Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di Tatar Pasundan, bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527 1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-1942), Jakarta Tokubetsu Shi (1942-1945) dan Djakarta (1945-1972). Di dunia internasional Jakarta juga mempunyai julukan seperti J-Town,[6] atau lebih populer lagi The Big Durian karena dianggap kota yang sebanding New York City (Big Apple) di Indonesia.[1][7]
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta | |
---|---|
Julukan: | |
Motto: "Jaya Raya" ("Jaya dan Besar (Agung)") | |
Negara | Indonesia |
Dasar hukum pendirian | UU Nomor 29 Tahun 2007 |
Tanggal | 22 Juni 1527 |
Ibu kota | Jakarta |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Gubernur | Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M. |
• Wakil Gubernur | Drs. H. Djarot Saiful Hidayat, M.Si. |
• Ketua DPRD | Prasetyo Edi Marsudi |
Luas | |
• Total | 740 km2 (290 sq mi) |
Populasi (2013) | |
• Total | 9,988,329[4] |
Demografi | |
• Agama | Islam (85,36%), Protestan (7,54%), Katolik (3,15%), Buddha (3,13%), Hindu (0,21%), Konghucu (0,06%)[5] |
• Bahasa | Indonesia, Betawi, Jawa, Tionghoa, Sunda, Inggris |
Kode Kemendagri | 31 |
Kode BPS | 31 |
APBD | (2015) |
PAD | n/a |
DAU | n/a |
DAK | n/a |
Lagu daerah | Kicir-Kicir |
Rumah adat | Rumah Bapang/Kebaya |
Senjata tradisional | Golok |
Situs web | www |
Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa (2011).[8] Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa,[5] merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia.
Sebagai pusat bisnis, politik, dan kebudayaan, Jakarta merupakan tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini juga menjadi tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor sekretariat ASEAN. Jakarta dilayani oleh dua bandar udara, yakni Bandara Soekarno–Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma, serta satu pelabuhan laut di Tanjung Priok.
Sejarah
- Lihat pula: Sunda Kelapa, Kerajaan Sunda dan Sejarah Batavia
Etimologi
Nama Jakarta sudah digunakan sejak masa pendudukan Jepang tahun 1942, untuk menyebut wilayah bekas Gemeente Batavia yang diresmikan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905.[9] Nama ini dianggap sebagai kependekan dari kata Jayakarta (Dewanagari जयकृत), yang diberikan oleh orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) setelah menyerang dan menduduki pelabuhan Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai "kota kemenangan" atau "kota kejayaan", namun sejatinya artinya ialah "kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha".
Bentuk lain ejaan nama kota ini telah sejak lama digunakan. Sejarawan Portugis, João de Barros, dalam Décadas da Ásia (1553) menyebutkan keberadaan "Xacatara dengan nama lain Caravam (Karawang)".[10] Sebuah dokumen (piagam) dari Banten (k. 1600) yang dibaca ahli epigrafi Van der Tuuk juga telah menyebut istilah wong Jaketra,[11] demikian pula nama Jaketra juga disebutkan dalam surat-surat Sultan Banten[12] dan Sajarah Banten (pupuh 45 dan 47)[13] sebagaimana diteliti Hoessein Djajadiningrat.[14] Laporan Cornelis de Houtman tahun 1596 menyebut Pangeran Wijayakrama sebagai koning van Jacatra (raja Jakarta).[15]
Sunda Kelapa (397–1527)
Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kalapa, berlokasi di muara Sungai Ciliwung. Ibu kota Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Pajajaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh dari pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan. Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda Kalapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti "ibu kota") dalam tempo dua hari. Kerajaan Sunda sendiri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 sehingga pelabuhan ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-5 dan diperkirakan merupakan ibu kota Tarumanagara yang disebut Sundapura.
Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.
Jayakarta (1527–1619)
Bangsa Portugis merupakan Bangsa Eropa pertama yang datang ke Jakarta. Pada abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang ada di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan serangan Cirebon yang akan memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Upaya permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut diabadikan oleh orang Sunda dalam cerita pantun seloka Mundinglaya Dikusumah, dimana Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun sebelum pendirian benteng tersebut terlaksana, Cirebon yang dibantu Demak langsung menyerang pelabuhan tersebut. Orang Sunda menyebut peristiwa ini tragedi, karena penyerangan tersebut membungihanguskan kota pelabuhan tersebut dan membunuh banyak rakyat Sunda di sana termasuk syahbandar pelabuhan. Penetapan hari jadi Jakarta tanggal 22 Juni oleh Sudiro, wali kota Jakarta, pada tahun 1956 adalah berdasarkan tragedi pendudukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh Fatahillah pada tahun 1527. Fatahillah mengganti nama kota tersebut menjadi Jayakarta yang berarti "kota kemenangan". Selanjutnya Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon, menyerahkan pemerintahan di Jayakarta kepada putranya yaitu Maulana Hasanuddin dari Banten yang menjadi sultan di Kesultanan Banten.
Batavia (1619–1942)
Orang Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun 1596. Jayakarta pada awal abad ke-17 diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan Banten. Pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jayakarta setelah mengalahkan pasukan Kesultanan Banten dan kemudian mengubah namanya menjadi Batavia. Selama kolonialisasi Belanda, Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting. (Lihat Batavia). Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mengimpor budak-budak sebagai pekerja. Kebanyakan dari mereka berasal dari Bali, Sulawesi, Maluku, Tiongkok, dan pesisir Malabar, India. Sebagian berpendapat bahwa mereka inilah yang kemudian membentuk komunitas yang dikenal dengan nama suku Betawi. Waktu itu luas Batavia hanya mencakup daerah yang saat ini dikenal sebagai Kota Tua di Jakarta Utara. Sebelum kedatangan para budak tersebut, sudah ada masyarakat Sunda yang tinggal di wilayah Jayakarta seperti masyarakat Jatinegara Kaum. Sedangkan suku-suku dari etnis pendatang, pada zaman kolinialisme Belanda, membentuk wilayah komunitasnya masing-masing. Maka di Jakarta ada wilayah-wilayah bekas komunitas itu seperti Pecinan, Pekojan, Kampung Melayu, Kampung Bandan, Kampung Ambon, Kampung Bali, dan Manggarai.
Pada tanggal 9 Oktober 1740, terjadi kerusuhan di Batavia dengan terbunuhnya 5.000 orang Tionghoa. Dengan terjadinya kerusuhan ini, banyak orang Tionghoa yang lari ke luar kota dan melakukan perlawanan terhadap Belanda.[16] Dengan selesainya Koningsplein (Gambir) pada tahun 1818, Batavia berkembang ke arah selatan. Tanggal 1 April 1905 di Ibukota Batavia dibentuk dua kotapraja atau gemeente, yakni Gemeente Batavia dan Meester Cornelis. Tahun 1920, Belanda membangun kota taman Menteng, dan wilayah ini menjadi tempat baru bagi petinggi Belanda menggantikan Molenvliet di utara. Pada tahun 1935, Batavia dan Meester Cornelis (Jatinegara) telah terintegrasi menjadi sebuah wilayah Jakarta Raya.[17]
Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Jawa yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Batavia menjadi salah satu keresidenan dalam Provincie West Java disamping Banten, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon.
Jakarta Tokubetsu Shi (1942– 1945)
Pendudukan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti nama Batavia menjadi Djakarta untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II. Kota ini juga merupakan tempat dilangsungkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan diduduki Belanda sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949.
Jakarta (1945-sekarang)
Sebelum tahun 1959, Djakarta merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959, status Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah wali kota ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gubernur. Yang menjadi gubernur pertama ialah Soemarno Sosroatmodjo, seorang dokter tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu dilakukan langsung oleh Presiden Sukarno. Pada tahun 1961, status Jakarta diubah dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI) dan gubernurnya tetap dijabat oleh Sumarno.[18]
Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat akibat kebutuhan tenaga kerja kepemerintahan yang hampir semua terpusat di Jakarta. Dalam waktu 5 tahun penduduknya berlipat lebih dari dua kali. Berbagai kantung permukiman kelas menengah baru kemudian berkembang, seperti Kebayoran Baru, Cempaka Putih, Pulo Mas, Tebet, dan Pejompongan. Pusat-pusat permukiman juga banyak dibangun secara mandiri oleh berbagai kementerian dan institusi milik negara seperti Perum Perumnas.
Pada masa pemerintahan Soekarno, Jakarta melakukan pembangunan proyek besar, antara lain Gelora Bung Karno, Masjid Istiqlal, dan Monumen Nasional. Pada masa ini pula Poros Medan Merdeka-Thamrin-Sudirman mulai dikembangkan sebagai pusat bisnis kota, menggantikan poros Medan Merdeka-Senen-Salemba-Jatinegara. Pusat permukiman besar pertama yang dibuat oleh pihak pengembang swasta adalah Pondok Indah (oleh PT Pembangunan Jaya) pada akhir dekade 1970-an di wilayah Jakarta Selatan.
Laju perkembangan penduduk ini pernah coba ditekan oleh gubernur Ali Sadikin pada awal 1970-an dengan menyatakan Jakarta sebagai "kota tertutup" bagi pendatang. Kebijakan ini tidak bisa berjalan dan dilupakan pada masa-masa kepemimpinan gubernur selanjutnya. Hingga saat ini, Jakarta masih harus bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi akibat kepadatan penduduk, seperti banjir, kemacetan, serta kekurangan alat transportasi umum yang memadai.
Pada Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang memakan korban banyak etnis Tionghoa. Gedung MPR/DPR diduduki oleh para mahasiswa yang menginginkan reformasi. Buntut kerusuhan ini adalah turunnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan. (Lihat Kerusuhan Mei 1998).
Ekonomi
Jakarta merupakan kota dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Saat ini, lebih dari 70% uang negara beredar di Jakarta.[19] Perekonomian Jakarta terutama ditunjang oleh sektor perdagangan, jasa, properti, industri kreatif, dan keuangan. Beberapa sentra perdagangan di Jakarta yang menjadi tempat perputaran uang cukup besar adalah kawasan Tanah Abang dan Glodok. Kedua kawasan ini masing-masing menjadi pusat perdagangan tekstil serta dengan sirkulasi ke seluruh Indonesia. Bahkan untuk barang tekstil dari Tanah Abang, banyak pula yang menjadi komoditi ekspor. Sedangkan untuk sektor keuangan, yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Jakarta adalah industri perbankan dan pasar modal. Untuk industri pasar modal, pada bulan Mei 2013 Bursa Efek Indonesia tercatat sebagai bursa yang memberikan keuntungan terbesar, setelah Bursa Efek Tokyo.[20] Pada bulan yang sama, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia telah mencapai USD 510,98 miliar atau nomor dua tertinggi di kawasan ASEAN.[21]
Pada tahun 2012, pendapatan per kapita masyarakat Jakarta sebesar Rp 110,46 juta per tahun (USD 12,270).[22] Sedangkan untuk kalangan menengah atas dengan penghasilan Rp 240,62 juta per tahun (USD 26,735), mencapai 20% dari jumlah penduduk. Di sini juga bermukim lebih dari separuh orang-orang kaya di Indonesia dengan penghasilan minimal USD 100,000 per tahun. Kekayaan mereka terutama ditopang oleh kenaikan harga saham serta properti yang cukup signifikan. Saat ini Jakarta merupakan kota dengan tingkat pertumbuhan harga properti mewah yang tertinggi di dunia, yakni mencapai 38,1%.[23] Selain hunian mewah, pertumbuhan properti Jakarta juga ditopang oleh penjualan dan penyewaan ruang kantor. Pada periode 2009-2012, pembangunan gedung-gedung pencakar langit (di atas 150 meter) di Jakarta mencapai 87,5%. Hal ini telah menempatkan Jakarta sebagai salah satu kota dengan pertumbuhan pencakar langit tercepat di dunia.[24] Pada tahun 2020, diperkirakan jumlah pencakar langit di Jakarta akan mencapai 250 unit. Dan pada saat itu Jakarta telah memiliki gedung tertinggi di Asia Tenggara dengan ketinggian mencapai 638 meter (The Signature Tower).
Transportasi
Di DKI Jakarta, tersedia jaringan jalan raya dan jalan tol yang melayani seluruh kota, namun perkembangan jumlah mobil dengan jumlah jalan sangatlah timpang (5-10% dengan 4-5%).
Menurut data dari Dinas Perhubungan DKI, tercatat 46 kawasan dengan 100 titik simpang rawan macet di Jakarta. Definisi rawan macet adalah arus tidak stabil, kecepatan rendah serta antrean panjang. Selain oleh warga Jakarta, kemacetan juga diperparah oleh para pelaju dari kota-kota di sekitar Jakarta seperti Depok, Bekasi, Tangerang, dan Bogor yang bekerja di Jakarta. Untuk di dalam kota, kemacetan dapat dilihat di Jalan Sudirman, Jalan Thamrin, Jalan Rasuna Said, Jalan Satrio, dan Jalan Gatot Subroto. Kemacetan sering terjadi pada pagi dan sore hari, yakni disaat jam pergi dan pulang kantor.
Untuk melayani mobilitas penduduk Jakarta, pemerintah menyediakan sarana bus PPD. Selain itu terdapat pula bus kota yang dikelola oleh pihak swasta, seperti Mayasari Bhakti, Metro Mini, Kopaja, dan Bianglala. Bus-bus ini melayani rute yang menghubungkan terminal-terminal dalam kota, antara lain Pulogadung, Kampung Rambutan, Blok M, Kalideres, Grogol, Tanjung Priok, Lebak Bulus, Rawamangun, dan Kampung Melayu. Untuk angkutan lingkungan, terdapat angkutan kota seperti Mikrolet dan KWK, dengan rute dari terminal ke lingkungan sekitar terminal. Selain itu ada pula ojek, bajaj, dan bemo untuk angkutan jarak pendek. Tidak seperti wilayah lainnya di Jakarta yang menggunakan sepeda motor, di kawasan Tanjung Priok dan Jakarta Kota, pengendara ojek menggunakan sepeda ontel. Angkutan becak masih banyak dijumpai di wilayah pinggiran Jakarta seperti di Bekasi, Tangerang, dan Depok.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memulai pembangunan kereta bawah tanah (subway) dan MRT Jakarta pada Tahun 2013. Subway jalur Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 15 km ditargetkan beroperasi pada 2017. Jalur kereta monorel juga sedang dipersiapkan melayani jalur Semanggi - Roxy yang dibiayai swasta dan jalur Kuningan - Cawang - Bekasi - Bandara Soekarno Hatta yang dibiayai pemerintah pusat. Untuk lintasan kereta api, pemerintah pusat sedang menyiapkan double track pada jalur lintasan kereta api Manggarai Cikarang. Selain itu juga, saat ini sedang dibangun jalur kereta api dari Manggarai menuju Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng.
Transjakarta
Sejak tahun 2004, Pemerintah DKI Jakarta telah menghadirkan layanan transportasi umum yang dikenal dengan TransJakarta. Layanan ini menggunakan bus AC dan halte yang berada di jalur khusus. Saat ini ada dua belas koridor Transjakarta yang telah beroperasi, yaitu:
- Koridor 1 Blok M - Stasiun Kota
- Koridor 2 Pulogadung - Harmoni
- Koridor 3 Kalideres - Harmoni
- Koridor 4 Pulogadung - Dukuh Atas
- Koridor 5 Kampung Melayu - Ancol
- Koridor 6 Ragunan - Latuharhary - Dukuh Atas
- Koridor 7 Kampung Rambutan - Kampung Melayu
- Koridor 8 Lebak Bulus - Harmoni
- Koridor 9 Pinang Ranti - Pluit
- Koridor 10 Cililitan - Tanjung Priok
- Koridor 11 Kampung Melayu - Pulo Gebang
- Koridor 12 Pluit - Tanjung Priok
Kereta listrik
Selain bus kota, angkutan kota, becak dan bus Transjakarta, sarana transportasi andalan masyarakat Jakarta adalah kereta rel listrik atau yang biasa dikenal dengan KRL Jabotabek. Kereta listrik ini beroperasi dari pagi hari hingga malam hari, melayani masyrakat penglaju yang bertempat tinggal di seputaran Jabodetabek. Ada beberapa jalur kereta rel listrik, yakni
- Jalur Merah Jakarta Kota - Bogor, lewat Gambir, Manggarai, Pasar Minggu, dan Depok.
- Jalur Jingga Bogor - Jatinegara, lewat Gambir, Jakarta Kota, dan Pasar Senen.
- Jalur Biru Jakarta Kota - Bekasi, lewat Gambir, Manggarai, dan Jatinegara.
- Jalur Hijau Tanah Abang - Maja, lewat Kebayoran Lama dan Serpong.
- Jalur Coklat Duri - Tangerang, lewat Rawa Buaya.
- Jalur Pink Jakarta Kota - Pelabuhan Tanjung Priok.
Angkutan sungai
Angkutan Sungai, atau lebih populer dengan sebutan "Waterways", adalah sebuah sistem transportasi alternatif melalui sungai di Jakarta, Indonesia. Sistem transportasi ini diresmikan penggunaannya oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada tanggal 6 Juni 2007. Sistem ini merupakan bagian dari penataan sistem transportasi di Jakarta yang disebut Pola Transportasi Makro (PTM). Dalam PTM disebutkan bahwa arah penataan sistem transportasi merupakan integrasi beberapa model transportasi yang meliputi Bus Rapid Transit (BRT), Light Rapid Transit (LRT), Mass Rapid Transit (MRT), dan Angkutan Sungai (Waterways).
Waterways mulai dioperasikan dan diintegrasikan dalam transportasi makro Jakarta setelah peresmian rute Halimun-Karet sepanjang 1,7 kilometer oleh Gubernur Sutiyoso pada 6 Juni 2007. Rute ini merupakan bagian dari perencanaan rute Manggarai-Karet sepanjang 3,6 kilometer. Waterways merupakan kelanjutan dari pengoperasian sistem transportasi TransJakarta. Untuk mengawali Waterways, Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta mengoperasikan dua unit kapal yang masing-masing berkapasitas 28 orang yang disebut KM Kerapu III dan KM Kerapu IV yang berkecepatan maksimal 8 knot.
Infrastruktur
Sebagai salah satu kota metropolitan dunia, Jakarta telah memiliki infrastruktur penunjang berupa jalan, listrik, telekomunikasi, air bersih, gas, serat optik, bandara, dan pelabuhan. Saat ini rasio jalan di Jakarta mencapai 6,2% dari luas wilayahnya.[25] Selain jalan protokol, jalan ekonomi, dan jalan lingkungan, Jakarta juga didukung oleh jaringan Jalan Tol Lingkar Dalam, Jalan Tol Lingkar Luar, Jalan Tol Jagorawi, dan Jalan Tol Ulujami-Serpong. Pemerintah juga berencana akan membangun Tol Lingkar Luar tahap kedua yang mengelilingi kota Jakarta dari Bandara Soekarno Hatta-Tangerang-Serpong-Cinere-Cimanggis-Cibitung-Tanjung Priok.
Untuk ke kota-kota lain di Pulau Jawa, Jakarta terhubung dengan Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang bersambung dengan Jalan Tol Cipularang. Selain itu juga tersedia layanan kereta api yang berangkat dari enam stasiun pemberangkatan di Jakarta. Untuk ke Pulau Sumatera, tersedia ruas Jalan Tol Jakarta-Merak yang kemudian dilanjutkan dengan layanan penyeberangan dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni.
Untuk ke luar pulau dan luar negeri, Jakarta memiliki satu pelabuhan laut di Tanjung Priok dan bandar udara yaitu:
- Rawamangun, Blok M, Pasar Minggu, Kampung Rambutan, Bogor, dan Bekasi, dll
- Bandara Halim Perdanakusuma yang banyak berfungsi untuk melayani penerbangan kenegaraan serta penerbangan domestik
Untuk pengadaan air bersih, saat ini Jakarta dilayani oleh dua perusahaan asing, yakni Thames Jaya (Inggris) untuk wilayah sebelah timur Sungai Ciliwung, dan PAM Lyonnaise Jaya (Prancis) untuk wilayah sebelah barat Sungai Ciliwung. Pada tahun 2010, kedua perusahaan ini hanya menyuplai air bersih kepada 44% penduduk Jakarta.[26]
Kependudukan
Populasi historis | ||
---|---|---|
Tahun | Jumlah Pend. | ±% |
1870 | 65.000 | — |
1875 | 99.100 | +52.5% |
1880 | 102.900 | +3.8% |
1890 | 105.100 | +2.1% |
1895 | 114.600 | +9.0% |
1901 | 115.900 | +1.1% |
1905 | 138.600 | +19.6% |
1918 | 234.700 | +69.3% |
1920 | 253.800 | +8.1% |
1925 | 290.400 | +14.4% |
1930 | 435.184 | +49.9% |
1940 | 533.000 | +22.5% |
1945 | 600.000 | +12.6% |
1950 | 1.733.600 | +188.9% |
1959 | 2.814.000 | +62.3% |
1961 | 2.906.533 | +3.3% |
1971 | 4.546.492 | +56.4% |
1980 | 6.503.449 | +43.0% |
1990 | 8.259.639 | +27.0% |
2000 | 8.384.853 | +1.5% |
2005 | 8.540.306 | +1.9% |
2010 | 9.607.787 | +12.5% |
Berdasarkan data BPS pada tahun 2011, jumlah penduduk Jakarta adalah 10.187.595 jiwa. Namun pada siang hari, angka tersebut dapat bertambah seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok.
Agama
Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta beragam. Menurut data pemerintah DKI pada tahun 2005, komposisi penganut agama di kota ini adalah Islam (84,4%), Kristen Protestan (6,2 %), Katolik (5,7 %), Hindu (1,2 %), dan Buddha (3,5 %)[27] Jumlah umat Buddha terlihat lebih banyak karena umat Konghucu juga ikut tercakup di dalamnya. Angka ini tidak jauh berbeda dengan keadaan pada tahun 1980, dimana umat Islam berjumlah 84,4%, diikuti oleh Protestan (6,3%), Katolik (2,9%), Hindu dan Buddha (5,7%), serta Tidak beragama (0,3%)[28] Menurut Cribb, pada tahun 1971 penganut agama Kong Hu Cu secara relatif adalah 1,7%. Pada tahun 1980 dan 2005, sensus penduduk tidak mencatat agama yang dianut selain keenam agama yang diakui pemerintah.
Berbagai tempat peribadatan agama-agama dunia dapat dijumpai di Jakarta. Masjid dan mushala, sebagai rumah ibadah umat Islam, tersebar di seluruh penjuru kota, bahkan hampir di setiap lingkungan. Masjid terbesar adalah masjid nasional, Masjid Istiqlal, yang terletak di Gambir. Sejumlah masjid penting lain adalah Masjid Agung Al-Azhar di Kebayoran Baru, Masjid At Tin di Taman Mini, dan Masjid Sunda Kelapa di Menteng.
Sedangkan gereja besar yang terdapat di Jakarta antara lain, Gereja Katedral Jakarta, Gereja Santa Theresia di Menteng, dan Gereja Santo Yakobus di Kelapa Gading untuk umat Katolik. Masih dalam lingkungan di dekatnya, terdapat bangunan Gereja Immanuel yang terletak di seberang Stasiun Gambir bagi umat Kristen Protestan. Selain itu, ada Gereja Koinonia di Jatinegara, Gereja Sion di Jakarta Kota, Gereja Kristen Toraja di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Bagi umat Hindu yang bermukim di Jakarta dan sekitarnya, terdapat Pura Adhitya Jaya yang berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur, dan Pura Segara di Cilincing, Jakarta Utara. Rumah ibadah umat Buddha antara lain Vihara Dhammacakka Jaya di Sunter, Vihara Theravada Buddha Sasana di Kelapa Gading, dan Vihara Silaparamitha di Cipinang Jaya. Sedangkan bagi penganut Konghucu terdapat Kelenteng Jin Tek Yin. Jakarta juga memiliki satu sinagoga yang digunakan oleh pekerja asing Yahudi.[butuh rujukan]
Etnis
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa penduduk Jakarta berjumlah 8,3 juta jiwa yang terdiri dari orang Jawa sebanyak 35,16%, Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,61%), Minangkabau (3,18%), Melayu (1,62%), Bugis (0,59%), Madura (0,57%), Banten (0,25%), dan Banjar (0,1%)[29]
Jumlah penduduk dan komposisi etnis di Jakarta, selalu berubah dari tahun ke tahun. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta. Suku Jawa merupakan etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota. Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada tahun 1961, orang Betawi masih membentuk persentase terbesar di wilayah pinggiran seperti Cengkareng, Kebon Jeruk, Pasar Minggu, dan Pulo Gadung[30]
Jumlah orang Jawa banyak di Jakarta karena ketimpangan pembangunan antara daerah dan Jakarta. Sehingga orang Jawa mencari pekerjaan di Jakarta. Hal ini memunculkan tradisi mudik setiap tahun saat menjelang Lebaran yaitu orang daerah di Jakarta pulang secara bersamaan ke daerah asalnya. Jumlah mudik lebaran yang terbesar dari Jakarta adalah menuju Jawa Tengah. Secara rinci prediksi jumlah pemudik tahun 2104 ke Jawa Tengah mencapai 7.893.681 orang. Dari jumlah itu didasarkan beberapa kategori, yakni 2.023.451 orang pemudik sepeda motor, 2.136.138 orang naik mobil, 3.426.702 orang naik bus, 192.219 orang naik kereta api, 26.836 orang naik kapal laut, dan 88.335 orang naik pesawat.[31] Bahkan menurut data Kementerian Perhubungan Indonesia menunjukkan tujuan pemudik dari Jakarta adalah 61% Jateng, 39% Jatim dan 10% daerah lain. Ditinjau dari profesinya, 28% pemudik adalah karyawan swasta, 27% wiraswasta, 17% PNS/TNI/POLRI, 10% pelajar/mahasiswa, 9% ibu rumah tangga dan 9% profesi lainnya. Diperinci menurut pendapatan pemudik, 44% berpendapatan Rp. 3-5 Juta, 42% berpendapatan Rp. 1-3 Juta, 10% berpendapatan Rp. 5-10 Juta, 3% berpendapatan dibawah Rp. 1 Juta dan 1% berpendapatan di atas Rp. 10 Juta.[32]
Orang Tionghoa telah hadir di Jakarta sejak abad ke-17. Mereka biasa tinggal mengelompok di daerah-daerah permukiman yang dikenal dengan istilah Pecinan. Pecinan atau Kampung Cina dapat dijumpai di Glodok, Pinangsia, dan Jatinegara, selain perumahan-perumahan baru di wilayah Kelapa Gading, Pluit, dan Sunter. Orang Tionghoa banyak yang berprofesi sebagai pengusaha atau pedagang.[33] Disamping etnis Tionghoa, etnis Minangkabau juga banyak yang berdagang, di antaranya perdagangan grosir dan eceran di pasar-pasar tradisional kota Jakarta.
Masyarakat dari Indonesia Timur, terutama etnis Bugis, Makassar, dan Ambon, terkonsentrasi di wilayah Tanjung Priok. Di wilayah ini pula, masih banyak terdapat masyarakat keturunan Portugis, serta orang-orang yang berasal dari Luzon, Filipina.[30]
Etnis | Tahun 1930 [34] | Tahun 1961 [30] | Tahun 2000 [35] |
---|---|---|---|
Jawa | 11,01% | 25,4% * | 35,16% |
Betawi | 36,19% | 22,9% | 27,65% |
Sunda | 25,37% | 32,85% | 15,27% |
Tionghoa | 14,67% | 10,1% | 5,53% |
Batak | 0,23% | 1,0% | 3,61% |
Minangkabau | 0,60% | 2,1% | 3,18% |
Melayu | 1,13% | 2,8% | 1,62% |
Bugis | -- | 0,6% | 0,59% |
Madura | 0,05% | -- | 0,57 |
Banten | -- | -- | 0,25 |
Banjar | -- | 0,20 | 0,10 |
Minahasa | 0,70% | 0,70 | -- |
Lain-lain | 10,05% | 1,35% | 6,47% |
* Catatan: Termasuk Suku Madura di dalamnya |
Geografi
Jakarta berlokasi di sebelah utara Pulau Jawa, di muara Ciliwung, Teluk Jakarta. Jakarta terletak di dataran rendah pada ketinggian rata-rata 8 meter dpl. Hal ini mengakibatkan Jakarta sering dilanda banjir. Sebelah selatan Jakarta merupakan daerah pegunungan dengan curah hujan tinggi. Jakarta dilewati oleh 13 sungai yang semuanya bermuara ke Teluk Jakarta. Sungai yang terpenting ialah Ciliwung, yang membelah kota menjadi dua. Sebelah timur dan selatan Jakarta berbatasan dengan provinsi Jawa Barat dan di sebelah barat berbatasan dengan provinsi Banten.
Kepulauan Seribu merupakan kabupaten administratif yang terletak di Teluk Jakarta. Sekitar 105 pulau terletak sejauh 45 km (28 mil) sebelah utara kota.
Iklim
Jakarta memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Terletak di bagian barat Indonesia, Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter dengan suhu rata-rata 27 °C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari sangat tinggi, pada saat itulah Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya, dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter . Bulan September dan awal oktober adalah hari-hari yang sangat panas di Jakata, suhu udara dapat mencapai 40 °C .[36]. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25°-38 °C (77°-100 °F).[37]
Data iklim Jakarta, Indonesia | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rekor tertinggi °C (°F) | 33.3 (91.9) |
33.8 (92.8) |
33.5 (92.3) |
35.4 (95.7) |
35.3 (95.5) |
36.7 (98.1) |
34.4 (93.9) |
35.6 (96.1) |
36.7 (98.1) |
38.3 (100.9) |
37.9 (100.2) |
37.6 (99.7) |
38.3 (100.9) |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 30.5 (86.9) |
30.6 (87.1) |
31.8 (89.2) |
32.4 (90.3) |
32.7 (90.9) |
32.5 (90.5) |
32.4 (90.3) |
32.5 (90.5) |
32.8 (91) |
32.8 (91) |
32.3 (90.1) |
31.4 (88.5) |
32.1 (89.8) |
Rata-rata harian °C (°F) | 26.9 (80.4) |
27.0 (80.6) |
27.6 (81.7) |
28.1 (82.6) |
28.4 (83.1) |
28.1 (82.6) |
27.9 (82.2) |
28.0 (82.4) |
28.2 (82.8) |
28.2 (82.8) |
28.0 (82.4) |
27.5 (81.5) |
27.8 (82) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 24.3 (75.7) |
24.2 (75.6) |
24.7 (76.5) |
25.0 (77) |
25.1 (77.2) |
24.8 (76.6) |
24.5 (76.1) |
24.5 (76.1) |
24.7 (76.5) |
24.9 (76.8) |
24.8 (76.6) |
24.6 (76.3) |
24.7 (76.5) |
Rekor terendah °C (°F) | 20.6 (69.1) |
20.6 (69.1) |
20.6 (69.1) |
20.6 (69.1) |
21.1 (70) |
19.4 (66.9) |
19.4 (66.9) |
19.4 (66.9) |
18.9 (66) |
17.6 (63.7) |
20.0 (68) |
19.4 (66.9) |
17.6 (63.7) |
Presipitasi mm (inci) | 339 (13.35) |
372 (14.65) |
207 (8.15) |
173 (6.81) |
119 (4.69) |
86 (3.39) |
73 (2.87) |
50 (1.97) |
61 (2.4) |
114 (4.49) |
154 (6.06) |
196 (7.72) |
1.944 (76,55) |
Rata-rata hari hujan | 16 | 16 | 12 | 10 | 8 | 5 | 4 | 3 | 4 | 7 | 10 | 11 | 106 |
% kelembapan | 81 | 82 | 79 | 78 | 76 | 75 | 73 | 71 | 72 | 74 | 76 | 78 | 76.3 |
Rata-rata sinar matahari bulanan | 178 | 182 | 239 | 255 | 260 | 255 | 282 | 295 | 288 | 239 | 221 | 190 | 2.884 |
Kemungkinan sinar matahari (persen) | 31 | 33 | 48 | 52 | 54 | 52 | 64 | 70 | 70 | 68 | 41 | 33 | 51.3 |
Sumber #1: BMKG[38][39] & Sistema de Clasificación Bioclimática Mundial[40] | |||||||||||||
Sumber #2: Danish Meteorological Institute (kelembaban dan matahari saja)[41] |
Lingkungan
Jakarta merupakan salah satu kota dengan udara terbersih di Indonesia. Salah satu faktor penentu keberhasilan tersebut adalah keberadaan kawasan Menteng dan Kebayoran Baru yang asri dan bersih.
Selain Menteng dan Kebayoran Baru, banyak wilayah lain di Jakarta yang sudah bersih dan teratur. Permukiman ini biasanya dikembangkan oleh pengembang swasta, dan menjadi tempat tinggal masyarakat kelas menengah. Pondok Indah, Kelapa Gading, Pulo Mas, dan Cempaka Putih, adalah beberapa wilayah permukiman yang bersih dan teratur. Namun di beberapa wilayah lain Jakarta, masih nampak permukiman kumuh yang belum teratur. Permukiman kumuh ini berupa perkampungan dengan tingkat kepadatan penduduk cukup tinggi, serta banyaknya rumah yang dibangun secara berhimpitan di dalam gang-gang sempit. Beberapa wilayah di Jakarta yang memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi antara lain, Tanjung Priok, Johar Baru, Pademangan, Sawah Besar, dan Tambora.
Taman kota
Jakarta memiliki banyak taman kota yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Taman Monas atau Taman Medan Merdeka merupakan taman terluas yang terletak di jantung Jakarta. Di tengah taman berdiri Monumen Nasional yang dibangun pada tahun 1963. Taman terbuka ini dibuat oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1870) dan selesai pada tahun 1910 dengan nama Koningsplein. Di taman ini terdapat beberapa ekor kijang dan 33 pohon yang melambangkan 33 provinsi di Indonesia.[42]
Taman Suropati terletak di kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Taman berbentuk oval dengan luas 16,322 m2 ini, dikelilingi oleh beberapa bangunan Belanda kuno. Di taman tersebut terdapat beberapa patung modern karya artis-artis ASEAN, yang memberikan sebutan lain bagi taman tersebut, yaitu "Taman persahabatan seniman ASEAN".[43]
Taman Lapangan Banteng merupakan taman lain yang terletak di Gambir, Jakarta Pusat. Luasnya sekitar 4,5 ha. Di sini terdapat Monumen Pembebasan Irian Barat. Pada tahun 1970-an, taman ini digunakan sebagai terminal bus. Kemudian pada tahun 1993, taman ini kembali diubah menjadi ruang publik, tempat rekreasi, dan juga kadang-kadang sebagai tempat pertunjukan seni.[44]
Pemerintahan
Dasar hukum bagi DKI Jakarta adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007, tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU ini menggantikan UU Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta serta UU Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta yang keduanya tidak berlaku lagi.
Jakarta berstatus setingkat provinsi dan dipimpin oleh seorang gubernur. Berbeda dengan provinsi lainnya, Jakarta hanya memiliki pembagian di bawahnya berupa kota administratif dan kabupaten administratif, yang berarti tidak memiliki perwakilan rakyat tersendiri.
DKI Jakarta memiliki status khusus sebagai Daerah Khusus Ibukota. DKI Jakarta ini dibagi kepada lima kota dan satu kabupaten, yaitu:
No. | Kabupaten/kota administrasi[45] | Pusat pemerintahan | Bupati/wali kota administrasi | Luas wilayah (km²)[46] |
Jumlah penduduk (2020)[47] | Kecamatan | Kelurahan | Lambang | Peta lokasi |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu | Pulau Pramuka | Muhammad Fadjar Churniawan (Plt.) | 10,18 | 27.749 | 2 | 6 | ||
2 | Kota Administrasi Jakarta Barat | Kembangan | Uus Kuswanto | 124,44 | 2.434.511 | 8 | 56 | ||
3 | Kota Administrasi Jakarta Pusat | Menteng | Dhany Sukma | 52,38 | 1.056.896 | 8 | 44 | ||
4 | Kota Administrasi Jakarta Selatan | Kebayoran Baru | Munjirin | 154,32 | 2.226.812 | 10 | 65 | ||
5 | Kota Administrasi Jakarta Timur | Cakung | Muhammad Anwar | 182,70 | 3.037.139 | 10 | 65 | ||
6 | Kota Administrasi Jakarta Utara | Koja | Ali Maulana Hakim | 139,99 | 1.778.981 | 6 | 31 |
Kepala daerah
Daftar kepala daerah yang pernah memerintah DKI Jakarta
Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta | ||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nomor urut | Gubernur | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Wakil | Ref. | |
4 | Sumarno Sosroatmodjo (1911–1991) |
Independen | 4 Februari 1960 | 26 Agustus 1964 | 4 tahun, 204 hari | I (1960) |
Henk Ngantung 1960–1964 |
[48] | ||
5 | Henk Ngantung (1927–1991) |
Independen | 26 Agustus 1964 | 15 Juli 1965 | 323 hari | [49] | ||||
6 | Sumarno Sosroatmodjo (1911–1991) | Independen | 15 Juli 1965 | 18 Maret 1966 | 246 hari | II (1965) |
|
[50] | ||
Basuki Rachmat (Penjabat) (1921–1969) |
ABRI–Angkatan Darat | 18 Maret 1966 | 28 April 1966 | 41 hari | [51] | |||||
7 | Ali Sadikin (1926–2008) |
Golkar | 28 April 1966 | 14 Februari 1972 | 5 tahun, 292 hari | III (1966) |
|
[52] | ||
14 Februari 1972 | 11 Juli 1977 | 5 tahun, 147 hari | IV (1972) |
[53] | ||||||
Tjokropranolo (Penjabat) (1924–1998) |
Golkar | 11 Juli 1977 | 29 September 1977 | 80 hari | Transisi |
|
[54] | |||
8 | Tjokropranolo | 29 September 1977 | 29 September 1982 | 5 tahun, 0 hari | V (1977) |
[55][56] [57][58] | ||||
9 | Suprapto (1924–2009) |
Golkar | 29 September 1982 | 6 Oktober 1987 | 5 tahun, 7 hari | VI (1982) |
[59][60] | |||
10 | Wiyogo Atmodarminto (1922–2012) |
Golkar | 6 Oktober 1987 | 6 Oktober 1992 | 5 tahun, 0 hari | VII (1987) |
[61][62] | |||
11 | Surjadi Sudirdja (1939–2021) |
Golkar | 6 Oktober 1992 | 6 Oktober 1997 | 5 tahun, 0 hari | VIII (1992) |
[63][64] [65] | |||
12 | Sutiyoso (lahir 1944) |
Independen | 6 Oktober 1997 | 6 Oktober 2002 | 5 tahun, 0 hari | IX (1997) |
[66][67] [68] | |||
7 Oktober 2002 | 7 Oktober 2007 | 5 tahun, 0 hari | X (2002) |
Fauzi Bowo 2002–2007 |
[69][70] [71][72] | |||||
13 | Fauzi Bowo (lahir 1948) |
Demokrat | 7 Oktober 2007 | 7 Oktober 2012 | 5 tahun, 0 hari | XI (2007) |
Prijanto 2007–2012 |
[73][74] [75] | ||
Fadjar Panjaitan (Pelaksana Tugas) (lahir 1955) |
Nonpartisipan | 8 Oktober 2012 | 15 Oktober 2012 | 7 hari | Transisi | Tidak ada | [76][77] | |||
14 | Joko Widodo (lahir 1961) |
PDI-P | 15 Oktober 2012 | 16 Oktober 2014 | 2 tahun, 1 hari | XII (2012) |
Basuki Tjahaja Purnama 2012–2014 |
[78][79] [80] | ||
Basuki Tjahaja Purnama (Pelaksana Tugas) (lahir 1966) |
Gerindra | 16 Oktober 2014 | 19 November 2014 | 34 hari | Lowong | [81] | ||||
15 | Basuki Tjahaja Purnama | Independen | 19 November 2014 | 9 Mei 2017 | 2 tahun, 171 hari | Djarot Saiful Hidayat 2014–2017 |
[82][83] [84] | |||
Djarot Saiful Hidayat (Pelaksana Tugas) (lahir 1962) |
PDI-P | 9 Mei 2017 | 15 Juni 2017 | 37 hari | Lowong | [85] | ||||
16 | Djarot Saiful Hidayat | 15 Juni 2017 | 15 Oktober 2017 | 122 hari | [86][87] | |||||
Saefullah (Pelaksana Harian) (1964–2020) |
Nonpartisipan | 15 Oktober 2017 | 16 Oktober 2017 | 1 hari | Transisi | Tidak ada | [88] | |||
17 | Anies Baswedan (lahir 1969) |
Independen | 16 Oktober 2017 | 16 Oktober 2022 | 5 tahun, 0 hari | XIII (2017) |
[89][90] [91][92] [93] | |||
Heru Budi Hartono (Penjabat) (lahir 1965) |
Nonpartisipan | 17 Oktober 2022 | 17 Oktober 2023 | 1 tahun, 0 hari | Transisi | Tidak ada | [94][95] [96][97] | |||
17 Oktober 2023 | 18 Oktober 2024 | 1 tahun, 1 hari | ||||||||
Teguh Setyabudi (Penjabat) (lahir 1967) |
Nonpartisipan | 18 Oktober 2024 | Petahana | 67 hari |
Perwakilan
DPRD DKI Jakarta 2014-2019 | |
---|---|
Partai | Kursi |
Lambang PDI-P PDI-P | 28 |
Partai Gerindra | 15 |
PKS | 11 |
Lambang PPP PPP | 10 |
Lambang Partai Demokrat Partai Demokrat | 10 |
Partai Hanura | 10 |
Lambang Partai Golkar Partai Golkar | 9 |
PKB | 6 |
Partai NasDem | 5 |
PAN | 2 |
Total | 106 |
DKI Jakarta memiliki 21 perwakilan di DPR (dari tiga daerah pemilihan) dan empat orang untuk DPD. Keempat anggota DPD untuk periode 2014-2019 adalah Fahira Fahmi Idris, S.E, M.H; Drs. H. A.M. Fatwa; DR. Dailami Firdaus, S.H, LL.M, MBA; dan DR. Abdul Azis Khafia, S.Si, M.Si. Selain itu berdasarkan hasil Pemilu Legislatif 2014, DPRD Jakarta memperoleh total 106 kursi yang didominasi oleh PDI-P (28 kursi), Partai Gerindra (15 kursi) dan PKS (11 kursi). Mayoritas dari anggota ini adalah wajah baru (60/106, sekitar 60%). Pimpinan DPRD DKI Jakarta periode 2014-2019 terdiri dari Prasetyo Edi Marsudi (Ketua; PDI-P), Muhammad Taufik (Wakil Ketua; Gerindra), Triwisaksana (Wakil Ketua; PKS), Abraham Lunggana (Wakil Ketua; PPP), dan Ferrial Sofyan (Wakil Ketua; Demokrat) yang resmi dilantik pada tanggal 26 September 2014.[98]
Kedutaan besar
- Lihat pula: Daftar kedutaan besar di Jakarta
Di Jakarta terdapat 77 kedutaan besar negara-negara sahabat. Sebagian besar kedutaan ini terletak di kawasan bisnis Jakarta. Beberapa kedutaan besar negara-negara sahabat, sempat diancam oleh bom, yakni Kedutaan Besar Australia dan Kedutaan Besar Filipina. Kedutaan Besar Amerika Serikat, Inggris, dan Malaysia kerap menjadi tempat berdemonstrasi warga, yang memprotes kebijakan internasional negara tersebut.
Pendidikan
DKI Jakarta menyediakan sarana pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Kualitas dari pendidikan pun juga sangat bervariasi dari gedung mewah dengan pendingin udara sampai yang sederhana.
Belakangan ini mulai muncul berbagai sekolah dengan kurikulum yang diserap dari negara lain seperti Singapura dan Australia. Sekolah lain dengan kurikulum Indonesia pun juga muncul dengan metode pengajaran yang berbeda, seperti Sekolah Dasar Islam Terpadu. Selain sekolah yang didirikan oleh pemerintah, banyak pula sekolah yang dikembangkan oleh pihak swasta, seperti Al-Azhar, Muhammadiyah, BPK Penabur, Kolese Kanisius, Don Bosco, Tarakanita, Pangudi Luhur, Santa Ursula, Regina Pacis dan Marsudirini.
DKI Jakarta juga menjadi lokasi berbagai universitas terkemuka, antara lain:
- Universitas Indonesia
- Universitas Negeri Jakarta
- Universitas Bina Nusantara
- Universitas Persada Indonesia Y.A.I
- Universitas Bakrie
- Universitas Paramadina
- Universitas Pancasila
- Universitas Kristen Krida Wacana
- Universitas Kristen Indonesia
- Universitas Pelita Harapan
- Universitas Multimedia Nusantara
- Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
- Universitas Trisakti
- Universitas Atma Jaya
- Universitas Tarumanegara
- Universitas Gunadarma
- Universitas Nasional
- Universitas Budi Luhur
- Universitas Mercu Buana
- Universitas Indonusa Esa Unggul
- Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
- Sekolah Tinggi Teknik-PLN
- Universitas Al Azhar Indonesia
- Universitas Bunda Mulia
- Universitas Borobudur
- Universitas Jayabaya
- Universitas Darma Persada
- Universitas Islam Djakarta
- Universitas Pembangunan Nasional
- Universitas Krisnadwipayana
- Institut Sains dan Teknologi Nasional
- dan masih banyak lagi institut, universitas maupun sekolah tinggi lainnya
Pariwisata
Jakarta merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup baik di Indonesia. Untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Jakarta, pemerintah mengadakan program "Enjoy Jakarta". Beberapa tempat pariwisata yang terkenal dan biasa dikunjungi oleh para wisatawan lokal dan mancanegara diantaranya adalah Taman Mini Indonesia Indah, Pulau Seribu, Kebun Binatang Ragunan, dan Taman Impian Jaya Ancol (termasuk taman bermain Dunia Fantasi dan Seaworld Indonesia). Disamping itu Jakarta juga memiliki banyak tempat wisata sejarah, yakni berupa museum dan tugu. Diantaranya adalah Museum Gajah, Museum Fatahillah, dan Monumen Nasional.[99] Disamping tempat wisatanya yang memadai, saat ini di Jakarta telah tersedia sekitar 219 hotel berbintang, 3.173 restoran, dan 40 balai pertemuan.[100] Hampir semua jaringan hotel kelas dunia telah membuka gerainya di Jakarta, seperti JW Marriott Jakarta, The Ritz-Carlton Jakarta, Shangri-La Hotel, dan Grand Hyatt Jakarta.
Wisata belanja
Dalam rangka menciptakan Jakarta sebagai kota tujuan wisata belanja, setiap bulan Juni-Juli pemerintah mengadakan program "Jakarta Great Sale". Program ini diadakan di pusat-pusat perbelanjaan yang terdapat di Jakarta. Untuk mewujudkan Jakarta sebagai tujuan wisata belanja yang unggul, pemerintah saat ini sedang mengembangkan poros Casablanca-Satrio sebagai poros wisata belanja. Di poros ini, terdapat beberapa pusat perbelanjaan untuk berbagai segmen, yaitu Mal Ambassador, ITC Kuningan, Ciputra World Jakarta, Kuningan City, dan Kota Kasablanka. Tak jauh dari situ berdiri pula Plaza Festival, salah satu pusat kuliner yang menawarkan makanan-makanan khas Jakarta.
Pasar dan pusat perbelanjaan
Jakarta memiliki nama-nama pasar sesuai dengan nama hari dalam sepekan. Namun dari nama-nama hari itu termasuk Pasar Minggu, Pasar Senen, Pasar Rebo, dan Pasar Jumat, dan kini menjadi nama sebuah daerah. Sementara, Pasar Selasa, Pasar Kamis, dan Pasar Sabtu, tidak terdengar lagi, konon karena terkalahkan oleh nama daerah. Nama pasar dikaitkan dengan nama hari karena dalam riwayatnya, aktivitas di pasar itu dilakukan pada hari tertentu. Misalnya, disebut Pasar Senen karena aktivitas di pasar tersebut dulunya selalu dilakukan setiap hari Senin. Kini nama tersebut menjadi sebuah kecamatan di wilayah Jakarta Pusat.
Dalam arsip Kolonial, pasar pertama kali didirikan oleh seorang tuan tanah berdarah Belanda bernama Yustinus Vinck di bagian selatan Castle Batavia pada tahun 1730an. Pasar itu bernama "Vincke Passer" yang saat ini dikenal dengan nama Pasar Senen. Vincke Passer merupakan pasar pertama yang menerapkan sistem jual beli dengan menggunakan uang sebagai alat jual beli yang sah.
Kemudian masuk pada abad ke-19 atau pada tahun 1801, pemerintah VOC memberikan kebijakan dalam perizinan membangun pasar kepada tuan tanah. Namun dengan peraturan pasar yang didirikan dibedakan menurut harinya. Vincke Passer buka setiap hari Senin, sehingga orang pribumi sering menyebut Vincke Passer sebagai "Pasar Senen" dan hingga saat ini nama tersebut masih melekat hingga diabadikan menjadi sebuah nama daerah.
Selain Vincke Passer yang buka hari Senin, ada juga pasar yang buka hari Selasa yakni "Pasar Koja", pasar yang buka setiap hari Rabu adalah Pasar Rebo yang kini menjadi "Pasar Induk Kramat Jati". Kemudian pasar yang buka setiap hari Kamis adalah Mester Passer yang kini disebut "Pasar Jatinegara". Selanjutnya ada beberapa pasar yang buka pada hari Jumat, seperti "Pasar Lebakbulus", "Pasar Klender", dan "Pasar Cimanggis".
Untuk Pasar Sabtu, atau pasar yang bukanya setiap hari Sabtu adalah "Pasar Tanah Abang". Sedangkan Pasar Minggu atau yang dulu dikenal dengan sebutan "Tanjung Oost Passer" buka pada hari Minggu. Perbedaan pengoperasian pasar ini dilakukan VOC dengan alasan keamanan serta faktor untuk mempermudah orang dalam berkunjung dan lebih mengenal suatu pasar. Namun kebijakan berlakunya hari kerja pasar tak berlangsung lama. Sebab sejak VOC bangkrut akibat banyak pejabat yang korupsi, pemerintahan Belanda di Batavia diambil alih oleh Kerajaan Hindia-Belanda. Sejak zaman Hindia-Belanda, peraturan hari kerja pasar pun tak berlaku lagi, hingga sebagian besar pasar buka setiap hari, meski terlanjur menyandang nama hari sebagai nama pasar.
Di zaman Hindia Belanda pada akhir abad ke-19 inilah banyak bermunculan pasar-pasar baru yang lebih modern, seperti Pasar Baru dan Pasar Glodok. Pasar-pasar yang muncul di era abad ke-19 akhir hingga awal abad ke-20 menjadi inspirasi lahirnya supermarket dan juga mal.
Sejak awal tahun 1980, Pemerintah DKI Jakarta gencar membangun pusat-pusat perbelanjaan modern, atau biasa yang dikenal dengan mal dan plaza. Saat ini Jakarta merupakan salah satu kota di Asia yang banyak memiliki pusat perbelanjaan.[101] Beberapa pusat perbelanjaan modern di Jakarta memiliki luas yang cukup besar (lebih dari 100.000 m2). Di pusat-pusat perbelanjaan tersebut hadir berbagai waralaba internasional seperti Starbucks, Sogo, jaringan restoran siap saji McDonalds. Selain itu, perusahaan-perusahaan waralaba nasional juga memenuhi ruang pusat-pusat perbelanjaan tersebut, seperti Es Teler 77, J.Co dan Bakmie Gajah Mada.
Di samping pusat-pusat perbelanjaan mewah, Jakarta juga memiliki banyak pasar-pasar tradisional dan pusat perdagangan grosir antara lain ITC Cempaka Mas, ITC Mangga Dua, ITC Roxy Mas, Pasar Senen dan Pasar Tanah Abang. Selain itu, terdapat pula hypermarket yang menjadi tren belanja kalangan menengah di Jakarta, antara lain Carrefour, Hypermart, Giant, Lotte Mart, dan Ranch Market. Untuk lingkungan yang lebih kecil, tersedia pula pusat belanja kebutuhan sehari-hari dengan harga yang terjangkau, seperti Indomaret dan Alfamart. Di Jakarta terdapat pula pasar yang menjual barang-barang unik dan antik, seperti di Pasar Surabaya dan Pasar Rawabening.
Beberapa pusat perbelanjaan modern di Jakarta adalah:
Jakarta Pusat
- Grand Indonesia, merupakan salah satu mal terluas dan paling prestisius di Indonesia. Mal ini terbagi menjadi dua distrik, yaitu West Mall dan East Mall. Mal yang terletak di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat ini, memiliki luas 250.000 m2, dan menjadi tempat bagi merek-merek papan atas, seperti Zara, Louis Vuitton, Marks & Spencer, Chanel, Burberry, Forever21, GAP, Gucci, Guess, Polo, dan Samuel & Kevin. Termasuk Toko Buku Gramedia. Di bagian bawah pusat perbelanjaan ini terdapat berbagai macam restoran yang dapat dinikmati oleh para pengunjung.
- Plaza Indonesia, terletak di Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat. Dengan luas sekitar 42.540 m2, mall ini pernah menjadi tempat pertama berdirinya Sogo Department Store Indonesia, namun telah ditutup sejak tahun 2009. Di mall ini terdapat Debenhams Department Store, Louis Vuitton, Food Hall, dan Hard Rock Cafe. Mall ini terintergrasi dengan EX Plaza, Grand Hyatt Hotel Jakarta, The Plaza Office Tower, The Keraton Hyatt Residence, dan Kedutaan Besar Jepang.
- Plaza Senayan, merupakan mal besar di Jakarta yang terletak di Jalan Asia Afrika, Jakarta Selatan. Mall ini memiliki luas 130.500 m2. Di mall ini terdapat sejumlah department store kelas menengah keatas seperti Sogo Department Store dan Metro Department Store. Di mall ini juga terdapat toko buku yang terkenal di dunia, yakni Kinokuniya. Di bagian atrium mall ini terdapat sebuah jam raksasa buatan Seiko, Jepang. Jam ini terdiri dari 6 patung pemusik, setiap patung memainkan alat musik yang berbeda.
- Senayan City, terletak di Jalan Asia Afrika, Jakarta Selatan. Mall ini terletak berseberangan dengan Plaza Senayan dan berdekatan dengan Gelora Bung Karno. Mall ini memiliki luas 68.000 m2. Di atas mall ini terdapat menara kantor stasiun televisi SCTV.
- Jakarta Convention Center, terletak di kompleks olahraga Bung Karno, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Jakarta Convention Center memiliki balai yang memiliki 5.000 tempat duduk, dan juga balai sidang seluas 3.921 m². JCC memiliki 13 ruangan pertemuan dengan berbagai ukuran. JCC terhubung dengan The Sultan Hotel and Residence melalui terowongan bawah tanah.
Jakarta Barat
- Central Park Mall, terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Mall ini memiliki luas 167.000 m2. Desain mal ini meniru gaya unsur alam. Di mall ini terdapat sebuah food court yang asri, lalu terdapat Sogo Department Store, Carrefour, dan Central Park Furnishings. Mall ini terletak di kawasan Podomoro City yang dikembangkan oleh Agung Podomoro.
- Mal Taman Anggrek, terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Dengan luas sekitar 130.000 m2, pusat perbelanjaan ini menyediakan lapangan ski indoor yang terbesar di Asia Tenggara.
- Mall Ciputra Jakarta, berada di lokasi yang sangat strategis, yakni berada di depan jalan tol dan diapit oleh 2 universitas tekenal. Mall ini terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Mall ini memiliki luas 80.000 m2. Diatas mall ini terdapat Hotel Ciputra Jakarta. Di mall ini terdapat Matahari Department Store dan Hero Supermarket.
Jakarta Utara
- Mal Artha Gading, merupakan salah satu mal yang paling unik di Jakarta. Konsep interior mall ini meniru gaya sejarah Jalur Sutera. Mall ini memiliki 7 buah atrium, yakni atrium Nusantara, China, India, Persia, Italia, Paris, dan Millenium. Mal ini memiliki luas 270.000 m2. Di mall ini terdapat Ace Hardware & Index, Diamond Supermarket, Electronic City, IT Center, Amazone, Artha XXI dan lain lain.
- Mal Kelapa Gading, terletak di Jalan Kelapa Gading Boulevard, Jakarta Utara. Dengan luas mencapai 147.000 m2, mal ini memiliki food court dan pusat mode terlengkap di Jakarta.
- Emporium Pluit Mall, terletak di Jalan Pluit Selatan Raya, Jakarta Utara. Dengan luas 61.243 m2, mall ini memiliki Sogo Department Store, Carrefour, dan anchor tenant lainnya.
- Mall of Indonesia, terletak di Jalan Boulevard Barat No.1, Kelapa Gading, Jakarta Utara. , mall ini memiliki Gramedia, Carrefour, dan anchor tenant lainnya.
Jakarta Selatan
- Pondok Indah Mall, terletak di Jalan Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan. Mall ini terdiri dari 2 bangunan utama yakni Pondok Indah Mall I dan II. Pondok Indah Mall II adalah mall terlengkap untuk memenuhi kebutuhan warga Jakarta Selatan. Di mall II ini terdapat Sogo Department Store, Metro Department Store, dan banyak tenant besar lainnya.
- Pacific Place Jakarta, terletak di kawasan SCBD. Di atas mall ini terdapat Ritz Carlton Hotel Pacific Place dan dua menara Ritz Carlton Residence. Di mall ini terdapat M Pacific Place, Kidzania, Blitzmegaplex, Kem Chicks, dan tenant lainnya.
- Cilandak Town Square, terletak di Jalan TB. Simatupang, Jakarta Selatan. Mall ini terkenal sebagai pusat hiburan di Jakarta Selatan. Di mal ini terdapat banyak restoran, lounge, dan cafe.
Jakarta Timur
- Cibubur Junction, terletak di Ciracas, Jakarta Timur. Mall ini memiliki luas 31.987 m2. Di mall ini terdapat Hypermart, Matahari Department Store, Cinema 21, Karisma Book Store, dan Timezone.
Kebudayaan
Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.
Jakarta merupakan daerah tujuan urbanisasi berbagai ras di dunia dan berbagai suku bangsa di Indonesia, untuk itu diperlukan bahasa komunikasi yang biasa digunakan dalam perdagangan yaitu Bahasa Melayu. Penduduk asli yang berbahasa Sunda pun akhirnya menggunakan bahasa Melayu tersebut.
Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng, dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik[102] yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.
Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Melayu dialek Betawi. Untuk penduduk asli di Kampung Jatinegara Kaum, mereka masih kukuh menggunakan bahasa leluhur mereka yaitu bahasa Sunda.
Bahasa daerah juga digunakan oleh para penduduk yang berasal dari daerah lain, seperti Jawa, Sunda, Minang, Batak, Madura, Bugis, Inggris dan Tionghoa. Hal demikian terjadi karena Jakarta adalah tempat berbagai suku bangsa bertemu. Untuk berkomunikasi antar berbagai suku bangsa, digunakan Bahasa Indonesia.
Selain itu, muncul juga bahasa gaul yang tumbuh di kalangan anak muda dengan kata-kata yang kadang-kadang dicampur dengan bahasa asing. Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang paling banyak digunakan, terutama untuk kepentingan diplomatik, pendidikan, dan bisnis. Bahasa Mandarin juga menjadi bahasa asing yang banyak digunakan, terutama di kalangan pebisnis Tionghoa.
Makanan
Jakarta merupakan kota internasional yang banyak menyajikan makanan khas dari seluruh dunia. Di wilayah-wilayah yang banyak didiami oleh para ekspatriat asing, seperti di daerah Menteng, Kemang, Pondok Indah, dan daerah pusat bisnis Jakarta, tidak sulit untuk menjumpai makanan-makanan khas asal Eropa, China, Jepang dan Korea. Makanan-makanan ini biasanya dijual dalam restoran-restoran mewah.
Di Jakarta, dan seperti kota-kota lainnya di Indonesia, Rumah Makan Padang merupakan restoran yang paling banyak dijumpai. Hampir di setiap sudut kota, dengan mudahnya dijumpai rumah makan yang manyajikan masakan asal Minangkabau ini. Selain Masakan Minang, Jakarta juga memiliki makanan khasnya. Yang paling terkenal adalah Kerak Telor, Soto Betawi, Kue Ape, Roti Buaya, Combro, dan Nasi Uduk. Sebagai tempat bermukimnya berbagai etnis di Indonesia, di sini juga bisa ditemukan berbagai macam makanan tradisional dari daerah lainnya, seperti Rawon, Rujak Cingur, dan Kupang Lontong. Di Jakarta juga terdapat Warung Tegal jumlahnya ada lebih dari 34.000 warung di Jabodetabek.[103]
Olahraga
Sejak masa Presiden Soekarno hingga saat ini, Jakarta sering menjadi tempat penyelenggaraan event-event olahraga berskala internasional, di antaranya pernah menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 1962, Piala Asia pada tahun 2007 dan beberapa kali menjadi tuan rumah Pesta Olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara atau yang lebih dikenal dengan Sea Games. Mayoritas masyarakat Jakarta gemar berolahraga. Sepak bola merupakan cabang permainan yang banyak diminati masyarakat, di samping bulu tangkis, bola voli, dan bola basket. Jakarta memiliki beberapa klub sepak bola profesional. Diantaranya Persija Jakarta yang saat ini berkompetisi di Liga Super Indonesia 2015 dan Persitara Jakarta Utara, yang saat ini ikut berlaga di kompetisi Liga Nusantara 2015.
Tempat-tempat olahraga di Jakarta antara lain: Gelora Bung Karno Senayan di Jakarta Pusat; Stadion Lebak Bulus, GOR Bulungan, Lapangan Golf Pondok Indah, Lapangan Golf Matoa, dan GOR Soemantri Brodjonegoro Kuningan di Jakarta Selatan; Stadion Tugu, Stadion Kamal, Gedung Basket Kelapa Gading, Lapangan Golf Ancol, dan Sports Mall Kelapa Gading di Jakarta Utara; Stadion Bea Cukai Rawa Mangun, Lapangan Golf Rawa Mangun, Pacuan Kuda Pulo Mas, dan Gedung Senam DKI Radin Inten di Jakarta Timur.
Media
Surat kabar
Daerah Khusus Ibukota Jakarta memiliki beberapa surat kabar di antara:
Televisi
Untuk stasiun televisi secara analog:
Kanal | Signal | Frekuensi | Nama | Nama perusahaan | Pemilik | Status | Negara |
---|---|---|---|---|---|---|---|
22 | UHF | 479.250 MHz | Banten TV | PT Banten Media Global Televisi | Indonesia Network | Ibu kota | |
23 | 487.250 MHz | Rajawali Televisi | PT Metropolitan Televisindo | Rajawali Corpora | Nasional | ||
25 | 503.250 MHz | Kompas TV | PT Gramedia Media Nusantara | Kompas Gramedia | |||
26 | 511.250 MHz | CTV Banten | PT Cahaya Televisi Indonesia | CTV Group | Ibu kota | ||
27 | 519.250 MHz | NET. | PT Net Mediatama Indonesia | Indika Group | Nasional | ||
28 | 527.250 MHz | KTV | PT Komando Media Televisi | Kompas Gramedia | Ibu kota | ||
29 | 535.250 MHz | Trans TV | PT Televisi Transformasi Indonesia | Trans Media | Nasional | ||
30 | 543.250 MHz | iNews TV | PT Sun Televisi Network | MNC Media | |||
31 | 550.250 MHz | TVRI DKI Jakarta & Banten | PT Televisi Republik Indonesia | Pemerintah Indonesia | Ibu kota | ||
33 | 567.250 MHz | O Channel | PT Omni Intivision | Surya Citra Media | |||
35 | 583.250 MHz | Elshinta TV | PT Elshinta Jakarta Televisi | Elshinta Media | |||
37 | 599.250 MHz | MNCTV | PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia | MNC Media | Nasional | ||
39 | 615.250 MHz | TVRI Nasional | PT Televisi Republik Indonesia | Pemerintah Indonesia | |||
41 | 631.250 MHz | Indosiar | PT Indosiar Visual Mandiri | Surya Citra Media | |||
43 | 647.250 MHz | RCTI | PT Rajawali Citra Televisi Indonesia | MNC Media | |||
45 | 663.250 MHz | SCTV | PT Surya Citra Televisi | Surya Citra Media | |||
47 | 679.250 MHz | antv | PT Cakrawala Andalas Televisi | Visi Media Asia | |||
49 | 695.250 MHz | Trans7 | PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh | Trans Media | |||
51 | 711.250 MHz | Global TV | PT Global Informasi Bermutu | MNC Media | |||
53 | 727.250 MHz | tvOne | PT Lativi Media Karya | Visi Media Asia | |||
55 | 743.250 MHz | JakTV | PT Danapati Abinaya Investama | Mahaka Media | Ibu kota | ||
57 | 759.250 MHz | MetroTV | PT Media Televisi Indonesia | Media Group | Nasional | ||
59 | 775.250 MHz | DAAI TV | PT Duta Anugerah Indah | Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia | Ibu kota |
Untuk stasiun televisi secara digital:
Kanal | Signal | Frekuensi | Slot | Pemilik |
---|---|---|---|---|
24 | UHF | 498.05 MHz | RCTI (24.1) MNCTV (24.2) Global TV (24.3) |
MNC Media |
32 | 562.05 MHz | MetroTV (32.1)
Magna TV (32.2) BNTV (32.3) Metro TV HD (32.4) |
Media Group | |
34 | 578.05 MHz | tvOne (34.1) antv (34.2) Sport One (34.3) TVONE 2 (34.4) |
Visi Media Asia | |
36 | 594.05 MHz | BeritaSatu News (36.1) BeritaSatu English (36.2) |
BeritaSatu Media Holdings | |
40 | 626.05 MHz | Trans TV (40.1) Trans7 (40.2) CNN Indonesia (40.3) |
Trans Media | |
42 | 642.05 MHz | TVRI Nasional (42.1) TVRI DKI Jakarta & Banten (42.2) TVRI Budaya (42.3) TVRI Olahraga (42.4) |
Pemerintah Indonesia | |
44 | 658.05 MHz | SCTV (44.1) Indosiar (44.2) O Channel (44.3) |
Surya Citra Media | |
48 | 690.05 MHz | Rajawali Televisi (48.1) | Rajawali Corpora |
Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga memiliki beberapa televisi berlangganan seperti:
- BiG TV
- First Media
- Groovia TV/UseeTV
- Innovate
- MNC Sky Vision (Indovision, Top TV dan OkeVision)
- K-Vision
- Max3
- Nexmedia
- OrangeTV
- Skynindo
- TransVision
- Topas TV
- viva+
Radio
Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga memiliki beberapa terdiri dari 100-stasiun radio bersiaran ibu kota seperti:
Frekuensi | Signal | Nama | Stasiun |
---|---|---|---|
576 KHz | AM | Radio Vineyard Indonesia | |
594 KHz | Radio Sekuntum Bungah Yonina | ||
603 KHz | Radio Suara Melin Perdana | ||
630 KHz | Radio Samhan | ||
648 KHz | Radio Rahmat Emmanuel Ministries | ||
666 KHz | Radio Nam Nam Nam | ||
684 KHz | Radio Charismatic | ||
702 KHz | Radio Tona | ||
756-KHz | Radio Rodja | ||
792 KHz | Radio Suara As Syafiyah | ||
810 KHz | Radio Buana Komunika | ||
828 KHz | Radio Berita Klasik | ||
835 KHz | Radio Muslim Jakarta | ||
837 KHz | Radio Garis Visi | ||
864 KHz | Radio Suara Jakarta | ||
882 KHz | Radio Pelangi Nusantara | ||
900 KHz | Radio Sinda Jaya | ||
910 KHz | Radio Jakarta Alternative Station | ||
936 KHz | Radio Puspa Dua Swara Cipta | ||
963 KHz | Radio Amsal | ||
999 KHz | Radio Programma 3 | Radio Republik Indonesia | |
1026 KHz | Radio Suara Multazam | ||
1062 KHz | Radio Cendrawasih | ||
1080 KHz | Radio Islam | ||
1098 KHz | Radio Radio Tarumanegara | ||
1134 KHz | Radio Radio Safari | ||
1152 KHz | Radio Muara | ||
1224 KHz | Radio Metro | ||
1332 KHz | Radio Programma 4 | Radio Republik Indonesia | |
1395 KHz | Radio Nusantara Jaya | ||
1440 KHz | Radio Suara Edukasi | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan | |
1530 KHz | Radio Islam Sabili | ||
1584 KHz | Radio Suara Kemang | ||
1602 KHz | Radio Alwaish | ||
9525 KHz | SW | Radio Suara Indonesia | Radio Republik Indonesia |
9680 KHz | Radio Programma 3 | ||
11785 KHz | Radio Suara Indonesia | ||
11860 KHz | Radio Programma 4 | ||
12120 KHz | Radio Suara Indonesia | ||
15150 KHz | Radio Suara Indonesia | ||
87.6 MHz | FM | Radio Hard Rock | MRA Media Group |
88.0 MHz | Radio Mustang | ||
88.4 MHz | Radio Global | MNC Networks | |
88.8 MHz | Radio Programma 3 | Radio Republik Indonesia | |
89.2 MHz | Radio Mitra | ||
89.6 MHz | I Radio | MRA Media Group | |
90.0 MHz | Radio Elshinta News and Talk | Elshinta Media | |
90.4 MHz | Radio Cosmopolitan | MRA Media Group | |
90.8 MHz | Radio OZ Jakarta | Radio OZ | |
91.2 MHz | Radio Programma 1 | Radio Republik Indonesia | |
91.6 MHz | Radio Indika | Indika Multimedia | |
92.0 MHz | Radio Sonora | Kompas Gramedia | |
92.4 MHz | Radio Bisnis Jakarta | ||
92.8 MHz | Radio Programma 4 | Radio Republik Indonesia | |
93.0 MHz | Radio BV | ||
93.2 MHz | Radio MD | ||
94.3 MHz | Radio Women | ||
94.7 MHz | Radio U | ||
95.1 MHz | Radio Kis | ||
95.5 MHz | Radio Ras | ||
95.9 MHz | Radio Smart | Kompas Gramedia | |
96.3 MHz | Radio Pelita Kasih | ||
96.7 MHz | Radio Hitz | Indika Multimedia | |
97.1 MHz | Radio Dangdut Indonesia | MNC Networks | |
97.5 MHz | Radio Motion | Kompas Gramedia | |
97.9 MHz | Radio Female | Mahaka Media | |
98.3 MHz | Radio Cakrawala | ||
98.7 MHz | Radio Gen | Mahaka Media | |
99.1 MHz | Radio Delta | Mahaka Media | |
100.6 MHz | Radio Heartline | Heartline Network | |
101.0 MHz | Radio Jak | Mahaka Media | |
101.4 MHz | Radio Trax | MRA Media Group | |
101.8 MHz | Radio Bahana | Radio Republik Indonesia | |
102.2 MHz | Radio Prambors | Mahaka Media | |
102.6 MHz | Radio Camajaya | ||
103.0 MHz | Radio Pop | ||
103.4 MHz | Radio Taman Mini | ||
103.8 MHz | Radio Brava | MRA Media Group | |
104.0 MHz | Radio Polaris | Polaris Network | |
104.2 MHz | Radio Mediasuara Trisakti | ||
104.6 MHz | Radio SINDO Trijaya | MNC Networks/Sindo Media | |
105.0 MHz | Radio Programma 2 | Radio Republik Indonesia | |
105.2 MHz | Radio Mazmur | ||
105.4 MHz | Radio Niaga Chakti Budhi Bhakti | ||
105.8 MHz | Radio Lite | ||
106.2 MHz | Radio Bens | ||
106.6 MHz | Radio V | MNC Networks | |
106.8 MHz | Radio Pesona Sacenk | ||
106.9 MHz | Radio Charismatic | ||
107.0 MHz | Radio Dakta | ||
107.2 MHz | Radio Islam Jakarta | ||
107.3 MHz | Radio Scout | ||
107.5 MHz | Radio Music City (Jakarta Hits Music) | ||
107.6 MHz | Radio Prestasi | ||
107.7 MHz | Radio Kepolisian Jakarta | POLDA Metro Jaya | |
107.8 MHz | Radio Suara Sorak Kemenangan | ||
107.9 MHz | Radio Suara Samudera |
Musik dan Hiburan
Jakarta banyak melahirkan penyanyi dan grup musik besar di tanah air. Sejumlah grup musik besar yang dibentuk di Jakarta antara lain Vierratale, Cherrybelle, Teenebelle, Bexxa, Blink, JKT48 dan Gamaliel, Audrey, Cantika. Penyanyi dari Jakarta antara lain: Mikha Tambayong, Raisa Andriana, Widy Soediro Nichlany, Angelica Martha Pieters, Djenar Maesa Ayu, Gita Gutawa, Agnes Monica, Anggun Cipta Sasmi, Nikita Willy, Shireen Sungkar, Marsha Aruan, Maudy Ayunda, Dhea Annisa, Kesha Ratuliu, Dhea Ananda, Kamasean Matthews, Nia Daniati, Rachel Amanda, Christine Panjaitan, Ria Irawan, Audy Item, Terryana Fatiah, Ardina Rasti, Andania Suri, Tasya Kamila, Amara, Novita Dewi Marpaung, Fatin Shidqia Lubis, Melinda, Shena Malsiana, Ashanty, Anggie Rassly, Michelle Meriem, Sherin Nindi Putri dan Yunita Siregar.
Permasalahan
Sosial
Sebagaimana umumnya kota megapolitan, kota yang berpenduduk di atas 10 juta, Jakarta memiliki masalah stress, kriminalitas, dan kemiskinan. Penyimpangan peruntukan lahan dan privatisasi lahan telah menghabiskan persediaan taman kota sehingga menambah tingkat stress warga Jakarta. Kemacetan lalu lintas, menurunnya interaksi sosial karena gaya hidup individualistik juga menjadi penyebab stress. Tata ruang kota yang tidak partisipatif dan tidak humanis menyisakan ruang-ruang sisa yang mengundang tindak laku kriminal. Penggusuran kampung miskin dan penggusuran lahan usaha informal oleh pemerintah DKI adalah penyebab aktif kemiskinan di DKI.
Jumlah pendatang di Jakarta (2002-2005):
Tahun | Eksodus | Influks | Perbedaan |
---|---|---|---|
2002 | 2.643.273 | 2.874.801 | 231.528 |
2003 | 2.816.384 | 3.021.214 | 204.830 |
2004 | 2.213.812 | 2.404.168 | 190.356 |
2005 | ? | 200.000-250.000* |
Catatan: * perkiraan
Sumber: Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
Banjir
Pembangunan tanpa kendali di wilayah hilir, penyimpangan peruntukan lahan kota, dan penurunan tanah akibat eksploitasi air oleh industri, menyebabkan turunnya kapasitas penyaluran air sistem sungai, yang menyebabkan terjadinya banjir besar di Jakarta.
Tata ruang kota yang sering berubah-ubah, menyebabkan polusi udara dan banjir sulit dikendalikan. Walaupun pemerintah telah menetapkan wilayah selatan Jakarta sebagai daerah resapan air, namun ketentuan tersebut sering dilanggar dengan terus dibangunnya perumahan serta pusat bisnis baru. Beberapa wilayah yang diperuntukkan untuk permukiman, banyak yang beralih fungsi menjadi tempat komersial.
Untuk memperbaiki keadaan, Jakarta membangun dua banjir kanal, yaitu Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat. Banjir Kanal Timur mengalihkan air dari kali Cipinang ke arah timur, melalui daerah Pondok Bambu, Pondok Kopi, Cakung, sampai Cilincing. Sedangkan Banjir Kanal Barat yang telah dibangun sejak zaman kolonial Belanda, mengaliri air melalui Karet, Tanahabang, sampai Angke. Selain itu Jakarta juga memiliki dua drainase, yaitu Cakung Drain dan Cengkareng Drain.
Kota kembar
Kota-kota yang memiliki hubungan kota kembar dengan Jakarta adalah:
Lihat pula
Referensi
- ^ a b Suryodiningrat, Meidyatama (22 June 2007). "Jakarta: A city we learn to love but never to like". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 February 2008. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "Jakartapost" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ "Travel Indonesia Guide – How to appreciate the 'Big Durian' Jakarta". Worldstepper-daworldisntenough.blogspot.com. 8 April 2008. Diakses tanggal 27 April 2010.
- ^ "A Day in J-Town". Jetstar Magazine. April 2012. Diakses tanggal 2 January 2013.
- ^ a b BPS: Jakarta Dalam Angka[1], diakses pada 12 Agustus 2015
- ^ a b Sensus Penduduk 2010. Biro Pusat Statistik
- ^ (Inggris) "A Day in J-Town". Jetstar Magazine. April 2012. Diakses tanggal 2 Januari 2013.
- ^ "Travel Indonesia Guide – How to appreciate the 'Big Durian' Jakarta". Worldstepper-daworldisntenough.blogspot.com. 8 April 2008. Diakses tanggal 27 April 2010.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamakependudukan DKI 2011
- ^ Thee Liang Gie; Sejarah Pemerintahan Kota Djakarta, Jakarta: Kotapraja Djakarta Raja, 1958, hal. 83.
- ^ ".. Xacatara por outro nome Caravam ..", Barros, Da Asia decada IV, liv. 1, Cap XII, hlm. 77, dalam laman web Rushdy Hoesein, Sejarah Hari Lahirnya Kota Jakarta, 6 Juni 2007. Diakses 22 September 2011.
- ^ T.B.G. jilid 19 tahun 1870, hal. 393, dalam Slamet Muljana, Sriwijaya, hal. 72. LKiS, 2006. ISBN 979-8451-62-7. Diakses 22 September 2011.
- ^ Titik Pudjiastuti, (2007), Perang, dagang, persahabatan: surat-surat Sultan Banten, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-650-8.
- ^ Jaketra, Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, www.jakarta.go.id, © 1995 - 2011 Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta, Diakses 23 September 2011.
- ^ Rushdy Hoesein, Sejarah Hari Lahirnya Kota Jakarta, 6 Juni 2007. Diakses 22 September 2011.
- ^ Djulianto Susantio, Pendirian Jakarta dan Pangeran Jayakarta, hurahura.wordpress.com, 1 Maret 2010. Diakses 22 September 2011.
- ^ Wijayakusuma, H.M. Hembing. Pembantaian Massal 1740, Tragedi Berdarah Angke. Pustaka Populer Obor.
- ^ Alwi Shahab, Koran Republika, 1 Desember 2007
- ^ Jakarta 1960-an: Kenangan Semasa Mahasiswa, Firman Lubis, Masuo Jakarta, 2008 ISBN 979-3731-46-X
- ^ Jakarta Kini
- ^ [2]
- ^ www.beritasatu.com Lampau Target, Transaksi BEI Naik 43%
- ^ bps.go.id BPS Provinsi DKI Jakarta
- ^ kontan.co.id Pertumbuhan Hunian Mewah Jakarta Tertinggi Dunia
- ^ www.investor.co.id Pertumbuhan Pencakar Langit Jakarta 87,5%
- ^ sindonews.com Rasio Jalan di Jakarta baru 6,2 persen
- ^ www.jakartawater.org
- ^ Data pemerintahan tidak ikut menghitung data kependudukan kecamatan Pesanggrahan dan Cilandak di Jakarta Selatan. Kedua kecamatan ini penduduknya adalah 300.000 jiwa atau sekitar 4 % penduduk Jakarta. Data ini tidak mencatat para penganut agama Kong Hu Cu
- ^ Data Robert Cribb, Historical Atlas of Indonesia (2000:47-51)
- ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003.
- ^ a b c Lance Castles, Profil Etnik Jakarta, Masup Jakarta, 2007
- ^ http://nasional.news.viva.co.id/news/read/515679-kenaikan-jumlah-pemudik-asal-jateng-tahun-ini-paling-tinggi/
- ^ http://hubdat.dephub.go.id/berita/1348-279-juta-penduduk-akan-melakukan-mudik-lebaran-2014/
- ^ Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Ensiklopedi Jakarta: Culture & Heritage: Volume 3, Yayasan Untuk Indonesia, Jakarta Raya (Indonesia), 2005
- ^ Nederlandsch Indie, Departement van Economischezaken, Volkstelling 1930 Vol. I, Batavia, 1935
- ^ Sensus Penduduk Tahun 2000
- ^ Turner, Peter (1997). Java (edisi ke-1st edition). Melbourne: Lonely Planet Publications. hlm. p. 37. ISBN 0-86442-314-4.
- ^ "Jakarta: When to Go". Lonely Planet. Lonely Planet Publications. 2008. Diakses tanggal 2008-10-06.
- ^ "Rata Unsur Cuaca Stasiun Meteorologi Kemayoran Periode Tahun 1981-2010". Stasiun Klimatologi Pondok Betung – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 April 2021. Diakses tanggal 19 April 2021.
- ^ "Buku Peta Rata-Rata Curah Hujan Dan Hari Hujan Periode 1991-2020 Indonesia" (PDF). BMKG. hlm. 73 & 138. Diakses tanggal 19 September 2024.
- ^ "INDONESIA - HALIM PERDANAKUSUMA". Centro de Investigaciones Fitosociológicas. Diakses tanggal 26 June 2016.
- ^ "STATIONSNUMMER 96745" (PDF). Ministry of Energy, Utilities and Climate. Archived from the original on 16 Januari 2013. Diakses tanggal 26 Juni 2016.
- ^ "Taman Medan Merdeka (Indonesian)". Dartmouth deskominfomas. Jakarta.go.id.
- ^ "Taman Suropati (Indonesian)". deskominfomas. Jakarta.go.id.
- ^ "Taman Lapangan Banteng (Indonesian)". deskominfomas. Jakarta.go.id.
- ^ "Buku XI Provinsi DKI Jakarta" (PDF). Kemendagri. 18 Agustus 2015. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-07-12. Diakses tanggal 23 Februari 2018.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama:0
- ^ "Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta, 2015". BPS Provinsi DKI Jakarta. 24 Januari 2017. Diakses tanggal 22 Februari 2018.
- ^ Chrisfanni, Stella (17 April 2012). DED, ed. "Soemarno Sosroatmodjo, Gubernur yang Merangkap Mendagri". Okezone.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-06-07. Diakses tanggal 19 Maret 2017.
- ^ Bima Wicandra, Obed (2017-12-13). Henk Ngantung: Saya Bukan Gubernurnya PKI. Deepublish. ISBN 978-602-453-563-6. Diakses tanggal 2023-05-05.
- ^ Refleksi pers kepala daerah Jakarta, 1945–2012. Badan Kerjasama Kesenian Indonesia. 2012. ISBN 9786027838031.
- ^ Notosusanto, Nugroho; Poesponegoro, Marwati Djoened (1984). Sejarah Nasional Indonesia. VI. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. hlm. 414–415. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-20. Diakses tanggal 2023-01-20.
- ^ "Bila Golkar Menang". DataTempo.co. Djakarta. 1971-05-29. Diakses tanggal 2023-05-05.
- ^ Sadikin, Ali (1977). Gita Jaya: Catatan H. Ali Sadikin, Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 1966-1977. Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Diakses tanggal 2023-05-05.
- ^ Yayasan Idayu (11 Juli 1977). "Serah terima Jabatan [gambar] : upacara serah terima jabatan Gubernur DKI Jaya Letjend Marinir H. Ali Sadikin kepada Letjend Nolly Tjokropranolo tanggal 11 Juli 1977 di gedung DPRD DKI Jakarta". Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-12. Diakses tanggal 15 Desember 2019.
- ^ "Petunjuk Presiden Dalam Membangun Jakarta: Utamakan Kepentingan Rakyat Banyak". Suara Karya. 30 Januari 1979. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-07. Diakses tanggal 4 November 2017.
- ^ Tjokropranolo. 1992. Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman pemimpin pendobrak terakhir penjajahan di Indonesia. PT Surya Persindo. ISBN 979-8329-00-7
- ^ Restu Gunawan, Gagalnya Sistem Kanal: Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa, 2010:106
- ^ "Tjokropranolo dan Ismail Hasan". DataTempo.co. 1993. Diakses tanggal 2023-05-05.
- ^ Yayasan Idayu (29 September 1982). "Tanggal 29 Sept 1982 [gambar] : upacara serah terima jabatan Gubernur DKI dari Tjoropranolo kepada pengganti R. Soeprapto disaksikan Menteri dalam Negeri Amir Machmud di balai Sidang DKI". Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Diakses tanggal 15 Desember 2019.
- ^ "Pelantikan Dewan Pembina Daerah Golkar DKI Jakarta, R. Soeprapto oleh Ketua Dewan Pembina Golkar M. Panggabean di Balaikota, 13 September 1984 [gambar]". Perpusatakaan Nasional Republik Indonesia. 1984-09-13. Diakses tanggal 2023-05-05.
- ^ Yayasan Idayu (6 Oktober 1987). "Mendagri Soepardjo Roestam hari selasa (6 Oktober 1987) di ruang sidang DPRD DKI Jaya melantik Wiyogo Atmodarminto menjadi Gubernur DKI Jaya periode 1987-1992 menggantikan R. Soeprapto, tampak Wiyogo ketika menandatangani naskah pelantikan disaksikan Mendagri". Perpusnas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-28. Diakses tanggal 15 Desember 2019.
- ^ "Wahono, Wiyogo Atmodarminto, dan Istri Masing-masing". DataTempo.co. 1989. Diakses tanggal 2023-05-05.
- ^ Legislatif Jaya. 11. Humas DPRD DKI Jakarta. 1989. hlm. 3. Diakses tanggal 2023-05-05.
- ^ Soedirdja, Surjadi (1997). Kiat-Kiat Membangun Kota Jakarta, 1992-1997: Pemikiran, Ucapan, dan Obsesi Surjadi Soedirdja Selama Memimpin Daerah Khusus Ibukota Jakarta. CintaIbukota, bekerja sama Diklatprop DKI Jakarta. Diakses tanggal 2023-05-05.
- ^ "Surjadi Soedirdja". DataTempo.co. 1996-10-18. Diakses tanggal 2023-05-05.
- ^ "Tidak Ada Rivalitas Sutiyoso dengan Para Wakilnya". Tempo.co. 2003-08-27. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-08. Diakses tanggal 2020-05-13.
- ^ "Alasan Sutiyoso Pilih Didampingi 4 Wagub Saat Pimpin DKI". Merdeka.com. 2019-09-19. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-12. Diakses tanggal 2020-05-13.
- ^ "Ini Cerita Sutiyoso Pindah Haluan Dari Tentara Menjadi Gubernur". Kompas.com. 2020-02-04. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-22. Diakses tanggal 2020-05-13.
- ^ Adityo, FX Dimas (11 September 2002). "Sutiyoso Kembali Terpilih Sebagai Gubernur DKI Jakarta". Tempo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-03-19. Diakses tanggal 18 Maret 2017.
- ^ PIN (12 September 2002). "Sutiyoso Kembali Menjabat Gubernur DKI". Liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-03-19. Diakses tanggal 18 Maret 2017.
- ^ ANS (8 Oktober 2002). "Pelantikan Sutiyoso Berjalan Lancar". Liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-03-19. Diakses tanggal 18 Maret 2017.
- ^ Adityo, Dimas (7 Oktober 2002). "Sutiyoso: Wewenang dan Tugas Deputi Gubernur Harus Jelas". Tempo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-03-19. Diakses tanggal 18 Maret 2017.
- ^ "KPU Tetapkan Fauzi Bowo-Prianto Pemenang Pilkada DKI 2007". Antara News. Jakarta. 16 Agustus 2007. Diakses tanggal 5 Mei 2023.
- ^ "Fauzi Bowo Resmi Dilantik". Liputan6.com. Jakarta. 7 Oktober 2007. Diakses tanggal 5 Mei 2023.
- ^ "Usai Sertijab, Foke Terbang ke Berlin". BeritaSatu.com. 15 Oktober 2012. Diakses tanggal 5 Mei 2023.
- ^ "Pelantikan Jokowi diundur, Menteri Dalam Negeri Tunjuk Sekretaris Daerah DKI Jakarta". Merdeka.com. 8 Oktober 2014. Diakses tanggal 8 Oktober 2014.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Priliawito, Eko (2012-10-08). "Plh Gubernur DKI Mulai Jalankan Tugas Sementara Jokowi". Viva. Diakses tanggal 2023-05-05.
- ^ "Jokowi named as Jakarta`s new governor today". Antara News (dalam bahasa Inggris). Jakarta. 29 Septber 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-10. Diakses tanggal 5 Mei 2023.
- ^ Afrido Simanjuntak, Rico (15 Oktober 2012). "Jokowi-Ahok resmi pimpin Jakarta baru". SindoNews.com. Diakses tanggal 5 Mei 2023.
- ^ Purnamasari, Deti Mega (16 Oktober 2014). PAB, ed. "Hari ini Jokowi Sudah bukan Gubernur DKI Jakarta Lagi". Suara Pembaruan. Beritasatu.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-16. Diakses tanggal 16 Oktober 2014.
- ^ Yudhistira, Angkasa (16 Oktober 2014). PUT, ed. "SBY Keluarkan Keppres, Ahok Resmi Plt Gubernur DKI". Okezone.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-19. Diakses tanggal 16 Oktober 2014.
- ^ "Ahok Sah Menjadi Gubernur DKI Jakarta". BBC Indonesia. 19 November 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-04. Diakses tanggal 12 Mei 2017.
- ^ Rudi, Alsadad (11 Februari 2017). Damanik, Caroline; Damanik, ed. "Ahok Resmi Aktif Kembali Jadi Gubernur DKI". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-02-13. Diakses tanggal 13 Februari 2017.
- ^ Hilal, Fauzan (9 Mei 2017). "Ahok Diberhentikan dari Jabatan Gubernur". Medcom.id. Jakarta. Diakses tanggal 5 Mei 2023.
- ^ Khoer, Miftahul (9 Mei 2017). "Resmi, Djarot Plt Gubernur DKI Jakarta". Medcom.id. Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-29. Diakses tanggal 5 Mei 2023.
- ^ "Presiden Jokowi Lantik Djarot Saiful Hidayat sebagai Gubernur DKI Jakarta". Sekretariat Negara Republik Indonesia. 15 Mei 2017. Diakses tanggal 5 Mei 2023.
- ^ "Senasib dengan Anies, Djarot Ceritakan Sulitnya Jabat Gubernur Tanpa Wagub". Kompas.com. Jakarta. 10 Agustus 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-23. Diakses tanggal 22 Juni 2020.
- ^ Merta Surya Putra, Putu (12 Oktober 2017). "Kemendagri Tunjuk Sekda Saefullah Jadi Plh Gubernur DKI". Liputan6.com. Jakarta. Diakses tanggal 5 Mei 2023.
- ^ Pribadi, Andy (16 Oktober 2014). Andy Pribadi, ed. "KPU DKI Resmi Tetapkan Anies-Sandi Gubernur dan Wakil Gubernur Terpilih". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-11. Diakses tanggal 16 Oktober 2014.
- ^ "Dilantik Presiden Jokowi, Anies-Sandi Resmi Pimpin DKI Jakarta 2017-2022". Sekretariat Presiden Republik Indonesia. 16 Oktober 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-05. Diakses tanggal 5 Mei 2023.
- ^ Lewar, John (17 Oktober 2017). "Djarot Piknik, Anies Sertijab dengan Saefullah". Media Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2023.
- ^ Aliya Azzahra, Tiara (13 September 2022). "DPRD DKI Resmi Umumkan Pemberhentian Anies Sebagai Gubernur". Detik.com. Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-05. Diakses tanggal 5 Mei 2023.
- ^ Garda Bhwana, Petir, ed. (17 Oktober 2022). "Jokowi Honorably Dismisses Anies Baswedan as Jakarta Governor". Tempo.co (dalam bahasa Inggris). Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-22. Diakses tanggal 5 Mei 2023.
- ^ "Usai Sertijab, Anies: Terima Kasih Pak Mendagri". Okezone.com. Jakarta. 17 Oktober 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-26. Diakses tanggal 5 Mei 2023.
- ^ "Jokowi Pilih Heru Budi Hartono Jadi Pj Gubernur Pengganti Anies". JPNN.com. Jakarta. 7 Oktober 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-19. Diakses tanggal 5 Mei 2023.
- ^ Huda, Larissa, ed. (7 Oktober 2022). "Heru Budi Hartono Ditetapkan Menjadi Pj Gubernur DKI Jakarta". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-07. Diakses tanggal 7 Oktober 2022.
- ^ "Sah, Heru Budi Hartono Dilantik Jadi Pj Gubernur DKI Jakarta". Okezone.com. Jakarta. 17 Oktober 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-28. Diakses tanggal 5 Mei 2023.
- ^ Pimpinan DPRD DKI Jakarta dilantik
- ^ "Ibukota Negara Monumental (Indonesian)".
- ^ www.jakarta.go.id Situs Resmi Pemerintah DKI Jakarta
- ^ Jakarta Malls and Shopping Centers - Luxury shopping in Indonesia
- ^ Three Old Sundanese Poems. KITLV Press. 2007.
- ^ http://news.okezone.com/read/2010/12/06/338/400401/34-725-warteg-bertebaran-di-jabodetabe//
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi
- (Indonesia) Situs Dinas Pariwisata DKI Jakarta
- (Indonesia) Situs Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI
- (Indonesia) Profil Demografi Jakarta
- (Indonesia) Profil Ekonomi Jakarta
- (Indonesia) Profil Wisata Jakarta
- (Indonesia) Ekonomi Regional Jakarta
- (Indonesia) Statistik Regional Jakarta
- (Indonesia) Informasi rute angkutan umum di DKI Jakarta
- (Indonesia) Situs web resmi Pariwisata Indonesia
Kota | Provinsi | Populasi | Kota | Provinsi | Populasi | |||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Jakarta | Daerah Khusus Ibukota Jakarta | 11.135.191 | Daerah Khusus Ibukota Jakarta |
7 | Makassar | Sulawesi Selatan | 1.477.861 | ||
2 | Surabaya | Jawa Timur | 3.017.382 | 8 | Batam | Kepulauan Riau | 1.294.548 | |||
3 | Bandung | Jawa Barat | 2.579.837 | 9 | Pekanbaru | Riau | 1.138.530 | |||
4 | Medan | Sumatera Utara | 2.539.829 | 10 | Bandar Lampung | Lampung | 1.073.451 | |||
5 | Palembang | Sumatera Selatan | 1.781.672 | 11 | Padang | Sumatera Barat | 939.851 | |||
6 | Semarang | Jawa Tengah | 1.699.585 | 12 | Malang | Jawa Timur | 885.271 | |||
Sumber: Data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (per 30 Juni 2024). Catatan: Tidak termasuk kota satelit. |