Muhammad

nabi utama dan pendiri agama Islam (c. 570-632)

Muhammad[d] (bahasa Arab: محمد; lahir di Mekkah, 570 – meninggal di Madinah, 8 Juni 632)[7] adalah seorang nabi dan rasul terakhir bagi umat Muslim.[8] Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam memulai penyebaran ajaran Islam untuk seluruh umat manusia dan mewariskan pemerintahan tunggal Islam. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sama-sama menegakkan ajaran tauhid untuk mengesakan Allah sebagaimana yang dibawa nabi dan rasul sebelumnya.[9]

Muhammad
Kaligrafi Muhammad shalallahu 'alaihi wa salam
GelarRasulullah
Shalallahu 'alaihi wa Salam
Penutup Para Nabi
Rasul
Nabi
Syahidan (Saksi)
Mubasysyiran (Pemberi Kabar Gembira)
Nadzir (Pemberi Peringatan)
Da'i (Penyeru kepada Allah)[a]
Kun-yahAbul Qasim[1][b]
Nasab
Jalur ayah

Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Ismail bin Ibrahim[2]

Jalur ibu[3]
Aminah binti Wahb bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab.
NisbahAl-Makki
LahirMuhammad bin Abdullah
570 M (Tahun Gajah)
Mekkah
Meninggal8 Juni 632 M
Madinah
Dimakamkan diRumah Aisyah, di kompleks Masjid Nabawi[c]
Nama lainAhmad
KebangsaanIslam (sebagai kerajaan Teokrasi).
EtnisArab
ZamanPra Hijriah - Abad pertama Hijriah
Wilayah aktifJazirah Arab
JabatanNabi Islam
Pemimpin Negara
Mazhab AkidahTauhid
Penghargaan
  • Tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia.[4]
  • Nama terpopuler di dunia adalah merujuk kepada namanya.[5][6]
IstriKhadijah binti Khuwailid
Saudah binti Zum'ah
Aisyah binti Abu Bakar
Hafshah binti Umar
Zainab binti Khuzaimah
Hindun binti Abi Umayyah
Zainab binti Jahsy
Juwairiyah binti al-Harits
Ramlah binti Abu Sufyan
Shafiyah binti Huyay
Maimunah binti al-Harits
Maria binti Syama'un
KeturunanAl-Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah, dan Ibrahim
Orang tuaAbdullah bin Abdul Muththalib
Aminah binti Wahab

Muhammad Lahir pada tahun 570 M di Mekkah, ayahnya bernama Abdullah dan Ibunya bernama Aminah. Ayah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam meninggal dunia ketika Nabi Muhammad berusia 6 bulan dalam perut ibunya, dan ibunya meninggal dunia ketika Nabi Muhammad berusia 6 tahun. Ketika bayi ia disusui oleh Ibu susuannya, Halimatus Sa'diyah. Setelah yatim piatu, Nabi Muhammad dibesarkan di bawah asuhan kakeknya Abdul Muthalib sampai berusia 8 tahun, kemudian Muhammad diasuh oleh pamannya Abu Thalib selama hampir 40 tahun.

Beranjak remaja, Muhammad bekerja sebagai pedagang. Muhammad terkadang mengasingkan diri ke sebuah gua hingga bermalam-malam untuk merenung dan berdoa. Diriwayatkan dalam usia ke-40, Nabi Muhammad didatangi Malaikat Jibril dan menerima wahyu pertama dari Allah.[10] Tiga tahun setelah wahyu pertama, Nabi Muhammad mulai berdakwah secara terbuka,[11] menyatakan keesaan Allah dalam bentuk penyerahan diri melalui Islam sebagai agama yang benar dan meninggalkan sesembahan selain Allah. Muhammad menerima wahyu berangsur-angsur hingga kematiannya.[12] Praktik atau amalan Nabi Muhammad diriwayatkan dalam hadis, dirujuk oleh umat Islam sebagai sumber hukum Islam bersama Al-Quran.

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersama pengikut awal mendapati berbagai bentuk perlawanan dan penyiksaan dari beberapa suku Mekkah. Seiring penganiayaan yang terus berlanjut, Nabi Muhammad membenarkan beberapa pengikutnya hijrah ke Habsyah, sebelum Nabi Muhammad memulai misi hijrah ke Madinah pada tahun 622. Peristiwa hijrah menandai awal penanggalan Kalender Hijriah dalam Islam. Di Madinah,Nabi Muhammad menyatukan suku-suku di bawah Piagam Madinah. Setelah delapan tahun bertahan atas serangan suku-suku Mekkah,Nabi Muhammad mengumpulkan 10.000 Muslim untuk mengepung Mekkah. Serangan tidak mendapat perlawanan berarti dan Muhammad berhasil mengambil alih kota dengan sedikit pertumpahan darah. Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah Fathul Makkah. Ia menghancurkan berhala-berhala. Pada tahun 632, beberapa bulan setelah kembali ke Madinah usai menjalani Haji Wada,Nabi Muhammad jatuh sakit dan hingga akhirnya wafat.Nabi Muhammad meninggalkan Semenanjung Arab yang telah bersatu dalam pemerintahan tunggal Islam dan sebagian besar telah menerima Islam.

Nama

Muhammad (محمد;[13] pelafalan [mʊħɑmmæd] )[14][15][16] adalah bentuk isim maf‘ul (kata sifat pelaku pasif) dari kata حمَّد "banyak memuji", yang merupakan bentuk penegasan dari akar kata tiga hurufnya ح-م-د ḥ-m-d yang lawan katanya adalah ذم "mencela", sehingga muhammad berarti "yang banyak dipuji".[17] Selain itu, dalam salah satu ayat Al-Qur'an,[18] Muhammad dipanggil dengan nama "Ahmad" (أحمد), yang dalam bahasa Arab juga berarti "terpuji".

Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapatkan dua gelar dari suku Quraisy (suku terbesar di Mekkah yang juga suku dari Muhammad) yaitu Al-Amiin yang artinya "orang yang dapat dipercaya" dan As-Saadiq yang artinya "yang benar". Setelah masa kenabian para sahabatnya memanggilnya dengan gelar Rasul Allāh (رسول الله), kemudian menambahkan kalimat Shalallaahu 'Alayhi Wasallam (صلى الله عليه و سلم, yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W" atau "SAW") setelah namanya.[e]

Muhammad juga mendapatkan julukan Abu al-Qasim[1] yang berarti "Bapaknya Qasim", karena Muhammad pernah memiliki anak lelaki yang bernama Qasim, tetapi ia meninggal dunia sebelum mencapai usia dewasa.

Genealogi

Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan.[24] Silsilah sampai Adnan disepakati oleh para ulama, sedangkan setelah Adnan terjadi perbedaan pendapat. Adnan secara umum diyakini adalah keturunan dari Ismail bin Ibrahim, yang selanjutnya adalah keturunan Sam bin Nuh.

Walaupun demikian, terdapat sejarawan yang menyusun silsilah yang lebih jauh lagi. Muhammad bin Ishaq bin Yasar al-Madani, di salah satu riwayatnya menyebutkan silsilah hingga Adam. Silsilah tersebut adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy) bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzayma bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udad bin al-Muqawwam bin Nahur bin Tayrah bin Ya'rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim bin Tarih (Azar) bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lamikh bin Mutusyalikh bin Akhnukh bin Yarda bin Mahlil bin Qinan bin Yanish bin Syits bin Adam.[25][26]

Kehidupan

Kelahiran

Para ulama dan penulis sirah sepakat bahwa hari kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam jatuh pada bulan Rabiul Awal.[27] Nabi Muhammad lahir di Mekkah, kota bagian selatan Jazirah Arab, sekitar tahun 570, berdekatan dengan Tahun Gajah yang merupakan tahun kegagalan penyerangan Mekkah oleh pasukan bergajah di bawah pimpinan Abrahah.[28][29] Pendapat paling mashyur merujuk tanggal 12 Rabiul Awal sebagai hari kelahiran Muhammad. Berdasarkan teks hadis, Nabi Muhammad menyebut hari Senin sebagai hari kelahirannya. Penulis sirah Sulaiman Al-Manshurfuri dan ahli astronomi Mahmud Basya dalam penelitiannya melacak hari Senin yang dimaksud bertepatan dengan tanggal 9 Rabiul Awal.

Nabi Muhammad berasal dari salah satu klan suku Quraisy yakni Bani Hasyim yang mewarisi silsilah terhormat di Mekkah, meskipun tak terpandang karena kekayaannya.[30] Ayahnya, Abdullah meninggal saat Nabi Muhammad masih dalam kandungan, enam bulan sebelum kelahiran.[31] Muhammad bayi dibawa tinggal bersama keluarga dusun di pedalaman, mengikuti tradisi perkotaan kala itu untuk memperkuat fisik dan menghindarkan anak dari penyakit perkotaan.[32] Ia diasuh dan disusui oleh Halimah binti Abi Dhuayb di kampung Bani Saad selama dua tahun.[33] Setelah itu, Muhammad kecil dikembalikan untuk diasuh kepada budak Ummu Aiman. Pada usia ke-6, Muhammad kehilangan ibunya, Aminah karena sakit.[33][34] Selama dua tahun berikutnya, kebutuhan Muhammad ditanggung dan dicukupi oleh kakeknya dari keluarga ayah, 'Abd al-Muththalib. Ketika berusia delapan tahun, kakeknya meninggal dan Nabi Muhammad berikutnya diasuh oleh pamannya Abu Thalib yang tampil sebagai pemuka Bani Hasyim sepeninggal Abdul Muththalib.[33][35]

Perkenalan dengan Khadijah

Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah,[butuh rujukan] begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad sering menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan kabar tentang kejujuran dan sifatnya yang dapat dipercaya menyebar luas dengan cepat, membuatnya banyak dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.

Salah seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak muda yang bersifat jujur dan dapat dipercaya dalam berdagang dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah binti Khuwailid. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di kalangan suku Arab. Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab.[butuh rujukan] Reputasi Muhammad membuat Khadijah memercayakannya untuk mengatur barang dagangan Khadijah, Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan hasil berdagang yang lebih dari biasanya.

Seiring waktu akhirnya Muhammad menikah dengan Khadijah, mereka menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah telah berusia mendekati umur 40 tahun. Perbedaan umur yang jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi halangan bagi mereka, walaupun pada saat itu suku Quraisy memiliki budaya yang lebih menekankan kepada perkawinan dengan seorang gadis ketimbang janda.[butuh rujukan] Meskipun kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap hidup sebagai orang yang sederhana,[butuh rujukan] ia lebih memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting.

Memperoleh gelar

Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia ikut bersama kaum Quraisy dalam perbaikan Ka'bah. Pada saat pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Muhammad dapat menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan penyelesaian adil. Saat itu ia dikenal di kalangan suku-suku Arab karena sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya".

Diriwayatkan pula bahwa Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan.[butuh rujukan] Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan sombong yang lazim di kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-orang miskin, janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang sudah membudaya di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang berarti "yang benar".[butuh rujukan]

Kerasulan

 
Gua Hira tempat pertama kali Muhammad memperoleh wahyu.

Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira' sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur (merenung) dan mencari ketenangan dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut yang senang bergerombol. Dari sini, ia sering berpikir dengan mendalam, dan memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.

Muhammad pertama kali diangkat menjadi rasul pada malam hari tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611 M, diriwayatkan Malaikat Jibril datang dan membacakan surah pertama dari Quran yang disampaikan kepada Muhammad, yaitu surah Al-Alaq. Muhammad diperintahkan untuk membaca ayat yang telah disampaikan kepadanya, namun ia mengelak dengan berkata ia tak bisa membaca. Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Jibril berkata:

(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ  
(2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ  
(3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ  
(4) Yang mengajar (manusia) dengan pena. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ  
(5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ  
—Quran.com[Al-'Alaq:1-5]

Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari ketika ayat pertama sekaligus pengangkatannya sebagai rasul disampaikan kepadanya menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah atau tahun masehi (penanggalan berdasarkan matahari). Setelah kejadian di Gua Hira tersebut, Muhammad kembali ke rumahnya, diriwayatkan ia merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara bergantian akibat peristiwa yang baru saja dialaminya dan meminta istrinya agar memberinya selimut.

Diriwayatkan pula untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad mendatangi saudara sepupunya yang juga seorang Nasrani yaitu Waraqah bin Naufal seorang pendeta yang buta. Waraqah banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.

Ketika Waraqah wafat, firman Allah tidak datang-datang kepada Nabi Muhammad dalam kurun beberapa waktu. Yang mana membuat beliau begitu sedih, sampai-sampai beliau beranjak ke gunung tinggi dan mencoba bunuh diri. Namun di saat sesampainya di puncak, sebelum sempat melakukannya, Malaikat Jibril datang untuk meyakinkan beliau bahwa beliau adalah benar utusan Sang Ilahi. Sehingga beliau pun menjadi tenang dan mengurungkan niatnya. Dan ketika selang waktu turunnya ayat kembali menjadi lama, beliau pun kembali melakukan hal serupa. Akan tetapi ketika sesampainya di puncak, lagi-lagi Malaikat Jibril datang meyakinkan beliau bahwa beliau adalah utusan Sang Ilahi.[36][37]

Muhammad menerima ayat-ayat Quran secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan kejadian faktual yang sedang terjadi, sehingga hampir setiap ayat Quran turun disertai oleh Asbabun Nuzul (sebab/kejadian yang mendasari penurunan ayat). Ayat-ayat yang turun sejauh itu dikumpulkan sebagai kompilasi bernama Al-ushaf yang juga dinamakan Al-Qur'an (bacaan).

Sebagian ayat Quran mempunyai tafsir atau pengertian yang izhar (jelas), terutama ayat-ayat mengenai hukum Islam, hukum perdagangan, hukum pernikahan dan landasan peraturan yang ditetapkan oleh Islam dalam aspek lain. Sedangkan sebagian ayat lain yang diturunkan pada Muhammad bersifat samar pengertiannya, dalam artian perlu ada interpretasi dan pengkajian lebih mendalam untuk memastikan makna yang terkandung di dalamnya, dalam hal ini kebanyakan Muhammad memberi contoh langsung penerapan ayat-ayat tersebut dalam interaksi sosial dan religiusnya sehari-hari, sehingga para pengikutnya mengikutinya sebagai contoh dan standar dalam berperilaku dan bertata krama dalam kehidupan bermasyarakat.

Mendapatkan pengikut

Selama tiga tahun pertama sejak pengangkatannya sebagai rasul, Muhammad hanya menyebarkan Islam secara terbatas di kalangan teman-teman dekat dan kerabatnya, hal ini untuk mencegah timbulnya reaksi akut dan masif dari kalangan bangsa Arab saat itu yang sudah sangat terasimilasi budayanya dengan tindakan-tindakan amoral, yang dalam konteks ini bertentangan dengan apa yang akan dibawa dan ditawarkan oleh Muhammad. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad pada masa-masa awal adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam yang dekat dengannya di kehidupan sehari-hari, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Setelah sekian lama banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail yang kemudian masuk ke agama yang dibawa Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun atau Yang pertama-tama.

Penyebaran Islam

Sekitar tahun 613 M, tiga tahun setelah Islam disebarkan secara diam-diam, Muhammad mulai melakukan penyebaran Islam secara terbuka kepada masyarakat Mekkah, respons yang ia terima sangat keras dan masif. Ini disebabkan karena ajaran Islam yang dibawa olehnya bertentangan dengan apa yang sudah menjadi budaya dan pola pikir masyarakat Mekkah saat itu. Pemimpin Mekkah Abu Jahal menyatakan bahwa Muhammad adalah orang gila yang akan merusak tatanan hidup orang Mekkah. Akibat penolakan keras yang datang dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah dan kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin Quraisy yang menentangnya, Muhammad dan banyak pemeluk Islam awal disiksa, dianiaya, dihina, disingkirkan, dan dikucilkan dari pergaulan masyarakat Mekkah.

Walau mendapat perlakuan tersebut, ia tetap mendapatkan pengikut dalam jumlah besar. Para pengikutnya ini kemudian menyebarkan ajarannya melalui perdagangan ke negeri Syam, Persia, dan kawasan jazirah Arab. Setelah itu, banyak orang yang penasaran dan tertarik kemudian datang ke Mekkah dan Madinah untuk mendengar langsung dari Muhammad, penampilan dan kepribadian baiknya yang sudah terkenal memudahkannya untuk mendapat simpati dan dukungan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini menjadi semakin mudah ketika Umar bin Khattab dan sejumlah besar tokoh petinggi suku Quraisy lainnya memutuskan untuk memeluk ajaran Islam, meskipun banyak juga yang menjadi antipati mengingat saat itu sentimen kesukuan sangat besar di Mekkah dan Medinah. Tercatat pula Muhammad mendapatkan banyak pengikut dari negeri Farsi (sekarang Iran), salah satu yang tercatat adalah Salman al-Farisi, seorang ilmuwan asal Persia yang kemudian menjadi sahabat Muhammad.

Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pemeluk Islam selama periode ini mendorong lahirnya gagasan untuk berhijrah (pindah) ke Habsyah (sekarang Ethiopia). Negus atau raja Habsyah, seorang Kristen yang adil, memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Yatsrib, kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara Mekkah.

Hijrah ke Madinah

Masyarakat Arab dari berbagai suku setiap tahunnya datang ke Mekkah untuk beziarah ke Bait Allah atau Ka'bah, mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan dalam kunjungan tersebut. Muhammad melihat ini sebagai peluang untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan ajarannya ialah sekumpulan orang dari Yatsrib. Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang yang telah terlebih dahulu memeluk Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi para pemeluk Islam dan Muhammad dari kekejaman penduduk Mekkah.

Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yatsrib datang lagi ke Mekkah, mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yastrib dikarenakan situasi di Mekkah yang tidak kondusif bagi keamanan para pemeluk Islam. Muhammad akhirnya menerima ajakan tersebut dan memutuskan berhijrah ke Yastrib pada tahun 622 M.

 
Masjid Nabawi, berlokasi di Madinah, Arab Saudi.

Mengetahui bahwa banyak pemeluk Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah Mekkah berusaha mengcegahnya, mereka beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah ke Yastrib, Muhammad akan mendapat peluang untuk mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah yang jauh lebih luas. Setelah selama kurang lebih dua bulan ia dan pemeluk Islam terlibat dalam peperangan dan serangkaian perjanjian, akhirnya masyarakat Muslim pindah dari Mekkah ke Yastrib, yang kemudian setelah kedatangan rombongan dari Makkah pada tahun 622 dikenal sebagai Madinah atau Madinatun Nabi (kota Nabi).

Di Madinah, pemerintahan (kekhalifahan) Islam diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (salat) dan bermasyarakat di Madinah, begitupun kaum minoritas Kristen dan Yahudi. Dalam periode setelah hijrah ke Madinah, Muhammad sering mendapat serangkaian serangan, teror, ancaman pembunuhan dan peperangan yang ia terima dari penguasa Mekkah, akan tetapi semuanya dapat teratasi lebih mudah dengan umat Islam yang saat itu telah bersatu di Madinah.

Pembebasan Mekkah

Tahun 629 M, tahun ke-8 H setelah hijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan membawa pasukan Muslim sebanyak 10.000 orang, saat itu ia bermaksud untuk menaklukkan kota Mekkah dan menyatukan para penduduk kota Mekkah dan madinah. Penguasa Mekkah yang tidak memiliki pertahanan yang memadai kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat kota Mekkah akan diserahkan tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ketika ia kembali, ia telah berhasil mempersatukan Mekkah dan Madinah, dan lebih luas lagi ia saat itu telah berhasil menyebarluaskan Islam ke seluruh Jazirah Arab.

Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka'bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan Islam di kota Mekkah.

Kematian

Pada bulan Juni 632 M, dia mengalami sakit ketika tengah berada di rumah Maimunah namun kemudian meminta pindah ke rumah Aisyah. Setelah sebelumnya mengalami demam dan beberapa kali pingsan, dia meminta kepada Abu Bakar untuk menggantikannya mengimami jamaah. Diapun akhirnya meninggal dalam pangkuan Aisyah dan jenazahnya dikuburkan di rumah istrinya tersebut.

Mukjizat

Kenabian

Seperti nabi dan rasul sebelumnya, Muhammad diberikan irhasat (pertanda) akan datangnya seorang nabi, seperti yang diyakini oleh umat Muslim telah dikisahkan dalam beberapan kitab suci agama samawi, dikisahkan pula terjadi pertanda pada masa di dalam kandungan, masa kecil dan remaja. Muhammad diyakini diberikan mukjizat selama kenabiannya.

Al-Qur'an

Umat Muslim meyakini bahwa mukjizat terbesar Muhammad adalah kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur'an. Hal ini disebabkan karena masa itu kebudayaan bangsa Arab yang sedang maju adalah dalam bidang ilmu sastra, khususnya bahasa dan syair. Dikatakan sebagai mukjizat karena Al-Quran dianggap memiliki tatanan sastra Arab tingkat tertinggi yang disampaikan oleh seorang buta huruf, dan setiap mukjizat yang dibawa oleh para rasul selalu menandingi arah gejala (tren) yang sedang ramai. Kemudian Al-Qur'an juga mengubah total segi kehidupan bangsa Arab dengan membawa banyak peraturan keras untuk menegakkan dasar-dasar nilai budaya baru, yang sebelumnya moral dan perilaku mereka sangatlah rusak, seperti menyembah berhala, berjudi, merampok, membunuh anak-anak karena takut akan kemiskinan dan kelaparan, minum-minuman keras, saling berperang antarsuku dan lain-lain.

Isra dan Mi'raj

Mukjizat lain yang tercatat dan diyakini secara luas oleh umat Islam adalah terbelahnya bulan serta perjalanan Isra dan Mi'raj dari Madinah menuju Yerusalem dalam waktu yang sangat singkat. Kemampuan lain yang dimiliki Muhammad adalah kecerdasan serta kepribadiannya yang banyak dipuji serta menjadi panutan para pemeluk Islam hingga saat ini.

Garis Waktu

Kronologi Muhammad dari lahir sampai kematian:

Tahun Kejadian
570 Tanggal lahir, 20 April di Kota Mekkah
570 Tahun Gajah, gagalnya Abrahah menyerang Mekkah
576 Meninggalnya ibu, Aminah
578 Meninggalnya kakek, Abdul Muthalib
583 Melakukan perjalanan dagang ke Suriah bersama Abu Thalib
595 Bertemu dan menikah dengan Khadijah
610 Wahyu pertama turun di Gua Hira dan menjadi nabi sekaligus rasul, kemudian mendapatkan sedikit pengikut: As-Sabiqun al-Awwalun
613 Menyebarkan Islam kepada umum
614 Mendapatkan banyak pengikut
615 Hijrah pertama ke Habsyah
616 Awal dari pemboikotan Quraisy terhadap Bani Hasyim
619 Akhir dari pemboikotan Quraish terhadap Bani Hasyim
619 Tahun kesedihan: Khadijah dan Abu Thalib meninggal
620 Dihibur oleh Allah melalui Malaikat Jibril dengan cara Isra' dan Mi'raj sekaligus menerima perintah salat 5 waktu
621 Bai'at 'Aqabah pertama
622 Bai'at 'Aqabah kedua
622 Hijrah ke Madinah
624 Pertempuran Badar
624 Pengusiran Bani Qaynuqa
625 Pertempuran Uhud
625 Pengusiran Bani Nadir
625 Pertempuran Zaturriqa`
626 Penyerangan ke Dumat al-Jandal: Suriah
627 Pertempuran Khandak
627 Perang Bani Qurayzhah
628 Perjanjian Hudaibiyyah
628 Melakukan umrah ke Ka'bah
628 Pertempuran Khaybar
629 Melakukan ibadah haji
629 Pertempuran Mu'tah
630 Pembukaan Kota Makkah
630 Pertempuran Hunain
630 Pertempuran Autas
630 Pendudukan Thaif
631 Menguasai sebagian besar Jazirah Arab
632 Pertempuran Tabuk
632 Haji Wada'
632 Meninggal (8 Juni): Madinah

Ciri fisik Muhammad

Beberapa hadis meriwayatkan beberapa ciri fisik yang diceritakan oleh para sahabat dan istrinya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Muhammad berperawakan sedang, berkulit putih kemerahan, berjanggut tipis, dan digambarkan memiliki fisik yang sehat dan kuat oleh orang di sekitarnya. Riwayat lain menyebutkan Muhammad bermata hitam, tidak berkumis, berjanggut sedang, serta memiliki hidung bengkok yang sesuai dengan ciri antropologis bangsa Semit pada umumnya.

Pernikahan

Selama hidupnya Muhammad menikah dengan 11 atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun hingga Khadijah wafat.[38] Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia,[39][40] sehingga saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.

Sepeninggal Khadijah, Khaulah binti Hakim menyarankan kepadanya untuk menikahi Saudah binti Zam'ah (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu Bakar). Atas perintah Allah, Muhammad menikahi keduanya. Kemudian Muhammad tercatat menikahi beberapa orang wanita lagi hingga jumlah seluruhnya sekitar 11 orang, sembilan di antaranya masih hidup sepeninggal Muhammad.

Para ahli sejarah antara lain Watt dan Esposito berpendapat bahwa sebagian besar perkawinan itu dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik (sesuai dengan budaya Arab), atau memberikan penghidupan bagi para janda (saat itu janda lebih susah untuk menikah karena budaya yang menekankan perkawinan dengan perawan).[41]

Perbedaan dengan nabi dan rasul terdahulu

Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya seperti yang disebutkan di dalam Qur'an dan Hadis, bahwa Muhammad diutus Allah untuk menjadi nabi bagi seluruh umat manusia,[42] sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya masing-masing,[43][44] seperti halnya Musa yang hanya diutus untuk Bani Israil saja.

Sedangkan kesamaan ajaran yang dibawa Muhammad dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama mengajarkan keesaan Tuhan, yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang berhak disembah hanyalah Allah.[9]

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Imam Baihaqi menyebutkan bahwa Allah menamakan dia dalam Al-Quran sebagai Rasul (utusan), Nabi, Syahidan (Saksi), Mubasysyiran (Pemberi Kabar gembira), Nazhir (Pemberi Peringatan), Da'i (Penyeru kepada Allah). Sedangkan nama Yasin dan Toha telah di salah-sangkakan sebagai nama dia berdasarkan surah Al-Quran yang memuatnya, juga tidak riwayat yang sah tentang gelarnya Al-Fatih (Sang Penakluk). Lihat Tahzhib as-Sirah, sebuah biografi Rasulullah karya Imam Nawawi.
  2. ^ Selain terdapat larangan menggunakan nama kuniyah dia. Dia sendiri kurang suka dipanggil dengan kuniyahnya tersebut berdasarkan hadis, "Panggil aku dengan namaku bukan dengan kuniyahku". Lihat Tahzhib as-Sirah, sebuah biografi Muhammad karya Imam Nawawi
  3. ^ Pada mulanya, Muhammad dikuburkan di rumah istrinya yang berada tepat di sebelah Masjid Nabawi, sesuai dengan tradisi (sunnah) seorang nabi dikebumikan di tempat dia meninggal, dan seiring perluasan Masjid Nabawi, rumah tersebut kini berada di lingkupan kompleks Masjid Nabawi.
  4. ^ Nama lengkap: Abu al-Qasīm Muḥammad bin Abdullāh bin Abdul Mutthalib bin Hasyim (bahasa Arab: محمد ابن عبد الله ابن عبد المطلب ابن هاشم)
  5. ^ Meskipun penyingkatan ini keliru[19][20] dan seharusnya tidak disingkat karena menurut sebagian besar ulama dan sarjana, penyingkatan shalawat dan kalimat pengagungan lainnya akan menghilangkan makna agung yang terkandung didalamnya.[21][22][23]

Referensi

  1. ^ a b Dari Anas bin Malik, ia berkata, "Seseorang memanggil rekannya di perkuburan Baqi' dengan berseru, 'Hai Abul Qasim!' Rasulullah menoleh kepadanya. Ia berkata, 'Wahai rasulullah, bukan engkau yang saya maksud, namun saya memanggil si fulan.' Maka rasulullah berkata, 'Pakailah namaku tetapi jangan pakai kuniyahku'," (Hadis riwayat Bukhari no. 3537 dan Muslim no. 2131).
  2. ^ Siyar Alamin Nubala karya Adz-Dzahabi, Al-Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir, Fathul Bari karya Ibnu Hajar Al-Asqalani, Zad al-Ma'ad karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah; Quraisy adalah julukan bagi salah satu di antara Fihr atau an-Nadhr (Raudhatul Anwar karya Shafiyyurahman al-Mubarakfuri).
  3. ^ Dalam tradisi Abrahamik, khususnya Islam seseorang tidak dinasabkan melalui jalur ibu kecuali bagi anak yang lahir di luar nikah, atau dengan kelahiran khusus seperti bagi Nabi Isa.
  4. ^ The 100, Michael H. Hart, Carol Publishing Group, Juli 1992, paperback, 576 halaman, ISBN 0-8065-1350-0
  5. ^ "Muhammad, prophet of Islam. The Columbia Encyclopedia, Sixth Edition. 2001-07". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-10. Diakses tanggal 2009-02-10. 
  6. ^ Quran.com
  7. ^ Elizabeth Goldman (1995), h. 63, menyatakan 8 Juni 632 M, tradisi Islam yang dominan. Banyak tradisi sebelumnya (umumnya non-Muslim) merujuk padanya karena masih hidup pada saat invasi Palestina. Lihat Stephen J. Shoemaker,The Death of a Prophet: The End of Muhammad's Life and the Beginnings of Islam,[halaman dibutuhkan] Pennsylvania University Press, 2011.
  8. ^ Q.S. Al-Ahzab: 40
  9. ^ a b Q.S. Al-Anbiya: 25
  10. ^ Q.S. Asy-Syu'ara: 192-195
  11. ^ Muhammad Mustafa Al-A'zami (2003), The History of The Qur'anic Text: From Revelation to Compilation: A Comparative Study with the Old and New Testaments, h. 26–27. UK Islamic Academy. ISBN 978-1872531656.
  12. ^ Q.S. Al-Isra’: 106
  13. ^ Unicode has a special "Muhammad" ligature at U+FDF4
  14. ^ click here for the Pengucapan Arab.
  15. ^ berbagai nama Muhammad dalam bahasa Prancis: "Mahon, Mahomés, Mahun, Mahum, Mahumet"; dalam bahasa Jerman: "Machmet"; dan dalam bahasa Islandia kuno: "Maúmet" cf Muhammad, Encyclopedia of Islam
  16. ^ The sources frequently say that, in his youth, he was called by the nickname "Al-Amin" meaning "Honest, Truthful" cf. Ernst (2004), p. 85.
  17. ^ Lane, Edward William. "حمد". Lanes Lexicon. Diakses tanggal 18 Maret 2021. 
  18. ^ Surah As-Saff (QS 61:6)
  19. ^ admin (2011-11-17). "Adab-Adab Menulis Hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Membuat Karya Tulis". MuslimAfiyah (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-09-11. 
  20. ^ "Bolehnya Menyingkat Shalawat". Tegar Di Atas Sunnah (dalam bahasa Inggris). 2013-09-01. Diakses tanggal 2022-09-11. 
  21. ^ mahad (2016-12-09). "Hukum Menyingkat Penulisan Shalawat Nabi Dengan 'SAW'". MinhajulAtsar.com. Diakses tanggal 2022-09-11. 
  22. ^ "Penulisan Shallallahu 'alaihi wasallam | infiniteens.id" (dalam bahasa Inggris). 2021-10-19. Diakses tanggal 2022-09-11. 
  23. ^ Sadipun, Maria Christine Anggraeni (2011-07-21). "DELIBERASI PUBLIK DALAM INTERAKSI KOMENTAR PEMBACA DI SITUS BERITA KOMPAS.COM DAN SOCIAL MEDIA KOMPASIANA" (dalam bahasa Inggris). UAJY. 
  24. ^ Lings, Martin. Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik. Jakarta: Penerbit Serambi, 2002. ISBN 979-3335-16-5
  25. ^ Sirah Ibnu Hisyam, jilid I, Dzikrun-nasabi az-zaki min Muhammad saw ila Adam as
  26. ^ Kitab Al-Mausu'ah Li Ansabil Imam Al-Husaini, Jilid 1, halaman 9, Nasab Nabi Muhammad SAW sampai Nabi Adam As
  27. ^ Esposito, John L. (ed.) (2003). The Oxford Dictionary of Islam. hlm. 198. ISBN 978-0-19-512558-0. Diakses tanggal 19 June 2012. 
  28. ^ * Conrad, Lawrence I. (1987). "Abraha and Muhammad: some observations apropos of chronology and literary topoi in the early Arabic historical tradition1". Bulletin of the School of Oriental and African Studies. 50 (2): 225–240. doi:10.1017/S0041977X00049016. 
  29. ^ Encyclopedia of World History (1998), p. 452
  30. ^ Buhl, F.; Welch, A. T. (1993). "Muḥammad". Encyclopaedia of Islam. 7 (edisi ke-2nd). Brill Academic Publishers. hlm. 360–376. ISBN 90-04-09419-9. 
  31. ^ Meri, Josef W. (2004), Medieval Islamic civilization, 1, Routledge, hlm. 525, ISBN 978-0-415-96690-0, diakses tanggal 3 January 2013 
  32. ^ Watt, "Halimah bint Abi Dhuayb", Encyclopaedia of Islam.
  33. ^ a b c An Introduction to the Quran (1895), p. 182
  34. ^ Watt, Amina, Encyclopaedia of Islam
  35. ^ Watt (1974), p. 7.
  36. ^ "Sahih al-Bukhari 6982 - Interpretation of Dreams - كتاب التعبير - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-19. Diakses tanggal 2021-08-19. 
  37. ^ al-Tabari. History of Tabari - Volume 6 - Muhammad at Mecca. hlm. 76. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-19. Diakses tanggal 2021-08-20. 
  38. ^ Esposito, John (1998). Islam: The Straight Path. Oxford University Press. ISBN 0-19-511233-4. p.18
  39. ^ Bullough, Vern; Brenda Shelton, Sarah Slavin (1998). The Subordinated Sex: A History of Attitudes Toward Women. University of Georgia Press. ISBN 978-0-8203-2369-5. p.119
  40. ^ Reeves, Minou (2003). Muhammad in Europe: A Thousand Years of Western Myth-Making. NYU Press. ISBN 978-0-8147-7564-6. p.46
  41. ^ Watt, M. Aisha bint Abi Bakr. Article at Encyclopaedia of Islam Online. Ed. P.J. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel, W.P. Heinrichs. Brill Academic Publishers. ISSN 1573-3912. pp. 16-18
  42. ^ ("...dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (Saba' 34:28).
  43. ^ ["Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya. (Yunus 10:47).
  44. ^ "Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya, maka Kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain, dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia), maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman." (Al-Mu'minuun 23:44).

Sumber

Bibliografi

  • Al-Mubarakfuri, Shafiyyurrahman (2020). Sirah Nabawiyah. Diterjemahkan oleh Kathur Suhardi (edisi ke-cetakan ke-20). Jakarta. ISBN 978-979-592-664-1. 
  • Al-Azhmatkhan, Shohibul Faroji (2002). Kitab Al-Mausu'ah Li Ansabil Imam Al-Hasan (Ensiklopedi Nasab Al-Imam Al-Hasan). Diterjemahkan oleh Syarif Ali (edisi ke-4). Jakarta.