Bahasa
Bahasa (dari bahasa Sanskerta भाषा, bhāṣā) adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. Kajian ilmiah bahasa disebut ilmu linguistik.
Perkiraan jumlah bahasa di dunia beragam antara 6.000–7.000 bahasa. Namun, perkiraan tepatnya bergantung pada suatu perubahan sembarang yang mungkin terjadi antara bahasa dan dialek. Bahasa alami adalah bicara atau bahasa isyarat, tetapi setiap bahasa dapat disandikan ke dalam media kedua menggunakan stimulus audio, visual, atau taktil, sebagai contohnya, tulisan grafis, braille, atau siulan. Hal ini karena bahasa manusia bersifat independen terhadap modalitas. Sebagai konsep umum, "bahasa" bisa mengacu pada kemampuan kognitif untuk dapat mempelajari dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, atau untuk menjelaskan sekumpulan aturan yang membentuk sistem tersebut atau sekumpulan pengucapan yang dapat dihasilkan dari aturan-aturan tersebut. Semua bahasa bergantung pada proses semiosis untuk menghubungkan isyarat dengan makna tertentu.
Bahasa oral dan bahasa isyarat memiliki sebuah sistem fonologis yang mengatur bagaimana simbol digunakan untuk membentuk urutan yang dikenal sebagai kata atau morfem, dan suatu sistem sintaks yang mengatur bagaimana kata-kata dan morfem digabungkan untuk membentuk frasa dan penyebutan.
Bahasa manusia unik karena memiliki sifat-sifat produktivitas, rekursif, dan pergeseran, dan karena secara keseluruhan bahasa manusia bergantung pula pada konvensi serta edukasi sosial. Strukturnya yang kompleks mampu memberikan kemungkinan ekspresi dan penggunaan yang lebih luas daripada sistem komunikasi hewan yang diketahui.
Sejak zaman hominin, bahasa diperkirakan mulai secara bertahap mengubah sistem komunikasi antarprimata. Primata kemudian mulai memperoleh kemampuan untuk membentuk suatu teori pikiran dan intensionalitas. Perkembangan tersebut terkadang diperkirakan bersamaan dengan meningkatnya volume otak, dan banyak ahli bahasa berpendapat bahwa struktur bahasa berkembang untuk melayani fungsi sosial dan komunikatif tertentu. Bahasa diproses pada banyak lokasi yang berbeda pada otak manusia, terutama di area Broca dan area Wernicke.
Manusia mengakuisisi bahasa lewat interaksi sosial pada masa balita, dan anak-anak sudah dapat berbicara secara fasih kurang lebih pada umur tiga tahun. Penggunaan bahasa telah berakar dalam kultur manusia. Oleh karena itu, selain digunakan untuk berkomunikasi, bahasa juga memiliki banyak fungsi sosial dan kultural, misalnya untuk menandakan identitas suatu kelompok, stratifikasi sosial, dan untuk dandanan sosial dan hiburan.
Bahasa-bahasa berubah dan bervariasi sepanjang waktu, dan sejarah evolusinya dapat direkonstruksi ulang dengan membandingkan bahasa modern untuk menentukan sifat-sifat mana yang harus dimiliki oleh bahasa leluhurnya supaya perubahan nantinya dapat terjadi. Sekelompok bahasa yang diturunkan dari leluhur yang sama dikenal sebagai rumpun bahasa.
Bahasa yang digunakan dunia sekarang tergolong pada keluarga Indo-Eropa. Termasuk di dalamnya adalah bahasa seperti Inggris, Spanyol, Portugis, Rusia, dan Hindi; Bahasa Sino-Tibet, yang melingkupi Bahasa Mandarin, Cantonese, dan banyak lainnya; Rumpun bahasa Afro-Asiatik yang melingkupi Arab, Amhar, Somali, dan Hebrew; dan bahasa Bantu, yang melingkupi Swahili, Zulu, Shona, dan ratusan bahasa lain yang digunakan di Afrika. Konsensusnya adalah antara 50–90% bahasa yang digunakan sejak awal abad ke-21 kemungkinan akan punah pada tahun 2100.[1] [2]
Definisi
Kata bahasa Inggris "language" diturunkan dari Indo-Eropa *dn̥ǵʰwéh₂s "lidah, perkataan, bahasa" lewat Bahasa latin lingua, "bahasa; lidah", dan Perancis Kuno langage "bahasa".[3] Kata tersebut terkadang digunakan untuk mengacu pada kode, sandi dan bentuk lain dari sistem komunikasi yang dibentuk secara artifisial seperti yang digunakan pada pemrograman komputer. Makna bahasa dalam hal ini adalah suatu sistem isyarat untuk menyandikan dan menerjemahkan informasi. Artikel ini secara khusus memperhatikan tentang sifat-sifat yang dimiliki bahasa alami manusia sebagaimana yang dipelajari dalam disiplin ilmu linguistik.
Sebagai objek kajian linguistik, "bahasa" memiliki 2 arti dasar: sebagai sebuah konsep abstrak, dan sebagai sebuah sistem linguistik yang spesifik. Bahasa Indonesia adalah contoh dari makna bahasa sebagai sebuah sistem linguistik yang spesifik. Ferdinand de Saussure, seorang linguis asal Swiss, adalah orang pertama yang merumuskan perbedaan kata dalam bahasa Perancis. Terdapat langage dalam arti bahasa sebagai sebuah konsep, langue dalam arti bahasa sebagai sistem linguistik yang spesifik, dan parole dalam arti bahasa sebagai penggunaan konkret bahasa tertentu sebagai tuturan.[4]
Bila berbicara mengenai bahasa sebagai konsep umum, dapat digunakan berbagai definisi yang menekankan aspek yang berbeda dari fenomena tersebut.[5] Definisi tersebut juga memerlukan pendekatan dan pemahaman berbeda tentang bahasa, dan terkadang memberikan kajian teori linguistik yang berbeda atau bahkan bertentangan.[6]
Kemampuan mental, organ atau insting
Salah satu definisi memandang bahasa pada pokoknya sebagai kemampuan mental yang membuat manusia dapat menggunakan perilaku linguistik: untuk belajar bahasa dan untuk menghasilkan serta memahami penyebutan. Definisi ini menekankan keuniversalan bahasa bagi semua manusia dan menggaris bawahi bahwa dasar biologis bagi kemampuan berbahasa manusia adalah perkembangan yang unik dari otak manusia. Pendukung pandangan bahwa dorongan akuisisi bahasa bersifat lahiriah pada manusia sering berpendapat bahwa hal ini didukung oleh fakta bahwa semua anak yang normal secara kognitif, yang dibesarkan dalam suatu lingkungan tempat bahasa dapat diakses, akan memperoleh bahasa tanpa pengajaran formal. Bahasa bahkan dapat berkembang secara spontan dalam lingkungan tempat orang hidup atau tumbuh bersama tanpa suatu bahasa umum, sebagai contohnya, bahasa kreol, dan perkembangan bahasa isyarat secara spontan seperti Bahasa Isyarat Nikaragua. Pandangan ini, yang dapat ditelusuri kembali ke Immanuel Kant dan René Descartes, biasanya memandang bahasa sebagai bawaan lahir. Contohnya adalah teori tata bahasa universal dari Noam Chomsky, atau teori ekstrem lahiriah dari filsuf Amerika Jerry Fodor. Definisi semacam ini sering diaplikasikan oleh orang yang mempelajari bahasa lewat kerangka ilmu kognitif dan dalam neurolinguistik. [7] [8]
Sistem simbolik formal
Definisi lain melihat bahasa sebagai sebuah sistem formal isyarat, yang tunduk pada berbagai aturan tata bahasa, untuk menyampaikan suatu makna. Definisi ini menekankan bahwa bahasa manusia dapat dijelaskan sebagai sistem terstruktur tertutup yang terdiri dari aturan-aturan yang menghubungkan isyarat tertentu dengan makna tertentu. [9] Pandangan strukturalis terhadap bahasa pertama kali diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure [10] , dan strukturalismenya tetap menjadi fondasi terhadap hampir semua pendekatan terhadap bahasa pada masa sekarang.[11]
Beberapa pendukung pandangan bahasa ini mengedepankan sebuah pendekatan formal yang mempelajari struktur bahasa dengan mengidentifikasi elemen-elemen dasarnya, dan kemudian memformulasikan penjelasan formal dari aturan-aturannya berdasarkan pada elemen-elemen mana yang digabungkan untuk membentuk kata dan kalimat. Pendukung utama dari teori tersebut adalah Noam Chomsky, pencetus teori tata bahasa generatif. Ia mendefinisikan bahasa sebagai sebuah kumpulan kalimat yang dapat dihasilkan dari sekumpulan aturan tertentu. Chomsky menganggap aturan-aturan tersebut merupakan suatu fitur lahiriah dari otak manusia dan membentuk esensi dari bahasa itu sendiri.[12] Definisi formal bahasa umumnya digunakan dalam logika formal, dalam teori-teori tata bahasa formal, dan dalam penerapan linguistik komputasi.[13] [14]
Alat komunikasi
Definisi lain dari bahasa adalah sebagai sebuah sistem komunikasi yang membuat manusia dapat bekerja sama. Definisi ini menekankan fungsi sosial bahasa serta fakta bahwa manusia menggunakannya untuk mengekspresikan dirinya sendiri dan untuk memanipulasi obyek dalam lingkungannya. Teori tata bahasa fungsional menjelaskan struktur tata bahasa lewat fungsi komunikatifnya dan memahami struktur tata bahasa sebagai hasil dari suatu proses adaptif. Dalam proses adaptif ini, tata bahasa "disesuaikan" untuk melayani kebutuhan komunikatif penggunanya.[15] [16]
Pandangan terhadap bahasa ini berhubungan dengan kajian bahasa dalam kerangka pragmatis, kognitif, dan kerangka interaktif, serta dalam sosial-linguistik dan linguistik antropologi. Teori-teori fungsionalis cenderung mempelajari tata bahasa sebagai sebuah fenomena dinamis, sebagai suatu struktur yang selalu dalam proses perubahan saat digunakan oleh para penuturnya. Pandangan ini menyebabkan kajian linguistik tipologi menjadi penting. Kajian tipologi adalah klasifikasi bahasa-bahasa menurut fitur strukturalnya. Kepentingan ini muncul karena kajian tersebut dapat memperlihatkan bahwa proses-proses gramatikalisasi condong mengikuti lintasan yang sebagian bergantung pada tipologi. Dalam filsafat bahasa pandangan ini sering dikaitkan dengan karya terakhir Wittgenstein dan dengan filsuf bahasa umum seperti G. E. Moore, Paul Grice, John Searle dan J. L. Austin.[14]
Status unik bahasa manusia
Bahasa manusia unik bila dibandingkan dengan bentuk komunikasi lain, seperti yang digunakan oleh hewan selain manusia. Sistem-sistem komunikasi yang digunakan oleh hewan-hewan lain seperti lebah atau kera adalah sistem tertutup yang terdiri dari sejumlah kemungkinan ekspresi yang terbatas.[17]
Sebaliknya, bahasa manusia tidak bersifat tertutup, malah produktif. Dengannya manusia dapat menghasilkan sekumpulan pengucapan tak terbatas dari sekumpulan elemen terbatas dan membuat kata-kata serta kalimat baru. Hal ini menjadi mungkin karena bahasa manusia didasarkan pada suatu kode ganda: sejumlah elemen-elemen tanpa arti, yang terbatas, seperti suara atau huruf atau isyarat, dapat digabungkan untuk membentuk unit-unit makna (kata-kata atau kalimat).[18] Lebih lanjut, simbol-simbol, dan aturan tata bahasa dari setiap bahasa pada umumnya berubah-ubah. Ini berarti bahwa sistem tersebut hanya dapat dipelajari lewat interaksi sosial.[19] Sistem komunikasi yang diketahui yang digunakan pada hewan, pada sisi lain, hanya dapat menyampaikan sejumlah pengucapan yang pada umumnya berpindah secara genetis.[20]
Beberapa spesies hewan telah dibuktikan mampu memperoleh bentuk-bentuk komunikasi lewat pembelajaran sosial, seperti Bonobo Kanzi, yang belajar mengekspresikan dirinya sendiri menggunakan sekumpulan leksigram simbolis. Demikian juga, banyak spesies burung dan paus mempelajari suara-suara mereka dengan meniru anggota lain dari spesies mereka. Namun walau beberapa hewan bisa memperoleh sejumlah kata dan simbol,[notes 1] tidak ada yang bisa mempelajari lebih banyak isyarat-isyarat yang berbeda yang secara umum diketahui oleh seorang manusia berumur rata-rata empat tahun. Tidak juga ada spesies lain yang mampu memperoleh sesuatu yang menyerupai tata bahasa kompleks seperti pada bahasa manusia.[21]
Salah satu perbedaan lain antara bahasa manusia dan hewan adalah penggunaan kategori tata bahasa dan semantik, seperti kata benda, kata kerja, pemarkah masa sekarang dan masa lampau, untuk menyampaikan berbagai makna yang sangat kompleks.[21] Bahasa manusia juga unik karena bersifat rekursif: frasa kata benda mampu mengandung frasa kata benda lainnya (seperti pada frasa "bibir simpanse") atau suatu klausa mampu mengandung klausa lain (seperti pada "[Saya melihat [anjing itu sedang lari]]").[22] Bahasa manusia juga satu-satunya sistem komunikasi alami yang diketahui yang bebas modalitas, yang berarti bahwa bahasa manusia dapat digunakan tidak hanya untuk berkomunikasi lewat satu kanal atau media, tetapi lewat beberapa. Sebagai contohnya, bahasa ucapan menggunakan modalitas pendengaran, sedangkan bahasa isyarat dan tulisan menggunakan modalitas visual, dan tulisan braille menggunakan modalitas peraba. [23]
Berkaitan dengan makna yang akan disampaikan dan operasi-operasi kognitif yang dibentuk darinya, bahasa manusia juga unik karena mampu mengacu pada konsep abstrak dan berimajinasi atau menciptakan kejadian-kejadian, sebagaimana halnya kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu atau yang mungkin terjadi pada masa depan. Kemampuan untuk mengacu pada kejadian yang tidak terjadi pada waktu atau tempat yang sama pada saat diucapkan disebut dengan pergeseran, dan meskipun beberapa sistem komunikasi hewan dapat menggunakan pergeseran (seperti komunikasi pada lebah yang dapat mengkomunikasikan lokasi dari sumber nektar yang di luar jangkauan pandangan), tingkatan kemampuan pergeseran dalam bahasa manusia juga dianggap unik.[18]
Asal mula
Teori-teori tentang asal mula bahasa berbeda dalam hal asumsi dasarnya tentang apa itu bahasa. Beberapa teori berdasarkan pada ide bahwa bahasa adalah sangat kompleks sehingga seseorang tidak dapat membayangkan ia muncul dari ketiadaan dalam bentuk akhirnya, tetapi ia harus telah berkembang dari sistem pra-linguistik awal di antara leluhur pra-manusia kita. Teori ini dapat disebut dengan teori berdasarkan keberlanjutan. Pandangan berlawanan adalah bahwa bahasa adalah sifat manusia yang unik yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang ditemukan di antara selain-manusia, dan bahwa ia makanya muncul secara tiba-tiba dalam transisi dari pra-hominid sampai pada manusia purba. Teori ini dapat didefinisikan sebagai berdasarkan ketakberlanjutan. Demikian juga, teori-teori yang berdasarkan pandangan Generatif Chomsky tentang bahasa, melihat bahasa umumnya sebagai kemampuan lahiriah yang tersandikan secara genetis, sementara teori-teori fungsionalis melihatnya sebagai sebuah sistem yang besar secara kultural, yaitu dipelajari lewat interaksi sosial.[25]
Saat sekarang, satu-satunya pendukung dari teori ketakberlanjutan pada asal mula bahasa manusia adalah linguis, dan filsuf Noam Chomsky. Chomsky menyatakan bahwa "beberapa mutasi random terjadi, mungkin setelah hujan cahaya kosmik aneh, dan menyebabkan reorganisasi pada otak, menanam sebuah organ bahasa dalam otak primata." [26] Walau memperingatkan untuk tidak menangkap cerita tersebut terlalu harfiah, Chomsky bersikeras bahwa "ia mungkin lebih mendekati kenyataan daripada dongeng lainnya yang mengatakan tentang proses-proses evolusioner, termasuk bahasa".[26]
Teori keberlanjutan sekarang dipegang oleh mayoritas pelajar, tetapi mereka berbeda dalam melihat perkembangannya. Mereka yang melihat bahasa sebagai bawaan lahir, sebagai contohnya, psikolog Steven Pinker, memegang preseden sebagai kognisi hewan,[8] sementara mereka yang melihat bahasa sebagai alat komunikasi belajar sosial, seperti psikolog Michael Tomasello, melihatnya berkembang dari komunikasi hewan, baik isyarat primata atau komunikasi vokal untuk membantu dalam bekerja sama.[20] Model berkelanjutan lainnya melihat bahasa berkembang dari musik, sebuah pandangan yang telah didukung oleh Rousseau, Herder, Humboldt dan Charles Darwin. Pendukung utama dari pandangan tersebut pada saat sekarang adalah arkeolog Steven Mithen.[27]
Karena timbulnya bahasa berada sebelum prasejarah manusia, perkembangan yang berkaitan tidak meninggalkan jejak sejarah, dan tidak ada proses perbandingan yang dapat diobservasi pada saat sekarang. Teori yang menekankan keberlanjutan sering melihat pada binatang untuk melihat jika, misalnya, primata memperlihatkan ciri-ciri yang dapat dilihat sebagai analogi terhadap bentuk bahasa dari pra-manusia. Alternatif lain, fosil awal manusia dapat diinspeksi untuk melihat jejak-jejak adaptasi fisik dari penggunaan bahasa atau bentuk jejak-jejak pra-linguistik dari perilaku simbolik. [28]
Secara umum tak terbantahkan bahwa pra-manusia australopithecine tidak memiliki sistem komunikasi yang secara signifikan berbeda dengan yang ditemukan pada kera besar secara umum, tetapi para ahli memiliki opini yang berbeda-beda terhadap perkembangan sejak munculnya Homo sekitar 2,5 juta tahun yang lalu. Beberapa ahli mengasumsikan perkembangan sistem mirip-bahasa primitif (proto-bahasa) sama awalnya dengan Homo habilis (2,3 juta tahun lalu), sementara ahli lainnya menempatkan perkembangan komunikasi simbol primitif hanya dengan Homo erectus (1,8 juta tahun yang lalu) atau Homo heidelbergensis (0,6 juta tahun yang lalu) dan perkembangan bahasa layak pada Homo sapiens modern anatomis dengan revolusi Paleolitik Atas kurang dari 100.000 tahun lalu. [29] [30]
Kajian bahasa
Kajian tentang bahasa, linguistik, telah berkembang menjadi ilmu sejak deskripsi pertama tata bahasa dari bahasa tertentu di India lebih dari 2000 tahun lalu. Sekarang, linguistik adalah sebuah ilmu yang memperhatikan semua aspek dari bahasa, menelitinya dari semua sudut pandang yang telah dijelaskan di atas.
Sub-disiplin
Kajian akademis terhadap bahasa dilakukan dari banyak area disiplin dan dari sudut pandang teoretis yang berbeda, semuanya memberikan pendekatan modern terhadap linguistik. Sebagai contoh, linguistik deskriptif membedah tata-bahasa dari sebuah bahasa, linguistik teoretis mengembangkan teori terbaik untuk mengonsepkan bahasa sebagai sebuah kajian berdasarkan pada data dari berbagai macam bahasa manusia yang masih ada, sosiolinguistik mempelajari cara bahasa digunakan untuk tujuan sosial memberikan kajian fungsi sosial dari bahasa dan deskripsi gramatikal, neurolinguistik mempelajari bagaimana bahasa diproses dalam otak manusia, dan melakukan percobaan mengenai teori tentang kemampuan bahasa, linguistik komputasional dibangun dari linguistik teoretis dan deskriptif untuk membangun model komputasi bahasa yang terkadang ditujukan untuk memproses bahasa alami atau saat mencoba hipotesis linguistik, dan linguistik historis bergantung pada tata-bahasa dan deskripsi leksikal dari bahasa untuk menyelidiki sejarah tiap-tiap bahasa dan membangun pohon rumpun-rumpun bahasa dengan menggunakan metode komparatif.
Sejarah awal
Kajian formal bahasa sering dianggap bermulai di India oleh Panini, seorang ahli tata bahasa abad 5 SM yang memformulasikan 3,959 aturan morfologi Sanskrit. Namun, penulis-penulis Sumeria telah mempelajari perbedaan antara tata bahasa Bahasa Sumeria dan Bahasa Akkadia sejak sekitar tahun 1900 SM. Kemudian tradisi tata bahasa berkembang pada semua kultur kuno yang mengadopsi tata tulis.[31]
Pada abad ke-17, seorang Tata bahasa Port-Royal dari Perancis mengembangkan ide bahwa tata bahasa seluruh bahasa merupakan suatu refleksi atas dasar-dasar pemikiran universal, dan oleh karena itu tata bahasa bersifat universal. Pada abad ke-18, linguistik komparatif tumbuh sebagai hasil dari penggunaan pertama metode komparatif oleh ahli filologi dan ahli India kuno asal Inggris, William Jones.[32] Kajian ilmiah bahasa diperluas dari bahasa Indo-Eropa ke bahasa secara umum oleh Wilhelm von Humboldt. Pada awal abad 20, Ferdinand de Saussure memperkenalkan ide bahwa bahasa adalah suatu sistem statis dari unit-unit yang saling berhubungan, didefinisikan lewat pertentangan yang ada di antara unit-unit tersebut.[10]
Dengan memperkenalkan perbedaan analisis bahasa, antara analisis diakronik dan sinkronik, Saussure meletakkan fondasi disiplin ilmu linguistik modern. Saussure juga memperkenalkan beberapa dimensi analisis bahasa yang masih menjadi dasar dalam berbagai teori linguistik kontemporer, seperti perbedaan antara sintagma dan paradigma serta perbedaan Langue-parole: membedakan bahasa sebagai suatu sistem abstrak (langue), dari bahasa sebagai suatu manifestasi konkrit dari sistem itu sendiri (parole). [33]
Linguistik kontemporer
Sekitar tahun 1960-an, Noam Chomsky memformulasikan teori generatif bahasa. Menurut teori tersebut, bentuk paling dasar dari bahasa adalah suatu kumpulan aturan sintaks yang universal bagi seluruh manusia, yang mendasari semua tata bahasa bahasa manusia. Kumpulan aturan tersebut disebut tata bahasa universal. Chomsky menyebutnya sebagai tujuan utama dari disiplin ilmu linguistik. Dengan demikian, tata bahasa dari setiap bahasa menjadi penting bagi linguistik karena dengan ilmu tersebut manusia akan mampu memahami aturan universal yang mendasari asal-muasal keberagaman linguistik yang tampak dapat diwariskan.[34]
Sebagai lawan dari teori formal dari aliran generatif, teori fungsional tata bahasa mengajukan bahwa sejak bahasa secara dasarnya adalah suatu alat, strukturnya lebih baik dianalisa dan dipahami dengan merujuk kepada fungsi-fungsi mereka. Teori fungsional tata bahasa berbeda dengan teori formal tata-bahasa. Teori formal berusaha mendefinisikan berbagai elemen bahasa yang berbeda serta menjelaskan cara elemen-elemen tersebut berhubungan satu sama lain dan membentuk sistem aturan-aturan atau operasi-operasi formal. Teori Fungsional berusaha untuk menentukan berbagai fungsi yang dilakukan oleh bahasa dan kemudian menghubungkan fungsi-fungsi tersebut dengan elemen-elemen linguistik yang menggunakannya. [14] [notes 2] Dalam kerangka linguistik kognitif, bahasa dianggap sebagai suatu konsep (yang terkadang universal, dan terkadang spesifik pada bahasa tertentu) yang bergantung kepada bentuknya.[35] Linguistik kognitif lebih mengutamakan tentang cara pikiran membuat makna lewat bahasa.
Fisiologi dan arsitektur saraf bahasa dan bicara
Bicara adalah modalitas dasar bahasa dalam semua kultur. Pemerolehan serta produksi bahasa lisan bergantung pada keberadaan kapasitas mutakhir untuk mengontrol bibir, lidah dan komponen-komponen peralatan vokal lain, kemampuan untuk menerjemahkan suara lisan secara akustik, dan peralatan neurologis yang dibutuhkan untuk memperoleh dan menghasilkan bahasa.[36] Kajian terhadap dasar genetis bagi bahasa manusia baru dimulai, dan satu-satunya gen yang telah memengaruhi produksi bahasa secara positif adalah FOXP2. Apabila terpengaruh mutasi, orang tersebut mungkin akan mengalami kelainan bahasa bawaan.[37]
Bahasa dan otak
Otak adalah pusat koordinasi dari semua aktivitas linguistik; ia mengatur produksi kognisi linguistik dan pemaknaan dan mekanika dari produksi lisan. Namun, pengetahuan kita mengenai dasar neurologis untuk bahasa masih terbatas, meskipun telah dianggap berkembang lewat penggunaan teknik pencitraan modern. Disiplin linguistik yang mendedikasikan untuk meneliti aspek-aspek neurologis dari bahasa disebut dengan neurolinguistik.[38]
Penelitian awal dalam neurolinguistik mengikutkan penelitian bahasa terhadap orang dengan luka pada otak, untuk melihat bagaimana luka pada area tertentu mempengaruhi bahasa dan bicara. Dengan cara ini, para neurosaintis pada abad 19 menemukan bahwa dua area dalam otak secara krusial mempengaruhi pemrosesan bahasa. Area pertama adalah area Wernicke, yang berada di bagian belakang dari superior temporal gyrus di dalam belahan otak serebral dominan. Orang dengan luka di area otak ini memiliki Aphasia reseptif, suatu kondisi di mana terdapat kerusakan mayor terhadap komprehensi bahasa, sementara berbicara masih dengan ritme yang alami dan relatif normal struktur kalimat. Area kedua adalah area Broca, terletak di belakang inferior frontal gyrus dari belahan otak yang dominan. Orang dengan luka pada area ini memiliki aphasia ekspresif, yang berarti bahwa mereka tahu apa yang ingin mereka katakan, mereka hanya tidak dapat mengeluarkannya.[39] Mereka umumnya mampu memahami apa yang dikatakan kepada mereka, tetapi tidak mampu berbicara secara fasih. Simtom-simtom lain yang mungkin ada pada aphasia Broca termasuk bermasalah dengan kelancaran, artikulasi, menemukan-kata, pengulangan kata, dan menghasilkan dan memahami kalimat dengan tata-bahasa kompleks, baik secara oral maupun tulisan. Mereka dengan aphasia juga memperlihatkan pembicaraan yang tidak terstruktur dan ketidakmampuan menggunakan bahasa isyarat, secara analogi untuk memperlihatkan bagaimana mereka mempengaruhi bicara, dengan aphasia Broca menyebabkan si pengisyarat memberi isyarat dengan lambat dan dengan tata-bahasa yang tidak benar, namun pada pengisyarat dengan aphasia Wernicke akan fasih berisyarat, tetapi hanya sedikit masuk akal oleh orang lain dan sulit memahami isyarat-isyarat dari orang lain. Hal ini memperlihatkan bahwa gangguan tersebut adalah spesifik terhadap kemampuan untuk menggunakan bahasa, bukan pada fisiologi yang digunakan untuk produksi bicara.[40][41]
Dengan kemajuan teknologi pada akhir abad 20, neurologi juga telah mengadopsi teknik non-invasif seperti pencitraan resonansi magnetis fungsional (fMRI) dan elektrofisiologi untuk mempelajari pemrosesan bahasa dalam individu tanpa gangguan.[38]
Anatomi dari lisan
Bahasa lisan bergantung pada kemampuan fisik manusia untuk menghasilkan suara, suatu gelombang longitudinal disebarkan lewat udara pada suatu frekuensi yang dapat menggetarkan gendang telinga. Kemampuan ini bergantung pada fisilogi dari organ-organ lisan manusia. Organ-organ tersebut terdiri dari paru-paru, kotak suara (laring), dan sistem vokal atas - tenggorokan, mulut, dan hidung. Dengan mengkontrol bagian-bagian berbeda dari peralatan lisan, aliran udara dapat dimanipulasi untuk menghasilkan suara lisan yang berbeda.[42]
Suara lisan dapat dianalisis menjadi suatu kombinasi dari elemen-elemen segmentasi dan suprasegmentasi. Elemen segmentasi adalah yang mengikuti satu sama lain secara berurutan, yang biasanya direpresentasikan dengan huruf-huruf berbeda dalam skrip alfabet, seperti pada skrip Romawi. Dalam bicara bebas, tidak ada batasan jelas antara satu segmen dengan lainnya, tidak juga umumnya ada jeda suara antara kata. Segmen-segmen oleh karena itu dibedakan dengan suara-suara berbeda yang merupakan hasil dari artikulasi mereka yang berbeda, dan mereka dapat berbentuk huruf vokal atau konsonan. Fenomena suprasegmentasi melingkupi elemen-elemen seperti penekanan, tipe fonasi, warna nada suara, dan prosodi atau intonasi, kesemuanya bisa mempengaruhi di antara beberapa segmen-segmen.[43]
Segmen konsonan dan vokal digabungkan untuk membentuk silabel, yang kemudian digabungkan untuk membentuk pengucapan; hal ini dapat dibedakan secara fonetis lewat ruang antara dua pernafasan. Secara akustik, segmen-segmen berbeda ini dikarakterisasikan oleh struktur formant berbeda, yang dapat terlihat dalam suaut spektogram dari rekaman gelombang suara (lihat gambar Spectogram dari struktur formant dari tiga huruf vokal bahasa Inggris). Forman adalah puncak amplitudo dalam spektrum frekuensi dari suatu suara tertentu. [43][44]
Huruf vokal adalah suara-suara yang tidak memiliki gesekan bunyi yang disebabkan oleh mendekatnya atau terhalangnya beberapa bagian dari sistem vokal atas. Mereka beragam secara kualitas bergantung pada tingkat peralatan bibir dan letak dari lidah dalam rongga oral.[43] Huruf vokal disebut vokal tertutup saat bibir secara relatif tertutup, sebagaimana pada pengucapan dari huruf vokal [i] (Inggris "ee"), atau vokal terbuka saat bibir secara relatif terbuka, sebagaimana pada huruf vokal [a] (Inggris "ah"). Jika lidah terletak pada bagian belakang mulut, kualitasnya berubah, membuat huruf vokal seperti [u] (Inggris "oo"). Kualitas juga berubah bergantung apakah bibir membulat atau tidak, membuat perbedaan seperti antara [i] (huruf vokal tidak membulat seperti pada Inggris "ee"") dan [y] (vokal depan membulat seperti pada Jerman "ü".[45]
Konsonan adalah suara-suara yang memiliki gesekan bunyi atau penutupan pada poin tertentu dalam sistem vokal atas. Suara konsonan beragam dari tempat artikulasi, contohnya tempat dalam sistem vokal di mana aliran udara terhambat, umumnya pada bibir, gigi, alveolar ridge, palate, velum, uvula, atau glottis. Setiap tempat artikulasi menghasilkan sekumpulan suara yang berbeda, yang lebih lanjuta dibedakan oleh cara artikulasi, atau jenis dari gesekan, baik tertutup penuh, pada kasus di mana konsonan disebut oklusif atau stop, atau tingkatan berbeda dari peralatan membentuk fricative dan approximant. Konsonan juga dapat dibunyikan atau tidak dibunyikan, bergantung apakah pita vokal di set dalam vibrasi oleh aliran udara selama menghasilkan suara. Bunyi adalah yang membedakan Inggris [s] pada bus (sibilant tak berbunyi) dengan [z] pada buzz (sibilant berbunyi).[46]
Beberapa suara lisan, baik vokal dan konsonan, melibatkan pengeluaran aliran udara lewat lubang nasal, dan hal ini disebut nasal atau suara nasalisasi. Suara-suara lainnya didefinisikan dengan cara lidah bergerak dalam mulut: seperti suara l (disebut lateral, karena udara mengalir pada kedua sisi lidah), dan suara r (disebut rhotics yang dikarakterisasikan dengan bagaimana lidah diposisikan relatif dengan aliran udara.[44]
Dengan menggunakan organ-organ bicara tersebut, manusia dapat menghasilkan ratusan suara berbeda: beberapa sering muncul pada bahasa-bahasa di dunia, sementara yang lainnya lebih umum pada rumpun bahasa tertentu, wilayah bahasa, atau bahkan spesifik pada satu bahasa.[47]
Struktur
Bila dijelaskan sebagai suatu sistem dari komunikasi simbolik, bahasa secara tradisional terdiri dari tiga bagian: isyarat, makna, dan suatu kode menghubungkan isyarat dengan maknanya. Kajian dari proses semiotik, bagaimana isyarat dan makna digabungkan, digunakan, dan diinterpretasikan disebut dengan semiotik. Isyarat-isyarat dapat dibentuk dari suara, gerak, huruf-huruf atau simbol, bergantung pada apakah bahasa tersebut diucapkan, diisyaratkan, atau ditulis, dan mereka dapat digabungkan menjadi isyarat kompleks seperti kata-kata dan frasa. Bila digunakan dalam komunikasi, suatu isyarat disandikan dan dipindahkan oleh pengirim lewat suatu kanal kepada penerima yang menterjemahkannya.[48]
Beberapa properti yang membatasi bahasa manusia dengan sistem komunikasi lainnya adalah kesembarangan dari isyarat linguistik, berarti bahwa tidak ada koneksi yang dapat diprediksi antara suatu isyarat linguistik dan maknanya, dualitas dari sistem lingustik, berarti bahwa struktur linguistik dibangun dengan menggabungkan elemen-elemen menjadi struktur besar yang dapat dilihat sebagai lapisan-lapisan, misalnya bagaimana suara membentuk kata dan kata membentuk frasa, ciri-ciri dari elemen-elemen bahasa, berarti bahwa elemen-elemen pembangun dari isyarat linguistik adalah unit-unit diskrit, misalnya suara dan kata, yang dapat dibedakan satu dengan yang lainnya dan disusun kembali dalam pola-pola berbeda, dan produktivitas dari sistem linguistik, yang berarti bahwa jumlah terbatas dari elemen-elemen lingustik dapat digabungkan secara teoretis menjadi sejumlah kombinasi tak terbatas.[48]
Aturan-aturan mengenai isyarat mana yang dapat digabungkan untuk membentuk kata dan frasa disebut dengan sintaks atau tata-bahasa. Makna yang terhubung pada isyarat-isyarat tertentu, morfem, kata, frasa, dan teks disebut semantik.[49] Pembagian bahasa menjadi terpisah tetapi sistem yang terhubung dari isyarat dan makna berawal dari kajian linguistik pertama dari de Saussure dan sekarang digunakan hampir pada semua cabang dari linguistik.[50]
Semantik
Bahasa mengekspresikan makna dengan mengaitkan sebuah isyarat dengan maknanya, atau isinya. Bentuk isyarat haruslah sesuatu yang dapat dipersepsi, contohnya, dalam suara, gambar, atau gerak isyarat, dan kemudian berhubungan dengan makna tertentu oleh konvensi sosial. Karena relasi dasar dari makna bagi kebanyakan isyarat-isyarat linguistik didasarkan pada konvensi sosial, isyarat linguistik bisa dianggap sembarang, dalam artian bahwa konvensi tersebut terbentuk secara sosial dan sejarah, bukan lewat relasi alami antara suatu bentuk isyarat tertentu dan maknanya.
Maka, bahasa haruslah memiliki kosa kata isyarat yang berkaitan dengan makna tertentu. Isyarat Inggris dari "anjing" menandakan, misalnya, anggota dari jenis Canis. Dalam sebuah bahasa, susunan dari isyarat yang sembarang yang terhubung kepada makna tertentu disebut dengan lexicon, dan sebuah isyarat yang terhubung ke sebuah makna disebut dengan lexeme. Tidak semua makna dalam sebuah bahasa direpresentasikan oleh satu kata. Terkadang, konsep semantik terkandung dalam morfologi atau sintaks dari suatu bahasa dalam bentuk kategori tata bahasa. [51]
Semua bahasa memiliki struktur semantik dari predikat: sebuah struktur yang mendasari sebuah properti, keadaan, atau aksi. Secara tradisional, semantik telah dipahami sebagai kajian bagaimana pembicara dan pendengar memberikan nilai benar terhadap suatu pernyataan, sehingga makna dapat dipahami sebagai suatu proses di mana sebuah predikat dapat dikatakan benar atau salah mengenai sebuah entitas, contohnya: "[x [adalah y]]" atau "[x [maka y]]." Baru-baru ini, model dari semantik ini telah dilengkapi dengan model makna yang lebih dinamis yang menggabungkan pengetahuan yang sama tentang konteks di mana sebuah tanda diinterpretasikan menjadi produksi dari makna. Model makna seperti itu ditelaah lebih jauh dalam bidang pragmatik.
Suara dan simbol
Bergantung kepada modalitas, struktur bahasa dapat didasarkan pada sistem suara (bicara), gestur (bahasa isyarat), atau grafik atau simbol taktil (tulisan). Cara-cara di mana bahasa menggunakan suara atau isyarat untuk membentuk makna dipelajari dalam fonologi. [52] Kajian bagaimana manusia menghasilkan dan memaknakan suara vokal disebut dengan fonetik. [53] Dalam bahasa ucapan, makna dihasilkan bila suara menjadi bagian dari sistem di mana beberapa suara dapat berkontribusi untuk mengekspresikan suatu makna dan suara lainnya tidak. Dalam setiap bahasa, hanya sejumlah suara berbeda terbatas yang dapat dibuat oleh vokal manusia untuk berkontribusi dalam pembentukan makna. [54]
Suara sebagai bagian dari sistem linguistik disebut dengan fonem.[55] Fonem adalah unit abstrak dari suara, dicirikan sebagai unit terkecil dalam sebuah bahasa yang berfungsi untuk membedakan antara makna dari sepasang kata secara minimal dari kata-kata berbeda, yang disebut dengan pasangan minimum. Dalam bahasa Inggris, contohnya, kata /bat/ [bat] dan /pat/ [pat] membentuk suatu pasangan minimum, di mana perbedaan antara /b/ dan /p/ membedakan kedua kata, yang memiliki makna berbeda. Namun, setiap bahasa memperlihatkan suara dengan cara yang berbeda. Sebagai contohnya, dalam suatu bahasa yang tidak membedakan antara konsonan berbunyi dan tak berbunyi, suara [p] dan [b] akan dianggap sebuah fenom tunggal, dan akibatnya, pengucapan keduanya akan memiliki makna yang sama. Hal yang sama, pada bahasa Inggris tidak membedakan secara fonem antara pengucapan aspirasi dan non-aspirasi dari konsonan sebagai kebanyakan bahasa lain lakukan: non-aspirasi /p/ dalam /spin// spin dan aspirasi /p/ dalam /pin/ [pin] dianggap hanya sebagai cara yang berbeda dalam pengucapan fenom yang sama (variansi dari fenom tunggal disebut dengan allofon), sedangkan dalam Mandarin, perbedaan dalam pengucapan memisahkan antara kata [pʰá] "jongkok" dan pá "delapan" (aksen di atas á berarti bahwa vokal diucapkan dengan nada tinggi).[56]
Semua bahasa oral memiliki sedikitnya dua kategori fenom berbeda: harakat dan konsonan, yang dapat digabungkan menjadi suku kata.[43] Selain segmen seperti harakat dan konsonan, beberapa bahasa juga menggunakan suara dengan cara berbeda untuk menyampaikan suatu makna. Banyak bahasa, misalnya, menggunakan penekanan, aksen, durasi, dan nada untuk membedakan makna. Karena fenomena seperti ini bekerja di luar tingkat dari sebuah segmen, mereka disebut dengan suprasegmental.[57] Beberapa bahasa hanya memiliki sedikit fenom, sebagai contohnya, Rotokas dan Bahasa Piraha masing-masing dengan 11 dan 10 fenom, sementara bahasa seperti Taa bisa memiliki 141 fenom.[56] Dalam bahasa isyarat, persamaan dengan fenom (sebelumnya dikenal dengan chereme) ditentukan oleh elemen-elemn dasar dari gestur, seperti bentuk tangan, orientasi, lokasi, dan gerakan, yang berhubungan dengan kebiasaan artikulasi dalam bahasa lisan.[58]
Aksara merepresentasikan suara dari perkataan manusia menggunakan simbol visual, yang bisa atau mungkin tidak berhubungan dengan suara dari bahasa lisan. Alfabet latin (dan yang berbasis atau diturunkan darinya) adalah berbasiskan representasi dari suatu suara, sehingga kata-kata terbentuk dari huruf-huruf yang secara umum menandakan sebuah konsonan atau harakat dalam struktur dari kata. Dalam naskah suku kata, seperti naskah Inuktitut, setiap isyarat merepresentasikan seluruh suku kata. Dalam naskah logografik, setiap isyarat merepresentasikan seluruh kata,[59] dan akan secara umum tidak memiliki hubungan dengan suara dari kata dalam bahasa lisan.
Karena semua bahasa memiliki jumlah kata yang sangat banyak, tidak ada naskah logografik yang diketahui eksis. Dalam menulis, dimensi sementara saat suara dan kata mengalir pada bahasa lisan direpresentasikan secara spasial dalam bentuk direksi. Tapi direksi di mana urutan-urutan dari simbol disusun dalam menulis juga beragam, beberapa sistem penulisan menggunakan arah horizontal (kiri ke kanan pada naskah Latin atau kanan ke kiri pada naskah Arab), yang lainnya seperti tulisan tradisional Cina menggunakan dimensi vertikal (atas - bawah). Beberapa sistem penulisan menggunakan arah berlawan untuk baris-baris alternatif, dan yang lainnya, seperti naskah Maya, dapat ditulis dengan arah manapun dan menggunakan petunjuk grafis untuk memperlihatkan pada pembaca arah dari membaca.[60]
Untuk merepresentasikan suara dari bahasa-bahasa di dunia dalam penulisan, linguis telah mengembangkan International Phonetic Alphabet, dirancang untuk merepresentasikan semua suara yang berbeda yang telah diketahui untuk membantu pemaknaan dalam bahasa manusia.[61]
Tata bahasa
Tata bahasa adalah kajian bagaimana elemen-elemen makna (morfem) dalam suatu bahasa dapat digabungkan menjadi pengucapan. Morfem dapat bebas atau terikat. Jika mereka bebas berpindah dalam pengucapan, mereka biasanya disebut dengan kata, dan jika mereka terikat dengan kata atau morfem lainnya, mereka disebut dengan afiks. Bagaimana suatu elemen makna dapat digabungkan dalam suatu bahasa dikontrol oleh aturan-aturan. Aturan-aturan untuk struktur internal kata disebut dengan morfologi. Aturan-aturan dari struktur internal dari frasa dan kalimat disebut dengan sintaks.[62]
Kategori Tata bahasa
Tata bahasa dapat diartikan sebagai sebuah sistem kategori, dan suatu kumpulan aturan-aturan yang menentukan bagaimana kategori-kategori digabungkan untuk membentuk aspek-aspek makna yang berbeda.[63] Bahasa-bahasa berbeda secara luas tergantung apakah mereka dikodekan lewat penggunaan unit kategori atau leksikal. Namun, beberapa kategori sangat umum sehingga hampir universal. Beberapa kategori universal itu termasuk pengkodean relasi gramatikal dari peserta dan predikat secara tata bahasa berbeda antara relasinya terhadap predikat, pengkodean dari relasi sementara dan spasial pada predikat, dan sistem dari pelaku gramatikal mengatur acuan dan perbedaan antara pembicara dan penerima dan tentang siapa yang mereka bicarakan.[64]
Kelas-kelas kata
Bahasa mengelompokkan bagian-bagian dari pembicaraan menjadi kelas-kelas bergantung kepada fungsi dan posisi relatif terhadap bagian lainnya. Semua bahasa, misalnya, memiliki perbedaan mendasar antara sekelompok kata yang secara prototipikal mengacu pada sesuatu dan konsep dan sekelompok kata yang secara prototipikal mengacu pada aksi dan kejadian. Kelompok pertama, yang mengikutkan kata seperti "anjing" dan "lagu", biasanya disebut dengan kata benda. Kelompok kedua, yang mengikutkan kata seperti "lari" dan "menyanyi", disebut dengan kata kerja. Kategori umum lainnya adalah Kata sifat: kata-kata yang menjelaskan properti atau kualitas dari kata benda, seperti "merah" atau "besar".
Kelas-kelas kata juga memiliki fungsi berbeda dalam tata bahasa. Secara prototipe, kata kerja digunakan untuk membentuk predikat, sementara kata benda digunakan sebagai argumen dari predikat. Dalam kalimat seperti "Sally lari," predikatnya adalah "lari," karena ia merupakan kata yang menandakan keadaan tertentu tentang argumennya "Sally". Beberapa kata kerja seperti "sumpah" bisa saja memerlukan dua argumen, contohnya: "Sally menyumpahi John". Predikat yang hanya menggunakan satu argumen disebut dengan intransitif, dan predikat yang memakai dua argumen disebut dengan transitif.
Banyak kelas-kelas lain yang ada di bahasa yang berbeda, seperti konjungsi yang berguna untuk menggabungkan dua kalimat, klausa yang memperkenalkan sebuah kata benda, interjeksi seperti "agh!" atau "wow!", atau ideofon yang menirukan suara dari suatu kejadian. Beberapa bahasa memiliki posisional yang menjelaskan posisi spasial dari suatu kejadian atau entitas. Banyak bahasa memiliki penggolongan, yang mengidentifikasi sejumlah kata-benda yang yang termasuk pada tipe tertentu atau memiliki suatu bentuk tertentu. Sebagai contohnya, dalam Bahasa Jepang, penggolongan umum kata benda untuk manusia adalah nin (人), dan ia digunakan untuk menghitung manusia, apapun namanya:
- san-nin no gakusei (三人の学生) secara literal "3 manusia-penggolongan dari pelajar" — tiga pelajar
Untuk pohon, akan berbentuk:
- san-bon no ki (三本の木) secara literal "3 penggolongan-untuk-objek dari pohon-panjang" — tiga pohon;
Morfologi
Dalam linguistik, kajian mengenai struktur internal dari kata-kata kompleks, dan proses-proses di mana setiap kata dibentuk disebut morfologi. Pada kebanyakan bahasa, adalah memungkinkan untuk membentuk kata-kata kompleks yang dibentuk dari beberapa morfem. Sebagai contohnya, kata Bahasa Inggris "unexpected" dan dianalisa sebagai gabungan dari tiga morfem "un-", "expect" dan "-ed".[65]
Morfem dapat dikelompokkan berdasarkan apakah mereka morfem independen, yang disebut akar, atau apakah mereka dapat muncul terkait dengan morfem lainnya. Morfem yang terikat atau afiks dapat digolongkan menurut posisi mereka berkaitan dengan akarnya: prefiks lebih dulu dari akar, sufiks setelah akar dan infiks dimasukkan di antara akar. Afiks bertujuan untuk mengubah atau mengembangkan makna dari akar. Beberapa bahasa mengganti makna dari kata dengan mengubah struktur fonologi dari kata, contohnya, kata Inggris "run", dengan kata kerja masa lampaunya adalah "ran". Proses ini disebut dengan ablaut. Lebih lanjut, morfologi membedakan antara proses infleksi, yang mengubah atau mengembangkan kata, dan proses derivasi, yang membuat kata baru dari kata yang sudah ada. Dalam bahasa Inggris, kata kerja "sing" memiliki bentuk infleksi "singing" dan "sung", yang mana keduanya merupakan kata kerja, dan bentuk derivasi "singer", yang merupakan sebuah kata benda yang diturunkan dari kata kerja dengan sufiks agentif "-er".[66][67]
Bahasa berbeda secara luas dalam bagaimana mereka bergantung kepada proses morfologis dari formasi kata. Dalam beberapa bahasa, sebagai contohnya, Cina, tidak ada proses morfologis, dan semua informasi gramatis disandikan secara sintaks dengan membentuk pertalian dari kata-kata tunggal. Bentuk dari morfo-sintaks ini sering disebut isolasi, atau analitis, karena hampir ada suatu korepondensi penuh antara sebuah kata tunggal dan sebuah aspek tunggal dari makna. Kebanyakan bahasa memiliki kata-kata yang terdiri dari beberapa morfem, tetapi mereka beragam dalam tingkatan di mana morfem adalah unit-unit diskrit. Pada kebanyakan bahasa, secara terkenal dalam kebanyakan bahasa Indo-Eropa, morfem tunggal bisa memiliki beberapa makna berbeda yang tidak dapat dianalisis menjadi segmen-segmen kecil. Sebagai contohnya, dalam bahasa Latin kata bonus, atau bagus, terdiri dari kata akar bon- yang berarti "baik", dan sufiks -us, yang berarti gender maskulin, jumlah tunggal dan kasus nominatif. Bahasa seperti itu disebut dengan bahasa fusional, karena beberapa makna bisa digabungkan menjadi morfem tunggal. Kebalikan dari bahasa fusional adalah bahasa aglutinatif, yang membentuk kata-kata dengan menggabungkan morfem-morfem dalam satu rantai, tetapi dengan setiap morfem sebagai suatu unit diskrit semantik. Sebuah contoh dari bahasa seperti itu adalah Turki, dengan contoh kata evlerinizden, atau "dari rumah anda", terdiri dari beberapa morfem, ev-ler-iniz-den dengan arti rumah-jamak-anda-dari. Bahasa-bahasa yang bergantung kepada morfologi pada tingkat tertinggi secara tradisional disebut bahasa polisintetik. Mereka bisa mengekspresikan sebuah kalimat Bahasa Inggris secara penuh dalam satu kata tunggal. Sebagai contohnya, dalam Yupik kata tuntussuqatarniksaitengqiggtuq, yang berarti "Dia (pria) belum mengatakan lagi bahwa dia akan berburu rusa kutub.", kata tersebut terdiri dari morfem-morfem tuntu-ssur-qatar-ni-ksaite-ngqiggte-uq dengan arti, "rusa.kutub-berburu-besok-mengatakan-negasi-lagi-orang.ketiga.tunggal-indikatif", dan kecuali pada morfem tuntu ("rusa kutub"), tidak ada morfem lain yang muncul dalam isolasi.[68]
Banyak bahasa menggunakan morfologi untuk merujuk-silang kata-kata dengan sebuah kalimat. Hal ini terkadang disebut dengan kesepakatan. Contohnya, pada kebanyakan bahasa Indo-Eropa, adjektif harus merujuk-silang pada kata benda yang dirubahnya berkenaan dengan jumlah, perihal, dan gender, sehingga adjektif Latin bonus, atau "bagus", diinfleksikan sepakat dengan kata benda gender maskulin dan singular. Pada bahasa-bahasa polisintetik, kata kerja merujuk-silang subjek dan objek mereka. Dalam tipe-tipe bahasa ini, sebuah kata-kerja tunggal bisa mengikutkan informasi yang membutuhkan sebuah kalimat dalam bahasa Inggris. Sebagai contohnya, dalam Bahasa Basque frasa ikusi nauzu, atau "anda melihat saya", kata kerja bantu masa lampau n-au-zu (mirip dengan Inggris "do") sesuai dengan subjek (anda) diekspresikan dengan prefiks n, dan dengan objek (saya) diekspresikan dengan sufiks -zu. Kalimat tersebut dapat secara langsung diterjemahkan sebagai "melihat kamu-kan-saya". [69]
Sintaks
Cara lain di mana bahasa menyampaikan makna adalah lewat urutan dari kata-kata dalam sebuah kalimat. Aturan-aturan tata bahasa untuk bagaimana menghasilkan kalimat baru dari kata-kata yang telah diketahui disebut dengan sintaks. Aturan-aturan sintaks dari suatu bahasa menentukan kenapa sebuah kalimat dalam bahasa Inggris seperti "I love you" memiliki makna, tetapi "*love you I" tidak [notes 3] Aturan-aturan sintaks menentukan bagaimana urutan kata dan struktur kalimat dibatasi, dan bagaimana batasan tersebut memiliki kontribusi pada makna.[70] Contohnya dalam bahasa Inggris dua kalimat "si budak mengutuk si tuan" dan "si tuan mengutuk si budak" memiliki makna berbeda karena peran dari subjek tata-bahasa disandikan oleh kata benda di depan kata kerja, dan peran dari objek disandikan oleh kata benda yang muncul setelah kata kerja. Sebaliknya dalam Latin keduanya Dominus servos vituperabat dan Servos vituperabat dominus berarti "si tuan menegur si budak", karena servos, atau "budak", ada dalam kasus akusatif, memperlihatkan bahwa mereka adalah objek dari tata bahasa, dari kalimat dan dominus, atau "tuan", ada dalam kasus nominatif, memperlihatkan bahwa dia adalah si subjek. [71]
Latin menggunakan morfologi untuk mengekspresikan perbedaan antara subjek dan objek, sedangkan pada bahasa Inggris menggunakan urutan kata. Contoh lain bagaimana aturan-aturan sintatis memberikan makan adalah aturan pada urutan kata terbalik dalam pertanyaan yang ada di banyak bahasa. Aturan ini menjelaskan kenapa dalam bahasa Inggris, saat frasa "John is talking to Lucy" berubah menjadi sebuah pertanyaan, menjadi "Who is John talking to?", dan bukan "John is talking to who?". Contoh terakhir bisa digunakan sebagai cara untuk menempatkan empasis khusus pada who, dengan demikian sedikit mengubah makna dari pertanyaan. Sintaks juga mengikutkan aturan-aturan bagaimana kalimat-kalimat kompleks disusun dengan mengelompokan kata-kata dalam unit-unit, disebut frasa, yang dapat menempati tempat berbeda dalam suatu struktur sintaktis besar. Kalimat-kalimat dapat dijelaskan sebagai terdiri dari frasa-frasa terhubung dalam sebuah struktur pohon, menghubungkan frasa satu sama lain pada tingkatan yang berbeda.[72] Di sebelah kanan adalah suatu representasi grafik dari analisis sintaktis dari kalimat bahasa Inggris "the cat sat on the mat". Kalimat tersebut dianalisa sebagai dibentuk oleh suatu frasa kata benda, kata kerja dan frasa preposional; fase preposional lebih lanjut lagi dibagi menjadi sebuah preposisi dan sebuah frasa kata benda; dan frasa kata benda terdiri dari dari sebuah artikel dan sebuah kata benda. [73]
Alasan kenapa kalimat dapat dilihat sebagai menjadi gabungan dari frasa adalah karena setiap frasa akan bergerak sebagai sebuah elemen tunggal jika operasi sintaktis diikutkan. Contohnya, "the cat" adalah satu frasa dan "on the mat", adalah yang lainnya karena mereka akan dianggap sebagai satu unit jika sebuah pilihan telah dibuat untuk menekankan lokasi dengan pindah ke depan frasa preposisi: "[And] on the mat, the cat sat".[73] Ada banyak perbedaan pada kerangka formalis dan fungsionalis yang mengajukan teori-teori untuk menjelaskan struktur sintaktis, berdasarkan asumsi-asumsi berbeda tentang apa itu bahasa dan bagaimana ia seharusnya dijelaskan. Tiap-tiapnya akan menganalisa sebuah kalimat seperti contoh di atas dalam makna yang berbeda.[14]
Tipologi dan universal
Bahasa dapat dikelompokan menurut relasi pada tipe-tipe tata-bahasa mereka. Bahasa-bahasa yang berada pada rumpun yang berbeda terkadang memiliki fitur-fitur yang sama, dan fitur berbagi tersebut condong berhubungan.[74] Contohnya, bahasa dapat dikelompokan berdasarkan urutan kata, urutan relatif dari kata kerja, dan komponen-komponennya dalam suatu kalimat indikatif normal. Dalam bahasa Inggris, urutan dasar adalah SPK: "Ular (S) menggigit (P) orang (O)", sedangkan untuk contohnya, kalimat tersebut dalam bahasa orang Australia Gamilaraay akan menjadi "duyugu nama dayn yiːy" (Ular Orang Gigit), Subjek-Objek-Predikat. [75] Tipe urutan kata berkaitan sebagai suatu parameter tipologis, karena dasar tipe urutan kata berhubungan dengan parameter sintaktis lainnya, seperti urutan relatif dari kata benda dan adjektif, atau penggunaan preposisi atau posposisi. Korelasi seperti itu disebut implikasi universal. Contohnya, kebanyakan (tapi tidak semua) bahasa yang memiliki tipe SOP memiliki posposisi bukan preposisi, dan memiliki adjektif sebelum kata benda. [76]
Dari kajian berbagai tipe urutan kata, telah ditemukan bahwa tidak semua bahasa mengelompokan hubungan antara aktor dan aksi menjadi Subjek, Objek dan Kata Kerja, seperti dalam Bahasa Inggris. Tipe ini disebut dengan tipe nominatif-akusatif. Beberapa bahasa disebut ergatif, Gamilaraay di antaranya, membedakan antara Agen dan Pasien. Dalam klausa transitif bahasa Inggris, kedua subjek dari kalimat intransitif ("I run") dan kalimat transitif ("I love you") diperlakukan sama, diperlihatkan di sini oleh kata ganti nominatif I. Dalam bahasa-bahasa ergatif, partisipan tunggal dalam sebuah kalimat intransitif, seperti "I run", diperlakukan sama sebagai pasien dalam suatu kalimat transitif, memberikan persamaan pada "me run" dan "you love me". Hanya pada kalimat transitif persamaan kata ganti I akan digunakan.[75] Dengan cara ini aturan-aturan semantik dapat dipetakan ke relasi tata bahasa dengan cara berbeda, mengelompokan sebuah subjek intransitif baik dengan Agen (tipe akusatif) atau Pasien (tipe ergatif) atau membuat setiap dari tiga aturan tersebut secara berbeda, yang disebut tipe tripartite. [77]
Fitur-fitur berbagi bahasa yang termasuk pada tipe kelas tipologis yang sama bisa muncul secara independen. Kemunculannya mereka bisa dikarenakan hukum universal mengatur struktur dari bahasa alami, bahasa universal, atau mereka mungkin sebuah hasil dari bahasa-bahasa mengembangkan solusi-solusi konvergen terhadap permasalahan komunikatif yang muncul yang mana manusia menggunakan bahasa untuk menyelesaikannya. [15]
Konteks sosial dari penggunaan dan transmisi
Sementara manusia memiliki kemampuan untuk mempelajari bahasa apapun, mereka hanya melakukan hal tersebut jika mereka tumbuh dalam suatu lingkungan yang memiliki bahasa dan digunakan oleh yang lain. Bahasa oleh karena itu bergantung pada komunitas dari pembicara di mana anak-anak mempelajari bahasa dari orang tua dan teman, dan mereka sendiri memindahkan bahasa kepada anak mereka. Bahasa digunakan oleh mereka yang menyuarakannya untuk komunikasi dan untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial. Banyak aspek dari penggunaan bahasa dapat dilihat beradapatsi secara spesifik untuk tujuan tersebut. [15] Dikarenakan cara di mana bahasa dipindahkan antara generasi dan dalam komunitas, bahasa terus-menerus berubah, berpisah menjadi bahasa baru atau menyatu karena kontak bahasa. Prosesnya sama dengan proses pada evolusi, di mana proses dari turunana dengan modifikasi mengarah pada formasi dari suatu pohon filogenetis.[78]
Namun bahasa berbeda dengan organisme biologis di mana mereka siap menggabungkan elemen-elemen dari bahasa lain lewat proses difusi, saat pembicara dari bahasa-bahasa berbeda melakukan kontak. Manusia juga terkadang menggunakan lebih dari satu bahasa, memperoleh bahasa pertama mereka atau bahasa saat kanak-kanak, atau mempelajari bahasa baru saat mereka tumbuh. Karena meningkatnya kontak bahasa dalam dunia global, banyak bahasa-bahasa kecil menjadi langka karena si penutur berpindah ke bahasa lain yang memungkinkan mereka berpartisipasi dalam komunitas yang lebih besar dan lebih influensial. [79]
Penggunaan dan Makna
Kajian semantik dari makna mengasumsikan bahwa makna berada dalam suatu relasi antara isyarat dan makna yang secara kuat terbentuk lewat konvensi sosial. Namun, semantik tidak mempelajari bagaimana dalam konvensi sosial tersebut dibaut dan mempengaruhi bahasa. Melainkan, saat mempelajari bagaimana suatu kata dan isyarat digunakan, terkadang kata memiliki makna berbeda, bergantung kepada penggunaan pada konteks sosial. Salah satu contoh penting dari hal ini adalah proses yang disebut deixis, yang menjelaskan cara bagaimana beberapa kata mengacu kepada entitas lewat relasi mereka dalam titik-titik tertentu dalam ruang dan waktu saat kata tersebut diucapkan. Kata tersebut adalah, contohnya, kata, "Saya" (yang menunjuk pembicara), "sekarang" (yang menunjukan momen pembicaraan), dan "di sini" (yang menunjukan waktu berbicara). Isyarat juga berubah maknanya sepanjang waktu, saat konvensi mengatur penggunaannya secara bertahap berubah. Kajian tetang bagaimana makna dari ekspresi linguistik berubah bergantung konteks disebut pragmatika. Deixis adalah sebuah bagian penting dari cara kita menggunakan bahasa untuk menunjukan entitas di dunia. [80] Pragmatika bersangkutan dengan cara-cara di mana penggunaan bahasa dipolakan dan bagaimana pola-pola tersebut mempengaruhi makna. Sebagai contohnya, di semua bahasa, ekspresi linguistik dapat digunakan tidak hanya untuk memindahkan informasi, tetapi untuk melakukan aksi. Aksi-aksi tertentu hanya dibentuk lewat bahasa, tetapi memiliki efek nyata, misalnya, aksi "menamakan", yang membuat sebuah nama baru untuk beberapa entitas, atau aksi dari "menyebutkan seseorang suami dan istri", yang membuat kontrak sosial dari pernikahan. Tipe-tipe dari aksi ini disebut dengan aksi bicara, walau mereka tentu saja terbawa dalam penulisan dan isyarat tangan. [81]
Bentuk dari ekspresi linguistik tidak berhubungan dengan makna yang dimilikinya dalam suatu konteks sosial. Contohnya, jika di meja makan seseorang bertanya, "bisakah anda menjangkau garam?", hal itu, faktanya, bukanlah pertanyaan tentang panjang dari tangan teman yang diajak bicara, tetapi suatu permintaan untuk memberikan garam. Makna tersebut tersirat oleh konteks di mana ia dibicarakan; bentuk efek dari makna ini disebut implikatur konversasional. Aturan-aturan sosial tentang bagaimana penggunaan bahasa dianggap sesuai dalam situasi tertentu dan bagaimana pengucapan dapat dipahami dalam relasi terhadap konteksnya beragam dalam komunitas, dan mempelajarinya adalah suatu bagian besar dari memperoleh kompetensi komunikatif dalam sebuah bahasa. [82]
Akuisisi bahasa
Semua manusia yang sehat, berkembang secara normal, belajar menggunakan bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa atau bahasa yang ada disekitarnya: bahasa manapun yang mereka terima secara penuh selama masa kanak-kanak. Perkembangannya secara esensial sama antara anak-anak yang mempelajari bahasa isyarat atau bahasa oral. [83] Proses belajar ini dikenal dengan akuisisi bahasa pertama, karena tidak seperti pembelajaran lainnya, ia tidak membutuhkan pembelajaran langsung atau kajian secara khusus. Dalam The Descent of Man naturalis Charles Darwin menyebut proses tersebut dengan "keinginan insting untuk memperoleh suatu seni."[8]
Akuisisi bahasa pertama berlangsung regular secara bertahap, walaupun terdapat berbagai variasi dalam waktu untuk tingkatan-tingkatan tertentu di antara bayi yang berkembang secara normal. Sejak lahir, bayi merespon lebih mudah pada suara manusia daripada suara lainnya. Sekitar umur satu bulan, bayi tampak telah dapat membedakan antara suara bicara yang berbeda. Sekitar umur enam bulan, seorang anak mulai mengoceh, menghasilkan suara bicara dari bahasa yang digunakan disekitarnya. Perkataan mulai muncul pada umur 12 sampai 18 bulan; rata-rata perbendaharaan kata bayi berumur 18 bulan adalah sekitar 50 kata. Pengucapan pertama anak adalah berbentuk Holofrasa (secara harfiah "keseluruhan-kalimat"), pengucapan yang hanya menggunakan satu kata untuk mengkomunikasikan seluruh ide. Beberapa bulan setelah anak menghasilkan kata-kata, mereka akan menghasilkan pengucapan dengan dua-kata, dan dalam beberapa bulan akan mulai ber-bicara telegrafis, atau kalimat singkat yang kurang kompleks secara tata bahasa daripada orang dewasa bicara, tetapi memperlihatkan struktur sintaks reguler. Pada umur tiga sampai lima tahun, kemampuan anak untuk berbicara dan berisyarat yang halus yang hampir mirip dengan bahasa dewasa. [84]
Akuisisi dari bahasa kedua dan tambahan dapat berlangsung pada umur berapapun, lewat paparan dalam hidup sehari-hari atau lewat kursus. Anak yang mempelajari bahasa kedua lebih mungkin mendapatkan kefasihan seperti aslinya daripada orang dewasa, tetapi secara umum, sangat jarang bagi seseorang yang menggunakan bahasa kedua melewati secara penuh penutur aslinya. Perbedaan penting antara akuisisi bahasa pertama dan akuisisi bahasa tambahan adalah bahwa proses dari akuisisi bahasa tambahan dipengaruhi oleh bahasa yang si pelajar telah ketahui.
Bahasa dan kultur
Bahasa, dipahami sebagai kumpulan norma-norma perkataan dari komunitas tertentu, juga termasuk bagian dari kultur yang lebih besar dari komunitas yang menuturkannya. Bahasa tidak hanya berbeda dari segi pengucapan, kosakata, atau tata bahasa, tetapi juga berbeda dalam "kultur berbicara". Manusia menggunakan bahasa sebagai cara memberikan sinyal identitas antara grup kultur dan perbedaan dengan yang lainnya. Bahkan di antara pembicara dalam satu bahasa beberapa cara berbeda dalam menggunakan bahasa masih ada, dan setiapnya digunakan untuk memberikan sinyal pertalian antara subgrup dalam satu kultur yang besar. Linguis dan antropologis, terutama sociolinguistic, ethnolinguists dan linguistic anthropologists telah mengkhususkan mengkaji bagaimana cara berbicara bisa berbeda antara Komunitas bicara.
Linguis menggunakan istilah variasi untuk mengacu pada cara-cara berbeda dalam berbicara suatu bahasa. Istilah ini mengikutkan dialek yang secara geografi atau sosialkultural dibentuk dan juga jargon atau gaya dari subkultur. Anthropologi linguistik dan sosiologi bahasa menjelaskan gaya komunikasi sebagai cara suatu bahasa digunakan dan dipahami dalam kultur tertentu. [85]
Karena norma-norma bagi penggunaan bahasa bersama oleh anggota dari grup tertentu, gaya komunikasi juga menjadi suatu cara memperlihatkan dan membangun identitas grup. Perbedaan linguistik bisa menjadi penanda penting dari pemisahan antara kelompok-kelompok sosial, contohnya, menuturkan sebuah bahasa dengan aksen khusus bisa menyatakan keanggotaan dari sebuah etnis minoritas atau kelas sosial, wilayah asal, atau status sebagai penutur bahasa kedua. Bentuk-bentuk perbedaan ini bukan bagian dari sistem linguistik, tetapi adalah suatu bagian penting dari bagaimana pengguna bahasa menggunakan bahasa sebagai alat sosial untuk membangun kelompok. [86]
Namun, banyak bahasa juga memiliki konvensi tata bahasa yang mensinyalkan posisi sosial dari pembicara dengan relasi terhadap yang lain lewat penggunaan tingkat nama yang berkaitan dengan hierarki atau pemisahan sosial. Dalam banyak bahasa, terdapat perbedaan gaya atau bahkan tata-bahasa antara cara pria dan wanita berbicara, antara kelompok usia, atau antara kelas sosial, seperti halnya beberapa bahasa menggunakan kata-kata berbeda bergantung kepada siapa mendengarkan. Contohnya, dalam bahasa Australia Dyirbal, seorang pria yang menikah harus menggunakan sekumpulan kata-kata untuk mengacu pada benda-benda keseharian saat berbicara, bila ada ibu angkatnya.[85] Beberapa kultur, contohnya, memiliki sistem yang rumit dalam "deixis sosial", atau sistem pensinyalan jarak sosial lewat makna linguistik. [87] Dalam Bahasa Inggris, deixis sosial biasanya diperlihatkan lewat pembedaan antara mengacu beberapa orang dengan nama depan dan yang lain dengan nama keluarga, dan juga dalam gelar seperti "Nyonya.", "anak", "Doktor", atau "Yang Mulia", tetapi pada bahasa lain, sistem tersebut bisa sangat kompleks dan tersandi di seluruh tata bahasa dan kosakata dari bahasa. Misalnya, pada beberapa bahasa di Asia timur, seperti Thai, Burmese, dan Jawa, kata yang berbeda digunakan berdasarkan apakah pembicara mengacu seseorang dari tingkat tinggi atau rendah dari diri sendiri dalam sebuah sistem tingkatan dengan hewan dan anak-anak di yang paling bawah dan dewa-dewi dan anggota kerajaan sebagai yang tertinggi. [87]
Tulisan, literasi dan teknologi
Dalam sejarah sejumlah cara-cara berbeda dari merepresentasikan bahasa dalam media grafik telah ditemukan. Hal ini disebut sistem tulis.
Penggunaan tulisan telah membuat bahasa lebih berguna bagi manusia. Ia membuat kita bisa menyimpan sejumlah besar informasi di luar tubuh manusia dan menerimanya kembali, dan ia membolehkan komunikasi antarjarak yang sebelumnya tidak mungkin. Banyak bahasa secara konvensional menggunakan jenis-jenis berbeda, gaya, dan tingkat nada dalam bahasa tulisan dan lisan, dan dalam beberapa komunitas, tulisan secara tradisional mengambil tempat bahasa yang berbeda daripada yang diucapkan. Ada beberapa bukti bahwa penggunaan tulisan juga memiliki efek pada perkembangan kognitif pada manusia, mungkin karena mempelajari literasi secara umum membutuhkan pendidikan eksplisit dan pendidikan formal. [88]
Penemuan sistem tulis pertama secara kasar bersamaan dengan permulaan dari Zaman Perunggu pada akhir periode Neolitik dari akhir 4 milenia SM. naskah cuneiform Sumeria purba dan Hiroglif Mesir secara umum dianggap sistem tulis paling awal, keduanya muncul dari sistem simbol proto-literasi nenek moyang dari 3400-3200 SM dengan tulisan koheren paling awal sekitar 2600 SM. Secara umum disetujui bahwa tulisan Sumeria adalah suatu penemuan independen; namun, diperdebatkan apakah tulisan orang Mesir dikembangkan penuh secara independen oleh orang Sumeria, atau karena difusi kultural. Debat yang sama juga ada pada naskah China, yang dibuat sekitar 1200 SM. Sistem tulis Mesoamerika pra-Kolombia (termasuk di antaranya Olmec dan Naskah Maya) secara umum dipercaya memiliki asal mula yang independen. [60]
Perubahan Bahasa
Semua bahasa berubah saat pembicara mengadopsi atau menemukan cara baru berbicara dan menyampaikannya ke anggota lain dari komunitas berbicara mereka. Perubahan bahasa terjadi pada semua tingkat dari tingkat fonologis sampai pada tingkat kosa kata, morfologi, sintaks, dan diskursus. Walaupun perubahan bahasa terkadang pada awalnya dinilai negatif oleh pembicara dari bahasa tersebut yang sering menganggap perubahan menjadi "merusak" atau sebagai suatu tanda penggunaan bahasa yang salah dari normal, hal tersebut adalah alami dan tidak terelakkan. [89][90]
Perubahan bisa mempengaruhi suara-suara tertentu atau seluruh sistem fonologis. Perubahan suara bisa terdiri dari penggantian dari suatu suara atau fitur fonetik oleh yang lain, hilang sepenuhnya suara yang dipengaruhi, atau bahkan munculnya suara baru di tempat yang tadinya tidak ada. Perubahan suara dapat dikondisikan di mana suatu suara berubah hanya jika ia terjadi dalam daerah sekitar dari suara-suara tertentu lainnya. Perubahan suara biasanya dianggap biasa, yang berarti ia diharapkan untuk diterapkan secara mekanis saat kondisi strukturalnya sesuai, terlepas dari faktor-faktor non-fonologis. Di sisi lain, perubahan suara terkadang sporadik, mempengaruhi hanya satu kata tertentu atau beberapa kata, tanpa ada kesamaan yang tampak. Terkadang sebuah perubahan sederhana memicu suatu rantai pergeseran di mana seluruh sistem fonologis terpengaruhi. Hal ini terjadi pada Bahasa Germanic saat perubahan suara yang dikenal dengan Hukum Grimm mempengaruhi semua stop konsonan dalam sistem. Konsonan asli *bʰ menjadi /b/ dalam bahasa Jerman, yang sebelumnya *b berubah menjadi /p/ dan *p sebelumnya berubah menjadi /f/. Proses yang sama berlaku untuk semua stop konsonan dan menjelaskan kenapa Bahasa Italic seperti Latin memiliki p dalam kata seperti pater dan pisces, sementara bahasa Germanic, seperti Inggris, memiliki fater dan fish. [91]
Contoh lainnya adalah Pergeseran harakat besar dalam bahasa Inggris, yang merupakan alasan kenapa pengejaan harakat Inggris tidak berhubungan dengan pengucapannya sekarang. Hal ini karena pergeseran harakat membawa ortografi yang telah mapan keluar dari sinkronisasi dengan pengucapannya. Sumber lain dari perubahan suara adalah erosi dari kata-kata saat pengucapan secara bertahap menjadi semakin tidak berbeda, dan mempersingkat kata, menghilangkan silabel-silabel atau suara. Perubahan jenis ini menyebabkan Latin mea domina menjadi Perancis madame]] dan Inggris Amerika ma'am. [92]
Perubahan juga terjadi dalam tata bahasa dari bahasa pada pola-pola diskursus seperti idiom atau konstruksi tertentu menjadi gramatikalisasi. Hal ini sering terjadi saat kata atau morfem aus dan sistem gramatis secara tidak sadar menyusun ulang untuk mengganti elemen yang hilang. Sebagai contoh, dalam beberapa ragam dari Spanyol Carribean akhiran /s/ telah menghilang. Karena Standar Spanyol menggunakan akhiran /s/ dalam morfem menandakan orang kedua subjek "anda" pada kata kerja, variasi Carribean sekarang harus mengekspresikan orang kedua menggunaan kata ganti tú. Hal ini berarti kalimat "Nama anda siapa" adalah ¿como te llamas? ['komo te 'jamas] di Standar Spanyol, tetapi ['komo 'tu te 'jama] di Spanyol Carribean. Perubahan suara sederhana telah mempengaruhi morfologi dan sintaks. [93] Penyebab utama lainnya dari perubahan tata-bahasa adalah kebakuan bertahap dari idiom-idiom menjadi bentuk-bentuk tata-bahasa baru, contohnya cara dalam bahasa Inggris konstruksi "going to" hilang aspek penggunaannya dan dalam suatu variasi bahasa Inggris hampir menjadi kalimat baku masa depan (yaitu I'm gonna).
Perubahan bahasa bisa disebabkan oleh faktor-faktor "internal bahasa", seperti perubahan dalam pengucapan dimotivasi oleh suara-suara tertentu sangat susah untuk dibedakan secara audio atau untuk diucapkan, atau karena pola-pola tertentu dari perubahan yang menyebabkan tipe-tipe langka tertentu dari konstruksi menjadi bergeser ke arah tipe-tipe yang lebih umum. [94] Penyebab lain dari perubahan bahasa adalah sosial, seperti saat pengucapan tertentu menjadi bersifat lambang dari keanggotan dalam kelompok tertentu, seperti kelas-kelas sosial, atau dengan ideologi-ideologi, dan oleh karenanya diadopsi oleh mereka yang ingin diidentifikasi dengan kelompok atau ide tersebut. Dengan cara ini, permasalahan identitas dan politik bisa memiliki efek mendalam dalam struktur bahasa. [95]
Kontak bahasa
Salah satu sumber penting dari perubahan bahasa adalah kontak antara bahasa-bahasa berbeda dan menghasilkan difusi dari sifat-sifat linguistik antara bahasa. Kontak bahasa terjadi saat pembicara dari dua atau lebih bahasa atau variasi berinteraksi secara regular. [96] Multilingualisme mungkin telah menjadi hal yang normal dalam sejarah manusia, dan sekarang kebanyakan manusia di dunia adalah multilingual. Sebelum munculnya konsep negara ethno-nasional, monolingualisme dikarakterkan umumnya dari populasi yang menghuni pulau-pulau kecil. Tapi dengan ideologi yang membuat satu masyarakat, satu negara, dan satu bahasa perubahan politik yang diinginkan, monolingualisme mulai menyebar lewat dunia. Namun, hanya ada sekitar 250 negara di dunia bersamaan dengan sekitar 6000 bahasa, yang berarti bahwa kebanyakan negara adalah multilingual dan kebanyakan bahasa maka ada karena kontak dekat dengan bahasa lainnya. [97]
Saat pembicara dari bahasa berbeda berinteraksi secara dekat, bahasa mereka biasanya mempengaruhi satu sama lain. Selama kontak bahasa terjaga terus-menerus selama periode waktu yang lama, sifat-sifat linguistik bergabung antara bahasa, dan bahasa-bahasa yang tadinya dari rumpun yang berbeda bisa menyatu menjadi lebih mirip. Dalam wilayah di mana banyak bahasa berada pada kontak dekat, hal ini bisa mengarah pada formasi dari Wilayah bahasa di mana bahasa yang tidak berhubungan berbagi sejumlah fitur-fitur linguistik. Jumlah dari wilayah bahasa telah dicatat, di antaranya, Wilayah bahasa Balkan, Wilayah bahasa Mesoamerika, dan Wilayah bahasa Ethiopia. Juga, wilayah besar seperti Asia Selatan, Eropa, dan Asia Tenggara terkadang dianggap wilayah bahasa, karena persebaran difusi dari fitur areal tertentu. [98][99]
Kontak bahasa juga bisa menyebabkan suatu variasi dari fenomena linguistik lain, termasuk konvergensi bahasa, pinjaman, dan releksifikasi (penggantian dari kosa kata asli dengan bahasa lain). Dalam situasi ekstrem dan kontak bahasa yang terus-menerus, ia bisa menyebabkan pada formasi dari bahasa campuran baru yang tidak dapat dianggap termasuk pada satu rummpun bahasa. Salah satu tipe dari bahasa campuran disebut pijin terjadi saat pembicara dewasas dari dua bahasa berbeda berinteraksi secara teratur, tetapi dalam suatu situasi di mana tidak ada kelompok yang belajar untuk berbicara bahasa dari kelompok lainnya secara fasih. Pada kasus ini, mereka terkadang akan membentuk suatu bentuk komunikasi yang memiliki sifat-sifat dari kedua bahasa, tetapi dengan tata-bahasa dan struktur fonologis yang disederhanakan. Bahasa tersebut muncul umumnya terdiri dari kategori-kategori tata-bahasa dan fonologis seperti orang yang memiliki bahasa lain sebagai bahasa pertamanya. Tapi jika sebuah bahasa Pijin menjadi bahasa utama dari suatu komunitas, maka nantinya anak-naka mereka akan tumbuh mempelajari pijin sebagai bahasa pertama mereka. Saat generasi dari anak-anak tersebut tumbuh, pijin terkadang akan tampak berubah strukturnya dan memperoleh tingkat kompleksitas yang tinggi. Tipe bahasa ini disebut dengan bahasa kreol. Contoh dari bahasa campuran adalah Tok Pisin, bahasa resmi dari Papua New-Guinea, yang awalnya muncul sebagai Pijin berdasarkan bahasa Inggris dan Bahasa Austronesian; contoh lainnya yaitu Kreyòl ayisyen, bahasa kreol berbasiskan Perancis yang digunakan di Haiti, dan Michif, bahasa campuran di Kanada, berdasarkan pada bahasa Natif Amerika Cree dan Perancis. [100] [101]
Keberagaman linguistik
Bahasa | Penutur asli (dalam jutaan)[102] |
---|---|
Mandarin | 845 |
Spanyol | 329[notes 4] |
Inggris | 328 |
Bahasa Arab | 221 |
Hindi | 182 |
Bengali | 181 |
Portugis | 178 |
Rusia | 144 |
Jepang | 122 |
Jerman | 90,3 |
"Bahasa hidup" sederhananya adalah bahasa yang secara luas digunakan sebagai bentuk komunikasi utama oleh kelompok tertentu dari masyarakat. Jumlah pasti dari bahasa hidup beragam dari 6.000 sampai 7.000, bergantung kepada presisi dari definisi seseorang tentang "bahasa", dan terutama, tentang bagaimana seseorang membedakan antara bahasa dan dialek. Pada tahun 2009, SIL ethnologue mengkatalogkan 6909 bahasa hidup manusia.[102] Ethnologue mendirikan grup linguistik untuk mempelajari kejelasan mutual, dan makanya terkadang mengikutkan lebih banyak kategori-kategori daripada klasifikasi konservatif. Sebagai contohnya, Bahasa Denmark yang banyak ahli menganggap sebagai bahasa tunggal dengan beberapa dialek, dikelompokkan sebagai dua bahasa berbeda (Danish dan Jutish) oleh Ethnologue. [102]
Ethnologue terkadang juga dikritik karena menggunakan data kumulatif yang dikumpulkan selama beberapa dekade, yang berarti bahwa jumlah pasti dari penutur seringkali kedaluwarsa, dan beberapa bahasa diklasifikasikan sebagai hidup mungkin telah menjadi punah. Menurut Ethnologue, 389 (atau hampir 6%) bahasa memiliki lebih dari sejuta penutur. Bahasa-bahasa tersebut bersama mencatat sekitar 94% dari populasi dunia, sebaliknya 94% dari bahasa dunia digunakan oleh 6% dari populasi golbal. Di sebelah kanan adalah tabel dari 10 bahasa paling banyak dituturkan didunia dengan populasi diestimasi dari Ethnologue (perhitungan tahun 2009).[102]
Bahasa dan dialek
Tidak ada perbedaan jelas antara sebuah bahasa dan sebuah dialek, meskpun sebuah aforisme terkenal diatribusikan pada linguis Max Weinreich bahwa "sebuah bahasa adalah sebuah dialek dengan angkatan darat dan angkatan laut". [103] Contohnya, perbatasan negara seringkali menimpa perbedaan linguistik dalam menentukan apakah dua ragam linguistik adalah bahasa atau dialek. Bahasa Kanton dan Bahasa Mandarin, sebagai contohnya, sering dikelompokkan sebagai "dialek" dari Cina, walaupun mereka lebih berbeda satu sama lain daripada Bahasa Swedia adalah dari Bahasa Norwegia. Sebelum perang sipil Yugoslavia, Bahasa Serbia-Kroasia dianggap sebuah bahasa tunggal dengan dua dialek, tetapi sekarang Bahasa Kroasia dan Bahasa Serbia dianggap bahasa berbeda, dan menggunakan sistem tulis yang berbeda. Dengan kata lain, perbedaannya bisa saja tergantung pada pertimbangan politik seperti halnya pada perbedaan kultural, perbedaan sistem tulis, atau tingkat dari Kejelasan mutual. [104]
Rumpun bahasa di Dunia
Bahasa-bahasa di dunia dapat dikelompokan menjadi rumpun bahasa mencakup bahasa-bahasa yang dapat diperlihat memiliki leluhur yang sama. Linguis saat ini mengenali ratusan rumpun bahasa, walau beberapa dari mereka dapat dikelompokan menjadi unit lebih besar bila lebih banyak bukti di dapat dan dipelajari lebih dalam. Saat sekarang ada lusinan bahasa terisolasi: bahasa yang tidak dapat diperlihatkan berelasi dengan bahasa lain di dunia. Di antaranya adlah Basque, dituturkan di Eropa, Zuni di New Mexico, P'urhépecha di Mexico, Ainu di Jepang, Burushaski di Pakistan dan banyak lainnya.
Rumpun bahasa di dunia yang memiliki jumlah penutur paling banyak adalah Bahasa Indo-Eropa, dituturkan oleh 46% dari populasi dunia. Rumpun ini mengikutkan bahasa utama dunia seperti Inggris, Bahasa Spanyol, Bahasa Rusia, dan Hindustani (Hindi / Urdu). Rumpun bahasa Indo-Eropa mencapai pemerataan pertama selama Periode Migrasi Eurasia (400-800 M), dan diteruskan lewat ekspansi kolonial Eropa, yang membawa bahasa Indo-Eropa ke posisi dominan secara politik dan terkadang jumlah di Amerika dan sebagian Afrika. Bahasa Sino-Tibetan dituturkan oleh 21% populasi dunia dan mengikutkan banyak bahasa dari Asia Timur, termasuk Cina Mandarin, Bahasa Kanton, dan ratusan bahasa-bahasa kecil.
Afrika adalah rumah bagi sejumlah besar rumpun bahasa, yang terbesar yaitu rumpun bahasa Niger-Kongo, yang mengikutkan bahasa seperti Bahasa Swahili, Bahasa Shona, dan Bahasa Yoruba. Penutur dari bahasa Niger-Kongo terhitung 6,4% dari populasi dunia. Jumlah orang yang sama juga menuturkan Bahasa Afroasiatik, yang mengikutkan Bahasa Semitik seperti Bahasa Arab, Bahasa Hebrew, dan bahasa-bahasa di wilayah Sahara, seperti Bahasa Berber dan Bahasa Hausa.
Bahasa Austronesian dituturkan oleh 5,9% populasi dunia dan membentang dari Madagaskar sampai Asia Tenggara Laut mencapai Oseania. Ia mengikutkan beberapa bahasa seperti Bahasa Malagsy, Bahasa Maori, Bahasa Samoan, dan banyak bahasa pribumi di Indonesia dan Taiwan. Bahasa Austronesian dianggap berasal dari Taiwan sekitar 3000 SM. dan tersebar lewat wilayah Oseanik lewat perpindahan-pulau, berdasarkan pada kemajuan teknologi kelautan. Rumpun bahasa padat lainnya adalah Bahasa Dravidian dari Asia Selatan (di antaranya Bahasa Tamil dan Bahasa Telugu), Bahasa Turkic dari Asia Tengah (seperti Bahasa Turki), Austroasiatic (di antaranya Khmer), dan Bahasa Tai-Kadai dari Asia Tenggara (termasuk Bahasa Thai). [105]
Area di dunia yang memiliki keberagaman linguistik tertinggi, seperti Amerika, Papua New Guinea, Afrika Barat, dan Asia-Selatan, memiliki ratusan rumpun bahasa kecil. Di Amerika, beberapa rumpun bahasa besar termasuk Bahasa Quechumaran, Bahasa Arawak, dan rumpun Bahasa Tupi-Guarani dari Amerika Selatan, Bahasa Uto-Aztecan, Bahasa Oto-Manguean, dan Bahasa Mayan dari Mesoamerica, dan Bahasa Na-Dene dan Bahasa Algonquian rumpun bahasa dari Amerika Utara. Di Australia, kebanyakan bahasa pribumi termasuk pada rumpun Bahasa Pama-Nyungan, walaupun Papua-New Guinea adalah rumah bagi sejumlah besar rumpun bahasa kecil dan terisolasi, sebagaimana juga sejumlah bahasa Austronesian.
Kepunahan bahasa
Hampir punahnya bahasa terjadi bila sebuah bahasa berada pada risiko tidak digunakan lagi bila penuturnya meninggal atau bergeser menggunakan bahasa lain. Bahasa hilang terjadi saat bahasa tersebut tidak memiliki penutur asli, dan menjadi sebuah bahasa mati. Jika kemudian tidak ada lagi yang menuturkan bahasa tersebut, ia menjadi bahasa punah. Walau bahasa selalu menjadi punah selama sejarah manusia, sekarang mereka menghilang dengan laju semakin cepat dikarenakan proses-proses dari globalisasi dan neo-kolonialisme, di mana bahasa dengan kekuatan ekonomi mendominasi bahasa lainnya. [1]
Semakin bahasa yang secara umum dituturkan mendominasi bahasa yang jarang dituturkan dan maka, bahasa yang jarang dituturkan nantinya akan menghilang dari populasi. Jumlah total dari bahasa di dunia tidak diketahui. Estimasinya beragam bergantung kepada banyak faktor. Konsensusnya adalah sekitar 6.000 [2] dan 7.000 bahasa yang sekarang dituturkan, dan antara 50-90% dari mereka akan menjadi punah pada tahun 2100. [1] 20 Bahasa teratas dituturkan oleh lebih dari 50 juta penutur masing-masingnya, dituturkan oleh 50% populasi dunia, walaupun banyak dari bahasa-bahasa lain yang dituturkan oleh komunitas yang lebih kecil, kebanyakan mereka kurang dari 10.000 penutur. [1]
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization bergerak dengan lima tingkat dari bahasa yang terancam punah: "aman", "rentan" (tidak dituturkan oleh anak di luar rumah), "pasti punah" (tidak dituturkan oleh anak), "punah parah" (hanya dituturkan oleh generasi tua), dan "langka kritis" (dituturkan oleh beberapa anggota dari generasi tua, terkadang semi-tutur). Meskipun klaim bahwa dunia akan lebih baik bila semuanya menggunakan sebuah bahasa utama lingua franca, seperti bahasa Inggris atau Esperanto, ada suatu konsensus bahwa hilangnya bahasa melukai keberagaman kultural dari dunia. Adalah kepercayaan umum, merujuk kembali pada narasi alkitab dari Menara babel bahwa keberagaman bahasa menyebabkan konflik politik, [24] tapi kepercayaan ini kontradiksi dengan fakta bahwa banyak episode-episode kekerasan utama dunia terjadi di situasi dengan keberagaman linguistik yang rendah seperti Yugoslavia dan Perang Sipil Amerika, atau genosida oleh Jerman Nazi dan Rwanda, meskipun kebanyakan unit-unit politik yang stabil telah sangat multilingual. [106]
Banyak proyek-proyek sedang berjalan bertujuan untuk membantu mencegah atau memperlambat kehilangan tersebut dengan merevitalisasi bahasa yang terancam penuh, dan mempromosikan edukasi, dan literasi terhadap bahasa-bahasa minoritas. Di seluruh dunia banyak negara telah memberlakukan perundang-undangan tertentu yang ditujukan untuk melindungi, dan menstabilkan bahasa pribumi dari komunitas bahasa. Minoritas linguis telah berargumen bahwa kehilangan bahasa adalah proses alami yang seharusnya tidak dinetralisir, dan dengan mendokumentasikan bahasa yang terancam punah demi keturunan sudah cukup. [107]
Lihat pula
- Ethnologue - daftar bahasa-bahasa, lokasi, populasi, dan pertalian genetis
- Ringkasan linguistik
- Ringkasan tentang linguistik
- Daftar regulator bahasa
- Daftar Bahasa
- Daftar bahasa menurut rumpun bahasa
- Daftar bahasa resmi
- Permasalahan bahasa agama
- Bahasa buatan
- International Auxiliary Language
- Esai adalah suatu tulisan yang menggambarkan opini penulis tentang subjek tertentu yang coba dinilainya.
- Tata bahasa adalah ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah yang mengatur penggunaan bahasa.
- Wicara
- Pidato
Referensi
- ^ a b c d Austin & Sallabank (2011)
- ^ a b Moseley (2010)
- ^ "language". The American Heritage Dictionary of the English Language (edisi ke-3rd). Boston: Houghton Mifflin Company. 1992.
- ^ Lyons (1981)
- ^ Lyons (1981)
- ^ Trask (2007):129–31
- ^ Hauser & Fitch (2003)
- ^ a b c Pinker (1994)
- ^ Trask 2007, hlm. 93.
- ^ a b Saussure (1983)
- ^ Campbell (2001)
- ^ Chomsky (1957)
- ^ Trask (2007)
- ^ a b c d Newmeyer (1998)
- ^ a b c Evans & Levinson (2009)
- ^ Van Valin (2001)
- ^ Hockett (1960); Deacon (1997)
- ^ a b Trask (1999):1–5
- ^ Trask (1999)
- ^ a b Tomasello (2008)
- ^ a b Deacon (1997)
- ^ Hauser, Chomsky & Fitch (2002)
- ^ Trask (2007)
- ^ a b Haugen (1973)
- ^ Ulbaek (1998)
- ^ a b Chomsky 2000, hlm. 4.
- ^ Fitch 2010, hlm. 466-507.
- ^ Fitch 2010, hlm. 250-92.
- ^ Foley 1997, hlm. 70-74.
- ^ Fitch 2010, hlm. 292-3.
- ^ Campbell (2001)
- ^ Bloomfield 1914, hlm. 310
- ^ Clarke (1990):143–144
- ^ Foley (1997)
- ^ Croft & Cruse (2004):1
- ^ Trask (1999)
- ^ Fisher, Lai & Monaco (2003)
- ^ a b Lesser (1989)
- ^ Trask (1999)
- ^ Trask (1999)
- ^ Sandler & Lillo-Martin (2001)
- ^ MacMahon (1989)
- ^ a b c d MacMahon (1989)
- ^ a b International Phonetic Association (1999)
- ^ MacMahon (1989)
- ^ MacMahon (1989)
- ^ Ladefoged & Maddieson (1996)
- ^ a b Lyons (1981)
- ^ Trask (1999)
- ^ Lyons (1981)
- ^ Levinson (1983)
- ^ Goldsmith (1995)
- ^ International Phonetic Association (1999)
- ^ Ladefoged & Maddieson (1996)
- ^ International Phonetic Association (1999)
- ^ a b Trask (2007)
- ^ International Phonetic Association (1999)
- ^ Sandler & Lillo-Martin (2001)
- ^ Trask (2007)
- ^ a b Coulmas (2002)
- ^ Trask (2007)
- ^ Lyons (1981)
- ^ Allerton (1989)
- ^ Payne (1997)
- ^ Aronoff & Fudeman (2011)
- ^ Bauer (2003)
- ^ Haspelmath (2002)
- ^ Payne (1997)
- ^ Trask (2007)
- ^ Baker (2001)
- ^ Trask (2007)
- ^ Baker (2001)
- ^ a b Trask (2007)
- ^ Nichols (1992);Comrie (1989)
- ^ a b Croft (2001)
- ^ Greenberg (1966)
- ^ Croft (2001)
- ^ Campbell (2004)
- ^ Austin & Sallabank (2011)
- ^ Levinson (1983)
- ^ Levinson (1983)
- ^ Levinson (1983)
- ^ Bonvillian, John D. (December 1983). "Developmental milestones: Sign language acquisition and motor development". Child Development. 54 (6): 1435–1445.
- ^ O'Grady, William; Cho, Sook Whan (2001). "First language acquisition". Contemporary Linguistics: An Introduction (edisi ke-fourth). Boston: Bedford St. Martin's.
- ^ a b Foley (1997)
- ^ Agha (2006)
- ^ a b Foley (1997)
- ^ Olson (1996)
- ^ Aitchison (2001)
- ^ Trask (1999)
- ^ Clackson (2007)
- ^ Aitchison (2001)
- ^ Zentella (2002)
- ^ Labov (1994)
- ^ Labov (2001)
- ^ Thomason (2001)
- ^ Romaine (2001)
- ^ Campbell (2002)
- ^ Aikhenvald (2001)
- ^ Thomason & Kaufman (1988); Thomason (2001)
- ^ Matras & Bakker (2003)
- ^ a b c d Lewis (2009)
- ^ Rickerson, E.M. "What's the difference between dialect and language?". The Five Minute Linguist. College of Charleston. Diakses tanggal 17 July 2011.
- ^ Lyons (1981)
- ^ Katzner (1999); Comrie (2009); Brown & Ogilvie (2008)
- ^ Austin & Sallabank (2011)
- ^ Ladefoged (1992)
Bacaan lanjutan
- ^ Koko si gorila dilaporkan menggunakan sebanyak 1000 kata dalam bentuk Bahasa Isyarat Amerika, dan memahami sebanyak 2000 kata dalam bahasa Inggris. Ada beberapa keraguan tentang apakah dia menggunakan isyarat berdasarkan pemahaman yang kompleks atau sederhana hanya karena pengkondisian. (Candland (1993)).
- ^ "Tata bahasa fungsional menganalisa struktur tata-bahasa, seperti halnya tata-bahasa formal dan struktural; tetapi ia juga menganalisa keseluruhan situasi komunikatif: tujuan dari pembicaraan, pembicaranya, konteks diskursusnya. Fungsionalis mempertahankan motif situasi komunikatif, batasan, penjelasan, atau sebaliknya menentukan struktur tata-bahasa, dan bahwa pendekatan struktural atau formal tidak hanya terbatas pada basis data yang secara artifisial membatasi, tetapi ketidakcukupannya bahkan sebagai suatu catatan struktural. Tata bahasa fungsional, maka, berbeda dari tata bahasa formal dan struktural di mana ia bermaksud tidak untuk memodelkan tetapi untuk menjelaskan; dan penjelasannya didasarkan pada situasi komunikatif." (Nichols (1984))
- ^ Prefiks asterisk * secara konvensi mengindikasikan bahwa kalimat tersebut tidak memiliki tata-bahasa, yaitu tidak benar secara sintaks
- ^ Perhitungan Ethnologue didasarkan pada jumlah sebelum 1995. Perhitungan yang terbaru adalah 420 juta ("Primer estudio conjunto del Instituto Cervantes y el British Council sobre el peso internacional del español y del inglés". Instituto Cervantes (www.cervantes.es).)
- Agha, Agha (2006). Language and Social Relations. Cambridge University Press.
- Aikhenvald, Alexandra (2001). "Introduction". Dalam Alexandra Y. Aikhenvald; R. M. W. Dixon. Areal diffusion and genetic inheritance: problems in comparative linguistics. Oxford: Oxford University Press. hlm. 1–26.
- Aitchison, Jean (2001). Language Change: Progress or Decay? (edisi ke-3rd (1st edition 1981)). Cambridge, New York, Melbourne: Cambridge University Press.
- Allerton, D. J. (1989). "Language as Form and Pattern: Grammar and its Categories". Dalam Collinge, N.E. An Encyclopedia of Language. London:NewYork: Routledge.
- Aronoff, Mark; Fudeman, Kirsten (2011). What is Morphology. John Wiley & Sons.
- Austin, Peter K; Sallabank, Julia (2011). "Introduction". Dalam Austin, Peter K; Sallabank, Julia. Cambridge Handbook of Endangered Languages. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-88215-6.
- Baker, Mark C. (2001). "Syntax". Dalam Mark Aronoff; Janie Rees-Miller. The Handbook of Linguistics. Blackwell. hlm. 265–295.
- Bauer, Laurie (2003). Introducing linguistic morphology (edisi ke-2nd). Washington, D.C.: Georgetown University Press. ISBN 0-87840-343-4.
- Bloomfield, Leonard (1914). An introduction to the study of language. New York: Henry Holt and Company.
- Brown, Keith; Ogilvie, Sarah, ed. (2008). Concise Encyclopedia of Languages of the World. Elsevier Science. ISBN 0-08-087774-5.
- Clackson, James (2007). Indo-European Linguistics: An Introduction. Cambridge University press.
- Campbell, Lyle (2002). "Areal linguistics". Dalam Bernard Comrie, Neil J. Smelser and Paul B. Balte. International Encyclopedia of Social and Behavioral Sciences. Oxford: Pergamon. hlm. 729–733.
- Campbell, Lyle (2004). Historical Linguistics: an Introduction (edisi ke-2nd). Edinburgh and Cambridge, MA: Edinburgh University Press and MIT Press.
- Campbell, Lyle (2001). "The History of Linguistics". Dalam Mark Aronoff; Janie Rees-Miller. The Handbook of Linguistics. Blackwell. hlm. 81–105.
- Candland, Douglas Keith (1993). Feral Children and Clever Animals: Reflections on Human Nature. Oxford University Press US. hlm. 293–301. ISBN 0-19-510284-3.
- Chomsky, Noam (1957). Syntactic Structures. The Hague: Mouton.
- Chomsky, Noam (2000). The Architecture of Language. Oxford: Oxford University Press.
- Clarke, David S. (1990). Sources of semiotic: readings with commentary from antiquity to the present. Carbondale: Southern Illinois University Press.
- Comrie, Bernard (1989). Language universals and linguistic typology: Syntax and morphology (edisi ke-2nd). Oxford: Blackwell. ISBN 0-226-11433-3.
- Comrie, Bernard, ed. (2009). The World's Major Languages. New York: Routledge. ISBN 978-0-415-35339-7.
- Coulmas, Florian (2002). Writing Systems: An Introduction to Their Linguistic Analysis. Cambridge University Press.
- Croft, William; Cruse, D. Alan (2004). Cognitive Linguistics. Cambridge: Cambridge University Press.
- Croft, William (2001). "Typology". Dalam Mark Aronoff; Janie Rees-Miller. The Handbook of Linguistics. Blackwell. hlm. 81–105.
- Crystal, David (1997). The Cambridge Encyclopedia of Language. Cambridge: Cambridge University Press.
- Deacon, Terrence (1997). The Symbolic Species: The Co-evolution of Language and the Brain. New York: W.W. Norton & Company. ISBN 978-0-393-31754-1.
- Duranti, Alessandro (2003). "Language as Culture in U.S. Anthropology: Three Paradigms". Current Anthropology. 44 (3): 323–348.
- Evans, Nicholas; Levinson, Stephen C. (2009). "The myth of language universals: Language diversity and its importance for cognitive science". 32 (5). Behavioral and Brain Sciences: 429–492.
- Fisher, Simon E.; Lai, Cecilia S.L.; Monaco, Anthony P. (2003). "Deciphering the Genetic Basis of Speech and Language Disorders". Annual Review of Neuroscience. 26: 57–80. doi:10.1146/annurev.neuro.26.041002.131144. PMID 12524432.
- Fitch, W. Tecumseh (2010). The Evolution of Language. Cambridge: Cambridge University Press.
- Foley, William A. (1997). Anthropological Linguistics: An Introduction. Blackwell.
- Goldsmith, John A (1995). "Phonological Theory". Dalam John A. Goldsmith. The Handbook of Phonological Theory. Blackwell Handbooks in Linguistics. Blackwell Publishers. ISBN 1-4051-5768-2.
- Greenberg, Joseph (1966). Language Universals: With Special Reference to Feature Hierarchies. The Hague: Mouton & Co.
- Haspelmath, Martin (2002). Understanding morphology. London: Arnold, Oxford University Press. (pbk)
- Haugen, Einar (1973). "The Curse of Babel". Daedalus. 102 (3, Language as a Human Problem): 47–57.
- Hauser, Marc D.; Chomsky, Noam; Fitch, W. Tecumseh (2002). "The Faculty of Language: What Is It, Who Has It, and How Did It Evolve?". Science 22. 298 (5598): 1569–1579.
- Hauser, Marc D.; Fitch, W. Tecumseh (2003). "What are the uniquely human components of the language faculty?". Dalam M.H. Christiansen and S. Kirby. Language Evolution: The States of the Art. Oxford University Press.
- Hockett, Charles F. (1960). "Logical considerations in the study of animal communication". Dalam W.E. Lanyon; W.N. Tavolga. Animals sounds and animal communication. hlm. 392–430.
- International Phonetic Association (1999). Handbook of the International Phonetic Association: A guide to the use of the International Phonetic Alphabet. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0-521-65236-7.
- Katzner, K (1999). The Languages of the World. New York: Routledge.
- Labov, William (1994). Principles of Linguistic Change vol.I Internal Factors. Blackwell.
- Labov, William (2001). Principles of Linguistic Change vol.II Social Factors. Blackwell.
- Ladefoged, Peter (1992). "Another view of endangered languages". Language. 68 (4): 809–811.
- Ladefoged, Ian; Maddieson (1996). The sounds of the world's languages. Oxford: Blackwell. hlm. 329–330. ISBN 0-631-19815-6.
- Lesser, Ruth (1989). "Language in the Brain: Neurolinguistics". Dalam Collinge, N.E. An Encyclopedia of Language. London:NewYork: Routledge.
- Levinson, Stephen C. (1983). Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press.
- Lewis, M. Paul (ed.) (2009). "Ethnologue: Languages of the World, Sixteenth edition". Dallas, Tex.: SIL International.
- Lyons, John (1981). Language and Linguistics. Cambridge University Press. ISBN 0-521-29775-3.
- MacMahon, M.K.C. (1989). "Language as available sound:Phonetics". Dalam Collinge, N.E. An Encyclopedia of Language. London:NewYork: Routledge.
- Matras, Yaron; Bakker, Peter, ed. (2003). The Mixed Language Debate: Theoretical and Empirical Advances. Berlin: Walter de Gruyter. ISBN 3-11-017776-5.
- Moseley, Christopher, ed. (2010). Atlas of the World’s Languages in Danger, 3rd edition. Paris: UNESCO Publishing.
- Newmeyer, Frederick J. (2005). The History of Linguistics. Linguistic Society of America. ISBN 0-415-11553-1.
- Newmeyer, Frederick J. (1998). Language Form and Language Function (PDF). Cambridge,MA: MIT Press.
- Nichols, Johanna (1992). Linguistic diversity in space and time. Chicago: University of Chicago Press. ISBN 0-226-58057-1.
- Nichols, Johanna (1984). "Functional Theories of Grammar". Annual Review of Anthropology. 13: 97–117.
- Olson, David R. (1996). "Language and Literacy: what writing does to Language and Mind". Annual Review of Applied Linguistics. 16: 3–13. doi:10.1017/S0267190500001392.
- Payne, Thomas Edward (1997). Describing morphosyntax: a guide for field linguists. Cambridge University Press. hlm. 238–241.
- Pinker, Steven (1994). The Language Instinct: How the Mind Creates Language. Perennial.
- Romaine, Suzanne (2001). "Multilingualism". Dalam Mark Aronoff; Janie Rees-Miller. The Handbook of Linguistics. Blackwell. hlm. 512–533.
- Saussure, Ferdinand de (1983) [1913]. Bally, Charles; Sechehaye, Albert, ed. Course in General Linguistics. Diterjemahkan oleh Roy Harris. La Salle, Illinois: Open Court. ISBN 0-8126-9023-0.
- Sandler, Wendy; Lillo-Martin, Diane (2001). "Natural Sign Languages". Dalam Mark Aronoff; Janie Rees-Miller. The Handbook of Linguistics. Blackwell. hlm. 533–563.
- Swadesh, Morris (1934). "The phonemic principle". Language. 10 (2): 117–129. doi:10.2307/409603. JSTOR 409603.
- Tomasello, Michael (2008). Origin of Human Communication. MIT Press.
- Thomason, Sarah G.; Kaufman, Terrence (1988). Language Contact, Creolization and Genetic Linguistics. University of California Press.
- Thomason, Sarah G. (2001). Language Contact - An Introduction. Edinburgh University Press.
- Trask, Robert Lawrence (1999). Language: The Basics (edisi ke-2nd). Psychology Press.
- Trask, Robert Lawrence (2007). Stockwell, Peter, ed. Language and Linugistics: The Key Concepts (edisi ke-2nd). Routledge.
- Ulbaek, Ib (1998). "The Origin of Language and Cognition". Dalam J. R. Hurford & C. Knight. Approaches to the evolution of language. Cambridge University Press. hlm. 30–43.
- Van Valin, jr, Robert D. (2001). "Functional Linguistics". Dalam Mark Aronoff; Janie Rees-Miller. The Handbook of Linguistics. Blackwell. hlm. 319–337.
- Zentella, Ana Celia (2002). "Spanish in New York". Dalam García, Ofelia; Fishman, Joshua. The Multilingual Apple: Languages in New York City. Walter de Gruyter.
Pranala luar
Cari tahu mengenai Bahasa pada proyek-proyek Wikimedia lainnya: | |
Definisi dan terjemahan dari Wiktionary | |
Gambar dan media dari Commons | |
Berita dari Wikinews | |
Kutipan dari Wikiquote | |
Teks sumber dari Wikisource | |
Buku dari Wikibuku |
- (Inggris) World Atlas of Language Structures
- (Inggris) Omniglot: Perbandingan bahasa
- (Indonesia) Imbas: Ilmu Bahasa