Stasiun Tanjung Priok

stasiun kereta api di Indonesia

Stasiun Tanjung Priuk atau awam menyebutnya sebagai Stasiun Tanjung Priok (TPK) merupakan stasiun kereta api kelas II yang terletak di seberang Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Stasiun yang terletak pada ketinggian +4 meter ini termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta. Memiliki langgam bangunan art deco, stasiun ini termasuk salah satu bangunan tua yang dijadikan cagar budaya DKI Jakarta.

Stasiun Tanjung Priuk

Stasiun Tanjung Priuk dengan Papan Nama Terbaru versi 2017
Lokasi
Koordinat6°6′26″S 106°52′41″E / 6.10722°S 106.87806°E / -6.10722; 106.87806
Ketinggian+4 m
Operator
Letak
km 8+115 lintas JakartaAncolTanjung Priuk[1]
Jumlah peronEmpat peron teluk yang terdiri atas satu peron sisi dan tiga peron pulau
Jumlah jalur8:
  • jalur 2: sepur lurus ke arah Jakarta Kota
  • jalur 3: sepur lurus dari arah Jakarta Kota
  • jalur 6: sepur lurus ke arah Rajawali-Pasar Senen-Jatinegara
  • jalur 7: sepur lurus dari arah Jatinegara-Pasar Senen-Rajawali
LayananWalahar Ekspres/Lokal Purwakarta, Jatiluhur/Lokal Cikampek, KRL Commuter Line, dan angkutan peti kemas
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Fasilitas sepedaTidak ada
Akses difabelTidak ada
ArsitekIr. C.W. Koch
Gaya arsitekturArt deco
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiI[2]
Sejarah
Dibuka6 April 1925
Nama sebelumnyaTandjongpriok
Tanggal penting
Dibuka kembali28 April 2009
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya     Stasiun berikutnya
Terminus Templat:KRL Jabodetabek lines
  Layanan penghubung  
Stasiun sebelumnya   Transjakarta   Stasiun berikutnya
Terminus Koridor 10
Bersambung di: Tanjung Priok
Fasilitas dan teknis
FasilitasParkir Layanan pelanggan Musala Toilet Area merokok 
Tipe persinyalanElektrik tipe Sinyal Interlocking Len-02
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Stasiun ini memiliki delapan jalur kereta api dengan jalur 2 sebagai sepur lurus ke arah Jakarta Kota, jalur 3 sebagai sepur lurus dari arah Jakarta Kota, jalur 6 sebagai sepur lurus ke arah Rajawali-Pasar Senen-Jatinegara, dan jalur 7 sebagai sepur lurus dari arah Jatinegara-Pasar Senen-Rajawali. Di sayap barat laut emplasemen stasiun ini terdapat percabangan jalur menuju pelabuhan tersebut.

Sejarah

Keberadaan Stasiun Tanjung Priuk tidak dapat dipisahkan dengan ramainya Pelabuhan Tanjung Priok yang merupakan pelabuhan kebanggaan masa Hindia Belanda itu, dan bahkan berperan sebagai pintu gerbang kota Batavia serta Hindia Belanda. Stasiun ini pada dasarnya terbagi atas dua periode.

Periode pertama

 
Stasiun Tanjung Priuk lama

Pada periode ini, stasiun ini terletak persis di atas dermaga Pelabuhan Tanjung Priok. Stasiun ini selesai dibangun oleh Burgerlijke Openbare Werken pada 1883 dan baru pada tahun 2 November 1885 diresmikan pembukaannya bersamaan dengan pembukaan Pelabuhan Tanjung Priok.[3][4]

Pengelolaan stasiun dan jalur kereta api Sunda Kelapa–Tanjung Priuk diserahkan kepada jawatan kereta api negara, Staatsspoorwegen (SS). Sampai dengan tahun 1900, dalam sehari tidak kurang dari 40 perjalanan kereta api rute Tanjung Priuk–Batavia SS/NIS pp serta Tanjung Priuk–Kemayoran pp.

Periode kedua

Sejak paruh akhir abad ke-19 hingga abad ke-20, aktivitas di Pelabuhan Tanjung Priok kian meningkat, sehingga terjadi perluasan area pelabuhannya yang mengakibatkan stasiun Tanjung Priuk digusur. Untuk menggantikannya, pada tahun 1914 di sebelah gudang Sungai Lagoa dibangun stasiun baru yang lebih megah. Dalam pembangunan itu, SS menugaskan Ir. C.W. Koch sebagai arsitek utama.[3] Stasiun baru ini, dibuka untuk umum pada 6 April 1925 yang bertepatan dengan peluncuran pertama kereta listrik rute Priok–Meester Cornelis (Jatinegara).

Stasiun ini dibangun pada masa Gubernur Jenderal A.F.W. Idenburg (1909-1916). Untuk menyelesaikan stasiun ini, diperlukan sekitar 1.700 tenaga kerja dan 130 di antaranya adalah pekerja berbangsa Eropa.

Keseluruhan

 
Stasiun Tanjung Priuk pada tahun 1950-an

Bandar pelabuhan yang dibangun pada 1877 pada masa Gubernur Jenderal Johan Wilhelm van Lansberge yang berkuasa di Hindia Belanda pada tahun 1875-1881 itu semakin mengukuhkan perannya sebagai salah satu pelabuhan paling ramai di Asia setelah dibukanya Terusan Suez.

Stasiun ini menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan Batavia yang berada di selatan. Alasan pembangunan ini karena pada masa lalu wilayah Tanjung Priok sebagian besar adalah hutan dan rawa yang berbahaya sehingga dibutuhkan sarana transportasi yang aman pada saat itu (kereta api). Pada akhir abad ke-19, pelabuhan Jakarta yang semula berada di daerah sekitar Pasar Ikan tidak lagi memadai, dan Belanda membangun fasilitas pelabuhan baru di Tanjung Priok.

Sejak selesainya stasiun ini, telah timbul protes mengenai "pemborosan" yang dilakukan dalam pembangunan stasiun ini. Dengan 8 peron, stasiun ini amatlah besar, dan nyaris sebesar Stasiun Jakarta Kota yang pada masa itu bernama Batavia Centrum. Sementara, kereta api pelabuhan yang menghubungkan kota-kota seperti Bandung dengan kapal-kapal milik Stoomvaart Maatschappij Nederland dan Koninklijke Rotterdamsche Lloyd langsung menuju ke dermaga dan tidak menggunakan stasiun ini. Stasiun ini terutama hanya digunakan untuk kereta rel listrik yang mulai digunakan di sekitar Batavia pada tahun 1925.[5]

Pada zaman Belanda, di stasiun ini juga tersedia ruang penginapan sementara bagi para penumpang yang akan menunggu kedatangan kapal untuk melanjutkan perjalanan. Kamar-kamar tersebut terletak di sayap kiri bangunan yang memang disediakan untuk penumpang.[3]

Stasiun ini, terbilang hanya 16 tahun mengalami kejayaan. Pembukaan Bandara Kemayoran yang melayani penerbangan umum sejak tahun 1940 mulai menjadi saingan berat bagi stasiun ini, karena banyak penumpang yang beralih ke moda transportasi udara dalam perjalanan mereka, dari dan ke Jawa menuju Batavia.[3] Hal ini juga ditunjang dengan jauhnya letak dari stasiun yang baru dari Pelabuhan Laut Tanjung Priok, walaupun pada masa itu, para penumpang dilayani dengan bus feeder rute pelabuhan–Stasiun Tanjung Priuk pp.

Selain itu situasi Perang Dunia II yang meluas ke Hindia Belanda membuat perawatan stasiun menjadi terabaikan. Malah dalam masa pendudukan pemerintah militer Jepang, stasiun ini lebih diutamakan untuk kepentingan perang dan mengirim para romusha keluar Jawa.[3]

Keadaan terkini

 
Emplasemen Stasiun Tanjung Priuk, dengan lokomotif BB 306 08 yang sedang dipanaskan

Menjelang awal abad ke-21, kondisinya sempat tidak terawat. Meskipun demikian, stasiun peninggalan pemerintah Hindia Belanda ini tampaknya seakan tidak peduli dengan perubahan suasana di sekitarnya, di antaranya teriknya hawa di pinggir pantai Tanjung Priok, kerasnya kehidupan pelabuhan, dan hilir mudiknya kendaraan besar seperti truk pengangkut kontainer, bahkan semrawutnya terminal bus di depannya.

Namun demikian, masih terbayangkan betapa artistiknya seni perpaduan antara gaya neo klasik dengan gaya kontemporer. Tak aneh jika bangunan ini pernah berjaya sebagai salah satu stasiun kebanggaan warga Batavia di era akhir abad ke-18.

Semakin masuk ke dalam bangunan stasiun itu, kondisi bangunan yang memprihatinkan itu semakin terkuak. Atap bangunan yang menjadi saksi perkembangan Kota Jakarta ini sudah terlepas di sana-sini. Kaca-kaca dan kerangka atap bangunan sudah mulai lekang dimakan usia. Areal peron sebagian sudah tidak terawat, bahkan di sisi barat sudah dipenuhi oleh para tunawisma.

Kemunduran fisik stasiun itu bermula ketika stasiun itu tidak berfungsi lagi sebagai stasiun penumpang pada awal Januari 2000. Pengebirian fungsi itu membuat pemasukan dana dari tiket peron semakin berkurang. Inilah yang menyebabkan PT Kereta Api (Persero) menyewakan ruangan yang ada di depan bangunan stasiun. Maka bagian depan stasiun pun terisi pemandangan kantor-kantor jasa seperti penjualan tiket kapal laut, pengiriman barang hingga jasa penukaran uang asing sebelum akhirnya PT Kereta Api Indonesia memutuskan untuk membuka kembali stasiun ini sebagai stasiun penumpang pada tahun 2009.

Persiapan dilakukan pada bulan November-Desember 2008 dengan dilaksanakannya renovasi besar-besaran terhadap fisik bangunan stasiun. Selanjutnya, proyek diteruskan dengan rehabilitasi fasilitas rel serta pembangunan perangkat sinyal elektrik pada awal tahun 2009. Pada tanggal 28 April 2009, stasiun ini dapat kembali difungsikan dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersamaan dengan peresmian Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.[6][7][8]

Bangunan dan tata letak

 
Lobby dan loket karcis

Walau bukan stasiun pusat, stasiun ini terbilang modern pada masanya karena banyak mempergunakan material besi baja yang disusun melengkung melingkupi enam jalur rel di dalamnya. Penggunaan struktur bangunan besi, apalagi besi baja, pada masa awal abad ke-20 membuat stasiun ini tidak ketinggalan tren dengan stasiun-stasiun besar di Eropa pada saat itu.[3]

Jendela di stasiun ini terbentuk atas garis-garis yang terdiri dari lis profil atap yang horizontal serta lubang-lubang pada cornice berupa ballustrade atapnya, garis-garis vertikal kolom-kolom, dan lekukan pada dinding menyerupai jendela selain jendela-jendela sesungguhnya yang berjalusi kayu.[3]

Kaca patri dan ornamen profil keramik, tampak menghiasi dinding stasiun. Dengan hiasan itu, maka stasiun tampak megah dan diperkuat dengan kolom-kolom besar dan kokoh pada beranda utama yang didukung dengan tangga di sepanjang bangunan.[3]

Pada budaya populer

Stasiun Tanjung Priuk kerap dijadikan lokasi syuting video musik, film, dan iklan.[9] Contoh lagu yang video musiknya pernah menggunakan lokasi syuting di stasiun ini antara lain, "Menunggumu" yang dinyanyikan oleh Chrisye featuring Peterpan, "Ku Tetap Menanti" ciptaan Eka Gustiwana yang dinyanyikan oleh Nikita Willy, dan "Dengan Nafasmu" karya Ungu.[10]

Larangan fotografi

Sejak banyaknya komersialisasi Stasiun Tanjung Priuk melalui syuting iklan, acara televisi, dan video musik, stasiun ini kini menjadi tempat yang sangat ketat bagi fotografer pemula maupun yang sudah berpengalaman karena tempat ini terlarang sebagai area memotret, padahal sama sekali tidak ada rambu-rambu larangan memotret di stasiun. Alasan status cagar budaya dari stasiun ini "tidak pernah diterapkan" di situs lain yang dikelola oleh pemerintah daerah maupun BPCB.[11] Mengambil kamera SLR (termasuk juga DSLR dan mirrorless) maupun kamera digital saku dalam beberapa kesempatan dapat terkena peringatan oleh petugas keamanan. Sejak berlakunya aturan baru memotret di stasiun KRL Commuter Line, hanya kamera ponsel, kamera saku, SLR, dan kamera aksi (GoPro) yang diperbolehkan digunakan untuk memotret stasiun.[12]

Layanan kereta api

Sejak dibukanya stasiun ini, stasiun ini pada saat itu melayani kereta ekonomi jarak jauh, lokal Cikampek dan lokal Purwakarta. Sebelumnya, KRL Ekonomi AC/Commuter Line rute Tanjung Priuk–Bekasi pp sempat mengawali dan mengakhiri perjalanannya di stasiun ini, sebagai KRL feeder. Per 1 November 2014 semua kereta api yang tadinya berangkat dari stasiun ini dipindahkan ke Stasiun Pasar Senen. Alasannya, Stasiun Tanjung Priuk direncanakan akan dijadikan stasiun barang.[13] Mulai 9 Februari 2016 perjalanan KA Lokal Purwakarta dan KA Lokal Cikampek dari yang sebelumnya beterminus di Stasiun Jakarta Kota dialihkan kembali ke Stasiun Tanjung Priuk.[14]

Selain melayani KRL dan KA barang, Stasiun Tanjung Priuk juga dijadikan tempat parkir untuk kereta api Kertajaya dan Tawang Jaya yang keduanya merupakan KA penumpang rangkaian panjang yang terdiri dari enam belas kereta dalam satu rangkaiannya.

Penumpang

Lokal ekonomi AC

Pink Line, dari dan tujuan Jakarta Kota via Kampung Bandan

Barang

Angkutan peti kemas/kontainer, dari dan tujuan Surabaya atau Bandung

Jadwal kereta api

Berikut ini adalah jadwal kereta api penumpang yang berhenti di Stasiun Tanjung Priuk per 16 Januari 2020 (revisi Gapeka 2019).

Harap diingat, jadwal ini hanya membahas perjalanan kereta api non-KRL.

No. KA KA Tujuan Kelas Tiba Berangkat
467 Jatiluhur/Lokal Cikampek Jakarta Tanjung Priuk (TPK) Lokal Ekonomi AC 07.18 -
469 07.52 -
465 Walahar Ekspres/Lokal Purwakarta 08.37 -
468 Purwakarta (PWK) - 10.00
470 - 11.05
466 - 16.20
471 Jakarta Tanjung Priuk (TPK) 16.23 -
472 Jatiluhur/Lokal Cikampek Cikampek (CKP) - 17.05
473 Walahar Ekspres/Lokal Purwakarta Jakarta Tanjung Priuk (TPK) 17.28 -
474 Jatiluhur/Lokal Cikampek Cikampek (CKP) - 19.20

Antarmoda pendukung

Stasiun kereta api di Jakarta
 
 
JICT (untuk Pelabuhan Tanjung Priok)
 
Jalan Tol Akses Tanjung Priok
 
Pasoso
 
 
Sungai Lagoa
 
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
 
Tanjung Priuk            
 
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
 
 
 
 
Ancol
Jakarta Gudang
 
 
 
 
 
 
          Jakarta Kota
 
 
 
 
 
 
Kampung Bandan        
 
 
 
 
 
Jayakarta
 
 
 
Rajawali
Mangga Besar
 
 
 
Sawah Besar
 
 
 
Kemayoran
           Juanda
 
 
 
  Angke
 
 
 
    Duri
 
 
 
Gambir      
Gondangdia
 
 
 
 
  Tanah Abang
 
 
 
 
Cikini
Karet
 
 
 
 
 
Pasar Senen              
                Sudirman
 
 
 
 
 
Gang Sentiong
Mampang
 
 
 
 
 
Kramat
        Manggarai
 
 
 
 
Pondok Jati
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
 
 
 
 
  Grogol
 
 
 
 
 
 
 
Matraman        
        Pesing
 
 
 
 
Palmerah
        Taman Kota
 
 
 
 
Kebayoran          
Bojong Indah
 
 
 
 
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
 
 
 
 
ke Serpong
Rawa Buaya
 
 
 
Jatinegara              
 
 
 
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
Kalideres
 
 
 
Cipinang
ke Tangerang
 
 
 
Klender
Depo KRL Bukit Duri
 
 
 
Buaran  
Tebet
 
 
Klender Baru
          Cawang
 
 
Cakung  
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
 
 
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
Duren Kalibata
 
 
ke Cikarang
 
Pasar Minggu Baru
 
Pasar Minggu    
 
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
 
Tanjung Barat
 
Lenteng Agung
 
Univ. Pancasila
 
ke Bogor/Nambo
Jenis angkutan umum Trayek Tujuan
MetroMini[15] 23 Tanjung Priok–Cilincing
24 Tanjung Priok–Senen
41 Tanjung Priok–Pulo Gadung
Mikrolet[16] JU02 Tanjung Priok–Pasar Embrio
JU03 Tanjung Priok–Rawa Badak Utara
JU03 Tanjung Priok–Sunter Agung
M14 Tanjung Priok–Cilincing (via Jampea)
M15 Tanjung Priok–Stasiun Jakarta Kota (via Kampung Bandan Raya)
M15A Tanjung Priok–Stasiun Jakarta Kota (via Gunung Sahari-Mangga Dua Raya)
M30A Tanjung Priok–Terminal Pulo Gadung
M49 Tanjung Priok–Sunter Agung
Koperasi Wahana Kalpika (KWK)[16] U01 Tanjung Priok–Terminal Pulo Gebang (via Cakung-Cilincing)
U01A Tanjung Priok–Terminal Pulo Gebang (via Tipar Cakung)
U05 Tanjung Priok–Cilincing (via Lagoa)
U06 Tanjung Priok–Rawa Badak Selatan
U08 Tanjung Priok–Semper Barat
U09 Tanjung Priok–Lagoa
Transjabodetabek AC25 (Mayasari Bakti) Tanjung Priok-Bekasi
AC42 (Mayasari Bakti) Tanjung Priok-Cileungsi
x1 (Kramat Djati) Tanjung Priok-Bogor
x2 (Kosub Bersama) Tanjung Priok-Cibinong
Mayasari Bakti P14 Stasiun Tanah Abang–Tanjung Priok
Transjakarta   Tanjung Priok–PGC 2
  (10D) Tanjung Priok–Kampung Rambutan
  (10H) Tanjung Priok–Blok M
10A (MetroTrans) Tanjung Priok–Rusun Marunda
10C (MetroTrans) Tanjung Priok–Pelabuhan Tanjung Priok
10K (MetroTrans) Tanjung Priok–Senen
JAK 1 (Jak Lingko) Tanjung Priok–Kebon Bawang
JAK 15 (Jak Lingko) Tanjung Priok–Segaramakmur
JAK 29 (Jak Lingko) Tanjung Priok–Rusun Sukapura
JAK 77 (Jak Lingko) Tanjung Priok–Sunter Agung
DAMRI Tanjung Priok–Bandara Soekarno-Hatta[17]

Galeri

Referensi

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ a b c d e f g h Murti Hariyadi, Ibnu; Basir, Ekawati; Pratiwi, Mungki Indriati; Ubaidi, Ella; Sukmono, Edi (2016). Arsitektur Bangunan Stasiun Kereta Api di Indonesia. Jakarta: PT. Kereta Api Indonesia (Persero). hlm. 15–24. ISBN 978-602-18839-3-8. 
  4. ^ Perquin, B.L.M.C. (1921). Nederlandsch Indische staatsspooren tramwegen. Bureau Industria. 
  5. ^ "Majalah KA", Majalah KA, Agustus 2014 
  6. ^ "Cita-cita, Bikin Statiun Pintar KA". www.jpnn.com. 2009-04-28. Diakses tanggal 2019-10-07. 
  7. ^ "Presiden: Tata Lahan Sepanjang Rel KA". Gatra. 28 April 2009. Diakses tanggal 2019-10-07. 
  8. ^ Mediatama, Grahanusa (2009-04-28). "Presiden Resmikan Terminal Tiga Soekarno Hatta dan Rehabilitasi Stasiun Tanjung Priuk". kontan.co.id. Diakses tanggal 2019-10-07. 
  9. ^ Media, Kompas Cyber (2013-07-28). "Menanti "Stasiun Eropa" Bantu Atasi Macetnya Tanjung Priok". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2018-12-26. 
  10. ^ Agu 2008, Liputan608; Wib, 12:00. "Ungu Syuting Video Klip Album Religi Ketiga". liputan6.com. Diakses tanggal 2018-12-26. 
  11. ^ Api, Gerakan Muda Penggemar Kereta (2016-09-28). "[Opini] 71 Tahun KAI, Mau Dibawa Ke Mana?". Railway Enthusiast Digest. Diakses tanggal 2019-02-05. 
  12. ^ Adhari, F. (2017-03-31). "Jangan Takut Diciduk, Kini Stasiun Aman Untuk Kegiatan Fotografi!". KAORI Nusantara (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-02-05. 
  13. ^ Rachman, Taufik (13 November 2014), "Stasiun Tanjung Priok Fokus Kereta Barang", Republika 
  14. ^ BeritaSatu.com. "KAI Daop 1 Jakarta Ubah Dua Relasi KA Lokal". beritasatu.com. Diakses tanggal 2019-10-07. 
  15. ^ "Rute Metro Mini dan Kopaja di Jakarta". e-transportasi. Diakses tanggal 2018-06-27. 
  16. ^ a b "Mikrolet – TransportUmum – Jakarta". www.transportumum.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-06-27. 
  17. ^ "Jadwal Bus Damri Dari Dan Ke Bandara Soekarno Hatta Jakarta". BusBandara.com (dalam bahasa Inggris). 2014-12-13. Diakses tanggal 2018-06-27. 

Pranala luar

(Indonesia) Situs resmi KCI dan jadwal KRL tahun 2019

Stasiun sebelumnya     Lintas Kereta Api Indonesia   Stasiun berikutnya
Templat:KAI lines
Jakarta Kota–Tanjung Priuk
Terminus
Templat:KAI lines
Tanjung Priuk–JICT