KRL Commuter Line
KAI Commuter Jabodetabek (atau disebut juga KRL Commuter Line, dulu dikenal sebagai KRL Jabotabek) adalah jalur kereta rel listrik yang dioperasikan oleh PT KAI Commuter Jabodetabek, anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). KRL telah beroperasi di wilayah Jakarta sejak tahun 1976, hingga kini melayani rute komuter di wilayah DKI Jakarta, Kota Depok, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Lebak, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.
PT KAI Commuter Jabodetabek | |||
---|---|---|---|
Info | |||
Pemilik | PT Kereta Api Indonesia | ||
Wilayah | Wilayah Metropolitan Jakarta Raya | ||
Jenis | Transportasi umum, Kereta api komuter | ||
Jumlah jalur | 6 | ||
Jumlah stasiun | 80 | ||
Penumpang harian | 914.840 orang (puncak harian, 15 Juni 2015) [1] 647.000 orang (rata-rata harian, Jan 2015) 206 juta orang (2014)[1] | ||
Kantor pusat | Jalan Ir. H. Juanda 1, Jakarta Pusat | ||
Situs web | www | ||
Operasi | |||
Dimulai | 6 April 1925 (dibawah Staats Spoorwegen, perusahaan kereta kolonial belanda) 15 September 2008 (dibawah PT KCJ, sebagai KA Commuter Jabodetabek) | ||
Operator | PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) | ||
Panjang kereta | 4, 6, 8, 10 dan 12 kereta penumpang | ||
Waktu antara | 5-15 menit | ||
Teknis | |||
Panjang sistem | 235 km (146 mi) | ||
Lebar sepur | 1067 | ||
Listrik | 1.500 V DC | ||
Kecepatan rata-rata | 40 km/h (25 mph) | ||
Kecepatan tertinggi | 70 km/h (43 mph) | ||
|
Sejarah
Staats Spoorwegen, sebagai operator kereta api milik Pemerintah Kolonial Belanda, memulai proyek elektrifikasi jalur kereta Tanjoeng Priok - Meester Cornelis (Jatinegara) pada tahun 1923 dan diresmikan pada 1925. Proyek elektrifikasi terus berlanjut pada lingkar Jakarta, hingga Bogor dan Bekasi. Kereta yang digunakan ialah lokomotif listrik seri 3000 buatan pabrik SLM–BBC (Swiss Locomotive & Machine works - Brown Baverie Cie), lokomotif listrik seri 3100 buatan pabrik AEG (Allgemaine Electricitat Geselischaft) Jerman, lokomotif listrik seri 3200 buatan pabrik Werkspoor Belanda serta kereta listrik buatan pabrik Westinghouse dan kereta listrik buatan pabrik General Electric.
Jalur kereta yang terelektrifikasi tersebut terus digunakan dan diperluas wilayah operasionalnya sejak kemerdekaan Indonesia. Pengoperasian jalur kereta api di Indonesia dilaksanakan oleh Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (kini sebagai PTKA).
Pada tahun 60an, transportasi di Jakarta berada di titik nadir. Soekarno memerintahkan Gubernur Sudiro untuk menghapus trem listrik karena dianggap menyebabkan kemacetan. Akhirnya pada tahun 1960, trem sepenuhnya berhenti beroperasi di Jakarta. [2] Kereta listrik pun ikut dihentikan operasinya akhir 1965. Selanjutnya pada November 1966, seluruh pengangkutan kereta api jurusan Manggarai - Jakarta Kota dibatasi.[3] Hal ini berkaitan dengan merosot tajamnya jumlah penumpang dan kondisi umum kota Jakarta yang tidak kondusif. Biro Pusat Statistik mencatat, jumlah penumpang lokal yang dilayani PN Kereta Api (PNKA) tahun 1965 merosot 47 persen dibandingkan 1963. Tahun 1965, hanya 16.092 penumpang per hari yang memakai kereta lokal.[3]
Baru pada tahun 1972, kereta listrik mulai muncul kembali. Harian Kompas tanggal 16 Mei 1972 memberitakan bahwa PNKA memesan 10 set kereta listrik dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan Jakarta. Langkah ini untuk meningkatkan penggunaan angkutan umum dan mengurangi kemacetan yang mulai terasa saat itu.[3]
KRL dan kereta rel diesel (KRD) dari Jepang tiba di Jakarta empat tahun kemudian, 1976. KRL-KRL ini akan menggantikan lokomotif listrik lama peninggalan Belanda yang sudah dianggap tidak layak. Tiap rangkaian KRL terdiri atas empat kereta dengan kapasitas angkut 134 penumpang per kereta.[3] KRL generasi pertama ini kemudian dikenal sebagai KRL Rheostatik dan akan terus melayani masyarakat Jakarta hingga akhir pengoperasian KRL Ekonomi pada tahun 2013.
Sejak tahun 2000, Pemerintah Indonesia rutin mendapatkan hibah rangkaian maupun pembelian kereta listrik dari Jepang, yang kemudian digunakan untuk menambah armada kereta listrik Jakarta.
Pada tahun 2008 dibentuk anak perusahaan PT KA, yakni PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), yang fokus pada pengoperasian jalur kereta listrik di wilayah Daerah Operasional (DAOP) 1 Jabotabek, yang saat itu memiliki 37 rute kereta yang melayani wilayah Jakarta Raya. PT KCJ memulai proyek modernisasi angkutan KRL pada tahun 2011, dengan menyederhanakan rute yang ada menjadi 5 rute utama, penghapusan KRL ekspress, penerapan gerbong khusus wanita, dan mengubah nama KRL ekonomi-AC menjadi Kereta Commuter. Proyek ini dilanjutkan dengan renovasi, penataan ulang, dan sterilisasi sarana dan prasarana termasuk jalur kereta dan stasiun kereta, serta penempatan satuan keamanan pada tiap gerbong. Saat Stasiun Tanjung Priok diresmikan kembali setelah dilakukan renovasi total pada tahun 2009, jalur kereta listrik bertambah menjadi 6, walaupun belum sepenuhnya beroperasi. Pada Juli 2013, PT KCJ mulai menerapkan sistem tiket elektronik COMMET (Commuter Electronic Ticketing) dan perubahan sistem tarif kereta.[4]
Rute
Pada awal perkenalan pola loopline di tahun 2011, KRL Jabodetabek memiliki 6 jalur dan 8 relasi. Saat ini jumlah tersebut bertambah menjadi 6 jalur dan 13 relasi yang melayani seluruh wilayah Jabodetabek dan Lebak.
Jalur | Relasi | Jumlah Stasiun | Jarak | Dioperasikan |
---|---|---|---|---|
Jakarta - Bogor | Jakarta Kota - Depok | 20† | 33.3 km | 1930 |
Jakarta Kota - Bogor | 24† | 54.8 km | 1930 | |
Jatinegara-Bogor | Jatinegara - Depok | 26^ | 47.2 km | 1987 |
Jatinegara - Bogor | 30^ | 69.4 km | 1987 | |
Angke - Nambo | 21 | 50.8 km | 2015 | |
Tanah Abang - Rangkasbitung | Tanahabang - Serpong | 8 | 24.3 km | 1992 |
Tanahabang - Parungpanjang | 11 | 34.5 km | 2009 | |
Tanahabang - Maja | 17 | 55.6 km | 2013 | |
Tanahabang - Rangkasbitung | 19 | 72.8 km | 2017[5] | |
Jakarta - Bekasi | Jakarta Kota - Bekasi via Manggarai | 15† | 27.4 km | 1992 |
Jakarta Kota - Bekasi via Pasar Senen | 15^ | 26.5 km | 2017 | |
Duri - Tangerang | Duri - Tangerang | 11 | 19.3 km | 1997 |
Jakarta - Tanjung Priok | Jakarta Kota - Tanjung Priok | 4 | 15.4 km | 2015 |
† Tidak termasuk Stasiun Gambir (tidak melayani Commuterline)^ Termasuk Stasiun Pasar Senen. Stasiun ini hanya melayani perjalanan ke arah utara (menuju Kampung Bandan). Perjalanan ke arah selatan (menuju Jatinegara) tidak berhenti di stasiun ini. |
Elektrifikasi dan penambahan rute
Saat ini, jalur Green Line sedang diperpanjang sampai Stasiun Rangkasbitung dan direncanakan akan selesai pada tahun 2016. Proses elektrifikasi ini juga meliputi pembangunan jalur ganda Maja-Citeras-Rangkasbitung, pembagunan tiang LAA dan pembangunan gardu listrik. KRL ke Rangkasbitung mulai beroperasi di tahun 2017.[5]
- Stasiun Maja → Citeras → Stasiun Rangkasbitung.
Selain itu, jalur Blue Line juga akan dilanjutkan sampai Stasiun Cikarang. Pengerjaan sudah dimulai sejak akhir tahun 2013. Jalur Jatinegara-Cikarang akan digandakan menjadi 4 jalur kereta api. Pembangunan jalur double-double track dan elektrifikasi diperkirakan akan selesai pada tahun 2018. Direncanakan di jalur ini akan dibangun berberapa stasiun baru, di antaranya Stasiun Bekasi Timur.
- Stasiun Bekasi → Stasiun Ampera → Tambun → Cibitung → Telaga Murni → Stasiun Cikarang.
Dengan beroperasinya kembali jalur kereta api Citayam-Nambo, ada kemungkinan untuk melanjutkan kembali pembangunan jalur kereta api baru Parung Panjang - Tanjung Priok. Jalur ini sudah pernah direncanakan oleh pemerintah Orde Baru pada tahun 1990-an. Rencana ini dibatalkan karena Krisis finansial Asia 1997 dan jatuhnya Suharto pada tahun 1998. Jalur kereta api yang akan melingkari Jakarta ini akan terdiri oleh berberapa stasiun:
- Stasiun Parung Panjang → Stasiun Citayam → Nambo → Stasiun Cikarang → Stasiun Tanjung Priok
Saat ini sedang ada persiapan pembangunan jalur kereta api ganda dari Stasiun Batuceper ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta sepanjang 12.1 km. Direncanakan peletakan batu pertama akan dilaksanakan pada bulan Juni 2015. Saat ini proses pembebasan lahan sudah 100% rampung. Rencananya juga akan dibangun jalur baru lagi dari Stasiun Cawang ke Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Dengan selesainya pembangunan jalur ini, para penumpang pesawat tidak akan kesusahan transfer pesawat.
- Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta → Stasiun Batuceper → Stasiun Duri → Stasiun Tanahabang → Stasiun Sudirman → Stasiun Manggarai → Stasiun Cawang → Bandar Udara Halim Perdanakusuma
Stasiun
- Tebal: Stasiun akhir atau transit
- Miring: Hanya melayani kereta jarak jauh/ menengah, tidak melayani Commuterline
Coret: Stasiun nonaktif- LS berarti: berjalan langsung
- : Memiliki interkoneksi dengan bus TransJakarta
Jakarta Kota - Bogor | Tanah Abang - Rangkasbitung | Duri - Tangerang | Jakarta Kota - Tanjung Priok |
---|---|---|---|
† Beberapa kereta mengakhiri dan memulai perjalanan dari stasiun ini |
† Beberapa kereta mengakhiri dan memulai perjalanan dari stasiun ini |
Jatinegara - Bogor/ Nambo | |
---|---|
† Beberapa kereta mengakhiri dan memulai perjalanan dari stasiun ini ^ Hanya bagi kereta ke arah utara (menuju Depok/ Bogor). Kereta arah selatan (menuju Jatinegara) tidak berhenti di sini. | |
Jakarta Kota - Manggarai/Pasar Senen - Bekasi | |
---|---|
† Beberapa kereta mengakhiri dan memulai perjalanan dari stasiun ini ^ Hanya bagi kereta ke arah utara (menuju Jakarta Kota). Kereta arah selatan (menuju Bekasi) tidak berhenti di sini. |
Stasiun utama
Berikut ini adalah daftar stasiun terminus (staiun awal/akhir) utama maupun stasiun besar yang juga berfungsi sebagai stasiun transit dan stasiun kereta jarak jauh.
Stasiun | Jalur | Diresmikan pada | Stasiun KA Jarak Jauh | Tipe | Keterangan |
---|---|---|---|---|---|
Stasiun Jakarta Kota | 1926 | Tidak | Terminus KA Commuter Terminus KA Jarak Jauh (kelas eksekutif) |
Seluruh KA Jarak Jauh kelas eksekutif mengakhiri perjalanan di sini, namun tidak untuk naik turun penumpang KA Jarak Jauh. | |
Stasiun Gambir | 1884 | Ya | Terminus KA Jarak Jauh | Saat ini, Stasiun Gambir tidak melayani KA Commuter dikarenakan jadwal KA Jarak Jauh yang padat. Penumpang KA Commuter yang akan menuju pusat kota turun melalui stasiun terdekat dengan Gambir (Gondangdia atau Juanda). | |
Stasiun Manggarai | 1918 | Tidak | Transit KA Commuter Transit KA Jarak Jauh |
||
Stasiun Jatinegara | 1910 | Ya | Transit KA Commuter Transit KA Jarak Jauh |
Semua kereta api jarak jauh dari arah timur berhenti di stasiun ini, kereta api jarak jauh dari arah barat berjalan langsung. | |
Stasiun Tanah Abang | 1910 | Ya | Transit KA Commuter Terminus KA Lintas Barat |
Per 1 April 2017, KA Lintas Barat yang dioperasikan oleh PTKA, terdiri dari KA Rangkas Jaya, KA Banten Ekspress dan KA Kalimaya Akan digabungkan menjadi KA Lokal Merak dengan relasi Rangkasbitung-Merak. Juga melayani KA Krakatau tujuan Kediri & Merak. | |
Stasiun Duri | Tidak | Transit KA Commuter | Stasiun Duri akan dioperasikan sebagai Transit KA Bandara Internasional Soekarno-Hatta, yang pembangunannya dimulai pada akhir 2013. | ||
Stasiun Kampung Bandan | Tidak | Transit KA Commuter | |||
Stasiun Pasar Senen | 1925 | Ya | Terminus KA Jarak Jauh | Saat ini, Stasiun Pasar Senen hanya melayani KA Commuter dari arah Jatinegara/Bekasi. Penumpang KA Commuter yang akan menuju Pasar Senen selain dari arah Jatinegara/Bekasi dapat turun melalui stasiun terdekat dengan Pasar Senen yaitu Kemayoran dan Gang Sentiong. | |
Stasiun Bogor | 1881 | Ya | Terminus KA Commuter Terminus KA Pangrango |
Merupakan terminus dari KA Pangrango yang dioperasikan oleh PT. KAI, melayani rute Bogor-Sukabumi-Cianjur. | |
Stasiun Bekasi | 1887 | Tidak | Terminus KA Commuter Transit KA Jarak Jauh |
||
Stasiun Tangerang | 1899 | Tidak | Terminus KA Commuter | Stasiun ini merupakan stasiun paling ujung di Jalur kereta api Tangerang-Duri | |
Stasiun Tanjung Priok | 1885 | Tidak | Terminus KA Commuter
Terminus KA Lokal Purwakarta Terminus |
Sudah dapat melayani KRL , KA lokal Cikampek dan purwakarta, serta KA barang. | |
Stasiun Citayam | Tidak | Transit KA Commuter | |||
Stasiun Nambo | 2015 | Tidak | Terminus KA Commuter | ||
Stasiun Rangkasbitung | 1 April 2017 | Ya | Terminus KA Commuter
Terminus KA Lokal Merak Transit KA Jarak Jauh |
Per 1 April 2017, Stasiun Rangkasbitung Beroperasi sebagai Stasiun Terminus KA Commuter Lintas Green Line dan juga Stasiun Terminus KA Lokal Merak relasi Rangkasbitung-Merak PP. Untuk KAJJ yang beroperasi hanya KA Krakatau. |
Tiket Elektronik dan Tarif
Multi Trip dan Single Trip
Sebagai tahapan penerapan program e-ticketing, PT Kereta Api Indonesia dan PT KAI Commuter Jabodetabek mulai 2012 mengganti Kartu Trayek Bulanan (KTB)/Kartu Langganan Sekolah (KLS) secara bertahap hingga pada 1 Juli 2013 ditetapkan menjadi Commuter Electronic Ticketing (Commet). Kartu Commet adalah alat pembayaran pengganti uang tunai yang digunakan untuk transaksi perjalanan KA Commuter Line sebagai tiket perjalanan KA, yang disediakan dalam bentuk kartu sekali pakai (Single-Trip) dan prabayar (Multi-Trip). Penumpang diwajibkan untuk melakukan tap-in di gerbang masuk dan memasukkan kartu single-trip ke dalam gerbang keluar atau cukup tap-out bagi pengguna kartu prabayar di gerbang keluar.
Bersamaan dengan pemberlakuan Commet, sistem tarif progresif diberlakukan. Sistem ini menggunakan hitungan jumlah stasiun yang dilewati sebagai dasar perhitungan tarif tiap penumpang. Awalnya berlaku tarif normal, namun karena adanya subsidi dana public service obligations (PSO) Kementerian Perhubungan bagi KA Commuter, maka tarif berlaku tarif subsidi.[6]
Mulai 1 April 2015, tarif progresif akan mengalami perubahan. Sistem tarif progresif baru akan menghitung tarif berdasarkan jarak.[7] Selain itu, ketentuan uang jaminan untuk THB dan minimal saldo untuk tiket multitrip dan kartu bank berubah[8].
Tiket harian berjaminan (THB)
Karena penerapan tiket single trip mengakibatkan banyaknya kejadian tiket perjalanan single trip hilang, pada tanggal 11 Agustus 2013 KCJ menerapkan sistem ticketing pengganti sistem single trip untuk penumpang KRL tanpa berlangganan. Penghitungan tarif sesuai dengan skema tarif perjalanan single trip, namun penumpang diharuskan untuk membayar uang jaminan untuk THB. Uang jaminan dapat diambil kembali di stasiun hingga jangka waktu maksimal 7 hari atau ditukarkan kembali dengan THB baru dengan membayar tarif untuk perjalanan selanjutnya.
Kartu Multi Trip (KMT)
Selain tiket harian berjaminan, penumpang dapat menggunakan Kartu Multi Trip (KMT). Kartu Multi Trip adalah kartu prabayar isi ulang yang dapat digunakan penumpang sebagai tiket KRL dengan ketentuan saldo minimum. Kartu tersebut hanya bisa digunakan untuk naik KRL saja dan dapat di isi ulang di seluruh stasiun KRL di Jabodetabek.
Kartu Prabayar (Kartu Bank)
Sejak 8 Desember 2013, kartu Flazz BCA sudah dapat digunakan di Commuter Line, dan sejak tanggal 16 Juni 2014, kartu Mandiri E-Money, Brizzi, BRI, dan BNI TapCash juga sudah dapat digunakan di Commuter Line. Cara penggunaan kartu tersebut sama halnya dengan cara penggunaan Kartu Multi Trip, akan tetapi keempat kartu tersebut tidak dapat dibeli dan diisi ulang di seluruh stasiun KRL di Jabodetabek, melainkan di merchant-merchant terkait, seperti Indomaret, 7-Eleven, dan seluruh halte bus Transjakarta (tunai). Pengisian dapat dilakukan secara tunai maupun dengan kartu ATM bank terkait. Beberapa stasiun KRL juga telah melayani pengisian ulang keempat kartu tersebut, seperti Sudirman dan Juanda, tetapi tidak bisa secara tunai dan harus menggunakan kartu ATM bank terkait (kartu debit maupun kredit). Keempat kartu tersebut juga dapat digunakan sebagai tiket Transjakarta[9].
Denda (suplisi) dan free out
Pengguna dapat dikenakan denda (suplisi) jika melakukan perjalanan tanpa tiket (anak berumur 3 tahun ke atas/tinggi badan 90 cm wajib memiliki tiket [10]), menggunakan tiket harian berjaminan yang telah kedaluwarsa atau tiket multitrip yang saldonya kurang dari tarif tertinggi. Pengguna THB yang tidak melakukan tapping in/tapping out dengan benar atau tarif dalam tiketnya kurang (turun di stasiun yang lebih jauh), THB akan diambil dan tidak mendapatkan pengembalian uang jaminan. Sedangkan untuk pengguna multitrip yang tidak melakukan tapping in/tapping out dengan benar, maka pengguna harus menyelesaikan di loket dengan membayar tarif tertinggi[8].
Pengguna Tiket Harian Berjaminan juga mendapatkan fasilitas free out, fasilitas untuk dapat melakukan sekali tapping out pada stasiun yang sama dengan stasiun tapping in terhitung satu jam dari waktu transaksi pembelian THB di loket. Untuk pengguna tiket multritrip terhitung satu jam dari tapping in. Per tanggal 16 Desember 2015 fasilitas free out ditiadakan. Setiap penumpang yang masuk dan keluar di stasiun yang sama akan dikenankan denda. Untuk pengguna KMT atau Kartu Prabayar Bank dikenakan pemotongan saldo sesuai tarif terendah. Untuk pengguna THB, tarif relasi perjalanan di dalam kartu akan hangus, tetapi refund kartu masih dapat dilakukan.[11]
Armada KRL[12]
Jalur KA Commuter Jabodetabek dilayani oleh beberapa tipe dan jenis kereta. Sekarang, Jalur ini hanya dilayani oleh KRL AC. KRL Ekonomi non-AC sudah dihentikan operasionalnya pada tahun 2013.
KRL non-AC
KRL Ekonomi adalah unit armada KRL yang ditujukan untuk masyarakat kelas ekonomi menengah dan bawah. Kelas ini menggunakan armada KRL lama yang tidak menggunakan fasilitas pendingin udara (AC). Sejumlah rangkaian dibuat oleh Nippon Sharyo dan Kawasaki, juga Hitachi, Ltd. (Jepang), BN-Holec (Belanda), ABB-Hyundai(Korea) yang bekerjasama dengan PT INKA. KRL jenis ini sudah tidak dioperasikan lagi di semua jalur, dan seluruhnya disimpan di Dipo KRL Depok atau Balai Yasa Manggarai. Beberapa rangkaian KRL non-AC tipe Rheostatik telah dikirim ke Stasiun Purwakarta untuk dibesituakan (afkir). Untuk KRL Rheostatik Stainless, steelHoBN-lec, dan Hitachi, tidak menutup kemungkinan bahwa KRL tersebut dapat direkondisi menjadi KRL AC, mengingat usia mereka lebih muda dari KRL eks Jepang, yaitu KRL Holec yang dibuat pada tahun 1994-2000 dan KRL Hitachi yang dibuat pada tahun 1997. Kini, seluruh KRL ekonomi dikirim ke Purwakarta dan Cikaum.
KRL BN-Holec (1994-2001)
KRL BN-Holec adalah unit KRL ekonomi termuda. KRL ini dibuat oleh Belgien Nederlandsch-Bombardier dan Holland Electric, bekerja sama dengan pabrik PT INKA Madiun. Unit ini dulunya sempat melayani KRL Ekspres dan Ekonomi. Dari seluruh rangkaian ekonomi yang ada, KRL BN-Holec tergolong paling sulit dirawat. Selain karena masalah suku cadang yang susah dicari (pabriknya sudah lama tutup), KRL ini pun juga sering mengalami mogok karena kelebihan beban (overload). Sehingga banyak KRL BN-Holec yang rusak dan mangkrak di Balai Yasa Manggarai, lalu dijadikan KRDE (Kereta Rel Diesel Elektrik) yang dioperasikan di beberapa kota di luar Jakarta. "Rekondisi" KRL Holec adalah KRDE yang dioperasikan di rute Kutoarjo-Yogyakarta-Solo (Prameks dan Sriwedari), serta Padalarang-Cicalengka (Baraya Geulis). Selain itu KRL Holec juga direkondisi menjadi KRL Holec AC yang sudah beroperasi di jalur Tangerang. Hampir seluruh KRL Holec telah dikirim ke Purwakarta untuk dirucat.
-
KRL BN-Holec di Stasiun Manggarai.
KRL Ekonomi Rheostatik (1976, 1978 dan 1983-1987)
KRL Rheostatik adalah KRL buatan Jepang yang dibuat dari tahun 1976 sampai tahun 1987 dengan teknologi Rheostat. Umumnya, KRL ini dibuat oleh perusahaan Nippon Sharyo, Hitachi, dan Kawasaki dari Jepang, untuk melayani kelas KRL Ekonomi. KRL Rheostatik buatan pabrik Kawasaki dan Hitachi tahun 1986-1987 dulunya melayani KRL Pakuan Ekspres dan Pakuan Bisnis pada tahun '90-an. Setelah KRL Hibah (KRL Tōei 6000) datang, KRL ini mulai terlupakan dan dijadikan rangkaian KRL Ekonomi. Khusus untuk KRL Rheostatik yang datang pada tahun 1986-1987, bodinya sudah stainless steel dan satu set KRL Rheostatik Stainless merupakan KRL AC pertama di Indonesia.
Untuk KRL buatan Nippon Sharyo tahun 1976, 1978, 1983, dan 1984, kereta ini sudah mengalami banyak perubahan, baik kaca depan maupun skema warna/livery. Semula menggunakan skema PJKA yaitu berwarna merah polos dengan "wajah" kuning terang dari tahun 1976-1990-an, kemudian pada era Perumka diubah menjadi merah dan biru dengan garis putih seperti KA Ekonomi di era 90-an awal, di mana saat itu, pintu KRL mulai mengalami kerusakan dan pada tahun 1993 yaitu: satu set KRL Rheostatik mild dan stainless mengalami kecelakaan di antara Stasiun Depok dan Citayam.[13] Di era 90-an akhir, tepatnya tahun 1995-2000, KRL ini dicat dengan warna putih-hijau dengan garis biru tua dan biru muda Pada era PT KAI, kemudian diubah menjadi orange dengan garis kuning, dan terakhir putih dengan garis merah. Kedua KRL ini mulanya seperti KRL Ekonomi AC atau Ekspres, yakni pintunya dapat tertutup secara otomatis, dan cukup nyaman. Namun, seiring berjalannya waktu kondisi kedua KRL ini menurun. Kerusakan pada pintu KRL terjadi disebabkan pengganjalan pintu oleh penumpang.
Pada 2009, telah dioperasikan KRL Rheostatik dengan kabin masinis yang telah dimodifikasi dan diberi nama "Djoko Lelono". KRL ini adalah hasil modifikasi dari sejumlah unit KRL rheostatik dengan kabin masinis yang menjadi aerodinamis yang konon terinspirasi dari KA Intercity-Express (ICE). Pintu penumpang juga diaktifkan kembali sehingga dapat membuka dan menutup seperti sediakala.
Sejak tak lagi dioperasikannya seluruh KRL ekonomi non-AC, KRL Rheostatik disimpan di Dipo KRL Depok dan Balai Yasa Manggarai. KRL Rheostatik dengan bodi mild steel sebagian besar dikirim ke Stasiun Purwakarta untuk dibesituakan (afkir). Sementara KRL Rheostatik Stainless masih ada yang disimpan di Dipo KRL Depok atau Balai Yasa Manggarai, mengingat tidak menutup kemungkinan untuk direkondisi menjadi KRL AC atau ikut dirucat ke Purwakarta. Kini, masih ada beberapa rangkaian KRL rheostatik yang bernasib mujur dibandingkan KRL lainnya. Namun, KRL yang masih aktif ini dioperasikan untuk logistik antar dipo atau sebagai KRL penolong jika sedang diperlukan.
-
KRL Rheostatik di Stasiun Manggarai.
KRL INKA-Hitachi [Jepang-Indonesia] (1997)
KRL ini dibuat pada tahun 1997 di PT INKA bekerjasama dengan Hitachi, dibuat sebanyak 64 unit (8 set) berteknologi Variable Voltage Variable Frequency-Insulated Gate Bipolar Transistor (VVVF-IGBT). Kereta ini memiliki ciri yang khas yaitu ketika mulai bergerak yang sangat halus dan tidak menyentak. Jenis KRL ini pernah digunakan sebagai KA Pakuan Ekspres kelas bisnis sampai akhirnya turun tingkat ketika era KRL Tōei 6000 datang dari Jepang. Saat ini sudah ada rangkaian KRL Hitachi yang telah dikirim ke Purwakarta.
-
KRL Hitachi memasuki Stasiun Gondangdia
KRL ABB-Hyundai [Korea Selatan-Indonesia] (1985-1992)
KRL ini dibuat atas kerjasama antara PT INKA, ABB, dan Hyundai, dirakit di PT INKA pada tahun 1985-1992 dibuat sebanyak 8 kereta (2 set) berteknologi VVVF-GTO (Gate Turn Off) dan disebut-sebut merupakan prototype kereta MagLev yang dikembangkan Hyundai untuk jalur Seoul-Pusan. KRL Hyundai ini sempat mangkrak dalam waktu yang lama, lalu beroperasi kembali dan kemudian pensiun. Saat ini KRL ABB Hyundai telah dikonversi menjadi KRDE dan beroperasi di jalur Surabaya-Mojokerto sebagai Arek Surokerto.
KRL AC
KRL AC adalah KRL dengan fasilitas AC, sehingga lebih nyaman dari KRL Ekonomi. Era peng-AC-an KRL dimulai tahun 1990-an, ketika diluncurkannya KRL Pakuan Ekspres Utama Jakarta Kota-Bogor. Saat ini, KRL AC di Jabodetabek sudah menjamur, kini semua KRL sudah dipasangi AC.
KRL eks-Hibah Toei
KRL eks Tōei 6000
KRL ini adalah KRL yang diimpor dari operator kereta bawah tanah milik Biro Transportasi Pemerintah Daerah Tōkyō (Tōei), dalam rangka kerjasama strategis Indonesia-Jepang saat itu. Meramaikan jalur Jabodetabek mulai tahun 2000, Tōei 6000 ini dioperasikan di sebagian besar rute untuk layanan ekspres dengan tambahan pendingin udara (AC). Karena berstatus hibah dari Pemerintah Daerah Kota Tōkyō, KRL ini sering disebut sebagai KRL hibah.
Pada mulanya, didatangkan 72 unit kereta dari Jepang dengan masing-masing rangkaian terdiri dari 8 kereta. Namun, pada akhirnya hanya sebanyak 3 rangkaian yang memiliki 8 kereta (6121F, 6161F, 6171F), sedangkan sisanya dijadikan 6 kereta per rangkaian. Namun mulai tahun 2012 akhir formasi Tōei 6000 banyak diubah karena rangkaian yang memiliki 6 kereta diperpanjang menjadi 8 kereta. Ada 4 rangkaian (sebelumnya 3 rangkaian) menggunakan kabin modifikasi, yang dibuat oleh Balai Yasa Manggarai. Rangkaian 6171F tidak memiliki kereta tengah, hanya 2 kereta berkabin, sejak pengaturan ulang rangkaian Toei 6000 pada akhir 2012.
Karena kecelakaan, kereta 6252 dan 6155 tidak bisa digunakan. Rangkaian 6201F tidak beroperasi dan disimpan di Balai Yasa Manggarai. KRL seri 6000 juga menjalani normalisasi AC karena banyaknya keluhan AC panas. Rangkaian 6227F adalah salah satu rangkaian yang menggunakan AC baru.
- Kabin asli:
- 6121F : 6121-6122-6197-6222-6247-6272-6277-6278
- 6161F : 6161-6212-6215-6162-6165-6166-6167-6168
- 6171F : 6171-6178
- 6181F : 6181-6242-6245-6156-6255-6152-6157-6158
- 6201F : 6201-6206-6207-6208
- 6271F : 6271-6216-6127-6128
- 6281F : 6281-6282-6285-6286-6275-6276-6287-6288
- Kabin modifikasi:
- 6151F : 6151-6192-6257-6172-6225-6226-6237-6188 (Djoko Lelono 2)
- 6177F : 6177-6176-6175-6232-6265-6202-6235-6126 (Espass)
- 6217F : 6217-6236-6185-6182 (Rakitan)
- 6227F : 6227-6195-6267-6262-6205-6186-6125-6187 (Lohan)
Sejak kedatangan KRL JR 205, KRL Toei 6000 satu persatu mulai dipensiunkan. Pada pertengahan tahun 2014, tersisa 5 rangkaian (6121F, 6161F, 6181F, 6177F, 6227F) yang masih beroperasi. Dari jumlah 5 rangkaian itu berkurang menjadi 3 rangkaian pada akhir 2014 (6121F, 6161F, 6177F). Dan sejak triwulan kedua 2015, hanya ada 1 rangkaian yang masih bisa dioperasikan namun lebih sering disimpan di dipo KRL sebagai kereta cadangan, yaitu 6181F dengan susunan rangkaian pada tabel di bawah.
Nomor | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Penomoran | 6181 | 6242 | 6245 | 6156 | 6165 | 6166 | 6167 | 6168 |
Kini, seluruh KRL Toei 6000 sudah berhenti beroperasi. Rangkaian disimpan atau ditanahkan di Dipo Depok dan Stasiun Cikaum, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
-
Toei 6181F
-
Toei 6161F
-
Toei 6181F, rangkaian eks-Toei yang terakhir beroperasi, dengan skema livery KCJ
KRL Eks Tōkyū Corporation
KRL eks Tōkyū Corporation (atau disebut Tokyu) mulai meramaikan armada komuter Jabodetabek sejak masuknya KRL Tokyu 8000 dan 8500. KRL Tokyu 8000 dibuat pada tahun 1969 dan KRL Tokyu 8500 dibuat pada tahun 1975 dan merupakan pengembangan dari Tokyu 8000. Khusus untuk unit bernomor depan 07xx dan 08xx (mis. 0715 dan 0815) adalah unit yang dibuat pada tahun 1985 ke atas.
KRL ini diimpor dari Jepang dengan harga sekitar 800 juta per unit, atau sekitar 6,5 miliar per rangkaian dengan 8 kereta. Berkat perawatan yang baik, KRL Tōkyū selama ini jarang bermasalah dan dapat dioperasikan sampai sepuluh tahun mendatang di Jabodetabek. Rencananya, seluruh rangkaian KRL Tokyu 8000/8500 akan menggunakan warna merah-kuning milik PT KCJ.
Daftar rangkaian:
KRL Tōkyū 8000
Tōkyū 8000 eks Tokyu Oimachi Line (8003F) dan Tokyu Toyoko Line (rangkaian lainnya).
Nomor | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
8003F | 8003 | 8202 | 8104 | 8263 | 8142 | 8213 | 8103 | 8004 |
8007F | 8007 (8039) |
8245 | 8711 | 8832 | 8735 | 8204 | 8108 | 8008 |
8039F | 8039 (8007) |
8248 | 8158 | 8218 | 8164 | 8249 | 8159 | 8040 |
Rangkaian 8039F sudah tidak beroperasi dan ditanahkan di Stasiun Cikaum.
-
KRL Tokyu 8007F eks-Tōkyū Toyoko Line.
-
KRL Tokyu 8000 series di Bogor, Juni 2016
KRL eks Tōkyū 8500
KRL Tōkyū 8500 eks Tokyu Denentoshi Line.
Nomor | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
8604F | 8604 | 8704 | 8904 | 8825 | 8719 | 8909 | 8804 | 8504 |
8607F | 8607 | 8707 | 8948 | 8828 | 8743 | 8924 | 8807 | 8507 |
8608F | 8608 | 8708 | 8949 | 8829 | 8744 | 8925 | 8808 | 8508 |
8610F | 8610 | 8710 | 8951 | 0815 | 0715 | 8927 | 8810 | 8510 |
8611F | 8611 | 8107 | 8935 | 8260 | 8137 | 8928 | 8811 | 8511 |
8612F | 8612 | 8712 | 8912 | 0817 | 0717 | 8929 | 8812 | 8512 |
8613F | 8613 | 8713 | 8913 | 0800 | 8796 | 8930 | 8813 | 8513 |
8618F | 8618 | 8724 | 8911 | 8855 | 8753 | 8954 | 0811 | 8518 |
Keterangan
- Beberapa unit kereta bertukar tempat.
- 8613F sudah tidak beroperasi dan ditanahkan di Stasiun Cikaum.
- 8611F sudah tidak beroperasi dan ditanahkan di Dipo Depok.
-
KRL Tokyu 8610F eks-Tōkyū Denentoshi Line.
-
KRL Tokyu 8500 series di Bogor, Juni 2016
KRL eks JR East
KRL eks JR East 103
KRL eks East Japan Railway Company seri 103 didatangkan pada 2004. KRL JR 103 ini adalah salah satu rangkaian yang mulanya digunakan untuk layanan Bojonggede Ekspres dan Depok Ekspres. Akibat bertambahnya jumlah penumpang, KRL ini pun diganti dengan rangkaian lain yang memiliki 8 kereta per set.
KRL ini masing-masing rangkaiannya terdiri dari 4 kereta (1 rangkaian), dan menjadi salah satu rangkaian KRL dengan AC terdingin di Jabodetabek. KRL ini berada di bawah alokasi Dipo KRL Depok. KRL JR 103 telah berhenti beroperasi sejak 1 Januari 2016.
Unit yang masuk ke Indonesia sebanyak 4 set, masing-masing dengan 4 kereta per set.
- E20F/103-815F: (103-815, 103-752, 102-2009, 103-822)
- E21F/103-105F: (103-105, 102-231, 103-246, 103-597)
- E22F/103-359F: (103-359, 103-654, 102-810, 103-384)
- E27F/103-153F: (103-153, 102-321, 103-210, 103-632)
KRL ini dioperasikan 8 kereta, dengan menggabungkan KeYo E21F-E27F dan E20F-E22F, meskipun bisa saja susunan rangkaian berbeda dan sekarang hanya rangkaian E21F dan E22F yang beroperasi, sekarang kedua set tersebut digabung menjadi satu rangkaian. KRL ini memiliki beberapa skema warna. Skema pertama yang digunakan adalah warna asli Jepang, skema kedua adalah skema asli Jepang ditambah warna kuning di bagian jendela, skema ketiga adalah warna biru, skema keempat adalah skema warna putih, dan skema terakhir adalah skema seperti pada KRL milik PT KCJ yang berwarna merah-kuning.
Kini, seluruh rangkaian KRL seri 103 tidak beroperasi dan ditanahkan di Stasiun Cikaum.
-
KRL JR 103 (KeYo E21F-E27F) di Stasiun Manggarai.
KRL eks JR East 203
KRL eks East Japan Railway Company seri 203, tiba di Indonesia pada tanggal 2 Agustus 2011. Di Indonesia, KRL ini dioperasikan dalam 3 jenis formasi sejak pengaturan ulang formasi KRL seri 203 yang dilakukan bulan Desember 2016[14], yaitu 8, 10, dan 12 kereta.
- Rangkaian Formasi 8 Kereta
Susunan rangkaian | ||||||||
Nomor | 8 | 7 | 6 | 5 | 4 | 3 | 2 | 1 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
BOO 108 | 203-108 | 203-122 | 202-122 | 203-115 | 203-116 | 203-124 | 202-124 | 202-108 |
- Rangkaian Formasi 10 Kereta
Susunan rangkaian | ||||||||||
Nomor | 10 | 9 | 8 | 7 | 6 | 5 | 4 | 3 | 2 | 1 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
BOO 106 | 203-106 | 203-111 | 203-116 | 202-116 | 203-1 (203-125) |
202-1 (202-125) |
203-118 | 202-118 | 203-112 | 202-106 |
BOO 109 | 203-109 | 203-125 (203-1) |
202-125 (202-1) |
203-117 | 202-1 | 203-1 | 203-118 | 203-127 | 202-127 | 202-109 |
- Rangkaian Formasi 12 Kereta
Susunan rangkaian | ||||||||||||
Nomor | 12 | 11 | 10 | 9 | 8 | 7 | 6 | 5 | 4 | 3 | 2 | 1 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
BUD 2 | 203-2 | 203-4 | 202-4 | 203-3 | 203-4 | 203-6 | 202-6 | 203-117 | 202-117 | 203-3 | 202-3 | 202-2 |
Catatan:
- Rangkaian 203-1F dan 203-2F adalah generasi (batch) pertama, sedangkan rangkaian nomor 203-106F, 203-108F, dan 203-109F adalah batch kedua. Rangkaian batch kedua sudah menggunakan suspensi udara seperti KRL JR East 205, sedangkan KRL batch pertama tidak.
- Semua pemeliharaan akhir KRL ini dilakukan di Balai Yasa Manggarai.
- Kereta sisa yang dilepas bisa saja masih berada di Dipo KRL, maupun sudah dikirim ke Stasiun Cikaum.
-
KRL JR 203
KRL eks JR East 205
KRL eks East Japan Railway Company 205, tiba di Indonesia pada tanggal 3 November 2013. KRL ini dulunya beroperasi di jalur Saikyo dan dimiliki oleh Dipo Kawagoe sebanyak 18 rangkaian (180 unit). Sebanyak 3 rangkaian pengiriman kelompok pertama tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada tanggal 10 November 2013 dengan nomor rangkaian HaE 7, 11, dan 15, dan 2 rangkaian pengiriman kelompok kedua pada tanggal 16 November 2013 dengan nomor rangkaian HaE 14 dan 25. Selanjutnya KRL ini datang secara bertahap dengan jumlah per kedatangan sebanyak 2-3 rangkaian. KRL ini digunakan untuk menggantikan KRL yang AC-nya akan diperbaiki.
KRL ini juga dikenal karena memiliki unit dengan 6 pintu per sisinya. Unit ini merupakan kereta dengan bangku yang bisa dilipat untuk memaksimalkan kapasitas saat jam sibuk. Namun ada juga rangkaian standar dengan seluruh unit dengan 4 pintu per sisi.
Pada tanggal 6 Februari 2014, rangkaian HaE 15 telah menjalani ujicoba operasional, dan menjadi rangkaian JR 205 pertama yang dipakai untuk mengangkut penumpang. Sejak 5 Maret 2014, KRL JR 205 resmi berdinas reguler di jalur Jakarta-Bogor.[15]
Mulai bulan Mei 2014, didatangkan juga KRL JR 205 dari jalur Yokohama yang dulunya dimiliki oleh dipo Kamakura sebanyak 22 rangkaian (176 unit). Rangkaian KRL JR 205 dari Yokohama ini terdiri dari 8 kereta dengan 1 unit kereta yang memiliki 6 pasang pintu.
Mulai bulan Juli 2015, didatangkan juga KRL JR 205 dari jalur Nambu yang dulunya dimiliki oleh dipo Nakahara sebanyak 20 rangkaian (120 unit). Rangkaian KRL JR 205 dari Nambu ini terdiri dari 6 kereta dan akan dioperasikan sepanjang 12 kereta dengan menggabungkan 2 rangkaian KRL.
Keseluruhan rangkaian seri 205 ini formasinya diacak-acak mulai awal tahun 2016 yang lalu[16], sehingga mengakibatkan tercampurnya kereta-kereta dari rangkaian Saikyo, Yokohama, dan Nambu. Susunan rangkaian ditampilkan pada tabel di bawah.
- Rangkaian Formasi 10 Kereta
Susunan rangkaian | ||||||||||
Nomor | 10 | 9 | 8 | 7 | 6 | 5 | 4 | 3 | 2 | 1 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
BOO 15 | 205-15 | 205-43 | 204-43 | 205-29 | 205-45 | 204-45 | 205-30 | 205-187 | 204-187 | 204-15 |
BOO 17 | 205-17 | 205-49 | 204-49 | 205-50 | 204-50 | 205-51 | 204-51 | 204-22 | 204-23 | 204-17 |
BUD 42 | 205-42 | 205-124 | 204-124 | 205-83 | 205-125 | 204-125 | 205-84 | 205-126 | 204-126 | 204-42 |
BOO 61 | 205-61 | 205-181 | 204-181 | 205-121 | 205-182 | 204-182 | 205-192 | 204-192 | 204-101 | 204-61 |
BOO 62 | 205-62 | 205-183 | 204-183 | 205-122 | 205-184 | 204-184 | 205-191 | 204-191 | 204-102 | 204-62 |
BUD 67 | 205-67 | 205-210 | 204-210 | 205-193 | 204-193 | 205-127 | 205-194 | 204-194 | 204-107 | 204-67 |
BOO 69 | 205-69 | 205-197 | 204-197 | 205-129 | 205-228 | 204-228 | 205-198 | 204-198 | 204-109 | 204-69 |
BOO 71 | 205-71 | 205-201 | 204-201 | 205-131 | 205-202 | 204-202 | 205-90 | 204-90 | 204-111 | 204-71 |
BUD 72 | 205-72 | 205-88 | 204-88 | 205-203 | 204-203 | 205-132 | 205-204 | 204-204 | 204-112 | 204-72 |
BUD 73 | 205-73 | 205-205 | 204-205 | 205-209 | 204-209 | 205-133 | 205-206 | 204-206 | 204-113 | 204-73 |
BUD 78 | 205-78 | 205-215 | 204-215 | 205-138 | 205-222 | 204-222 | 205-216 | 204-216 | 204-118 | 204-78 |
BUD 79 | 205-79 | 205-217 | 204-217 | 205-139 | 205-221 | 204-221 | 205-218 | 204-218 | 204-119 | 204-79 |
BUD 89 | 205-89 | 205-237 | 204-237 | 205-238 | 204-238 | 205-239 | 204-239 | 204-1 | 204-2 | 204-89 |
BUD 92 | 205-92 | 205-246 | 204-246 | 205-247 | 204-247 | 205-248 | 204-248 | 204-14 | 204-34 | 204-92 |
BOO 95 | 205-95 | 205-255 | 204-255 | 205-256 | 204-256 | 205-257 | 204-257 | 204-38 | 204-39 | 204-95 |
BUD 99 | 205-99 | 205-267 | 204-267 | 205-268 | 204-268 | 205-269 | 204-269 | 204-20 | 204-21 | 204-99 |
BOO 120 | 205-120 | 205-326 | 204-326 | 205-327 | 204-327 | 205-328 | 204-328 | 204-24 | 204-25 | 204-120 |
BOO 121 | 205-121 | 205-329 | 204-329 | 205-330 | 204-330 | 205-331 | 204-331 | 204-26 | 204-27 | 204-121 |
BOO 122 | 205-122 | 205-332 | 204-332 | 205-333 | 204-333 | 205-334 | 204-334 | 204-28 | 204-29 | 204-122 |
BOO 123 | 205-123 | 205-335 | 204-335 | 205-336 | 204-336 | 205-162 | 204-162 | 205-124 | 204-104 | 204-54 |
BUD 126 | 205-126 | 205-344 | 204-344 | 205-345 | 204-345 | 205-346 | 204-346 | 204-11 | 204-48 | 204-126 |
BOO 128 | 205-128 | 205-350 | 204-350 | 205-351 | 204-351 | 205-352 | 204-352 | 204-5 | 204-10 | 204-128 |
BUD 137 | 205-137 | 205-370 | 204-370 | 205-148 | 205-371 | 204-371 | 205-149 | 205-372 | 204-372 | 204-137 |
BOO 141 | 205-141 | 205-380 | 204-380 | 205-381 | 204-381 | 205-382 | 204-382 | 204-37 | 204-45 | 204-141 |
BOO 142 | 205-142 | 205-383 | 204-383 | 205-384 | 204-384 | 205-385 | 204-385 | 204-12 | 204-40 | 204-142 |
BOO 144 | 205-144 | 205-389 | 204-389 | 205-390 | 204-390 | 205-391 | 204-391 | 204-13 | 204-49 | 204-144 |
- Rangkaian Formasi 12 Kereta
Susunan rangkaian | ||||||||||||
Nomor | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
BUD 18 + BUD 23 |
205-18 | 205-52 | 204-52 | 205-54 | 204-54 | 204-18 | 205-23 | 205-144 | 204-124 | 205-69 | 204-69 | 204-23 |
BUD 20 + BUD 87 |
205-20 | 205-58 | 204-58 | 205-60 | 204-60 | 204-20 | 205-87 | 205-233 | 204-233 | 205-234 | 204-234 | 204-87 |
BUD 22 + BUD 27 |
205-22 | 205-64 | 204-64 | 205-66 | 204-66 | 204-22 | 205-27 | 205-79 | 204-79 | 205-81 | 204-81 | 204-27 |
BUD 24 + BUD 25 |
205-24 | 205-70 | 204-70 | 205-72 | 204-72 | 204-24 | 205-25 | 205-73 | 204-73 | 205-75 | 204-75 | 204-25 |
BUD 26 + BUD 21 |
205-26 | 205-76 | 204-76 | 205-78 | 204-78 | 204-26 | 205-21 | 205-135 | 204-115 | 205-63 | 204-63 | 204-21 |
BUD 28 + BUD 19 |
205-28 | 205-82 | 204-82 | 205-84 | 204-84 | 204-28 | 205-19 | 205-141 | 204-121 | 205-57 | 204-57 | 204-19 |
BUD 64 + BUD 83 |
205-64 | 205-227 | 204-227 | 204-64 | 205-83 | 205-225 | 204-225 | 205-143 | 205-226 | 204-226 | 204-123 | 204-83 |
BUD 68 + BUD 66 |
205-68 | 205-195 | 204-195 | 205-128 | 205-196 | 204-196 | 204-108 | 204-68 | 205-66 | 205-361 | 204-361 | 204-66 |
BUD 74 + BUD 30 |
205-74 | 205-207 | 204-207 | 205-134 | 205-208 | 204-208 | 204-114 | 204-74 | 205-30 | 205-357 | 204-357 | 204-30 |
BUD 75 + BUD 77 |
205-75 | 205-61 | 204-61 | 204-75 | 205-77 | 205-213 | 204-213 | 205-137 | 205-214 | 204-214 | 204-117 | 204-77 |
BUD 81 + BUD 82 |
205-81 | 205-55 | 204-55 | 204-81 | 205-82 | 205-223 | 204-223 | 205-142 | 205-224 | 204-224 | 204-122 | 204-82 |
BUD 84 + BUD 85 |
205-84 | 205-67 | 204-67 | 204-84 | 205-85 | 205-229 | 204-229 | 205-145 | 205-230 | 204-230 | 204-125 | 204-85 |
BUD 88 + BUD 86 |
205-88 | 205-235 | 204-235 | 205-21 | 204-21 | 204-88 | 205-86 | 205-13 | 204-13 | 205-15 | 204-15 | 204-86 |
BUD 129 + BUD 102 |
205-129 | 205-353 | 204-353 | 205-354 | 204-354 | 204-129 | 205-102 | 205-274 | 204-274 | 205-275 | 204-275 | 204-102 |
BUD 132 + BUD 133 |
205-132 | 205-359 | 204-359 | 205-360 | 204-360 | 204-132 | 205-133 | 205-126 | 204-106 | 205-362 | 204-362 | 204-133 |
BUD 134 + BUD 131 |
205-134 | 205-363 | 204-363 | 205-364 | 204-364 | 204-134 | 205-131 | 205-59 | 204-30 | 205-358 | 204-358 | 204-131 |
BUD 143 | 205-143 | 205-388 | 204-386 | 205-387 | 204-387 | 205-277 | 204-277 | 205-188 | 204-188 | 204-41 | 204-47 | 204-143 |
-
KRL JR 205-142F berangkat dari Stasiun Jayakarta
-
Interior kereta 204-8 dengan 6 pintu milik rangkaian 205-123F. Rangkaian ini menjalani tes uji coba angkut penumpang pada tanggal 6 Februari 2014
-
Penomoran baru pada KRL JR 205
-
Layar Commuter Information System (CIS) pada KRL JR 205
KRL eks Tōyō Rapid
KRL eks Tōyō Rapid 1000
KRL eks Tōyō Rapid 1000 (1061F, 1081F, 1091F) didatangkan dengan masing-masing 10 kereta per set, pada awalnya hanya dioperasikan dengan 8 kereta per set akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya pada saat itu. Namun rangkaian 1081F dikembalikan menjadi 10 kereta di tahun 2017.
Rangkaian yang Beroperasi
- 08F/1081F
Susunan rangkaian | ||||||||||
Nomor | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1081F | 1081 | 1082 | 1083 | 1084 | 1085 | 1086 | 1094 | 1095 | 1089 | 1080 |
Rangkaian yang Tidak Beroperasi
- 06F/1061F. Telah dirucat di Stasiun Cikaum.
- 09F/1091F. Disimpan di dipo Depok setelah menjadi rangkaian donor untuk 1080F.
Susunan rangkaian | ||||||||
Nomor | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1061F | 1061 | 1062 | 1063 | 1064 | 1065 | 1066 | 1069 | 1060 |
1091F | 1091 | 1092 | 1093 | 1096 | 1099 | 1090 | - | - |
-
KRL Toyo Rapid 1061F di Stasiun Jakarta Kota.
-
KRL Toyo Rapid 1081F di Bogor, Indonesia, Juni 2016
KRL eks Tōkyō Metro
KRL eks Tōkyō Metro 05
KRL eks Tōkyō Metro 05 mulai tiba di Jakarta pada bulan Agustus 2010, diawali dengan rangkaian 05-02F dan 05-07F. Total keseluruhan ada 8 rangkaian KRL TM 05 yang telah tiba di Indonesia.
Nomor | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
05-102F | 05-102 | 05-202 | 05-302 | 05-602 | 05-702 | 05-802 | 05-902 | 05-002 |
05-104F | 05-104 | 05-204 | 05-304 | 05-604 | 05-704 | 05-804 | 05-904 | 05-004 |
05-105F | 05-105 | 05-205 | 05-305 | 05-605 | 05-705 | 05-805 | 05-905 | 05-005 |
05-107F | 05-107 | 05-207 | 05-307 | 05-607 | 05-707 | 05-807 | 05-907 | 05-007 |
05-108F | 05-108 | 05-208 | 05-308 | 05-608 | 05-708 | 05-808 | 05-908 | 05-008 |
05-109F | 05-109 | 05-209 | 05-309 | 05-609 | 05-709 | 05-809 | 05-909 | 05-009 |
05-110F | 05-110 | 05-210 | 05-310 | 05-610 | 05-710 | 05-810 | 05-910 | 05-010 |
05-112F | 05-112 | 05-212 | 05-312 | 05-612 | 05-712 | 05-812 | 05-912 | 05-012 |
Keterangan:
- Kereta 05-400 dan 05-500 dilepas dari rangkaian
- Seluruhnya bercat merah-putih-kuning dan memakai teralis jendela bercat hitam.
- Set 110F bercat kuning lebar di bagian muka, memiliki ornamen putih di bagian atas jendela muka, dan logo KCJ ditempatkan di display.
- Mulai perawatan akhir 2016, kereta-kereta yang sudah menjalani perawatan akhir tidak lagi memakai ornamen Kereta Khusus Wanita (KKW) di sampingnya.
-
KRL TM 05-005F
-
KRL eks Tokyo Metro 05 set 110F di Stasiun Manggarai, Maret 2016
KRL eks Tōkyō Metro 5000
KRL eks Tōkyō Metro 5000 (5809F/59F, 5816F/66F, 5817F/67F, 5819F/69F) didatangkan dengan masing-masing 10 kereta per set, namun hanya dioperasikan dengan 8 kereta akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya pada saat itu.
- 59F/5809F: 5809-5312-5631-5314-5607-5215-5313-5009 (5675 dan 5676 dilepas) Rangkaian ini memakai skema livery KCJ.
- 66F/5816F: 5816-5245-5630-5363-5688-5905-5326-5016 (5246, 5631 dan 5247 dilepas, 5631 digunakan pada 59F/5809F, 5246 digunakan pada 67F/5817F; KRL ini menggunakan nama "Djoko Vision" dan telah dilengkapi layar penampil rute). Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 31 (5816). Tidak beroperasi dan ditanahkan di Stasiun Cikaum.
- 67F/5817F: 5817-5246-5632-5359-5127-5927-5251-5017 (5250, 5634, dan 5248 dilepas). Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 18 (5817).
-
KRL TM 5017F.
KRL eks Tōkyō Metro 6000
KRL eks Tōkyō Metro 6000 kedatangan 2011-2013 (6105F, 06F, 07F, 11F, 12F, 13F, 15F, 23F, 25F, 26F, 27F, 33F, dan 34F) didatangkan dengan masing-masing 10 kereta, namun hanya dioperasikan dengan 8 kereta akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya pada saat itu. Namun untuk kedatangan 2016 (6101F, 08F, 16F, 17F, 18F) dan 2017 (6119F, 21F, 24F, 32F) dioperasikan dengan formasi 10 kereta.
Susunan rangkaian ditampilkan pada tabel di bawah.
Rangkaian Formasi 8 Kereta
Kereta 6700-6800 atau kereta 6800-6900 dilepas dari rangkaian untuk membuat formasi 8 kereta. Rangkaian 6112F dan 6113F sudah tidak beroperasi. Rangkaian-rangkaian ini menggunakan sistem traksi AVF Chopper.
Susunan rangkaian | ||||||||
Nomor | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
6105F | 6105 | 6205 | 6705 (6305) |
6405 | 6505 | 6605 | 6905 | 6005 |
6106F | 6106 | 6206 | 6306 | 6406 | 6507 (6506) |
6606 | 6706 | 6006 |
6107F | 6107 | 6207 | 6307 | 6407 | 6506 (6507) |
6607 | 6707 | 6007 |
6111F | 6111 | 6211 | 6311 | 6411 | 6511 | 6611 | 6711 | 6011 |
6112F | 6112 | 6212 | 6312 | 6412 | 6512 | 6612 | 6712 | 6012 |
6113F | 6113 | 6213 | 6315 (6313) |
6413 | 6515 (6513) |
6613 | 6713 | 6013 |
6115F | 6115 | 6215 | 6313 (6315) |
6415 | 6513 (6515) |
6615 | 6715 | 6015 |
6123F | 6123 | 6223 | 6323 | 6423 | 6523 | 6623 | 6923 | 6023 |
6125F | 6125 | 6225 | 6325 | 6425 | 6525 | 6625 | 6725 | 6025 |
6126F | 6126 | 6226 | 6326 | 6426 | 6526 | 6626 | 6926 | 6026 |
6127F | 6127 | 6227 | 6327 | 6427 | 6527 | 6627 | 6927 | 6027 |
6133F | 6133 | 6233 | 6333 | 6433 | 6533 | 6633 | 6933 | 6033 |
6134F | 6134 | 6334 | 6434 | 6534 | 6634 | 6234 | 6934 | 6034 |
Rangkaian Formasi 10 Kereta
Rangkaian dengan formasi 10 kereta keseluruhannya menggunakan sistem traksi VVVF.
Susunan rangkaian | ||||||||||
Nomor | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
6101F | 6101 | 6201 | 6701 | 6601 | 6301 | 6401 | 6501 | 6801 | 6901 | 6001 |
6108F | 6108 | 6308 | 6408 | 6508 | 6708 | 6808 | 6608 | 6208 | 6908 | 6008 |
6116F | 6116 | 6316 | 6416 | 6516 | 6716 | 6816 | 6616 | 6216 | 6916 | 6016 |
6117F | 6117 | 6317 | 6417 | 6517 | 6717 | 6817 | 6617 | 6217 | 6917 | 6017 |
6118F | 6118 | 6318 | 6418 | 6518 | 6718 | 6818 | 6618 | 6218 | 6918 | 6018 |
6119F | 6119 | 6319 | 6419 | 6519 | 6719 | 6819 | 6619 | 6219 | 6919 | 6019 |
6121F | 6121 | 6321 | 6421 | 6521 | 6721 | 6821 | 6621 | 6221 | 6921 | 6021 |
6124F | 6124 | 6224 | 6324 | 6424 | 6524 | 6624 | 6724 | 6824 | 6924 | 6024 |
6131F | 6131 | 6231 | 6331 | 6431 | 6531 | 6631 | 6731 | 6831 | 6931 | 6031 |
6132F | 6132 | 6232 | 6332 | 6432 | 6532 | 6632 | 6732 | 6832 | 6932 | 6032 |
-
Rangkaian 6134F, salah satu rangkaian AVF Chopper
-
Rangkaian 6117F, salah satu rangkaian VVVF 2 fasa
-
Rangkaian 6131F, satu-satunya (pada saat ini) rangkaian VVVF 3 fasa
KRL eks Tōkyō Metro 7000
KRL eks Tōkyō Metro 7000, (7117F, 21F, 22F, 23F) didatangkan dengan masing-masing 10 kereta per set, namun hanya dioperasikan dengan 8 kereta akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya pada saat itu.
- 17F/7117F: 7117-7217-7317-7417-7517-7617-7917-7017(7717 dan 7817 dilepas).Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 01 (7117) sampai dengan K1 1 10 10 (7017).
- 21F/7121F: 7121-7221-7321-7421-7521-7621-7921-7021(7721 dan 7821 dilepas).Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 11 (7121) sampai dengan K1 1 10 20 (7021).
- 22F/7122F: 7122-7222-7322-7422-7522-7622-7922-7022(7722 dan 7822 dilepas).Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 21 (7122) sampai dengan K1 1 10 30 (7022).
- 23F/7123F: 7123-7223-7323-7423-7523-7623-7923-7023(7723 dan 7823 dilepas).Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 31 (7123) sampai dengan K1 1 10 40 (7023).
Berkebalikan dengan KRL Tōkyō Metro 6000, rangkaian 7117F merupakan satu-satunya rangkaian KRL TM 7000 yang memiliki bentuk persambungan lebar dan kaca tidak seragam. Ini disebabkan karena rangkaian KRL TM 7117F adalah salah satu rangkaian yang aslinya hanya terdiri dari 5 kereta (7117, 7717, 7817, 7917 dan 7017), sedangkan 5 kereta lainnya adalah tambahan pada tahun 1983 saat Eidan Chikatetsu/Teito Rapid Transit Authority (TRTA, pendahulu Tokyo Metro) menstandarisasikan seluruh Tokyo Metro 7000 yang beroperasi di Eidan Yurakucho Line adalah 10 kereta per set. Rangkaian yang awalnya 5 kereta tersebut adalah 7101F - 7120F (Diantaranya 7117F). Batch berikutnya 7121F - 7134F memiliki kaca yang seragam dan persambungan yang biasa. Bentuk kotak AC rangkaian 7117F sama dengan KRL TM 6000 batch awal (6105F, 06F, 07F, 11F - 13F dan 15F), sedangkan 7121F - 7123F bentuk kotak AC-nya sama dengan KRL TM 6000 batch terakhir (6123F, 25F - 27F, 33F - 34F).
Saat ini rangkaian 7121F tidak bisa dioperasikan karena mengalami tabrakan dengan truk pengangkut bahan bakar di pintu perlintasan Pondok Betung, Jakarta Selatan pada tanggal 9 Desember 2013 [18]. Akibat kecelakaan tersebut, kereta KuHa 7121 (K1 1 10 11) mengalami kerusakan berat pada struktur badan kereta, yang sebagian besar terbuat dari bahan alumunium alloy. Bagian kabin masinis penyok dan meleleh akibat benturan dan kobaran api yang berasal dari truk pengangkut bahan bakar setelah kejadian.
-
KRL TM 7117F memasuki Stasiun Lenteng Agung
KRL INKA
KRL-I Prajayana
KRL-I dibuat tahun 2001, sebagai hasil produk PT INKA yang merupakan pabrik kereta api nasional. Dengan alasan biaya pengadaan yang terlalu tinggi dan sering bermasalah, KRL-I jarang digunakan. KRL ini disebut sebagai KRL Prajayana. KRL-I yang digunakan oleh PT KAI pada awalnya terdiri dari 2 rangkaian, masing-masing dengan 4 kereta. Terakhir, KRL-I dicat dengan striping biru. Saat ini KRL-I sudah tidak beroperasi dan ditanahkan di Stasiun Cikaum.
-
KRL-I Prajayana
KRL i9000 KfW - Bombardier
KRL i9000 (KfW) mulai diproduksi pada tahun 2010 dan diresmikan bersamaan dengan kereta api Gajah Wong pada hari Rabu tanggal 24 Agustus 2011. KRL ini dibuat sebanyak 40 unit (10 set), dengan setiap rangkaian terdiri dari 4 kereta dengan kodefikasi baru (K3 1 11 xx). Mulai bulan Oktober 2015 KRL KfW dihentikan operasionalnya dan mulai dikembalikan ke PT INKA untuk perbaikan. Istilah KfW berasal dari nama bank milik Pemerintah Jerman, yakni "Kreditanstalt für Wiederaufbau". Saat ini, KRL KfW telah beroperasi kembali, namun di lintas yang tidak terlalu padat atau hanya sebagai feeder. Sebagian KRL KfW masih disimpan di Dipo KRL Depok dan di PT INKA.
Susunan rangkaian | ||||
Nomor | 1 (TC) | 2 (M1) | 3 (M2) | 4 (TC) |
---|---|---|---|---|
TS1 | K3 1 11 01 | K3 1 11 02 | K3 1 11 03 | K3 1 11 04 |
TS2 | K3 1 11 05 | K3 1 11 06 | K3 1 11 07 | K3 1 11 08 |
TS3 | K3 1 11 09 | K3 1 11 10 | K3 1 11 11 | K3 1 11 12 |
TS4 | K3 1 11 13 | K3 1 11 14 | K3 1 11 15 | K3 1 11 16 |
TS5 | K3 1 11 17 | K3 1 11 18 | K3 1 11 19 | K3 1 11 20 |
TS6 | K3 1 11 21 | K3 1 11 22 | K3 1 11 23 | K3 1 11 24 |
TS7 | K3 1 11 25 | K3 1 11 26 | K3 1 11 27 | K3 1 11 28 |
TS8 | K3 1 11 29 | K3 1 11 30 | K3 1 11 31 | K3 1 11 32 |
TS9 | K3 1 11 33 | K3 1 11 34 | K3 1 11 35 | K3 1 11 36 |
TS10 | K3 1 11 37 | K3 1 11 38 | K3 1 11 39 | K3 1 11 40 |
KRL ini dioperasikan di rute feeder di mana KRL ini dioperasikan dengan 1 rangkaian saja.
-
KRL KfW i9000 di Stasiun Depok
New KRL Holec AC (Woojin, Korea)
KRL Holec AC adalah hasil modifikasi dan peremajaan dari KRL Holec non-AC yang beroperasi di Jabotabek. Modifikasi dilakukan di lingkungan PT INKA, pabrik yang juga membuat KRL Holec non AC medio 1994-2001.
Modifikasi meliputi penggantian material kursi, penggantian mesin KRL (dari Bombardier menjadi Woojin), kabin masinis, pemasangan GPS dan TMS (Train Monnitoring System), serta pemasangan AC. Rangkaian ini telah beroperasi secara resmi pada tanggal 29 Maret 2014 dijalur Duri - Tangerang. Namun operasional KRL Holec AC ini terbilang sebentar, karena pada kuartal ketiga 2014 KRL Holec AC dikembalikan ke PT INKA untuk perbaikan. Hingga saat ini, KRL Holec AC masih berada di PT INKA, Madiun.
Meskipun tidak lagi menggunakan komponen dari BN-Holec dan Bombardier, KRL ini tetap disebut KRL Holec AC.
- TS1: K3 1 00 07 (TC1) ex KL3-2000208 - K3 1 97 12 (M1) ex KL3-97233 - K3 1 97 06 (M2) ex KL3-97231 - K3 1 97 13 (T1) ex KL3-97234 - K3 1 97 37 (T2) ex KL3- 97250 - K3 1 00 08 (M3) ex KL3-2000207 - K3 1 97 04 (M4) ex KL3-97229 - K3 1 97 09 (TC2) ex KL3-97246
- TS2: K3 1 97 11 - K3 1 97 08 - K3 1 97 10 - K3 1 97 07 - K3 1 96 16 - K3 1 96 11 - K3 1 96 01 - K3 1 98 06
- TS3: K3 1 99 08 - K3 1 98 05 - K3 1 99 05 - K3 1 96 03 - K3 1 97 02 - K3 1 97 14 - K3 1 96 09 - K3 1 01 03
-
KRL Holec AC
Insiden
- 2 November 1993, KRL Ekonomi Rheostatik Stainless bertabrakan dengan KRL Ekonomi Rheostatik Mild Steel di Ratujaya, Depok. Akibatnya, 17 orang tewas dan 2 kereta dari masing-masing rangkaian hancur dan tidak bisa dipakai lagi. Sementara sisa 2 kereta lainnya dari masing-masing rangkaian digabung menjadi satu.
- 4 Oktober 2012, KRL Commuter Line dengan nomor perjalanan 435 (Bogor-Jakarta Kota) anjlok dan menabrak peron di Stasiun Cilebut, menyebabkan perjalanan kereta dari Jakarta hanya sampai Stasiun Bojong Gede. Rangkaian yang terlibat dalam insiden ini adalah KRL TM 05-007F dengan rangkaian yang anjlok adalah gerbong ketiga bernomor rangkaian 05-307.[19]
- 9 Desember 2013, KRL Commuter Line dengan nomor perjalanan 1131 (Maja-Tanah Abang) menabrak truk tangki Pertamina hingga meledak dan terbakar. Rangkaian yang terlibat dalam insiden ini adalah KRL TM 7121F.[20]
- 23 September 2015, pukul 15.25 WIB, terjadi kecelakaan yang melibatkan dua KRL JR 205 SF 10 (rangkaian 205-54F dan 205-123F) di Stasiun Juanda. Kondisi kedua kabin KRL JR 205 (KuHa 204 / 205) tersebut rusak berat. Kondisi kereta nomor 1-9 pada kedua rangkaian kereta tersebut juga mengalami kerusakan yang cukup berat, terutama di bagian persambungannya yang seluruhnya juga mengalami kerusakan berat dan remuk. Empat puluh dua orang luka-luka akibat kecelakaan tersebut.[21][22] Kejadian ini mengakibatkan sang masinis KRL 1156, Gustian, terluka parah dan harus dirujuk ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.[23]
Galeri
-
Peta rute KCJ.
-
Peta rute KCJ dengan keterangan jarak antar stasiun.
-
Peta Rute KCJ dengan rencana perpanjangan rute.
-
Bangkai KRL ABB-Hyundai.
-
KRL JR 205 yang baru diturunkan ke rel di Stasiun Pasoso.
Lihat pula
Referensi
- ^ a b Elisa Valenta Sari (3 Februari 2015). "Jumlah Penumpang KRL 2014 Tembus Rekor 206 Juta Orang". CNN Indonesia. Diakses tanggal 20 September 2015.
- ^ Media, Kompas Cyber. "Merindu Trem di Jakarta". KOMPAS.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-03-24.
- ^ a b c d Media, Kompas Cyber. "Putaran Roda KRL, Bonbon, hingga KfW". KOMPAS.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-03-24.
- ^ "Sejarah Kereta Rel Listrik". PT KAI Commuter Jabodetabek. Diakses tanggal 20 September 2015.
- ^ a b https://m.tempo.co/read/news/2016/12/19/090829016/kai-januari-2017-krl-beroperasi-sampai-rangkasbitung
- ^ http://news.liputan6.com/read/632722/berlakukan-tarif-progresif-krl-commuter-pt-kai-merugi
- ^ http://www.merdeka.com/uang/mulai-1-april-2015-tarif-krl-jabodetabek-tergantung-jarak.html
- ^ a b Ketentuan Tiket KRL per 1 April 2015
- ^ http://nasional.kompas.com/read/2014/08/11/13275481/Tiket.Elektronik.Transjakarta.Bisa.Digunakan.untuk.KRL
- ^ Anak Bertinggi Badan Lebih dari 90 Cm Wajib Beli Tiket KRL
- ^ Fasilitas Free Out akan Ditiadakan, diakses 14 Desember 2015
- ^ Majalah KA Edisi Juni 2014
- ^ Liputan 6: 5 Kecelakaan Maut di Rel Jabodetabek
- ^ http://www.re-digest.web.id/2016/12/rangkaian-205-15f-203-2f-dan-6131f.html
- ^ http://news.detik.com/read/2014/03/05/101530/2515745/10/pt-kcj-operasikan-kereta-terpanjang-seri-205
- ^ a b Pemanjangan Formasi KRL Seri 205 Eks Jalur Yokohama Sudah Rampung
- ^ Daftar rangkaian JR seri 205 (Bahasa Jepang)
- ^ http://news.detik.com/read/2013/12/09/114115/2436228/10/krl-vs-tangki-di-bintaro-picu-kebakaran-besar-lebih-10-damkar-dikerahkan
- ^ http://charleskkb.blogspot.com/2011/11/renungan-kecelakaan-ka-ratujaya-2.html
- ^ http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2013/12/131209_krlaccident.shtml Kereta Komuter tabrak Truk Tangki
- ^ MetroTVNews.com: KRL Tabrak KRL di Stasiun Juanda, Korban Berjatuhan
- ^ Tempo: Ini 42 Korban Luka Kecelakaan KRL di Stasiun Juanda
- ^ MetroTVNews.com: Humas KCJ: Masinis Gustian Luka Parah