Etnografi

desain penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengeksplorasi fenomena budaya
Revisi sejak 19 Februari 2024 11.53 oleh Sangkarakata (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Etnografi (bahasa Yunani ἔθνος ethnos= rakyat dan γραφία graphia = tulisan) adalah suatu bidang penelitian ilmiah yang sering digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan beberapa cabang sosiologi.[1] Etnografi juga dikenal sebagai bagian dari ilmu sejarah yang mempelajari masyarakat, kelompok etnis dan formasi etnis lainnya, etnogenesis, komposisi, perpindahan tempat tinggal, karakteristik kesejahteraan sosial, juga budaya material dan spiritual mereka.[2] Etnografi sering diterapkan untuk mengumpulkan data empiris tentang masyarakat dan budaya manusia. Pengumpulan data biasanya dilakukan melalui pengamatan partisipan, wawancara, kuesioner dan lain-lain. Ilmu ini bertujuan untuk menjelaskan keadaan masyarakat yang dipelajari (misalnya untuk menjelaskan seseorang, sebuah ethnos) melalui tulisan.[3] Dalam biologi, jenis studi ini disebut "studi lapangan" atau "laporan kasus", keduanya digunakan sebagai sinonim umum untuk "etnografi".[4]

Kegiatan dalam etnografi yaitu menganalisis dan melakukan pengamatan terhadap kelompok sosial atau pendukung kebudayaan tertentu. Kegiatan ini dilakukan secara langsung dengan subjek yang diteliti. Hasil pengamatan dapat ditujukan pada orang dan lokasi tertentu sebagai objek. Etnografi juga berbentuk riset dengan dasar riset lapangan (fieldwork), menggunakan metode induktif dalam observasi dan wawancara mendalam untuk menginvestigasi praktik kehidupan sosial, serta menangkap makna dibalik perilaku interaksi sosial tersebut.[5]

Kegiatan etnografi difokuskan pada perilaku budaya oleh kelompok sosial dan melihat bagaimana kehidupan sehari-sehari yang dilakukan oleh kelompok tersebut sebagai subjek yang diteliti. Tugas seorang etnografer hampir sama dengan seorang investigator, tetapi yang membedakan adalah bahwa seorang etnografer mencatat, menulis, dan mengabadikan kehidupan sehari-hari kelompok orang tersebut dalam kurun waktu tertentu. Kebiasaan, cara berpikir, serta perilaku subjek diamati, dicatat dan dianalisis secara mendalam oleh seorang etnografer.[5]

Perkembangan

sunting

Etnografi dikenal semenjak ilmu antropologi mulai berkembang yaitu pada akhir abad ke-15 ketika suku-suku bangsa penduduk Afrika, Asia, Amerika dan Australia mulai didatangi oleh penjelajah dari bangsa Eropa. Awalnya bangsa penjelajah memiliki misi menaklukkan wilayah baru tersebut namun mendapat kendala seperti perlawanan dari penduduk asli. Perkembangannya penjelajah lain yang bertugas sebagai musafir, pelaut, pendeta, penyiar agama Nasrani, penerjemah kitab injil, dan pegawai pemerintahan menulis kisah perjalanan ke negara tujuannya tersebut yang dihimpun dalam bentuk buku harian ataupun jurnal perjalanan berupa deskripsi tentang adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan ciri-ciri fisik dari beraneka warna suku bangsa di Afrika, Asia, Oseania (yaitu kepulauan di Lawan Teduh) dan suku-suku bangsa Indian, penduduk pribumi Amerika. Etnografer oleh bangsa Eropa pada saat itu adalah berfungsi untuk mengetahui penyebaran kebudayaan manusia, membangun koloni-koloni (jajahan) dan mencari kelemahan suku asli kemudian menaklukkannya.[6]

Berakhirnya Perang Dunia II, etnografi berfungsi untuk penerapan ilmu-ilmu lain terutama untuk pelaksanaan program pembangunan. Dari segi ilmiah etnografi dapat didefinisikan sebagai salah satu bagian kajian ilmu antropologi yang secara holistis mendeskripsikan kebudayaan suatu masyarakat, suku, dan bangsa berdasarkan hasil penelitian lapangan pada kurun masa yang lebih akhir atau terbaru. Sedangkan. Ilmu etnografi sebagai ranting ilmu sosial bersifat dinamis berkembang mengikuti temuan-temuan penelitian bidang sosial terutama antropologi dan sosial budaya.[6]

  • Sumber data bersifat alamiah, artinya peneliti harus memahami data secara empirik dari kehidupan sehari-hari.
  • Peneliti sendiri merupakan instrumen yang paling penting dalam pengumpulan data.
  • Bersifat deskripsi, artinya mencatat secara teliti fenomena budaya yang dilihat, dibaca lewat apapun termasuk dokumen resmi kemudian dikombinasikan dan ditarik kesimpulan.
  • Digunakan untuk memahami studi kasus.
  • Analisis bersifat induktif, artinya hasil berdasarakan pada data yang ada di lapangan.
  • Di lapangan peneliti harus berperilaku seperti masyarakat yang ditelitinya.
  • Data dan informan harus berasal dari tangan pertama.
  • Kebenaran data harus diperiksa dengan data lain (data lisan dicocokkan dengan data tulis).
  • Orang yang dijaikan sebagai subjek penelitian disebut partisipan, konsultan, serta teman sejawat.
  • Titik berat perhatian harus pada pandangan empirik, artinya peneliti harus menaruh perhatian pada masalah penting yang diteliti dan orang yang diteliti (pemilik budaya).
  • Data yang digunakan sebagian besar menggunakan data kualitatif.[7]

Sudut pandang

sunting

Etnografi dapat dipandang sebagai sebuah tipe penelitian dan metode penelitian. Etnografi termasuk tipe penelitian yang dilakukan pada masyarakat tunggal dengan analisis bersifat non-historis. Jika dilihat dalam konteks yang lebih besar, etnografi adalah sebuah metode penelitian yang berpayung di bawah paradigma konstruktivisme dan di dalam perspektif teoretik interpretivisme. Etnografi sebagai sebuah metode yang berada di bawah perspektif teoretik interpretivisme merupakan suatu cara bagi peneliti untuk mendekati objek penelitian dalam kerangka interpretivisme. Adapun landasan pemikiran adalah bahwa realitas sosial diciptakan dan dilestarikan melalui pengalaman subjektif dan intersubjektif dari para pelaku sosial. Para pelaku sosial ini dipandang aktif sebagai interpreter-interpreter yang dapat menginterpretasikan aktivitas simbolik mereka. Aktivitas-aktivitas simbolik itu seperti permainan bahasa, ritual, ritual verbal, metafora dan drama sosial.[8]

Etnografi sebagai laporan penelitian maupun sebagai metode penelitian dianggap sebagai dasar dan asal-usul ilmu antropologi. Ciri khas dari metode penelitian lapangan etnografi adalah bersifat holistik-integratif, thick description dan analisis kualitatif dalam rangka mendapatkan native's point of view. Teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi-partisipasi, wawancara terbuka dan mendalam yang dilakukan dalam jangka waktu yang relatif lama.[9]

Siklus penelitian

sunting

Pemilihan proyek etnografi

sunting

Langkah ini menjadi langkah utama untuk mengidentifikasi tujuan penelitian, desain yang akan digunakan, dan bagaimana tujuan itu dihubungkan dengan masalah penelitian. Hal tersebut akan menentukan proyek penelitian yang akan dilaksanakan, di mana merupakan desain etnografi realis, studi kasus, ataupun kritis.

Pengajuan pertanyaan

sunting

Terdapat tiga unsur penting dalam mengajukan pertanyaan (wawancara), yakni tujuan yang eksplisit, penjelasan, dan pertanyaan yang bersifat etnografis. Pada dasarnya aktivitas wawancara ini sudah dilakukan sejak melakukan observasi. Peneliti berhak untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lainnya yang menjadi fokus penelitian.

Pengumpulan data

sunting

Tugas penting dalam penelitian etnografi adalah melakukan pengumpulan dan pencarian data. Pada dasarnya pengumpulan data dilakukan dengan prosedur yang beragam (multiple procedures), serta intensitasnya bervariasi sesuai dengan tipe (bentuk) penelitian etnografi yang dilaksanakan.

Perekaman data

sunting

Berbagai data yang telah didapatkan dari hasil pengamatan dan wawancara kemudian dilakukan perekaman atas data tersebut, di mana disesuaikan dengan jenis dan bentuknya. Perekaman data dapat dilakukan dengan bentuk catatan lapangan, foto, video, serta cara lainnya yang dapat membantu peneliti dalam menganalisisnya.

Analisis data

sunting

Dalam melakukan analisis data dilakukan secara simultan. Tahapan dalam analisis data melalui empat bentuk, yakni analisis domain yang digunakan untuk memperoleh gambaran umum atau pengertian menyeluruh tentang objek penelitian (situasi sosial) atau bersifat permukaan, analisis taksonomi digunakan untuk menjabarkan domain yang dipilih menjadi lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya, analisis komponensial digunakan untuk melakukan wawancara atau pengamatan terpilih agar memperdalam data melalui pengajuan pertanyaan yang kontras antar elemen dalam suatu domain dan analisis tema kultural yang digunakan untuk melakukan pencarian kesimpulan antara domain untuk memperoleh tema tertentu, seperti nilai, premis, etos, pandangan dunia, ataupun orientasi kognitif.

Penulisan laporan etnografi

sunting

Kegiatan ini menjadi tugas akhir dalam penelitian etnografi. Pada dasarnya penelitian etnografi melibatkan suatu open-ended enquiry, di mana mungkin saja peneliti diharuskan mengadakan analisis yang lebih intensif jika pada saat menulis laporan menemukan pertanyaan-pertanyaan baru yang membutuhkan observasi lanjutan. Dalam penulisan etnografi tentu harus disesuaikan dengan tipenya.[10][11]

Etnograf terkenal

sunting

Lihat pula

sunting

Catatan kaki

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Ethnology" at dictionary.com.
  2. ^ Сергей Александрович, Токарев (1978). Истоки этнографической науки (dalam bahasa Russian). Наука. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2003-05-19. Diakses tanggal 2010-11-17. 
  3. ^ Maynard, M. & Purvis, J. (1994). Researching women's loves from a feminist perspective. London: Taylor & Frances. p. 76
  4. ^ Boaz. N.T. & Wolfe, L.D. (1997). Biological anthropology. Published by International Institute for Human Evolutionary Research. Page 150.
  5. ^ a b Wasitaatmadja, Fokky Fuad (2020-01-01). Etnografi Hukum Budaya Hukum Masyarakat Cina Jelata. Jakarta: Prenada Media. hlm. 2. ISBN 978-623-218-344-5. 
  6. ^ a b Mulyadi (2019-08-01). Etnografi Pembangunan Papua. Yogyakarta: Deepublish. hlm. 1–2. ISBN 978-623-209-967-8. 
  7. ^ Dirgantara, Yuana Agus (2011-01-01). Pelangi Bahasa Sastra dan Budaya Indonesia: Kumpulan Apresiasi dan Tanggapan. Yogyakarta: Garudhawaca. hlm. 36. ISBN 978-979-18632-9-2. 
  8. ^ Kiki, Zakiah (Juni 2008). "Penelitian Etnografi Komunikasi: Tipe dan Metode". Mediator. 9 (1): 184–185. ISSN 1411-5883. 
  9. ^ Spradley, James P. (1997). Metode Etnografi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya. hlm. xv–xvi. ISBN 9798120698. 
  10. ^ Kamarusdiana, Kamarusdiana (2019-03-22). "Studi Etnografi Dalam Kerangka Masyarakat Dan Budaya". SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i. 6 (2): 120. doi:10.15408/sjsbs.v6i2.10975. ISSN 2654-9050. 
  11. ^ Bertulino, Henrique (2017-07-04). "How to Write an Ethnography?". StudyBay (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-04-29. 
  12. ^ Günel, Gökçe; Varma, Saiba; Watanabe, Chika (2020-06-09). "A Manifesto for Patchwork Ethnography". Society for Cultural Anthropology (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-02-19. 

Bacaan lanjutan

sunting
  • Agar, Michael (1996) The Professional Stranger: An Informal Introduction to Ethnography. Academic Press.
  • Douglas, Mary and Baron Isherwood (1996) The World of Goods: Toward and Anthropology of Consumption. Routledge, London.
  • Erickson, Ken C. and Donald D. Stull (1997) Doing Team Ethnography: Warnings and Advice. Sage, Beverly Hills.
  • Fine, G. A. (1993). Ten lies of ethnography. Journal of Contemporary Ethnography, 22(3), p. 267-294.
  • Hymes, Dell. (1974). Foundations in sociolinguistics: An ethnographic approach. Philadelphia: University of Pennsylvania Press.
  • Kottak, Conrad Phillip (2005) Window on Humanity: A Concise Introduction to General Anthropology, (pages 2–3, 16-17, 34-44). McGraw Hill, New York.
  • Miller, Daniel (1987) Material Culture and Mass Consumption. Blackwell, London.
  • Spradley, James P. (1979) The Ethnographic Interview. Wadsworth Group/Thomson Learning.
  • Salvador, Tony; Genevieve Bell; and Ken Anderson (1999) Design Ethnography. Design Management Journal.
  • "On Ethnography" by Shirley Brice Heath & Brian Street, with Molly Mills.
  • The Interpretation of Cultures by Clifford Geertz.

Pranala luar

sunting