pemberhentian akhir kereta api penumpang non-KRL, yang bertujuan untuk mengurangi kepadatan antrean kereta api penumpang di jalur layang yang terkadang mengganggu perjalanan KRL Commuter Line. Sebagai akibat dari rencana tersebut, maka Kemenhub memutuskan untuk memisahkan jalur kereta api non-KRL dan KRL Commuter Line setelah pembangunan stasiun tersebut selesai.[15][16] Dengan selesainya pembangunan stasiun tersebut sebagai stasiun sentral, nantinya semua kereta penumpang jarak jauh/menengah yang memiliki stasiun ujung di Stasiun Gambir akan dipindahkan ke Stasiun Manggarai.[17][18]

Mulai Februari 2022 sistem persinyalan elektrik lama produksi Siemens tipe SSI di sepanjang jalur layang tersebut sudah digantikan dengan yang terbaru produksi PT Len Industri.

Bangunan dan tata letak

 
Suasana Stasiun Gambir pada tahun 1986, sebelum dilakukan pembangunan ulang menjadi stasiun jalur layang.

Stasiun Gambir memiliki empat jalur kereta api, dengan jalur 2 dan 3 merupakan sepur lurus.

Pasca Lebaran tahun 2012, stasiun ini tidak lagi dijadikan sebagai stasiun pemberhentian bagi KRL Commuter Line, tetapi dialihkan ke stasiun terdekatnya, yaitu Stasiun Gondangdia dan Stasiun Juanda.[4]

Stasiun ini terdiri dari tiga tingkat. Aula utama, loket, restoran, toko, serta mesin ATM terdapat pada tingkat pertama. Tingkat kedua adalah ruang tunggu dengan beberapa restoran cepat saji dan kafetaria, sedangkan peron dan jalur kereta berada pada tingkat ketiga. Karena stasiun ini termasuk stasiun besar, maka pengumuman diberitahukan dengan menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan Inggris.

Saat Ignasius Jonan menjabat sebagai Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia, sempat direncanakan untuk membuat sebuah restoran dengan menggunakan unit kereta asli di area parkiran Stasiun Gambir. Calon rel pun sudah selesai dipasang, dan rencananya akan menggunakan unit bekas KRL Rheostatik angkatan tahun 1978 dari Stasiun Purwakarta sebagai restorannya. Calon unit KRL Rheostatik yang akan dipakai ini sempat dipisahkan dengan tumpukan-tumpukan KRL afkir lainnya dan disimpan di dalam depo lokomotif Purwakarta, karena rencananya akan dibawa ke Stasiun Gambir. Namun, rencana restoran ini tidak pernah terealisasikan, hanya relnya saja yang sempat dipasang. Calon unit KRL Rheostatik yang sudah disimpan di dalam depo lokomotif Purwakarta pun juga tidak pernah dibawa kesini, dan berakhir dirucat seperti unit-unit KRL Rheostatik afkir lainnya. Bekas calon rel untuk restoran ini masih terlihat pada tahun 2018, hingga akhirnya dibongkar pada suatu waktu.

 
Bekas rel untuk restoran Stasiun Gambir, 2018.
 
Bekas rel untuk restoran Stasiun Gambir.

Stasiun ini kini dilengkapi dengan Rail Transit Suite, yaitu hotel transit khusus untuk para penumpang kereta api yang hendak beristirahat.[19]

Ciri khas

Stasiun Gambir memiliki ciri khas berupa bel bersuara lagu instrumental "Kicir-Kicir" yang sering diputar pada setiap kedatangan kereta api antarkota.

Layanan kereta api

Antarkota

Jalur Nama Kereta api Kelas Tujuan akhir Keterangan
Lintas utara Jawa Argo Bromo Anggrek Eksekutif & luxury Surabaya Pasarturi Tidak ada
Gambir
Sembrani (reguler & tambahan) Surabaya Pasarturi Kelas luxury hanya terdapat pada perjalanan reguler.
Gambir
Brawijaya Eksekutif Malang Via MadiunSemarang Tawang
Gambir
Argo Muria (reguler & tambahan) Eksekutif Semarang Tawang Tidak ada
Gambir
Argo Sindoro (reguler & tambahan) Semarang Tawang
Gambir
Argo Cheribon Tambahan Cirebon Beroperasi terbatas
Gambir
Argo Cheribon Eksekutif & ekonomi Tegal Hanya jadwal pagi dan sore hari
Gambir
Cirebon Hanya jadwal pagi dan siang hari
Gambir
Eksekutif & bisnis Cirebon Hanya jadwal malam.

Dijalankan pada hari tertentu

Gambir
Lintas tengah Jawa Bima Eksekutif Surabaya Gubeng Tidak ada
Gambir
Gajayana (reguler & tambahan) Eksekutif & luxury Malang Kelas luxury hanya terdapat pada perjalanan reguler.
Gambir
Argo Lawu (reguler & tambahan) Solo Balapan
Gambir
Argo Dwipangga (reguler & tambahan) Solo Balapan
Gambir
Taksaka (reguler & tambahan) Yogyakarta
Gambir
Purwojaya Eksekutif Cilacap Tidak ada
Gambir
Lintas selatan Jawa Argo Parahyangan Tambahan Eksekutif Kiaracondong Hanya KA 36 & 49 yang diijalankan pada hari tertentu.
Gambir
Argo Parahyangan (reguler & tambahan) Eksekutif & ekonomi premium Bandung Tidak ada
Gambir
Pangandaran Banjar



Gambir

Antarmoda pendukung

Stasiun kereta api di Jakarta
 
 
JICT (untuk Pelabuhan Tanjung Priok)
 
Jalan Tol Akses Tanjung Priok
 
Pasoso
 
 
Sungai Lagoa
 
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
 
Tanjung Priuk        
 
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
 
 
 
 
Ancol
Jakarta Gudang
 
 
 
 
 
 
        Jakarta Kota
 
 
 
 
 
 
Kampung Bandan    
 
 
 
 
 
Jayakarta
 
 
 
Rajawali
Mangga Besar
 
 
 
Sawah Besar
 
 
 
Kemayoran
    Juanda
 
 
 
  Angke
 
 
 
    Duri
 
 
 
Gambir    
Gondangdia
 
 
 
 
  Tanah Abang
 
 
 
 
Cikini
Karet
 
 
 
 
 
Pasar Senen          
              Sudirman
 
 
 
 
 
Gang Sentiong
Mampang
 
 
 
 
 
Kramat
      Manggarai
 
 
 
 
Pondok Jati
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
 
 
 
 
  Grogol
 
 
 
 
 
 
 
Matraman  
    Pesing
 
 
 
 
Palmerah
    Taman Kota
 
 
 
 
Kebayoran      
Bojong Indah
 
 
 
 
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
 
 
 
 
ke Serpong
Rawa Buaya
 
 
 
Jatinegara        
 
 
 
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
Kalideres
 
 
 
Cipinang
ke Tangerang
 
 
 
Klender
Depo KRL Bukit Duri
 
 
 
Buaran  
Tebet
 
 
Klender Baru
      Cawang
 
 
Cakung  
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
 
 
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
Duren Kalibata
 
 
ke Cikarang
 
Pasar Minggu Baru
 
Pasar Minggu    
 
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
 
Tanjung Barat
 
Lenteng Agung
 
Univ. Pancasila
 
ke Bogor/Nambo
Jenis angkutan umum Trayek Tujuan
BRT Transjakarta   Harmoni-Pulo Gadung 1 (di halte Gambir 1 dan Gambir 2)
  Rawa Buaya-Pulo Gadung 1 (di halte Gambir 1 dan Gambir 2)
Kalideres-ASMI (di halte Gambir 1 dan Gambir 2)
  Monas-PGC 1 (di halte Gambir 2)
  Kampung Rambutan-Harmoni (di halte Gambir 1 dan Gambir 2)
Bus kota Transjakarta 6H Terminal Pasar Senen-Lebak Bulus (di halte Gambir 1)
1P Terminal Pasar Senen-Bundaran Senayan
2P Terminal Pasar Senen-Stasiun Gondangdia
2Q Balai Kota DKI Jakarta-Stasiun Gondangdia
Mikrotrans Transjakarta JAK 10B Stasiun Cikini-Stasiun Gondangdia (via Kramat Raya–Kwitang)
DAMRI Bandara Soekarno-Hatta Stasiun Gambir–Bandara Soekarno-Hatta
DAMRI (JR Connexion) Stasiun Gambir–Halte Kemang Pratama

Akses jalan tol

Jalan tol Gerbang tol km
Jalan Tol Lingkar Dalam Kota Jakarta Rawamangun 4,8
Cempaka Putih 7,2

Galeri

Referensi

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ Sugiana, A.; Lee, Key-Seo; Lee, Kang-Soo; Hwang, Kyeong-Hwan; Kwak, Won-Kyu (2015). "Study on Interlocking System in Indonesia" (PDF). Nyeondo Hangugcheoldohaghoe Chungyehagsuldaehoe Nonmunjib (Korean Society for Railway) (46). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2020-02-27. Diakses tanggal 2020-05-09. 
  4. ^ a b "KRL tak Berhenti di Gambir dan Pasar Senen | Republika Online". Republika Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-05-25. Diakses tanggal 2018-05-24. 
  5. ^ Lohanda, Mona. (2007). Sejarah para pembesar mengatur Batavia (edisi ke-Cet. 1). Depok: Masup Jakarta. ISBN 978-979-25-7295-7. OCLC 225750927. 
  6. ^ Burgerlijke Openbare Werken (1896). Statistiek van het vervoer op de spoorwegen en tramwegen met machinale beweegkracht in Nederlandsch-Indië. Batavia: Landsdrukkerij. 
  7. ^ "Bekendmaking Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij". Java-bode. 1884-10-04. hlm. 3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-07. 
  8. ^ Ensikopedi Jakarta. Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, DKI Jakarta. 2005. hlm. 417. 
  9. ^ a b Tjandrasasmita, Uka (2000). Sejarah Perkembangan Kota Jakarta. Jakarta: Dinas Museum dan Pemugaran, DKI Jakarta. hlm. 50. 
  10. ^ "Kroniek der Indische Spoorwegen 1–15 September 1937: Naamsverandering van twee stations te Batavia". Spoor en Tramwegen (dalam bahasa Belanda). Vol. 21. 12 Oktober 1937. hlm. 483. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-12-06. Diakses tanggal 2020-05-03. 
  11. ^ Buku Djarak Singkat. Djawatan Kereta Api. 1950. 
  12. ^ Rudi, Alsadad (30 Agustus 2013). Syatiri, Ana Shofiana, ed. "Setelah 22 Tahun, Proyek Jalur Layang Kereta Jakarta Dilanjutkan". Kompas.com. Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-30. Diakses tanggal 30 Agustus 2017. 
  13. ^ Kayang, U. (2019). Keping-keping Kota. Bantul: Basabasi. hlm. 92. 
  14. ^ "Kereta Layang: Melayang di Atas Jalur Kumuh". Majalah Tempo. 22: 32. 1992. 
  15. ^ Kusuma, Hendra. "Gambir Hanya Layani KRL dan Kereta Khusus Mulai 2021". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-08. Diakses tanggal 2019-10-08. 
  16. ^ Anwar, Muhammad Choirul. "Mulai 2021, Naik KRL Bisa Berhenti di Stasiun Gambir". CNBC Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-08. Diakses tanggal 2019-10-08. 
  17. ^ Anwar, Muhammad Choirul. "Meraba Masa Depan Stasiun Gambir & Manggarai, Sekeren Apa Ya?". CNBC Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-08. Diakses tanggal 2019-10-08. 
  18. ^ Hamdani, Trio. "Mengintip Suasana Stasiun Manggarai yang Bakal Gantikan Gambir". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-08. Diakses tanggal 2019-10-08. 
  19. ^ "Ini Penampakan Hotel Transit Berbintang di Stasiun Gambir". detikcom. Detikcom. [pranala nonaktif permanen]

Pranala luar

(Indonesia) Situs resmi KAI dan jadwal kereta api

Stasiun sebelumnya   Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Juanda
menuju
Lintas Jakarta
Jakarta Kota–Manggarai
Jakarta Kota–Manggarai
Gondangdia
menuju