Jalur kereta api Kutoarjo–Purwosari–Solo Balapan

jalur kereta api di Indonesia

Jalur kereta api Kutoarjo–Purwosari (bahasa Jawa: ꦢꦭꦤ꧀ꦱꦼꦥꦸꦂꦏꦸꦛꦲꦂꦗꦥꦸꦂꦮꦱꦫꦶ, translit. Dalan Sepur Kuthaharja–Purwasari) adalah segmen jalur rel lintas selatan Pulau Jawa yang sudah menjadi jalur ganda (double-track). Dari arah barat dimulai dari Stasiun Kutoarjo (dikelola PT KAI Daerah Operasi V Purwokerto) menuju arah tenggara yang termasuk dalam Daerah Operasi VI Yogyakarta, mengitari tepian ujung selatan Pegunungan Menoreh, lalu berbelok ke arah timur laut menuju Stasiun Tugu Yogyakarta, kemudian ke timur dan timur laut hingga mencapai Stasiun Purwosari di tepi barat Kota Surakarta.

Jalur kereta api Kutoarjo–Purwosari
Suasana depan dari Stasiun Yogyakarta Tugu
saat datangnya iring-iringan pejabat tinggi negara
(kemungkinan Sultan Yogyakarta atau Sunan Surakarta) dikawal oleh prajurit KNIL
Ikhtisar
JenisJalur lintas utama
SistemJalur kereta api rel berat
StatusBeroperasi
TerminusKutoarjo
Purwosari
Stasiun21
Operasi
Dibuka1871–1887
Pemilik
OperatorPT Kereta Api Indonesia
Daerah Operasi V Purwokerto (Stasiun Kutoarjo)
Daerah Operasi VI Yogyakarta (Stasiun Yogyakarta, Klaten, Purwosari dan Solo Balapan)
KAI Commuter (Kutoarjo-Solo Balapan)
Karakteristik lintasRel lintas datar dengan latar belakang pegunungan
Data teknis
Panjang lintas123 km
Lebar sepur1.067 mm
ElektrifikasiYa (segmen Yogyakarta-Solo)
Kecepatan operasi60 s.d. 100 km/jam
Peta rute
KYA–KTA
Batas wilayah kerja Daop 5 PWT
Batas wilayah kerja KAI Commuter
KTA
Kutoarjo P  ARS 
ke Purworejo
MTL
Montelan
JN
Jenar
Jembatan Bogowonto
WJ
Wojo Bandara Internasional Yogyakarta
Jawa Tengah
Daerah Istimewa Yogyakarta
KDG
Kedundang
WT
Wates
KLR
Kalimenur
STL
Sentolo
Jembatan Mbeling
SDY
Sedayu
RWL
Rewulu
depot Pertamina
PTN
Patukan
Flyover Jalan Siliwangi
Jalan Tentara Pelajar
YK–PLP–SWG
SCA–YK
Depo lokomotif
awal
elektrifikasi
YK
Yogyakarta  ARS  Y P
Jalan Abu Bakar Ali
Jembatan Kewek
Jalan Abu Bakar Ali
Depo barang
LPN
Lempuyangan
Flyover Lempuyangan
Flyover Janti
MGW
Maguwo Bandara Adisutjipto
KLS
Kalasan
Jembatan Opak
Daerah Istimewa Yogyakarta
Jawa Tengah
BBN
Brambanan
SWT
Srowot
KT
Klaten  ARS 
KET
Ketandan
CE
Ceper
DL
Delanggu
GW
Gawok
Underpass Makamhaji
Flyover Purwosari
PWS–BI
PWS
Purwosari 1 2 3
PWS–WNG
Flyover Manahan
akhir
elektrifikasi
SLO
Solo Balapan Y  ARS  2 6
Batas wilayah kerja KAI Commuter
Batas wilayah kerja Daop 6 YK
GD–SLO
SLO-KTS

Jalur ini sepenuhnya berada di dataran rendah, dengan sedikit variasi jalur berkelok-kelok di antara Stasiun Wojo dan Stasiun Wates. Terdapat beberapa jembatan tinggi di jalur ini, yaitu yang melintasi Kali Progo dan Kali Opak. Jalur ini memiliki beberapa titik berpemandangan indah, terutama di daerah sekitar Candi Prambanan (dapat terlihat beberapa puncak candi Prambanan tersebut) dan di antara Stasiun Klaten dan Stasiun Delanggu dengan pemandangan gunung kembar (Gunung Merapi dan Gunung Merbabu) yang tampak sempurna dilatardepani oleh persawahan yang terhampar luas. Uniknya, seluruh jalur kereta api di wilayah DIY berstatus sebagai tanah milik Keraton (Sultan Ground).[1]

Ujung timur jalur ini dapat diperpanjang sejauh tiga km hingga mencapai Stasiun Solo Balapan, yang merupakan stasiun besar. Seluruh stasiun di jalur ini sudah sepenuhnya menggunakan persinyalan elektrik; untuk Kutoarjo–Patukan menggunakan persinyalan dari Westinghouse Rail Systems, Stasiun Yogyakarta dan Lempuyangan menggunakan persinyalan Siemens NX,[2] dan Maguwo–Purwosari menggunakan persinyalan produksi Len Industri yang dipasang sejak 2013.[3][4]

Sejarah

Awal pengoperasian

Jalur NIS

Kebutuhan kereta api untuk pengangkutan penumpang dan gula ternyata sangat mendesak apalagi setelah Tanam Paksa diberlakukan sejak 1830. Sejak 1869, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) sudah dapat mengoperasikan jalur kereta api segmen Samarang NIS–Gundih–Solo. Selanjutnya, pembangunan diarahkan ke Yogyakarta, yang dilakukan segera setelah peresmian jalur kereta api segmen Samarang–Solo Balapan. Berturut-turut ada tiga segmen yang dikerjakan, yaitu Solo–Ceper, Ceper–Klaten, dan Klaten–Yogyakarta, berturut-turut mulai beroperasi pada tanggal 27 Maret dan 9 Juli 1871, serta 10 Juni 1872.[5] Pada tanggal 2 Maret 1872, Stasiun Lempuyangan mulai diuji coba operasi.[6] Pada tanggal 21 Mei 1873, jalur Samarang–Vorstenlanden telah selesai dibangun.[7]

Jalur SS

Sementara itu, perusahaan kereta api milik negara, Staatsspoorwegen—yang dibentuk pascaevaluasi pembangunan jalur NIS Samarang–Vorstenlanden dan Batavia–Buitenzorg yang mengalami kesulitan keuangan—mulai menanamkan pengaruhnya di Jawa. Pembangunan jalur ini diprioritaskan untuk menghubungkan Jakarta–Surabaya dengan kereta api melalui lintas selatan. Untuk jalur tersebut, pada mulanya SS memutuskan untuk membangun segmen terakhir lebih dulu, Cilacap–Kroya–Kutoarjo–Yogyakarta pada tahun 1885 dan selesai pada tanggal 20 Juli 1887, beserta seluruh stasiun di lintas ini. Untuk jalur gunung Bandung–Banjar–Kasugihan baru bisa disambung pada tahun 1894 karena persoalan geometri jalan rel dan medan terjal yang membutuhkan kehati-hatian oleh teknisinya. Pada mulanya, jalur ini direncanakan oleh SS akan disambung ke Stasiun Cilacap, tetapi karena jalur Kawunganten ke tenggara kala itu merupakan rawa-rawa, maka jalurnya dialihkan ke Kasugihan.[8]

Dalam operasionalnya, jalur ini rupanya telah menghancurkan garis imajiner Kota Yogyakarta. Konon, garis tersebut menghubungkan Gunung Merapi, Tugu Pal Putih, Jalan Malioboro, Kraton, Panggung Krapyak, dan Pantai Parangtritis. Keberadaan garis yang penuh filosofi dan sangat merakyat di kalangan masyarakat Jogja ini dihancurkan oleh Pemerintah Kolonial.[9]

Dua kepemilikan

 
Jalur ganda dengan "dua kepemilikan": sebelah kanan: NIS, kiri: SS.

Jalur kereta api untuk segmen Jogja-Solo pernah menjadi "jalur dengan dua kepemilikan". NIS dan SS saling berbagi jalur. Permulaan jalur ganda tersebut ada di Stasiun Tugu. Di situ, peron selatan merupakan peron NIS dengan lebar 1.435 mm, sedangkan peron utara menjadi milik SS dengan lebar 1.067 mm.

Ke arah timur, ada dua jembatan di atas Kali Code, kemudian dahulu jalur SS bercabang ke timur laut (kini tempat menyimpan gerbong semen), dan melewati depan Balai Yasa Pengok (kini test track). Setelah melewati Balai Yasa, rel kembali berbelok ke selatan kembali sejajar jalur NIS. Ini berarti jalur SS tetap di utara dan berbelok ke arah balai yasa, sedangkan jalur NIS tetap lurus sejak Stasiun Tugu ataupun Lempuyangan.

Setelah melewati Maguwo, jalur SS kemudian berbelok naik kemudian menyeberangi jalur NIS, sehingga jalur SS berada di selatan jalur NIS. Sementara itu, Stasiun Gawok adalah stasiun berperon pulau. Tahun 1899, SS menambah rel baja ketiga sehingga dapat dilalui dua kereta yang berbeda lebar sepurnya. Pada tahun 1929, SS kemudian membuat jalur kereta api yang terpisah dari jalur NIS, seiring dengan peresmian Eendaagsche Express.[10]

Dikenang pada zaman revolusi

Setelah SS dan NIS dilebur dan dinasionalisasi menjadi Djawatan Kereta Api, timbul upaya pengambilalihan seluruh jalur KA menjadi milik Indonesia. Jalur Kutoarjo-Yogyakarta merupakan jalur bersejarah karena pernah dibom pada zaman Perang Kemerdekaan. Setelah perang usai, jalur dan stasiun kemudian direnovasi. Pada tanggal 3 Januari 1946 kereta api luar biasa (KLB) Presiden Soekarno melewati jalur ini dengan penuh risiko dalam rangka memindahkan ibukota ke Yogyakarta. Perjalanan ini berakhir dengan selamat hingga Stasiun Tugu dan disambut oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX.[11]

Pada dekade 1960-1970-an, Perusahaan Negara Kereta Api mengoperasikan layanan KA lokal yang disebut sebagai sepur bumel dan sepur grenjeng. Layanan bumel rute Kutoarjo-Jenar-Yogyakarta pp ini melayani perhentian yang saat itu masih aktif, seperti Montelan, Jenar, Karangjati, Kedundang, Pakualaman, Wates, Kalimenur, Sentolo, Sedayu, Rewulu, Patukan, dan Yogyakarta. Dengan ditarik lokomotif uap dan tarif sebesar tujuh setengah rupiah sekali jalan, KA ini menjadi primadona bagi para pedagang yang akan menjaja dagangannya di kota.[12] Sementara itu, di lintas Jogja-Solo dioperasikan kereta api Kuda Putih sebagai layanan komuter berbasis KRD pertama di Indonesia. Hingga akhirnya, kedua KA itu tak beroperasi pada 1980-an. Sempat tidak ada KA lokal dan komuter di rute Kutoarjo-Solo hingga pada dekade 1990-an digantikan dengan kereta api Prambanan Ekspres rute Jogja-Solo, kemudian, pada tahun 2007 diperpanjang hingga Kutoarjo.[13]

Penggandaan kembali dan elektrifikasi

Jalur ini secara bertahap ditingkatkan menjadi jalur rel ganda sejak 2001, diawali dengan segmen Stasiun Srowot sampai Stasiun Ketandan, yang segera dilanjutkan menjadi segmen Stasiun Brambanan sampai Stasiun Delanggu. Peresmian segmen awal ini dilakukan oleh Menteri Perhubungan saat itu, Agum Gumelar, pada tanggal 15 Desember 2003, ditandai dengan prasasti yang sekarang diletakkan di Stasiun Brambanan. Selanjutnya, pembangunan dilanjutkan ke barat sampai Stasiun Tugu dan ke timur sampai Stasiun Solo Balapan, dan selesai sepenuhnya tahun 2008. Jalur ganda ini termasuk jalur KA lintas cepat.[14][15]

Diresmikan pada tanggal 21 Januari 2008 oleh Presiden RI saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono, jalur ganda ini menghabiskan dana sebesar Rp900 miliar rupiah dengan pinjaman dana dari Jepang melalui Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Hasilnya, ada dua stasiun kereta api yang akhirnya diganti dengan bangunan baru, yaitu Stasiun Patukan dan Stasiun Jenar. Stasiun Patukan memiliki prasasti peresmian jalur ganda.[16]

Terkait dengan rencana pengembangan jalur, Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) memutuskan untuk mengelektrifikasi jalur ini khusus untuk segmen Yogyakarta–Solo. Wacana tersebut sudah dimasukkan dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (Ripnas) 2030.[17] Selain itu, elektrifikasi ini juga tertuang dalam Matriks Pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024.[18] Elektrifikasi tersebut mulai diwujudkan dengan adanya tiang-tiang listrik aliran atas yang ditumpuk di bekas lapangan bongkar-muat peti kemas Stasiun Solo Jebres.[19][20] Per akhir Januari 2020, konstruksi listrik aliran atas sudah dimulai untuk segmen Yogyakarta–Klaten.[21][22] Pada 10 Februari 2021, kereta api rel listrik mulai beroperasi di segmen Yogyakarta-Solo.[23]

Jalur terhubung

Lintas aktif

Lintas rencana

Lintas nonaktif

Layanan kereta api

Penumpang

Kelas eksekutif

Kelas campuran

Kelas ekonomi AC premium

Jayakarta Premium, tujuan Jakarta dan tujuan Surabaya via Purwokerto–Yogyakarta–Madiun–Jombang

Kelas ekonomi AC plus

Jaka Tingkir, tujuan Jakarta dan tujuan Solo

Kelas ekonomi AC

Lokal/komuter

KRL Commuter Line

Barang

Daftar stasiun

Nomor Nama stasiun Singkatan Alamat Letak Ketinggian Status Foto
Lintas 8 KroyaYogyakarta
Segmen KutoarjoYogyakarta
Diresmikan pada tanggal 20 Juli 1887
oleh Staatsspoorwegen Westerlijnen
Termasuk dalam Daerah Operasi V Purwokerto
2040 Kutoarjo KTA Jalan Stasiun Kutoarjo 1, Semawung Daleman, Kutoarjo, Purworejo km 478+845 lintas BogorBandungBanjarKutoarjoYogyakarta
km 0+000 (lintas cabang ke Purworejo)
+16 m Beroperasi  
Termasuk dalam Daerah Operasi VI Yogyakarta
3001 Montelan MTL Kertosono, Banyuurip, Purworejo km 484+679 +19 m Tidak beroperasi  
Sendang SEN km 490+599 Tidak beroperasi
3003 Jenar JN Jalan Stasiun Jenar, Bragolan, Purwodadi, Purworejo km 492+443 +18 m Beroperasi  
BH 1947
Jembatan Kali Bogowonto
3004 Karangjati (Purworejo) KAR km 495+323 Tidak beroperasi
3005 Wojo WJ Jalan Stasiun Wojo, Dadirejo, Bagelen, Purworejo km 500+836 +14 m Beroperasi  
Perbatasan Provinsi Jawa Tengah
Perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta
3006 Kedundang KDG Kulur, Temon, Kulon Progo km 507+615 +11 m Konstruksi  
3007 Pakualam PKM km 509+383 Tidak beroperasi
3008 Wates WT Jalan Sepur, Wates, Wates, Kulon Progo km 514+488 +18 m Beroperasi  
3009 Kalimenur KLR Sukoreno, Sentolo, Kulon Progo km 520+265 +35 m Tidak beroperasi  
3011 Sentolo STL Sentolo, Sentolo, Kulon Progo km 524+633 +54 m Beroperasi  
BH 2034
Jembatan Mbeling
panjang: 96 m
dibangun pada tahun 1886-1887
diperkuat pada tahun 1930 dan 1957
3012 Sedayu SDY Argosari, Sedayu, Bantul km 530+819 Tidak beroperasi  
3013 Rewulu RWL Argomulyo, Sedayu, Bantul km 533+674 +88 m Beroperasi  
3014 Patukan PTN Ambarketawang, Gamping, Sleman km 538+253 +88 m Beroperasi  
Wilayah kerja Daerah Operasi VI Yogyakarta
Wilayah kerja KAI Commuter
Akhir jalur eletrifikasi
Awal jalur eletrifikasi
3020 Yogyakarta YK Jalan Margo Utomo 1, Sosromenduran, Gedongtengen, Yogyakarta km 167+051 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Yogyakarta
km 542+494 lintas Bogor-Bandung-Banjar-Kutoarjo-Yogyakarta
km 1+040 lintas Yogyakarta-Magelang Kota-Ambarawa
km 0+067 lintas Yogyakarta-Palbapang
+113 m Beroperasi  
Lintas 14 Semarang TawangSolo BalapanYogyakarta
Segmen YogyakartaKlaten
Diresmikan pada tanggal 10 Juni 1872
oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij[5]
Termasuk dalam Daerah Operasi VI Yogyakarta
3030 Lempuyangan LPN Jalan Lempuyangan, Bausasran, Danurejan, Yogyakarta km 165+774 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Yogyakarta +114 m Beroperasi  
3101 Maguwo MGW Maguwoharjo, Depok, Sleman km 158+975 +118 m Beroperasi  
3102 Kalasan KLS Tirtomartani, Kalasan, Sleman km 155+578 +126 m Tidak beroperasi  
Perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta
Perbatasan Provinsi Jawa Tengah
3103 Brambanan BBN Jalan Stasiun Prambanan, Kebon Dalem Kidul, Prambanan, Klaten km 151+072 +146 m Beroperasi  
3104 Srowot SWT Jalan Stasiun Srowot, Gondangan, Jogonalan, Klaten km 145+227 +152 m Beroperasi  
Segmen KlatenCeper
Diresmikan pada tanggal 9 Juli 1871
3110 Klaten KT Jalan K.H. Samanhudi, Tonggalan, Klaten Tengah, Klaten km 138+493 +151 m Beroperasi  
3111 Ketandan KET Ketandan, Klaten Utara, Klaten km 134+691 +148 m Tidak beroperasi  
Segmen CeperSolo Balapan
Diresmikan pada tanggal 27 Maret 1871
3112 Ceper CE Jalan Stasiun Ceper, Klepu, Ceper, Klaten km 129+200 +133 m Beroperasi  
Ngawonggo NGO km 127+900 Tidak beroperasi
3114 Delanggu DL Jalan Stasiun Delanggu, Gatak, Delanggu, Klaten km 122+933 +133 m Beroperasi  
Tegalgondo TLO km 121+130 Tidak beroperasi
Wonosari (Sukoharjo) WSI km 119+869 Tidak beroperasi
3117 Gawok GW Luwang, Gatak, Sukoharjo km 117+398 +118 m Beroperasi  
Mayang MYG Tidak beroperasi
Pajang PJG km 113+015 Tidak beroperasi
3120 Purwosari PWS Jalan Slamet Riyadi 502, Purwosari, Laweyan, Surakarta km 110+750 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Yogyakarta
km 5+840 lintas Solo Kota-Purwosari-Boyolali
+98 m Beroperasi  
Kelanjutan menuju Solo Balapan
3130 Solo Balapan SLO Jalan Wolter Monginsidi 112, Kestalan, Banjarsari, Surakarta km 262+720 lintas Surabaya Kota-Kertosono-Madiun-Solo Balapan
km 107+914 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Solo Jebres/Yogyakarta
+93 m Beroperasi  
Wilayah kerja KAI Commuter
Wilayah kerja Daerah Operasi VI Yogyakarta
Awal jalur eletrifikasi
Akhir jalur eletrifikasi

Keterangan:

  • Stasiun yang ditulis tebal merupakan stasiun kelas besar dan kelas I.
  • Stasiun yang ditulis biasa merupakan stasiun kelas II/menengah, III/kecil, dan halte.
  • Stasiun yang ditulis miring merupakan halte atau stasiun kecil yang nonaktif.

Referensi:

  • Stasiun aktif: [24]
  • Stasiun nonaktif: [25][26]
  • Pengidentifikasi stasiun: [27]
  • Penomoran lintas:
  • Tanggal pembukaan jalur: [28]:106-124


Percabangan menuju YIA

Nomor Nama stasiun Singkatan Alamat Letak Ketinggian Status Foto
Kroya-Yogyakarta
Segmen Percabangan menuju YIA
3006 Kedundang KDG Kulur, Temon, Kulon Progo km 507+615 lintas Bogor-Bandung-Banjar-Kutoarjo-Stasiun Yogyakarta
km 0+000 lintas Kedundang-Bandara Internasional Yogyakarta
+11 m Konstruksi  
Bandara Internasional Yogyakarta Bandara Internasional Yogyakarta, Temon, Kulon Progo km 5+400 Konstruksi

Keterangan:

  • Stasiun yang ditulis tebal merupakan stasiun kelas besar dan kelas I.
  • Stasiun yang ditulis biasa merupakan stasiun kelas II/menengah, III/kecil, dan halte.
  • Stasiun yang ditulis miring merupakan halte atau stasiun kecil yang nonaktif.

Referensi:

  • Stasiun aktif: [24]
  • Stasiun nonaktif: [25][29]
  • Pengidentifikasi stasiun: [30]
  • Penomoran lintas:
  • Tanggal pembukaan jalur: [28]:106-124


Referensi

  1. ^ Karjoko, Lego (2006). "Komparasi Antara Sistem Hukum Tanah Nasional dengan Sistem Hukum Tanah Keraton Yogyakarta". Yustisia. 68 (05–08): 60. 
  2. ^ Susanti, D.M. (Januari 2008). Kajian atas Pengelolaan Pengetahuan dalam Pengoperasian Teknologi Persinyalan Kereta Api (Studi Kasus Daop 2 Bandung) (Tesis S2). Program Magister Studi Pembangunan, Sekolah Arsitektur, Pengembangan, dan Perencanaan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung. 
  3. ^ Mohamad, Ardyan (21 Juni 2013). "Kalahkan Siemens, BUMN Elektronik Raup Pendapatan Rp23 Triliun". Merdeka.com. Diakses tanggal 5 Oktober 2017. Saat ini, masih ada pesanan proyek dari Kemenhub untuk menggarap persinyalan kereta di jalur Jogja-Solo, Duri-Tangerang, dan Parung-Maja. 
  4. ^ "Len Tandatangani Dua Kontrak dengan Nilai Total Rp 464 Milyar | PT Len Industri (Persero)" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-02-12. 
  5. ^ a b Archiv Für Eisenbahnwesen. 48. 1925. 
  6. ^ Gunawan, Riyadi; Harmoko, Darto (1993). Sejarah Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta: Mobilitas Sosial DI Yogyakarta. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, Depdikbud RI. hlm. 21. 
  7. ^ Perquin, B.L.M.C. (1921). Nederlandsch Indische staatsspooren tramwegen. Bureau Industria. 
  8. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama verslag
  9. ^ Media, Kompas Cyber. "Disorientasi Ruang Yogyakarta akibat Patahnya Simbol Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2019-08-25. 
  10. ^ Ballegoijen de Jong, Michiel van, 1941-. Spoorwegstations op Java. Amsterdam. ISBN 9067073180. OCLC 905471690. 
  11. ^ Soviana, N. (2015). "KLB Presiden 3 Januari 1946: Sebuah Sejarah Penting yang Terlupakan". Majalah KA. 96: 28–29. 
  12. ^ Media, Kompas Cyber. "Mari Menelusuri Kejayaan Kereta Masa Silam". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2019-08-25. 
  13. ^ "KRD MCDW 300". Heritage Kereta Api Indonesia. Diakses tanggal 2019-08-25. 
  14. ^ "Jalur Ganda Tunjang Kelancaran Lintas KA". Suara Merdeka. 
  15. ^ "Uji Coba Rel Ganda Yogya-Solo Bikin Bikers Senewen". detiknews. Diakses tanggal 2019-08-25. 
  16. ^ <asep.muhamad[at]torche.co.id>, Asep Muhamad. "PRESIDEN RESMIKAN REL GANDA KUTOARJO-YOGYAKARTA". dephub.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-02-21. 
  17. ^ Rencana Induk Perkeretaapian Nasional 2030 (PDF). Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. 2011. 
  18. ^ "LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN NOMOR 18 TAHUN 2020 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2020-2024 MATRIKS PEMBANGUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2020-2024". hukumonline.com. ISBN. Diakses tanggal 29-02-2020.  line feed character di |title= pada posisi 13 (bantuan);
  19. ^ JawaPos.com (2018-03-30). "Proyek KRL Molor, Tiang Mangkrak di Stasiun Solo Jebres". radarsolo.jawapos.com. Diakses tanggal 2020-02-12. 
  20. ^ Media, Harian Jogja Digital (2019-08-22). "KRL Solo-Jogja Ditarget Beroperasi 2020, Saat Ini Masuk Tahap Lelang Elektrifikasi". Harianjogja.com. Diakses tanggal 2020-02-12. 
  21. ^ Media, Rohmah Ermawati-Solopos Digital (2019-10-16). "Jaringan Listrik KRL Solo–Jogja Dibangun Akhir Tahun 2019". SOLOPOS.com. Diakses tanggal 2020-02-12. 
  22. ^ JawaPos.com (2020-02-12). "Proyek KRL Solo-Jogja Masih Tahap Konstruksi". radarsolo.jawapos.com. Diakses tanggal 2020-02-12. 
  23. ^ "Jadwal KRL Solo-Jogja Februari 2021: Harga dan Cara Beli Tiket". tirto.id. Diakses tanggal 2021-02-09. 
  24. ^ a b Grafik Perjalanan Kereta Api pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional di Sumatra Bagian Selatan Tahun 2023 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 14 April 2023. Diakses tanggal 12 Mei 2023. 
  25. ^ a b Subdirektorat Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  26. ^ Perusahaan Umum Kereta Api (1992). Ikhtisar Lintas Jawa. 
  27. ^ Arsip milik alm. Totok Purwo mengenai Nama, Kode, dan Singkatan Stasiun Kereta Api Indonesia
  28. ^ a b Reitsma, S.A. (1928). Korte Geschiedenis der Nederlandsch-Indische Spoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. Kolff & Co. 
  29. ^ Perusahaan Umum Kereta Api (1992). Ikhtisar Lintas Jawa. 
  30. ^ Arsip milik alm. Totok Purwo mengenai Nama, Kode, dan Singkatan Stasiun Kereta Api Indonesia

Pranala luar

Peta rute:

KML is not from Wikidata