Jawa Tengah
6°58′S 110°7′E / 6.967°S 110.117°E
Jawa Tengah | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Transkripsi bahasa Jawa | |||||||||
• Pegon | جاوي مـديا | ||||||||
• Alfabet Jawa | Jawi Madya | ||||||||
Motto: Prasetya ulah sakti bhakti praja (Jawa) Berjanji akan berusaha keras dan setia terhadap negara | |||||||||
Negara | Indonesia | ||||||||
Dasar hukum pendirian | UU No. 10 Tahun 1950 | ||||||||
Hari jadi | 19 Agustus 1945 | ||||||||
Ibu kota | Semarang | ||||||||
Kota besar lainnya | |||||||||
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
| ||||||||
Pemerintahan | |||||||||
• Gubernur | Nana Sudjana (penjabat) | ||||||||
• Wakil Gubernur | lowong | ||||||||
• Sekretaris Daerah | Sumarno | ||||||||
• Ketua DPRD | Sumanto | ||||||||
Luas | |||||||||
• Total | 32.800,69 km2 (12,664,42 sq mi) | ||||||||
Populasi | |||||||||
• Total | 37.496.035 | ||||||||
• Kepadatan | 1.113/km2 (2,880/sq mi) | ||||||||
Demografi | |||||||||
• Agama | Islam 97,26% Kristen 2,54% —Protestan 1,60% —Katolik 0,94% Buddha 0,14% Hindu 0,04% Kepercayaan 0,02% Konghucu 0,01% [1] | ||||||||
• Bahasa | |||||||||
• IPM | 72,79 (2022) tinggi[2] | ||||||||
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) | ||||||||
Kode pos | 50xxx-54xxx dan 56xxx-59xxx | ||||||||
Kode area telepon | Daftar
| ||||||||
Kode ISO 3166 | ID - JT | ||||||||
Pelat kendaraan | Daftar
| ||||||||
Kode Kemendagri | 33 | ||||||||
Kode BPS | 33 | ||||||||
DAU | Rp 3.830.691.947.000,- (2020)[3] | ||||||||
Slogan pariwisata | Jateng Gayeng[4] | ||||||||
Lagu daerah | |||||||||
Rumah adat | Rumah Joglo | ||||||||
Senjata tradisional | |||||||||
Flora resmi | Kantil | ||||||||
Fauna resmi | Kepudang kuduk-hitam | ||||||||
Situs web | jatengprov |
Jawa Tengah (disingkat Jateng, bahasa Jawa: ꦗꦮꦶꦩꦢꦾ, Pegon: جاوي مـديا, translit. Jawi Madya) adalah sebuah wilayah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Ibu kota dari Provinsi Jawa Tengah adalah Kota Semarang. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Provinsi Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya 32.800,69 km², atau sekitar 28,94% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa. Penduduk Jawa Tengah berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2021 berjumlah 36.516.035 jiwa dengan kepadatan 1.113,00 jiwa/km².[1]
Pengertian Jawa Tengah secara geografis maupun budaya juga mencakup wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang masih satu teritorial dengan Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah bagian tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada pula suku bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat, sebagian kecil masyarakat Kabupaten Brebes dan Kabupaten Cilacap. Selain itu ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia sebagai pendatang yang tersebar di seluruh provinsi ini. Sejak tahun 2008, provinsi Jawa Tengah memiliki hubungan kembar dengan provinsi Fujian di Tiongkok.
Sejarah
Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia Belanda. Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten), yakni Semarang, Pati, Kedu, Banyumas, dan Pekalongan. Surakarta masih merupakan daerah swapraja kerajaan (vorstenland) yang berdiri sendiri dan terdiri dari dua wilayah, Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran, sebagaimana Yogyakarta. Masing-masing gewest terdiri atas kabupaten-kabupaten. Waktu itu Pati Gewest juga meliputi Regentschap Tuban dan Bojonegoro.
Setelah diberlakukannya Decentralisatie Besluit tahun 1905, gewesten diberi otonomi dan dibentuk dewan daerah. Selain itu juga dibentuk gemeente (kotapraja) yang otonom, yaitu Pekalongan, Tegal, Semarang, Salatiga, dan Magelang.
Sejak tahun 1930, provinsi ditetapkan sebagai daerah otonom yang juga memiliki Dewan Provinsi (Provinciale Raad). Provinsi terdiri atas beberapa karesidenan (residentie), yang meliputi beberapa kabupaten (regentschap), dan dibagi lagi dalam beberapa kawedanan (district). Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 5 karesidenan, yaitu Pekalongan, Pati, Semarang, Banyumas, dan Kedu.
Menyusul kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945 Pemerintah membentuk daerah swapraja Kasunanan dan Mangkunegaran; dan dijadikan karesidenan. Pada tahun 1950 melalui undang-undang ditetapkan pembentukan kabupaten dan kota madya di Jawa Tengah yang meliputi 29 kabupaten dan 6 kota madya. Penetapan undang-undang tersebut hingga kini diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah, yakni tanggal 15 Agustus 1950.
Tahun 1965, seiring dengan gagalnya kudeta oleh G30S terhadap pemerintah nasional di Jakarta, Jawa Tengah dan banyak daerah lainnya, terjadilah penumpasan terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia. Di Bali, diperkirakan lebih dari 100.000 orang terbunuh atau hilang. Meskipun demikian, kejadian-kejadian pada masa awal Orde Baru tersebut sampai dengan saat ini belum berhasil diungkapkan secara hukum.[5]
Geografi
Relief
Menurut tingkat kemiringan lahan di Jawa Tengah, 38% lahan memiliki kemiringan 0–2%, 31% lahan memiliki kemiringan 2–15%, 19% lahan memiliki kemiringan 15–40%, dan sisanya 12% lahan memiliki kemiringan lebih dari 40%.
Kawasan pantai utara Jawa Tengah memiliki dataran rendah yang sempit. Di kawasan Brebes selebar 40 km dari pantai, dan di Semarang hanya selebar 4 km. Dataran ini bersambung dengan depresi Semarang-Rembang di timur. Gunung Muria pada akhir Zaman Es (sekitar 10.000 tahun SM) adalah pulau terpisah dari Jawa, yang akhirnya menyatu karena terjadi endapan aluvial dari sungai-sungai yang mengalir. Kota Demak semasa Kesultanan Demak (abad ke-16 Masehi) berada di tepi laut dan menjadi tempat berlabuhnya kapal. Proses sedimentasi ini sampai sekarang masih berlangsung di pantai Semarang.
Di selatan kawasan tersebut terdapat Pegunungan Kapur Utara dan Pegunungan Kendeng, yakni pegunungan kapur yang membentang dari sebelah timur Semarang mulai dari ujung barat daya Kota Pati kemudian ke timur hingga perbatasan Lamongan dan Bojonegoro (Jawa Timur).
Rangkaian utama pegunungan di Jawa Tengah adalah Pegunungan Serayu Utara dan Serayu Selatan. Rangkaian Pegunungan Serayu Utara membentuk rantai pegunungan yang menghubungkan rangkaian Bogor di Jawa Barat dengan Pegunungan Kendeng di timur. Lebar rangkaian pegunungan ini sekitar 30–50 km; di ujung baratnya terdapat Gunung Slamet dan bagian timur merupakan Dataran Tinggi Dieng dengan puncak-puncaknya Gunung Parahu dan Gunung Ungaran. Antara rangkaian Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Serayu Selatan dipisahkan oleh Depresi Serayu yang membentang dari Majenang (Kabupaten Cilacap), Purwokerto, hingga Wonosobo. Sebelah timur depresi ini terdapat gunung berapi Sindoro dan Sumbing, dan sebelah timurnya lagi (kawasan Magelang dan Temanggung) adalah lanjutan depresi yang membatasi Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.
Pegunungan Serayu Selatan merupakan bagian dari Cekungan Jawa Tengah Selatan yang terletak di bagian selatan provinsi Jawa Tengah. Mandala ini merupakan geoantiklin yang membentang dari barat ke timur sepanjang 100 kilometer dan terbagi menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh lembah Jatilawang yaitu bagian barat dan timur. Bagian barat dibentuk oleh Gunung Kabanaran (360 m) dan bisa dideskripsikan mempunyai elevasi yang sama dengan Zona Depresi Bandung di Jawa Barat ataupun sebagai elemen struktural baru di Jawa Tengah. Bagian ini dipisahkan dari Zona Bogor oleh Depresi Majenang.
Bagian timur dibangun oleh antiklin Ajibarang (narrow anticline) yang dipotong oleh aliran Sungai Serayu. Pada timur Banyumas, antiklin tersebut berkembang menjadi antiklinorium dengan lebar mencapai 30 km pada daerah Lukulo (selatan Banjarnegara-Midangan 1043 m) atau sering disebut tinggian Kebumen (Kebumen High). Pada bagian paling ujung timur Mandala Pegunungan Serayu Selatan dibentuk oleh kubah Pegunungan Kulonprogo (1022 m), yang terletak di antara Purworejo dan Sungai Progo.
Kawasan pantai selatan Jawa Tengah juga memiliki dataran rendah yang sempit, dengan lebar 10–25 km. Selain itu terdapat Kawasan Karst Gombong Selatan. Perbukitan yang landai membentang sejajar dengan pantai, dari Yogyakarta hingga Cilacap. Sebelah timur Yogyakarta merupakan daerah pegunungan kapur yang membentang hingga pantai selatan Jawa Timur.
Hidrologi
Sungai-sungai yang bermuara di Laut Jawa di antaranya adalah Bengawan Silugonggo, Sungai Pemali, Kali Comal, dan Kali Bodri. Sedangkan, sungai-sungai yang bermuara di Samudra Hindia di antaranya adalah Kali Serayu, Sungai Bogowonto, Sungai Luk Ulo dan Kali Progo. Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di Pulau Jawa (572 km); memiliki mata air di Pegunungan Sewu (Kabupaten Wonogiri), sungai ini mengalir ke utara, melintasi Kota Surakarta, dan akhirnya menuju ke Jawa Timur dan bermuara di daerah Gresik (dekat Surabaya).
Di antara waduk-waduk (Danau) yang utama di Jawa Tengah adalah Danau Gunung Rowo (Kabupaten Pati), Waduk Gajahmungkur (Kabupaten Wonogiri), Waduk Kedungombo (Kabupaten Boyolali, Grobogan dan Sragen), Danau Rawa Pening (Kabupaten Semarang), Waduk Cacaban (Kabupaten Tegal),Waduk Penjalin dan Waduk Malahayu (Kabupaten Brebes), Waduk Wadaslintang (perbatasan Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Wonosobo), Waduk Gembong (Kabupaten Pati), Waduk Sempor (Kabupaten Kebumen) dan Waduk Mrica (Kabupaten Banjarnegara).
Gunung berapi
Terdapat 5 gunung berapi yang aktif di Jawa Tengah, yaitu: Gunung Merapi (di Magelang–Boyolali–Klaten), Gunung Slamet (di Pemalang–Purbalingga–Banyumas–Tegal–Brebes), Gunung Sindoro (di Temanggung–Wonosobo), Gunung Sumbing (di Temanggung–Wonosobo–Magelang), dan Gunung Parahu (di Batang–Kendal–Temanggung–Wonosobo).
Keadaan tanah
Menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1969, jenis tanah wilayah Jawa Tengah didominasi oleh tanah latosol, aluvial, dan grumusol; sehingga hamparan tanah di provinsi ini termasuk tanah yang mempunyai tingkat kesuburan yang relatif subur.
Iklim
Jawa Tengah memiliki iklim tropis, dengan curah hujan tahunan rata-rata 2.000 meter, dan suhu rata-rata 21–32oC. Daerah dengan curah hujan tinggi terutama terdapat di Nusakambangan bagian barat, dan sepanjang Pegunungan Serayu Utara. Daerah dengan curah hujan rendah dan sering terjadi kekeringan di musim kemarau berada di daerah Blora dan sekitarnya serta di bagian selatan Kabupaten Wonogiri.
Pemerintahan
Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten dan 6 kota. Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri atas 545 kecamatan dan 8.490 desa/kelurahan.
Sebelum tahun 2003, Pemerintahan Daerah Jawa Tengah juga terdiri atas 3 kota administratif, yaitu Kota Purwokerto, Kota Cilacap, dan Kota Klaten. Namun sejak diberlakukannya otonomi daerah, kota-kota administratif tersebut dihapus dan menjadi bagian dalam wilayah kabupaten.
Menyusul otonomi daerah, 4 kabupaten memindahkan pusat pemerintahan ke wilayahnya sendiri, yaitu Kabupaten Magelang (dari Kota Magelang ke Mungkid) pada 1982, Kabupaten Semarang (dari Kota Semarang ke Ungaran) pada 1983, Kabupaten Tegal (dari Kota Tegal ke Slawi) pada 1984, serta Kabupaten Pekalongan (dari Kota Pekalongan ke Kajen pada 1986).
Daftar kabupaten dan kota
Daftar gubernur
Gubernur Jawa Tengah | |
---|---|
Hanacaraka: ꦒꦸꦧꦼꦂꦤꦸꦂꦗꦮꦶꦠꦼꦔꦃ | |
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah | |
Kediaman | Wisma Perdamaian (resmi) Puri Gedeh (peristirahatan) |
Masa jabatan | 5 tahun; dapat diperpanjang sekali |
Pejabat perdana | Soeroso |
Dibentuk | 18 Agustus 1945 |
Wakil | Wakil Gubernur Jawa Tengah |
Situs web | Situs web resmi |
Gubernur Jawa Tengah adalah kepala daerah tingkat satu yang memegang pemerintahan di Jawa Tengah bersama dengan wakil gubernur dan para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah dipilih melalui pemilihan umum yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Pada umumnya, gubernur diusung oleh gabungan partai politik yang setidaknya memiliki kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, serta dapat didukung oleh partai-partai politik non parlemen.
Jawa Tengah termasuk salah satu provinsi pertama yang berdiri semasa Republik Indonesia dibentuk pada 1945. Gubernur pertama diumumkan oleh Presiden Soekarno melalui Badan Penerangan bahwa Soeroso ditunjuk untuk memegang jabatan Gubernur Jawa Tengah. Enam gubernur pertama memiliki gelar kebangsawanan Jawa atau priayi, seperti Raden Mas Tumenggung. Menjelang masa Orde Lama berakhir hingga transisi pemerintahan antara Orde Baru dengan Reformasi, Gubernur Jawa Tengah dijabat oleh purnawirawan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Bibit Waluyo dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan adalah gubernur pertama Jawa Tengah yang dipilih rakyat dengan memenangkan Pilgub Jawa Tengah 2008, setelah sebelumnya dipilih melalui sidang paripurna di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.[7]
Daftar
Berikut adalah daftar Gubernur Jawa Tengah secara definitif sejak tahun 1945.[8][9][10]
Gubernur Jawa Tengah | ||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nomor urut | Gubernur | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Wakil | Ref. | |
1 | Suroso (1893–1981) |
Independen | 18 Agustus 1945 | 12 Oktober 1945 | 55 hari | I | Lowong | |||
2 | Wongsonegoro (1897–1978) |
PIR | 13 Oktober 1945 | 4 Agustus 1949 | 3 tahun, 295 hari | II | ||||
3 | Budijono (1905–1970) |
PNI | 4 Agustus 1949 | 8 Juli 1954 | 4 tahun, 338 hari | III | [11] | |||
4 | Mangunegara | PNI | 8 Juli 1954 | 29 November 1958 | 4 tahun, 144 hari | IV | ||||
5 | Sukardji Mangunkusumo | PNI | 29 November 1958 | 4 Januari 1959 | 36 hari | V | ||||
6 | Hadisubeno Sosrowerdojo (1912–1971) |
PNI | 4 Januari 1959 | 15 Januari 1960 | 1 tahun, 11 hari | VI | ||||
7 | Mokhtar (1909–1985) |
PNI | 15 Januari 1960 | 5 Mei 1966 | 6 tahun, 110 hari | VII | Sujono Atmo 1960–tidak diketahui |
|||
8 | Munadi (1923–2013) |
Golkar[a] | 5 Mei 1966 | 28 Desember 1974 | 8 tahun, 237 hari | VIII | Lowong | |||
9 | Supardjo Rustam (1926–1993) |
Golkar[a] | 2 Juni 1975 | 2 Juni 1980 | 5 tahun, 0 hari | IX | Tidak diketahui | |||
2 Juni 1980 | 5 Juni 1983[b] | 3 tahun, 3 hari | X | Tidak diketahui | [13] | |||||
10 | Muhammad Ismail (1927–2008) |
Golkar[a] | 5 Juni 1983 | 1988 | 4–5 tahun | XI | Suparto Tjitrodihardjo | |||
1988 | 1993 | 4–5 tahun | XII | |||||||
Sunartejo 1990–1994 | ||||||||||
11 | Suwardi Prawiranegara (1938–2015) |
Golkar[a] | 1993 | 24 Agustus 1998 | 4–5 tahun | XIII | ||||
Susmono Martosiswojo 1994–1998 Hartono[14] Djoko Sudantoko[14] | ||||||||||
12 | Mardiyanto (lahir 1947) |
PDI-P[c] | 24 Agustus 1998 | 24 Agustus 2003 | 5 tahun, 0 hari | XIV | ||||
1998–2003:
| ||||||||||
24 Agustus 2003 | 29 Agustus 2007 | 4 tahun, 5 hari | XV (2003) |
Ali Mufiz 2003–2007 |
[15] | |||||
13 | Ali Mufiz (lahir 1944) |
PPP | 28 September 2007 | 23 Agustus 2008 | 330 hari | Lowong | [16][17] | |||
14 | Bibit Waluyo (lahir 1949) |
PDI-P[d] | 23 Agustus 2008 | 23 Agustus 2013 | 5 tahun | XVI (2008) |
Rustriningsih | [18] | ||
15 | Ganjar Pranowo (lahir 1968) |
PDI-P | 23 Agustus 2013 | 23 Agustus 2018 | 5 tahun | XVII (2013) |
Heru Sudjatmoko | [19][20] | ||
5 September 2018 | 5 September 2023 | 5 tahun | XIII (2018) |
Taj Yasin Maimun | [21][22] |
Pengganti sementara
Dalam tumpuk pemerintahan, seorang kepala daerah yang mengajukan diri untuk cuti atau berhenti sementara dari jabatannya kepada pemerintah pusat, maka Menteri Dalam Negeri menyiapkan penggantinya yang merupakan birokrat di pemerintah daerah atau bahkan wakil gubernur, termasuk ketika posisi gubernur berada dalam masa transisi. Berikut merupakan daftar pengganti sementara untuk jabatan Gubernur Jawa Tengah.
Pejabat | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Gubernur definitif | Ref. | |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Supardjo Rustam (Pejabat Sementara) |
Golkar | 28 Desember 1974 | 2 Juni 1975 | 156 hari | — | Transisi | |||
Ali Mufiz (Pelaksana Tugas) |
PPP | 29 Agustus 2007 | 28 September 2007 | 30 hari | XV (2003) |
Mardiyanto | |||
Heru Sudjatmoko (Pelaksana Tugas) |
PDI-P | 15 Februari 2018 | 24 Juni 2018 | 129 hari | XVII (2013) |
Ganjar Pranowo | [ket. 1] | ||
Syarifuddin (Penjabat) |
Nonpartisipan | 23 Agustus 2018 | 5 September 2018 | 13 hari | — | Transisi | [24] | ||
Nana Sudjana (Penjabat) |
Nonpartisipan | 5 September 2023 | Petahana | 1 tahun, 83 hari |
- Catatan
- ^ Heru Sudjatmoko menjabat sebagai Pelaksana Tugas Gubernur selama gubernur definitif, Ganjar Pranowo berpartisipasi dalam pemilihan umum Gubernur Jawa Tengah 2018.[23]
- Keterangan
- ^ a b c d Sekretariat Bersama Golongan Karya bukan partai politik selama kurun waktu 1964 sampai 1998. Golkar adalah rumpun golongan karya yang membawahi beberapa Kelompok Induk Organisasi (KINO), termasuk Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) yang di antaranya adalah pegawai negeri sipil.[12] Pejabat ini dahulu merupakan seorang birokrat di Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia yang "dikaryakan" sebagai gubernur sekaligus sebagai anggota Golkar.
- ^ Supardjo Rustam "dikaryakan" oleh pemerintah Orde Baru sebagai Menteri Dalam Negeri Indonesia pada tanggal 19 Maret 1983 sekaligus merangkap jabatan Gubernur Jawa Tengah.
- ^ Pernah menjadi Kader PDI-P Dari tahun 1998 hingga pada akhirnya resmi keluar Dari partai pada tahun 2004.
- ^ Sebelum 2013, Bibit Waluyo merupakan anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), partai yang mengusungnya menjadi Gubernur Jawa Tengah.
</onlyinclude>
Galeri foto
-
Foto resmi lain Gubernur Boedijono
-
Foto resmi lain Gubernur Mardiyanto
-
Foto resmi Gubernur Ganjar Pranowo di periode pertama
-
Foto resmi Gubernur pj gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana periode pertama
Lihat pula
Referensi
- ^ a b c "Provinsi Jawa Tengah Dalam Angka 2021" (pdf). Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah: 7, 99, 336. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-17. Diakses tanggal 17 April 2021.
- ^ "Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi 2020-2022". Badan Pusat Statistik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-15. Diakses tanggal 22 Februari 2022.
- ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 17 April 2021.
- ^ Galih, Bayu, ed. (2015-08-23). "Gubernur Ganjar Pranowo Luncurkan Slogan "Jateng Gayeng"". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2022-01-07.
- ^ 'Bali', in Robert Cribb, ed., The Indonesian killings of 1965-1966: studies from Java and Bali (Clayton, Vic.: Monash University Centre of Southeast Asian Studies, Monash Papers on Southeast Asia no 21, 1990), pp. 241-248
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
- ^ "Bibit-Rustriningsih, Cagub/Wagub Jateng Terpilih". Kompas.com. 1 Juli 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-11. Diakses tanggal 29 April 2022.
- ^ "Gubernur dan Wakil Gubernur". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Jakarta: Pusat Data, Informasi, Informasi dan Telkomunikasi Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-03. Diakses tanggal 31 Oktober 2015.
- ^ "Sejarah Jawa Tengah". Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-01-21. Diakses tanggal 24 Desember 2015.
- ^ "Sejarah Perkembangan Provinsi Jawa Tengah: Kepala Pemerintahan". Pemerintah Kabupaten Pati. Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pati. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-12. Diakses tanggal 12 Januari 2018.
- ^ Wardaya, F. X. Baskara Tulus (2008). Mencari Supriyadi: Kesaksian Pembantu Utama Bung Karno. Yogyakarta: Galangpress. hlm. 105. ISBN 978-602-8174-07-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-19. Diakses tanggal 2018-01-12.
- ^ "Golkar Bukan Hanya Milik Pegawai Negeri". Berita Yudha. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. 1986-08-01. Diakses tanggal 2024-05-17.
- ^ "Sekitar Pelantikan Gubernur Jawa Tengah". Suara Karya. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. 1980-06-04. hlm. 14. Diakses tanggal 2024-05-21.
- ^ a b Direktori Pemerintahan RI 1998. Mitra Info. 1998. Diakses tanggal 5 September 2023.
- ^ "Mardiyanto Dilantik Menjadi Gubernur Jateng". Liputan6.com. 24 Agustus 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-02. Diakses tanggal 29 April 2022.
- ^ prasetya, TRIJAYA/avi (28 September 2007). "Mendagri Lantik Ali Mufiz Jadi Gubernur Jateng". Okezone.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-29. Diakses tanggal 29 April 2022.
- ^ "DPRD Usul Pemberhentian Gubernur Jateng". Kompas.com. 21 Agustus 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-06. Diakses tanggal 29 April 2022.
- ^ "Bibit-Rustri Dilantik Jadi Gubernur-Wagub Jateng". detikcom. 23 Agustus 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-29. Diakses tanggal 29 April 2022.
- ^ Rizki Gunawan (4 Juni 2013). "KPU: Ganjar-Heru Resmi Menang Pilkada Jateng". Liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-02. Diakses tanggal 29 April 2022.
- ^ "Ganjar-Heru Resmi Jabat Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng 2013-2018". Detik.com. 23 Agustus 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-29. Diakses tanggal 29 April 2022.
- ^ Adhitya Purbaya, Angling (24 Juli 2018). "KPU Tetapkan Ganjar-Yasin sebagai Pemenang Pilgub Jateng 2018". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-29. Diakses tanggal 29 April 2022.
- ^ Ihsanuddin (5 September 2018). Maharani, Dian, ed. "Presiden Jokowi Lantik 9 Gubernur dan Wagub Hasil Pilkada 2018". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-02. Diakses tanggal 29 April 2022.
- ^ Amirullah, ed. (8 Februari 2018). "Wagub Jadi Plt Gubernur selama Ganjar Cuti Kampanye Pilkada". Tempo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-10. Diakses tanggal 29 April 2022.
- ^ Purnomo, Daniel Ari (23 Agustus 2018). Huda, M Nur, ed. "Syarifuddin Dilantik Menjadi PJ Gubernur Jawa Tengah". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-23. Diakses tanggal 23 Agustus 2018.
Catatan
Struktur Pemerintahan Daerah Jawa Tengah terdiri atas Sekretariat Daerah (yang meliputi 3 asisten dan membawahi 9 biro), 19 dinas, 6 kantor, 15 badan, serta 7 badan rumah sakit daerah.
Perwakilan
DPRD Jawa Tengah beranggotakan 120 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Jawa Tengah terdiri dari 1 Ketua dan 4 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Jawa Tengah yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2024 yang dilantik pada 3 September 2024 di Aula Lantai IV Gedung Berlian, Semarang. Komposisi anggota DPRD Jawa Tengah periode 2024-2029 terdiri dari 10 partai politik di mana PDI Perjuangan adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 33 kursi.[1] Tugas utama DPRD Jawa Tengah adalah menjadi mitrakerja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang meliputi pengawasan, penetapan anggaran belanja, dan penetapan peraturan-peraturan daerah.[2][3][4][5][6] Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah dalam lima periode terakhir.[7][8][1]
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | |||||
---|---|---|---|---|---|---|
2004–2009 | 2009–2014 | 2014–2019 | 2019–2024 | 2024-2029 | ||
PDI-P | 31 | 23 | 27 | 42 | 33 | |
PKB | 15 | 9 | 13 | 20 | 20 | |
Gerindra | (baru) 9 | 11 | 13 | 17 | ||
Golkar | 18 | 11 | 10 | 12 | 17 | |
PKS | 7 | 10 | 10 | 10 | 11 | |
Demokrat | 9 | 16 | 9 | 5 | 7 | |
PPP | 10 | 7 | 8 | 9 | 6 | |
PAN | 10 | 10 | 8 | 6 | 4 | |
NasDem | (baru) 4 | 3 | 3 | |||
PSI | (baru) 2 | |||||
Hanura | (baru) 4 | 0 | 0 | 0 | ||
PKNU | (baru) 1 | |||||
Jumlah Anggota | 100 | 100 | 100 | 120 | 120 | |
Jumlah Partai | 7 | 10 | 9 | 9 | 10 |
Jawa Tengah memiliki 77 wakil dari sepuluh daerah pemilihan ke DPR RI dan empat wakil ke DPD.[9]
DPRD Jawa Tengah hasil Pemilihan Umum Legislatif 2019 tersusun dari sembilan partai, dengan perincian sebagai berikut:
Partai | Kursi | % |
---|---|---|
PDI-P | 42 | 35,06% |
PKB | 20 | 16,66% |
Gerindra | 13 | 10,83% |
Golkar | 13 | 10,83% |
PKS | 10 | 8,33% |
PPP | 9 | 7,50% |
PAN | 6 | 5,00% |
Demokrat | 5 | 4,16% |
NasDem | 3 | 2,50% |
Total | 120 | 100,0 |
Demografi
Penduduk
Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah berdasarkan data Badan Pusat Statistik provinsi Jawa Tengah tahun 2021 adalah 36.516.035 jiwa. Tiga kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kabupaten Brebes (1.978.759 jiwa), Kabupaten Cilacap (1.944.857 jiwa), dan Kabupaten Banyumas (1.776.918 jiwa). Sementara tiga kota dengan jumlah penduudk paling banyak ialah Kota Semarang (1.653.524 jiwa), Kota Surakarta (522.364 jiwa) dan Kota Pekalongan (307.150 jiwa).[10]
Sebaran penduduk umumnya terkonsentrasi di pusat-pusat kota, baik kabupaten ataupun kota. Kawasan permukiman yang cukup padat berada di daerah Semarang Raya (termasuk Ungaran dan sebagian wilayah Kabupaten Demak dan Kendal), daerah Salatiga Raya (termasuk wilayah Kabupaten Semarang bagian selatan seperti Ambarawa, Bringin, Kopeng, Tengaran dan Suruh), Solo Raya (termasuk sebagian wilayah Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali), serta Tegal–Brebes–Slawi.
Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,67% per tahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,45% per tahun), sedang yang terendah adalah Kota Pekalongan (0,09% per tahun).
Dari jumlah penduduk ini, 47% di antaranya merupakan angkatan kerja. Mata pencaharian paling banyak adalah di sektor pertanian (42,34%), diikuti dengan perdagangan (20,91%), industri (15,71%), dan jasa (10,98%).
Suku bangsa
Mayoritas penduduk Jawa Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa, di mana di kota Surakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini. Suku minoritas yang cukup signifikan adalah Tionghoa, terutama di kawasan perkotaan meskipun di daerah pedesaan juga ditemukan. Pada umumnya, mereka bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Komunitas Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak di antara mereka yang menggunakan bahasa Jawa dengan logat yang kental sehari-harinya. Pengaruh kental bisa kita rasakan saat berada di kota Semarang serta kota Lasem yang berada di ujung timur laut Jawa Tengah, bahkan Lasem dijuluki Le Petit Chinois atau Kota Tiongkok Kecil.
Di daerah perbatasan antara Jawa Tengah dengan Jawa Barat juga terdapat banyak orang beretnis Sunda. Mereka mendiami wilayah Kabupaten Brebes bagian selatan, Kabupaten Cilacap bagian barat dan utara serta sebagian kecil wilayah Kabupaten Banyumas tepatnya di Dusun Cijurig, Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir. Jawa Tengah bagian barat seperti Cilacap, Brebes bagian barat dan sebagian Banyumas dahulu dalam sejarahnya termasuk kedalam wilayah Kerajaan Sunda Galuh menyebabkan banyak unsur budaya Sunda yang tersisa didalamnya, termasuk dalam penamaan daerah, bahasa, dan adat istiadat lainnya.
Di pedalaman Blora (perbatasan dengan provinsi Jawa Timur) terdapat komunitas Samin yang terisolasi, masyarakat ini adalah keturunan para pengikut Samin Surosentiko yang mengajarkan sedulur sikep, di mana mereka mengobarkan semangat perlawanan terhadap Belanda dalam bentuk lain di luar kekerasan. Selain itu, di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan pula komunitas Arab-Indonesia. Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka biasanya bergerak di bidang perdagangan dan jasa.
Berdasarkan data dari Sensus Penduduk Indonesia 2010, berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Jawa Tengah:[11]
No | Suku | Jumlah 2010 | % |
---|---|---|---|
1 | Jawa* | 31.560.859 | 97,73% |
2 | Sunda | 451.271 | 1,40% |
3 | Tionghoa | 139.878 | 0,43% |
4 | Batak | 24.357 | 0,07% |
5 | Madura | 12.920 | 0,04% |
6 | Lampung | 11.677 | 0,03% |
7 | Betawi | 9.519 | 0,03% |
8 | Melayu | 9.044 | 0,03% |
9 | Minangkabau | 8.595 | 0,03% |
10 | Warga Asing | 14.920 | 0,04% |
11 | Suku Lainnya | 52.132 | 0,16% |
Provinsi Jawa Tengah | 32.295.172 | 100% |
Catatan:* Dalam Sensus Penduduk Indonesia 2010, suku Jawa sudah termasuk Suku Osing, Tengger, dan Samin.
Bahasa
Bahasa resmi instansi pemerintahan di Jawa Tengah adalah bahasa Indonesia. Hingga 2019, Badan Bahasa mencatat ada 2 bahasa daerah di Jawa Tengah.[12] Kedua bahasa tersebut adalah Jawa dan Sunda.[13]
Sebagian besar masyarakat menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa dialek Solo-Jogja atau Mataram dianggap sebagai bahasa Jawa yang lazim dijumpai di sebagian besar wilayah Jawa Tengah bagian timur.[14] Di samping itu, terdapat sejumlah dialek bahasa Jawa, namun secara umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran. Kulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal; dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan bahasa Jawa Standar. Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, di antaranya terdiri atas Dialek Mataram (Solo-Jogja), Dialek Semarang, dan Dialek Blora. Di antara perbatasan kedua dialek tersebut, dituturkan bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek; daerah tersebut di antaranya adalah Pekalongan dan Kedu.
Dialek Mataram memiliki keunikan tersendiri. Dialek ini menerapkan dialek ragam Bahasa Jawakrama inggil (tingkat paling atas dalam Bahasa Jawa). Hal tersebut dipengaruhi dari adanya kerajaan Mataram dan Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Solo) yang menyebabkan dialek disana sangat sopan. Wilayah karesidenan dari dua kerajaan tersebut juga terpengaruh tutur kata dan dialeknya untuk wajib menggunakan kromo.[15] Etnografi masyarakat karesidenen wilayah kerajaan memiliki konsep miturut marang Rama (Patuh atau tunduk kepada bapak, dalam hal ini Raja secara spesifik). Lambang bapak sebagai raja juga memengaruhi adat masyarakat patrilineal. Kehidupan kerajaan yang luhur diadaptasikan oleh masyarakat dalam bergaul dan berbahasa atau bertutur.[16][17]
Di wilayah-wilayah berpopulasi Sunda, yaitu di kabupaten Brebes bagian selatan, dan kabupaten Cilacap bagian utara dan barat sekitar kecamatan Dayeuhluhur, orang Sunda masih menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-harinya.[18] Kelahiran dialek ini dipengaruhi salah satunya jalur perdagangan.[19] Perdagangan secara morfologi menghadirkan komunikasi dua arah antara pedagang dengan pembeli.[20]
Berbagai macam dialek Bahasa Jawa yang terdapat di Jawa Tengah:
- dialek Pekalongan (Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, bagian timur Kabupaten Pemalang)
- dialek Kedu–Bagelen (Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Wonosobo, Kota Magelang dan sebagian Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo)
- dialek Semarangan (Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak)
- dialek Pantura Timur atau dialek Muriaan (Kabupaten Pati, Kabupaten Jepara, Kabupaten Rembang, Kabupaten Kudus)
- dialek Blora (Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora)
- dialek Mataram atau Surakarta (Kota Surakarta, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sragen, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar yang berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta)
- dialek Banyumasan atau dialek Ngapak Selatan (Kabupaten Banyumas, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Cilacap, bagian selatan Kabupaten Pemalang)
- dialek Tegal atau dialek Ngapak Pantura (Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, bagian utara Kabupaten Pemalang)
Berbagai macam dialek Bahasa Sunda yang terdapat di Jawa Tengah:
- Bahasa Sunda dialek Timur-Laut, yang digunakan di wilayah Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon di provinsi Jawa Barat juga digunakan pada wilayah Kabupaten Brebes bagian Barat dan Selatan yang merupakan wilayah provinsi Jawa Tengah.
- Bahasa Sunda dialek Tenggara, yang digunakan di wilayah Kabupaten Ciamis sekitar Kota Ciamis, Kabupaten Pangandaran dan Kota Banjar di provinsi Jawa Barat juga digunakan pada wilayah Kabupaten Cilacap bagian Utara dan Barat serta Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir di Kabupaten Banyumas yang merupakan wilayah provinsi Jawa Tengah.
Pendidikan bahasa daerah
Secara umum pendidikan yang ada di Jawa Tengah terutama pendidikan bahasa daerah mengajarkan Pendidikan Bahasa Daerah Bahasa Jawa (Bahasa Jawa Baku dialek Surakarta-Yogyakarta) untuk seluruh Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sesuai dengan SK Gubernur Nomor 895.5/01/2005, namun beberapa tahun terakhir terutama periode 2000-an, beberapa kabupaten/kota terutama di wilayah barat menginginkan untuk mengajarkan bahasa Jawa dengan dialek mereka sendiri, misalnya bahasa Jawa dialek Brebes-Tegal. Hal tersebut dilakukan karena menurut mereka bahasa Jawa Baku (dialek Surakarta-Yogyakarta) tidak mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari terlebih tujuan dari pengajaran bahasa daerah adalah untuk mengembangkan sekaligus melindungi bahasa daerah berikut dialeknya dari kepunahan.
Agama
Persentasi penduduk menurut agama yang dianut di provinsi Jawa Tengah, berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2021, yakni;[10]
Islam | 93,89% | |||
Kristen Protestan | 2,54% | |||
Kristen Katolik | 1,83% | |||
Hindu | 0,91% | |||
Budha | 0,53% | |||
Kepercayaan | 0,27% | |||
Konghucu | 0,03% |
Sebagian besar penduduk Jawa Tengah beragama Islam yang umumnya dikategorikan ke dalam dua golongan, yaitu kaum Santri dan Abangan. Kaum santri mengamalkan ajaran agama sesuai dengan syariat Islam, sedangkan kaum abangan walaupun menganut Islam namun dalam praktiknya masih terpengaruh Kejawen yang kuat.
Agama lain yang dianut adalah Kristen (Protestan dan Katolik), Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, dan aliran kepercayaan. Provinsi Jawa Tengah merupakan pusat penyebaran Kristen dan Katolik di Pulau Jawa. Seperti di kota Semarang, Magelang, Surakarta dan Salatiga yang memiliki populasi umat Kristen sekitar 15% hingga 25%.[21]
Perekonomian
Pertanian merupakan sektor utama perekonomian Jawa Tengah, di mana mata pencaharian di bidang ini digeluti hampir separuh dari angkatan kerja terserap.
Kawasan hutan meliputi 20% wilayah provinsi, terutama di bagian utara dan selatan. Daerah Rembang, Blora, Grobogan adalah penghasil kayu jati. Jawa Tengah juga terdapat sejumlah industri besar dan menengah. Daerah Semarang–Ungaran–Demak–Kudus merupakan kawasan industri utama di Jawa Tengah. Kudus dikenal sebagai pusat industri rokok. Di Cilacap terdapat industri semen. Solo, Pekalongan, Juwana, dan Lasem dikenal sebagai kota Batik yang kental dengan nuansa klasik.
Blok Cepu di pinggiran Kabupaten Blora (perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah) terdapat cadangan minyak bumi yang cukup signifikan, dan kawasan ini sejak zaman Hindia Belanda telah lama dikenal sebagai daerah tambang minyak.
Kabupaten/kota di Jawa Tengah menurut IPM
Berikut ini sejumlah data tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah. Indeks Pembangunan Manusia menjadi kualitas hidup masing masing daerah.
Kabupaten/Kota | 2010 | 2011 | 2012 | 2013 | 2014 | 2015 | 2016 |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Jawa Tengah | 66.08 | 66.64 | 67.21 | 68.02 | 68.78 | 69.49 | 69.98 |
Cilacap | 64.18 | 64.73 | 65.72 | 66.80 | 67.25 | 67.77 | 68.60 |
Banyumas | 66.87 | 67.45 | 68.06 | 68.55 | 69.25 | 69.89 | 70.49 |
Purbalingga | 63.61 | 64.33 | 64.94 | 65.53 | 66.23 | 67.03 | 67.50 |
Banjarnegara | 60.70 | 61.58 | 62.29 | 62.84 | 63.15 | 64.73 | 65.52 |
Kebumen | 63.08 | 64.05 | 64.47 | 64.86 | 65.67 | 66.87 | 67.41 |
Purworejo | 68.16 | 69.11 | 69.4 | 69.77 | 70.12 | 70.37 | 70.66 |
Wonosobo | 62.50 | 63.07 | 64.18 | 64.57 | 65.2 | 65.70 | 66.19 |
Magelang | 63.28 | 64.16 | 64.75 | 65.86 | 66.35 | 67.13 | 67.85 |
Boyolali | 68.76 | 69.14 | 69.51 | 69.81 | 70.34 | 71.74 | 72.18 |
Klaten | 70.76 | 71.16 | 71.71 | 72.42 | 73.19 | 73.81 | 73.97 |
Sukoharjo | 71.53 | 72.34 | 72.81 | 73.22 | 73.76 | 74.53 | 75.06 |
Wonogiri | 63.90 | 64.75 | 65.75 | 66.40 | 66.77 | 67.76 | 68.23 |
Karanganyar | 70.31 | 71.00 | 72.26 | 73.33 | 73.89 | 74.26 | 74.9 |
Sragen | 67.67 | 68.12 | 68.91 | 69.95 | 70.52 | 71.1 | 71.43 |
Grobogan | 64.56 | 65.41 | 66.39 | 67.43 | 67.77 | 68.05 | 68.52 |
Blora | 63.02 | 63.88 | 64.70 | 65.37 | 65.84 | 66.22 | 66.61 |
Rembang | 64.53 | 65.36 | 66.03 | 66.84 | 67.40 | 68.18 | 68.6 |
Pati | 65.13 | 65.71 | 66.13 | 66.47 | 66.99 | 68.51 | 69.03 |
Kudus | 69.22 | 69.89 | 70.57 | 71.58 | 72.00 | 72.72 | 72.94 |
Jepara | 66.76 | 67.63 | 68.45 | 69.11 | 69.61 | 70.02 | 70.25 |
Demak | 66.02 | 66.84 | 67.55 | 68.38 | 68.95 | 69.75 | 70.10 |
Semarang | 69.58 | 70.35 | 70.88 | 71.29 | 71.65 | 71.89 | 72.4 |
Temanggung | 63.08 | 64.14 | 64.91 | 65.52 | 65.97 | 67.07 | 67.6 |
Kendal | 66.23 | 66.96 | 67.55 | 67.98 | 68.46 | 69.57 | 70.11 |
Batang | 61.64 | 62.59 | 63.09 | 63.60 | 64.07 | 65.46 | 66.38 |
Pekalongan | 63.75 | 64.72 | 65.33 | 66.26 | 66.98 | 67.40 | 67.71 |
Pemalang | 58.64 | 59.66 | 60.78 | 61.81 | 62.35 | 63.70 | 64.17 |
Tegal | 61.14 | 61.97 | 62.67 | 63.50 | 64.10 | 65.04 | 65.84 |
Brebes | 59.49 | 60.51 | 60.92 | 61.87 | 62.55 | 63.18 | 63.98 |
Kota Magelang | 73.99 | 74.47 | 75.00 | 75.29 | 75.79 | 76.36 | 77.16 |
Kota Surakarta | 77.45 | 78.00 | 78.44 | 78.89 | 79.34 | 80.14 | 80.76 |
Kota Salatiga | 78.35 | 78.76 | 79.10 | 79.37 | 79.98 | 80.96 | 81.14 |
Kota Semarang | 76.96 | 77.53 | 78.04 | 78.68 | 79.24 | 80.23 | 81.19 |
Kota Pekalongan | 68.95 | 69.54 | 69.95 | 70.82 | 71.53 | 72.69 | 73.32 |
Kota Tegal | 69.33 | 70.03 | 70.68 | 71.44 | 72.20 | 72.96 | 73.55 |
Komunikasi dan media massa
Semarang, Surakarta, Purwokerto, dan Tegal merupakan kota-kota yang memiliki stasiun relay televisi swasta nasional. Beberapa stasiun televisi lokal di Jawa Tengah adalah Metro TV Jawa Tengah, Kompas TV Jawa Tengah, iNews Semarang, Semarang TV, TVKU (di Semarang), Simpang5 TV, Cahaya TV, RTV Pati, Kartika TV (di Pati), TATV, Solo TV (di Surakarta), MTA TV (di Surakarta), Salatiga TV (di Salatiga), Tegal TV (di Tegal), Ratih TV (di Kebumen), Batik TV (di Pekalongan), Magelang TV, iNews Magelang (di Magelang), BMS TV dan Satelit TV (di Banyumas).
Suara Merdeka, harian yang terbit dari Semarang, adalah surat kabar dengan sirkulasi tertinggi di Jawa Tengah[butuh rujukan]; harian ini juga memiliki edisi lokal Suara Pantura dan Suara Solo. Di samping itu, terdapat koran jaringan Jawa Pos Group, baik yang terbit bersama induknya Jawa Pos (Radar Solo, Radar Jogja, Radar Semarang, dan Radar Kudus) maupun yang terbit sendiri (Meteor, Solo Pos, Radar Tegal, Radar Banyumas, Joglosemar). Selain itu, terdapat juga jaringan baru surat kabar, yaitu Radar Pos di kota Salatiga dan beberapa biro di kota Semarang dan kota Solo, Pati Expres di Kota Pati, di samping dahulu terdapat Salatiga Pos, Solopos Salatiga Raya, Gerbang Metro Salatiga (Suara Merdeka), dan Hati Beriman Majalah milik Pemkot Salatiga.[23][24]
Pendidikan tinggi
Jawa Tengah memiliki sejumlah perguruan tinggi terkemuka, terutama di kota Semarang, kabupaten kendal dan Surakarta. Perguruan tinggi negeri meliputi: Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Negeri Semarang (Unnes), Politeknik Negeri Semarang (Polines), Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang (Poltekkes) dan Universitas Islam Negeri UIN Walisongo di Semarang; Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kabupaten Kendal; Universitas Sebelas Maret (UNS), Insitut Agana Islam Surakarta (IAIN), Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta (Poltekkes) Institut Agama Islam Negeri (Stain) Salatiga, dan Institut Seni Indonesia di Surakarta, serta Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) di Purwokerto, Universitas Tidar (Untidar) di Magelang
Sedangkan universitas swasta di Jawa Tengah antara lain Universitas Ivet semarang (UNISVET) Universitas Semarang (USM) yang didirikan oleh Yayasan Alumni Universitas Diponegoro (Undip), Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Universitas Stikubank Semarang (Unisbank), Universitas 17 Agustus 1945 Semarang (UNTAG), Universitas Dian Nuswantoro Semarang (UDINUS), Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di Salatiga, Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) dan Unika Soegijapranata di Semarang, STIE Bank BPD Jateng, Universitas Muhammadiyah Surakarta di Sukoharjo, Universitas Veteran Bangun Nusantara (UNIVET BANTARA) Sukoharjo, Politeknik Bhakti Mulia di Sukoharjo, Universitas Muhammadiyah Magelang, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS), Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP), Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU), Universitas Pekalongan UNIKAL, Universitas Setia Budi (USB), Universitas Surakarta (UNSA), Universitas Batik (Uniba), Politeknik Indonusa Surakarta, Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ Wonosobo), Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer Duta Bangsa (STMIK Dubang), Institut Agama Islam Negeri IAIN Pekalongan, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Dan Komputer Widya Pratama Pekalongan STMIK Widya Pratama Pekalongan, Universitas Panca Sakti di Tegal, Universitas Muhadi Setiabudi di Brebes, Sekolah Tinggi Agama Islam Pati (STAIP) dan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer Abadi Karya Indonesia (STIMIK AKI) di Pati, STIE YPPI Rembang, Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdathul Ulama (STAINU) Kebumen, serta Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STAINU) Putra Bangsa di Kebumen.
Selain itu juga terdapat Akademi Militer (Akmil) dan SMA Taruna Nusantara di Magelang serta Akademi Kepolisian di Semarang. LPLP Tutuko adalah lembaga pendidikan aviasi dan maintenance penerbangan (mekanik) di Surakarta (Jalan Merapi, Surakarta) dan Yogyakarta (Jalan Sorosutan, Yogyakarta).
Pariwisata
Jawa Tengah memiliki banyak objek wisata yang sangat menarik. Kota Semarang, misalnya, memiliki sejumlah bangunan kuno. Objek wisata di kota ini termasuk Puri Maerokoco (Taman Mini Jawa Tengah),[25] Museum Jawa Tengah Ranggawarsita[26] dan Museum Rekor Indonesia (MURI).[27] Banyak Wisata alam yang terdapat di JaWa Tengah seperti Air Terjun Grenjengan SeWu, Gua Wareh, Goa Pancur yang terdapat di Pantai Utara Jawa Pati.
Kabupaten Jepara terdapat sejumlah bangunan kuno yaitu: Candi Angin, Masjid Mantingan, Kelenteng Hian Thian Siang Tee, Benteng Portugis, Benteng VOC, Museum Gong Perdamaian Dunia, Museum R.A Kartini.[28]
Salah satu kebanggaan provinsi ini adalah Candi Borobudur, yakni monumen Buddha terbesar di dunia yang dibangun pada abad ke-9, terdapat di Kabupaten Magelang.[29] Candi Mendut dan Candi Pawon juga terletak dalam satu kawasan dengan Borobudur.[30]
Candi Prambanan di Klaten adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia.[31] Di kawasan Dieng terdapat kelompok candi-candi Hindu, yang diduga dibangun sebelum era Mataram Kuno.[32] Kompleks candi Gedong Songo terletak di lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang.[33] Di kawasan kecamatan Keling tepatnya di desa Tempur terdapat Candi Angin.[34]
Surakarta dipandang sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, di mana di kota ini terdapat Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Objek wisata menarik di timur kota ini adalah beberapa wisata air terjun seperti Air Terjun Jumog, serta yang terkenal adalah Air Terjun Grojogan Sewu. Adapula candi-candi peninggalan Majapahit yang ketiganya terletak di Kabupaten Karanganyar; serta Museum Manusia Purba Sangiran yang terletak di Jalan Solo–Purwodadi tepatnya Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Di bagian selatan wilayah Surakarta, Kabupaten Wonogiri terdapat beberapa wisata air, seperti Waduk Gajah Mungkur, serta Pantai Nampu dan Pantai Sembukan dengan hamparan tebing dan pasir putihnya.
Bagian selatan Jawa Tengah juga menyimpan sejumlah objek wisata menarik, di antaranya Goa Jatijajar, Goa Pancur, Gua Petruk, Pantai Menganti, Benteng Van der Wijk, Pantai Suwuk, Waduk Sempor, Air Terjun Sudimoro, Air Terjun Sawangan, Goa Barat, Hutan Mangrove Logending, Geowisata Karangsambung, Pemandian Air Panas Krakal dan Pantai Karangbolong di Kabupaten Kebumen, serta Baturraden di Kabupaten Banyumas.
Di bagian pantura barat Jawa Tengah terdapat objek wisata Guci di lereng Gunung Slamet, Kabupaten Tegal, Kota Pekalongan yang dikenal dengan julukan 'kota batik', dan Pantai Widuri di Kabupaten Pemalang.
Kawasan pantura timur banyak menyimpan wisata religius. Masjid Agung Demak yang didirikan pada abad ke-16 merupakan bangunan artistik dengan paduan arsitektur Islam dan Hindu. Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kawasan pantura timur terdapat 5 makam wali sanga, yakni Sunan Ngerang , Sunan Prawoto, Sunan Makhdum di Pati , Sunan Kalijaga di Demak, Sunan Kudus, Sunan Muria di Kabupaten Kudus. Beberapa tempat tujuan wisata di Pati di antaranya adalah Makam dan Masjid Peninggalan Syekh Ahmad Mutamakkin kajen Margoyoso Pati, Patung dan Makam Raden Adipati Tombronegoro, Syekh Ronggo Kusumo Ngemplak, Syekh Hendro Kusumo Sukoharjo, makam Syech Jangkung (Saridin), Goa Wareh, Gua Pancur, Waduk Gunungrowo, Waduk Seloromo, ViHara SaddaGHiri Jrahi, Juwana Water Park Fantasy (JWF), Agrowisata Kebun Kopi Jolong dan Pintu Gerbang Majapahit. Sementara itu di Kabupaten Rembang terdapat wisata ziarah, alam, dan sejarah, seperti di Pasujudan Sunan Bonang dan Masjid Sunan Bonang di desa Bonang, Lasem, makam Tumenggung Wilwatikta Mpu Santibadra yang tersohor sebab mengarang kitab Pustaka Sabda Badra Santi, makam pahlawan nasional RA. Kartini, Vihara Ratanavana Arama Lasem, Kelenteng Cu An Kiong, telusur kota tua Lasem, situs arkeologi Plawangan dan Terjan wisata pantai di pantai Tasikharjo, pantai Karangjahe, Punjulharjo, pantai Gedong/Caruban, pantai Binangun, hutan bakau Banggi, Dampo Awang Beach serta wisata alam pendakian Gunung Lasem,
Perayaan
Perayaan tradisional
- Pesta Lomban
- Baritan
- Pesta Baratan
- Perang Obor
- Chambeng Welahan
- Dhandhangan
- Dugderan
- Ederan
- Uler-Uler
- Ruwahan
- Megengan Demak
- Sekaten
- Grebeg Besar Demak
- Meron
- Festival Memeden Gadu
- Jembul Tulakan
- Nyadran
- Syawalan
- Festival Oncor
- Festival Seni & Budaya Ukir
- Jepara Thongtek Carnival
- Jepara Bedug Festival
Perayaan modern
- Jateng Fair
- Karshival
- Pati Tourism Expo
- Pati Cooking Expo
- Demak Expo
- Jepara Expo
- Kajen Expo
- Rembang Expo
- Loram Expo
- Kendal Expo
- Purwodadi Expo
- Jepara Culinary Expo
- Festival Lasem
- Kudus Expo
- Karimunjava Sail
- Lasem Batik Carnival
- Semarang Fashion On The Street
- Pekan Raya Grobogan
- Dieng Culture Festival
- Jepara Cultural Festival
- Batang Expo
- Jepara Fashion On The Street
- Solo Batik Carnival
Transportasi
Jawa Tengah dilalui beberapa ruas jalan nasional, yang meliputi jalur lintas utara (menghubungkan Jakarta–Semarang–Pati–Tuban–Surabaya–Banyuwangi), jalur lintas tengah (menghubungkan Jakarta–Tegal–Purwokerto–Yogyakarta–Surakarta–Ngawi–Surabaya), jalur lintas selatan (menghubungkan Bandung–Cilacap–Yogyakarta–Surakarta–Ngawi–Surabaya), serta jalur Semarang–Solo. Losari, pintu gerbang Jawa Tengah sebelah barat dapat ditempuh 3,5–4 jam perjalanan dari Jakarta. Selain itu, Jawa Tengah juga dilintasi beberapa ruas Jalan Tol Trans Jawa, yakni Jalan Tol Kanci–Pejagan; Jalan Tol Pejagan–Pemalang; Jalan Tol Pemalang–Batang; Jalan Tol Semarang–Batang; Jalan Tol Semarang ABC; Jalan Tol Semarang–Solo; dan Jalan Tol Solo–Ngawi yang menghubungkan antar kota di Jawa Tengah; Jawa Timur; Jawa Barat; dan DKI Jakarta. Saat ini juga direncanakan pembangunan Jalan Tol Semarang–Demak dan Jalan Tol Demak–Tuban yang menghubungkan antara kota-kota di pantai utara Jawa Tengah dengan Jawa Timur, Jalan Tol Yogyakarta–Solo; Jalan Tol Yogyakarta–Magelang–Bawen; dan Jalan Tol Yogyakarta–Cilacap yang menghubungkan Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta; serta Jalan Tol Tegal–Cilacap yang menghubungkan antara kota di pantai utara Jawa Tengah dengan wilayah selatan.
Jawa Tengah merupakan provinsi yang pertama kali mengoperasikan jalur kereta api, yakni pada tahun 1867 di Semarang dengan rute Semarang–Tanggung yang berjarak 26 km, atas permintaan Raja Willem I untuk keperluan militer di Semarang maupun hasil bumi ke Gudang Semarang.[35] Saat ini jalur kereta api yang melintasi Jawa Tengah adalah lintas utara (Jakarta–Tegal–Pekalongan–Semarang–Cepu–Surabaya), lintas tengah (Jakarta–Purwokerto–Yogyakarta–Surakarta–Surabaya), lintas selatan (Bandung–Kroya–Yogyakarta–Surakarta–Surabaya), jalur Solo–Gundih–Semarang, Tegal–Slawi–Prupuk, dan Maos–Cilacap. Jalur kereta Solo–Wonogiri yang telah lama mati dihidupkan kembali pada tahun 2005. Jalur lain yang diaktifkan kembali adalah jalur rel Kedungjati–Ambarawa yang menghubungkan stasiun Bringin, stasiun Tuntang dan berakhir di stasiun Ambarawa serta Kutoarjo–Purworejo dan jalur percabangan Semarang Tawang–Pelabuhan Tanjung Emas. Dari stasiun Ambarawa dapat berlanjut sampai stasiun Bedono pada tahun 2015 mendatang. Namun jalur percabangan Kutoarjo–Purworejo akan diaktifkan lagi pada akhir tahun 2023 diikuti dengan reaktivasi Stasiun Purworejo yang sempat punah pada tahun 2010.[36][37]
Untuk transportasi udara, Bandara Ahmad Yani di Semarang dan Bandara Adi Soemarmo di Boyolali adalah bandara komersial yang paling penting di Jawa Tengah. Selain itu juga terdapat Bandara Dewandaru di Jepara (Kec. Karimunjawa), Bandara Tunggulwulung di Cilacap, Bandar Udara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga, Bandar Udara Ngloram di Blora (Kec. Cepu). Penerbangan Jakarta–Semarang atau Jakarta–Surakarta dapat ditempuh dalam waktu 45–50 menit.
Tokoh
Pahlawan Nasional
Pahlawan Nasional yang berasal dari Jawa Tengah, yaitu:
- Mas Sutardjo Kertohadikusumo
- Nyai Ageng Serang
- Ahmad Yani
- Tjipto Mangoenkoesoemo
- Gatot Soebroto
- Usman Janatin
- Kartini
- Katamso Darmokusumo
- Mangkunegara I
- Moewardi
- Pakubuwana VI
- Pakubuwana X
- Sahardjo
- Samanhudi
- Siswondo Parman
- Siti Hartinah
- Slamet Riyadi
- Soedirman
- Albertus Soegijapranata
- Suharso
- Sukarjo Wiryopranoto
- Soepeno
- Soepomo
- R. Soeprapto
- Sutoyo Siswomiharjo
- Oerip Soemohardjo
- Yos Sudarso
- Wage Rudolf Soepratman
Ibu Negara
Ibu Negara yang berasal dari Jawa Tengah, yaitu:
- Siti Hartinah, istri presiden Soeharto dan pahlawan nasional
- Hasri Ainun Habibie, istri presiden B. J. Habibie
- Iriana Joko Widodo, istri presiden Joko Widodo
Artis
Artis dari daerah Jawa tengah:
- Adjie Pangestu
- Agni Pratistha
- Aminah Cendrakasih
- Asti Ananta
- Anggun Cipta Sasmi
- Anna Shirley
- Basuki
- Chynthiara Alona
- Diah Permatasari
- Dian Sastrowardoyo
- Didi Kempot
- Demian Aditya
- Enda
- Erick Nindyoastomo
- Erika Carlina
- Farid Aja
- Indro
- Ine Febriyanti
- Kasino Hadiwibowo
- Katon Bagaskara
- Kristina
- Lia Ananta
- Limbad
- Lembu Wiworo Jati
- Lucky Hakim
- Mamiek Prakoso
- Mayangsari
- Nabila Putri
- Nafa Urbach
- Paula Verhoeven
- Prita Laura
- Putri Anne
- Renata Kusmanto
- Shania Junianatha
- Shinta Bachir
- Soimah Pancawati
- Titiek Sandhora
- Torro Margens
- Tukul Arwana
- Wahyu Sardono
- Vicky Shu
- Willy Dozan
- Yama Carlos
- Yeyen Lidya
Atlet
Atlet dari Jawa Tengah,yaitu:
Referensi
- ^ a b Home; Terkini; News, Top; Terpopuler; Nusantara; Nasional; Tengah, Jawa; Peristiwa; Ekonomi (2024-09-03). "120 anggota DPRD Jawa Tengah resmi dilantik, Sumanto ketua sementara". Antara Jateng. Diakses tanggal 2024-10-02.
- ^ Antara Jateng: Calon Pimpinan DPRD Jateng sedang disiapkan
- ^ Golkar Jateng: DPRD Provinsi Jateng[pranala nonaktif permanen]
- ^ Jateng Tribun News: Daftar nama anggota DPRD Jateng
- ^ News okezone: 100 anggota DPRD Jateng dilantik, wajah baru mendominasi
- ^ News Detik: Wakil Ketua DPRD Jateng meninggal saat menjalankan tugas
- ^ "Anggota DPRD Prov. Jateng Terpilih Periode 2014-2019". KPU Provinsi Jawa tengah. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-10-03. Diakses tanggal 2018-10-05.
- ^ Siti Afifiyah (13-05-2019). "Nama 120 Anggota DPRD Jateng Terpilih 2019-2024". tagar.id. Diakses tanggal 23-09-2019.
- ^ Purbaya, Angling Adhitya. "120 Caleg DPRD Jateng Terpilih Diumumkan, 45 Persen Muka Lama". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-28. Diakses tanggal 2019-09-22.
- ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaJATENG
- ^ "Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010" (PDF). demografi.bps.go.id. Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 23, 36–41. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-07-12. Diakses tanggal 22 Oktober 2021.
- ^ "Penyebaran Bahasa di Indonesia". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-11. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ "Bahasa di Provinsi Jawa Tengah". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-06. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ Kartikasar, Erlin (2018). "A Study of Dialectology on Javanese "Ngoko" in Banyuwangi, Surabaya, Magetan, and Solo". Humaniora. 30 (2): 128–139. doi:doi.org/102216/jh.v29i3.29131 Periksa nilai
|doi=
(bantuan). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-22. Diakses tanggal 2021-01-24. - ^ Abdullah, Wakit (2016). "Javanese Language and Culture in the Expression of Kebo Bule in Surakarta: An Ethnolinguistic Study". Komunitas. 8 (2): 285–295. doi:http://dx.doi.org/10.15294/komunitas.v8i2.7195 Periksa nilai
|doi=
(bantuan). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-30. Diakses tanggal 2021-01-24. - ^ Prasety, Eka (2018). "Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Peribahasa Jawa". Repository Universitas Islam Indonesia: 56. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-31. Diakses tanggal 2021-01-24.
- ^ Abdullah, Wakit (2017). "The Local Wisdom Summarized in The Javanese Proverbs: A case Study of The Javanese Community in ExResidency on Surakarta". Humaniora. 28 (3): 4. doi:https://doi.org/10.22146/jh.22279 Periksa nilai
|doi=
(bantuan). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-30. Diakses tanggal 2021-01-24. - ^ Permana, Merdeka. 2010 "Sunda Lelea yang Terkatung-katung": Pikiran Rakyat
- ^ Gischa, Serafica (20 Januari 2020). Gischa, Serafica, ed. "Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Jalur Perdagangan". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-31. Diakses tanggal 24 Januari 2021.
- ^ Munandar, Yusuf (2016). "Afiks Pembentuk Verba Bahasa Sunda". Humanika. 16 (1): 7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-31. Diakses tanggal 2021-01-24.
- ^ "Jawa Tengah Dalam Angka 2016"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-10. Diakses tanggal 2017-07-08.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaJatengGayeng
- ^ "Radar Pos Radar Salatiga". radarpos.com. 16 Juni 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-06-15. Diakses tanggal 26 Juni 2013.
- ^ "Hati Beriman Majalah Masyarakat Kota Salatiga". hatiberiman-pemkot-salatiga.go.id. 16 Juni 2013. Diakses tanggal 26 Juni 2013.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Optimalisasi Fungsi Puri Maerokoco". Merdeka.com. suara merdeka.com. 17 May 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-10. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ "Gading Gajah Purba Direkonstruksi di Museum Ronggowarsito". Kompas.com. suara merdeka.com. 16 June 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-09-20. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ Utami, Puji (12 May 2012). Wadrianto, Glori K., ed. "Kaligrafi Pelapah Pisang Catat Rekor MURI". Kompas.com. kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-07. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ "Pariwisata di Jepara, Penyokong PAD Terkuat Setelah Ukir". Merdeka.com. kompas.com. 17 Juni 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-19. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ Fitriana, Ika (17 February 2012). Wadrianto, Glori K., ed. "Menikmati Sunrise di Borobudur". Kompas.com. kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-02-24. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ "Kisah Mataram di Poros Kedu-Prambanan". Kompas.com. kompas.com. 18 February 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-28. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ "Candi Prambanan, Alternatif Rest Area Pemudik". Merdeka.com. suaramerdeka.com. 20 August 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-10. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ "UGM Temukan Puluhan Artefak di Candi Dieng". Merdeka.com. suara merdeka.com. 13 June 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-10. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ "Wisatawan Padati Gedong Songo". Merdeka.com. suara merdeka.com. 02 January 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-10. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ "Situs Candi Angin Diminta Dilestarikan". Merdeka.com. suara merdeka.com. 15 November 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-09. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ "Sejarah Kereta Api di Indonesia". Kompas.com. kompas.com. 21 Juli 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-15. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ Wahyu Utomo, Nugroho (2 Agustus 2023). "Ada 3 Kecamatan Dilintasi Jalur KA Purworejo–Kutoarjo, Stasiun Purworejo Masuk Kecamatan Mana?". Suara Merdeka. Purworejo.
- ^ "Jalur Kereta Kedungjati-Tuntang Beroperasi Tahun 2015". Tempo.co. 30 May 2013. Diakses tanggal 14 Juni 2013.[pranala nonaktif permanen]
Lihat pula
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi pemerintah provinsi Jawa Tengah
- (Indonesia) Profil Demografi Jateng
- (Indonesia) Profil Ekonomi Jateng
- (Indonesia) Profil Wisata Jateng
- (Indonesia) Ekonomi Regional Jateng
- (Indonesia) Statistik Regional Jateng
- (Indonesia) Situs web resmi panduan wisata Jawa Tengah