KRL Commuter Line

sistem angkutan cepat di Indonesia

KA Commuter Jabodetabek (atau disebut juga KRL Commuter Line, dulu dikenal sebagai KRL Jabotabek) adalah jalur kereta rel listrik yang dioperasikan oleh PT KAI Commuter Jabodetabek, anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). KRL telah beroperasi di wilayah Jakarta sejak tahun 1976, hingga kini melayani rute komuter di wilayah DKI Jakarta, Kota Depok, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Lebak, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.

KA Commuter Jabodetabek
Info
PemilikPT Kereta Api Indonesia
WilayahWilayah Metropolitan Jakarta Raya
JenisTransportasi umum, Kereta api komuter
Jumlah jalur6
Jumlah stasiun80
Penumpang harian914.840 orang (puncak harian, 15 Juni 2015) [1]
647.000 orang (rata-rata harian, Jan 2015)
206 juta orang (2014)[1]
Kantor pusatJalan Ir. H. Juanda 1, Jakarta Pusat
Situs webwww.krl.co.id
Operasi
Dimulai6 April 1925 (dibawah Staats Spoorwegen, perusahaan kereta kolonial belanda)
15 September 2008 (dibawah PT KCJ, sebagai KA Commuter Jabodetabek)
OperatorPT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ)
Panjang kereta4, 6, 8, 10 dan 12 kereta penumpang
Waktu antara5-15 menit
Teknis
Panjang sistem235 km (146 mi)
Lebar sepur1067
Listrik1.500 V DC
Kecepatan rata-rata40 km/h (25 mph)
Kecepatan tertinggi90 km/h (56 mph)
Peta rute
(klik gambar untuk memperbesar)

Berkas:Peta Rute KRL.png

Sejarah

Kereta listrik pertama (1925), melayani jalur Tanjoeng Priok - Meester Cornelis

Staats Spoorwegen, sebagai operator kereta api milik Pemerintah Kolonial Belanda, memulai proyek elektrifikasi jalur kereta Tanjoeng Priok - Meester Cornelis (Jatinegara) pada tahun 1923 dan diresmikan pada 1925. Proyek elektrifikasi terus berlanjut pada lingkar Jakarta, hingga Bogor dan Bekasi. Kereta yang digunakan ialah lokomotif listrik seri 3000 buatan pabrik SLM–BBC (Swiss Locomotive & Machine works - Brown Baverie Cie), lokomotif listrik seri 3100 buatan pabrik AEG (Allgemaine Electricitat Geselischaft) Jerman, lokomotif listrik seri 3200 buatan pabrik Werkspoor Belanda serta kereta listrik buatan pabrik Westinghouse dan kereta listrik buatan pabrik General Electric.

Jalur kereta yang terelektrifikasi tersebut terus digunakan dan diperluas wilayah operasionalnya sejak kemerdekaan Indonesia. Pengoperasian jalur kereta api di Indonesia dilaksanakan oleh Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (kini sebagai PTKA). Lokomotif yang telah digunakan sejak zaman Belanda dan dianggap sudah tidak layak jalan digantikan oleh rangkaian kereta listrik buatan Jepang sejak tahun 1976. Sejak tahun 2000, Pemerintah Indonesia rutin mendapatkan hibah rangkaian maupun pembelian kereta listrik dari Jepang, yang kemudian digunakan untuk menambah armada kereta listrik Jakarta.

Pada tahun 2008 dibentuk anak perusahaan PT KA, yakni PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), yang fokus pada pengoperasian jalur kereta listrik di wilayah Daerah Operasional (DAOP) 1 Jabotabek, yang saat itu memiliki 37 rute kereta yang melayani wilayah Jakarta Raya. PT KCJ memulai proyek modernisasi angkutan KRL pada tahun 2011, dengan menyederhanakan rute yang ada menjadi 5 rute utama, penghapusan KRL ekspress, penerapan gerbong khusus wanita, dan mengubah nama KRL ekonomi-AC menjadi Kereta Commuter. Proyek ini dilanjutkan dengan renovasi, penataan ulang, dan sterilisasi sarana dan prasarana termasuk jalur kereta dan stasiun kereta, serta penempatan satuan keamanan pada tiap gerbong. Saat Stasiun Tanjung Priok diresmikan kembali setelah dilakukan renovasi total pada tahun 2009, jalur kereta listrik bertambah menjadi 6, walaupun belum sepenuhnya beroperasi. Pada Juli 2013, PT KCJ mulai menerapkan sistem tiket elektronik COMMET (Commuter Electronic Ticketing) dan perubahan sistem tarif kereta.[2]

Rute

Saat ini KA Commuter Jabodetabek memiliki 6 jalur dan 11 relasi:

Jalur Relasi Jumlah Stasiun Jarak Dioperasikan
Jakarta - Bogor Jakarta Kota - Depok 20 33.3 km 1930
Jakarta Kota - Bogor 24 54.8 km 1930
Jatinegara-Bogor Jatinegara - Depok 25^ 47.2 km 1987
Jatinegara - Bogor 29^ 69.4 km 1987
Duri - Nambo 20 50.8 km 2015
Tanah Abang - Maja Tanahabang - Serpong 8 24.3 km 1992
Tanahabang - Parungpanjang 11 34.5 km 2009
Tanahabang - Maja 17 55.6 km 2013
Jakarta - Bekasi Jakarta Kota - Bekasi 15 26.9 km 1992
Duri - Tangerang Duri - Tangerang 11 19.3 km 1997
Jakarta - Tanjung Priok Jakarta Kota - Tanjung Priok 4 15.4 km 2015
† Tidak termasuk Stasiun Gambir (tidak melayani Commuterline)

^ Tidak termasuk Stasiun Angke (tidak melayani Commuterline)

Elektrifikasi dan penambahan rute

Saat ini, jalur Green Line sedang diperpanjang sampai Stasiun Rangkasbitung dan direncanakan akan selesai pada tahun 2016. Proses elektrifikasi ini juga meliputi pembangunan jalur ganda Maja-Citeras-Rangkasbitung, pembagunan tiang LAA dan pembangunan gardu listrik.

Stasiun MajaCiterasStasiun Rangkasbitung.

Selain itu, jalur Blue Line juga akan dilanjutkan sampai Stasiun Cikarang. Pengerjaan sudah dimulai sejak akhir tahun 2013. Jalur Jatinegara-Cikarang akan digandakan menjadi 4 jalur kereta api. Pembangunan jalur double-double track dan elektrifikasi diperkirakan akan selesai pada tahun 2018. Direncanakan di jalur ini akan dibangun berberapa stasiun baru, di antaranya Stasiun Bekasi Timur.

Stasiun BekasiStasiun AmperaTambunCibitungTelaga MurniStasiun Cikarang.

Dengan beroperasinya kembali jalur kereta api Citayam-Nambo, ada kemungkinan untuk melanjutkan kembali pembangunan jalur kereta api baru Parung Panjang - Tanjung Priok. Jalur ini sudah pernah direncanakan oleh pemerintah Orde Baru pada tahun 1990-an. Rencana ini dibatalkan karena Krisis finansial Asia 1997 dan jatuhnya Suharto pada tahun 1998. Jalur kereta api yang akan melingkari Jakarta ini akan terdiri oleh berberapa stasiun:

Stasiun Parung PanjangStasiun CitayamNamboStasiun CikarangStasiun Tanjung Priok

Saat ini sedang ada persiapan pembangunan jalur kereta api ganda dari Stasiun Batuceper ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta sepanjang 12.1 km. Direncanakan peletakan batu pertama akan dilaksanakan pada bulan Juni 2015. Saat ini proses pembebasan lahan sudah 100% rampung. Rencananya juga akan dibangun jalur baru lagi dari Stasiun Cawang ke Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Dengan selesainya pembangunan jalur ini, para penumpang pesawat tidak akan kesusahan transfer pesawat.

Bandar Udara Internasional Soekarno-HattaStasiun BatuceperStasiun DuriStasiun TanahabangStasiun SudirmanStasiun ManggaraiStasiun CawangBandar Udara Halim Perdanakusuma

Stasiun

Tebal: Stasiun akhir atau transit

Miring: Hanya melayani kereta jarak jauh/ menengah, tidak melayani Commuterline

Coret: Stasiun nonaktif

Jakarta Kota - Bogor Jakarta Kota - Bekasi Tanah Abang - Maja Duri - Tangerang Jakarta Kota - Tanjung Priok

† Beberapa kereta mengakhiri dan memulai perjalanan dari stasiun ini

† Beberapa kereta mengakhiri dan memulai perjalanan dari stasiun ini

Jatinegara - Bogor/ Nambo

† Beberapa kereta mengakhiri dan memulai perjalanan dari stasiun ini

^ Hanya bagi kereta ke arah utara (menuju Depok/ Bogor). Kereta arah selatan (menuju Jatinegara) tidak berhenti di sini.

Stasiun utama

Berikut ini adalah daftar stasiun terminus (staiun awal/akhir) utama maupun stasiun besar yang juga berfungsi sebagai stasiun transit dan stasiun kereta jarak jauh.

Stasiun Jalur Diresmikan pada Stasiun KA Jarak Jauh Tipe Keterangan
Stasiun Jakarta Kota 1926 Tidak Terminus KA Commuter
Terminus KA Lokal Purwakarta
Stasiun Gambir 1884 Ya Terminus KA Jarak Jauh Saat ini, Stasiun Gambir tidak melayani KA Commuter dikarenakan jadwal KA Jarak Jauh yang padat. Penumpang KA Commuter yang akan menuju pusat kota turun melalui stasiun terdekat dengan Gambir (Gondangdia atau Juanda).
Stasiun Manggarai 1918 Tidak Transit KA Commuter
Transit KA Jarak Jauh
Stasiun Jatinegara 1910 Ya Transit KA Commuter
Transit KA Jarak Jauh
Semua kereta api jarak jauh dari arah timur berhenti di stasiun ini, kereta api jarak jauh dari arah barat berjalan langsung.
Stasiun Tanah Abang 1910 Ya Transit KA Commuter
Terminus KA Lintas Barat
KA Lintas Barat dioperasikan oleh PTKA, terdiri dari KA Rangkas Jaya, KA Banten Ekspress dan KA Kalimaya yang beroperasi sepanjang jalur kereta api Tanah Abang hingga Merak. Juga melayani KA Krakatau tujuan Kediri & Merak.
Stasiun Duri Tidak Transit KA Commuter Stasiun Duri akan dioperasikan sebagai Transit KA Bandara Internasional Soekarno-Hatta, yang pembangunannya dimulai pada akhir 2013.
Stasiun Kampung Bandan Tidak Transit KA Commuter
Stasiun Pasar Senen 1925 Ya Terminus KA Jarak Jauh Saat ini, Stasiun Pasar Senen hanya melayani KA Commuter dari arah Jatinegara. Penumpang KA Commuter yang akan menuju Pasar Senen selain dari arah Jatinegara dapat turun melalui stasiun terdekat dengan Pasar Senen yaitu Kemayoran.
Stasiun Bogor 1881 Ya Terminus KA Commuter
Terminus KA Pangrango
Merupakan terminus dari KA Pangrango yang dioperasikan oleh PT. KAI, melayani rute Bogor-Sukabumi-Cianjur.
Stasiun Bekasi 1887 Tidak Terminus KA Commuter
Transit KA Jarak Jauh
Stasiun Tangerang 1899 Tidak Terminus KA Commuter Stasiun ini merupakan stasiun paling ujung di Jalur kereta api Tangerang-Duri
Stasiun Tanjung Priok 1885 Tidak Terminus KA Commuter Terminus
KA Barang
Sudah dapat melayani KRL dan KA barang.
Stasiun Citayam Tidak Transit KA Commuter
Stasiun Nambo 2015 Tidak Terminus KA Commuter

Tiket Elektronik dan Tarif

Kartu Multi Trip (hitam) dan Tiket Harian Berjaminan (putih) milik KA Commuter Jabodetabek.

Multi Trip dan Single Trip

Sebagai tahapan penerapan program e-ticketing, PT Kereta Api Indonesia dan PT KAI Commuter Jabodetabek mulai 2012 mengganti Kartu Trayek Bulanan (KTB)/Kartu Langganan Sekolah (KLS) secara bertahap hingga pada 1 Juli 2013 ditetapkan menjadi Commuter Electronic Ticketing (Commet). Kartu Commet adalah alat pembayaran pengganti uang tunai yang digunakan untuk transaksi perjalanan KA Commuter Line sebagai tiket perjalanan KA, yang disediakan dalam bentuk kartu sekali pakai (Single-Trip) dan prabayar (Multi-Trip). Penumpang diwajibkan untuk melakukan tap-in di gerbang masuk dan memasukkan kartu single-trip ke dalam gerbang keluar atau cukup tap-out bagi pengguna kartu prabayar di gerbang keluar.

Bersamaan dengan pemberlakuan Commet, sistem tarif progresif diberlakukan. Sistem ini menggunakan hitungan jumlah stasiun yang dilewati sebagai dasar perhitungan tarif tiap penumpang. Awalnya berlaku tarif normal, namun karena adanya subsidi dana public service obligations (PSO) Kementerian Perhubungan bagi KA Commuter, maka tarif berlaku tarif subsidi.[3]

Mulai 1 April 2015, tarif progresif akan mengalami perubahan. Sistem tarif progresif baru akan menghitung tarif berdasarkan jarak.[4] Selain itu, ketentuan uang jaminan untuk THB dan minimal saldo untuk tiket multitrip dan kartu bank berubah[5].

Tiket harian berjaminan (THB)

Karena penerapan tiket single trip mengakibatkan banyaknya kejadian tiket perjalanan single trip hilang, pada tanggal 11 Agustus 2013 KCJ menerapkan sistem ticketing pengganti sistem single trip untuk penumpang KRL tanpa berlangganan. Penghitungan tarif sesuai dengan skema tarif perjalanan single trip, namun penumpang diharuskan untuk membayar uang jaminan untuk THB. Uang jaminan dapat diambil kembali di stasiun hingga jangka waktu maksimal 7 hari atau ditukarkan kembali dengan THB baru dengan membayar tarif untuk perjalanan selanjutnya.

Kartu Multi Trip (KMT)

Selain tiket harian berjaminan, penumpang dapat menggunakan Kartu Multi Trip (KMT). Kartu Multi Trip adalah kartu prabayar isi ulang yang dapat digunakan penumpang sebagai tiket KRL dengan ketentuan saldo minimum. Kartu tersebut hanya bisa digunakan untuk naik KRL saja dan dapat di isi ulang di seluruh stasiun KRL di Jabodetabek.

Kartu Prabayar (Kartu Bank)

Sejak 8 Desember 2013, kartu Flazz BCA sudah dapat digunakan di Commuter Line, dan sejak tanggal 16 Juni 2014, kartu Mandiri E-Money, Brizzi, BRI, dan BNI TapCash juga sudah dapat digunakan di Commuter Line. Cara penggunaan kartu tersebut sama halnya dengan cara penggunaan Kartu Multi Trip, akan tetapi keempat kartu tersebut tidak dapat dibeli dan diisi ulang di seluruh stasiun KRL di Jabodetabek, melainkan di merchant-merchant terkait, seperti Indomaret, 7-Eleven, dan seluruh halte bus Transjakarta (tunai). Pengisian dapat dilakukan secara tunai maupun dengan kartu ATM bank terkait. Beberapa stasiun KRL juga telah melayani pengisian ulang keempat kartu tersebut, seperti Sudirman dan Juanda, tetapi tidak bisa secara tunai dan harus menggunakan kartu ATM bank terkait (kartu debit maupun kredit). Keempat kartu tersebut juga dapat digunakan sebagai tiket Transjakarta[6].

Denda (suplisi) dan free out

Pengguna dapat dikenakan denda (suplisi) jika melakukan perjalanan tanpa tiket (anak berumur 3 tahun ke atas/tinggi badan 90 cm wajib memiliki tiket [7]), menggunakan tiket harian berjaminan yang telah kedaluwarsa atau tiket multitrip yang saldonya kurang dari tarif tertinggi. Pengguna THB yang tidak melakukan tapping in/tapping out dengan benar atau tarif dalam tiketnya kurang (turun di stasiun yang lebih jauh), THB akan diambil dan tidak mendapatkan pengembalian uang jaminan. Sedangkan untuk pengguna multitrip yang tidak melakukan tapping in/tapping out dengan benar, maka pengguna harus menyelesaikan di loket dengan membayar tarif tertinggi[5].

Pengguna Tiket Harian Berjaminan juga mendapatkan fasilitas free out, fasilitas untuk dapat melakukan sekali tapping out pada stasiun yang sama dengan stasiun tapping in terhitung satu jam dari waktu transaksi pembelian THB di loket. Untuk pengguna tiket multritrip terhitung satu jam dari tapping in. Per tanggal 16 Desember 2015 fasilitas free out ditiadakan. Setiap penumpang yang masuk dan keluar di stasiun yang sama akan dikenankan denda. Untuk pengguna KMT atau Kartu Prabayar Bank dikenakan pemotongan saldo sesuai tarif terendah. Untuk pengguna THB, tarif relasi perjalanan di dalam kartu akan hangus, tetapi refund kartu masih dapat dilakukan.[8]

Armada KRL[9]

 
Tiga tipe armada KRL yang masih beroperasi.

Jalur KA Commuter Jabodetabek dilayani oleh beberapa tipe dan jenis kereta. Sekarang, Jalur ini hanya dilayani oleh KRL AC. KRL Ekonomi non-AC sudah dihentikan operasionalnya pada tahun 2013.

KRL non-AC

KRL Ekonomi adalah unit armada KRL yang ditujukan untuk masyarakat kelas ekonomi menengah dan bawah. Kelas ini menggunakan armada KRL lama yang tidak menggunakan fasilitas pendingin udara (AC). Sejumlah rangkaian dibuat oleh Nippon Sharyo dan Kawasaki, juga Hitachi, Ltd. (Jepang), BN-Holec (Belanda), ABB-Hyundaiy(Korea)ang bekerjasama dengan PT INKA. KRL jenis ini sudah tidak dioperasikan lagi di semua jalur, dan seluruhnya disimpan di Dipo KRL Depok atau Balai Yasa Manggarai. Beberapa rangkaian KRL non-AC tipe Rheostatik telah dikirim ke Stasiun Purwakarta untuk dibesituakan (afkir). Untuk KRL Rheostatik Stainless, steelHoBN-lec, dan Hitachi, tidak menutup kemungkinan bahwa KRL tersebut dapat direkondisi menjadi KRL AC, mengingat usia mereka lebih muda dari KRL eks Jepang, yaitu KRL Holec yang dibuat pada tahun 1994-2000 dan KRL Hitachi yang dibuat pada tahun 1997. Kini, seluruh KRL ekonomi dikirim ke Purwakarta, kecuali beberapa KRL yang "beruntung" dan masih digunakan untuk keperluan logistik antar-dipo.

KRL BN-Holec (1994-2001)

 
KRL BN-Holec di Stasiun Manggarai.

KRL BN-Holec adalah unit KRL ekonomi termuda. KRL ini dibuat oleh Belgien Nederlandsch-Bombardier dan Holland Electric, bekerja sama dengan pabrik PT INKA Madiun. Unit ini dulunya sempat melayani KRL Ekspres dan Ekonomi. Dari seluruh rangkaian ekonomi yang ada, KRL BN-Holec tergolong paling sulit dirawat. Selain karena masalah suku cadang yang susah dicari (pabriknya sudah lama tutup), KRL ini pun juga sering mengalami mogok karena kelebihan beban (overload). Sehingga banyak KRL BN-Holec yang rusak dan mangkrak di Balai Yasa Manggarai, lalu dijadikan KRDE (Kereta Rel Diesel Elektrik) yang dioperasikan di beberapa kota di luar Jakarta. "Rekondisi" KRL Holec adalah KRDE yang dioperasikan di rute Kutoarjo-Yogyakarta-Solo (Prameks dan Sriwedari), serta Padalarang-Cicalengka (Baraya Geulis). Selain itu KRL Holec juga direkondisi menjadi KRL Holec AC yang sudah beroperasi di jalur Tangerang. Hampir seluruh KRL Holec telah dikirim ke Purwakarta untuk dirucat.

KRL Ekonomi Rheostatik (1976, 1978 dan 1983-1987)

 
KRL Rheostatik di Stasiun Manggarai.

KRL Rheostatik adalah KRL buatan Jepang yang dibuat dari tahun 1976 sampai tahun 1987 dengan teknologi Rheostat. Umumnya, KRL ini dibuat oleh perusahaan Nippon Sharyo, Hitachi, dan Kawasaki dari Jepang, untuk melayani kelas KRL Ekonomi. KRL Rheostatik buatan pabrik Kawasaki dan Hitachi tahun 1986-1987 dulunya melayani KRL Pakuan Ekspres dan Pakuan Bisnis pada tahun '90-an. Setelah KRL Hibah (KRL Tōei 6000) datang, KRL ini mulai terlupakan dan dijadikan rangkaian KRL Ekonomi. Khusus untuk KRL Rheostatik yang datang pada tahun 1986-1987, bodinya sudah stainless steel dan satu set KRL Rheostatik Stainless merupakan KRL AC pertama di Indonesia.

Untuk KRL buatan Nippon Sharyo tahun 1976, 1978, 1983, dan 1984, kereta ini sudah mengalami banyak perubahan, baik kaca depan maupun skema warna/livery. Semula menggunakan skema PJKA yaitu berwarna merah polos dengan "wajah" kuning terang dari tahun 1976-1990-an, kemudian pada era Perumka diubah menjadi merah dan biru dengan garis putih seperti KA Ekonomi di era 90-an awal, di mana saat itu, pintu KRL mulai mengalami kerusakan dan pada tahun 1993 yaitu: satu set KRL Rheostatik mild dan stainless mengalami kecelakaan di antara Stasiun Depok dan Citayam.[10] Di era 90-an akhir, tepatnya tahun 1995-2000, KRL ini dicat dengan warna putih-hijau dengan garis biru tua dan biru muda Pada era PT KAI, kemudian diubah menjadi orange dengan garis kuning, dan terakhir putih dengan garis merah. Kedua KRL ini mulanya seperti KRL Ekonomi AC atau Ekspres, yakni pintunya dapat tertutup secara otomatis, dan cukup nyaman. Namun, seiring berjalannya waktu kondisi kedua KRL ini menurun. Kerusakan pada pintu KRL terjadi disebabkan pengganjalan pintu oleh penumpang.

Pada 2009, telah dioperasikan KRL Rheostatik dengan kabin masinis yang telah dimodifikasi dan diberi nama "Djoko Lelono". KRL ini adalah hasil modifikasi dari sejumlah unit KRL rheostatik dengan kabin masinis yang menjadi aerodinamis yang konon terinspirasi dari KA Intercity-Express (ICE). Pintu penumpang juga diaktifkan kembali sehingga dapat membuka dan menutup seperti sediakala.

Sejak tak lagi dioperasikannya seluruh KRL ekonomi non-AC, KRL Rheostatik disimpan di Dipo KRL Depok dan Balai Yasa Manggarai. KRL Rheostatik dengan bodi mild steel sebagian besar dikirim ke Stasiun Purwakarta untuk dibesituakan (afkir). Sementara KRL Rheostatik Stainless masih ada yang disimpan di Dipo KRL Depok atau Balai Yasa Manggarai, mengingat tidak menutup kemungkinan untuk direkondisi menjadi KRL AC atau ikut dirucat ke Purwakarta. Kini, masih ada beberapa rangkaian KRL rheostatik yang bernasib mujur dibandingkan KRL lainnya. Namun, KRL yang masih aktif ini dioperasikan untuk logistik antar dipo atau sebagai KRL penolong jika sedang diperlukan.

KRL INKA-Hitachi [Jepang-Indonesia] (1997)

Berkas:Hitachi at gdd.jpg
KRL Hitachi memasuki Stasiun Gondangdia

KRL ini dibuat pada tahun 1997 di PT INKA bekerjasama dengan Hitachi, dibuat sebanyak 64 unit (8 set) berteknologi Variable Voltage Variable Frequency-Insulated Gate Bipolar Transistor (VVVF-IGBT). Kereta ini memiliki ciri yang khas yaitu ketika mulai bergerak yang sangat halus dan tidak menyentak. Jenis KRL ini pernah digunakan sebagai KA Pakuan Ekspres kelas bisnis sampai akhirnya turun tingkat ketika era KRL Tōei 6000 datang dari Jepang. Saat ini sudah ada rangkaian KRL Hitachi yang telah dikirim ke Purwakarta.

KRL ABB-Hyundai [Korea Selatan-Indonesia] (1985-1992)

KRL ini dibuat atas kerjasama antara PT INKA, ABB, dan Hyundai, dirakit di PT INKA pada tahun 1985-1992 dibuat sebanyak 8 kereta (2 set) berteknologi VVVF-GTO (Gate Turn Off) dan disebut-sebut merupakan prototype kereta MagLev yang dikembangkan Hyundai untuk jalur Seoul-Pusan. KRL Hyundai ini sempat mangkrak dalam waktu yang lama, lalu beroperasi kembali dan kemudian pensiun. Saat ini KRL ABB Hyundai telah dikonversi menjadi KRDE dan beroperasi di jalur Surabaya-Mojokerto sebagai Arek Surokerto.

KRL AC

KRL AC adalah KRL dengan fasilitas AC, sehingga lebih nyaman dari KRL Ekonomi. Era peng-AC-an KRL dimulai tahun 1990-an, ketika diluncurkannya KRL Pakuan Ekspres Utama Jakarta Kota-Bogor. Saat ini, KRL AC di Jabodetabek sudah menjamur, kini semua KRL sudah dipasangi AC.

KRL eks-Hibah Toei

KRL eks Tōei 6000

 
Toei 6181F
Berkas:6161CTA.jpg
Toei 6161F
 
Toei 6181F, satu-satunya rangkaian yang masih beroperasi, dengan skema livery KCJ

KRL ini adalah KRL yang diimpor dari operator kereta bawah tanah milik Biro Transportasi Pemerintah Daerah Tōkyō (Tōei), dalam rangka kerjasama strategis Indonesia-Jepang saat itu. Meramaikan jalur Jabodetabek mulai tahun 2000, Tōei 6000 ini dioperasikan di sebagian besar rute untuk layanan ekspres dengan tambahan pendingin udara (AC). Karena berstatus hibah dari Pemerintah Daerah Kota Tōkyō, KRL ini sering disebut sebagai KRL hibah.

Pada mulanya, didatangkan 72 unit kereta dari Jepang dengan masing-masing rangkaian terdiri dari 8 kereta. Namun, pada akhirnya hanya sebanyak 3 rangkaian yang memiliki 8 kereta (6121F, 6161F, 6171F), sedangkan sisanya dijadikan 6 kereta per rangkaian. Namun mulai tahun 2012 akhir formasi Tōei 6000 banyak diubah karena rangkaian yang memiliki 6 kereta diperpanjang menjadi 8 kereta. Ada 4 rangkaian (sebelumnya 3 rangkaian) menggunakan kabin modifikasi, yang dibuat oleh Balai Yasa Manggarai. Rangkaian 6171F tidak memiliki kereta tengah, hanya 2 kereta berkabin, sejak pengaturan ulang rangkaian Toei 6000 pada akhir 2012.

Karena kecelakaan, kereta 6252 dan 6155 tidak bisa digunakan. Rangkaian 6201F tidak beroperasi dan disimpan di Balai Yasa Manggarai. KRL seri 6000 juga menjalani normalisasi AC karena banyaknya keluhan AC panas. Rangkaian 6227F adalah salah satu rangkaian yang menggunakan AC baru.

Daftar rangkaian (tahun 2013):

  • Kabin asli:
  1. 6121F : 6121-6122-6197-6222-6247-6216-6127-6128
  2. 6161F : 6161-6212-6215-6162-6165-6166-6167-6168
  3. 6171F : 6171-6178
  4. 6181F : 6181-6242-6245-6156-6255-6152-6157-6158
  5. 6201F : 6201-6206-6207-6208
  6. 6271F : 6271-6272-6275-6276-6277-6278
  7. 6281F : 6281-6282-6285-6286-6287-6288
  • Kabin modifikasi:
  1. 6151F : 6151-6192-6257-6172-6225-6226-6237-6188 (Djoko Lelono 2)
  2. 6177F : 6177-6176-6175-6232-6265-6202-6235-6126 (Espass)
  3. 6217F : 6217-6236-6185-6182 (Rakitan)
  4. 6227F : 6227-6195-6267-6262-6205-6186-6125-6187 (Lohan)

Sejak kedatangan KRL JR 205, KRL Toei 6000 satu persatu mulai dipensiunkan. Pada pertengahan tahun 2014, tersisa 5 rangkaian (6121F, 6161F, 6181F, 6177F, 6227F) yang masih beroperasi. Dari jumlah 5 rangkaian itu berkurang menjadi 3 rangkaian pada akhir 2014 (6121F, 6161F, 6177F). Dan sejak triwulan kedua 2015, hanya ada 1 rangkaian yang masih bisa dioperasikan namun lebih sering disimpan di dipo KRL sebagai kereta cadangan, dengan formasi:

Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8
Penomoran 6181 6242 6245 6156 6165 6166 6167 6168

KRL Eks Tōkyū Corporation

Video KRL Tōkyū yang berangkat menuju Bogor dari Stasiun Tebet.

KRL eks Tōkyū Corporation (atau disebut Tokyu) mulai meramaikan armada komuter Jabodetabek sejak masuknya KRL Tokyu 8000 dan 8500. KRL Tokyu 8000 dibuat pada tahun 1969 dan KRL Tokyu 8500 dibuat pada tahun 1975 dan merupakan pengembangan dari Tokyu 8000. Khusus untuk unit bernomor depan 07xx dan 08xx (mis. 0715 dan 0815) adalah unit yang dibuat pada tahun 1985 ke atas.

KRL ini diimpor dari Jepang dengan harga sekitar 800 juta per unit, atau sekitar 6,5 miliar per rangkaian dengan 8 kereta. Berkat perawatan yang baik, KRL Tōkyū selama ini jarang bermasalah dan dapat dioperasikan sampai sepuluh tahun mendatang di Jabodetabek. Rencananya, seluruh rangkaian KRL Tokyu 8000/8500 akan menggunakan warna merah-kuning milik PT KCJ.

Daftar rangkaian:

Berkas:8007F - CWG.jpg
KRL Tokyu 8007F eks-Tōkyū Toyoko Line.
 
KRL Tokyu 8000 series di Bogor, Juni 2016

Tōkyū 8000 eks Tokyu Oimachi Line (8003F) dan Tokyu Toyoko Line (rangkaian lainnya)

  1. 8003F: 8003-8202-8104-8263-8142-8213-8103-8004. Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan urutan terbalik dari nomor K1 1 05 09 (8004) sampai K1 1 05 16 (8003)
  2. 8007F: 8007 (8039)-8245-8711-8832-8735-8204-8108-8008. Untuk kereta 8039 memakai nomor baru K1 1 08 09, kereta 8711 memakai nomor baru K1 1 07 02, kereta 8832-8735 memakai nomor baru K1 1 07 04-05, kereta 8245 memakai nomor baru K1 1 05 07, dan kereta 8204-8108-8008 menggunakan nomor baru K1 1 05 03-K1 1 05 02-K1 1 05 01.
  3. 8039F: 8039 (8007)-8248-8158-8218-8164-8249-8159-8040. Untuk kereta 8007 memakai nomor baru K1 1 05 08, sedangkan kereta lain memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 08 10 (8248) sampai K1 1 08 16 (8040).

Ketiganya menggunakan warna biru-kuning dan memiliki motif bunga berwarna ungu pada kereta khusus wanita. Kereta 8007 bertukar tempat dan bertukar plat nomor lama dengan 8039, sehingga kereta 8007 kini menggunakan nomor 8039, meskipun nomor yang tertera di plat nomor baru masih K1 1 05 08. Begitu pula sebaliknya kereta 8039 kini menggunakan nomor 8007, meskipun nomor yang tertera di plat nomor baru masih K1 1 08 09.

KRL eks Tōkyū 8500

 
KRL Tokyu 8610F eks-Tōkyū Denentoshi Line.

KRL Tōkyū 8500 eks Tokyu Denentoshi Line

 
KRL Tokyu 8500 series di Bogor, Juni 2016
  1. 8604F: 8604-8704-8912-8825-8719-8909-8804-8504 dengan warna biru-kuning. Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 06 01 (8604) sampai K1 1 06 08 (8504), kecuali 8912 memakai penomoran baru K1 1 08 19.
  2. 8607F: 8607-8707-8948-8828-8743-8924-8807-8507 dengan warna biru-kuning. Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 68 (8607) sampai K1 1 07 75 (8507).
  3. 8608F: 8608-8708-8949-8829-8744-8925-8808-8508 dengan warna biru-kuning. Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 06 09 (8608) sampai K1 1 06 16 (8508).
  4. 8610F: 8610-8710-8951-0815-0715-8927-8810-8510 dengan warna biru-kuning. Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 08 01 (8610) sampai K1 1 08 08 (8510).
  5. 8611F: 8611-8935-8107-8260-8137-8928-8811-8511 dengan warna biru-kuning. Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 01 (8611) sampai K1 1 07 08 (8511), kecuali 8935 menggunakan nomor baru K1 1 08 27, dan 8107-8260-8137 menggunakan nomor baru K1 1 05 06-K1 1 05 05-K1 1 05 04. Tidak beroperasi.
  6. 8612F: 8612-8712-8912-0817-0717-8904-8812-8512 dengan warna biru-kuning. Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 08 17 (8612) sampai K1 1 08 24 (8512), kecuali 8904 memakai penomoran baru K1 1 06 03.
  7. 8613F: 8613-8713-8913-0800-8796-8930-8813-8513 dengan warna merah-putih-kuning dan motif bunga berwarna pink pada kereta khusus wanita. Rangkaian sudah dikirim ke Stasiun Cikaum.
  8. 8618F: 8618-8724-8911-8855-8753-8954-0811-8518 dengan warna biru-kuning. Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 08 25 (8618) sampai K1 1 08 30 (8518), kecuali 8911 menggunakan nomor baru K1 1 07 03.

Keterangan

  • Semua rangkaian KRL Tōkyū 8500 yang berwarna biru-kuning memiliki motif pada wajah KRL yang sama pada setiap rangkaian, dan logo PT KAI di bodi samping KRL di antara pintu kabin masinis dan pintu penumpang.
  • Beberapa unit kereta bertukar tempat.
  • 8613F sudah dibawa ke Stasiun Cikaum dan dirucat di sana.
  • 8611F sudah tidak beroperasi.

KRL eks JR East

KRL eks JR East 103

 
KRL JR 103 (KeYo E21F-E27F) di Stasiun Manggarai.

KRL eks East Japan Railway Company seri 103 didatangkan pada 2004. KRL JR 103 ini adalah salah satu rangkaian yang mulanya digunakan untuk layanan Bojonggede Ekspres dan Depok Ekspres. Akibat bertambahnya jumlah penumpang, KRL ini pun diganti dengan rangkaian lain yang memiliki 8 kereta per set.

KRL ini masing-masing rangkaiannya terdiri dari 4 kereta (1 rangkaian), dan menjadi salah satu rangkaian KRL dengan AC terdingin di Jabodetabek. KRL ini berada di bawah alokasi Dipo KRL Depok. KRL JR 103 telah berhenti beroperasi sejak 1 Januari 2016.

Unit yang masuk ke Indonesia sebanyak 4 set, masing-masing dengan 4 kereta per set.

Daftar rangkaian:

  • E20F/103-815F: (103-815,103-752,102-2009,103-822)
  • E21F/103-105F: (103-105,102-231,103-246,103-597)
  • E22F/103-359F: (103-359,103-654,102-810,103-384)
  • E27F/103-153F: (103-153,102-321,103-210,103-632)

KRL ini dioperasikan 8 kereta, dengan menggabungkan KeYo E21F-E27F dan E20F-E22F, meskipun bisa saja susunan rangkaian berbeda dan sekarang hanya rangkaian E21F dan E22F yang beroperasi, sekarang kedua set tersebut digabung menjadi satu rangkaian. KRL ini memiliki beberapa skema warna. Skema pertama yang digunakan adalah warna asli Jepang, skema kedua adalah skema asli Jepang ditambah warna kuning di bagian jendela, skema ketiga adalah warna biru, skema keempat adalah skema warna putih, dan skema terakhir adalah skema seperti pada KRL milik PT KCJ yang berwarna merah-kuning.

KRL eks JR East 203

Berkas:203-66 BOO.jpg
KRL JR 203

KRL eks East Japan Railway Company seri 203, tiba di Indonesia pada tanggal 2 Agustus 2011. Saat ini seluruh rangkaiannya sudah beroperasi.

Daftar rangkaian:

  1. MaTo 51/203-51F: 202-1 - 202-3 - 203-3 - 202-117 - 203-117 - 202-1 - 203-1 - 203-1. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 12 01 (202-1) sampai dengan K1 1 12 10 (203-1). 203-2 dan 203-1 (kereta 4 dan 5) dilepas dan bertukar tempat dengan 202-117 (K1 1 11 55) dan 203-117 (K1 1 11 56).
  2. MaTo 52/203-52F: 202-2 - 202-6 - 203-6 - 203-4 - 203-3 - 202-4 - 203-4 - 203-2 (202-5 dan 203-5 dilepas). Rangkaian ini menggunakan penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 11 61 (202-2) sampai K1 1 11 70 (203-2).
  3. MaTo 66/203-66F: 202-106 - 202-118 - 203-118 - 203-112 - 203-111 - 202-116 - 203-116 - 203-106 (202-117 dan 203-117 dilepas). Rangkaian ini menggunakan penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 11 51 (202-106) sampai K1 1 11 60 (203-106).
  4. MaTo 68/203-68F: 202-108 - 202-124 - 203-124 - 203-116 - 203-115 - 202-122 - 203-122 - 203-108 (202-123 dan 203-123 dilepas). Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 12 41 (202-108) sampai dengan K1 1 12 50 (203-108).
  5. MaTo 69/203-69F: 202-109 - 202-127 - 203-127 - 203-118 - 203-117 - 202-125 - 203-125 - 203-109 (202-126 dan 203-126 dilepas). Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 12 51 (202-109) sampai dengan K1 1 12 60 (203-109).

KRL eks JR East 205

 
205-142F berangkat dari Stasiun Jayakarta
Berkas:205-137.jpg
KRL JR 205-137 memasuki Stasiun Manggarai
 
Interior kereta 204-8 dengan 6 pintu milik rangkaian 205-123F. Rangkaian ini menjalani tes uji coba angkut penumpang pada tanggal 6 Februari 2014
 
Penomoran baru pada KRL JR 205
 
Layar Commuter Information System (CIS) pada KRL JR 205

KRL eks East Japan Railway Company 205, tiba di Indonesia pada tanggal 3 November 2013. KRL ini dulunya beroperasi di SaikyoLine dan dimiliki oleh Dipo Kawagoe sebanyak 18 rangkaian (180 unit). Sebanyak 3 rangkaian pengiriman kelompok pertama tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada tanggal 10 November 2013 dengan nomor rangkaian HaE 7, 11, dan 15, dan 2 rangkaian pengiriman kelompok kedua pada tanggal 16 November 2013 dengan nomor rangkaian HaE 14 dan 25. Selanjutnya KRL ini datang secara bertahap dengan jumlah per kedatangan sebanyak 2-3 rangkaian. KRL ini digunakan untuk menggantikan KRL yang AC-nya akan diperbaiki.

KRL ini juga dikenal karena memiliki unit dengan 6 pintu per sisinya. Unit ini merupakan kereta dengan bangku yang bisa dilipat untuk memaksimalkan kapasitas saat jam sibuk. Namun ada juga rangkaian standar dengan seluruh unit dengan 4 pintu per sisi.

Pada tanggal 6 Februari 2014, rangkaian HaE 15 telah menjalani ujicoba operasional, dan menjadi rangkaian JR 205 pertama yang dipakai untuk mengangkut penumpang. Sejak 5 Maret 2014, KRL JR 205 resmi berdinas reguler di jalur Jakarta-Bogor.[11]

Mulai bulan Mei 2014, didatangkan juga KRL JR 205 dari Yokohama Line yang dulunya dimiliki oleh dipo Kamakura sebanyak 22 rangkaian (176 unit). Rangkaian KRL JR 205 dari Yokohama ini terdiri dari 8 kereta dengan 1 unit kereta yang memiliki 6 pasang pintu.

Mulai bulan Juli 2015, didatangkan juga KRL JR 205 dari Nambu Line yang dulunya dimiliki oleh dipo Nakahara sebanyak 20 rangkaian (120 unit). Rangkaian KRL JR 205 dari Nambu ini terdiri dari 6 kereta dan akan dioperasikan sepanjang 12 kereta dengan menggabungkan 2 rangkaian KRL.

Keseluruhan rangkaian seri 205 ini formasinya diacak-acak mulai awal tahun 2016 yang lalu[12], sehingga mengakibatkan tercampurnya kereta-kereta dari rangkaian Saikyo, Yokohama, dan Nambu. Susunan rangkaian ditampilkan pada tabel di bawah.

Rangkaian Formasi 10 Kereta

Nomor 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
205-15F 205-15 205-43 204-43 205-29 205-45 204-45 205-30 205-187 204-187 204-15
205-17F 205-17 205-49 204-49 205-50 204-50 205-51 204-51 204-22 204-23 204-17
205-42F 205-42 205-124 204-124 205-83 205-125 204-125 205-84 205-126 204-126 204-42
205-61F 205-61 205-181 204-181 205-121 205-182 204-182 205-192 204-192 204-101 204-61
205-62F 205-62 205-183 204-183 205-122 205-184 204-184 205-191 204-191 204-102 204-62
205-67F 205-67 205-210 204-210 205-193 204-193 205-127 205-194 204-194 204-107 204-67
205-69F 205-69 205-197 204-197 205-129 205-228 204-228 205-198 204-198 204-109 204-69
205-71F 205-71 205-201 204-201 205-131 205-202 204-202 205-90 204-90 204-111 204-71
205-72F 205-72 205-88 204-88 205-203 204-203 205-132 205-204 204-204 204-112 204-72
205-73F 205-73 205-205 204-205 205-209 204-209 205-133 205-205 204-205 204-113 204-73
205-78F 205-78 205-215 204-215 205-222 204-222 205-138 205-216 204-216 204-118 204-78
205-79F 205-79 205-217 204-217 205-221 204-221 205-139 205-218 204-218 204-119 204-79
205-83F 205-83 205-227 204-227 205-225 204-225 205-143 205-226 204-226 204-123 204-83
205-89F 205-89 205-237 204-237 205-238 204-238 205-239 204-239 204-1 204-2 204-89
205-92F 205-92 205-246 204-246 205-247 204-247 205-248 204-248 204-14 204-34 204-92
205-95F 205-95 205-255 204-255 205-256 204-256 205-257 204-257 204-38 204-39 204-95
205-99F 205-99 205-267 204-267 205-268 204-268 205-269 204-269 204-20 204-21 204-99
205-120F 205-120 205-326 204-326 205-327 204-327 205-328 204-328 204-24 204-25 204-120
205-121F 205-121 205-329 204-329 205-330 204-330 205-331 204-331 204-26 204-27 204-121
205-122F 205-122 205-332 204-332 205-333 204-333 205-334 204-334 204-28 204-29 204-122
205-123F 205-123 205-335 204-335 205-336 204-336 205-162 204-162 205-124 204-104 204-54
205-126F 205-126 205-344 204-344 205-345 204-345 205-346 204-346 204-11 204-48 204-126
205-128F 205-128 205-350 204-350 205-351 204-351 205-352 204-352 204-5 204-10 204-128
205-137F 205-137 205-370 204-370 205-148 205-371 204-371 205-149 205-372 204-372 204-137
205-141F 205-141 205-380 204-380 205-381 204-381 205-382 204-382 204-37 204-45 204-141
205-142F 205-142 205-383 204-383 205-384 204-384 205-385 204-385 204-12 204-40 204-142
205-144F 205-144 205-389 204-389 205-390 204-390 205-391 204-391 204-13 204-49 204-144

Rangkaian Formasi 12 Kereta

Nomor 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
205-18F+205-23F 205-18 205-52 204-52 205-54 204-54 204-18 205-23 205-144 204-124 205-69 204-69 204-23
205-20F+205-87F 205-20 205-58 204-58 205-60 204-60 204-20 205-87 205-233 204-233 205-234 204-234 204-87
205-22F+205-27F 205-22 205-64 204-64 205-66 204-66 204-22 205-27 205-79 204-79 205-81 204-81 204-27
205-24F+205-25F 205-24 205-70 204-70 205-72 204-72 204-24 205-25 205-73 204-73 205-75 204-75 204-25
205-26F+205-21F 205-26 205-76 204-76 205-78 204-78 204-26 205-21 205-135 204-115 205-63 204-63 204-21
205-28F+205-19F 205-28 205-82 204-82 205-84 204-84 204-28 205-19 205-141 204-121 205-57 204-57 204-19
205-68F+205-66F 205-68 205-195 204-195 205-128 205-196 204-196 204-108 204-68 205-66 205-361 204-361 204-66
205-74F+205-30F 205-74 205-207 204-207 205-134 205-208 204-208 204-114 204-74 205-30 205-357 204-357 204-30
205-75F+205-77F 205-75 205-61 204-61 204-75 205-77 205-213 204-213 205-137 205-214 204-214 204-117 204-77
205-81F+205-82F 205-81 205-55 204-55 204-81 205-82 205-223 204-223 205-142 205-224 204-224 204-122 204-82
205-84F+205-85F 205-84 205-67 204-67 204-84 205-85 205-229 204-229 205-145 205-230 204-230 204-125 204-85
205-88F+205-86F 205-88 205-235 204-235 205-21 204-21 204-88 205-86 205-13 204-13 205-15 204-15 204-86
205-129F+205-102F 205-129 205-353 204-353 205-354 204-354 204-129 205-102 205-274 204-274 205-275 204-275 204-102
205-132F+205-133F 205-132 205-359 204-359 205-360 204-360 204-132 205-133 205-126 204-106 205-362 204-362 204-133
205-134F+205-131F 205-134 205-363 204-363 205-364 204-364 204-134 205-131 205-59 204-30 205-358 204-358 204-131
205-143F 205-143 205-388 204-386 205-387 204-387 205-277 204-277 205-188 204-188 204-41 204-47 204-143

[12] [13]

KRL eks Tōyō Rapid

 
KRL Toyo Rapid 1061F di Stasiun Jakarta Kota.
 
KRL Toyo Rapid 1081F di Bogor, Indonesia, Juni 2016
  • KRL eks Tōyō Rapid 1000 (1061F, 1081F, 1091F) didatangkan dengan masing-masing 10 kereta per set, namun hanya dioperasikan dengan 8 kereta per set akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya pada saat itu.

Daftar rangkaian:

  1. 06F/1061F: 1061-1062-1063-1064-1065-1066-1069-1060 (1067 dan 1068 dilepas, warna biru-kuning dengan corak Kereta Khusus Wanita (KKW)). Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 58 (1061) hingga K1 1 07 67 (1060). Saat ini rangkaiannya tidak dioperasikan.
  2. 08F/1081F: 1081-1082-1083-1084-1085-1086-1089-1080 (1087 dan 1088 dilepas, warna merah-kuning KCJ. Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 48 (1081) hingga K1 1 07 57 (1080).
  3. 09F/1091F: 1091-1092-1093-1094-1095-1096-1099-1090 (1097 dan 1098 dilepas, warna merah-kuning KCJ. Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 19 (1091) sampai dengan K1 1 07 28 (1090).

Rangkaian 1091F tidak memiliki logo Tōyō Rapid Railway di bagian depan atas kaca masinis sebelah kiri kereta.

KRL eks Tōkyō Metro

 
KRL TM 05-005F
 
KRL eks Tokyo Metro 05 set 110F di Stasiun Manggarai, Maret 2016

KRL eks Tōkyō Metro 05 mulai tiba di Jakarta pada bulan Agustus 2010, diawali dengan rangkaian 05-02F dan 05-07F. Total keseluruhan ada 8 rangkaian KRL TM 05 yang telah tiba di Indonesia.

Daftar rangkaian:

Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8
05-102F 05-102 05-202 05-302 05-602 05-702 05-802 05-902 05-002
05-104F 05-104 05-204 05-304 05-604 05-704 05-804 05-904 05-004
05-105F 05-105 05-205 05-305 05-605 05-705 05-805 05-905 05-005
05-107F 05-107 05-207 05-307 05-607 05-707 05-807 05-907 05-007
05-108F 05-108 05-208 05-308 05-608 05-708 05-808 05-908 05-008
05-109F 05-109 05-209 05-309 05-609 05-709 05-809 05-909 05-009
05-110F 05-110 05-210 05-310 05-610 05-710 05-810 05-910 05-010
05-112F 05-112 05-212 05-312 05-612 05-712 05-812 05-912 05-012

Keterangan:

  • Kereta 05-400 dan 05-500 dilepas dari rangkaian
  • Seluruhnya bercat merah-putih-kuning dan memakai teralis jendela bercat hitam.
  • Set 110F bercat kuning lebar di bagian muka, memiliki ornamen putih di bagian atas jendela muka, dan logo KCJ ditempatkan di display.
  • Mulai perawatan akhir 2016, kereta-kereta yang sudah menjalani perawatan akhir tidak lagi memakai ornamen Kereta Khusus Wanita (KKW) di sampingnya.
 
KRL TM 5017F.

KRL eks Tōkyō Metro 5000 (5809F/59F, 5816F/66F, 5817F/67F, 5819F/69F) didatangkan dengan masing-masing 10 kereta per set, namun hanya dioperasikan dengan 8 kereta akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya pada saat itu.

Daftar rangkaian:

  1. 59F/5809F: 5809-5312-5631-5314-5607-5215-5313-5009 (5675 dan 5676 dilepas) Rangkaian ini memakai skema livery KCJ.
  2. 66F/5816F: 5816-5245-5630-5363-5688-5905-5326-5016 (5246, 5631 dan 5247 dilepas, 5631 digunakan pada 59F/5809F, 5246 digunakan pada 67F/5817F; KRL ini menggunakan nama "Djoko Vision" dan telah dilengkapi layar penampil rute). Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 31 (5816). Tidak beroperasi dan mangkrak di Balai Yasa Manggarai.
  3. 67F/5817F: 5817-5246-5632-5359-5127-5927-5251-5017 (5250, 5634, dan 5248 dilepas). Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 18 (5816).

Keterangan:

  • Set 5809F memakai skema livery KCJ

KRL eks Tōkyō Metro 6000 kedatangan 2011-2013 (6105F, 06F, 07F, 11F, 12F, 13F, 15F, 23F, 25F, 26F, 27F, 33F, dan 34F) didatangkan dengan masing-masing 10 kereta, namun hanya dioperasikan dengan 8 kereta akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya pada saat itu. Namun untuk kedatangan 2016 (6101F, 08F, 16F, 17F, 18F) akan dioperasikan dengan formasi 10 kereta.

Berkas:6134F.jpg
6134F, salah satu rangkaian AVF Chopper
 
Rangkaian 6117F, salah satu rangkaian VVVF

Susunan rangkaian ditampilkan pada tabel di bawah.

Rangkaian Formasi 8 Kereta

Kereta 6700-6800 atau kereta 6800-6900 dilepas dari rangkaian untuk membuat formasi 8 kereta. Rangkaian 6112F dan 6113F sudah tidak beroperasi. Rangkaian-rangkaian ini menggunakan sistem traksi AVF Chopper.

Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8
6105F 6105 6205 6705 (6305) 6405 6505 6605 6905 6005
6106F 6106 6206 6306 6406 6507 (6506) 6606 6706 6006
6107F 6107 6207 6307 6407 6506 (6507) 6607 6707 6007
6111F 6111 6211 6311 6411 6511 6611 6711 6011
6112F 6112 6212 6312 6412 6512 6612 6712 6012
6113F 6113 6213 6315 (6313) 6413 6515 (6513) 6613 6713 6013
6115F 6115 6215 6313 (6315) 6415 6513 (6515) 6615 6715 6015
6123F 6123 6223 6323 6423 6523 6623 6923 6023
6125F 6125 6225 6325 6425 6525 6625 6725 6025
6126F 6126 6226 6326 6426 6526 6626 6926 6026
6127F 6127 6227 6327 6427 6527 6627 6927 6027
6133F 6133 6233 6333 6433 6533 6633 6933 6033
6134F 6134 6334 6434 6534 6634 6234 6934 6034

Rangkaian Formasi 10 Kereta

Rangkaian dengan formasi 10 kereta keseluruhannya menggunakan sistem traksi VVVF.

Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6101F 6101 6201 6701 6601 6301 6401 6501 6801 6901 6001
6108F 6108 6308 6408 6508 6708 6808 6608 6208 6908 6008
6116F 6116 6316 6416 6516 6716 6816 6616 6216 6916 6016
6117F 6117 6317 6417 6517 6717 6817 6617 6217 6917 6017
6118F 6118 6318 6418 6518 6718 6818 6618 6218 6918 6018
6131F 6131 6231 6331 6431 6531 6631 6731 6831 6931 6031
Berkas:7117LNA.jpg
KRL TM 7117F memasuki Stasiun Lenteng Agung

KRL eks Tōkyō Metro 7000, (7117F, 21F, 22F, 23F) didatangkan dengan masing-masing 10 kereta per set, namun hanya dioperasikan dengan 8 kereta akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya pada saat itu.

Daftar rangkaian:

  1. 17F/7117F: 7117-7217-7317-7417-7517-7617-7917-7017(7717 dan 7817 dilepas).Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 01 (7117) sampai dengan K1 1 10 10 (7017).
  2. 21F/7121F: 7121-7221-7321-7421-7521-7621-7921-7021(7721 dan 7821 dilepas).Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 11 (7121) sampai dengan K1 1 10 20 (7021).
  3. 22F/7122F: 7122-7222-7322-7422-7522-7622-7922-7022(7722 dan 7822 dilepas).Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 21 (7122) sampai dengan K1 1 10 30 (7022).
  4. 23F/7123F: 7123-7223-7323-7423-7523-7623-7923-7023(7723 dan 7823 dilepas).Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 31 (7123) sampai dengan K1 1 10 40 (7023).

Berkebalikan dengan KRL Tōkyō Metro 6000, rangkaian 7117F merupakan satu-satunya rangkaian KRL TM 7000 yang memiliki bentuk persambungan lebar dan kaca tidak seragam. Ini disebabkan karena rangkaian KRL TM 7117F adalah salah satu rangkaian yang aslinya hanya terdiri dari 5 kereta (7117, 7717, 7817, 7917 dan 7017), sedangkan 5 kereta lainnya adalah tambahan pada tahun 1983 saat Eidan Chikatetsu/Teito Rapid Transit Authority (TRTA, pendahulu Tokyo Metro) menstandarisasikan seluruh Tokyo Metro 7000 yang beroperasi di Eidan Yurakucho Line adalah 10 kereta per set. Rangkaian yang awalnya 5 kereta tersebut adalah 7101F - 7120F (Diantaranya 7117F). Batch berikutnya 7121F - 7134F memiliki kaca yang seragam dan persambungan yang biasa. Bentuk kotak AC rangkaian 7117F sama dengan KRL TM 6000 batch awal (6105F, 06F, 07F, 11F - 13F dan 15F), sedangkan 7121F - 7123F bentuk kotak AC-nya sama dengan KRL TM 6000 batch terakhir (6123F, 25F - 27F, 33F - 34F).

Saat ini rangkaian 7121F tidak bisa dioperasikan karena mengalami tabrakan dengan truk pengangkut bahan bakar di pintu perlintasan Pondok Betung, Jakarta Selatan pada tanggal 9 Desember 2013 [14]. Akibat kecelakaan tersebut, kereta KuHa 7121 (K1 1 10 11) mengalami kerusakan berat pada struktur badan kereta, yang sebagian besar terbuat dari bahan alumunium alloy. Bagian kabin masinis penyok dan meleleh akibat benturan dan kobaran api yang berasal dari truk pengangkut bahan bakar setelah kejadian.

KRL INKA

Berkas:KRLI.jpg
KRL-I Prajayana

KRL-I Prajayana

KRL-I dibuat tahun 2001, sebagai hasil produk PT INKA yang merupakan pabrik kereta api nasional. Dengan alasan biaya pengadaan yang terlalu tinggi dan sering bermasalah, tidak banyak KRL-I yang digunakan. Pada masa pendesain, KRL ini disebut sebagai KRL Prajayana. KRL-I yang digunakan oleh PT KAI pada awalnya terdiri dari 2 rangkaian, masing-masing dengan 4 kereta. Terakhir, KRL-I dicat dengan striping biru. Saat ini KRL-I sudah tidak beroperasi dan hanya dikandangkan di Balai Yasa Manggarai.

KRL i9000 KfW - Bombardier

Berkas:Kfwi9000 at jng.jpg
KRL KfW i9000 di Stasiun Depok

KRL i9000 (KfW) mulai diproduksi pada tahun 2010 dan diresmikan bersamaan dengan kereta api Gajah Wong pada hari Rabu tanggal 24 Agustus 2011. KRL ini dibuat sebanyak 40 unit (10 set), dengan setiap rangkaian terdiri dari 4 kereta dengan kodefikasi baru (K3 1 11 xx). Mulai bulan Oktober 2015 KRL KfW dihentikan operasionalnya dan mulai dikembalikan ke PT INKA untuk perbaikan. Istilah KfW berasal dari nama bank milik Pemerintah Jerman, yakni "Kreditanstalt für Wiederaufbau". Saat ini, KRL KfW telah beroperasi kembali. Namun, di lintas yang tidak terlalu padat dan sebagian KRL KfW masih disimpan di Dipo KRL Depok.

Daftar rangkaian:

  1. TS1: K3 1 11 01 - K3 1 11 02 - K3 1 11 03 - K3 1 11 04
  2. TS2: K3 1 11 05 - K3 1 11 06 - K3 1 11 07 - K3 1 11 08
  3. TS3: K3 1 11 09 - K3 1 11 10 - K3 1 11 11 - K3 1 11 12
  4. TS4: K3 1 11 13 - K3 1 11 14 - K3 1 11 15 - K3 1 11 16
  5. TS5: K3 1 11 17 - K3 1 11 18 - K3 1 11 19 - K3 1 11 20
  6. TS6: K3 1 11 21 - K3 1 11 22 - K3 1 11 23 - K3 1 11 24
  7. TS7: K3 1 11 25 - K3 1 11 26 - K3 1 11 27 - K3 1 11 28
  8. TS8: K3 1 11 29 - K3 1 11 30 - K3 1 11 31 - K3 1 11 32
  9. TS9: K3 1 11 33 - K3 1 11 34 - K3 1 11 35 - K3 1 11 36
  10. TS10: K3 1 11 37 - K3 1 11 38 - K3 1 11 39 - K3 1 11 40

KRL ini dioperasikan dengan 8 kereta, hasil dari penggabungan 2 rangkaian kereta, kecuali di rute feeder di mana KRL ini dioperasikan dengan 1 rangkaian saja.

New KRL Holec AC (Woojin, Korea)

 
KRL Holec AC

KRL Holec AC adalah hasil modifikasi dan peremajaan dari KRL Holec non-AC yang beroperasi di Jabotabek. Modifikasi dilakukan di lingkungan PT INKA, pabrik yang juga membuat KRL Holec non AC medio 1994-2001.

Modifikasi meliputi penggantian material kursi, penggantian mesin KRL (dari Bombardier menjadi Woojin), kabin masinis, pemasangan GPS dan TMS (Train Monnitoring System), serta pemasangan AC. Rangkaian ini telah beroperasi secara resmi pada tanggal 29 Maret 2014 dijalur Duri - Tangerang. Namun operasional KRL Holec AC ini terbilang sebentar, karena pada kuartal ketiga 2014 KRL Holec AC dikembalikan ke PT INKA untuk perbaikan. Hingga saat ini, KRL Holec AC masih berada di PT INKA, Madiun.

Meskipun tidak lagi menggunakan komponen dari BN-Holec dan Bombardier, KRL ini tetap disebut KRL Holec AC.

Susunan rangkaian

  1. TS1: K3 1 00 07 (TC1) ex KL3-2000208 - K3 1 97 12 (M1) ex KL3-97233 - K3 1 97 06 (M2) ex KL3-97231 - K3 1 97 13 (T1) ex KL3-97234 - K3 1 97 37 (T2) ex KL3- 97250 - K3 1 00 08 (M3) ex KL3-2000207 - K3 1 97 04 (M4) ex KL3-97229 - K3 1 97 09 (TC2) ex KL3-97246
  2. TS2: K3 1 97 11 - K3 1 97 08 - K3 1 97 10 - K3 1 97 07 - K3 1 96 16 - K3 1 96 11 - K3 1 96 01 - K3 1 98 06
  3. TS3: K3 1 99 08 - K3 1 98 05 - K3 1 99 05 - K3 1 96 03 - K3 1 97 02 - K3 1 97 14 - K3 1 96 09 - K3 1 01 03

Insiden

 
Seorang penumpang menunggu KRL di Stasiun Juanda. Pada September 2015. Di stasiun inilah terjadi kecelakaan yang melibatkan 2 set KRL JR 205.
  • 2 November 1993, KRL Ekonomi Rheostatik Stainless bertabrakan dengan KRL Ekonomi Rheostatik Mild Steel di Ratujaya, Depok. Akibatnya, 17 orang tewas dan 2 kereta dari masing-masing rangkaian hancur dan tidak bisa dipakai lagi. Sementara sisa 2 kereta lainnya dari masing-masing rangkaian digabung menjadi satu.
  • 4 Oktober 2012, KRL Commuter Line dengan nomor perjalanan 435 (Bogor-Jakarta Kota) anjlok dan menabrak peron di Stasiun Cilebut, menyebabkan perjalanan kereta dari Jakarta hanya sampai Stasiun Bojong Gede. Rangkaian yang terlibat dalam insiden ini adalah KRL TM 05-007F dengan rangkaian yang anjlok adalah gerbong ketiga bernomor rangkaian 05-307.[15]
  • 9 Desember 2013, KRL Commuter Line dengan nomor perjalanan 1131 (Maja-Tanah Abang) menabrak truk tangki Pertamina hingga meledak dan terbakar. Rangkaian yang terlibat dalam insiden ini adalah KRL TM 7121F.[16]
  • 23 September 2015, pukul 15.25 WIB, terjadi kecelakaan yang melibatkan dua KRL JR 205 SF 10 (rangkaian 205-54F dan 205-123F) di Stasiun Juanda. Kondisi kedua kabin KRL JR 205 (KuHa 204 / 205) tersebut rusak berat. Kondisi kereta nomor 1-9 pada kedua rangkaian kereta tersebut juga mengalami kerusakan yang cukup berat, terutama di bagian persambungannya yang seluruhnya juga mengalami kerusakan berat dan remuk. Empat puluh dua orang luka-luka akibat kecelakaan tersebut.[17][18] Kejadian ini mengakibatkan sang masinis KRL 1156, Gustian, terluka parah dan harus dirujuk ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.[19]

Galeri

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Elisa Valenta Sari (3 Februari 2015). "Jumlah Penumpang KRL 2014 Tembus Rekor 206 Juta Orang". CNN Indonesia. Diakses tanggal 20 September 2015. 
  2. ^ "Sejarah Kereta Rel Listrik". PT KAI Commuter Jabodetabek. Diakses tanggal 20 September 2015. 
  3. ^ http://news.liputan6.com/read/632722/berlakukan-tarif-progresif-krl-commuter-pt-kai-merugi
  4. ^ http://www.merdeka.com/uang/mulai-1-april-2015-tarif-krl-jabodetabek-tergantung-jarak.html
  5. ^ a b Ketentuan Tiket KRL per 1 April 2015
  6. ^ http://nasional.kompas.com/read/2014/08/11/13275481/Tiket.Elektronik.Transjakarta.Bisa.Digunakan.untuk.KRL
  7. ^ Anak Bertinggi Badan Lebih dari 90 Cm Wajib Beli Tiket KRL
  8. ^ Fasilitas Free Out akan Ditiadakan, diakses 14 Desember 2015
  9. ^ Majalah KA Edisi Juni 2014
  10. ^ Liputan 6: 5 Kecelakaan Maut di Rel Jabodetabek
  11. ^ http://news.detik.com/read/2014/03/05/101530/2515745/10/pt-kcj-operasikan-kereta-terpanjang-seri-205
  12. ^ a b Pemanjangan Formasi KRL Seri 205 Eks Jalur Yokohama Sudah Rampung
  13. ^ Daftar rangkaian JR seri 205 (Bahasa Jepang)
  14. ^ http://news.detik.com/read/2013/12/09/114115/2436228/10/krl-vs-tangki-di-bintaro-picu-kebakaran-besar-lebih-10-damkar-dikerahkan
  15. ^ http://charleskkb.blogspot.com/2011/11/renungan-kecelakaan-ka-ratujaya-2.html
  16. ^ http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2013/12/131209_krlaccident.shtml Kereta Komuter tabrak Truk Tangki
  17. ^ MetroTVNews.com: KRL Tabrak KRL di Stasiun Juanda, Korban Berjatuhan
  18. ^ Tempo: Ini 42 Korban Luka Kecelakaan KRL di Stasiun Juanda
  19. ^ MetroTVNews.com: Humas KCJ: Masinis Gustian Luka Parah

Pranala luar