Ketuvim

Bagian ketiga dan terakhir dari Tanakh

Ketuvim atau K'thubhim dalam bahasa Alkitab Ibrani (bahasa Ibrani: כְּתוּבִים‎ "tulisan") merupakan bagian ketiga dan terakhir dari Tanakh (Alkitab Ibrani), setelah Taurat (pengajaran) dan Nevi'im (nabi-nabi). Dalam Alkitab Ibrani yang diterjemahkan ke bahasa Inggris, bagian ini berjudul "Tulisan" atau "Hagiographa". Tulisan-tulisan yang terdapat dalam Ketuvim dipercayai berasal dari Ruach HaKodesh (Roh Kudus), tetapi dengan otoritas satu tingkatan di bawah kitab nabi-nabi[1].

Di antara Kitab Suci Ibrani, tulisan-tulisan yang termasuk dalam Ketuvim adalah 1 dan 2 Tawarikh yang membentuk menjadi satu buku, bersama dengan Ezra dan Nehemia yang kemudian membentuk satu kesatuan "Ezra-Nehemia"[2]. (Namun, dalam kutipan menurut pasal dan ayat, digunakan ekuivalen "Kitab Nehemia", "1 Tawarikh" dan "2 Tawarikh" dalam bahasa Ibrani, karena sistem pembagian pasal diambil dari penggunaan Kristen). Secara keseluruhan, sebelas kitab termasuk di dalam Ketuvim (lihatdaftar kitab di bawah ini).

Pengelompokan khusus kitab-kitab dalam Ketuvim

Kitab-kitab puisi

Dalam manuskrip masoretik (dan beberapa edisi cetak), Kitab Mazmur, Kitab Amsal dan Kitab Ayub disajikan dalam bentuk dua kolom dengan penekanan pada jalinan paralel antar ayat, yang merupakan fungsi dari puisi kitab-kitab tersebut. Bersama-sama, ketiga kitab ini dikenal dengan sebutan Sifrei Emet (akronim dari judul dalam bahasa Ibrani, איוב, משלי, תהלים yang menghasilkan Emet אמ"ת, yang dapat pula berarti "kebenaran" dalam bahasa Ibrani).

Ketiga kitab ini juga merupakan satu-satunya dalam Tanakh yang menggunakan sistem nada kantilasi yang dibentuk untuk menekankan ikatan paralel antar ayat-ayatnya. Akan tetapi, bagian awal dan bagian akhir dari Kitab Ayub ditulis dengan bentuk sistem prosa yang biasa.

Lima gulungan (Hamesh Megillot)

Lima kitab pendek yaitu Kitab Kidung Agung, Kitab Rut, Kitab Ratapan, Kitab Pengkhotbah dan Kitab Ester, bersama-sama dikenal sebagai Hamesh Megillot (Lima Gulungan). "Tulisan-tulisan" ini merupakan kumpulan kitab terakhir dan ditetapkan "berwibata" dalam Kanon Yahudi walaupun kumpulan ini belum seluruhnya selesai sampai abad ke 2 Masehi.[3] Gulungan-gulungan ini biasanya dibaca sepanjang tahun di banyak komunitas Yahudi. Daftar di bawah ini mewakili kumpulan kitab-kitab tersebut sebagaimana urutan bacaan di sinagoga pada hari-hari perayaan keagamaan, diawali dengan Kitab Kidung Agung pada Paskah Yahudi.

Nehemia — penulis kitab ini tentunya Nehemia sendiri. Terdapat bagian-bagian dalam kitab ini yang ditulis sebagqi tokoh pertama (pasal 1-7; 12:27-47, dan 13). Tapi juga terdapat bagian di mana Nehemia menggambarkan dirinya sebagai pihak ketiga (pasal 8; 9; 19). Diduga bagian tersebut ditulis oleh Ezra. Namun tentang hal ini tidak terdapat bukti yang jelas. Jelas bahwa bagian-bagian ini ditempatkan di bagian tertentu dalam kitab tersebut oleh Nehemia. Ia bertanggung jawab sebagai penulis kitab tersebut seluruhnya, kecuali ps. 12:11, 22, 23. Waktu penulisan kitab berkisar 431-430 SM, ketika Nehemia kembali untuk kedua kalinya ke Yerusalem setelah kunjungannya ke Persia. (Easton, M. (1996). Easton's Bible dictionary.)

Kitab-kitab lainnya

Selain ketiga kitab puisi dan kelima gulungan, kitab-kitab lainnya yang terdapat dalam kumpulan Ketuvim adalah Kitab Daniel, Kitab Ezra-Nehemia dan Tawarikh.

Walaupun tidak terdapat pengelompokan resmi dalam tradisi Yahudi untuk kitab-kitab ini, kitab-kitab ini tetap memiliki karakteristik yang jelas:

  • Narasi mereka semua dengan jelas menggambarkan peristiwa-peristiwa yang belakangan (contoh: Pembukangan ke Babel dan pemulihan Sion
  • Tradisi Talmud yang menetapkan waktu penulisan yang lebih belakangan kepada kelimanya.
  • Dua dari kitab-kitab ini (Daniel dan Ezra) adalah satu-satunya kitab dalam [Tanakh]] dengan bagian-bagian yang cukup besar ditulis dalam bahasa Aram.

Susunan kitab dalam Ketuvim

Daftar berikut menyajikan kitab-kitab Ketuvim dengan urutan yang ada pada kebanyakan edisi. Kumpulan kitab juga dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan pembdedaan menurut Sifrei Emet dan Hamesh Megillot (lihat atas).

Kelompok I: Tiga Kitab Puisi (Sifrei Emet)

  • 1. Tehillim (Mazmur) תהלים
  • 2. Mishlei (Amsal) משלי
  • 3. `Iyyov (Ayub) איוב

Kelompok II: Lima Gulungan (Hamesh Megillot)

Kelompok III: Kitab-kitab Sejarah Lainnya

Cara lain penyusunan kitab-kitab

Penyusunan kitab-kitab dalam Ketuvim berbeda antara manuskrip dan edisi cetaknya. Misalnya, beberapa edisi menempatkan Tawarikh di awal bagian bukan pada akhir. Susunan di atas menyajikan kitabb-kitab itu menurut urutan yang paling sering ditemui dalam edisi cetak Kitab Suci Ibrani sekarang ini. Secara historis, susunan kitab-kitab ini diambil dari manuskrip yang ditulis oleh orang-orang Yahudi Ashkenazi (Jerman abad pertengahan).

Tradisi tertulis Yahudi tidak pernah menyelesaikan urutan kitab-kitab dalam Ketuvim. Talmud Babilonia (Bava Batra 14b-15a) memberikan urutannya sebagai berikut: Kitab Rut, Kitab Mazmur, Kitab Ayub, Kitab Amsal, Kitab Pengkhotbah, Kitab Kidung Agung, Kitab Ratapan, Kitab Daniel, Kitab Ester, Kitab Ezra, Kitab Tawarikh.

Dalam kodeks masoretik Tiberias termasuk Kodeks Aleppo dan Kodeks Leningrad, dan sering pula dalam manuskrip bahasa Spanyol kuno, susunan Ketuvim adalah sebagai berikut: Kitab Tawarikh, Kitab Mazmur, Kitab Ayub, Kitab Rut, Kitab Kidung Agung, Kitab Pengkhotbah, Kitab Ratapan, Kitab Ester, Kitab Daniel, Kitab Ezra.

Kanonisasi Ketuvim

Ketuvim merupakan bagian terakhir dari tiga bagian Tanakh yang telah diterima sebagai Kanon Alkitab. Sekitar abad ke 5 SM (Sebelum Masehi), Israel telah menerima Taurat sebagai kanon, dan Nabi-nabi terdahulu dan yang terkemudian baru dikanonkan pada abad ke 2 SM, Ketuvim belum dikanonkan hingga abad ke 2 Masehi.[4]

Namun demikian, bukti-bukti menunjukkan, bahwa orang-orang Israel menambahkan apa yang kemudian menjadi Ketuvim ke dalam sastra suci mereka segera setelah kanonisasi kitab nabi-nabi mereka. Sekitar tahun 132 SM, terdapat referensi yang menunjukkan bahwa Ketuvim sudah mulai terbentuk, walau masih belum memiliki judul yang resmi[5]. Juga diketahui melalui referensi dalam keempat Injil serta dalam kitab-kitab lain dalam Perjanjian Baru bahwa banyak dari kitab-kitab ini sudah dikenal dan dianggap memiliki otoritas agamawi pada awal abad pertama Masehi.

Banyak pakar yakin bahwa batasan pertimbangan Ketuvim sebagai naskah yang dikanonkan ditentukan oleh Konsili Yamnia pada tahun 90 Masehi. Bahkan Melawan Apion, tulisan Yosefus pada tahun 95 Masehi, menganggap teks Kitab Suci Ibrani sebagai kanon tertutup sehingga "... tidak seorang pun yang mencoba menambahkan, atau mengurangi, atau mengganti satu suku katapun..."[6] Akan tetapi, kita mengetahui bahwa untuk kurun waktu yang lama hingga hari ini, bahwa pengilhaman ilahi atas Ester, Kidung Agung, dan Pengkhotbah seringkali berada dikritik tajam.[7].

Penggunaan liturgis

Tidak ada sistem sinagogal resmi untuk membaca Ketuvim setara dengan porsi Taurat dan Haftarah.


Diperkirakan bahwa pernah terdapat satu putaran untuk membaca Kitab Mazmur, sejajar pembacaan Taurat (yang selesai periode tiga tahun siklus tiga tahunan), karena jumlah dalam Kitab Mazmur (150) hampir sama dengan jumlah porsi dalam Taurat dalam siklus tersebut, tradisi ini masih berlangsung di Italia. Seluruh liturgi Yahudi mengandung rangkuman salinan dari Kitab Mazmur, tetapi biasanya dinyanyikan dalam pengulangan biasa atau nada ritmik dibandingkan dengan nada membaca atau berdoa. Beberapa komunitas juga memiliki kebiasaan membaca Kitab Amsal pada minggu-minggu menjelang Pesach, dan Kitab Ayub pada Tisha B'Av.

Kelima megillot dibaca pada saat festival, sebagaimana disebutkan di atas, walaupun Sephardim tidak memiliki kebiasaan membaca Kitab Kidung Agung secara publik pada Paskah Yahudi atau Kitab Pengkhotbah pada Sukkot.

Terdapat jejak kebiasaan awal akan pembacaan haftarah dari Ketuvim pada sore hari Shabbat, tetapi hal ini tidak bertahan pada komunitas manapun. Beberapa komunitas reformasi yang menjalankan siklus tiga-tahunan memilih haftarot dari Ketuvim juga Nevi'im pada pagi hari Shabbat.


Bacaan umum ektraligurtikal

Pada beberapa tradisi Yahudi di wilayah Timur-Dekat dan Timur Tengah, seluruh Ketuvim (juga kitab lainnya dari Tanakh dan Mishnah) dianggap sebagai acara sinagog, dan seringkali mengambil tempat pada pelataran sinagog.

Kantilasi

Sumber-sumber abad pertengahan menggunakan melodi-melodi kantilasi, untuk Taurat, Nevi'im dan Ketuvim secara bersamaan. Posisi tersebut sekarang ini menjadi lebih rumit.

Komunitas Separadik Oriental menjaga sistem kantilasi untuk tiga kitab-kitab puisi, Kitab Mazmur, Kitab Amsal dan bagian utama Kitab Ayub (biasanya menggunakan melodi berbeda untuk setiap kitab dari ketiga kitab tersebut). Sistem tersebut tidak terdapat dalam tradisi Askenazi atau Spanyol dan Portugis. Akan tetapi, Yeshiva Ashkenazik atau yang dikenal sebagai Aderet Eliyahu, atau (lebih resmi) Zilberman, pada Kota Tua di Yerusalem, menggunakan adaptasi dari melodi-kantilasi Suriah untuk kitab-kitab ini, dan ini menjadi lebih terkenal diantara Ashkenazim lainnya juga.

Pada seluruh komunitas terdapat melodi-melodi kantilasi yang khusus untuk Kitab Ratapan dan Kitab Ester, dan di beberapa komunitas untuk Kitab Kidung Agung. Adapun, melodi yang digunakan untuk Kitab Rut dianggap sebagai melodi "utama" untuk buku-buku dalam kumpulan Ketuvim yang mana melodi tersebut tidak terdapat sebelumnya. Bagian "prosa" pada awalan dan akhiran Kitab Ayub, dibaca pada Tisha B'Av, dapat dibaca dengan nada sesuai Kitab Rut atau menyerupai Kitab Kidung Agung.

Targum Ketuvim

Targumim barat terdapat pada Siffrei Emet, pada Lima Naskah dan Kitab Tawarikh, contoh pada seluruh kitab-kitab Ketuvim selain Kitab Daniel dan Kitab Ezra (yang mengandung bagian besar Aramaik). Tertadapat beberapa targumim tambahan untuk Kitab Ester.

Juga, oleh karenanya, tidak terdapat targum timur (Babilonia) untuk Ketuvim, serupa dengan Targum Onkelos untuk Taurat dan Targum Jonathan untuk Nevi'im. Sesungguhnya, Talmud Babilonia secara eksplisit mencatat kekurangan sebuah Targum atas Ketuvim, menjelaskan bahwa Jonathan ben Uzziel dicegah secara baik-baik untuk menyelesaikan terjemahannya akan Alkitab. Sebuah penjelasan yang lebih prosaik dapat mempengaruhi pembacaan formal akan Ketuvim pada sinagog, sehingga tidak diperlukannya sistem resmi akan terjemahan baris-per-baris.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ (Inggris)Neusner, Jacob, The Talmud Law, Theology, Narrative: A Sourcebook. University Press of America, 2005
  2. ^ (Inggris)The Harper Collins Study Bible NRSV
  3. ^ (Inggris) Coogan, Michael D. A Brief Introduction to the Old Testament - the Hebrew Bible in its Context. Oxford University Press. 2009; p. 5
  4. ^ (Inggris)Coogan, Michael. A Brief Introduction to the Old Testament: The Hebrew Bible in Its Context. Oxford University Press, 2009, h. 5
  5. ^ Henshaw, T. The Writings: The third division of the Old Testament canon. George Allen & Unwin Ltd., 1963, pp. 16–17
  6. ^ Lightfoot, Neil R. How We Got the Bible, 3rd edition, rev. and expanded. Baker Book House Company. 2003, pp. 154–155.
  7. ^ Henshaw, T. The Writings: The third division of the Old Testament canon. George Allen & Unwin Ltd., 1963, h. 17

Pranala luar