Indonesia

negara di Asia Tenggara dan Oseania
Revisi sejak 26 Juni 2017 15.57 oleh Sapnor (bicara | kontrib) (Saya memperbanyak referensi.)

Republik Indonesia (RI), umumnya disebut Indonesia, adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau,[12] nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara.[13] Dengan populasi lebih dari 263.846.946 juta jiwa pada tahun 2016,[14] Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari 220 juta jiwa.[5] Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih secara langsung.

Republik Indonesia

Semboyan"Bhinneka Tunggal Ika" (Jawa Kuno)
("Berbeda-beda tetapi satu jua")
Ideologi nasional:
Pancasila
Lokasi Indonesia
Ibu kota
Jakarta
6°11′S 106°50′E / 6.183°S 106.833°E / -6.183; 106.833
Bahasa resmiIndonesia
Bahasa daerah
Lebih dari 700 bahasa[1]
Kelompok etnik
Sekitar 1.340 suku bangsa[2][3]
Agama
  • 87,02% Islam
  • 1,69% Hinduisme
  • 0,73% Buddhisme
  • 0,03% Konfusianisme
  • 0,04% Aliran Kepercayaan
    dan Lainnya
PemerintahanKesatuan presidensial republik konstitusional
• Presiden
Prabowo Subianto
Gibran Rakabuming Raka
LegislatifMajelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Kemerdekaan
• Diproklamasikan (berdiri tahun)
17 Agustus 1945
• Diakui (sebagai RIS)
27 Desember 1949
Luas
 - Total
1.904.569 km2[6] (ke-14)
 - Perairan (%)
4,85
Penduduk
 - Perkiraan Q2 2023
Increase neutral 279.118.866[7]
 - Sensus Penduduk 2020
270.203.917[8] (ke-4)
143/km2 (ke-60)
PDB (KKB)2024
 - Total
Kenaikan $4,721 triliun[9] (ke-7)
Kenaikan $16.861[9] (ke-98)
PDB (nominal)2024
 - Total
Kenaikan $1,476 triliun[9] (ke-16)
Kenaikan $5.271[9] (ke-112)
Gini (2021)Steady 37,9[10]
sedang
IPM (2022)Kenaikan 0,713[11]
tinggi · ke-112
Mata uangRupiah (Rp)
(IDR)
Zona waktuberagam
(UTC+7 sampai +9)
Format tanggalDD/MM/YYYY
Lajur kemudikiri
Kode telepon+62
Kode ISO 3166ID
Ranah Internet.id
Situs web resmi
indonesia.go.id
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Ibu kota negara Indonesia ialah Jakarta. Indonesia berbatasan darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.

Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya di Palembang menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia yang saat itu bernama Hindia Belanda menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat.

Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa (ras), Indonesia terdiri atas bangsa asli pribumi yakni Mongoloid Selatan/Austronesia dan Melanesia di mana bangsa Austronesia yang terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami Indonesia bagian barat. Secara lebih spesifik, suku bangsa Jawa adalah suku bangsa terbesar dengan populasi mencapai 41,7% dari seluruh penduduk Indonesia.[15] Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda namun tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.

Indonesia juga anggota dari PBB dan satu-satunya anggota yang pernah keluar dari PBB, yaitu pada tanggal 7 Januari 1965, dan bergabung kembali pada tanggal 28 September 1966 dan Indonesia tetap dinyatakan sebagai anggota yang ke-60, keanggotaan yang sama sejak bergabungnya Indonesia pada tanggal 28 September 1950. Selain PBB, Indonesia juga merupakan anggota dari ASEAN, KAA, APEC, OKI, G-20 dan akan menjadi anggota dari OECD.

Etimologi

Kata "Indonesia" berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Indus yang merujuk kepada sungai Indus di India dan nesos yang berarti "pulau".[16] Jadi, kata Indonesia berarti wilayah "kepulauan India", atau kepulauan yang berada di wilayah Hindia, ini merujuk kepada persamaan antara dua bangsa tersebut (India dan Indonesia).[17] Pada tahun 1850, George Windsor Earl, seorang etnolog berkebangsaan Inggris, awalnya mengusulkan istilah Indunesia dan Malayunesia untuk penduduk "Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu".[18] Murid dari Earl, James Richardson Logan, menggunakan kata Indonesia sebagai sinonim dari Kepulauan India.[19] Namun, penulisan akademik Belanda di media Hindia Belanda tidak menggunakan kata Indonesia, tetapi istilah Kepulauan Melayu (Maleische Archipel); Hindia Timur Belanda (Nederlandsch Oost Indië), atau Hindia (Indië); Timur (de Oost); dan bahkan Insulinde (istilah ini diperkenalkan tahun 1860 dalam novel Max Havelaar (1859), ditulis oleh Multatuli, mengenai kritik terhadap kolonialisme Belanda).[13]

Sejak tahun 1900, nama Indonesia menjadi lebih umum pada lingkungan akademik di luar Belanda, dan golongan nasionalis Indonesia menggunakannya untuk ekspresi politik.[13] Adolf Bastian dari Universitas Berlin memasyarakatkan nama ini melalui buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipels, 18841894. Pelajar Indonesia pertama yang menggunakannya ialah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), yaitu ketika ia mendirikan kantor berita di Belanda yang bernama Indonesisch Pers Bureau pada tahun 1913.[17]

Sejarah

Sejarah awal

Peninggalan fosil-fosil Homo erectus, yang oleh antropolog juga dijuluki "Manusia Jawa", menimbulkan dugaan bahwa kepulauan Indonesia telah mulai berpenghuni pada antara dua juta sampai 500.000 tahun yang lalu.[20] Bangsa Austronesia, yang membentuk mayoritas penduduk pada saat ini, bermigrasi ke Asia Tenggara dari Taiwan. Mereka tiba di sekitar 2000 SM, dan menyebabkan bangsa Melanesia yang telah ada lebih dahulu di sana terdesak ke wilayah-wilayah yang jauh di timur kepulauan.[21] Kondisi tempat yang ideal bagi pertanian, dan penguasaan atas cara bercocok tanam padi setidaknya sejak abad ke-8 SM,[22] menyebabkan banyak perkampungan, kota, dan kerajaan-kerajaan kecil tumbuh berkembang dengan baik pada abad pertama masehi. Selain itu, Indonesia yang terletak di jalur perdagangan laut internasional dan antar pulau, telah menjadi jalur pelayaran antara India dan Tiongkok selama beberapa abad.[23] Sejarah Indonesia selanjutnya mengalami banyak sekali pengaruh dari kegiatan perdagangan tersebut.[24]

 
Sejak abad ke-1 kapal dagang Indonesia telah berlayar jauh, bahkan sampai ke Afrika. Sebuah bagian dari relief kapal di candi Borobudur, k. 800 M.

Di bawah pengaruh agama Hindu dan Buddha, beberapa kerajaan terbentuk di pulau Kalimantan, Sumatera, dan Jawa sejak abad ke-4 hingga abad ke-14. Kutai, merupakan kerajaan tertua di Nusantara yang berdiri pada abad ke-4 di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Di wilayah barat pulau Jawa, pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M berdiri kerajaan Tarumanegara. Pemerintahan Tarumanagara dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda dari tahun 669 M sampai 1579 M. Pada abad ke-7 muncul kerajaan Malayu yang berpusat di Jambi, Sumatera. Sriwijaya mengalahkan Malayu dan muncul sebagai kerajaan maritim yang paling perkasa di Nusantara. Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Jawa, semenanjung Melayu, sekaligus mengontrol perdagangan di Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Tiongkok Selatan.[25] Di bawah pengaruh Sriwijaya, antara abad ke-8 dan ke-10 wangsa Syailendra dan Sanjaya berhasil mengembangkan kerajaan-kerajaan berbasis agrikultur di Jawa, dengan peninggalan bersejarahnya seperti candi Borobudur dan candi Prambanan. Di akhir abad ke-13, Majapahit berdiri di bagian timur pulau Jawa. Di bawah pimpinan mahapatih Gajah Mada, kekuasaannya meluas sampai hampir meliputi wilayah Indonesia kini; dan sering disebut "Zaman Keemasan" dalam sejarah Indonesia.[26]

Kedatangan pedagang-pedagang Arab dan Persia melalui Gujarat, India, kemudian membawa agama Islam. Selain itu pelaut-pelaut Tiongkok yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (Zheng He) yang beragama Islam, juga pernah menyinggahi wilayah ini pada awal abad ke-15.[27] Para pedagang-pedagang ini juga menyebarkan agama Islam di beberapa wilayah Nusantara. Samudera Pasai yang berdiri pada tahun 1267, merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.

Kolonialisme

 
Peta Indonesia berkisar tahun 1674-1745 oleh Katip Çelebi seorang geografer asal Turki Utsmani.
 
Johannes van den Bosch, pencetus Cultuurstelsel.
 
Lukisan kekaisaran Belanda yang menggambarkan Hindia Belanda sebagai "Permata kami yang paling berharga". (1916)

Indonesia juga merupakan negara yang dijajah oleh banyak negara Eropa dan juga Asia, karena sejak zaman dahulu Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alamnya yang berlimpah, hingga membuat negara-negara Eropa tergiur untuk menjajah dan bermaksud menguasai sumber daya alam untuk pemasukan bagi negaranya, Negara-negara yang pernah menjajah Indonesia antara lain:

Ketika orang-orang Eropa datang pada awal abad ke-16, mereka menemukan beberapa kerajaan yang dengan mudah dapat mereka kuasai demi mendominasi perdagangan rempah-rempah. Portugis pertama kali mendarat di dua pelabuhan Kerajaan Sunda yaitu Banten dan Sunda Kelapa, tetapi dapat diusir dan bergerak ke arah timur dan menguasai Maluku. Pada abad ke-17, Belanda muncul sebagai yang terkuat di antara negara-negara Eropa lainnya, mengalahkan Britania Raya dan Portugal (kecuali untuk koloni mereka, Timor Portugis). Pada masa itulah agama Kristen masuk ke Indonesia sebagai salah satu misi imperialisme lama yang dikenal sebagai 3G, yaitu Gold, Glory, and Gospel.[28] Belanda menguasai Indonesia sebagai koloni hingga Perang Dunia II, awalnya melalui VOC, dan kemudian langsung oleh pemerintah Belanda sejak awal abad ke-19. Di bawah sistem Cultuurstelsel (Sistem Penanaman) pada abad ke-19, perkebunan besar dan penanaman paksa dilaksanakan di Jawa, akhirnya menghasilkan keuntungan bagi Belanda yang tidak dapat dihasilkan VOC. Pada masa pemerintahan kolonial yang lebih bebas setelah 1870, sistem ini dihapus. Setelah 1901 pihak Belanda memperkenalkan Kebijakan Beretika,[29] yang termasuk reformasi politik yang terbatas dan investasi yang lebih besar di Hindia Belanda.

Pada masa Perang Dunia II, sewaktu Belanda dijajah oleh Jerman, Jepang menguasai Indonesia. Setelah mendapatkan Indonesia pada tahun 1942, Jepang melihat bahwa para pejuang Indonesia merupakan rekan perdagangan yang kooperatif dan bersedia mengerahkan prajurit bila diperlukan. Soekarno, Mohammad Hatta, KH. Mas Mansur, dan Ki Hajar Dewantara diberikan penghargaan oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943.

Indonesia merdeka

 
Soekarno, presiden pertama Indonesia.

Pada Maret 1945 Jepang membentuk sebuah komite untuk kemerdekaan Indonesia. Setelah Perang Pasifik berakhir pada tahun 1945, di bawah tekanan organisasi pemuda, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang pada saat itu sedang bulan Ramadhan. Setelah kemerdekaan, tiga pendiri bangsa yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir masing-masing menjabat sebagai presiden, wakil presiden, dan perdana menteri. Dalam usaha untuk menguasai kembali Indonesia, Belanda mengirimkan pasukan mereka.

 
Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Usaha-usaha berdarah untuk meredam pergerakan kemerdekaan ini kemudian dikenal oleh orang Belanda sebagai 'aksi kepolisian' (politionele actie), atau dikenal oleh orang Indonesia sebagai Agresi Militer.[30] Belanda akhirnya menerima hak Indonesia untuk merdeka pada 27 Desember 1949 sebagai negara federal yang disebut Republik Indonesia Serikat setelah mendapat tekanan yang kuat dari kalangan internasional, terutama Amerika Serikat. Mosi Integral Natsir pada tanggal 17 Agustus 1950, menyerukan kembalinya negara kesatuan Republik Indonesia dan membubarkan Republik Indonesia Serikat. Soekarno kembali menjadi presiden dengan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden dan Mohammad Natsir sebagai perdana menteri.

Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pemerintahan Soekarno mulai mengikuti sekaligus merintis gerakan non-blok pada awalnya, kemudian menjadi lebih dekat dengan blok sosialis, misalnya Republik Rakyat Tiongkok dan Yugoslavia. Tahun 1960-an menjadi saksi terjadinya konfrontasi militer terhadap negara tetangga, Malaysia ("Konfrontasi"),[31] dan ketidakpuasan terhadap kesulitan ekonomi yang semakin besar. Selanjutnya pada tahun 1965 meletus kejadian G30S yang menyebabkan kematian 6 orang jenderal dan sejumlah perwira menengah lainnya. Muncul kekuatan baru yang menyebut dirinya Orde Baru yang segera menuduh Partai Komunis Indonesia sebagai otak di belakang kejadian ini dan bermaksud menggulingkan pemerintahan yang sah serta mengganti ideologi nasional menjadi berdasarkan paham sosialis-komunis. Tuduhan ini sekaligus dijadikan alasan untuk menggantikan pemerintahan lama di bawah Presiden Soekarno.

Berkas:Soekarno, Hatta, Sjahrir.jpg
Hatta, Sukarno, dan Sjahrir, tiga pendiri Indonesia.

Jenderal Soeharto menjadi Pejabat Presiden pada tahun 1967 dengan alasan untuk mengamankan negara dari ancaman komunisme. Sementara itu kondisi fisik Soekarno sendiri semakin melemah. Setelah Soeharto berkuasa, ratusan ribu warga Indonesia yang dicurigai terlibat pihak komunis dibunuh, sementara masih banyak lagi warga Indonesia yang sedang berada di luar negeri, tidak berani kembali ke tanah air, dan akhirnya dicabut kewarganegaraannya. Tiga puluh dua tahun masa kekuasaan Soeharto dinamakan Orde Baru, sementara masa pemerintahan Soekarno disebut Orde Lama.

Soeharto menerapkan ekonomi neoliberal dan berhasil mendatangkan investasi luar negeri yang besar untuk masuk ke Indonesia dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar, meski tidak merata. Pada awal rezim Orde Baru kebijakan ekomomi Indonesia disusun oleh sekelompok ekonom lulusan Departemen Ekonomi Universitas California, Berkeley, yang dipanggil "Mafia Berkeley".[32] Namun, Soeharto menambah kekayaannya dan keluarganya melalui praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang meluas dan dia akhirnya dipaksa turun dari jabatannya setelah aksi demonstrasi besar-besaran dan kondisi ekonomi negara yang memburuk pada tahun 1998.

Masa Peralihan Orde Reformasi atau Era Reformasi berlangsung dari tahun 1998 hingga 2001, ketika terdapat tiga masa presiden: Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati Sukarnoputri. Pada tahun 2004, diselenggarakan Pemilihan Umum satu hari terbesar di dunia[33] yang dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai presiden terpilih secara langsung oleh rakyat, yang menjabat selama dua periode (2004-2009 dan 2009-2014).

Indonesia kini sedang mengalami masalah-masalah ekonomi, politik dan pertikaian bernuansa agama di dalam negeri, dan beberapa daerah berusaha untuk melepaskan diri dari naungan NKRI, terutama Papua. Timor Timur secara resmi memisahkan diri pada tahun 1999 setelah 24 tahun bersatu dengan Indonesia dan 3 tahun di bawah administrasi PBB menjadi negara Timor Leste.

Pada Desember 2004 dan Maret 2005, Aceh dan Nias dilanda dua gempa bumi besar yang totalnya menewaskan ratusan ribu jiwa. (Lihat Gempa bumi Samudra Hindia 2004 dan Gempa bumi Sumatra Maret 2005.) Kejadian ini disusul oleh gempa bumi di Yogyakarta dan tsunami yang menghantam Pantai Pangandaran dan sekitarnya, serta banjir lumpur di Sidoarjo pada 2006 yang tidak kunjung terpecahkan.

Politik dan pemerintahan

 
Gedung MPR-DPR
 
Istana Negara, salah satu dari Istana Kepresidenan di Indonesia.

Indonesia menjalankan pemerintahan republik presidensial multipartai yang demokratis. Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya, sistem politik di Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

MPR pernah menjadi lembaga tertinggi negara unikameral, namun setelah amendemen ke-4 MPR bukanlah lembaga tertinggi lagi, dan komposisi keanggotaannya juga berubah. MPR setelah amendemen UUD 1945, yaitu sejak 2004 menjelma menjadi lembaga bikameral yang terdiri dari 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang merupakan wakil rakyat melalui Partai Politik, ditambah dengan 132 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang merupakan wakil provinsi dari jalur independen.[34] Anggota DPR dan DPD dipilih melalui pemilu dan dilantik untuk masa jabatan lima tahun. Sebelumnya, anggota MPR adalah seluruh anggota DPR ditambah utusan golongan dan TNI/Polri. MPR saat ini diketuai oleh Zulkifli Hasan. DPR saat ini diketuai oleh Setya Novanto, sedangkan DPD saat ini diketuai oleh Mohammad Saleh.

Lembaga eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden, dan kabinet. Kabinet di Indonesia adalah Kabinet Presidensial sehingga para menteri bertanggung jawab kepada presiden dan tidak mewakili partai politik yang ada di parlemen. Meskipun demikian, presiden saat ini yakni Joko Widodo yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan juga menunjuk sejumlah pemimpin partai politik untuk duduk di kabinetnya. Tujuannya untuk menjaga stabilitas pemerintahan mengingat kuatnya posisi lembaga legislatif di Indonesia. Namun pos-pos penting dan strategis umumnya diisi oleh menteri tanpa portofolio partai (berasal dari seseorang yang dianggap ahli dalam bidangnya).

Lembaga Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya amendemen UUD 1945 dijalankan oleh Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah Konstitusi, termasuk pengaturan administrasi para hakim. Meskipun demikian keberadaan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tetap dipertahankan.

Hubungan luar negeri dan militer

 
Mantan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dengan Barack Obama, Mantan Presiden Amerika Serikat, dalam sebuah acara penyambutan tamu negara di Istana Merdeka, Jakarta, 9 Nopember 2010. Obama terkenal di Indonesia, karena menghabiskan masa kecilnya di Jakarta.[35]

Berlawanan dengan Sukarno yang anti-Imperialisme, antipati terhadap kekuatan barat, dan bersitegang dengan Malaysia, hubungan luar negeri sejak "Orde baru"-nya Suharto didasarkan pada ekonomi dan kerja sama politik dengan negara-negara barat.[36] Indonesia menjaga hubungan baik dengan tetangga-tetangganya di Asia, dan Indonesia adalah pendiri ASEAN dan East Asia Summit.

Indonesia menjalin hubungan kembali dengan Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1990, padahal sebelumnya melakukan pembekuan hubungan sehubungan dengan gejolak anti-komunis di awal kepemerintahan Suharto. Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-bangsa sejak tahun 1950,[37] dan pendiri Gerakan Non Blok dan Organisasi Kelompok Islam yang sekarang telah menjadi Organisasi Kerjasama Islam. Indonesia telah menandatangani perjanjian ASEAN Free Trade Area, Cairns Group, dan World Trade Organization, dan pernah menjadi anggota OPEC, meskipun Indonesia menarik diri pada tahun 2008 sehubungan Indonesia bukan lagi pengekspor minyak mentah bersih. Indonesia telah menerima bantuan kemanusiaan dan pembangunan sejak tahun 1966, terutama dari Amerika Serikat, negara-negara Eropa Barat, Australia dan Jepang.

Pemerintah Indonesia telah bekerja sama dengan dunia international sehubungan dengan pengeboman yang dilakukan oleh militan Islam dan Al-Qaeda.[38] Pemboman besar menimbulkan korban 202 orang tewas (termasuk 164 turis mancanegara) di Kuta, Bali pada tahun 2012.[39] Serangan tersebut dan peringatan perjalanan (travel warnings) yang dikeluarkan oleh negara-negara lain, menimbulkan dampak yang berat bagi industri jasa perjalanan/turis dan juga prospek investasi asing.[40] Tetapi beruntung ekonomi Indonesia secara keseluruhan tidak terlalu dipengaruhi oleh hal-hal tersebut di atas, karena Indonesia adalah negara yang ekonomi domestiknya cukup kuat dan dominan.

Tentara Nasional Indonesia terdiri dari TNI–AD, TNI-AL (termasuk Marinir) dan TNI-AU.[41] Berkekuatan 400.000 prajurit aktif, memiliki anggaran 4% dari GDP pada tahun 2006, tetapi terdapat kontroversi bahwa ada sumber-sumber dana dari kepentingan-kepentingan komersial dan yayasan-yayasan yang dilindungi oleh militer.[42] Satu hal baik dari reformasi sejalan dengan mundurnya Suharto adalah mundurnya TNI dari parlemen setelah bubarnya Dwi Fungsi ABRI, walaupun pengaruh militer dalam bernegara masih tetap kuat.[43] Gerakan separatis di sebagian daerah Aceh dan Papua telah menimbulkan konflik bersenjata, dan terjadi pelanggaran HAM serta kebrutalan yang dilakukan oleh keduabelah pihak.[44][45] Setelah 30 tahun perseteruan sporadis antara Gerakan Aceh Merdeka dan militer Indonesia, maka persetujuan gencatan senjata terjadi pada tahun 2005.[46] Di Papua, telah terjadi kemajuan yang mencolok, walaupun masih terjadi kekurangan-kekurangan, dengan diterapkannya otonomi, dengan akibat berkurangannya pelanggaran HAM.[47]

Pembagian administratif

Indonesia saat ini secara de facto terdiri dari 34 provinsi, lima di antaranya memiliki status yang berbeda (Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta, Papua Barat, Papua, dan DKI Jakarta). Provinsi dibagi menjadi 416 kabupaten dan 98 kota atau 7024 daerah setingkat kecamatan[48] atau 81626 daerah setingkat desa.[49] terdapat berbagai istilah lokal untuk suatu daerah di indonesia misal: kelurahan, desa, gampong, kampung, nagari, pekon, atau istilah lain yang diakomodasi oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Tiap provinsi memiliki DPRD Provinsi dan gubernur; sementara kabupaten memiliki DPRD Kabupaten dan bupati; kemudian kota memiliki DPRD Kota dan wali kota; semuanya dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu dan Pilkada. Bagaimanapun di Jakarta tidak terdapat DPR Kabupaten atau Kota, karena Kabupaten Administrasi dan Kota Administrasi di Jakarta bukanlah daerah otonom.

Provinsi Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Papua Barat, dan Papua memiliki hak istimewa legislatur yang lebih besar dan tingkat otonomi yang lebih tinggi dibandingkan provinsi lainnya. Contohnya, Aceh berhak membentuk sistem legal sendiri; pada tahun 2003, Aceh mulai menetapkan hukum Syariah.[50] Yogyakarta mendapatkan status Daerah Istimewa sebagai pengakuan terhadap peran penting Yogyakarta dalam mendukung Indonesia selama Revolusi.[51] Provinsi Papua, sebelumnya disebut Irian Jaya, mendapat status otonomi khusus tahun 2001.[52] DKI Jakarta, adalah daerah khusus ibukota negara. Timor Portugis digabungkan ke dalam wilayah Indonesia dan menjadi provinsi Timor Timur pada 1976–1999, yang kemudian memisahkan diri melalui referendum menjadi Negara Timor Leste.[53]

Provinsi di Indonesia dan ibukotanya

Geografi

Lihat pula: Peta Asia dan Jumlah pulau di Indonesia

 
Air terjun Madakaripura di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Lumbang, Probolinggo, Jawa Timur.

Indonesia adalah negara kepulauan di Asia Tenggara[91] yang memiliki 13.487 pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni[92], yang menyebar disekitar khatulistiwa, yang memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia terletak pada koordinat 6°LU - 11°08'LS dan dari 95°'BT - 141°45'BT serta terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia/Oseania.

Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km². Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, di mana setengah populasi Indonesia bermukim. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa dengan luas 132.107 km², Sumatera dengan luas 473.606 km², Kalimantan dengan luas 539.460 km², Sulawesi dengan luas 189.216 km², dan Papua dengan luas 421.981 km². Batas wilayah Indonesia diukur dari kepulauan dengan menggunakan territorial laut: 12 mil laut serta zona ekonomi eksklusif: 200 mil laut,[93] searah penjuru mata angin, yaitu:

Utara Negara Malaysia dengan perbatasan sepanjang 1.782 km[92], Singapura, Filipina, dan Laut Tiongkok Selatan
Timur Negara Papua Nugini dengan perbatasan sepanjang 820 km[92], Timor Leste, dan Samudra Pasifik
Selatan Negara Australia, Timor Leste, dan Samudra Indonesia
Barat Samudra Indonesia

Sumber daya alam

Sumber daya alam Indonesia berupa minyak bumi, timah, gas alam, nikel, kayu, bauksit, tanah subur, batu bara, emas, dan perak dengan pembagian lahan terdiri dari tanah pertanian sebesar 10%, perkebunan sebesar 7%, padang rumput sebesar 7%, hutan dan daerah berhutan sebesar 62%, dan lainnya sebesar 14% dengan lahan irigasi seluas 45.970 km[94]

Pendidikan

Sesuai dengan konstitusi yang berlaku, yaitu berdasarkan UUD 1945 pasal 31 ayat 4 dan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah mesti mengalokasikan anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari APBN dan APBD di luar gaji pendidik dan biaya kedinasan. Namun pada tahun 2007, alokasi yang disediakan tersebut baru sekitar 17.2 %, jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara Malaysia, Thailand, dan Filipina yang telah mengalokasikan anggaran untuk pendidikan lebih dari 28%.[95]

Ekonomi

 
Peta yang menunjukkan Produk Domestik Regional Bruto per kapita provinsi-provinsi Indonesia pada tahun 2008 atas harga berlaku. PDRB per kapita provinsi Kalimantan Timur mencapai Rp.100 juta manakala PDRB per kapita Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur kurang dari Rp.5 juta.
  Lebih dari Rp.100 juta
  Rp.50 juta ++ - Rp.100 juta
  Rp.40 juta ++ - Rp.50 juta
  Rp.30 juta ++ - Rp.40 juta
  Rp.20 juta ++ - Rp.30 juta
  Rp.10 juta ++ - Rp.20 juta
  Rp.5 juta ++ - Rp.10 juta
  Kurang dari Rp.5 juta

Sistem ekonomi Indonesia awalnya didukung dengan diluncurkannya Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) yang menjadi mata uang pertama Republik Indonesia, yang selanjutnya berganti menjadi Rupiah.

Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman, masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula kemelut politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara.[96]

 
Uang rupiah.

Pemerintahaan Orde Baru segera menerapkan disiplin ekonomi yang bertujuan menekan inflasi, menstabilkan mata uang, penjadwalan ulang hutang luar negeri, dan berusaha menarik bantuan dan investasi asing.[96] Pada era tahun 1970-an harga minyak bumi yang meningkat menyebabkan melonjaknya nilai ekspor, dan memicu tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata yang tinggi sebesar 7% antara tahun 1968 sampai 1981.[96] Reformasi ekonomi lebih lanjut menjelang akhir tahun 1980-an, antara lain berupa deregulasi sektor keuangan dan pelemahan nilai rupiah yang terkendali,[96] selanjutnya mengalirkan investasi asing ke Indonesia khususnya pada industri-industri berorientasi ekspor pada antara tahun 1989 sampai 1997[97] Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun 1990-an akibat krisis ekonomi yang melanda sebagian besar Asia pada saat itu,[98] yang disertai pula berakhirnya masa Orde Baru dengan pengunduran diri Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998.

Saat ini ekonomi Indonesia telah cukup stabil. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2004 dan 2005 melebihi 5% dan diperkirakan akan terus berlanjut.[99] Namun, dampak pertumbuhan itu belum cukup besar dalam memengaruhi tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%.[100][101] Perkiraan tahun 2006, sebanyak 17,8% masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan, dan terdapat 49,0% masyarakat yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$ 2 per hari.[102]

Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas. Indonesia pengekspor gas alam terbesar kelima[103] di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah, dan karet.[104] Sektor jasa adalah penyumbang terbesar PDB, yang mencapai 45,3% untuk PDB 2005. Sedangkan sektor industri menyumbang 40,7%, dan sektor pertanian menyumbang 14,0%.[105] Meskipun demikian, sektor pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-sektor lainnya, yaitu 44,3% dari 95 juta orang tenaga kerja. Sektor jasa mempekerjakan 36,9%, dan sisanya sektor industri sebesar 18,8%.[106]

Rekan perdagangan terbesar Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara jirannya yaitu Malaysia, Singapura dan Australia.

Meski kaya akan sumber daya alam dan manusia, Indonesia masih menghadapi masalah besar dalam bidang kemiskinan yang sebagian besar disebabkan oleh korupsi yang merajalela dalam pemerintahan. Lembaga Transparency International menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke-143 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi, yang dikeluarkannya pada tahun 2007.[107]


Peringkat internasional

Organisasi Nama Survei Peringkat
Heritage Foundation/The Wall Street Journal Indeks Kebebasan Ekonomi 110 dari 157[108]
The Economist Indeks Kualitas Hidup 71 dari 111[109]
Reporters Without Borders Indeks Kebebasan Pers 103 dari 168[110]
Transparency International Indeks Persepsi Korupsi 143 dari 179[111]
United Nations Development Programme Indeks Pembangunan Manusia 108 dari 177[112]
Forum Ekonomi Dunia Laporan Daya Saing Global 51 dari 122[113]

Demografi

Berkas:Kepadatan 2010.JPG
Kepadatan penduduk Indonesia menurut Sensus 2010

Menurut sensus penduduk 2000, Indonesia memiliki populasi sekitar 206 juta,[114] dan diperkirakan pada tahun 2006 berpenduduk 222 juta.[115] 130 juta (lebih dari 50%) tinggal di Pulau Jawa yang merupakan pulau berpenduduk terbanyak sekaligus pulau di mana ibukota Jakarta berada.[116] Sebagian besar (95%) penduduk Indonesia adalah Bangsa Austronesia, dan terdapat juga kelompok-kelompok suku Melanesia, Polinesia, dan Mikronesia terutama di Indonesia bagian Timur. Banyak penduduk Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku yang lebih spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal daerah, misalnya Jawa, Sunda, Madura, Batak, dan Minangkabau.

Selain itu juga ada penduduk pendatang yang jumlahnya minoritas di antaranya adalah etnis Tionghoa, India, dan Arab. Mereka sudah lama datang ke Nusantara melalui perdagangan sejak abad ke 8 M dan menetap menjadi bagian dari Nusantara. Di Indonesia terdapat sekitar 4 juta populasi etnis Tionghoa.[117] Angka ini berbeda-beda karena hanya pada tahun 1930 dan 2000 pemerintah melakukan sensus dengan menggolong-golongkan masyarakat Indonesia ke dalam suku bangsa dan keturunannya.

Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk Indonesia, yang menjadikan Indonesia negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.[104] Sisanya beragama Protestan (8,9%), Katolik (3%), Hindu (1,8%), Buddha (0,8%), dan lain-lain (0,3%). Selain agama-agama tersebut, pemerintah Indonesia juga secara resmi mengakui Konghucu.[118]

Mayoritas penduduk Indonesia bertutur dalam bahasa daerah sebagai bahasa ibu dan bahasa sehari-hari, namun bahasa resmi negara, yaitu Bahasa Indonesia, diajarkan di seluruh sekolah-sekolah di negara ini dan dikuasai oleh hampir seluruh penduduk Indonesia.

  Kota Provinsi Populasi     Kota Provinsi Populasi
1 Jakarta Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11.135.191  
Indonesia
7 Makassar Sulawesi Selatan 1.477.861
2 Surabaya Jawa Timur 3.017.382 8 Batam Kepulauan Riau 1.294.548
3 Bandung Jawa Barat 2.579.837 9 Pekanbaru Riau 1.138.530
4 Medan Sumatera Utara 2.539.829 10 Bandar Lampung Lampung 1.073.451
5 Palembang Sumatera Selatan 1.781.672 11 Padang Sumatera Barat 939.851
6 Semarang Jawa Tengah 1.699.585 12 Malang Jawa Timur 885.271
Sumber: Data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (per 30 Juni 2024). Catatan: Tidak termasuk kota satelit.

Kebudayaan

Pertunjukan

 
Wayang Kulit warisan budaya Jawa.

Indonesia memiliki sekitar 300 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab, Tiongkok, Eropa, dan termasuk kebudayaan sendiri yaitu Melayu. Contohnya tarian Jawa dan Bali tradisional memiliki aspek budaya dan mitologi Hindu, seperti Wayang Kulit yang menampilkan kisah-kisah tentang kejadian mitologis Hindu Ramayana dan Baratayuda. Banyak juga seni tari yang berisikan nilai-nilai Islam. Beberapa di antaranya dapat ditemukan di daerah Sumatera seperti tari Ratéb Meuseukat dan tari Seudati dari Aceh.

Seni pantun, gurindam, dan sebagainya dari pelbagai daerah seperti pantun Melayu, dan pantun-pantun lainnya acapkali dipergunakan dalam acara-acara tertentu yaitu perhelatan, pentas seni, dan lain-lain.

Busana

 
Seorang gadis Palembang tengah mengenakan Songket, salah satu busana tradisional Indonesia.

Di bidang busana warisan budaya yang terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan Batik. Beberapa daerah yang terkenal akan industri Batik meliputi Yogyakarta, Surakarta, Cirebon, Pandeglang, Garut, Tasikmalaya dan juga Pekalongan. Kerajinan Batik ini pun diklaim oleh negara lain dengan industri Batiknya.[119] Busana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali dari ciri-cirinya yang dikenakan di setiap daerah antara lain baju Kurung dengan Songketnya dari Sumatera Barat (Minangkabau), kain Ulos dari Sumatera Utara (Batak), busana Kebaya, busana khas Dayak di Kalimantan, baju Bodo dari Sulawesi Selatan, busana Koteka dari Papua dan sebagainya.

Arsitektur

 
Lukisan Candi Prambanan yang berasal dari masa pemerintahan Raffles.

Arsitektur Indonesia mencerminkan keanekaragaman budaya, sejarah, dan geografi yang membentuk Indonesia seutuhnya. Kaum penyerang, penjajah, penyebar agama, pedagang, dan saudagar membawa perubahan budaya dengan memberi dampak pada gaya dan teknik bangunan. Tradisionalnya, pengaruh arsitektur asing yang paling kuat adalah dari India. Tetapi, Tiongkok, Arab, dan sejak abad ke-19 pengaruh Eropa menjadi cukup dominan.

Ciri khas arsitektur Indonesia kuno masih dapat dilihat melalui rumah-rumah adat dan/atau istana-istana kerajaan dari tiap-tiap provinsi. Taman Mini Indonesia Indah, salah satu objek wisata di Jakarta yang menjadi miniatur Indonesia, menampilkan keanekaragaman arsitektur Indonesia itu. Beberapa bangunan khas Indonesia misalnya Rumah Gadang, Monumen Nasional, dan Bangunan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan di Institut Teknologi Bandung.

Olahraga

 
Maria Kristin Yulianti (merah), peraih medali perunggu pada Olimpiade Beijing 2008.

Olahraga yang paling populer di Indonesia adalah sepak bola dan bulu tangkis. Liga Super Indonesia adalah liga klub sepak bola utama di Indonesia. Olahraga tradisional Indonesia termasuk sepak takraw dan karapan sapi. Di wilayah dengan sejarah perang antar suku, kontes pertarungan diadakan, seperti caci di Flores, dan pasola di Sumba. Pencak silat adalah seni bela diri yang unik yang berasal dari wilayah Indonesia. Seni bela diri ini kadang-kadang ditampilkan pada acara-acara pertunjukkan yang biasanya diikuti dengan musik tradisional Indonesia berupa Gamelan dan seni musik tradisional lainnya sesuai dengan daerah asalnya. Olahraga di Indonesia biasanya berorientasi pada pria dan olahraga spektator sering berhubungan dengan judi yang ilegal di Indonesia.[120]

Di ajang kompetisi multi cabang, prestasi atlet-atlet Indonesia tidak terlalu mengesankan. Di Olimpiade, prestasi terbaik Indonesia diraih pada saat Olimpiade 1992, di mana Indonesia menduduki peringkat 24 dengan meraih 2 emas 2 perak dan 1 perunggu, kelima medali tersebut diraih melalui cabang bulu tangkis. Pada era 1960 hingga 2000, Indonesia merajai bulu tangkis. Atlet-atlet putra Indonesia seperti Rudi Hartono, Liem Swie King, Icuk Sugiarto, Alan Budikusuma, Ricky Subagja, dan Rexy Mainaky merajai kejuaraan-kejuaraan dunia. Rudi Hartono yang dianggap sebagai maestro bulu tangkis dunia, menjadi juara All England terbanyak sepanjang sejarah perbulu tangkisan Indonesia. Ia meraih 8 gelar juara, dengan 7 gelar diraihnya secara berturut-turut. Selain bulu tangkis, atlet-atlet tinju Indonesia juga mampu meraih gelar juara dunia, seperti Elyas Pical, Nico Thomas[121], dan Chris John.[122] dalam ajang sepak bola Internasional, Timnas Indonesia (Hindia Belanda) merupakan tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia pada tahun 1938 di Prancis.

Seni musik

Seni musik di Indonesia, baik tradisional maupun modern sangat banyak terbentang dari Sabang hingga Merauke. Setiap provinsi di Indonesia memiliki musik tradisional dengan ciri khasnya tersendiri. Musik tradisional termasuk juga Keroncong yang berasal dari keturunan Portugis di daerah Tugu, Jakarta,[123] yang dikenal oleh semua rakyat Indonesia bahkan hingga ke mancanegara. Ada juga musik yang merakyat di Indonesia yang dikenal dengan nama dangdut yaitu musik beraliran Melayu modern yang dipengaruhi oleh musik India sehingga musik dangdut ini sangat berbeda dengan musik tradisional Melayu yang sebenarnya, seperti musik Melayu Deli, Melayu Riau, dan sebagainya.

 
Seperangkat Gamelan

Alat musik tradisional yang merupakan alat musik khas Indonesia memiliki banyak ragam dari pelbagai daerah di Indonesia, namun banyak pula alat musik tradisional Indonesia yang diklaim oleh negara lain[124] untuk kepentingan penambahan budaya dan seni musiknya sendiri dengan mematenkan hak cipta seni dan warisan budaya Indonesia ke lembaga Internasional UNESCO. Alat musik tradisional Indonesia antara lain meliputi:

Sebagai negara yang beragam, Indonesia juga memiliki lagu daerah yang terdapat dimasing-masing daerah. Berikut daftar lagu daerah Indonesia berdasarkan provinsinya.

Provinsi Lagu Dearah
  Aceh Sepakat Segenap, Lembah Alas, Tawar Sedenge, Aceh Lon Sayang, Bungong Jeumpa, Saleum, dan Aneuk Yatim[125]
  Sumatera Utara Butet, Sengko Sengko, Anju Ahu, Dago Inang Sarge, Lisoi, Madekdek Magambiri, Mariam Tomong, Nasonang Do Hita Nadua, Ramba Dia, A Sing Sing So, Sinanggar Tullo, Cikala Le Pangpong, Alusi Au, Aek Sarulla, Opio, Piso Surit, Porompompom, Say Selamat Masinegar, Sigulempong, Sik Sik Sibatumanikam, Sori Ya Katulla, Ketabo, Leleng Ma Hupaima, O, Doli, Dirondang Bulani, Rura Silindung, Si Raya Katumba, Tarambe Tangan Simangindo, Tillo-Tillo, dan Botol Marupat Suhi[126]
  Sumatera Barat Ayam Den Lapeh, Kampuang Nan Jauh di Mato, Bareh Solok, Kambanglah Bungo, Kaparak Tingga, Malam Bainai, Rang Talu, Dayuang Palinggam, Anak Dara, Badindin Sansaro, Tak Tontong, Seringgit Dua Kupang, Tari Payuang, Mak Inang, Paku Gelang, Cubo Ranungkan, Denai Sansai, Jikok Bapisah, Kato Rang Sisuak, Kok Takana, Kok Upiak Lah Gadang, Lompong Sagu, Mamendam Raso, Oh Kampuang, Pincuruan Tujuh, Sempaya, Tari Piring, Titian Nak Lapuak, Tudung Periuk, dan Dendang Harau[127]
  Riau dan   Kepulauan Riau Soleram, Agar Terbang Bawa Bersuluh, Anak Igat, Lancang Kuning, Pantai Solop, Kutang Barendo, Ocu Maantau, Laksamana Raja di Laut, Kebangkitan Melayu, Pulau Bintan, Segantang Lada, Tambelan, Hang Tuah, Kampung Halaman, Kasih dan Budi, dan Pak Ngah Balek[128]
  Sumatera Selatan Dek Sangke, Tari Tanggai, Kabile-Bile, Cuk Mak Ilang, Pangkalan Umbak, Gending Sriwijaya, Pempek Lenjer, Bujang Alap, Ya Saman, Dirut, Petang-Petang, Melati Karangan, Palembang Bari, Ribu-Ribu, Dang Lupa Ko Komering, Diunggak Ijan, Umbai-Umbai, Bumi Oku Timur, Dendam Balipat, Halimah Gadis Kule, Jawaban Surat, Mantai Petang, Pantauan, Rasan Dek Jadi, Ribng Kemambang, Miang Hebung, Ibung-Ibung, Bujang Tue, Cerite, Salah Tungguan, Sawe Malile, Sayang Selayak, Semele, Talang Beniu/Amu Hindu, Ghindu Nga Dusun, Sukat Malang, Seluang Negok Tapah, Anak Lanang, Bujang Penyemang, Jale Kerap, Tandang Bejalan, Ringke Nian, dan Ombai Akas[129]
  Kepulauan Bangka Belitung Yok Miak, Alam Wisata Pulau Bangka, Men Sahang Lah Mirah, Nasib Si Bujang Saro, Ngurat, Icak-Icak Dek Tau, dan Miakku Sayang[130]
  Jambi Selendang Mayang, Pinang Muda, Injit-Injit Semut, Batanghari, Dodoi Si Dodoi, Timang-Timang Anakku Sayang, Angso Duo, Selendang Mak Inang, Orang Kayo Hitam, Putri Muaro Jambi, Sarolangun, Nelayan, Gadis Rimbo Bujang, Dagang Manumpang, Ketimun Bungkuk, dan Tanjung Bajure[131]
  Bengkulu Lalan Belek, Bedindang, Anak Kunang, Be Inai Curi, Iboi, Pagi Berayak, Pantai Panjang, Taneak Tanai, Jibeak Weo, Semulen Keme, Pantai Malabero, Kota Cu'up, Sungai Suci, Ikan Pais, Ya Botoi-Botoi, dan Sekundang Setunggan[132]
  Lampung Lipang-Lipang Dang, Adi-Adi Laun Lambar, Cangget Agung, Peyandangan, Sang Bumi Ruwa Jurai, Tanoh Lado, Bumi Lampung, Seminung, Muloh Tungga, Anak Tupai, Teluk Lampung, Putra Saburai, Puncak Sai Indah, dan Sakai Sambayan Jak Ujung Danau Ranau Kulintang Lampung[133]
  Banten Dayung Sampan, Jareh Bu Guru, Tong Sarakah, dan Ibu[134]
  Daerah Khusus Ibukota Jakarta Jali-Jali, Surilang, Keroncong Kemayoran, Kicir-Kicir, Lenggang Kangkung, Ondel-Ondel, Ronggeng Jakarta, Sirih Kuning, Pepaya Mangga Pisang Jambu, Wak Wak Agung, Gambang Semarang, Cik Abang, Dayung Sampan, Kelap-Kelip, Hujan Gerimis, Sang Bango, dan Abang Pulang[135]
  Jawa Barat Manuk Dadali, Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Panon Hideung, Pileuleuyan, Tokecang, Sintren, Bajing Luncat, Es Lilin, Neng Geulis, Pepeling, Peuyeum Bandung, Mojang Priangan, Anjeun, Sapu Nyere Pegat Simpai, Warung Pojok, Kembang Jahe Laos, Badminton, Bandung, Ka Huma, Karatagan Pahlawan, Sabilutungan, Sorban Palid, Borondong Garing, Tongtolang Nangka, Gobang Kalima Gobang, Renggong Ramsijan, Larkili, Cing Ciripit, Ding-Ding Kiripik, Tilil, Trang-Trang Kolentrang, Pacici-Cici Putri, Ja Leuleu Ja, Slep Dur, Pupujian, Ucang Angge, Sur Ser, Oray-Orayan, Kacang Buncis, Hihid Aing, Paciwit-Ciwit Lutung, Ayam-Ayam Gung, dan Eundeuk-Eundeukkan[136]
  Jawa Tengah Lir Ilir, Jenang Gulo, Jangkrik Genggong, Stasiun Balapan, Yen Ing Tawang Ono Lintang, Turi-Turi Putih, Padang Wulan, Andhe-Andhe Lumut, Bapak Pucung, Jamuran, Sekolah, Jaranan, Gek Kepriye, Gambang Suling, Gundhul Pacul, dan Dhondong Apa Salak[137]
  Daerah Istimewa Yogyakarta Pitik Tukang, Sinom, Suwe Ora Jamu, Kidang Talun, Te Kate Dipanah, Kupu Kuwi, Caping Gunung, Walang Kekek, dan Gethuk[138]
  Jawa Timur Keraban Sape, Tanduk Majeng, Rek Ayo Rek, Cublak-Cublak Suweng, Gai Bintang, Kembeng Malate, Lindri, Grimis-Grimis, Bapak Tane, Tanjung Perak, Pa' Kopa' Eling, Cung-Kuncung Konce, Re-Sere Penang, Ker-Tanoker, Dhe’ Nong Dhe’ Ne’ Nang, Set-Seset Maloko', Lir Saalir, Jan Anjin, Daddalian, Din Dindi, Aeng Lema', Lar-Olar Kolarjang, Ko’ Tongko’an Calelet, Ke’ Rangke’ Kakonengan, Ko Saka Bibir, Po’-Kopo’ Ame-Ame, La Illa Haillallah, Mon-Temmon Buko, Lelle Nareyo, Ba Baba Bulan, Dipadhi Cemplo Lo’ling, Cing Kincing Kere’, dan Bing Ana'[139]
  Kalimantan Barat Cik Cik Periuk, Aek Kapuas, Masjid Jami', Alon-Alon, Kapal Belon, Sungai Kapuas, Antare Kapuas-Ladak, Alok Galing, Bantelan, Bujang Nadi, Ca' Ucang, Dare Sibang, Darileh Saing, Di Mane Kucare, Kaing Lunggi, Passan Dollo, Ruwai, Salah Pengambean, Salo, Simbe Rapian, Leleng Ma Hupaima, Simirante, Sungai Sambas Kebanjiran, Tamasya Ke Danau Sebedang, Tamlalai, Tamasya Ke Danau Sebedang, Ting Kededai, dan Tandak Sambas[140]
  Kalimantan Tengah Naluya, Tumpi Wayu, Kalayar, Ka Danau, Isen Mulang, Lewungku Utusku, Malauk Manjala, Manasai, Oh Indang Oh Apang, Bajai Penda Batang, Andri Arai Atei, Pesen Itak Kakah, dan Mambesei[141]
  Kalimantan Selatan Ampar-Ampar Pisang, Anak Pipit, Paris Barantai, Saputangan Babuncu Ampat, Ayun Apan, Japin Rantauan, Musik Panting, Tirik Lalan, Halin, Mandung-Mandung, Tirik, Ta'ingat Kakasih, Siti Zubaidah, Kurihing Balu, Bajanji Hati, Guna Guna Nikitak, Hincang Hincang, Talanjur Batunangan, Batawak Pantun, Badindang Ria, Alahai Sayang, Paris Tangkawang, Mamuai Wanyi, Ampat Lima, Kakamban Habang, Curiak, Baras Kuning, Si Jantung Hati, Jangan Manangis, Kampung Barikin, Kambang Goyang, Dindang, Lancang Kuning, Tari Bagandang, Karana Janji, Tirik Anak Lapan, Syair Radap Rahayu, Amas Mirah, dan Syair Japin Hadrah[142]
  Kalimantan Timur Indung-Indung, Bulan Haji, Lancang Kuning, Buah Bolok, Burung Enggang Marista, Oh Adingkoh, dan Lamin Talungsur[143]
  Kalimantan Utara Bebilin, Pinang Sendawar, dan Tuyang[144]
  Sulawesi Utara Esa Mokan, O Ina Ni Keke, Si Patokaan, Sitara Tillo, Gadis Taruna, Tan Mahurang, Tahanusangkara, Poco-Poco, Nani Wartabone, Niko Mokan, Micoman, Sayang Sayang Si Lili, Wo Mangura-Ngur, Miara Si Luri, Unggenang, Miara Si Luri, Ungkuanu Aku Rawoy, Jam Pukul Lima, Saa’aku Ikagenang, Manesel, Sumikolah, Lautan Mabiru-Biru, Oh Minahasa Tempat Lahirku, dan Luri Wisako[145]
  Gorontalo Dana-Dana, Ati Olo Ati Mama, Binde Biluhuta, Moholunga, Tahuli Li Mama, Dabu-Dabu, Molipu Ti? Opo, dan Tumundulo[146]
  Sulawesi Tengah Tondok Kadadianku, Tope Gugu, Palu Nataku, dan Tananggu Kaili[147]
  Sulawesi Selatan Anging Mamiri, Pakarena, Ma Rencong, Ammac Ciang, Anak Kukang, Ati Raja, dan Batti Batti Selayar[148]
  Sulawesi Tenggara Tana Wolio, Wulele Sanggula, dan Simfoni Bahteramas[149]
  Bali Macepet-cepetan, Meong-Meong, Ngusak Asik, Putri Cening Ayu, Ratu Anom, Tari Bali, Jangi Janger, Dadong Dauh, Juru Pencar, Bibi Rangda, Batu Cina, Janger, dan Adi Sayang[150]
  Nusa Tenggara Barat Tutu Koda, Atte, Bilin, dan Orlen-Orlen[151]
  Nusa Tenggara Timur Desaku, Anak Kambing Saya, Potong Bebek Angsa, Flobamora, Pai Mura Rame, Lerang Wutun, O Nina Noi, Bolelebo, Helele Ala De Teang, More Jie, Loro Malirin, Ele Moto, Bole Jaru, Ofa Langga, Ina Noi, Tanjung Kurung, Mai Fali, Tebe O Nana, Mana Lolo Banda, Kebiononda, Bale Nagi, Fali Nusa Lote, Peki Lewo, Lewo Ro Piring Sina, Kalabahi, Kilangba, Muna Buki, Sinji Tena, Giyayo, Singkorena, Sadiapede, Manu Lae Rewo, Bapa Tang Hamap, Bengure Le Kaju, Karana Janji, dan O Ine Mora Ate[152]
  Maluku dan   Maluku Utara Burung Tantina, Burung Kakak Tua, Goro-Gorone, Hutate, Kole-Kole, Mande-Mande, Ayo Mama, Gunung Salahutu, Hele Rotane, Ole Sioh, Saule, Rasa Sayange, Sarinande, E Tanase, Ou Ulate, Ambon Manise, Buka Pintu, Lembe-Lembe, Naik Naik ke Puncak Gunung, Nona Manis Siapa yang Punya, Sayang Kane, Sudah Berlayar, Toki Tifa, Waktu Hujan Sore-Sore, Belenggan Patah Tanjung, Batu Badaong, Hura-Hura Cincin, Nusaniwe, Putra-Putri Ambon, Sayang Dilale, Tarik Layar,[153] dan Tujuh Tambah Tujuh
  Papua dan   Papua Barat Yamko Rambe Yamko, Apuse, E Mambo Simbo, Sajojo, Wesupe, Rasine Ma Rasine, dan Diru-Diru Nina[154]

Kuliner

 
Beberapa makanan Indonesia: soto ayam, sate kerang, telor pindang, perkedel dan es teh manis.

Masakan Indonesia bervariasi bergantung pada wilayahnya.[155] Nasi adalah makanan pokok dan dihidangkan dengan lauk daging dan sayur. Bumbu (terutama cabai), santan, ikan, dan ayam adalah bahan yang penting.[156]

Sepanjang sejarah, Indonesia telah menjadi tempat perdagangan antara dua benua. Ini menyebabkan terbawanya banyak bumbu, bahan makanan dan teknik memasak dari bangsa Melayu sendiri, India, Timur tengah, Tionghoa, dan Eropa. Semua ini bercampur dengan ciri khas makanan Indonesia tradisional, menghasilkan banyak keanekaragaman yang tidak ditemukan di daerah lain. Bahkan bangsa Spanyol dan Portugis, telah mendahului bangsa Belanda dengan membawa banyak produk dari dunia baru ke Indonesia.

Sambal, sate, bakso, soto, dan nasi goreng merupakan beberapa contoh makanan yang biasa dimakan masyarakat Indonesia setiap hari.[157] Selain disajikan di warung atau restoran, terdapat pula aneka makanan khas Indonesia yang dijual oleh para pedagang keliling menggunakan gerobak atau pikulan. Pedagang ini menyajikan bubur ayam, mie ayam, mi bakso, mi goreng, nasi goreng, aneka macam soto, siomay, sate, nasi uduk, dan lain-lain.

Rumah makan Padang yang menyajikan nasi Padang, yaitu nasi disajikan bersama aneka lauk-pauk Masakan Padang, mudah ditemui di berbagai kota di Indonesia. Selain itu Warung Tegal yang menyajikan masakan Jawa khas Tegal dengan harga yang terjangkau juga tersebar luas. Nasi rames atau nasi campur yang berisi nasi beserta lauk atau sayur pilihan dijual di warung nasi di tempat-tempat umum, seperti stasiun kereta api, pasar, dan terminal bus. Di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya dikenal nasi kucing sebagai nasi rames yang berukuran kecil dengan harga murah, nasi kucing sering dijual di atas angkringan, sejenis warung kaki lima. Penganan kecil semisal kue-kue banyak dijual di pasar tradisional. Kue-kue tersebut biasanya berbahan dasar beras, ketan, ubi kayu, ubi jalar, terigu, atau sagu.

Perfilman

 
Poster film Tjoet Nja' Dhien (1988), film tentang pahlawan nasional Indonesia asal Aceh.

Film pertama yang diproduksi pertama kalinya di nusantara adalah film bisu tahun 1926 yang berjudul Loetoeng Kasaroeng dan dibuat oleh sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldorp pada zaman HindiaBelanda. Film ini dibuat dengan aktor lokal oleh Perusahaan Film Jawa NV di Bandung dan muncul pertama kalinya pada tanggal 31 Desember, 1926 di teater Elite and Majestic, Bandung. Setelah itu, lebih dari 2.200 film diproduksi. Pada masa awal kemerdekaan, sineas-sineas Indonesia belum banyak bermunculan. Di antara sineas yang ada, Usmar Ismail merupakan salah satu sutradara paling produktif, dengan film pertamanya Harta Karun (1949). Namun kemudian film pertama yang secara resmi diakui sebagai film pertama Indonesia sebagai negara berkedaulatan adalah film Darah dan Doa (1950) yang disutradarai Usmar Ismail. Dekade 1970 hingga 2000-an, Arizal muncul sebagai sutradara film paling produktif. Tak kurang dari 52 buah film dan 8 judul sinetron dengan 1.196 episode telah dihasilkannya.

Popularitas industri film Indonesia memuncak pada tahun 1980-an dan mendominasi bioskop di Indonesia,[158] meskipun kepopulerannya berkurang pada awal tahun 1990-an. Antara tahun 2000 hingga 2005, jumlah film Indonesia yang dirilis setiap tahun meningkat.[158] Film Laskar Pelangi (2008) yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata menjadi film dengan pendapatan tertinggi sepanjang sejarah perfilman Indonesia saat ini.

Kesusastraan

Bukti tulisan tertua di Indonesia adalah berbagai prasasti berbahasa Sanskerta pada abad ke-5 Masehi. Figur penting dalam sastra modern Indonesia termasuk: pengarang Belanda Multatuli yang mengkritik perlakuan Belanda terhadap Indonesia selama zaman penjajahan Belanda; Muhammad Yamin dan Hamka yang merupakan penulis dan politikus pra-kemerdekaan;[159] dan Pramoedya Ananta Toer, pembuat novel Indonesia yang paling terkenal.[160] Selain novel, sastra tulis Indonesia juga berupa puisi, pantun, dan sajak. Chairil Anwar merupakan penulis puisi Indonesia yang paling ternama. Banyak orang Indonesia memiliki tradisi lisan yang kuat, yang membantu mendefinisikan dan memelihara identitas budaya mereka.[161]

Kebebasan Pers dan Media Publik

Kebebasan pers di Indonesia meningkat setelah berakhirnya kekuasaan Presiden Soeharto. Stasiun televisi termasuk 14 stasiun televisi swasta nasional, dan jaringan daerah yang bersaing dengan stasiun televisi negeri TVRI. Stasiun radio swasta menyiarkan berita mereka dan program penyiaran asing. Dilaporkan terdapat 20 juta pengguna internet di Indonesia pada tahun 2007.[162] Hingga tahun 2014, Jumlah netizen (pengguna internet) bertambah pesat menjadi 83.7 juta orang atau terbanyak keenam di dunia.[163]

Bahasa

 
Gedung Pusat Bahasa, lembaga yang menjadi pusat perbendaharaan bahasa di Indonesia.

Indonesia hanya memiliki satu bahasa nasional atau bahasa negara, yakni Bahasa Indonesia.[164] Campur tangan negara terhadap bahasa nasional diselenggarakan melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.[165]

Indonesia memiliki lebih dari 721 bahasa daerah[166]. Di antara ratusan bahasa daerah tersebut, yang paling banyak sebarannya adalah di Papua dan Kalimantan, sedangkan yang paling sedikit adalah di pulau Jawa. Menurut jumlah penuturnya, bahasa daerah yang paling banyak digunakan di Indonesia berturut-turut adalah: Jawa (80 juta penutur), Melayu-Indonesia, Sunda, Madura, Batak, Minangkabau, Bugis, Aceh, Bali, Banjar.

Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional telah diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia kepada para pelajar mulai jenjang pendidikan dasar.[167] Meski demikian, dengan berbagai alasan terdapat upaya untuk menghapus pelajaran bahasa Inggris di tingkat sekolah dasar.[168][169]

Bagi penganut agama Islam yang menjadi kaum mayoritas di Indonesia,[170] bahasa Arab adalah bahasa asing yang memiliki kedudukan khusus, karena harus dipraktikkan dalam ibadah harian tertentu, misalnya Shalat[171]. Meskipun demikian, bahasa Arab tidak menjadi bahasa pergaulan umum sejak periode awal keberadaannya di Indonesia.[172]

Lingkungan hidup

 
Rafflesia arnoldii bunga terbesar di dunia, diameternya mencapai 1,3 meter.
 
Komodo, hewan reptil langka khas dari Nusa Tenggara.

Wilayah Indonesia memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi sehingga oleh beberapa pihak wilayah ekologi Indonesia disebut dengan istilah "Mega biodiversity" atau "keanekaragaman mahluk hidup yang tinggi"[173][174] umumnya dikenal sebagai Indomalaya atau Malesia berdasarkan penelitian bahwa 10 persen tumbuhan, 12 persen mamalia, 16 persen reptil, 17 persen burung, 25 persen ikan yang ada di dunia hidup di Indonesia, padahal luas Indonesia hanya 1,3 % dari luas Bumi. Kekayaan makhluk hidup Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah Brasil dan Republik Demokratik Kongo.[175]

Meskipun demikian, Guinness World Records pada 2008 pernah mencatat rekor Indonesia sebagai negara yang paling kencang laju kerusakan hutannya di dunia. Setiap tahun Indonesia kehilangan hutan seluas 1,8 juta hektare. Kerusakan yang terjadi di daerah hulu (hutan) juga turut merusak kawasan di daerah hilir (pesisir).[176] Menurut catatan Down The Earth, proyek Asian Development Bank (ADB) di sektor kelautan Indonesia telah memicu terjadinya alih fungsi secara besar-besaran hutan bakau menjadi kawasan pertambakan. Padahal hutan bakau, selain berfungsi melindungi pantai dari abrasi, merupakan habitat yang baik bagi berbagai jenis ikan. Kehancuran hutan bakau tersebut mengakibatkan nelayan harus mencari ikan dengan jarak semakin jauh dan menambah biaya operasional mereka dalam mencari ikan. Selain itu, hancurnya hutan bakau juga mengakibatkan semakin rentannya kawasan pesisir Indonesia terhadap terjangan air pasang laut dan banjir, terlebih di musim hujan.[177]

Indeks Pembangunan Manusia

Menurut UNDP, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mencapai angka 0,683[178] pada tahun 2015 dan masih menempati status sedang, sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), IPM Indonesia telah mencapai angka 69,55 (0,695)[179] dan masih menempati status sedang pada tahun yang sama pula.

Perbedaan IPM yang dilapaorkan UNDP melalui Human Development Report (HDR) dengan BPS terletak pada besarnya angka IPM dan perincian. Selama ini, memang perbedaan angka IPM sudah dianggap lazim. Namun sejak sekitar tahun 2011, perbedaan angka IPM UNDP dan BPS meningkat secara signifikan. Dalam perihal perincian, karena UNDP melaporkan dalam tingkat internasional, laporan IPM Indonesia tidak dilaporkan hingga tingkat yang lebih rendah. Sebaliknya, karena BPS hanya melaporkan di tingkat nasional, BPS lebih memperinci bahkan hingga IPM di tingkat kota/kabupaten dalam laporan beberapa tahun (laporan IPM hingga tingkat kota/kabupaten jarang), namun yang selalu dilaporkan di bawah tingkat nasional tentunya adalah laporan IPM di tingkat provinsi/daerah.

IPM tahun 2016 dilaporkan terlebih dahulu oleh BPS pada semester pertama tahun 2017, sedangkan sampai saat ini, Human Development Report belum diluncurkan.

Berikut ini adalah daftar provinsi Indonesia menurut IPM tahun 2016 menurut BPS.[179]

Peringkat Provinsi IPM Status Perubahan Perbandingan dengan IPM Laporan UNDP

Tahun 2017 untuk Perkiraan IPM Tahun 2016

1   Daerah Khusus Ibukota Jakarta   79,60 (0,796) Tinggi   0,61 (0,006) Belum dipublikasikan
2   Daerah Istimewa Yogyakarta   78,38 (0,783) Tinggi   0,79 (0,007) Belum dipublikasikan
3   Kalimantan Timur   74,59 (0,745) Tinggi   0,42 (0,004) Belum dipublikasikan
4   Kepulauan Riau   73,99 (0,739) Tinggi   0,24 (0,002) Belum dipublikasikan
5   Bali   73,65 (0,736) Tinggi   0,38 (0,003) Belum dipublikasikan
6   Riau   71,20 (0,712) Tinggi   0,36 (0,003) Belum dipublikasikan
7   Sulawesi Utara   71,05 (0,710) Tinggi   0,66 (0,006) Belum dipublikasikan
8   Banten   70,96 (0,709) Tinggi   0,69 (0,006) Belum dipublikasikan
9   Sumatera Barat   70,73 (0,707) Tinggi   0,75 (0,007) Belum dipublikasikan
-   Indonesia 70,18 (0,701) Tinggi   0,63 (0,006) Belum dipublikasikan
10   (1) Jawa Barat   70,05 (0,700) Tinggi   0,55 (0,005) Belum dipublikasikan
11   (1) Sumatera Utara   70,00 (0,700) Tinggi   0,49 (0,004) Belum dipublikasikan
11   (2) Aceh   70,00 (0,700) Tinggi   0,55 (0,005) Belum dipublikasikan
12   Jawa Tengah   69,98 (0,699) Sedang   0,49 (0,004) Belum dipublikasikan
13   (1) Sulawesi Selatan   69,76 (0,697) Sedang   0,61 (0,006) Belum dipublikasikan
14   (2) Jawa Timur   69,74 (0,697) Sedang   0,79 (0,007) Belum dipublikasikan
15   (2) Jambi   69,62 (0,696) Sedang   0,73 (0,007) Belum dipublikasikan
16   (1) Kepulauan Bangka Belitung   69,55 (0,695) Sedang   0,50 (0,005) Belum dipublikasikan
17   (3) Bengkulu   69,33 (0,693) Sedang   0,74 (0,007) Belum dipublikasikan
18   (1) Sulawesi Tenggara   69,31 (0,693) Sedang   0,53 (0,005) Belum dipublikasikan
19   (1) Kalimantan Utara   69,20 (0,692) Sedang   0,44 (0,004) Belum dipublikasikan
20  (1) Kalimantan Tengah   69,13 (0,691) Sedang   0,60 (0,006) Belum dipublikasikan
21   (1) Kalimantan Selatan   69,05 (0,690) Sedang   0,67 (0,006) Belum dipublikasikan
22   (1) Sumatera Selatan   68,24 (0,682) Sedang   0,78 (0,007) Belum dipublikasikan
23   (2) Lampung   67,65 (0,676) Sedang   0,70 (0,007) Belum dipublikasikan
24   Maluku   67,60 (0,676) Sedang   0,55 (0,005) Belum dipublikasikan
25   (1) Sulawesi Tengah   67,47 (0,674) Sedang   0,71 (0,007) Belum dipublikasikan
26   (1) Maluku Utara   66,63 (0,666) Sedang   0,82 (0,008) Belum dipublikasikan
27   (1) Gorontalo   66,29 (0,662) Sedang   0,43 (0,004) Belum dipublikasikan
28   (1) Kalimantan Barat   65,88 (0,658) Sedang   0,29 (0,002) Belum dipublikasikan
29   (1) Nusa Tenggara Barat   65,81 (0,658) Sedang   0,62 (0,006) Belum dipublikasikan
30   (1) Sulawesi Barat   63,60 (0,636) Sedang   0,64 (0,006) Belum dipublikasikan
31   (1) Nusa Tenggara Timur   63,13 (0,631) Sedang   0,46 (0,004) Belum dipublikasikan
32   (1) Papua Barat   62,21 (0,622) Sedang   0,48 (0,004) Belum dipublikasikan
33   (1) Daerah Khusus Papua   58,05 (0,580) Rendah   0,80 (0,008) Belum dipublikasikan

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Simons, Gary F.; Fennig, Charles D. "Ethnologue: Languages of the World, Twenty-first edition" (dalam bahasa Inggris). SIL International. Diakses tanggal 20 September 2018. 
  2. ^ Na'im, Akhsan; Syaputra, Hendry (Agustus 2010). "Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia" (PDF). Badan Pusat Statistik (BPS). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 23 September 2015. Diakses tanggal 23 September 2015. 
  3. ^ "Mengulik Data Suku di Indonesia". Badan Pusat Statistik. 18 November 2015. Diakses tanggal 1 Januari 2021. 
  4. ^ "Statistik Umat Menurut Agama di Indonesia 2022". Kementerian Agama Republik Indonesia. 15 Mei 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 September 2020. Diakses tanggal 26 Juli 2024. 
  5. ^ a b "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut Indonesia". BPS. 15 Mei 2010. Diakses tanggal 29 September 2020.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "sp2010" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  6. ^ "UN Statistics" (PDF) (dalam bahasa Inggris). Perserikatan Bangsa-Bangsa. 2005. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 31 Oktober 2007. Diakses tanggal 31 Oktober 2007. 
  7. ^ "Indonesian Population June 2023". Ministry of Home Affairs (Indonesia). Diakses tanggal 28 October 2023. 
  8. ^ "Jumlah Penduduk Hasil SP menurut Wilayah dan Jenis Kelamin, Indonesia 2020". Badan Pusat Statistik. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  9. ^ a b c d "Report for Selected Countries and Subjects". International Monetary Fund. Diakses tanggal 21 Agustus 2024. 
  10. ^ "GINI index (World Bank estimate) - Indonesia" (dalam bahasa Inggris). Bank Dunia. 2021. Diakses tanggal 4 Mei 2022. 
  11. ^ Human Development Report 2023-2024: Breaking the gridlock: Reimagining cooperation in a polarized world (PDF) (dalam bahasa Inggris). Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa. 13 Maret 2024. hlm. 274-277. Diakses tanggal 13 Maret 2024. 
  12. ^ Jumlah Pulau di Indonesia 'Berkurang' 4.042 Buah. Metrotvnews. Jum'at, 18 Oktober 2013. Diakses 20 Oktober 2013.
  13. ^ a b c Justus M. van der Kroef (1951). "The Term Indonesia: Its Origin and Usage". Journal of the American Oriental Society. 71 (3): 166–171. doi:10.2307/595186. 
  14. ^ Biro Pusat Statistik bps.go.id
  15. ^ Leo Suryadinata, Evi Nurvidya Arifin, Aris Ananta; Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape; Institute of Southeast Asian Studies, 2003
  16. ^ Tomascik, T (1996). The Ecology of the Indonesian Seas - Part One. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. ISBN 962-593-078-7. 
  17. ^ a b Anshory, Irfan (16 Agustus 2004). "Asal Usul Nama Indonesia". Pikiran Rakyat. Diakses tanggal 5 Oktober 2006. 
  18. ^ Earl, George S. W. (1850). "On The Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 119. 
  19. ^ Logan, James Richardson (1850). "The Ethnology of the Indian Archipelago: Embracing Enquiries into the Continental Relations of the Indo-Pacific Islanders". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 4, 252–347. ; Earl, George S. W. (1850). "On The Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 254, 277–278. 
  20. ^ Pope (1988). "Recent advances in far eastern paleoanthropology". Annual Review of Anthropology. 17: 43–77. doi:10.1146/annurev.an.17.100188.000355.  cited in Whitten, T (1996). The Ecology of Java and Bali. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. hlm. 309–312.  ; Pope, G (15 Agustus, 1983). "Evidence on the Age of the Asian Hominidae". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 80 (16): 4,988–4992. doi:10.1073/pnas.80.16.4988. PMID 6410399.  cited in Whitten, T (1996). The Ecology of Java and Bali. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. hlm. 309.  ; de Vos, J.P. (9 Desember 1994). "Dating hominid sites in Indonesia" (PDF). Science Magazine. 266 (16): 4, 988–4992. doi:10.1126/science.7992059.  cited in Whitten, T (1996). The Ecology of Java and Bali. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. hlm. 309. 
  21. ^ Taylor (2003), pp. 5–7
  22. ^ Taylor (2003), pp. 8-9
  23. ^ Taylor (2003), pp. 15-18
  24. ^ Taylor (2003), pp. 3, 9, 10–11, 13, 14–15, 18–20, 22–23; Vickers (2005), pp. 18–20, 60, 133–134
  25. ^ Taylor (2003), pp. 22–26; Ricklefs (1991), pp. 3
  26. ^ Peter Lewis (1982). "The next great empire". Futures. 14 (1): 47–61. doi:10.1016/0016-3287(82)90071-4. 
  27. ^ *Kong Yuanzhi, Muslim Tionghoa Cheng Ho, Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara. Penyunting: HM. Hembing Wijayakusuma. Pustaka Populer Obor, Oktober 2000, xliv + 299 halaman
  28. ^ Wright, Louis B. (1970). Gold, Glory, and the Gospel: The Adventurous Lives and Times of the Renaissance Explorers. New York: Atheneum. 
  29. ^ Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia since c.1300. London: MacMillan. hlm. 151. ISBN 0-33-579690-X. 
  30. ^ ZWEERS, L. (1995). Agressi II: Operatie Kraai. De vergeten beelden van de tweede politionele actie. Den Haag: SDU uitgevers. 
  31. ^ van der Bijl, Nick. Confrontation, The War with Indonesia 1962—1966, (London, 2007) ISBN 978-1-84415-595-8
  32. ^ Wibowo, Sigit, Sjarifuddin. Ekonomi Indonesia Gagal karena Mafia Berkeley, Harian Umum Sore Sinar Harapan. Copyright © Sinar Harapan 2003. Diakses: Selasa, 6 Agustus 2008.
  33. ^ "The Carter Center 2004 Indonesia Election Report" (PDF) (Siaran pers). Laporan dari Carter Center. 2004. hlm. 30. Diakses tanggal 29 Juli 2008.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  34. ^ "Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945" (pdf) (dalam bahasa Indonesia, Inggris, Melayu, and dan China). Diakses tanggal 2011-05-24.  [pranala nonaktif]
  35. ^ Wong, Kristina (23 July 2009). "abc NEWS Poll: Obama's Popularity Lifts U.S. Global Image". USA: ABC. Diakses tanggal 23 October 2011. 
  36. ^ "Indonesia – Foreign Policy". U.S. Library of Congress. U.S. Library of Congress. Diakses tanggal 5 May 2007. 
  37. ^ Indonesia temporarily withdrew from the UN on 20 January 1965 in response to the fact that Malaysia was elected as a non-permanent member of the Security Council. It announced its intention to "resume full cooperation with the United Nations and to resume participation in its activities" on 19 September 1966, and was invited to re-join the UN on 28 September 1966.
  38. ^ Chris Wilson (11 October 2001). "Indonesia and Transnational Terrorism". Foreign Affairs, Defense and Trade Group. Parliament of Australia. Diakses tanggal 15 October 2006. ; Reyko Huang (23 May 2002). "Priority Dilemmas: U.S. – Indonesia Military Relations in the Anti Terror War". Terrorism Project. Center for Defense Information. 
  39. ^ "Commemoration of 3rd anniversary of bombings". Melbourne: The Age Newspaper. AAP. 10 December 2006. 
  40. ^ "Travel Warning: Indonesia" (Siaran pers). US Embassy, Jakarta. 10 May 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 November 2006. Diakses tanggal 26 December 2006. 
  41. ^ Chew, Amy (7 July 2002). "Indonesia military regains ground". CNN Asia. Diakses tanggal 24 April 2007. 
  42. ^ Witular, Rendi A. (19 May 2005). "Susilo Approves Additional Military Funding". The Jakarta Post. Diakses tanggal 24 April 2007. 
  43. ^ Friend (2003), pp. 473–475, 484
  44. ^ Friend (2003), pp. 270–273, 477–480
  45. ^ "Indonesia flashpoints: Aceh". BBC News. BBC. 29 December 2005. Diakses tanggal 20 May 2007. 
  46. ^ "Indonesia agrees Aceh peace deal". BBC News. BBC. 17 July 2005. Diakses tanggal 20 May 2007. ; Harvey, Rachel (18 September 2005). "Indonesia starts Aceh withdrawal". BBC News. BBC. Diakses tanggal 20 May 2007. 
  47. ^ Lateline TV Current Affairs (20 April 2006). "Sidney Jones on South East Asian conflicts" (PDF). TV Program transcript, Interview with South East Asia director of the International Crisis Group. Australian Broadcasting Commission (ABC). Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 September 2006. ; International Crisis Group (5 September 2006). "Papua: Answer to Frequently Asked Questions" (PDF). Update Briefing. International Crisis Group (53): 1. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 18 September 2006. Diakses tanggal 17 September 2006. 
  48. ^ "2014BPS". Diakses tanggal 2015-10-04. 
  49. ^ "BPS". Diakses tanggal 2015-10-04. 
  50. ^ Michelle Ann Miller (2004). "The Aceh law: a serious response to Acehnese separatism?". Asian Ethnicity. 5 (3): 333–351. doi:10.1080/1463136042000259789. 
  51. ^ Dewan Perwakilan Rakyat (1999). Bab XIV Other Provisions, Pasal 122; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di DaerahPDF (146 ). Presiden Indonesia (1974). Bab VII Aturan Peralihan, Pasal 91
  52. ^ Dursin, Richel (18 November 2004). "Another Fine Mess in Papua". Editorial. The Jakarta Post. Diakses tanggal 5 Oktober 2006.  ; "Papua Chronology Confusing Signals from Jakarta". The Jakarta Post. 18 November 2004. Diakses tanggal 5 Oktober 2006. 
  53. ^ Burr, W. (2001-12-06). "Ford and Kissinger Gave Green Light to Indonesia's Invasion of East Timor, 1975: New Documents Detail Conversations with Suharto". National Security Archive Electronic Briefing Book No. 62. National Security Archieve, Universitas George Washington, Washington, D.C. Diakses tanggal 2006-09-17.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  54. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  55. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  56. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  57. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  58. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  59. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  60. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  61. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  62. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  63. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  64. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  65. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  66. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  67. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  68. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  69. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  70. ^ "USD". www.usd.ac.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  71. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  72. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  73. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  74. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  75. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  76. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  77. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  78. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  79. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  80. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  81. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  82. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  83. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  84. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  85. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  86. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  87. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  88. ^ "Kode Singkatan". www.kodesingkatan.com. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  89. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  90. ^ "Brainly". brainly.co.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  91. ^ Dotinga, Harm (2000). International organizations and the law of the sea: documentary yearbook, Vol 14. Martinus Nijhoff Publishers. hlm. 960. ISBN 9041113452, 9789041113450 Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan). 
  92. ^ a b c Estimate "World Economic Outlook Database" Periksa nilai |url= (bantuan) (Siaran pers). International Monetary Fund. 2006. Diakses tanggal 5 Oktober 2006.  ; "Indonesia Regions". Indonesia Business Directory. Diakses tanggal 2007-04-24. 
  93. ^ Article 55, 1982 UN Convention on the Law of The Sea.
  94. ^ World Bank (1994). A World Bank country study Country Studies: Indonesia: environment and development. World Bank Publications. ISBN 0821329502, 9780821329504 Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan). 
  95. ^ World Bank, (2008), Spending for development: making the most of Indonesia's new opportunities : Indonesia public expenditure review, World Bank Publications, ISBN 978-0-8213-7320-0
  96. ^ a b c d Schwarz, A. (1994). A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s. Westview Press. ISBN 1-86373-635-2, pp. 52–57.
  97. ^ "Indonesia: Country Brief". Indonesia:Key Development Data & Statistics. Bank Dunia. 2006. 
  98. ^ "Poverty in Indonesia: Always with them". The Economist. 2006-09-14. Diakses tanggal 2006-12-26. 
  99. ^ "Indonesia: Forecast". Country Briefings. The Economist. 2006-10-03. 
  100. ^ "Beberapa Indikator Penting Mengenai Indonesia" (PDF) (Siaran pers) (dalam bahasa Bahasa Indonesia). Badan Pusat Statistik Indonesia. 2008-12-02. Diakses tanggal 2008-03-18. 
  101. ^ Ridwan Max Sijabat (23 Maret 2007). "Unemployment still blighting the Indonesian landscape". The Jakarta Post. 
  102. ^ "Making the New Indonesia Work for the Poor - Overview" (PDF) (Siaran pers). Bank Dunia. 2006. Diakses tanggal 26 Desember 2006. 
  103. ^ http://www.iea.org/media/statistics/surveys/gas/natgas.pdf
  104. ^ a b "Indonesia - The World Factbook". 
  105. ^ "Official Statistics and its Development in Indonesia" (PDF). Sub Committee on Statistics: First Session 18–20 February, 2004. Economic and Social Commission for Asia & the Pacific. hlm. 19. 
  106. ^ "Indonesia at a Glance" (PDF). Indonesia Development Indicators and Data. Bank Dunia. 2006-08-13. 
  107. ^ "[[Indeks Persepsi Korupsi]]". Transparency International. 2007. Diakses tanggal 2007-09-28.  Konflik URL–wikilink (bantuan)
  108. ^ "Index of Economic Freedom". The Heritage Foundation & The Wall Street Journal. Diakses tanggal 2008-06-31. 
  109. ^ "The Economist Intelligence Unit's Quality-of-Life Index" (PDF). The Economist. Diakses tanggal 2007-09-12. 
  110. ^ "Worldwide Press Freedom Index 2006" (PDF). Reporters Without Borders. Diakses tanggal 2008-06-31. 
  111. ^ "cpi 2007 table". Transparency International. 2008-02-13. Diakses tanggal 2008-06-31. 
  112. ^ "Human Development Reports: Indonesia". United Nations Development Programme. Diakses tanggal 2008-06-31. 
  113. ^ "Global Competitiveness Index rankings and 2006–2007 comparisons" (PDF). World Economic Forum. Diakses tanggal 2008-06-31. 
  114. ^ "2000 Population Statistics" (Siaran pers). Indonesian Central Statistics Bureau. 30 Juni 2000. Diakses tanggal 5 Oktober 2006. 
  115. ^ "Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2005–2006" (PDF) (Siaran pers) (dalam bahasa Bahasa Indonesia). Indonesian Central Statistics Bureau. 1 September 2006. Diakses tanggal 26 September 2006. 
  116. ^ Calder, Joshua (2006-05-03). "Most Populous Islands". World Island Information. Diakses tanggal 2006-09-26. 
  117. ^ (16 Mei 2008). "Country Profile 2008: Indonesia" (pdf). Economist Intelligence Unit. Diakses pada 31 Juli 2008.
  118. ^ Yang, Heriyanto (2005). "The History and Legal Position of Confucianism in Post Independence Indonesia" (PDF). Religion. 10 (1): 8. Diakses tanggal 2006-10-02. 
  119. ^ "PENGERAJIN BATIK TAK PERLU RESAH". Majalah Hukum & HAM Online. 30 September 2007. Diakses tanggal 14 Agustus 2008. 
  120. ^ Witton, Patrick (2003). Indonesia. Melbourne: Lonely Planet. hlm. 103. ISBN 1-74059-154-2. 
  121. ^ Elyas Pical Dapat Penghargaan. Surya, 27 Maret 2009. Diakses pada 10 September 2010.
  122. ^ Afriatni, Ami. Petinju Chris John Sukses Pertahankan Gelar Juara Dunia. Tempo, 19 Agustus 2007. Diakses pada 10 September 2010.
  123. ^ "Kampung Tugu, Menyimpan Kenangan Sejarah". Kompas. Rabu, 28 April 2004. Diakses tanggal 14 Agustus 2008. 
  124. ^ Radhar Panca Dahana (Kamis, 6 Desember 2007). "Perspektif: Mencuri Klaim, Itu Biasa". Gatra.Com. Diakses tanggal 14 Agustus 2008. 
  125. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  126. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  127. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  128. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  129. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  130. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  131. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  132. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  133. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  134. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  135. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  136. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  137. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  138. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  139. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  140. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  141. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  142. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  143. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  144. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  145. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  146. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  147. ^ "Tradisi Kita". www.tradisikita.my.id. Diakses tanggal 26-06-2017. 
  148. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  149. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  150. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  151. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  152. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  153. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  154. ^ "Lagu Daerah dan Lirik Lagu Daerah 34 Provinsi di Indonesia Terlengkap". www.http://www.lagu-daerah.com. Diakses tanggal 26-06-2017.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  155. ^ Witton, Patrick (2002). World Food: Indonesia. Melbourne: Lonely Planet. ISBN 1-74059-009-0.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  156. ^ Brissendon, Rosemary (2003). South East Asian Food. Melbourne: Hardie Grant Books. ISBN 1-74066-013-7. 
  157. ^ http://www.cnngo.com/explorations/eat/40-foods-indonesians-cant-live-without-327106 40 of Indonesia's best dishes. Diakses pada 5 Desember 2011.
  158. ^ a b Kristianto, JB (2 Juli 2005). "Sepuluh Tahun Terakhir Perfilman Indonesia". Kompas. Diakses tanggal 5 Oktober 2006. 
  159. ^ Taylor (2003), pp. 299–301
  160. ^ Vickers (2005) pp. 3-7; Friend (2003), pp. 74, 180
  161. ^ Czermak, Karen. ""Preserving Intangible Cultural Heritage in Indonesia"" (PDF). SIL International. Diakses tanggal 2007-07-04. 
  162. ^ "Internet World Stats". Asia Internet Usage, Population Statistics and Information. Miniwatts Marketing Group. 2006. Diakses tanggal 2007-08-13. 
  163. ^ Suprapto (November 24, 2014). "Inilah Data Peringkat Negara Pengguna Internet". 
  164. ^ UUD 1945, Bab XV, Pasal 36: "Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia."
  165. ^ Laman Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
  166. ^ ASIAN LINGUISTIC MAPS : Indonesia & Brunei
  167. ^ Pendidikan bahasa Inggris bagi pelajar SD. Pascasarjana Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Ahmad Dahlan. Terbit pada 20 September 2012. Diakses pada 2 Januari 2013.
  168. ^ Rencana penghapusan pelajaran bahasa Inggris bagi pelajar SD belum final. POSKOTANEWS.com. Terbit pada 11 Oktober 2012. Diakses pada 2 Januari 2013.
  169. ^ DPR minta tunda penerapan kurikulum baru. SINDONEWS.com. Terbit pada 15 Desember 2012. Diakses pada 2 Januari 2013.
  170. ^ 2010 World Muslim Population. pp. 3-5. Houssain Kettani. Department of Electrical and Computer Engineering and Computer Science, Polytechnic University of Puerto Rico. Terbit pada Januari 2010. Diakses pada 2 Januari 2013.
  171. ^ Salat harus menggunakan bahasa Arab. Islampedia.info. Terbit pada 2006. Diakses pada 2 Januari 2013.
  172. ^ Pembelajaran Bahasa Arab Sepanjang Sejarah. stainsalatiga.ac.id. Terbit pada 1 Juni 2012. Diakses pada 2 Januari 2013.
  173. ^ http://www.detiknews.com/read/2009/03/08/144934/1096302/10/pemerintah-siap-dukung-dana-pengembangan-obat-herbal-aids-kanker http://www.detiknews.com/read/2009/03/08/144934/1096302/10/pemerintah-siap-dukung-dana-pengembangan-obat-herbal-aids-kanker
  174. ^ http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2009/03/08/4070.html Dunia Sebut Indonesia Mega Biodiversity
  175. ^ Report on the CITES workshop on mega-biodiversity exporters (with the assistance of the European Commission)
  176. ^ http://www.sinarharapan.co.id/berita/0712/29/kesra01.html Sulung Prasetyo. Ekologi Indonesia Masuki Masa Genting, Paragraf 1. Sinar Harapan Online. Diakses pada 13 November 2009
  177. ^ http://www.satudunia.net/?q=content/utang-ekologis-adb-di-indonesia Firdaus Cahyadi Utang Ekologis ADB di Indonesia, Tulisan pernah dimuat di Koran Tempo, 2 Mei 2009
  178. ^ "Human Development Reports". hdr.undp.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-06-21. 
  179. ^ a b "Badan Pusat Statistik". www.bps.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-06-21. 

Bacaan lanjutan

  • Friend, T. (2003). Indonesian Destinies. Harvard University Press. ISBN 0-674-01137-6. 
  • Ricklefs, M. C. (1991). A History of Modern Indonesia since c.1300, Second Edition. MacMillan. ISBN 0-333-57689-6. 
  • Schwarz, A. (1994). A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s. Westview Press. ISBN 1-86373-635-2. 
  • Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press. ISBN 0-300-10518-5. 
  • Vickers, Adrian (2005). A History of Modern Indonesia. Cambridge University Press. ISBN 0-521-54262-6. 

Pranala luar