Daerah Khusus Ibukota Jakarta

ibu kota Indonesia dan provinsi di Pulau Jawa, Indonesia

Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Raya adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota Indonesia. Karena Jakarta merupakan sebuah kota yang amat besar dan sekaligus ibu kota Indonesia, maka kota ini mempunyai status yang sama dengan sebuah provinsi. Jakarta terletak di bagian barat laut pulau Jawa. Koordinatnya adalah 6°11′S 106°50′E / 6.183°S 106.833°E / -6.183; 106.833 Coordinates: Extra unexpected parameters
{{#coordinates:}}: lintang salah. Pada tahun 2004, luasnya adalah sekitar 740 km² dan penduduknya berjumlah 8.792.000 jiwa[2].

Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya
Motto: 
"Jaya Raya"
("Jaya dan Besar (Agung)")
Peta
Peta
Negara Indonesia
Tanggal22 Juni 1527 (hari jadi)
Ibu kotaJakarta
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 1
  • Kota: 5
  • Kecamatan: 44
  • Kelurahan: 267
Pemerintahan
 • GubernurSutiyoso
Luas
 • Total740,28 km2 km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi)
Populasi
 • Total8,792,000 (2.004)
Demografi
 • AgamaIslam (83%), Protestan (6,2%), Katolik (5,7%), Buddha (3,5%), Hindu (1,2%)[1]
 • BahasaBahasa Indonesia, bahasa Betawi, bahasa Jawa, bahasa Sunda
Kode Kemendagri31 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS31 Edit nilai pada Wikidata
Situs webwww.jakarta.go.id

Etimologi

Nama Jakarta dianggap sebagai kependekan dari kata Jayakarta. Nama ini diberikan oleh orang-orang Jawa Muslim dari Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) setelah merebut Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai kota kemenangan atau kota kejayaan, namun sejatinya artinya ialah "kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha" dari bahasa Sansekerta jayakṛta (Dewanagari जयकृत). Nama lain atau sinonim "Jayakarta" pada awal adalah "Surakarta" mirip dengan nama kota yang sama di Jawa Tengah.[3]

Sejarah

Lihat pula: Sunda Kelapa dan Sejarah Batavia
Berkas:Peta Batavia 1888.png
Peta Batavia (sekarang Jakarta) tahun 1888

Jakarta pertama kali dikenal sebagai pelabuhan di muara Sungai Ciliwung. Asal-usulnya bisa ditelusuri dari zaman Hindu pada abad ke-5. Orang Eropa pertama yang datang ke Jakarta adalah orang Portugis. Pada abad ke-16, para pendatang Portugis diberi izin mendirikan benteng di Sunda Kelapa.

Asal-usul hari jadi Jakarta tanggal 22 Juni adalah penaklukan Sunda Kelapa oleh Fatahillah pada tahun 1527 dan mengganti nama kota tersebut menjadi Jayakarta yang berarti "kemenangan".

Orang Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16 dan pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menaklukan Jayakarta dan kemudian mengubah namanya menjadi Batavia. Dalam masa Belanda, Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting. Lihat Batavia.

Penjajahan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti nama Batavia menjadi Jakarta untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II. Kota ini juga merupakan tempat dilangsungkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan diduduki Belanda sampai pengakuan kedaulatan pada 1949.

Pada Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang memakan korban banyak etnis Tionghoa. Gedung MPR/DPR diduduki oleh para mahasiswa yang menginginkan reformasi. Buntut kerusuhan ini adalah turunnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan. Lihat Kerusuhan Mei 1998.

Budaya

 
Gedung pencakar langit di Jakarta

Sebagai ibu kota Indonesia, Jakarta menarik pendatang dari seluruh Indonesia, apalagi melihat kurang meratanya pertumbuhan di pusat dan daerah menyebabkan arus urbanisasi yang besar. Urbanisasi inilah yang membawa berbagai budaya masuk ke Jakarta. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain Suku Betawi, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Tionghoa.

Budaya Betawi sebagai penduduk asli agak tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya Barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.

Musik

Musik tradisional maupun modern di Jakarta menggambarkan perpaduan antarbudaya dan etnis. Pengaruh dari luar Indonesia berasal dari Belanda, Tiongkok, Portugis, Arab dan India.

Untuk musik tradisional di Jakarta, seperti tanjidor dan gambang kromong, terdapat pengaruh baik etnis dari luar Jakarta Sunda seperti penggunaan rebab dan terompet tradisional. Kemudian pengaruh asing seperti halnya Trombone dan Gitar dari Eropa dan beberapa irama musik tradisional Tionghoa.

Tari

Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tionghoa seperti tariannya yang memiliki corak tari Jaipong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.

Cerita Rakyat

Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal seperti Si Pitung juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal "keras". Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial.

Senjata tradisional

Senjata khas Jakarta adalah badik yang bentuknya tipis memanjang.

Lain-lain

Selain budaya Musik, Tari-tarian dan Cerita rakyat, Masyarakat Betawi juga mengenal seni lenong, topeng betawi dan kesenian Si Janthuk yang kini sudah dianggap langka.

Demografi

Tahun Jumlah penduduk
1870 65.000
1875 99.100
1880 102.900
1883 97.000
1886 100.500
1890 105.100
1895 114.600
1901 115.900
1905 138.600
1918 234.700
1920 253.800
1925 290.400
1928 311.000
Tahun/Tanggal Jumlah penduduk
1930 435.184
1940 533.000
1945 600.000
1950 1.733.600
1959 2.814.000
31 Oktober 1961 2.906.533
24 September 1971 4.546.492
31 Oktober 1980 6.503.449
31 Oktober 1990 8.259.639
30 Juni 2000 8.384.853
1 Januari 2005 8.540.306
1 Januari 2006 7.512.323*

*data 1 Januari 2006 berasal dari Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta

Jumlah penduduk di Jakarta sekitar 7.512.323 (2006) namun pada siang hari, angka tersebut akan bertambah seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok. Kota/kabupaten yang paling padat penduduknya adalah Jakarta Timur dengan 2.131.341 penduduk, sementara Kepulauan Seribu adalah kabupaten dengan paling sedikit penduduk, yaitu 19.545 jiwa.

Bahasa

Bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, sedangkan bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi.

Bahasa daerah juga digunakan oleh para penduduk yang berasal dari daerah lain, seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minang, bahasa Batak, bahasa Madura, bahasa Bugis, dan sebagainya. Hal demikian terjadi karena Jakarta adalah tempat berbagai suku bangsa bertemu. Untuk berkomunikasi antar berbagai suku bangsa, digunakan Bahasa Indonesia.

Selain itu, muncul juga bahasa gaul yang tumbuh di kalangan anak muda dengan kata-kata yang terkadang dicampur dengan bahasa asing. Beberapa contoh penggunaan bahasa ini adalah Please dong ah!, Cape deh!, dan So what gitu loh!.

Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang paling banyak digunakan, terutama untuk kepentingan diplomatik, pendidikan, dan bisnis. Bahasa Cina atau Mandarin juga digunakan menjadi bahasa asing yang banyak digunakan, terutama di kalangan pebisnis.

Agama

Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta sangat beragam, yaitu keenam agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia (Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu) tempat peribadatan agama-agama tersebut juga tersedia di Jakarta contohnya:

Di Jakarta sebagai ibu kota Indonesia, tinggal segala macam suku bangsa dari seluruh Indonesia dan sejumlah di luar. Tetapi pemerintahan tidak mencatat suku bangsa atau penutur bahasa apakah warga Jakarta. Yang dicatat hanyalah agama para warga Jakarta. Menurut data pemerintahan, pembagian relatif adalah sebagai berikut pada tahun 2005 [4]:

  • Islam 83 %
  • Protestan 6,2 %
  • Katolik 5,7 %
  • Hindu 1,2 %
  • Buddha 3,5 %

Jumlah umat Buddha di atas ini terlihat agak besar mungkin karena umat Kong Hu Cu juga ikut tercakup di dalamnya. Kemudian menurut data Robert Cribb[5] pada tahun 1980 jumlah penganut agama ini secara relatif adalah sebagai berikut:

  • Islam 84,4 %
  • Protestan 6,3 %
  • Katolik 2,9 %
  • Hindu dan Buddha 5,7 %
  • "Tidak beragama" 0,3 %

Sementara itu menurutnya, pada tahun 1971 penganut agama Kong Hu Cu secara relatif adalah 1,7 %.

Pemerintahan

DKI Jakarta memiliki status khusus sebagai Daerah Khusus Ibukota. DKI Jakarta ini dibagi kepada lima kota dan satu kabupaten, yaitu:

Pendidikan

Berkas:Grafik demografi agama di Jakarta.png
Grafik pembagian relatif kaum beragama di Jakarta pada tahun 2005
Berkas:Peta Jakarta.gif
Peta DKI Jakarta tanpa Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu

Pendidikan di DKI Jakarta tersedia dari playgroup sampai perguruan tinggi. Kualitas dari pendidikan pun juga sangat bervariasi dari gedung mewah ber-AC sampai yang gedungnya sudah akan rubuh khususnya di tingkat SD dan SMP.

Belakangan ini mulai muncul berbagai sekolah dengan kurikulum yang diserap dari negara lain seperti Singapura dan Australia. Sekolah lain dengan kurikulum Indonesia pun juga muncul dengan metode pengajaran yang berbeda. DKI Jakarta juga menjadi lokasi berbagai universitas terkemuka seperti :

Transportasi

Dalam kota

Berkas:Jakarta silhouetto.jpg
Kondisi lalu lintas di Slipi, Jakarta Barat
 
Busway
Berkas:Map.jpg
Peta transportasi kota Jakarta

Di DKI Jakarta, tersedia jaringan jalan raya dan jalan tol yang melayani seluruh kota, namun perkembangan jumlah mobil dengan jumlah jalan sangatlah timpang (5-10% dengan 4-5%).

Menurut data dari Dinas Perhubungan DKI, tercatat 46 kawasan dengan 100 titik simpang rawan macet di Jakarta. Definisi rawan macet adalah arus tidak stabil, kecepatan rendah serta antrean panjang. Kawasan yang memiliki lebih dari empat titik simpang rawan macet adalah:

Selain oleh warga Jakarta, kemacetan juga diperparah oleh para pelaju dari kota-kota di sekitar Jakarta seperti Depok, Bekasi, Tangerang, dan Bogor yang bekerja di Jakarta. Untuk di dalam kota, kemacetan dapat dilihat di Jalan Sudirman, Jalan Thamrin, Jalan Rasuna Said, dan Jalan Gatot Subroto terutama pada jam-jam pulang kantor.

Pemda DKI telah menghadirkan layanan transportasi umum yang dikenal sebagai TransJakarta menggunakan bus dan halte yang berada di jalur khusus. Koridor Busway yang ada di Jakarta adalah sebagai berikut.

Selain itu, Pemda juga sedang membangun dua jalur monorel yairu Green Line dan Blue Line'. Pemerintah Daerah DKI Jakarta juga tengah mempersiapkan pembangunan subway yang dananya diperoleh dari pinjaman lunak negara Jepang. Pembangunan sarana transportasi bawah tanah ini akan dilaksanakan mulai tahun 2008. Untuk lintasan kereta api, pemerintah sedang menyiapkan double-double track pada jalur lintasan kereta api Manggarai-Cikarang. Selain itu juga, saat ini sedang direncanakan untuk membangun jalur kereta api dari Manggarai menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng. Semua pembangunan jalur kereta api ini diperkirakan akan selesai pada tahun 2010.

Trayek

Untuk ke kota-kota di Pulau Jawa, bisa dicapai dari Jakarta dengan jaringan jalan dan beberapa ruas jalan tol. Jalan tol terbaru adalah Jalan Tol Cipularang yang mempersingkat waktu tempuh Jakarta-Bandung menjadi sekitar 1,5 jam. Selain itu juga tersedia layanan kereta api yang berangkat dari enam stasiun pemberangkatan di Jakarta. Untuk ke pulau Sumatera, tersedia ruas jalan tol Jakarta-Merak yang kemudian dilanjutkan dengan layanan penyeberangan dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni. Untuk ke luar pulau dan luar negeri, Jakarta memiliki satu pelabuhan laut di Tanjung Priok dan dua bandar udara. Bandara yang terdapat di Jakarta adalah :

Kondisi dan sumber daya alam

Pada tahun 2004, untuk kesekian kalinya, Kota Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan meraih penghargaan Bangun Praja kategori "Kota Terbersih dan Terindah di Indonesia" (dulu disebut "Adipura"). Salah satu faktor penentu keberhasilan kedua kota tersebut adalah keberadaan kawasan Menteng (Jakpus) dan Kebayoran Baru (Jaksel) yang asri dan bersih.

Dahulu kota Jakarta adalah kota yang asri karena banyak ditumbuhi berbagai pepohonan. Sejumlah nama kawasan di DKI Jakarta menunjukkan bahwa di daerah tersebut dulunya banyak pepohonan atau tumbuhan dengan nama bersangkutan, antara lain:

Namun demikian, penebangan pohon kota memusnahkan pohon sebagai identitas karakter lanskap kawasan yang memakai nama-nama pohon tersebut.

Pariwisata

Lihat pula: Museum-museum di Jakarta

DKI Jakarta juga memiliki berbagai objek pariwisata seperti :

Olah Raga

Sejak masa Presiden Soekarno hingga saat ini, Jakarta sering menjadi tempat penyelenggaraan even-even olah raga berskala internasional, diantaranya pernah menjadi tuan rumah Asian Games di tahun 1962, dan beberapa kali menjadi tuan rumah Pesta Olah Raga bangsa-bangsa Asia Tenggara atau yang lebih dikenal dengan Sea Games. Mayoritas masyarakat Jakarta gemar berolah raga, sepak bola merupakan cabang permainan yang banyak diminati masyarakat, disamping bulu tangkis, bola voli, dan bola basket. Jakarta memiliki beberapa klub sepak bola profesional. Diantaranya Persija Jakarta Pusat dan Persitara Jakarta Utara, yang saat ini ikut berlaga di kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia.

Tempat-tempat olah raga di Jakarta antara lain :

Pusat perbelanjaan

Lihat pula: Daftar pusat perbelanjaan di Jakarta
 
Salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta

Pada program "Enjoy Jakarta" di tahun 2005, Pemda DKI mengembangkan pariwisata di pusat-pusat perbelanjaan (dikenal sebagai "mal" atau "plaza") yang terdapat di Jakarta. Di samping pusat pemerintahan dan perdagangan, pemerintah juga mencanangkan Jakarta sebagai kota wisata belanja, seperti halnya Singapura dan Tokyo. Saat ini Jakarta merupakan salah satu kota di Asia yang banyak memiliki pusat perbelanjaan. Beberapa pusat perbelanjaan yang banyak dikunjungi masyarakat antara lain; Mal Taman Anggrek, Mal Kelapa Gading, Mal Pondok Indah, Plaza Semanggi, Plaza Senayan, dan Plaza Indonesia. Di pusat-pusat perbelanjaan tersebut hadir berbagai waralaba internasional seperti Starbucks, Sogo Departement Store, jaringan restoran siap saji Mc Donalds, dan Hoka Hoka Bento. Selain itu, perusahaan-perusahaan waralaba nasional juga memenuhi ruang pusat-pusat perbelanjaan tersebut, seperti Es Teler 77 dan Bakmie Gajah Mada. Disamping pusat-pusat perbelanjaan mewah, Jakarta juga memiliki banyak pasar-pasar tradisional yang dikelola oleh P.D Pasar Jaya. Selain itu, terdapat pula hypermarket yang menjadi tren belanja kalangan menengah di Jakarta. Antara lain; Carrefour, Hypermart,Giant, dan Makro. Untuk lingkup lingkungan, juga tersedia pusat belanja kebutuhan sehari-hari dengan harga yang terjangkau seperti Indomaret dan Alfamart.

Permasalahan sosial

Posisi DKI Jakarta sebagai pusat perekonomian negara, telah mendorong banyak orang dari luar Jakarta berbondong-bondong mencari rezeki di ibu kota Indonesia ini. Para pendatang tersebut, banyak yang tidak dibekali dengan keahlian atau keterampilan khusus, sehingga kehadiran mereka menimbulkan beberapa dampak sosial yang sangat sulit tertangani, seperti masalah pengangguran, kemiskinan dan kriminalitas.

Jumlah pendatang di Jakarta (2002-2005)

Tahun Eksodus Influks Perbedaan
2002 2.643.273 2.874.801 231.528
2003 2.816.384 3.021.214 204.830
2004 2.213.812 2.404.168 190.356
2005 ? 200.000-250.000*

Catatan: * perkiraan
Sumber: Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta

Makanan

Jakarta merupakan kota internasional yang banyak menyajikan makanan khas dari seluruh dunia. Di wilayah-wilayah yang banyak didiami oleh para ekspatriat asing, seperti di daerah Menteng, Kemang, Pondok Indah, dan daerah pusat bisnis Jakarta, tidak sulit untuk menjumpai makanan-makanan khas asal Eropa, China, Jepang dan Korea. Makanan-makanan ini biasanya dijual dalam restoran-restoran mewah. Di Jakarta, dan sepeti kota-kota besar lainnya di Indonesia, Rumah Makan Padang yang paling banyak dijumpai, hampir di seluruh tempat di Jakarta, kita dengan mudah akan menemukan rumah makan yang manyajikan masakan asal Minang ini. Jakarta juga memiliki makanan khasnya, yang paling terkenal adalah Kerak Telor dan Soto Betawi.

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ Sesuai data resmi Dinas Kependudukan Jakarta tahun 2005)
  2. ^ Menurut Dinas Kependudukan Provinsi DKI Jakarta jumlah resmi sesuai data-data kelurahan adalah 7.512.323 jiwa pada bulan Januari 2006
  3. ^ Sesuai Gonda (1951:348) yang mengutip Hoessein Djajadiningrat.
  4. ^ Data pemerintahan tidak ikut menghitung data kependudukan kecamatan Pesanggrahan dan Cilandak di Jakarta Selatan. Kedua kecamatan ini penduduknya adalah 300.000 jiwa atau sekitar 4 % penduduk Jakarta. Data ini tidak mencatat para penganut agama Kong Hu Cu
  5. ^ Data Robert Cribb dalam bukunya Historical Atlas of Indonesia (2000:47-51)

Pranala luar


6°11′S 106°50′E / 6.183°S 106.833°E / -6.183; 106.833