Kota Medan
Kota Medan (Melayu Jawi: ميدان; Batak: ᯔᯩᯑᯉ᯲; Hanzi: 棉蘭; bahasa Tamil: மேடான்) adalah ibu kota provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, serta kota terbesar di luar Pulau Jawa.[4][5][6] Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dengan keberadaan Pelabuhan Belawan dan Bandar Udara Internasional Kuala Namu yang merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia. Akses dari pusat kota menuju pelabuhan dan bandara dilengkapi oleh jalan tol dan kereta api. Medan adalah kota pertama di Indonesia yang mengintegrasikan bandara dengan kereta api. Berbatasan dengan Selat Malaka menjadikan Medan kota perdagangan, industri, dan bisnis yang sangat penting di Indonesia.
Kota Medan كوتا ميدان | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Bekerja sama dan sama- sama bekerja untuk kemajuan dan kemakmuran Kota Medan metropolitan[1] | |
Koordinat: 3°35′N 98°40′E / 3.583°N 98.667°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sumatra Utara |
Tanggal berdiri | 1 Juli 1590 |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Akhyar Nasution (plt) |
Luas | |
• Total | 265,10 km2 (10,240 sq mi) |
Populasi (2018)[2] | |
• Total | 2.264.145 |
• Kepadatan | 8.541/km2 (22,120/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam 59.68% Kristen Protestan 21.16% Buddha 9.90% Katolik 7.10% Hindu 2.15% Konghucu 0.01%[3] |
• Bahasa | Indonesia, Melayu, Batak Toba, Jawa, Hokkien, Minangkabau, Aceh, Mandailing, Tamil, Mandarin, Inggris |
Zona waktu | [[UTC]] (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | +62 61 |
Kode Kemendagri | 12.71 |
Kode SNI 7657:2023 | MDN |
DAU | Rp. 1.270.244.794.000.- |
Flora resmi | Tembakau Deli |
Fauna resmi | Biawak dan Beo nias |
Situs web | pemkomedan |
Medan berawal dari sebuah kampung yang didirikan oleh Guru Patimpus di pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura. Hari jadi Kota Medan ditetapkan pada tanggal 1 Juli 1590. Selanjutnya pada tahun 1632, Medan dijadikan pusat pemerintahan Kesultanan Deli, sebuah kerajaan Melayu. Bangsa Eropa mulai menemukan Medan sejak kedatangan John Anderson dari Inggris pada tahun 1823. Peradaban di Medan terus berkembang hingga Pemerintah Hindia Belanda memberikan status kota dan menjadikannya pusat pemerintahan Karesidenan Sumatra Timur. Memasuki abad ke-20, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran.
Menurut Bappenas, Medan adalah salah satu dari empat pusat pertumbuhan utama di Indonesia, bersama dengan Jakarta, Surabaya, dan Makassar.[7][8] Medan adalah kota multietnis yang mana penduduknya terdiri dari orang-orang dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda-beda. Selain Melayu dan Karo sebagai penghuni awal, Medan didominasi oleh etnis Jawa, Batak, Tionghoa, Mandailing, dan India. Mayoritas penduduk Medan bekerja di sektor perdagangan, sehingga banyak ditemukan ruko di berbagai sudut kota. Di samping kantor-kantor pemerintah provinsi, di Medan juga terdapat kantor-kantor konsulat dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, dan Jerman.
Sejarah
Medan berasal dari kata bahasa Tamil Maidhan atau Maidhanam, yang berarti tanah lapang atau tempat yang luas, yang kemudian teradopsi ke Bahasa Melayu.
Hari jadi Kota Medan diperingati tiap tahun sejak tahun 1970 yang pada mulanya ditetapkan pada tanggal 1 April 1909. Tanggal ini kemudian mendapat bantahan yang cukup keras dari kalangan pers dan beberapa ahli sejarah. Karena itu, Wali kota membentuk panitia sejarah hari jadi Kota Medan untuk melakukan penelitian dan penyelidikan. Surat Keputusan Wali kotamadya Kepala Daerah Kotamadya Medan No. 342 tanggal 25 Mei 1971 yang waktu itu dijabat oleh Drs. Sjoerkani membentuk Panitia Peneliti Hari Jadi Kota Medan. Duduk sebagai Ketua adalah Prof. Mahadi, SH, Sekretaris Syahruddin Siwan, MA, Anggotanya antara lain Ny. Mariam Darus, SH dan T.Luckman, SH. Untuk lebih mengintensifkan kegiatan kepanitiaan ini dikeluarkan lagi Surat Keputusan Wali kotamadya Kepala Daerah Kotamadya Medan No.618 tanggal 28 Oktober 1971 tentang Pembentukan Panitia Penyusun Sejarah Kota Medan dengan Ketuanya Prof.Mahadi, SH, Sekretaris Syahruddin Siwan, MA dan Anggotanya H. Mohammad Said, Dada Meuraxa, Letkol. Nas Sebayang, Nasir Tim Sutannaga, M.Solly Lubis, SH, Drs.Payung Bangun, MA dan R. Muslim Akbar. DPRD Medan sepenuhnya mendukung kegiatan kepanitiaan ini sehingga merekapun membentuk Pansus dengan ketua M.A. Harahap, beranggotakan antara lain Drs. M.Hasan Ginting, Ny. Djanius Djamin SH., Badar Kamil, BA dan Mas Sutarjo.
Dalam buku The History of Medan tulisan Tengku Luckman Sinar (1991), dituliskan bahwa menurut "Hikayat Aceh", Medan sebagai pelabuhan telah ada pada tahun 1590, dan sempat dihancurkan selama serangan Sultan Aceh Alauddin Saidi Mukammil kepada Raja Haru yang berkuasa di situ. Serangan serupa dilakukan Sultan Iskandar Muda tahun 1613, terhadap Kesultanan Deli. Sejak akhir abad ke-16, nama Haru berubah menjadi Ghuri, dan akhirnya pada awal abad ke-17 menjadi Deli. Pertempuran terus-menerus antara Haru dengan Aceh mengakibatkan penduduk Haru jauh berkurang. Sebagai daerah taklukan, banyak warganya yang dipindahkan ke Aceh untuk dijadikan pekerja kasar.
Selain dengan Aceh, Kerajaan Haru yang makmur ini juga tercatat sering terlibat pertempuran dengan Kerajaan Melayu di Semenanjung Malaka dan juga dengan kerajaan dari Jawa. Serangan dari Pulau Jawa ini antara lain tercatat dalam kitab Pararaton yang dikenal dengan Ekspedisi Pamalayu. Dalam Negarakertagama, Mpu Prapanca juga menuliskan bahwa selain Pane (Panai), Majapahit juga menaklukkan Kampe (Kampai) dan Harw (Haru). Berkurangnya penduduk daerah pantai timur Sumatra akibat berbagai perang ini, lalu diikuti dengan mulai mengalirnya suku-suku dari dataran tinggi pedalaman turun ke pesisir pantai timur Sumatra. Suku Karo bermigrasi ke daerah pantai Langkat, Serdang, dan Deli. Suku Simalungun ke daerah pantai Batubara dan Asahan, serta suku Mandailing ke daerah pantai Kualuh, Kota Pinang, Panai, dan Bilah.[9]
Dalam Riwayat Hamparan Perak yang dokumen aslinya ditulis dalam huruf Karo pada rangkaian bilah bambu, tercatat Guru Patimpus, tokoh masyarakat Karo, sebagai orang yang pertama kali membuka "desa" yang diberi nama Medan. Namun, naskah asli Riwayat Hamparan Perak yang tersimpan di rumah Datuk Hamparan Perak terakhir telah hangus terbakar ketika terjadi "kerusuhan sosial", tepatnya tanggal 4 Maret 1946. Patimpus adalah anak Tuan Si Raja Hita, pemimpin Karo yang tinggal di Kampung Pekan (Pakan). Ia menolak menggantikan ayahnya dan lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan mistik, sehingga akhirnya dikenal sebagai Guru Patimpus. Antara tahun 1614-1630 Masehi, ia belajar agama Islam dan diislamkan oleh Datuk Kota Bangun, setelah kalah dalam adu kesaktian. Selanjutnya Guru Patimpus menikah dengan adik Tarigan, pemimpin daerah yang sekarang bernama Pulau Brayan dan membuka Desa Medan yang terletak di antara Sungai Babura dan Sungai Deli. Dia pun lalu memimpin desa tersebut.[9]
Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590 kemudian dipandang sebagai pembuka sebuah kampung yang bernama Medan Puteri walaupun sangat minim data tentang Guru Patimpus sebagai pendiri Kota Medan. Karenanya hari jadi ditetapkan berdasarkan perkiraan tanggal 1 Juli 1590 dan diusulkan kepada Wali kota Medan untuk dijadikan sebagai hari jadi Medan dalam bentuk perkampungan, yang kemudian dibawa ke Sidang DPRD Tk.II Medan untuk disahkan. Berdasarkan Sidang DPRD tanggal 10 Januari 1973 ditetapkan bahwa usul tersebut dapat disempurnakan. Sesuai dengan sidang DPRD, Wali kotamadya Kepala Daerah Tingkat II Medan mengeluarkan Surat Keputusan No.74 tanggal 14 Februari 1973 agar Panitia Penyusun Sejarah Kota Medan melanjutkan kegiatannya untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna. Berdasarkan perumusan yang dilakukan oleh Pansus Hari Jadi Kota Medan yang diketuai oleh M.A.Harahap bulan Maret 1975 bahwa tanggal 1 Juli 1590. Secara resmi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tk.II Medan menetapkan tanggal 1 Juli 1590 sebagai Hari Jadi Kota Medan dan mencabut Hari Ulang Tahun Kota Medan yang diperingati tanggal 1 April setiap tahunnya pada waktu sebelumnya.
Di Kota Medan juga menjadi pusat Kesultanan Melayu Deli, yang sebelumnya adalah Kerajaan Aru. Kesultanan Deli adalah sebuah kesultanan Melayu yang didirikan pada tahun 1632 oleh Tuanku Panglima Gocah Pahlawan di wilayah bernama Tanah Deli (kini Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, Indonesia).
John Anderson, orang Eropa asal Inggris yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan seorang pemimpin bernama Raja Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya menjadi ibu kota Karesidenan Sumatra Timur sekaligus ibu kota Kesultanan Deli. Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, dua orang bumiputra Melayu, dan seorang Tionghoa.
Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru dan ulama.
Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha pada tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat.
Geografi
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatra Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.
Batas Wilayah
Secara administratif, batas wilayah Medan adalah sebagai berikut:
Utara | Selat Malaka |
Timur | Kabupaten Deli Serdang |
Selatan | Kabupaten Deli Serdang |
Barat | Kabupaten Deli Serdang |
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karena secara geografis Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.
Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.
Sungai
Sedikitnya ada sembilan sungai yang melintasi kota ini:
- Sungai Belawan
- Sungai Badera
- Sungai Sikambing
- Sungai Putih
- Sungai Babura
- Sungai Deli
- Sungai Sulang-Saling
- Sungai Kera
- Sungai Tuntungan
Selain itu, untuk mencegah banjir yang terus melanda beberapa wilayah Medan, pemerintah telah membuat sebuah proyek kanal besar yang lebih dikenal dengan nama Medan Kanal Timur.
Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim Köppen, Medan memiliki iklim hutan hujan tropis dengan musim kemarau yang tidak jelas.[10] Medan memiliki bulan-bulan yang lebih basah dan kering, dengan bulan terkering (Februari) rata-rata mengalami presipitasi sekitar sepertiga dari bulan terbasah (Oktober). Suhu di kota ini rata-rata sekitar 27 derajat Celsius sepanjang tahun. Presipitasi tahunan di Medan sekitar 2200 mm.
Data iklim Medan | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 31.6 (88.9) |
32 (90) |
32.7 (90.9) |
32.9 (91.2) |
33.4 (92.1) |
33.3 (91.9) |
32.9 (91.2) |
33.3 (91.9) |
31.9 (89.4) |
31.7 (89.1) |
31 (88) |
30.9 (87.6) |
32.3 (90.1) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 22.2 (72) |
22.6 (72.7) |
23.2 (73.8) |
23.5 (74.3) |
23.3 (73.9) |
23.6 (74.5) |
23.5 (74.3) |
22.8 (73) |
22.2 (72) |
22.6 (72.7) |
23 (73) |
22.5 (72.5) |
22.9 (73.2) |
Curah hujan mm (inci) | 92 (3.62) |
115 (4.53) |
97 (3.82) |
157 (6.18) |
178 (7.01) |
141 (5.55) |
167 (6.57) |
185 (7.28) |
263 (10.35) |
387 (15.24) |
253 (9.96) |
228 (8.98) |
2.263 (89,09) |
Rata-rata hari hujan | 14 | 19 | 13 | 18 | 22 | 15 | 13 | 17 | 24 | 22 | 20 | 19 | 216 |
Rata-rata sinar matahari bulanan | 96 | 106 | 111 | 105 | 111 | 144 | 124 | 108 | 78 | 74 | 84 | 84 | 1.225 |
Sumber #1: World Meteorological Organization[11] | |||||||||||||
Sumber #2: Deutscher Wetterdienst (matahari, 1961–1990)[12][a] |
Pemerintahan
Daftar Wali Kota
Daftar ini belum tentu lengkap. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. |
Wali Kota Medan | |
---|---|
Pemerintah Kota Medan | |
Kediaman | Rumah Dinas Wali Kota Medan |
Masa jabatan | 5 tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan |
Dibentuk | 1 Mei 1918 |
Pejabat pertama | Daniël Mackay (Hindia Belanda, 1918) Luat Siregar (Republik Indonesia, 1945) |
Wakil | Wakil Wali Kota Medan |
Situs web | Situs web resmi |
Medan sebagai ibu kota provinsi Sumatera Utara memiliki struktur kepemimpinan yang dimulai dari wali kota. Pada 1918, posisi asisten residen yang sebelumnya memimpin pemerintahan di Medan pada akhirnya berubah status menjadi wali kota. Wali kota pertama adalah Daniël Mackay yang merupakan keturunan Belanda. Pada mulanya, seorang wali kota dapat merangkap jabatan sebagai ketua dewan kota dengan didampingi pembantu wali kota yang terpilih berdasarkan pemilihan umum dengan suara terbanyak.
<onlyinclude>Berikut adalah daftar Wali Kota Medan secara definitif sejak tahun 1918 di masa Hindia Belanda hingga saat ini di bawah Pemerintah Republik Indonesia. <onlyinclude>
Burgemeester van Medan | ||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nomor urut | Wali Kota | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Wakil | Ref. | |
1 | Daniël Mackay (1878–1962) |
Non Partai | 1 Mei 1918 | 30 April 1931 | 12 tahun, 364 hari | 1 (1918) |
J. A. Bartelds (1925–1926) |
[13] | ||
2 | J. M. Wesselink | Non Partai | 1 Mei 1931 | 30 April 1935 | 3 tahun, 364 hari | 2 (1931) |
J. de Waard | [13] | ||
3 | G. Pitlo | Non Partai | 1 Mei 1935 | 30 April 1938 | 2 tahun, 364 hari | 3 (1935) |
S. J. Schoorl | [13] | ||
4 | Carl Erich Eberhard Kuntze (1896–1976) |
Non Partai | 1 Mei 1938 | 14 Februari 1942 | 3 tahun, 289 hari | 4 (1938) |
R. F. E. M. Romme (1938–1942) |
[13] | ||
メダン市長 | ||||||||||
Nomor urut | Wali Kota | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Wakil | Ref. | |
1 | Shinichi Hayasaki (早崎 真) | Non Partai | 15 Februari 1942 | 16 Agustus 1945 | 3 tahun, 182 hari | 5 | Tidak ada | |||
Wali Kota Medan | ||||||||||
Nomor urut | Wali Kota | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Wakil | Ref. | |
1 | Luat Siregar (1908–1953) |
Non Partai | 17 Agustus 1945 | 10 November 1945 | 85 hari | 6 | Tidak diketahui | [14] | ||
2 | M. Yusuf | Non Partai | 10 November 1945 | 31 Oktober 1947 | 1 tahun, 355 hari | 7 | Tidak diketahui | |||
3 | Djaidin Purba (1906–?) |
Non Partai | 1 November 1947 | 11 Juli 1952 | 4 tahun, 253 hari | 8 | Tidak diketahui | |||
4 | A.M. Jalaludin | Non Partai | 12 Juli 1952 | 1 Desember 1954 | 2 tahun, 142 hari | 9 | Tidak diketahui | |||
5 | Muda Siregar (1900–?) |
Non Partai | 2 Desember 1954 | 2 Juli 1958 | 3 tahun, 212 hari | 10 | Tidak diketahui | |||
6 | Madja Purba | Non Partai | 3 Juli 1958 | 27 Februari 1961 | 2 tahun, 239 hari | 11 | Tidak diketahui | |||
7 | Basyrah Lubis (1912–1985) |
Non Partai | 28 Februari 1961 | 9 Oktober 1964 | 3 tahun, 224 hari | 12 | Tidak diketahui | |||
8 | Roos Telaumbanua (1919–1987) |
Non Partai | 10 Oktober 1964 | 27 Agustus 1965 | 321 hari | 13 | Tidak diketahui | |||
9 | Aminurrasyid | Non Partai | 28 Agustus 1965 | 26 September 1966 | 1 tahun, 29 hari | 14 | Tidak diketahui | |||
10 | Sjoerkani (1931–?) |
Non Partai | 26 September 1966 | 2 Juli 1974 | 7 tahun, 308 hari | 15 | Tidak diketahui | |||
11 | A.M. Saleh Arifin | ABRI–Angkatan Darat | 3 Juli 1974 | 31 Maret 1980 | 5 tahun, 272 hari | 16 | Tidak diketahui | |||
12 | Agus Salim Rangkuti (1928–?) |
ABRI–Angkatan Darat | 1 April 1980 | 31 Maret 1990 | 9 tahun, 364 hari | 17 | Tidak diketahui | |||
13 | Bachtiar Djafar (1939–2021) |
Golkar | 1 April 1990 | 31 Maret 2000 | 9 tahun, 365 hari | 18 | Tidak diketahui | |||
14 | Abdillah (1955–) |
Non Partai | 1 April 2000 | 31 Maret 2005 | 4 tahun, 364 hari | 19 | Maulana Pohan | |||
1 April 2005 | 20 Agustus 2008 | 3 tahun, 141 hari | 20 | Ramli Lubis | ||||||
15 | Rahudman Harahap (1959–) |
Nasdem | 26 Juli 2010 | 16 Mei 2013 | 2 tahun, 294 hari | 21 | Dzulmi Eldin | [ket. 1] | ||
16 | Dzulmi Eldin (1960–) |
Golkar | 18 Juni 2014 | 26 Juli 2015 | 1 tahun, 38 hari | Lowong | ||||
17 Februari 2016 | 17 Oktober 2019 | 3 tahun, 242 hari | 22 (2015) |
Akhyar Nasution | [15] | |||||
17 | Akhyar Nasution (1966–) |
Demokrat | 11 Februari 2021 | 17 Februari 2021 | 6 hari | Lowong | [16] | |||
18 | Bobby Nasution (1991–) |
PDI-P (2020–2023) |
26 Februari 2021 | Petahana | 3 tahun, 253 hari | 23 (2020) |
Aulia Rachman | |||
Gerindra (sejak 2024) |
Pengganti sementara
Dalam tumpuk pemerintahan, seorang kepala daerah yang mengajukan diri untuk cuti atau berhenti sementara dari jabatannya kepada pemerintah pusat, maka Menteri Dalam Negeri menyiapkan penggantinya yang merupakan birokrat di pemerintah daerah atau bahkan wakil wali kota, termasuk ketika posisi wali kota berada dalam masa transisi.
Potret | Wali Kota | Partai | Awal | Akhir | Periode | Definitif | Ref. | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Afifuddin Lubis (1949–) (Penjabat) |
Non Partisan | 20 Agustus 2008 | 22 Juli 2009 | 20 (2005) |
Abdillah | [ket. 2] | |||
Rahudman Harahap (1959–) (Penjabat) |
Non Partisan | 23 Juli 2009 | 15 Februari 2010 | ||||||
Syamsul Arifin (1952–2023) (Penjabat) |
Non Partisan | 16 Februari 2010 | 25 Juli 2010 | [ket. 3] | |||||
Dzulmi Eldin (1960–) (Pelaksana Tugas) |
Golkar | 15 Mei 2013 | 17 Juni 2014 | 21 (2010) |
Rahudman Harahap | [ket. 4] | |||
Syaiful Bahri Lubis (Pelaksana Harian) |
Non Partisan | 27 Juli 2015 | 5 Oktober 2015 | — | Transisi | [ket. 5] | |||
Randiman Tarigan (1956–) (Penjabat) |
Non Partisan | 5 Oktober 2015 | 17 Februari 2016 | ||||||
Akhyar Nasution (1966–) (Pelaksana Tugas) |
Demokrat | 17 Oktober 2019 | 11 Februari 2021 | 22 (2015) |
Dzulmi Eldin | [19] | |||
Arief Sudarto Trinugroho (Pejabat Sementara) |
Non Partisan | 23 September 2020 | 6 Desember 2020 | Akhyar Nasution | [20] | ||||
Wiriya Alrahman (Pelaksana Harian) |
Non Partisan | 17 Februari 2021 | 26 Februari 2021 | — | Transisi | [21] | |||
Aulia Rachman (1978–) (Pelaksana Tugas) |
PSI | 25 September 2024 | 23 November 2024 | 23 (2020) |
Bobby Nasution | [ket. 6] |
Keterangan
- ^ Diberhentikan karena terlibat Kasus Korupsi
- ^ Afifuddin menggantikan Abdillah yang diberhentikan sementara karena tengah menjalani proses persidangan sebagai terdakwa kasus korupsi penyelewengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan pengadaan mobil pemadam kebakaran di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi[17]
- ^ Pejabat sementara, merangkap jabatan utamanya sebagai Gubernur Sumatera Utara
- ^ Pelaksana tugas Wali kota, menggantikan Rahudman Harahap yang diberhentikan
- ^ Sebagai Pelaksana Harian (Plh) Wali kota Medan[18]
- ^ Wali Kota Bobby Nasution cuti kampanye pada Pemilihan umum Gubernur Sumatera Utara 2024 dari 25 September 2024 hingga 23 November 2024, jabatan wali kota sementara dipegang oleh Wakil Wali Kota Aulia Rachman[22]
Lihat Pula
Referensi
- ^ "Pemko Medan - Lambang Kota Medan". Diakses tanggal 2010-05-28.
- ^ "Kota Medan Dalam Angka 2019". BPS Medan. 2019-08-16. Diakses tanggal 2019-10-24.
- ^ "Kota Medan Dalam Angka 2016"
- ^ "Indonesians torch US flag in protest in country's third-largest city". Fox News. 18 September 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 Agustus 2016. Diakses tanggal 12 September 2016.
- ^ Otto, Ben (5 Januari 2014). "Indonesian Volcano Erupts 77 Times in 24 Hours". The Wall Street Journal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 Maret 2016. ((Perlu berlangganan (help)).
- ^ Gunawan, Apriadi (1 April 2014). "Medan offers historical and religious tourist sites". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Maret 2016. Diakses tanggal 12 September 2016.
- ^ https://www.bappenas.go.id/files/2713/5227/9312/bag-z-74-75-cek__20090130070903__25.doc
- ^ https://books.google.co.id/books?id=MMaqCLchf9UC&pg=PT114&lpg=PT114#v=onepage&q&f=false
- ^ a b "Sejarah Kota Medan Sejarah Multi Kebudayaan". Diakses tanggal 25 Agustus 2018.
- ^ "Medan, Indonesia Köppen Climate Classification (Weatherbase)". Weatherbase. Diakses tanggal 4 Juli 2015.
- ^ "World Weather Information Service–Medan". World Meteorological Organization. Diakses tanggal 18 Juni 2015.
- ^ "Station 96035: Kualanamu Medan". Global station data 1961–1990—Sunshine Duration. Deutscher Wetterdienst. Diakses tanggal 18 Juni 2015.
- ^ a b c d Medan (1917–1942). Burgemeesters in Nederlands-Indië 1916-1942. hlm. 207.
- ^ "Wali Kota Medan Sepangjang Masa". Tim ICT Dinas Kominfo Kota Medan. Diakses tanggal 7 Maret 2015.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "KPK Resmi Menahan Wali Kota Medan Tengku Dzulmi Eldin". Tempo.co. 17 Oktober 2019. Diakses tanggal 5 Desember 2023.
- ^ "Akhyar Nasution Resmi Dilantik Jadi Wali Kota Medan Definitif". detik.com. 11 Februari 2021. Diakses tanggal 5 Desember 2023.
- ^ "Afifuddin Lubis Dilantik Sebagai Penjabat Wali Kota Medan". Kompas.com. 20 Agustus 2008. Diakses tanggal 10 Januari 2018.
- ^ "Sekretaris Daerah Kota Medan Syaiful Bahri Lubis resmi menjabat pelaksana harian (Plh) Walikota Medan". Berita Pemko Medan. 28 Juli 2015. Diakses tanggal 10 Januari 2018.
- ^ "Akhyar Nasution Jadi Plt Wali Kota Medan". sindonews.com. 24 Oktober 2019. Diakses tanggal 5 Desember 2023.
- ^ "Arif Sudarto Tri Nugroho Jadi Pjs Walikota Medan". radarmedan.com. 26 September 2020. Diakses tanggal 5 Desember 2023.
- ^ "Sekda Kota Medan jadi Plh Wali Kota gantikan Akhyar Nasution". antaranews.com. 16 Februari 2020. Diakses tanggal 5 Desember 2023.
- ^ "Bobby Nasution Cuti Pilgub, Aulia Rachman Jadi Plt Wali Kota Medan". cnnindonesia.com. 24-09-2024. Diakses tanggal 25-09-2024.
Kota Medan saat ini dipimpin oleh Dzulmi Eldin sebagai Wali kota dan Akhyar Nasution sebagai Wakil Wali kota.[1]
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Wilayah Kota Medan dibagi menjadi 21-kecamatan dan 151-kelurahan:
Demografi
Populasi historis | ||
---|---|---|
Tahun | Jumlah Pend. | ±% p.a. |
2001 | 1.926.052 | — |
2002 | 1.963.086 | +1.92% |
2003 | 1.993.060 | +1.53% |
2004 | 2.006.014 | +0.65% |
2005 | 2.036.018 | +1.50% |
2007 | 2.083.156 | +1.15% |
2008 | 2.102.105 | +0.91% |
2009 | 2.121.053 | +0.90% |
2010 | 2.109.339 | −0.55% |
2012 | 2.122.804 | +0.32% |
2015 | 2.210.624 | +1.36% |
2017 | 2.247.425 | +0.83% |
Sumber: [2][3][4][5] |
Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria, (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter.
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan berjumlah 2.109.339 jiwa.[4] Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan.[4] Bersama kawasan metropolitannya (Kota Binjai dan Kabupaten Deli Serdang) penduduk Medan mencapai 4.144.583 jiwa. Dengan demikian Medan merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar di Sumatra dan keempat di Indonesia.
Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk). Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.
Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan, dimana tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah sebesar 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi ada di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan Timur. Pada tahun 2004, angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun.
Etnis
Kota Medan memiliki beragam etnis dengan mayoritas penduduk beretnis Jawa, Batak, Tionghoa, dan Minangkabau. Adapun etnis aslinya adalah Melayu dan Suku Karo bagian Jahe atau pesisir. Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di sekitar Jl. Zainul Arifin dikenal sebagai Kampung Keling, yang merupakan daerah pemukiman orang keturunan India.
Secara historis, pada tahun 1918 tercatat bahwa Medan dihuni oleh 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang keturunan Eropa, 35.009 orang Indonesia, 8.269 keturunan Tionghoa, dan 139 berasal dari ras Timur lainnya.
Etnis | Tahun 1930 | Tahun 1980 | Tahun 2000 |
---|---|---|---|
Jawa | 24,89% | 29,41% | 33,03% |
Batak | 2,93% | 14,11% | 20,93% |
Tionghoa | 35,63% | 12,80% | 10,65% |
Mandailing | 6,12% | 11,91% | 9,36% |
Minangkabau | 7,29% | 10,93% | 8,6% |
Melayu | 7,06% | 8,57% | 6,59% |
Karo | 0,19% | 3,99% | 4,10% |
Aceh | -- | 2,19% | 2,78% |
Sunda | 1,58% | 1,90% | -- |
Lain-lain | 14,31% | 4,13% | 3,95% |
Sumber: 1930 dan 1980: Usman Pelly, 1983; 2000: BPS Sumut *Catatan: Data BPS Sumut tidak menyenaraikan "Batak" sebagai suku bangsa, total Simalungun (0,69%), Tapanuli/Toba (19,21%), Pakpak (0,34%), dan Nias (0,69%) adalah 20,93% |
Angka Harapan Hidup penduduk kota Medan pada tahun 2007 adalah 71,4 tahun, sedangkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 adalah 148.100 jiwa.
Agama
Selain multi etnis, kota Medan juga dikenal dengan kota yang beragam agama. Meskipun demikian, warga kota Medan tetap menjaga perdamaian dan kerukunan meskipun berbeda keyakinan. Berdasarkan data sensus Kota Medan tahun 2015 menunjukan bahwa mayoritas penduduk menganut agama Islam 59.68%, kemudian Kristen Protestan 21.16%, Buddha 9.90%, Katolik 7.10%, Hindu 2.15% dan Konghucu 0.01%.[6]
Agama utama di Kota Medan berrdasarkan Etnis adalah:
- Islam: terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau, Jawa, Aceh, Arab, Mandailing, Angkola, sebagian suku Karo, Simalungun, Pakpak, dan Tionghoa.
- Kristen (Protestan dan Katolik): terutama dipeluk oleh suku Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak, Nias, dan sebagian suku Angkola dan Tionghoa.
- Hindu: terutama dipeluk oleh suku Tamil (suku India).
- Buddha: terutama dipeluk oleh suku Peranakan.
- Konghucu: terutama dipeluk oleh suku Peranakan.
Kehidupan sosial
Pekerjaan
Sebagai kota terbesar di Pulau Sumatra dan di Selat Malaka, penduduk Medan banyak yang berprofesi di bidang perdagangan. Biasanya pengusaha Medan banyak yang menjadi pedagang komoditas perkebunan. Setelah kemerdekaan, sektor perdagangan secara konsisten didominasi oleh etnis Tionghoa dan Minangkabau. Bidang pemerintahan dan politik, dikuasai oleh orang-orang Melayu dan Mandailing. Sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan tinggi, seperti pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas digeluti oleh orang Minangkabau.[7]
Etnis | Pengacara | Dokter | Notaris | Wartawan |
---|---|---|---|---|
Aceh | 2,6% | 3,9% | -- | 3,7% |
Batak | 13,2% | 15,9% | 18,5% | 8,5% |
Jawa | 5,3% | 15,9% | 11,1% | 10,4% |
Mandailing | 23,6% | 14,1% | 14,8% | 18,3% |
Minangkabau | 36,8% | 20,6% | 29,7% | 37,7% |
Melayu | 5,3% | 5,9% | 3,7% | 17,7% |
Sunda | -- | -- | 3,7% | 10,4% |
Tionghoa | -- | 14,7% | 7,4% | 1,2% |
Pola Pemukiman
Perluasan kota Medan telah mendorong perubahan pola pemukiman kelompok-kelompok etnis. Etnis Melayu yang merupakan penduduk asli kota, banyak yang tinggal di pinggiran kota seperti Belawan, Denai, dan Marelan. Etnis Tionghoa dan Minangkabau yang sebagian besar hidup di bidang perdagangan, 75% dari mereka tinggal di sekitar pusat-pusat perbelanjaan. Pemukiman orang Tionghoa dan Minangkabau sejalan dengan arah pemekaran dan perluasan fasilitas pusat perbelanjaan. Orang Mandailing juga memilih tinggal di pinggiran kota yang lebih nyaman, oleh karena itu terdapat kecenderungan di kalangan masyarakat Mandailing untuk menjual rumah dan tanah mereka di tengah kota, seperti di Kampung Masjid, Kota Maksum, dan Sungai Mati.[7]
Pendidikan
Pendidikan formal | SD negeri dan swasta | SMP negeri dan swasta | SMA negeri dan swasta | Perguruan tinggi |
---|---|---|---|---|
Jumlah satuan | 827 | 337 | 288 | 72 |
Pariwisata
Ada banyak bangunan-bangunan tua di Medan yang masih menyisakan arsitektur khas Belanda. Contohnya: Gedung Balai Kota lama, Kantor Pos Medan, Menara Air Tirtanadi (yang merupakan ikon kota Medan), Titi Gantung - sebuah jembatan di atas rel kereta api, Kantor Pos, Bank Indonesia, Gedung London Sumatra dan Bangunan tua di daerah Kesawan.
Selain itu, masih ada beberapa bangunan bersejarah, antara lain Istana Maimun, Masjid Raya Medan, Masjid Raya Al Osmani dan juga rumah Tjong A Fie di kawasan Jl. Jend. Ahmad Yani (Kesawan).
Daerah Kesawan masih menyisakan bangunan-bangunan tua, seperti bangunan PT London Sumatra, dan ruko-ruko tua seperti yang bisa ditemukan di Penang, Malaysia dan Singapura. Ruko-ruko ini, kini telah disulap menjadi sebuah pusat jajanan makan yang ramai pada malam harinya. Saat ini Pemerintah Kota merencanakan Medan sebagai Kota Pusat Perbelanjaan dan Makanan. Diharapkan dengan adanya program ini menambah arus kunjungan dan lama tinggal wisatawan ke kota ini.
Bangunan Tua
- Kantor Balai Kota Lama
- Kantor Pos Medan
- Stasiun Kereta Api Medan
- Menara Bakaran Batu
- Istana Maimun
- Menara Air Tirtanadi
- Rumah Tjong A Fie
- PT PP London Sumatra
- Vihara Gunung Timur
- Vihara Setia Budi / Kwan Te Bio
- Kuil Shri Mariamman
- Masjid Al Osmani
- Majid Raya Al Mashun
- Gereja Immanuel
- Hotel Inna Dharma Deli
- Bank Indonesia
- Gedung B.K.S. P.P.S.
- Gedung Asuransi Jiwasraya
- Kolam Sri Deli
- Pekong Lima Medan Labuhan
- Stasiun Labuan
- Bank Mandiri Cabang Kesawan
- Restoran Tip Top
- Gedung Warenhuis/Gedung AMPI
- Titi Gantung
- RS. Tembakau Deli
- RS. dr. Pirngadi
- RS. Santa Elisabeth
- Gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
- Masjid Lama Gg. Bengkok
Hotel
- Grand Angkasa International Hotel
- Danau Toba International Hotel
- JW Marriott
- Grand Aston City Hall
- Grand Swissbell Hotel
- The Aryaduta Hotel
- Hotel Citi International
- Santika Premiere Dyandra Hotel
- Inna Dharma Deli Hotel
- Hotel Deli River
- Garuda Plaza Hotel
- Alpha Inn
- Grand Delta Hotel
- Hotel Grand Antares Indonesia
- Asean International Hotel
- Novotel Soechi International Hotel
- Hotel Tiara Medan
- Hotel Haji Amir, Jl Letda Sujono
- Hotel Candi
- Borobudur Asri Hotel
- Garuda Plaza Hotel
- Semarak International Hotel
- Hotel Medan Ville
- Gandhi inn
Tempat Ibadah
- Masjid Al Osmani Medan Labuhan
- Majid Raya Al Mashun
- Masjid Agung Medan
- Masjid Lama Gg. Bengkok
- Masjid Amaliyah Panglima Denai Amplas
- Masjid Al-Musabbihin TASBI Blok C
- Masjid Al-Huda, Jl Perjuangan Tj. Rejo
- Masjid Nurul Hidayah, Jl. Young Panah Hijau Ling. IV, Labuhan Deli, Medan Marelan
- Masjid Al Amin
- Masjid Nurul Iman Komplek MTsN 3 Medan Perumnas Helvetia
- Masjid Al Abrar TitiPapan
- Masjid Jami' Al Hidayah Paya Pasir Marelan
- Masjid Al Ikhlas Simp. Kantor
- Masjid Taqwa Muhammadiyah Jl. Mustafa Medan
- Masjid Baitul Amal Martubung
- Masjid Al Iman Marelan Pasar II
- Masjid Jami' Al Qanitin Sei Sikambing
- Gereja Methodist Indonesia Jemaat Gloria Berbahasa Tionghoa Medan Jl. P. Merak Jingga
- Gereja HKBP
- Gereja GBKP
- Gereja GKPS
- Gereja GKPPD
- Gereja GKPA
- Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI)
- Gereja Bethel Indonesia (GBI)
- Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB)
- Gereja Kemenangan Iman Indonesia (GKII)
- Gereja Kristen Perjanjian Baru (GKPB)
- Gereja Mawar Sharon
- Graha Bunda Maria Annai Velangkanni
- Katedral Roma Katholik
- Pura Agung Raksa Buana, Polonia
- Kuil Shri Mariamman
- Maha Vihara Maitreya, Cemara Asri
- Vihara Sakyamuni, Indonesia Theravada Buddhist Centre (ITBC), Cemara Asri
- Vihara Mahasampatti, Jl. Pajang No. 3-5-7-9-11 Medan
- Vihara Borobudur
- Pubbārāma Buddhist Centre Kota Bangun
- Vihara Dharma Wijaya
- Vihara Metta Jaya
- Vihara Dharma Shanti
- Wihara Mahavira Graha - Maha Karuna Buddhist Centre (MKBC)
- Kelenteng Vihara Gunung Timur
- Vihara Setia Budi / Kwan Te Bio
- Cetiya Atmavichara
- Yayasan Buddha Tzu Chi Medan
Wisata kuliner
- Merdeka Walk, pusat jajanan 24 jam yang terletak di Lapangan Merdeka Medan dan tepat berada di seberang Balai Kota Lama Medan.
- Ramadhan Fair, khusus dibuka pada saat bulan Ramadhan terletak bersebelahan dengan Masjid Raya Medan.
- Kuliner Pagaruyung, masakan India dan Indonesia di daerah "Kampung Keling" ("Kampung Madras").
- Asia Mega Mas Food Court Centre 唐 人 街, Terletak di Kompleks Asia Mega Mas Medan.
- Pasar Merah Square, terletak di Jalan H.M. Jhoni, berdekatan dengan Kampus ITM dan UMSU.
- Amaliun Food Court, terletak di Jalan Amaliun, dekat dengan Yuki Simpang Raya.
- Jalan Dr. Mansyur (Kampus USU), pilihan berbagai cafe yang menawarkan beragam hidangan.
- Jalan Semarang, masakan Tionghoa pada malam hari.
- Restoran Tip Top, Restoran yang dibangun pada zaman kolonial Belanda, terletak di Kesawan.
- Imlek Fair, khusus diadakan menjelang perayaan Tahun Baru Imlek setahun sekali.
Transportasi
Darat
Terminal yang melayani warga Medan:
- Terminal Sambu
- Terminal Pinang Baris
- Terminal Amplas
Keunikan Medan terletak pada becak bermotornya (becak mesin/ becak motor) yang dapat ditemukan hampir di seluruh Medan. Berbeda dengan becak biasa (becak dayung), becak motor dapat membawa penumpangnya ke mana pun di dalam kota. Selain becak, dalam kota juga tersedia angkutan umum berbentuk minibus (angkot/oplet) dan taksi. Pengemudi becak berada di samping becak, bukan di belakang becak seperti halnya di Jawa, yang memudahkan becak Medan untuk melalui jalan yang berliku-liku dan memungkinkan untuk diproduksi dengan harga yang minimal, karena hanya diperlukan sedikit modifikasi saja agar sepeda atau sepeda motor biasa dapat digunakan sebagai penggerak becak. Desain ini mengambil desain dari sepeda motor gandengan perang Jerman di Perang Dunia II.
Sebutan paling khas untuk angkutan umum adalah Sudako. Sudako pada awalnya menggunakan minibus Daihatsu S38 dengan mesin 2 tak kapasitas 500cc. Bentuknya merupakan modifikasi dari mobil pick up. Pada bagian belakangnya diletakkan dua buah kursi panjang sehingga penumpang duduk saling berhadapan dan sangat dekat sehingga bersinggungan lutut dengan penumpang di depannya.
Trayek pertama kali sudako adalah "Lin 01", (Lin sama dengan trayek) yang menghubungkan antara daerah Pasar Merah (Jl. HM. Joni), Jl. Amaliun dan terminal Sambu, yang merupakan terminal pusat pertama angkutan penumpang ukuran kecil dan sedang. Saat ini "Daihatsu S38 500 cc" sudah tidak digunakan lagi karena faktor usia, dan berganti dengan mobil-mobil baru seperti Toyota Kijang, Isuzu Panther, Daihatsu Zebra, dan Daihatsu Espass.
Selain itu, masih ada lagi angkutan lainnya yaitu bemo, yang berasal dari India. Beroda tiga dan cukup kuat menanjak dengan membawa 11 penumpang. Bemo kemudian digantikan oleh bajaj yang juga berasal dari India, yang di Medan dikenal dengan nama "toyoko".
Kereta api menghubungkan Medan dengan Tanjungpura di sebelah barat laut, Belawan di sebelah utara, dan Binjai-Tebing Tinggi-Pematang Siantar dan Tebing Tinggi-Kisaran-Tanjungbalai-Rantau Prapat di tenggara. Jalan Tol Belmera menghubungkan Medan dengan Belawan dan Tanjung Morawa. Jalan tol Medan-Kuala Namu-Tebing Tinggi dan Medan-Binjai juga sedang direncanakan pembangunannya.
Pada akhir tahun 2015, sistem Bus Rapid Transit Trans Mebidang telah beroperasi di kota Medan, kota Binjai, dan kabupaten Deli Sedang.
Laut
Pelabuhan Belawan terletak di bagian utara kota. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan Indonesia tersibuk di luar pulau Jawa. Layanan kapal feri menghubungkan Belawan dengan Penang di Malaysia.
Udara
Bandar Udara Internasional Polonia yang terletak tepat di jantung kota, dahulunya menghubungkan Medan dengan kota-kota besar lainnya di dalam dan di luar Indonesia. Sejak pada tanggal hari Kamis, 25 Juli 2013, operasional Polonia dihentikan dan dipindahkan ke Bandar Udara Internasional Kuala Namu di Kuala Namu, Desa Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang yang menghubungkan Medan dan sekitarnya dengan kota-kota seperti Bandung, Palembang, Jakarta, Surabaya serta Kuala Lumpur di Malaysia dan Singapura.
Media massa
Radio
Kota Medan juga memiliki beberapa terdiri dari 46-stasiun radio seperti:
Frekuensi | Signal | Nama | Stasiun |
---|---|---|---|
801-KHz | AM | Radio Programma-1 | Radio Republik Indonesia |
810-KHz | Radio Programma 2 | ||
830-KHz | Radio Programma 3 | ||
855-KHz | Radio Programma 4 | ||
900-KHz | Radio Bethany | Bethany | |
1127-KHz | RPDT2 Kotamadya Medan | RPDT2 | |
88.0-MHz | FM | Radio La Femme | Radio KISS Network |
88.4-MHz | Radio Swara Rakyat | ||
88.4-MHz | Radio Satya Bhakti | Poldasu | |
88.8-MHz | Radio Programma 3 | Radio Republik Indonesia | |
89.2-MHz | Radio Pasopati Perkasa | ||
89.6-MHz | Radio Visi | Kardopa | |
90.4-MHz | Radio Teladan | ||
90.8-MHz | Radio Mix | Radio KISS Network | |
91.6-MHz | Radio UMSU | UMSU | |
92.4-MHz | Radio Programma 2 | Radio Republik Indonesia | |
92.8-MHz | Radio Lite | Radio KISS Network | |
93.2-MHz | Radio Elshinta News and Talk Medan | Radio Elshinta News and Talk | |
93.7-MHz | Radio Metro Medan | ||
94.3-MHz | Radio Programma 1 | Radio Republik Indonesia | |
94.7-MHz | Radio Suara Medan | ||
95.1-MHz | Radio MNC Trijaya Medan | Radio MNC Trijaya | |
95.5-MHz | Radio Citra Buana | ||
95.9-MHz | Radio City | ||
96.3-MHz | Radio Rhodesa | ||
96.7-MHz | Radio Dangdut Medan | RDI | |
97.1-MHz | Radio Sikamoni | ||
97.5-MHz | Radio Prambors Medan | Radio Prambors | |
97.8-MHz | V-Radio | ||
98.3-MHz | I-Radio Medan | I-Radio | |
99.1-MHz | Radio Moze | ||
99.5-MHz | Radio Mutiara | ||
99.9-MHz | Radio Istana | ||
100.2-MHz | Radio Yaska | Radio KISS Network | |
101.0-MHz | Radio Joy | ||
101.4-MHz | Radio Roris | ||
101.8-MHz | Radio Smart Medan | Radio Smart | |
102.2-MHz | Radio Bonsita | ||
102.6-MHz | Radio Star News | Radio KISS Network | |
103.0-MHz | Radio Best | ||
103.4-MHz | Radio Symphony | ||
103.8-MHz | Radio Gita | ||
104.2-MHz | Radio Maria | ||
105.0-MHz | Radio KISS | Radio KISS Network | |
105.8-MHz | Radio Delta | Delta | |
106.2-MHz | Radio Kardopa | Kardopa Group | |
106.6-MHz | Radio Sonya | Radio KISS Network | |
107.3-MHz | Radio Lips | ISX |
Televisi
Kota Medan juga memiliki beberapa terdiri dari 18-stasiun televisi (16-siaran nasional dan 2-siaran lokal) seperti:
Kanal | Signal | Frekuensi | Nama | Jaringan | Nama Perusahaan | Pemilik | Status | Negara |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
23 | 487.250-MHz | UHF | Indosiar | PT Indosiar Visual Mandiri | Elang Mahkota Teknologi | Nasional | Indonesia | |
25 | 503.250-MHz | MNCTV | PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia | Media Nusantara Citra | ||||
27 | 519.250-MHz | Trans TV | PT Televisi Transformasi Indonesia | Trans Media | ||||
29 | 535.250-MHz | ANTV | PT Cakrawala Andalas Televisi | Visi Media Asia | ||||
31 | 551.250-MHz | GTV | PT Global Informasi Bermutu | Media Nusantara Citra | ||||
33 | 567.250-MHz | RCTI | PT Rajawali Citra Televisi Indonesia | Media Nusantara Citra | ||||
35 | 583.250-MHz | SCTV | PT Surya Citra Televisi | Elang Mahkota Teknologi | ||||
37 | 599.250-MHz | tvOne | PT Lativi Media Karya | Visi Media Asia | ||||
39 | 615.250-MHz | Metro TV | PT Media Televisi Indonesia | Media Group | ||||
41 | 631.250-MHz | Trans7 | PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh | Trans Media | ||||
43 | 647.250-MHz | NET. | PT Net Mediatama Indonesia | Indika Group | ||||
45 | 663.250-MHz | iNews | PT Deli Media Televisi | Media Nusantara Citra | ||||
47 | 679.250-MHz | TVRI Nasional | TVRI | Lembaga Penyiaran Publik TVRI | Pemerintah Indonesia | |||
TVRI Sumatra Utara | Pemeritah Sumatra Utara | Lokal | ||||||
49 | 695.250-MHz | DAAI TV | PT Daya Angkasa Andalas Indah Televisi | Tau Chi Media | Berjaringan | |||
51 | 715.250-MHz | BeritaSatu | PT First Media News | BeritaSatu Group | Bangsa | |||
53 | 727.250-MHz | RTV | PT Cahaya Nusantara Perkasa Televisi | Rajawali Corpora | Nasional | |||
55 | 737.250-MHz | MYTV | PT Banten Media Global Televisi | Netwave Group dan Mayapada Group | ||||
59 | 775.250-MHz | Kompas TV | PT Gramedia Media Nusantara | Kompas Gramedia |
Surat kabar
Kota Medan juga memiliki beberapa terdiri dari 22-surat kabar seperti:
Pusat perbelanjaan
Plaza dan Mal
- Deli Plaza, Sinar Plaza, Menara Plaza, digabung menjadi satu dengan nama "Podomoro City Deli Medan".
- Grand Palladium, terletak di Medan Petisah.
- Plaza Medan Fair, terletak di Medan Petisah.
- Medan Mall, terletak di Pusat Pasar.
- Medan Plaza Centre, satu di antara plaza tertua di Medan. Plaza ini berhasil bertahan karena tetap mempertahankan penyewa kios yang menyediakan beragam barang dan jasa yang ekonomis, namun ditutup akibat kebakaran pada tahun 2015.
- Millenium Plaza, pusat penjualan telepon genggam, dulu bernama "Tata Plaza" sampai dengan tahun 1999.
- Sun Plaza, terletak di dekat Kantor Gubernur Sumatra Utara di Medan Petisah.
- Cambridge City Square, di atasnya terdapat 4-bangunan yang berupa apartemen.
- Thamrin Plaza, terletak di Medan Area, Medan.
- Perisai Plaza, sejak tahun 2006 Perisai Plaza mulai tutup secara perlahan.
- Olympia Plaza, satu di antara plaza tertua di Medan, bersebelahan dengan Medan Mall. Namun kini sudah tidak beroperasi sebagai tempat grosir pakaian, sepatu dan barang pecah belah.
- Brastagi Mall, awalnya bernama Price Mart. Selanjutnya berganti nama menjadi The Club Store. Setelah direnovasi, plaza ini berganti nama menjadi Mall The Club Store. Dan akhirnya berganti nama menjadi Brastagi Mall.
- Hong Kong Plaza - Novotel Soechi
- Lotte Mart Wholesale, dulu bernama Makro.
- Yuki Pasar Raya dan Yuki Simpang Raya
- Yanglim Plaza
- Prima City Plaza dikenal sebagai City Plaza adalah plaza pertama di Kota Medan, berlokasi di Jalan Surabaya dan kini telah berubah menjadi hotel.
- Horas Plaza juga di Jalan Surabaya, termasuk sebagai plaza tua dan sudah lama tutup.
- Juwita Mall bisa disebut sebagai mall pertama di Kota Medan, berdiri puluhan tahun sebelum Medan Mall dan bertahun-tahun sebelum City Plaza. Berlokasi di Jalan Surabaya.
- Ringroad City Walks terletak di kawasan Jl.Ringroad dan diresmikan pada tahun 2015
- Hermes Palace jl. Wolter mongonsidi
- Focal point mall
- Center point mall
- Ramayana Pringgan, Ramayana Sm. Raja, Ramayana pasar pancing
Pasar
- Pusat Pasar, salah satu pasar tradisional tua di Medan yang sudah ada sejak zaman kolonial. Menyediakan beragam kebutuhan pokok dan sayur mayur.
- Pasar Petisah. pemerintah kota menggabungkan pasar tradisional dan pasar modern. Tak heran jika sekarang tampilannya tidak kumuh dan becek seperti pasar tradisional umumnya. Pasar Petisah menjadi acuan berbelanja yang murah dan berkualitas.
- Pasar Beruang, terletak di Jalan Beruang.
- Pasar Simpang Limun, salah satu pasar tradisonal yang cukup tua dan menjadi merek dagang kota Medan. Terletak di persimpangan Jalan Sisingamangaraja dan Jalan Sakti Lubis. Saat ini sedang dalam tahap penataan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas akibat kesibukan pasar ini.
- Pasar Ramai, pasar ini terletak di persimpangan Jalan Aksara & Jalan Thamrin yang bersebelahan dengan Thamrin Plaza.
- Pasar Timah, merupakan terusan dari Pasar Besi yang lebih akrab disebut juga Pajak Besi. pasar ini menjulang sepanjang jalan Timah dari jalan Besi hingga menuju ke depan YangLim Plaza di jalan Emas, Medan.
- Pasar Sukaramai, pasar ini terletak di Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Medan Area.
- Pasar Simpang Melati, pasar ini terkenal sebagai tempat perdagangan pakaian bekas dan menjadi lokasi favorit baru para pemburu pakaian bekas setelah Pasar Simalingkar dan Jl. Pancing. Pasar Simpang Melati ramai dikunjungi pada akhir pekan.
- Pasar Ikan Lama, pasar ini tidak menjual ikan, pasar ini memasarkan tekstil yang cukup terkenal, bahkan tak jarang dijadikan sebagai objek kunjungan wisata bagi para turis asing.
- Pasar Pagi Tanjung Rejo, pasar ini terletak di Jalan Setia Budi
- Pasar Marelan, Terletak di Jl. Marelan Raya Pasar V. Pasar Ini cukup ramai dan macet dan jalannya pun banyak yang rusak hingga berlubang.
- Pasar Pagi Labuhan, letaknya strategi berada di jalan K.L. Yos Sudarso KM. 17 dan Jl. Syahbuddin Yatim (kalau jalan dari tugu sei nunang). Letaknya pun berdekatan dengan Masji Raya Al Osmani, Pekong Lima Medan Labuhan, Puskesmas Medan Labuhan, dan YASPI. Juga termasuk kota tua di labuhan.
- Pasar Helvetia, terletak di Perumnas Helvetia dekat dengan MTs N 3 Medan
- Pasar Sore Simpang Atap, terletak di Jl. K.L. Yos Sudarso Simpang Atap Martubung, dekat dengan pabrik Coca Cola
Ada keunikan tersendiri dalam pengucapan Pasar di kalangan masyarakat di Medan. Orang Medan biasanya menyebut Pasar dengan sebutan Pajak seperti menyebut Pajak Petisah, Pajak Ikan Lama, Pajak Besi, dll sehingga orang dari luar daerah Kota Medan kadang bingung dengan mengira merujuk kepada kantor Dinas Perpajakan. Tidak diketahui secara pasti asal usul kebiasaan pengucapan ini di Kalangan Masyarakat di Kota Medan. Ada yang beranggapan, penyebutan pajak untuk penamaan pasar, berasal dari pungutan retribusi (pajak) untuk penjual-penjual di pasar.
Olahraga
Beberapa klub olahraga yang terdapat di Medan antara lain klub sepak bola: PSMS Medan, Medan Jaya, Medan Chiefs, Bintang PSMS Medan dan Medan United; dan klub basket: Angsapura Sania. Gelanggang olahraga yang terdapat di Medan antara lain Stadion Teladan, Stadion Kebun Bunga, dan GOR Angsapura. Sedangkan lapangan berolahraga adalah Lapangan Merdeka, Lapangan Persit Chandra Kirana (Jalan Gaperta), dan Lapangan Benteng.
Pekan Olahraga Kota Medan
Sejak tahun 2009, KONI Kota Medan dan pemerintah Kota Medan mengadakan Pekan Olahraga Kota (Porkot). Pembukaan dan penutupan Porkot dilaksanakan di Stadion Teladan.[9][10]
Porkot 2009 dilaksanakan tanggal 11-18 Agustus 2009 mempertandingkan 30 cabang olahraga.[9] Kecamatan Medan Helvetia menjuarai Porkot ini.[11][12]
Porkot 2010 dilaksanakan tanggal 11-18 Desember 2010 mempertandingkan 32 cabang olahraga.[13][14] Kecamatan Medan kota menjuarai porkot ini.[11]
Porkot 2011 dilaksanakan tanggal 15-22 Oktober 2011 mempertandingkan 33 cabang olahraga.[10] Kecamatan Medan Kota menjuarai Porkot ini dengan kecamatan Medan Helvetia berada di peringkat kedua dan kecamatan Medan Denai berada di peringkat ketiga.[15][16][17]
Konsulat Jendral
Berikut adalah negara-negara yang memiliki perwakilan konsulat jenderal di Medan:
Kota Kembar
Negara | Kota | Negara Bagian / Daerah |
---|---|---|
Indonesia | Jakarta | Daerah Khusus Ibukota Jakarta |
Malaysia | Kuala Lumpur | Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur |
Singapura | Singapura |
Tokoh dari Kota Medan
Tokoh-tokoh yang lahir di Medan:
- Tjong A Fie, Kapitan dan dermawan Tionghoa pada zaman Hindia Belanda
- Peter Alma, seniman Belanda
- Chairil Anwar, penyair Indonesia
- Jan Gualtherus van Breda Kolff, pemain sepak bola Belanda
- Sultan Ma'moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah, Sultan Deli IX
- Burhanuddin Harahap, Perdana Menteri Indonesia ke-9
- Kees Hoving, perenang Belanda
- Cees Korvinus, politikus dan advokat Belanda
- John Juanda, pemain poker Amerika Serikat
- Amir Sjarifuddin, Perdana Menteri Indonesia ke-2
- Soegiarto, Menteri Badan Usaha Milik Negara Indonesia di Kabinet Indonesia Bersatu sebelum Perombakan II
- Babs van Wely, ilustrator Belanda
- Gurnam Singh, atlet pelari
- Ruhut Sitompul, pengacara dan politikus Indonesia
- Joko Anwar, sutradara Indonesia
- Lindswell Kwok, atlet wushu
- Hembing Wijayakusuma, pakar pengobatan tradisional dan akupuntur
- Alexander Tedja, pengusaha
- Sofyan Tan, dokter, guru, kepala sekolah, tokoh masyarakat, politikus, anggota DPR RI
- Kimmy Jayanti, model, aktris
- Jenny Chang, model, aktris
- Nelson Tansu, akademisi, peneliti nanoteknologi dan optoelektronika serta riset fisika terapan dan teknologi dari semikonduktor nanostruktur, fotonika
- Rudy Handoko Tanin, peraih medali emas dalam Olimpiade Fisika Internasional 2008, Olimpiade Fisika Asia 2007, Olimpiade Fisika Asia 2008
- Kelvin Anggara, peraih medali emas pertama bagi Indonesia dalam Olimpiade Kimia Internasional 2008
- Alvin Adam, presenter, pembawa acara, pembawa berita, aktor
Lihat Pula
Sumber
Catatan
- ^ ID stasiun untuk Kualanamu Medan adalah 96035 Gunakan ID stasiun ini untuk menemukan durasi sinar matahari
Keterangan
Referensi
- ^ Harruma, Issha; Hermawan, Bayu (23 Januari 2016). "KPU: Pasangan Eldin-Akhyar Wali Kota dan Wawali Kota Medan Terpilih". Republika. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 September 2016. Diakses tanggal 12 September 2016.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaBPS 2015
- ^ "BPS Kota Medan - Jumlah Penduduk & Kepadatan Penduduk Kota Medan tahun 2009". Diakses tanggal 2010-07-05.
- ^ a b c "Penduduk Sumut paling padat di Medan". 2010-08-17. Diakses tanggal 2010-08-25.
- ^ "Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012". BPS Sumut. 2012. Diakses tanggal 2014-01-11.
- ^ "Kota Medan Dalam Angka 2016"
- ^ a b (Indonesia) "Orang Melayu di Kota Medan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Juli 2011.
- ^ "IDI, Peradin, Ikatan Notaris Cabang Medan, PWI, 1980".
- ^ a b "Portal Berita Orang Sumut | Portalnya Orang Sumut". ANTARA Sumut. 2009-08-12. Diakses tanggal 2011-10-30.
- ^ a b Lukmanul Hakim (2011-10-22). "Selamat Datang di Situs Resmi Koni Medan". Koni-medan.org. Diakses tanggal 2011-10-30.
- ^ a b Freddie Chandra S.Kom. "Medan Kota Juara Umum Porkot 2010 - Harian Medan Bisnis". Medanbisnisdaily.com. Diakses tanggal 2011-10-30.
- ^ "Helvetia Juara Umum | Arsip Harian Sumut Pos | 7078". Hariansumutpos.com. 2009-08-19. Diakses tanggal 2011-10-30.
- ^ Freddie Chandra S.Kom. kota_buka_porkot_medan_2010_hari_ini/ "Wali kota Buka Porkot Medan 2010 Hari Ini - Harian Medan Bisnis" Periksa nilai
|url=
(bantuan). Medanbisnisdaily.com. Diakses tanggal 2011-10-30. - ^ "Wali Kota Dukung Gelaran Porkot 2010 | Arsip Harian Sumut Pos | 66695". Hariansumutpos.com. 2010-11-20. Diakses tanggal 2011-10-30.
- ^ "Medan Kota Tetap Juara Porkot Medan 2011". KONI Medan. 2011-10-26. Diakses tanggal 2011-10-30.
- ^ Lukmanul Hakim (2011-10-22). "Selamat Datang di Situs Resmi Koni Medan". Koni-medan.org. Diakses tanggal 2011-10-30.
- ^ Freddie Chandra S.Kom. "Medan Kota Pertahankan Gelar Juara Umum Porkot - Harian Analisa". Analisisdaily.com. Diakses tanggal 2011-10-30.
Daftar Pustaka
- (Indonesia) Suti, Bayo Medan Menuju Kota Metropolitan (Yayasan Potensi Pengembangan Daerah, Medan, 1979)
Pranala luar
- Situs resmi Pemerintah Kota Medan (Indonesia)
Kota | Provinsi | Populasi | Kota | Provinsi | Populasi | |||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Jakarta | Daerah Khusus Ibukota Jakarta | 11.135.191 | Kota Medan |
7 | Makassar | Sulawesi Selatan | 1.477.861 | ||
2 | Surabaya | Jawa Timur | 3.017.382 | 8 | Batam | Kepulauan Riau | 1.294.548 | |||
3 | Bandung | Jawa Barat | 2.579.837 | 9 | Pekanbaru | Riau | 1.138.530 | |||
4 | Medan | Sumatera Utara | 2.539.829 | 10 | Bandar Lampung | Lampung | 1.073.451 | |||
5 | Palembang | Sumatera Selatan | 1.781.672 | 11 | Padang | Sumatera Barat | 939.851 | |||
6 | Semarang | Jawa Tengah | 1.699.585 | 12 | Malang | Jawa Timur | 885.271 | |||
Sumber: Data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (per 30 Juni 2024). Catatan: Tidak termasuk kota satelit. |