Sahabat Nabi
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Bagian dari seri |
Islam |
---|
Sahabat Nabi (bahasa Arab: أصحاب النبي, translit. aṣḥāb al-nabī) adalah sebutan bagi Muslim untuk orang-orang yang mengenal dan melihat langsung Nabi Islam Muhammad, membantu perjuangannya dan meninggal dalam keadaan beragama Islam. Para Sahabat yang utama mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Muhammad, sebab mereka merupakan penolongnya dan juga merupakan murid dan penerusnya. Bagi dunia Islam saat ini, sahabat Nabi berperan amat penting, yaitu sebagai jembatan penyampaian hadis dan sunnah Muhammad yang mereka riwayatkan. Pada awalnya, para sahabat berkumpul dan tinggal di kota Madinah dan sebagian lainnya di Makkah yang kemudian mereka menyebar lagi ke berbagai daerah seperti Mesir, Yaman, Syam, dan Afrika Utara setelah wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 11 Hijriyah.
Definisi
Secara terminologi, kata ṣahabat (صحابة) merupakan bentuk jama'/plural dari kata ṣahabi (صحابي) yang bermakna membersamai, mendampingi, dan berinteraksi langsung. Kebanyakan ulama secara umum mendefinisikan sahabat Nabi sebagai orang-orang yang mengenal Nabi Muhammad, mempercayai ajarannya, dan meninggal dalam keadaan Islam. Dalam bukunya “al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥābah”, Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H/1449 M) menyampaikan bahwa:
- "Sahabat (صحابي, ash-shahabi) adalah orang yang pernah berjumpa dengan Nabi dalam keadaan beriman kepadanya dan meninggal dalam keadaan Islam."[1][2][3]
Terdapat definisi yang lebih ketat yang menganggap bahwa hanya mereka yang berhubungan erat dengan Nabi Muhammad saja yang layak disebut sebagai sahabat Nabi. Dalam kitab “Muqadimmah” karya Ibnu ash-Shalah (w. 643 H/1245 M),
- Dikatakan kepada Anas, “Engkau adalah sahabat Rasulullah dan yang paling terakhir yang masih hidup". Anas menjawab, “Kaum Arab (badui) masih tersisa, adapun dari sahabat beliau, maka saya adalah orang yang paling akhir yang masih hidup.”[4][5]
Demikian pula ulama tabi'in Said bin al-Musayyib (w. 94 H/715 M) berpendapat bahwa: “Sahabat Nabi adalah mereka yang pernah hidup bersama Nabi setidaknya selama setahun, dan turut serta dalam beberapa peperangan bersamanya.”[3][4]
Sementara Imam an-Nawawi (w. 676 H /1277 M) juga menyatakan bahwa: “Beberapa ahli hadis berpendapat kehormatan ini (sebagai Sahabat Nabi) terbatas bagi mereka yang hidup bersamanya (Nabi Muhammad) dalam waktu yang lama, telah menyumbang (harta untuk perjuangannya), dan mereka yang berhijrah (ke Madinah) dan aktif menolongnya; dan bukan mereka yang hanya menjumpainya sewaktu-waktu, misalnya para utusan Arab badui; serta bukan mereka yang bersama dengannya setelah Pembebasan Mekkah, ketika Islam telah menjadi kuat.”[4]
Jumlah sahabat Nabi
Tidak mungkin bisa dipastikan mengenai jumlah sahabat Nabi secara tepat karena berbagai faktor seperti perbedaan definisi dan luasnya daerah persebaran mereka selama hidup. Jika merujuk hanya pada jumlah sahabat Nabi yang tercatat dalam berbagai buku biografi karangan ulama yang membahas mereka, seperti kitab Thabaqat Al-Kabir karya Ibnu Sa'ad, kitab Al-Isti'ab karya Ibnu Abdil Barr dan Mu'jam as-Shahabah karya Ibnu Qani', maka terdapat sekitar 2700-an sahabat laki laki dan 380-an sahabat perempuan.[6] Sedangkan Imam Al-Qasthalani dalam kitab Al-Mawahib menyatakan bahwa jumlah sahabat Nabi ketika peristiwa Fathu Makkan adalah sekitar 7.000 orang, lalu dalam peristiwa Perang Tabuk bertambah menjadi 70.000, dan terakhir pada peristiwa Haji Wada' jumlahnya mencapai sekitar 124.000 orang.[7]
Tingkatan dan status
Identifikasi terhadap Sahabat Nabi, termasuk tingkatan dan statusnya, merupakan hal yang penting dalam Dunia Islam karena digunakan untuk mengevaluasi keabsahan suatu hadis maupun perbuatan Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh mereka.[8]
Menurut Al-Hakim an-Naisaburi dalam karyanya Al-Mustadrak, tingkatan Sahabat terbagi dalam dua belas tingkatan,[9][10] yaitu:
- Para Khulafa'ur Rasyidin dan selebihnya dari Sepuluh yang Dijanjikan Surga ketika masih hidup
- Para sahabat yang masuk Islam di Makkah sebelum Umar dan mengikuti majelis Daarul Arqam
- Para sahabat yang ikut serta berhijrah ke negeri Habasyah
- Para sahabat Kaum Anshar yang ikut serta dalam Bai'at Aqabah Pertama
- Para sahabat Kaum Anshar yang ikut serta dalam Bai'at Aqabah Kedua
- Para sahabat Kaum Muhajirin yang berhijrah sebelum sampainya Nabi Muhammad di Madinah dari Quba
- Para sahabat yang ikut serta dalam Perang Badar
- Para sahabat yang berhijrah antara Perang Badar dan Perjanjian Hudaibiyyah
- Para sahabat yang ikut serta dalam Baiat Ridwan pada saat ekspedisi Hudaibiyyah
- Para sahabat yang masuk Islam dan berhijrah ke Madinah setelah Perjanjian Hudaibiyyah
- Para sahabat yang masuk Islam setelah Fathu Makkah
- Para sahabat anak-anak yang melihat Nabi Muhammad di waktu atau tempat apapun setelah Fathu Makkah
Terdapat sekelompok Sahabat Nabi yang dipandang lebih tinggi statusnya di antara kalangan mereka sendiri, yaitu sebagai ulama yang dimintakan fatwanya untuk berbagai permasalahan yang mereka hadapi. Sahabat Nabi yang memberikan fatwa diperkirakan ada sekitar 130 orang, laki-laki dan perempuan.[11] Menurut Ibnu Qayyim, para ulama Sahabat Nabi terbagi sbb.:[11][12]
- Para sahabat yang banyak berfatwa, yaitu tujuh orang: Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas'ud, Aisyah Ummul Mukminin, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umar, dan Abdullah bin Abbas
- Para sahabat yang pertengahan dalam berfatwa, antara lain: Abu Bakar, Ummu Salamah, Anas bin Malik, Abu Sa'id al-Khudri, Abu Hurairah, Utsman bin Affan, Abdullah bin Amr bin al-Ash, Abdullah bin Zubair, dll.
- Para sahabat yang sedikit berfatwa, hanya satu-dua masalah, yaitu: Abu Darda, Abu al-Yasar, Abu Salamah al-Makhzumi, Abu Ubaidah bin al-Jarrah, Hasan bin Ali, Husain bin Ali, Nu'man bin Basyir, Ubay bin Ka'ab, Abu Ayyub, Abu Thalhah, Abu Dzar, Ummu Athiyyah, Shafiyah Ummul Mukminin, Hafshah, dan Ummu Habibah.
Sahabat Nabi dalam Pandangan Islam
Sahabat dalam Pandangan Ahlu Sunnah
Banyak sekali ayat al-Qur'an dan hadist Nabi yang mencatat mengenai keutamaan para sahabat karena mereka merupakan orang-orang yang membela Nabi Muhammad baik dalam keadaan senang maupun susah, bahkan diantara mereka sudah ada yang dijaminkan surga melalui lisan Nabi sendiri sewaktu ia masih hidup yang dikenal sebagai "Asyarah al-Mubassyarin bi-l-jannah" (sepuluh orang yang dijanjikan surga), diantara ayat al-qur'an yang menjelaskan tentang keutamaan mereka yaitu:
"Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar". (Q.S. Al-Fath: 29).
kemudian ayat lainnya yang menjelaskan ridha Allah atas mereka:
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar". (Q.S. At-Taubah: 100).
Sedangkan Nabi Muhammad sendiri mewasiatkan kepada kaum muslimin untuk berhati-hati dalam berucap dan bersikap terhadap para Sahabat Ia yang tertuang dalam hadits-nya sebagai berikut:
"الله الله في أصحابي، لا تتخذوهم غرضا بعدي، فمن أحبهم فبحبي أحبهم، ومن أبغضهم فببغضي أبغضهم، ومن آذاهم فقد أذاني، ومن أذاني فقد أذى الله، ومن آذى الله فيوشك أن يأخذه". Ingatlah Allah! Ingatlah Allah dalam memperlakukan para sahabat-ku! Jangan menjadikan mereka sebagai sasaran (atas berbagai tuduhan) setelah-ku, maka barangsiapa yang mencintai mereka, niscaya aku juga mencintainya, dan barangsiapa yang membenci mereka, niscaya aku juga akan membencinya, dan barangsiapa menyakiti mereka, sungguh ia telah menyakitiku juga, dan barangsiapa menyakitiku maka ia telah menyakiti Allah, dan barangsiapa menyakiti Allah, maka ditakutkan jikalau ia akan mendapat siksa.[13]
Dan masih banyak dalil dalam al-Qur'an dan as-Sunnah yang menunjukkan keutamaan mereka baik secara umum maupun secara individu dan kelompok, atas dasar inilah kalangan Ahlu Sunnah menyimpulkan beberapa kesepakatan mengenai sahabat Nabi sebagai berikut:
- Seluruh sahabat Nabi adalah bersifat 'udul (adil dan jujur) di mana tidak boleh kita membenarkan sebagian perkataan mereka dan mengingkari perkataan sahabat lainnya, hal ini berimplikasi besar dalam ilmu al-jarh wa at-ta'dil dalam periwayatan hadits.
- Para sahabat Nabi tidak pernah disebutkan dalam ayat al-Qur'an, kecuali Allah telah memuji mereka atas perbuatan dan sikap mereka, atau mengampuni atas seluruh kesalahan dan kekhilafan mereka tanpa terkecuali.
- Orang yang didapati mencaci dan menghina salah satu sahabat Nabi, maka mereka dianggap sebagai seorang zindiq (bahasa arab: زنديق), karena mereka telah mengingkari apa yang termaktub dalam al-Qur'an dan hadits sebagaimana yang tertulis di atas, bahkan madzhab Hanabilah (Imam Hambali) menyatakan bahwa mereka yang "hanya" mengingkari sifat shuhbah (pelabelan sahabat) terhadap salah satu sahabat yang jelas termaktub dalam al-Qur'an seperti Abu Bakar (dalam kisah hijrah dan singgah dalam gua) sebagai kafir, karena secara tidak langsung telah mengingkari keabsahan ayat dalam al-Qur'an itu sendiri.
Imam Malik bin Anas juga berpendapat sama mengenai takfir atas orang yang mengingkari atau bahkan mencaci para sahabat Nabi, karena tertulis dalam surat al-Fath di atas : "tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir", sembari ia berkata : "Maka barangsiapa yang diresahkan hatinya oleh para Sahabat Nabi maka ia telah kafir".
Sahabat Nabi dalam Pandangan Kelompok Syi'ah
Menurut kaum Syiah, para sahabat Nabi sama seperti manusia lainnya, dan keadilan dan kebaikan tidak dapat dibuktikan hanya dengan menjadi sahabat Nabi.[14] Mereka menganggap keutamaan orang sebagai kebenaran niat dan tindakan mereka di masa Muhammad dan setelahnya. Oleh karena itu, mereka percaya bahwa banyak sahabat tidak mengikuti perintah Islam setelah kematian Nabi.[15]
Hal lain yang dikemukakan oleh kaum Syiah dalam kritik mereka terhadap kebaikan dan keadilan semua sahabat adalah bahwa jika menjadi Sahabat mencegah dosa, lalu bagaimana beberapa sahabat, seperti Ubaidullah ibn Khattal, Rabia bin Umayyah, dan Asy'ats bin Qais, tinggalkan agama mereka.[16]
Menurut Syiah, tindakan beberapa sahabat tidak sesuai dengan keadilan; Mereka membunuh orang yang tidak bersalah, mencuri harta benda secara tidak adil dan menghina Ali. Beberapa sahabat mengobarkan perang terhadap kaum muslimin dan menipu kaum muslimin.[17] Sumber sejarah telah melaporkan banyak dari perilaku ini. Seperti perbuatan Khalid bin Walid yang bahkan menimbulkan protes keras dari khalifah kedua, perbuatan Marwan bin Hakam pada masa Utsman dan Mughirah bin Shu'bah, dll.[18][19]
Syiah menghargai status para sahabat, kebajikan, dan dukungan mereka untuk Nabi, kaum Syiah percaya bahwa para sahabat memang mematuhi manhaj (aturan) Al-Quran dalam evaluasi mereka terhadap status sahabat, namun disisi lain mereka menyoroti ayat Al-Quran yang dianggap diturunkan untuk untuk menyalahkan dan mencerca mereka di beberapa situasi dan kasus.[20] Kaum syiah juga menganggap bahwasanya tidak ada satu ayatpun yang menjamin kesucian para sahabat karena setiap ayat dan hadits tersebut harus dimaknai secara terbatas. Selain itu, para ahli ilmu al-Jarh wa at-Ta'dil syiah juga memperlakukan riwayat dari para sahabat sama dengan riwayat dari selain mereka, berbeda halnya dengan apa yang dipercaya dan dilakukan oleh kalangan ahlu sunnah.
Para Sahabat yang Terakhir Meninggal
- Sahabat yang terakhir meninggal secara umum (paling akhir) adalah Abu Thufail yang wafat pada tahun 102 H, adapula yang menyatakan tahun 110 H.
- Sahabat dari kalangan Ashabul 'Aqabah (yang ikut Bai'at 'Aqabah) yang terakhir meninggal adalah Jabir bin Abdullah.
- Sahabat dari kalangan Ahlu Badar yang terakhir meninggal adalah Ka'ab bin 'Amr.
- Sahabat dari kalangan sepuluh orang yang dijanjikan surga yang terakhir meninggal adalah Sa'ad bin Abi Waqqas.[21]
- Sahabat dari kalangan penduduk Makkah yang terakhir meninggal adalah Abdullah bin Umar.
- Sahabat dari kalangan penduduk Madinah yang terakhir meninggal adalah Sahal bin Sa'ad.
- Sahabat dari kalangan penduduk Kufah yang terakhir meninggal adalah Abdullah bin Abi Aufa.
- Sahabat dari kalangan penduduk Basra yang terakhir meninggal adalah Anas bin Malik.
- Sahabat dari kalangan penduduk Mesir yang terakhir meninggal adalah Abdullah bin Harits bin Juz`.
- Sahabat dari kalangan penduduk Syam yang terakhir meninggal adalah Abdullah bin Busr.
- Sahabat dari kalangan penduduk Khurasan yang terakhir meninggal adalah Buraidah bin Hushaib.[22]
Daftar Sahabat Laki-Laki
- Abbad bin Bisyr
- Abbas bin Abdul Muthalib
- Abdullah bin Abbas
- Abdullah bin Abi Bakar
- Abdullah bin Abdullah bin Ubay
- Abdullah bin Amr bin Ash
- Abdullah bin Amr bin Haram
- Abdullah bin Hanzhalah
- Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi
- Abdullah bin Ja'far
- Abdullah bin Jahsy
- Abdullah bin Jubair
- Abdullah bin Mas'ud
- Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarah
- Abdullah bin Salam
- Abdullah bin Suhail
- Abdullah bin Rawahah
- Abdullah bin Tariq
- Abdullah bin Umar
- Abdullah bin Ummi-Maktum
- Abdullah bin Unais
- Abdullah bin Zaid
- Abdullah bin Zubair
- Abdurrahman bin Abi Bakar
- Abdurrahman bin Auf
- Abdurrahman bin Awwam
- Abdurrahman bin Samurah
- Abu al-Ash
- Abu al-Munaizir
- Abu Ayyub al-Anshari
- Abu Bakar ash-Shiddiq
- Abu Bashir
- Abu Darda
- Abu Dzar al-Ghifari
- Abu Dujanah
- Abu Hudzaifah bin Utbah
- Abu Hurairah
- Abu Jandal bin Suhail
- Abu Quhafah
- Abu Rafi'
- Abu Salamah
- Abu Sinan bin Mihshan
- Abu Thufail Amru bin Watsilah al-Kinani
- Abu Thalhah al-Anshari
- Abu Ubaidah bin al-Jarrah
- Abu Umamah al-Bahili
- Abu Musa al-Asy'ari
- Abu Lubabah
- Abu Sa'id al-Khudri
- Abu Sufyan bin Harb
- Aflah
- Aiman bin Ubaid
- Al-Ala'a bin al-Hadrami
- Al-Aqra’ bin Habis
- Al-Arqam bin Abi al-Arqam
- Al-Aswad bin Khalaf
- Al-Aswad bin Sari'
- Al-Aswad bin Wahb
- Al-Barra' bin Malik
- Al-Fadhl bin al-Abbas
- Al-Hakam bin Amr al-Ghifari
- Al-Hushain bin al-Harits
- Al-Mughirah bin Syu'bah
- Al-Muhajir bin Abi Umayyah
- Al-Musayyib bin Hazn
- Ali bin Abi Thalib
- Amir bin al-Akwa'
- Amir bin Fuhairah
- Amir bin Umayyah ad-Dhamiri
- Ammar bin Yasir
- Amr bin Ash
- Amr bin Sa`id
- Amru bin al-Jamuh
- Amru bin Tsabit
- Anas bin Malik
- Anas bin Malik al-Ka'biy
- Anas bin Nadhar
- An-Nu'man bin Basyir al-Anshari
- An-Nu'man bin Malik
- Arfajah al-Bariqi
- Aqil bin Abi Thalib
- Aqil bin Al-Bakir
- Asid bin Kurz Al-Bajali
- As'ad bin Zurarah
- Ashim bin Tsabit al-Anshari
- As-Saib bin Awwam
- As-Saib bin Yazid
- Ath-Thufail bin al-Harits
- Aus bin Al-A'war
- Aus bin ash-Shamit
- Basyir bin Sa'ad
- Bilal bin Rabah
- Bilal bin al-Harits
- Buraidah bin al-Hashib
- Dhirar bin Al-Azwar
- Dihyah bin Khalifah al-Kalbi
- Fadhalah bin 'Ubaid
- Fairuz ad-Dailami
- Hakim bin Hizam
- Hamzah bin Abdul Muthalib
- Hasan bin Ali
- Hazn bin Abi Wahb
- Hanzhalah bin Abi Amir
- Haram bin Milhan
- Hassan bin Tsabit
- Hasyim bin Utbah
- Hatib bin Abi Balta'ah
- Hudzaifah al-Bariqi
- Hudzaifah bin al-Yaman
- Husain bin Ali
- Ikrimah bin Abu Jahal
- Imran bin Hushain
- Iyad bin Ghanm
- Iyas bin 'Abd
- Iyas bin Abdullah
- Iyas bin Tsa'labah Al-Anshari
- Jabir bin Abdullah
- Jabir bin Samurah
- Ja'far bin Abi Thalib
- Jarir bin Abdullah al-Bajali
- Jubair bin Mut'im
- Julaybib
- Ka'ab bin Malik
- Khabbab bin al-Arat
- Khalid bin Walid
- Khalid bin Sa'id
- Kharijah bin Hudzafah
- Khubaib bin Adi
- Khuzaimah bin Tsabit
- Majza'ah bin Tsaur As-Sadusi
- Madlaj bin Amr
- Martsad bin Abi Martsad al-Ghanawi
- Miqdad bin Amr
- Malik bin Amr
- Malik bin Hubairah as-Sakuni
- Mu'adz bin Jabal
- Muawiyah bin Abi Sufyan
- Muhammad bin Ja'far
- Muhammad bin Maslamah
- Muhriz bin Nadhlah
- Mujadzar bin Ziyad
- Munabbih bin Kamil
- Mush'ab bin Umair
- Qais bin Sa'ad bin Ubadah
- Qudamah bin Mazh'un
- Rabi'ah bin Aktsam
- Rabi'ah bin Harits
- Rafi' bin Khadij
- Sahal bin Sa'ad
- Sahl bin Hunaif
- Salamah bin Abi Salamah
- Salamah bin al-Akwa'
- Salamah bin Hisyam
- Salim maula Abi Hudzaifah
- Salman al-Farisi
- Samurah bin Jundab
- Sa'ad bin Abi Waqqas
- Sa'ad bin Mu'adz
- Sa'ad bin Ubadah
- Sa'id bin Amir al-Jumahi
- Sa'id bin Zaid
- Sawad bin Ghaziyah
- Shafwan bin Umayyah
- Shuhaib ar-Rumi
- Sufyan bin 'Auf
- Suhail bin Amr
- Suraqah bin Malik
- Syafi’ bin As-Sa’ib
- Syuja' bin Wahab
- Syurahbil bin Hasanah
- Tamim ad-Dari
- Thalhah bin Ubaidillah
- Thalib bin Abu Thalib
- Tsabit bin Arqam
- Tsabit bin Qais
- Tsaqaf bin Amr
- Ubaidah bin al-Harits
- Ubadah bin ash-Shamit
- Ubay bin Imarah
- Ubay bin Ka'ab
- Ubay bin Laba
- Ubay bin Malik
- Ukkasyah bin Mihshan
- Umar bin Khattab
- Umair bin Abi Waqqas
- Umair bin Sa'ad al-Anshari
- Umair bin Wahb
- Unais bin Abi Martsad al-Anshariy
- Uqbah bin Amir
- Uqbah bin Wahab
- Urwah bin Mas'ud
- Usamah bin Akhdariy
- Usamah bin Syarik
- Usamah bin Umair
- Usamah bin Zaid
- Usaid bin Hudhair
- Utsman bin 'Affan
- Utsman bin Hunaif
- Utsman bin Mazh'un
- Utsman bin Thalhah
- Utbah bin Farqad
- Utbah bin Ghazwan
- Utbah bin Mas'ud
- Wahb bin Sa'ad
- Wahb bin Umair
- Wahsyi
- Walid bin al-Walid
- Yasir bin Amir
- Yazid bin Abi Sufyan
- Yazid bin Ruqaisy
- Zaid bin ad-Datsinnah
- Zaid bin Arqam
- Zaid bin Haritsah
- Zaid bin Khattab
- Zaid bin Tsabit
- Ziyad bin Labid al-Anshari
- Zubair bin Awwam
Daftar Sahabat Perempuan
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
-
- Aisyah binti Abi Bakar
- Al-Khansa
- Atikah binti Zaid
- Asma' binti Abi Bakar
- Asma' binti Umais
- Fathimah binti Nabi Muhammad ﷺ
- Fathimah binti Khattab
- Hafshah binti Umar
- Juwairiyah binti al-Harits
- Khadijah binti Khuwailid
- Laila al-Ghifariyyah
- Maimunah binti al-Harits
- Nusaibah binti Ka'ab
- Saudah binti Zam'ah
- Shafiyyah binti Huyay
- Sumayyah binti Khayyat
- Ummu Habibah
- Ummu Kultsum binti Uqbah
- Ummu Salamah
- Khawlah binti Tsa'labah
- Khawlah binti Hakim
- Zainab binti Ali
- Zainab binti Khuzaimah
- Zainab binti Jahsy
- Gazalah Al-Haruriah
- Hindun binti 'Utbah bin Rabi'ah
Lihat pula
Referensi
Catatan kaki
- ^ Kitab Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah, karya Ibnu Hajar, hal. 101.
- ^ Akaha, Abduh Zulfidar (2006). Siapa Teroris? Siapa Khawarij?. Pustaka Al-Kautsar. hlm. 213. ISBN 979-592-358-7, 9789795923589.
- ^ a b Gülen, Fethullah (2000). The Messenger of God Muhammad: An Analysis of the Prophet's Life (edisi ke-berilustrasi, cetak ulang, direvisi). Tughra Books. hlm. 369. ISBN 1-932099-83-2, 9781932099836.
- ^ a b c Imam al-Bukhari (2013). Sahih al-Bukhari: The Early Years of Islam. Diterjemahkan oleh Muhammad Asad (edisi ke-Cetak ulang). The Other Press. hlm. 13-15. ISBN 967-5062-98-3, 9789675062988.
- ^ Fazal, Mohammad Fazal (2003). Child Companions Around the Prophet. Diterjemahkan oleh Sameh Strauch. Riyadh: Darussalam. hlm. 287. ISBN 9960-897-58-3, 9789960897585.
- ^ Al-Baghdadi, Ibnu Qani' (2004). Mu'jam as-Shahabah. Beirut: Daar el-Fikr.
- ^ Al-Qasthallani, Ahmad bin Muhammad (2008). Al-Mawahib Ad-Daniyyah bi al-Munah al-Muhammadiyyah. Al-Maktab el-Islamiy.
- ^ Al-Qaradhawi, DR. Yusuf (1995). Fatwa-Fatwa Kontemporer 2. 2. Gema Insani. hlm. 47. ISBN 979-561-332-4, 9789795613329.
- ^ Gülen, Fethullah. The Messenger of God Muhammad: An Analysis of the Prophet's Life. hlm. 370.
- ^ Ali Unal (2008). The Qur'an with Annotated Interpretation in Modern English (edisi ke-cetak ulang, beranotasi). Tughra Books. hlm. 413. ISBN 1-59784-144-7, 9781597841443.
- ^ a b An-Nadawi, Sulaiman (2016). Aisyah. Diterjemahkan oleh Iman Firdaus, Lc.Q, Dpl. Qisthi Press. hlm. 265-266. ISBN 979-1303-07-X, 9789791303071.
- ^ Al-Qaradhawi, DR. Yusuf (1995). Fatwa-Fatwa Kontemporer 3. 3. Gema Insani. hlm. 790. ISBN 979-561-780-X, 9789795617808.
- ^ Imam At-Tirmidzi. Jami' at-Tirmidzi hadist no. 3826.
- ^ Amin, Notables of the Shiites Diarsipkan 2021-10-18 di Wayback Machine., Dar al-Ta'rif, Volume 1, p.113.
- ^ Bahá'u'lláh (189x). The Kitáb-i-Íqán (1989 pocket-size ed.). US Baháʼí Publishing Trust. Archived from the original on 2015-01-08. Retrieved 2014-12-29 – via Bahá’í Reference Library.
- ^ Amin, Notables of the Shiites Diarsipkan 2021-10-18 di Wayback Machine., Dar al-Ta'rif, Volume 1, p.163.
- ^ "غدیر خم و سقیفه بنى ساعده". پرتال جامع علوم انسانی (dalam bahasa Persia). Diakses tanggal 2021-10-18.
- ^ Amin, Notables of the Shiites Diarsipkan 2021-10-18 di Wayback Machine., Dar al-Ta'rif, Volume 1, p.114.
- ^ Baladhari, Ansab al-Ashraf, Volume 5, hal. 2434
- ^ As-Sayyid Murtadha al-'Askari. Ma'alim al-Madrasatain jilid I. hlm. 97–100.
- ^ Al-Bidayah wan Nihayah/Juz 8/Sa'ad bin Abi Waqqas
- ^ Ad-Dzahabi. Siyar A'lam an-Nubala' jilid 3. Mu`assasah ar-Risalah. hlm. 194.
Daftar pustaka
- Ibn Sa'd al-Baghdadi, Muhammad – The book of The Major Classes, only partially translated into English; see Men of Medina and Women of Medina published by Ta-Ha Publishers, and first two volumes as published by Kitab Bhavan, New Delhi.
- Wilferd Madelung – The Succession to Muhammad, Cambridge University Press, 1997.
- Maxime Rodinson – Muhammad, 1961, as translated into English and published in 1980 by Pantheon Books.
- William Montgomery Watt – Muhammad at Medina, Oxford University Press 1956.
Pranala luar
- (Indonesia) Sahabat Nabi yang Terkemuka Diarsipkan 2007-08-10 di Wayback Machine..
- (Inggris) Islamic Glossary termasuk nama-nama sahabat.
- (Inggris) Sahabat Nabi, definisi, status dan tingkatan Diarsipkan 2007-03-11 di Wayback Machine..
- (Inggris) Companions of the Prophet, biografi 7 orang Sahabat Nabi.
- Reality of Abu Bakr and Umar
- Sahaba: Companions of the Prophet
- Male Companions of the Prophet
- Describes the Sunni perspective[pranala nonaktif permanen]
- Describes the Shia perspective
- Innovation with regards to the Shari`i Penalty of Cursing Sahaba by "Sipah-e-Sahaba" Diarsipkan 2012-07-16 di Wayback Machine.
- Sermons of the Commander of the Faithful, Imam Ali b. Abi Talib, from Nahj al-Balaghah