Perjanjian Lama

divisi pertama dari Alkitab Kristen

Perjanjian Lama adalah bagian pertama dari Alkitab Kristen, yang utamanya berdasarkan pada Alkitab Ibrani, berisikan suatu kumpulan tulisan keagamaan karya bangsa Israel kuno.[1] Bagian ini merupakan pasangan dari Perjanjian Baru, bagian kedua dari Alkitab Kristen. Terdapat variasi kanon Perjanjian Lama di antara Gereja-gereja Kristen; kalangan Protestan dan Orang Suci Zaman Akhir hanya menerima kitab-kitab yang terdapat dalam kanon Alkitab Ibrani, yang mana terbagi dalam 39 kitab, sedangkan kalangan Katolik Roma, Ortodoks Timur, dan Ortodoks Oriental menerima sekumpulan tulisan dengan jumlah yang sedikit lebih banyak.[2]

Perjanjian Lama terdiri dari banyak kitab berbeda yang ditulis, disusun, dan disunting oleh berbagai penulis[3] selama kurun waktu berabad-abad. Alkitab Ibrani merupakan dasar dari Perjanjian Lama Kristen, namun tidak ada kejelasan sepenuhnya pada titik mana parameter-parameter dari Alkitab tersebut ditetapkan. Beberapa akademisi mengajukan pendapat bahwa kanon Alkitab Ibrani ditetapkan pada sekitar abad ke-3 M,[4][5] atau bahkan setelahnya.[6]

Semua kitab dalam Perjanjian Lama ditulis sebelum kelahiran Yesus, yang mana 97% isinya ditulis dalam bahasa Ibrani dan sisanya dalam bahasa Aram. Kitab-kitab Perjanjian Lama secara umum dapat dibagi menjadi beberapa bagian:

  1. Kelima kitab pertama atau Taurat (Pentateukh, Torah)
  2. Kitab sejarah yang menceritakan sejarah bangsa Israel sejak penaklukan Kanaan sampai pembuangan ke Babilonia
  3. Kitab puisi dan hikmat yang dalam beragam bentuknya berhubungan dengan masalah kebaikan dan kejahatan di dunia ini
  4. Kitab nubuat atau para nabi yang berisi peringatan-peringatan terkait konsekuensi jika berpaling dari Allah.

Isi

Perjanjian Lama berisikan 39 (Protestan), 46 (Katolik), atau lebih (Ortodoks dan lainnya) kitab-kitab yang secara luas terbagi dalam Taurat, kitab sejarah, kitab hikmat, dan kitab para nabi.[7]

Tabel

Tabel di bawah ini menggunakan pengejaan dan penamaan dalam edisi-edisi modern Alkitab saat ini, seperti misalnya New American Bible Revised Edition, Revised Standard Version, dan English Standard Version, untuk edisi-edisi bahasa Inggris, atau Alkitab Terjemahan Baru LAI dan Alkitab Deuterokanonika (LAI-LBI) untuk edisi-edisi bahasa Indonesia. Pengejaan dan penamaan baik dalam Perjanjian Lama Douay-Rheims 1609 (dan dalam Perjanjian Baru Douay-Rheims 1582) serta revisinya tahun 1749 oleh Uskup Challoner (DRC, edisi cetak saat ini yang digunakan banyak umat Katolik dan sebagai sumber pengejaan Katolik tradisional dalam bahasa Inggris) maupun dalam Septuaginta (LXX) berbeda dengan penamaan dan pengejaan dalam edisi-edisi modern yang berasal dari Teks Masoret Ibrani.[a]

Untuk kanon Ortodoks, judul-judul Septuaginta dituliskan dalam tanda kurung apabila berbeda dari edisi-edisi tersebut. Untuk kanon Katolik, judul-judul dari Douay-Rheims dituliskan dalam tanda kurung apabila berbeda dengan edisi-edisi tersebut. Demikian juga King James Version mereferensikan beberapa dari kitab-kitab ini dengan pengejaan tradisional ketika merujuknya dalam Perjanjian Baru, seperti "Esaias" untuk Isaiah (Yesaya).

Dalam semangat ekumenisme, banyak terjemahan Katolik dalam bahasa Inggris belakangan ini (seperti New American Bible, Jerusalem Bible, dan berbagai terjemahan ekumenis yang digunakan kalangan Katolik seperti Revised Standard Version Catholic Edition) menggunakan penamaan dan pengejaan [Alkitab Raja James] "standar" yang sama seperti Alkitab Protestan (misalnya 1 Chronicles bukannya 1 Paralipomenon, 1–2 Samuel dan 1–2 Kings bukannya 1–4 Kings) pada kitab-kitab yang secara universal dianggap kanonik, yakni protokanonika.

Talmud (komentari Yahudi tentang kitab suci) dalam Baba Batra 14b menyajikan suatu urutan yang berbeda untuk kitab-kitab dalam Nevi'im dan Ketuvim. Pengurutan ini juga dikutip dalam Mishneh Torah Hilchot Sefer Torah 7:15. Urutan kitab-kitab Torah/Taurat bersifat universal dalam semua denominasi agama Yahudi dan Kekristenan.

Kitab-kitab yang diperdebatkan, yang termasuk dalam suatu kanon namun tidak terdapat dalam yang lainnya, seringkali disebut apokrifa Alkitab, suatu istilah yang kadang-kadang digunakan secara khusus untuk mendeskripsikan kitab-kitab dalam kanon Ortodoks dan Katolik yang tidak ada dalam Teks Masoret Yahudi dan kebanyakan Alkitab Protestan modern.

Kalangan Katolik, mengikuti Kanon Trente (1546), mendeskripsikan kitab-kitab ini sebagai deuterokanonika, sedangkan kalangan Ortodoks Yunani, mengikuti Sinode Yerusalem (1672), menggunakan nama tradisional anagignoskomena (artinya "yang harus dibaca"). Kitab-kitab tersebut terdapat dalam versi-versi Protestan historis; Alkitab Luther berbahasa Jerman menyertakan kitab-kitab tersebut, sebagaimana juga Alkitab Raja James tahun 1611 yang berbahasa Inggris.[b]

Sel-sel yang kosong pada tabel menunjukkan bahwa suatu kitab tidak ada dalam kanon itu.

Tanakh
(Alkitab Ibrani)
(24 kitab)[c]
Kitab-kitab dalam huruf tebal
merupakan bagian dari Ketuvim
Protestan
Perjanjian Lama
(39 kitab)
Katolik
Perjanjian Lama
(46 kitab)
Ortodoks Timur
Perjanjian Lama
(51 kitab)
Terjemahan Baru
Perjanjian Lama +
Deuterokanonika
(Bahasa Indonesia)
Bahasa asli
Taurat
Torah, Pentateukh, atau Lima Kitab Musa
Bereishit Genesis Genesis Genesis Kejadian Ibrani
Shemot Exodus Exodus Exodus Keluaran Ibrani
Vayikra Leviticus Leviticus Leviticus Imamat Ibrani
Bamidbar Numbers Numbers Numbers Bilangan Ibrani
Devarim Deuteronomy Deuteronomy Deuteronomy Ulangan Ibrani
Nevi'im (Nabi-nabi)
Yehoshua Joshua Joshua (Josue) Joshua (Iesous) Yosua Ibrani
Shofetim Judges Judges Judges Hakim-hakim Ibrani
Rut[d] Ruth Ruth Ruth Rut Ibrani
Shemuel 1 Samuel 1 Samuel (1 Kings)[e] 1 Samuel (1 Kingdoms)[f] 1 Samuel[e] Ibrani
2 Samuel 2 Samuel (2 Kings)[e] 2 Samuel (2 Kingdoms)[f] 2 Samuel[e] Ibrani
Melakhim 1 Kings 1 Kings (3 Kings)[e] 1 Kings (3 Kingdoms)[f] 1 Raja-raja[e] Ibrani
2 Kings 2 Kings (4 Kings)[e] 2 Kings (4 Kingdoms)[f] 2 Raja-raja[e] Ibrani
Divrei Hayamim[d] 1 Chronicles 1 Chronicles (1 Paralipomenon) 1 Chronicles (1 Paralipomenon) 1 Tawarikh Ibrani
2 Chronicles 2 Chronicles (2 Paralipomenon) 2 Chronicles (2 Paralipomenon) 2 Tawarikh Ibrani
1 Esdras Ibrani
Ezra–Nehemiah[d] Ezra Ezra (1 Esdras) Ezra (2 Esdras)[f][g] Ezra Ibrani dan Aramaik
Nehemiah Nehemiah (2 Esdras) Nehemiah (2 Esdras)[f][g] Nehemia Ibrani
Tobit (Tobias) Tobit (Tobias) Tobit[h] Aramaik (dan Ibrani?)
Judith Judith Yudit[h] Ibrani
Esther[d] Esther Esther[i] Esther[i] Ester[i] Ibrani
1 Maccabees (1 Machabees)[j] 1 Maccabees 1 Makabe[h] Ibrani
2 Maccabees (2 Machabees)[j] 2 Maccabees 2 Makabe[h] Yunani
3 Maccabees Yunani
4 Maccabees[k] Yunani
Ketuvim (Tulisan-tulisan) Kitab-kitab Hikmat
Iyov[d] Job Job Job Ayub Ibrani
Tehillim[d] Psalms Psalms Psalms[l] Mazmur Ibrani
Prayer of Manasseh Yunani
Mishlei[d] Proverbs Proverbs Proverbs Amsal Ibrani
Qoheleth[d] Ecclesiastes Ecclesiastes Ecclesiastes Pengkhotbah Ibrani
Shir Hashirim[d] Song of Solomon Song of Songs
(Canticle of Canticles)
Song of Songs
(Aisma Aismaton)
Kidung Agung Ibrani
Wisdom Wisdom Kebijaksanaan[h] Yunani
Sirach (Ecclesiasticus) Sirach Sirakh[h] Ibrani
Nevi'im (Nabi-nabi Akhir) Nabi-nabi Besar
Yeshayahu Isaiah Isaiah (Isaias) Isaiah Yesaya Ibrani
Yirmeyahu Jeremiah Jeremiah (Jeremias) Jeremiah Yeremia Ibrani dan Aramaik
Eikhah[d] Lamentations Lamentations Lamentations Ratapan Ibrani
Baruch[m] Baruch[m] Barukh[m][h] Ibrani[9]
Letter of Jeremiah[n] Yunani[o]
Yekhezqel Ezekiel Ezekiel (Ezechiel) Ezekiel Yehezkiel Ibrani
Daniel[d] Daniel Daniel[p] Daniel[p] Daniel[p] Ibrani dan Aramaik
Dua Belas Nabi Kecil
Trei Asar Hosea Hosea (Osee) Hosea Hosea Ibrani
Joel Joel Joel Yoel Ibrani
Amos Amos Amos Amos Ibrani
Obadiah Obadiah (Abdias) Obadiah Obaja Ibrani
Jonah Jonah (Jonas) Jonah Yunus Ibrani
Micah Micah (Micheas) Micah Mikha Ibrani
Nahum Nahum Nahum Nahum Ibrani
Habakkuk Habakkuk (Habacuc) Habakkuk Habakuk Ibrani
Zephaniah Zephaniah (Sophonias) Zephaniah Zefanya Ibrani
Haggai Haggai (Aggeus) Haggai Hagai Ibrani
Zechariah Zechariah (Zacharias) Zechariah Zakharia Ibrani
Malachi Malachi (Malachias) Malachi Maleakhi Ibrani

Beberapa kitab dalam kanon Ortodoks Timur juga ditemukan dalam lampiran Vulgata Latin, yang mana dahulu merupakan Kitab Suci resmi dalam Gereja Katolik Roma (sekarang menggunakan Nova Vulgata).

Kitab-kitab dalam Lampiran Alkitab Vulgata
Nama dalam Vulgata
Nama dalam penggunaan Ortodoks Timur
3 Esdras 1 Esdras
4 Esdras
Doa Manasye Doa Manasye
Mazmur Daud saat ia membunuh Goliat (Mazmur 151) Mazmur 151

Teks-teks Perjanjian Lama

Teks Masoret

Teks tulisan tangan Perjanjian Lama kuno yang utuh sekarang ini adalah Kodeks B19 yang saat ini berada di Perpustakaan di St. Petersburg. Teks ini dikenal dengan nama Kodeks Leningradensis, yang juga dikenal dengan nama Kodeks Petropolitanus, ditulis pada tahun 1008 di Kairo dan merupakan teks tulisan tangan terbaik, sehingga para ilmuan Alkitab banyak mengacu kepada teks ini.

Kodeks Leningradensis berasal dari tradisi penulisan teks Alkitab Ibrani yang sangat rumit, yaitu berasal dari para Masoret dari abad ke-8 sampai ke-10 M di Tiberias di pantai danau Genesaret. Oleh karena itu orang menyebut teks yang berasal dari tradisi penulisan ini sebagai teks Masoret. Terdapat dua keluarga Yahudi dalam tradisi penulisan ini, yaitu Ben Asyer dan Ben Naftali. Pada dasarnya huruf-huruf Ibrani adalah konsonan semua. Hal ini juga berlaku kepada teks Perjanjian Lama. Teks Perjanjian Lama yang ditulis dengan huruf konsonan semua disebut teks konsonan. Pembacaan teks konsonan ini didasarkan pada tradisi pembacaan kitab suci yang turun temurun. Kodeks Aleppo, yang merupakan teks konsonan, yang menjadi teks dasar, diberi tanda vokal (vokalisasi) oleh Harun ben Asyer, lalu hasil dari vokalisasi yang dilakukan oleh Harun ben Asyer disalin lagi oleh Samuel ben Yakub. Kodeks Leningradensis yang telah disebutkan di atas adalah hasil salinan yang dikerjakan oleh Samuel ben Yakub.

Yang menjadi pendorong pemberian tanda vokal pada teks konsonan Ibrani yang dilakukan oleh Ben Asyer dan Ben Naftali adalah Sekte Kareer ("Para Pengikut Kitab Suci"), yang pada abad ke-8 berkembang di daerah Babilonia. Sekte ini mengabaikan penafsiran rabi-rabi Yahudi yang didasarkan pada tradisi Talmud, dan mereka lebih mengarahkan pengajaran mereka hanya pada Kitab Suci. Sehingga pada waktu itu berkembang pemikiran, bahwa jika tradisi pembacaan ini terputus dan hilang, maka anak-cucu mereka tidak dapat membaca Kitab Suci lagi serta tidak dapat memahaminya, karena teks Kitab Sucinya adalah berbentuk konsonan. Kebutuhan yang mendesak ini juga dipikirkan oleh para Masoret yang adalah para rabi (bukan berasal dari Sekte Kareer!), sehingga dua keluarga yang telah disebutkan di atas mengerjakan vokalisasi teks konsonan.

Teks Pentateukh atau Taurat Samaria

Tradisi penyalinan teks kitab suci yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi tersebut di atas yang biasa disebut teks masoret bukanlah satu-satunya tradisi penyalinan teks kitab suci Ibrani. Di samping tradisi penyalinan ini terdapat juga tradisi penyalinan yang dilakukan oleh orang-orang Samaria. Tradisi penyalinan yang dilakukan oleh orang-orang Samaria ini dimulai sejak keterpisahan (skisma) jemaat Yahudi dan Samaria pada tahun yang tidak diketahui lagi, tetapi yang pasti pada zaman setelah pembuangan suku-suku Israel. Orang-orang Samaria adalah penduduk yang tinggal di wilayah Israel utara setelah pada tahun 722 SM ditaklukkan oleh bangsa Asyur. Mereka adalah campuran antara Israel dan bangsa-bangsa lain yang tinggal di daerah tersebut. Mereka hanya mengakui Pentateukh atau Taurat sebagai Kitab Suci mereka. Teks tulisan tangan yang tertua dari tradisi ini yang masih ada berasal dari abad ke-12 M yang sekarang ini berada di Perpustakaan Universitas Leipzig.

Teks Qumran

Antara tahun 1947 dan 1956 ditemukan fragmen-fragmen teks Perjanjian Lama dalam bentuk lebih dari 190 gulungan dari dalam 11 gua di Qumran, yang terletak di pantai Laut Mati, yaitu sekitar 15 km sebelah selatan dari kota Yerikho. Dimulai dari ketidak sengajaan pada tahun 1947, yaitu ketika seorang gembala muda dari suku Badui, yang mencoba untuk mencari dombanya yang hilang di sekitar gua-gua di Qumran, dan ketika dia mencoba untuk mencari dombanya di sebuah gua, dia secara tidak sengaja menemukan gulungan-gulungan kitab. Penemuan ini merupakan penemuan pertama gulungan-gulungan kitab Qumran, dan sejak saat itu para arkeolog meneliti di Qumran dan menemukan gulungan-gulungan kitab yang lainnya. Sebagian besar fragmen tersebut berasal dari abad ke-2 SM dan ke-1 SM, namun ada juga sebagian kecil yang berasal dari abad ke-3 SM. Setiap bagian dari kitab-kitab Perjanjian Lama (kecuali kitab Ester) ditemukan di Qumran. (Lihat Naskah Laut Mati) Gambar 1: Qumran

Teks Yunani

Tradisi penerjemahan Alkitab Ibrani ke Yunani juga merupakan sumber yang sangat penting, yang disebut Septuaginta. Nama ini berasal dari bahasa Latin yang berarti "tujuh puluh" dan biasanya disingkat dengan huruf romawi LXX. Legenda tentang Septuaginta ini didasarkan pada Surat Aristeas pada abad ke-1 SM: Demetrius dari Phaleron, ketua Perpustakaan di Alexandria, mengusulkan kepada Raja Ptolemaios II Philadelphos (285-246 SM) untuk memasukkan kitab Taurat Yahudi ke dalam Perpustakaan Alexandria. Untuk melaksanakan proyek ini, maka 72 tua-tua Yahudi (enam dari masing-masing suku Israel/ 6 x 12 = 72), dikirim oleh Imam Besar Eliezer ke Alexandria untuk menerjemahkan kitab Taurat, dan penerjemahan itu memakan waktu selama 72 hari dan hasil dari penerjemahan ini digunakan oleh jemaat Yahudi yang saat itu berada di Diaspora Mesir. Legenda ini didasarkan pada motif mujizat munculnya Septuaginta. Namun dari legenda ini kita dapat memperoleh informasi, bahwa kitab Taurat dalam bahasa Yunani pada awalnya dipergunakan oleh jemaat Yahudi yang berada di Diaspora Mesir yang tidak bisa berbahasa Ibrani lagi, yaitu pada pertengahan abad ke-3 SM. Satu abad setelah itu, yaitu sekitar pertengahan abad ke-2 SM, seluruh Alkitab telah diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Hal ini didasarkan pada Prolog kitab Sirakh (sekitar 132 SM), bahwa "Taurat, para Nabi, dan kitab-kitab lain" (mengacu kepada tiga bagian dari kitab Ibrani, yaitu Torah, Nebi'im dan Ketubim) telah diterjemahkan dalam "bahasa lain" (tentunya dalam hal ini bahasa Yunani).

Tradisi Septuaginta sangat berbeda dengan tradisi Masoret, baik dari sisi bahasa maupun teksnya. Nampaknya teks Ibrani yang digunakan oleh para penerjemah adalah teks yang berbeda dengan teks dari tradisi Masoret. Hal ini didasarkan pada bukti: bahwa (1) Septuaginta memuat beberapa kitab di luar kitab Ibrani, (2) bahwa kitab Daniel dan Ester di Septuaginta lebih panjang dari versi kitab Ibrani, dan juga kitab Yeremia versi Septuaginta lebih pendek dari versi kitab Ibrani, secara khusus perbedaan bentuk teks antara teks Ibrani yang digunakan oleh Septuaginta dan teks Ibrani Masoret akan nampak jika kita membandingkannya secara mendetail dari kitab Daniel.

Pada awalnya tradisi Septuaginta menjadi teks yang sangat penting bagi orang Yahudi pada waktu itu. Namun setelah konsili Yamnia (sekitar 95 M) tradisi ini menduduki peranan yang tidak penting lagi. Hal ini mungkin karena teks Septuaginta menjadi pegangan penting bagi orang Kristen mula-mula, dan teks ini mendapat tandingan dari terjemahan Yunani yang baru, yaitu Aquila (130 M), Theodotion (abad ke-2 M) dan Symmakus (abad ke-3 M). Namun tradisi ini mendapat tempat yang sangat penting dalam tradisi Kristen. Kemudian Septuaginta direvisi oleh para ahli Kristen:

  1. oleh Origenes (antara 232-254 di Kaisarea dalam edisi teks kritik Septuaginta),
  2. oleh Uskup Mesir Hesikhius (meninggal sekitar 310),
  3. oleh Tua-Tua Lukian di Antiokhia (meninggal sekitar 311).

Menurut keterangan Hieronimus, orang Kristen di Alexandria dan Mesir menggunakan Septuaginta versi Hesikhius; sedangkan orang Kristen di Konstantinopel sampai Antiokhia menggunakan Septuaginta versi Lukian Sang Martir; dan di samping itu orang Kristen di Palestina menggunakan Septuaginta versi Origenes.

Kemudian berdasarkan Septuaginta diterjemahan Alkitab Perjanjian Lama dalam beberapa bahasa lain, yaitu pada abad ke-3 M ke dalam bahasa Koptik, salah satu dialek bahasa Mesir; lalu pada abad ke-4 M ke dalam bahasa Ethiopia; di samping itu pada abad ke-4 M ke dalam bahasa Gotik oleh Uskup Gotik Ulfias. Berdasarkan versi Origenes Alkitab Perjanjian Lama diterjemahkan ke dalam bahasa Armenia pada sekitar tahun 440 M.

Ketika bahasa Ibrani bukan lagi menjadi bahasa pengantar di Palestina, banyak orang yang tidak mengerti isi kitab suci, karena kitab suci tertulis dalam bahasa Ibrani. Oleh karena itu diambil inisiatif, bahwa dalam ibadah di Sinagoga, setelah dibacakannya kitab suci dalam bahasa Ibrani, teks Ibrani tersebut diterjemahkan (dalam tradisi lisan) ke dalam bahasa Aram. Terjemahan kitab suci ke dalam bahasa Aram dalam tradisi lisan tersebut (targum, jamak: targumim) baru mulai sekitar tahun 300 M ditulis oleh ahli-ahli kitab suci. Oleh karena itu banyak terjadi kesalahan penerjemahan dan ketidak-tentuan, karena penerjemahannya sendiri lebih berdasarkan interpretasi. Namun di sisi lain, dalam kritik teks, Targum kadang juga menjadi penting untuk diperhatikan, karena dia merupakan terjemahan dari teks yang lebih tua dari teks Masoret. Terdapat dua Targum yang terkenal dan penting, yaitu Targum Palestina dan Targum Babilonia.

Peshitta

Peshitta merupakan terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Suryani atau bahasa Aram menurut tradisi Kristen. Penerjemahannya sangat bergantung dengan Targum, sehingga kedudukannya dalam kritik teks tidaklah menduduki tempat yang penting. Selain bergantung dengan Targum, Peshitta juga menggunakan LXX.

Terjemahan-terjemahan dalam Bahasa Latin

Sampai sekitar tahun 250 M bahasa Yunani merupakan bahasa pengantar resmi di seluruh kerajaan Romawi. Namun di beberapa provinsi, misalnya di Afrika Utara, bahasa Latin masih menjadi bahasa pergaulan masyarakat, sehingga dibutuhkan penerjemahan kitab suci ke dalam bahasa Latin untuk masyarakat yang berdiam di provinsi-provinsi tersebut. Terjemahan-terjemahan kitab suci ke dalam bahasa Latin tersebut mulai muncul pada awal abad ke-2 M. Tradisi penerjemahan yang tertua adalah terjemahan dari Afrika, dan yang lebih muda adalah terjemahan dari bahasa Italia. Terjemahan-terjemahan Latin ini disebut dengan nama "Vetus Latina" atau oleh orang Galia-Selatan disebut dengan nama "Itala" (versio Itala). Penerjemahan-penerjemahan ini berdasarkan teks LXX.

Paus Damasus (366-384) memutuskan untuk merevisi Alkitab latin dan hasil dari perevisian ini akan menjadi teks resmi gereja Katolik. Untuk mewujudkannya, dia memerintahkan kepada Sophronius Eusebius Hieronimus (347-419) untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa latin atau sedikitnya merevisi teks-teks latin yang sudah ada. Hieronimus menyelesaikan penerjemahannya pada tahun 406. Terjemahan Alkitab ke dalam bahasa latin tersebut disebut Vulgata. Pada tahun 801 Vulgata kembali direvisi oleh Abt Alkuin.

Melalui keputusan pada Konsili Vatikan II, Vulgata direvisi kembali dan revisi tersebut selesai pada tahun 1979. Hasil revisi Vulgata tersebut disebut Nova Vulgata.

Kanonisasi Perjanjian Lama

Umat Yahudi mengakui 39 kitab (atau menurut mereka 22 kitab, karena kedua kitab Samuel (1 Samuel dan 2 Samuel); kedua kitab Raja-raja (1 Raja-raja dan 2 Raja-raja); kedua kitab Tawarikh (1 Tawarikh dan 2 Tawarikh); kitab Ezra dan kitab Nehemia; dan 12 kitab nabi-nabi kecil: masing-masing dihitung satu kitab; dan kitab Rut digabungkan dengan kitab Hakim-Hakim; dan kitab Ratapan digabungkan dengan kitab Yeremia) yang ditulis dalam bahasa Ibrani (veritas hebraica) sebagai kanon.

Penetapan ke-39 kitab tersebut sebagai kanon menurut tradisi terjadi pada sekitar tahun 95 M dalam sebuah konsili yang diadakan di Yamnia (sekarang ini bernama Yabne, terletak di dekat pantai Laut Tengah, di sebelah barat daya Israel. Setelah Yerusalem dihancurkan oleh tentara Roma pada tahun 70 M, kota ini menjadi pusat umat Yahudi yang sangat penting). Penetapan ini memberikan legitimasi, bahwa 39 kitab ini tergolong Kitab Suci. Orang-orang Yahudi dewasa ini masih tetap mengakui kanonisasi berdasarkan penetapan di konsili Yamnia. Tradisi Protestan juga menganut tradisi ini.

Di samping tradisi kanonisasi Ibrani terdapat juga di kalangan Yahudi kuno kanonisasi yang didasarkan pada kitab-kitab Yunani yang terdapat dalam Septuaginta. Kitab-kitab Yunani tersebut di kalangan Yahudi kuno (juga pada zaman Yesus dan jemaat Kristen perdana) diakui sebagai kanonis. Tradisi kanonisasi Yunani pada awalnya mempunyai wibawa di kalangan umat Yahudi, tetapi setelah tradisi ini dipegang oleh jemaat Kristen perdana dan setelah kanonisasi di Yamnia, maka tradisi kanonisasi Yunani tidak lagi diakui oleh umat Yahudi.

Tradisi kanonisasi ini kemudian diambil alih atau diteruskan oleh Hieronimus dalam menyusun Vulgata. Gereja Katolik mengakui tradisi ini. Jumlah kitab yang diakui sebagai kanonik adalah 46 kitab. Jumlah ini 7 kitab lebih banyak dari tradisi Protestan, yaitu: Kitab Tobit, Yudit, 1 dan 2 Makabe, Kebijaksanaan Salomo, Yesus Sirakh, Surat Barukh, dan Tambahan-tambahan pada Kitab Ester, Daniel, dan Tawarikh). Tujuh kitab ini disebut dalam tradisi Katolik sebagai “Deuterokanonika”, sementara ke-39 kitab Ibrani disebut sebagai Protokanonika. Kitab-kitab ini oleh kalangan Protestan dahulu disebut “Apokrif”. Menurut Luther kitab-kitab ini baik dan berguna untuk dibaca, tetapi tidak dapat dianggap sebagai kitab suci.

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Umumnya karena turunan dari transliterasi nama-nama yang digunakan dalam Vulgata Latin dalam hal Katolikisme, dan dari transliterasi Septuaginta Yunani dalam hal Ortodoksi (karena berbeda dengan turunan terjemahan, bukannya transliterasi, dari judul-judul dalam bahasa Ibrani) seperti misalnya Eklesiastikus (Ecclesiasticus, DRC) bukannya Sirakh (Sirach, LXX) atau Ben Sira (Ibrani), Paralipomenon (Yunani) bukannya Tawarikh (Chronicles), Sophonias bukannya Zefanya (Zephaniah), Henoch bukannya Henokh (Enoch), dan lain-lain.
  2. ^ 39 Artikel dasar dari Anglikanisme, dalam Artikel VI, menegaskan bahwa kitab-kitab yang dalam perdebatan ini tidak digunakan "untuk menetapkan doktrin apapun", tetapi "dibaca sebagai teladan dalam hidup". Meskipun apokrifa Alkitab masih digunakan dalam Liturgi Anglikan,[8] kecenderungannya saat ini adalah tidak mencetak apokrifa Perjanjian Lama dalam edisi-edisi Alkitab yang digunakan kalangan Anglikan.
  3. ^ 24 kitab Alkitab Ibrani adalah sama dengan 39 kitab Perjanjian Lama Protestan, hanya saja pembagian dan pengurutannya berbeda: kitab Nabi-nabi Kecil terbagi menjadi 12 kitab di dalam Alkitab Kristen, dan dalam Alkitab Ibrani berupa satu kitab yang disebut "Kedua Belas". Demikian pula Alkitab Kristen membagi Kitab Raja-raja menjadi empat kitab, baik 1–2 Samuel dan 1–2 Raja-raja ataupun 1–4 Raja-raja, sedangkan Alkitab Yahudi membaginya dalam dua kitab. Kaum Yahudi juga menetapkan 1–2 Tawarikh/Paralipomenon sebagai satu kitab. Ezra dan Nehemiah juga digabungkan di dalam Alkitab Ibrani, sebagaimana dalam banyak Alkitab Ortodoks, bukan membaginya menjadi dua kitab seperti pada tradisi Katolik dan Protestan.
  4. ^ a b c d e f g h i j k Kitab ini merupakan bagian dari Ketuvim, bagian ketiga dari kanon Yahudi. Kitab-kitab Ketuvim dalam kanon Yahudi menggunakan urutan yang berbeda dibandingkan yang terdapat dalam dengan kanon Kristen.
  5. ^ a b c d e f g h Kitab-kitab Samuel dan Raja-raja seringkali disebut 1–4 Raja-raja dalam tradisi Katolik, serupa dengan Ortodoks.
  6. ^ a b c d e f Nama-nama dalam tanda kurung merupakan nama-nama dalam Septuaginta dan seringkali digunakan oleh umat Kristen Ortodoks.
  7. ^ a b Beberapa Gereja Ortodoks Timur mengikuti Septuaginta dan Alkitab Ibrani dengan mengganggap kitab-kitab Ezra dan Nehemia sebagai satu kitab.
  8. ^ a b c d e f g Dalam Alkitab Deuterokanonika LAI-LBI, kitab ini tidak dimasukkan dalam Perjanjian Lama tetapi ditempatkan pada bagian khusus kitab-kitab Deuterokanonika di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
  9. ^ a b c Kitab Ester Ortodoks dan Katolik mencakup 103 ayat yang tidak terdapat dalam Kitab Ester Protestan. Alkitab Deuterokanonika LAI-LBI memisahkan ayat-ayat tersebut dalam satu bagian tersendiri, yang dinamakan Tambahan-tambahan pada Kitab Ester, pada bagian khusus kitab-kitab Deuterokanonika di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
  10. ^ a b Vulgata, Douay-Rheims, dan Revised Standard Version Catholic Edition menempatkan 1–2 Makabe setelah Maleakhi; terjemahan-terjemahan Katolik yang lain menempatkannya setelah Ester.
  11. ^ Dalam Alkitab Yunani, 4 Makabe dimasukkan dalam lampiran.
  12. ^ Gereja Ortodoks Timur memasukkan Mazmur 151 dan Doa Manasye, tidak ada dalam semua kanon.
  13. ^ a b c Dalam Alkitab Katolik, Kitab Barukh memuat pasal keenam yang disebut Surat Nabi Yeremia. Kitab Barukh tidak terdapat dalam Alkitab Protestan dan Tanakh.
  14. ^ Alkitab Ortodoks Timur memisahkan Kitab Barukh dengan Surat Nabi Yeremia.
  15. ^ Mayoritas menganggapnya berasal dari bahasa Yunani, sedangkan ada kalangan minoritas yang menganggapnya dari bahasa Ibrani; lihat Surat Nabi Yeremia untuk informasi selengkapnya.
  16. ^ a b c Dalam Alkitab Ortodoks dan Katolik, Kitab Daniel memuat tiga bagian yang tidak terdapat dalam Alkitab Protestan. Doa Azarya dan Lagu Pujian Ketiga Pemuda termasuk di antara Daniel 3:23–24. Susana dimasukkan sebagai Daniel 13. Dewa Bel dan Naga Babel dimasukkan sebagai Daniel 14. Semuanya ini tidak terdapat dalam Alkitab Protestan. Alkitab Deuterokanonika LAI-LBI memisahkan ketiga bagian tersebut dalam satu bagian tersendiri, yang dinamakan Tambahan-tambahan pada Kitab Daniel, pada bagian khusus kitab-kitab Deuterokanonika di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Referensi

  1. ^ Jones 2001, hlm. 215.
  2. ^ Barton 2001, hlm. 3.
  3. ^ (Inggris) Lim, Timothy H. (2005). The Dead Sea Scrolls: A Very Short Introduction. Oxford: Oxford University Press. hlm. 41. 
  4. ^ (Inggris) Riches, John (2000). The Bible: A Very Short Introduction. Oxford: Oxford University Press. hlm. 37. ISBN 978-0-19-285343-1. 
  5. ^ (Inggris) Philip R. Davies in The Canon Debate, page 50: "With many other scholars, I conclude that the fixing of a canonical list was almost certainly the achievement of the Hasmonean dynasty."
  6. ^ (Inggris) McDonald & Sanders, The Canon Debate, 2002, page 5, cited are Neusner's Judaism and Christianity in the Age of Constantine, pages 128–145, and Midrash in Context: Exegesis in Formative Judaism, pages 1–22.
  7. ^ Boadt 1984, hlm. 11, 15–16.
  8. ^ (Inggris) The Apocrypha, Bridge of the Testaments (PDF), Orthodox Anglican, Two of the hymns used in the American Prayer Book office of Morning Prayer, the Benedictus es and Benedicite, are taken from the Apocrypha. One of the offertory sentences in Holy Communion comes from an apocryphal book (Tob. 4: 8–9). Lessons from the Apocrypha are regularly appointed to be read in the daily, Sunday, and special services of Morning and Evening Prayer. There are altogether 111 such lessons in the latest revised American Prayer Book Lectionary [Books used are: II Esdras, Tobit, Wisdom, Ecclesiasticus, Baruch, Three Holy Children, and I Maccabees.] 
  9. ^ Britannica, 1911 

Bibliografi

Bacaan lanjutan

  • Anderson, Bernhard. Understanding the Old Testament. ISBN 0-13-948399-3
  • Bahnsen, Greg, et al., Five Views on Law and Gospel (Grand Rapids: Zondervan, 1993).
  • Berkowitz, Ariel; Berkowitz, D'vorah (2004), Torah Rediscovered (edisi ke-4th), Shoreshim, ISBN 0-9752914-0-8 .
  • Dever, William G. (2003), Who Were the Early Israelites?, Grand Rapids, MI: William B Eerdmans, ISBN 0-8028-0975-8 .
  • von Rad, Gerhard (1982–1984), Theologie des Alten Testaments (dalam bahasa German), Band 1–2, Munich: Auflage  .
  • Hill, Andrew; Walton, John (2000), A Survey of the Old Testament (edisi ke-2nd), Grand Rapids: Zondervan, ISBN 0-310-22903-0 .
  • Kuntz, John Kenneth (1974), The People of Ancient Israel: an introduction to Old Testament Literature, History, and Thought, Harper & Row, ISBN 0-06-043822-3 .
  • Lancaster, D Thomas (2005), Restoration: Returning the Torah of God to the Disciples of Jesus, Littleton \ publisher = First Fruits of Zion .
  • Papadaki-Oekland, Stella, Byzantine Illuminated Manuscripts of the Book of Job, ISBN 978-2-503-53232-5 .
  • Rouvière, Jean-Marc (2006), Brèves méditations sur la Création du monde (dalam bahasa French), Paris: L'Harmattan  .
  • Salibi, Kamal (1985), The Bible Came from Arabia, London: Jonathan Cape, ISBN 0-224-02830-8 .
  • Schmid, Konrad (2012), The Old Testament: A Literary History, Minneapolis: Fortress, ISBN 978-0-8006-9775-4 .
  • Silberman, Neil A; et al. (2003), The Bible Unearthed (hardback), New York: Simon & Schuster, ISBN 0-684-86912-8 , ISBN 0-684-86913-6 (paperback).
  • Sprinkle, Joseph ‘Joe’ M (2006), Biblical Law and Its Relevance: A Christian Understanding and Ethical Application for Today of the Mosaic Regulations (clothbound), Lanham, MD: University Press of America, ISBN 0-7618-3371-4  and ISBN 0-7618-3372-2 (paperback).

Pranala luar