Kabinet Indonesia
Kabinet Indonesia (biasanya disebut sebagai Kabinet Presiden atau disederhanakan sebagai Kabinet) adalah bagian dari cabang eksekutif dalam pemerintahan Indonesia. Kabinet terdiri atas para menteri dan pejabat lainnya yang ditunjuk dan diberhentikan oleh Presiden Indonesia. Anggota kabinet berfungsi sebagai pejabat yang membantu presiden dalam melaksanakan tugasnya.
Petahana: Kabinet Merah Putih | |
Kabinet Merah Putih (2024) | |
Informasi Kabinet | |
---|---|
Dibentuk | 2 September 1945 |
Jenis | Lembaga negara |
Kantor pusat | Sekretariat Kabinet, Jakarta |
Kabinet eksekutif | |
Dasar hukum |
|
Situs web | www.setkab.go.id |
Artikel ini adalah bagian dari seri |
Politik dan ketatanegaraan Indonesia |
---|
Pemerintahan pusat |
Pemerintahan daerah |
Politik praktis |
Kebijakan luar negeri |
Indonesia telah mempunyai puluhan kabinet sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Ketika Soekarno menjabat sebagai presiden, masa jabatan kabinet tidak tetap dan banyak terjadi perombakan kabinet. Sejak masa Orde Baru, hampir semua masa jabatan kabinet menjabat selama lima tahun, mengikuti masa jabatan Presiden Indonesia. Pada umumnya, kabinet diberi nama pada saat awal pembentukannya. Kabinet saat ini bernama Kabinet Merah Putih di bawah pimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Sejarah
Konsep kabinet pemerintahan tidak disebutkan secara eksplisit dalam Undang-Undang Dasar 1945 sehingga kabinet pemerintahan Indonesia sejak 14 November 1945 adalah hasil dari konvensi administrasi. Ada dua jenis kabinet dalam sejarah Indonesia, yaitu kabinet presidensial dan kabinet parlementer. Dalam kabinet presidensial, presiden bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah sebagai kepala negara dan pemerintahan, serta memimpin sebuah kabinet; pada kabinet parlementer, kabinet melaksanakan kebijakan pemerintah dan bertanggung jawab kepada legislatif.[1]
Pada tanggal 27 Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS). Di bawah Konstitusi Federal tahun 1949, RIS memiliki kabinet parlementer sebagai menteri yang bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah. Dengan kembali ke negara kesatuan Indonesia pada bulan Agustus 1950, sistem kabinet parlementer dipertahankan karena adanya perjanjian antara pemerintah RIS dan Republik Indonesia (konstituen RIS). Pasal 83 Undang-Undang Dasar Sementara tahun 1950 menyatakan bahwa menteri memiliki tanggung jawab penuh untuk kebijakan pemerintah. Selama sembilan tahun berikutnya, ada tujuh kabinet yang memiliki antara 18 dan 25 anggota.[2]
Pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekret yang membatalkan UUD 1950 dan mengembalikan konstitusi negara ke UUD 1945. Kabinet yang ada dibubarkan dan sistem demokrasi terpimpin diberlakukan. Sebuah kabinet baru dibentuk tak lama kemudian. Pada masa ini, presiden merangkap sebagai perdana menteri, sedangkan DPRS dan MPRS beralih fungsi dari legislatif ke eksekutif. Pada tahun-tahun terakhir kepemimpinan presiden Sukarno, jumlah kabinet membesar, yang pada puncaknya memiliki lebih dari 100 menteri.
Pada masa Orde Baru di bawah Presiden Soeharto, kabinet yang dibentuk memiliki anggota yang lebih sedikit. Sejak tahun 1968 sampai 1998, kabinet bekerja untuk masa jabatan selama lima tahun. Setelah jatuhnya Soeharto dan dimulainya era Reformasi, sistem kabinet presidensial tetap dipertahankan.[3]
Hingga tahun 2010, seorang menteri dalam kabinet memimpin sebuah departemen. Setelah tahun 2010, semua lembaga pemerintah yang bernama "departemen" diubah dan diseragamkan menjadi "kementerian".
Daftar kabinet
No | Nama kabinet | Awal masa kerja | Akhir masa kerja | Pemimpin | Jabatan | Jumlah personel |
---|---|---|---|---|---|---|
Era Perjuangan Kemerdekaan | ||||||
1 | Presidensial | 2 September 1945 | 14 November 1945 | Soekarno | Presiden | 21 |
2 | Sjahrir I | 14 November 1945 | 28 Februari 1946 | Sutan Syahrir | Perdana Menteri | 17 |
3 | Sjahrir II | 12 Maret 1946 | 2 Oktober 1946 | 25 | ||
4 | Sjahrir III | 2 Oktober 1946 | 27 Juni 1947 | 32 | ||
5 | Amir Sjarifuddin I | 3 Juli 1947 | 11 November 1947 | Amir Sjarifuddin | 34 | |
6 | Amir Sjarifuddin II | 11 November 1947 | 23 Januari 1948 | 37 | ||
7 | Hatta I | 29 Januari 1948 | 4 Agustus 1949 | Mohammad Hatta | 17 | |
* | Darurat | 19 Desember 1948 | 14 Juli 1949 | S. Prawiranegara | Ketua PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) | 12 |
8 | Hatta II | 4 Agustus 1949 | 14 Desember 1949 | Mohammad Hatta | Perdana Menteri | 19 |
Era Demokrasi Parlementer | ||||||
* | RIS | 20 Desember 1949 | 6 September 1950 | Mohammad Hatta | Perdana Menteri | 17 |
9 | Susanto | 27 Desember 1949 | 16 Januari 1950 | Susanto Tirtoprodjo | Pjs Perdana Menteri | 10 |
10 | Halim | 22 Januari 1950 | 15 Agustus 1950 | Abdul Halim | Perdana Menteri | 15 |
11 | Natsir | 6 September 1950 | 27 April 1951 | Mohammad Natsir | 18 | |
12 | Sukiman-Suwirjo | 27 April 1951 | 3 April 1952 | Sukiman Wirjosandjojo | 20 | |
13 | Wilopo | 3 April 1952 | 3 Juni 1953 | Wilopo | 18 | |
14 | Ali Sastroamidjojo I | 1 Agustus 1953 | 24 Juli 1955 | Ali Sastroamidjojo | 20 | |
15 | Burhanuddin Harahap | 12 Agustus 1955 | 3 Maret 1956 | Burhanuddin Harahap | 23 | |
16 | Ali Sastroamidjojo II | 24 Maret 1956 | 14 Maret 1957 | Ali Sastroamidjojo | 25 | |
17 | Djuanda | 9 April 1957 | 5 Juli 1959 | Djuanda Kartawidjaja | 24 | |
Era Demokrasi Terpimpin | ||||||
18 | Kerja I | 10 Juli 1959 | 18 Februari 1960 | Soekarno | Presiden Perdana Menteri |
33 |
19 | Kerja II | 18 Februari 1960 | 6 Maret 1962 | 40 | ||
20 | Kerja III | 6 Maret 1962 | 13 November 1963 | 60 | ||
21 | Kerja IV | 13 November 1963 | 27 Agustus 1964 | 66 | ||
22 | Dwikora I | 27 Agustus 1964 | 22 Februari 1966 | 110 | ||
23 | Dwikora II | 24 Februari 1966 | 28 Maret 1966 | 132 | ||
24 | Dwikora III | 28 Maret 1966 | 25 Juli 1966 | 79 | ||
25 | Ampera I | 28 Juli 1966 | 11 Oktober 1967 | Soeharto | Ketua Presidium | 31 |
26 | Ampera II | 17 Oktober 1967 | 10 Juni 1968 | Pjs Presiden | 24 | |
Era Orde Baru | ||||||
27 | Pembangunan I | 10 Juni 1968 | 28 Maret 1973 | Soeharto | Presiden | 24 |
28 | Pembangunan II | 28 Maret 1973 | 29 Maret 1978 | 24 | ||
29 | Pembangunan III | 31 Maret 1978 | 19 Maret 1983 | 32 | ||
30 | Pembangunan IV | 19 Maret 1983 | 21 Maret 1988 | 42 | ||
31 | Pembangunan V | 23 Maret 1988 | 17 Maret 1993 | 44 | ||
32 | Pembangunan VI | 17 Maret 1993 | 14 Maret 1998 | 43 | ||
33 | Pembangunan VII | 14 Maret 1998 | 21 Mei 1998 | 38 | ||
Era Reformasi | ||||||
Reformasi Pembangunan | B.J. Habibie | Presiden | 37 | |||
Persatuan Nasional | Abdurrahman Wahid | 36 | ||||
Gotong Royong | Megawati Soekarnoputri | 33 | ||||
Indonesia Bersatu | Susilo Bambang Yudhoyono | 34 | ||||
Indonesia Bersatu II | 34 | |||||
Kerja | Joko Widodo | 34 | ||||
Indonesia Maju | 34 | |||||
Merah Putih | Prabowo Subianto | 48 |
Kabinet petahana
Kabinet petahana Indonesia saat ini adalah Kabinet Merah Putih yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto, dibantu oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Kabinet ini menjabat sejak 21 Oktober 2024. Untuk rincian mengenai pergantian pejabat yang pernah menjabat pada kabinet ini, lihat artikel utama.
Daftar ini mengurutkan para menteri berdasarkan urutan:
- Menteri Koordinator (Pasal 14 UU Kementerian Negara 2008);
- Menteri yang nomenklatur kementeriannya secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (dalam negeri, luar negeri, pertahanan) (Pasal 4 ayat 2 [a] 12 UU Kementerian Negara 2008);
- Menteri yang membidangi urusan pemerintahan absolut (politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, agama) (Pasal 10 ayat 1 UU Pemerintahan Daerah 2014);
- Menteri yang ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD 1945 (agama, hukum, keuangan, keamanan, hak asasi manusia, pendidikan, kebudayaan, kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, industri, perdagangan, pertambangan, energi, pekerjaan umum, transmigrasi, transportasi, informasi, komunikasi, pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, kelautan, dan perikanan) (Pasal 4 ayat 2 [b] 5 ayat 2 UU Kementerian Negara 2008);
- Menteri yang membidangi urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah (perencanaan pembangunan nasional, aparatur negara, kesekretariatan negara, badan usaha milik negara, pertanahan, kependudukan, lingkungan hidup, ilmu pengetahuan, teknologi, investasi, koperasi, usaha kecil dan menengah, pariwisata, pemberdayaan perempuan, pemuda, olahraga, perumahan, dan pembangunan kawasan atau daerah tertinggal) (Pasal 4 ayat 2 [c] 5 ayat 3 UU Kementerian Negara 2008);
- Pejabat lain yang setingkat dengan Menteri dan ruang lingkup kerjanya secara tegas disebutkan oleh UUD 1945 dan/atau diatur oleh Undang-Undang.
Menteri Koordinator
Menteri Negara
Pejabat setingkat menteri
Jabatan (Peraturan perundang-undangan yang mengatur) |
Pejabat petahana | Mulai menjabat |
---|---|---|
Jaksa Agung Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 Nomor 29 Tahun 2016 |
ST Burhanuddin |
23 Oktober 2019 |
Panglima Tentara Nasional Indonesia Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2019 |
Agus Subiyanto |
22 November 2023 |
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 Nomor 5 Tahun 2017 |
Listyo Sigit Prabowo |
27 Januari 2021 |
Kepala Badan Intelijen Negara |
Muhammad Herindra |
21 Oktober 2024 |
Kepala Staf Kepresidenan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2019 |
Anto Mukti Putranto |
21 Oktober 2024 |
Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara |
Basuki Hadimuljono |
5 November 2024 |
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan |
Hasan Nasbi |
21 Oktober 2024 |
Ketua Dewan Ekonomi Nasional Keputusan Presiden No. 139/P tahun 2024 |
Luhut Binsar Pandjaitan |
21 Oktober 2024 |
Sekretariat Kabinet
Jabatan (Peraturan perundang-undangan yang mengatur) |
Pejabat petahana | Mulai menjabat |
---|---|---|
Sekretaris Kabinet Peraturan Presiden Nomor 139 Tahun 2024 |
Teddy Indra Wijaya |
23 Oktober 2019 |
Lihat pula
Referensi
Catatan kaki
- ^ Simanjuntak 2003, hlm. 1.
- ^ Simanjuntak 2003, hlm. 3–4.
- ^ Simanjuntak 2003, hlm. 5–6.
Daftar pustaka
- Simanjuntak, P.N.H. (2003), Kabinet-kabinet Republik Indonesia dari awal kemerdekaan sampai reformasi, Jakarta: Djambatan
Pranala luar
- (Indonesia) Profil Kabinet Indonesia